xii
ABSTRAK
HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN PRESTASI BELAJAR KEJURUAN SISWA DENGAN
MINAT BERWIRAUSAHA
Studi kasus : Siswa-siswi kelas 2 dan 3 Jurusan Penjualan SMK Sanjaya, Pakem, Sleman, Yogyakarta
Angela Nucifera Haidityasari Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2009
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah : (1) ada hubungan yang positif signifikan antara status sosial ekonomi orang tua dengan minat berwirausaha, (2) ada hubungan yang positif signifikan antara prestasi belajar kejuruan siswa dengan minat berwirausaha pada siswa-siswi kelas 2 dan 3jurusan penjualan SMK Sanjaya Pakem Sleman Yogyakarta.
Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan September 2008. Populasi penelitian berjumlah 52 siswa. Pengumpulan data menggunakan metode kuesioner dan wawancara. Untuk menguji hipotesis penelitian menggunakan metode analisis korelasi product moment dari Pearson.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) ada hubungan yang positif dan signifikan antara status sosial ekonomi orang tua dengan minat berwirausaha, hal ini berdasarkan hasil perhitungan nilai koefisien korelasi bernilai positif dan nilai r = 0,349, sedangkan hasil pengujian
t
hitung = 2,751 lebih besar dari
t
tabel = 1,676.(2) ada hubungan yang positif dan signifikan antara prestasi belajar kejuruan siswa dengan minat berwirausaha, hal ini berdasarkan hasil perhitungan nilai koefisien korelasi bernilai positif dan nilai r = 0,254, sedangkan
t
hitung = 2,029
xiii
ABSTRACT
THE RELATIONSHIP BETWEEN THE ECONOMIC AND SOSIAL STATUS OF THE PARENTS AND STUDENTS’ ACHIEVEMENT
TOWARD THE INTEREST OF ENTREPRENEURSHIP A Case Study on : The second and third year students of Marketing
Department Sanjaya Vocational Senior High School in Pakem, Sleman, Yogyakarta
Angela Nucifera Haidityasari Sanata Dharma University
Yogyakarta 2009
This research aims to know whether : (1) there is any positive and significant relationship between the economical and social status of the parents towards entrepreneurship ; (2) there is any positive and significant relationship between students’ achievement towards entrepreneurship of the students of the second and the third of students Marketing Department of Sanjaya Vocational Senior High School.
Data collecting was done in September 2008. The population of the research was 52 students. The data were collected by using questionnaire and interviews methods. To analyse the hypotheses, product moment from Pearson correlation analysis was applied.
HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN
PRESTASI BELAJAR KEJURUAN SISWA DENGAN
MINAT BERWIRAUSAHA
Studi Kasus Kelas 2 dan 3 Jurusan PenjualanSMK Sanjaya Pakem, Sleman, Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Disusun oleh :
Angela Nucifera Haidityasari NIM : 041334006
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk :
Bapa di Surga, Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria
Ayah A. Bambang Utoyo dan Mama A. Eny Waljiyati
Adikku Agatha dan Ancilla
Bramaku tersayang
v
MOTTO
Saat Hidup Tak Terangkai Sempurna
Banyak Berkat Terselubung di Balik
Kepedihan dan Pencobaan
Ya... Kita Tidak Dapat Melihat
Apa yang Allah Rencanakan
Namun, Lewat Penderitaan
Kita Menjumpai Kasih Allah,
Serta Dapat Merasakan Damai
Yang Dilaimpahkan-Nya Dari Surga
(Kathy C. Miller)
Roh Kudus Datang Menolong Dalam Kelemahan Kita
Dan Menjadi Pengantara Kita
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkah dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Status Sosial Ekonomi Orang Tua dan Prestasi Belajar Kejuruan Siswa dengan Minat Berwirausaha”.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis memperoleh banyak bimbingan, kritik, saran, masukan dan dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis ingin menghaturkan rasa hormat dan terima kasih kepada: 1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak L. Saptono. S.Pd., M.Si. Selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
viii
5. Ibu B. Indah Nugraheni, S.Pd.,SIP.,M.Pd, selaku Dosen Penguji yang telah bersedia meluangkan waktu memberikan bimbingan, dukungan, kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini
6. Bapak Drs. FX. Muhadi, M.Pd, selaku Dosen Penguji yang telah bersedia meluangkan waktu memberikan bimbingan, dukungan, kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini
7. Para Dosen Program Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis. 8. Semua karyawan di Sekretariat Pendidikan Akuntansi (Mbak Aris dan Pak
Wawik) terimakasih atas segala pelayanan dan bantuannya selama penulis kuliah di USD.
9. Bapak Y. Supriyadi, Bc. Hk, S.Pd, selaku Kepala SMK Sanjaya Pakem Sleman Yogyakarta yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
10.Bapak dan Ibu Guru beserta Staf Karyawan di SMK Sanjaya Pakem Sleman Yogyakarta yang telah memberikan bantuan dan arahan kepada penulis.
11.Siswa-siswi kelas 2 dan 3 Jurusan Penjualan yang telah membantu penulis dalam melengkapi data. Terimakasih atas kerjasamanya.
ix
13.Adiku Agatha Previan Chrisditya dan Ancilla Thertia Milleena atas segala doa dan dukungannya ( Ta, belajar yang rajin biar bisa masuk TEKIM UGM yach!!! La, jangan maen kasti terus, belajar dong biar rangking 1 lagi OK??!!). 14.CintaQyu, SweetyQyu, Honey-BoneyQyu “Brama Eka Prasetya” makasih ya
atas doa, motivasi dan kasih sayangnya, Say, ternyata bener yang kamu bilang “Kamu pasti bisa!!” he9.. terbukti juga aku bisa lulus nich… Aku selalu dukung kamu biar cepet nyusul aku ok?! I Love You…..
15.Evi Lastriani Sitorus (my best friend… thank’s ya bukunya, thank’s bawelnya.. kangen nech jadi anak SMA lagi ha9… Sukses buat km!!!.)
16.Bu Yanti Kriting, Deyas, Sigit makasih atas doa dan bantuannya. (Buat Deyas n Sigit kapan married?)
17.Mbah Gabel, Budhe Is, Om Dwix, Om Tyas, Om Joko, Tante Ema, Michael, n Adiknya terimakasih atas doa dan dukungannya.
18.Bapak Rujito, Ibu Gumi, Ari, dan Tika Terimakasih atas doa dan dukungannya.
19.Astri (tri… Kamu memang diutus oleh Tuhan buat bantu aku he9… Thank’s atas semuanya)
20.Mba Yohana ’03 (thank’s for all… aku ga bs ngungkapin perasaanku, yg jelas aku seneng bs kenal km jd byk hal yg aku dapat he9…)
x
buat kamu!!), Siska (Cis,mkch t4 kostnya, makanan, minuman, dll. Chayo Cis Km pasti bisa!!!), Mba Esti PBI ’04 (Mksh bantuannya)
22.Tantri (Jenx, met berjuang yach. Yucks.. kpn Qta Tour bareng lagi?!), Evi (Chep, kangen nech!!! Mksh buat kerjasamanya, buat curhat2annya, cariin kerjaan donx buat aku.), Mbokde Gareth (Jaga De2’x Oni baex2, jgn diajari yg aneh2 he9…)
23.Ika, Nia, Yanita, Cece, Rani, Pasca, Shela, Yani, Dikha, Shinta, Ember, Lasme’x, Indra, Heru, Yoga, Ucup, Blakcy, Agung, Beni, Te.Pe, Moko, pakde Acon’x, Agus ’03, Gambul (terimakasih atas bantuan kalian selama kuliah dan dukungannya dalam penyelesaian skripsi ini kapan kita bisa
kumpul lagi aku kangen ni ma kalian smua………)
24.Sulis, Kriyas, Danang, Maz Eko, Maz Aris, n anak2 Mudika GabrieL (Makasih atas dukungan, semangat, n canda tawa kalian yg buat aku ga BT lagi)
25.Mas Moko n familly ( Terimakasih buat pinjeman komputer n scan virus he9… flashdisk ku skrg uda bersih low mas ha9…)
26.Temen2 PS. Jubilate, Komunitaz Pemazmur, Komunitas Lektor (Terimakasih buat kebersamaan kita… GBU)
27.Buat teman-teman seperjuangan di PAK 2004 kelas A dan B, sukses untuk semuanya ya………
xi
Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu berbagai saran, kritik, dan masukan sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak yang berhubungan dengan pendidikan.
Yogyakarta, 12 Januari 2009
Penulis
xii
ABSTRAK
HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN PRESTASI BELAJAR KEJURUAN SISWA DENGAN
MINAT BERWIRAUSAHA
Studi kasus : Siswa-siswi kelas 2 dan 3 Jurusan Penjualan SMK Sanjaya, Pakem, Sleman, Yogyakarta
Angela Nucifera Haidityasari Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2009
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah : (1) ada hubungan yang positif signifikan antara status sosial ekonomi orang tua dengan minat berwirausaha, (2) ada hubungan yang positif signifikan antara prestasi belajar kejuruan siswa dengan minat berwirausaha pada siswa-siswi kelas 2 dan 3jurusan penjualan SMK Sanjaya Pakem Sleman Yogyakarta.
Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan September 2008. Populasi penelitian berjumlah 52 siswa. Pengumpulan data menggunakan metode kuesioner dan wawancara. Untuk menguji hipotesis penelitian menggunakan metode analisis korelasi product moment dari Pearson.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) ada hubungan yang positif dan signifikan antara status sosial ekonomi orang tua dengan minat berwirausaha, hal ini berdasarkan hasil perhitungan nilai koefisien korelasi bernilai positif dan nilai r = 0,349, sedangkan hasil pengujian
t
hitung = 2,751 lebih besar dari
t
tabel = 1,676.(2) ada hubungan yang positif dan signifikan antara prestasi belajar kejuruan siswa dengan minat berwirausaha, hal ini berdasarkan hasil perhitungan nilai koefisien korelasi bernilai positif dan nilai r = 0,254, sedangkan
t
hitung = 2,029
xiii
ABSTRACT
THE RELATIONSHIP BETWEEN THE ECONOMIC AND SOSIAL STATUS OF THE PARENTS AND STUDENTS’ ACHIEVEMENT
TOWARD THE INTEREST OF ENTREPRENEURSHIP A Case Study on : The second and third year students of Marketing
Department Sanjaya Vocational Senior High School in Pakem, Sleman, Yogyakarta
Angela Nucifera Haidityasari Sanata Dharma University
Yogyakarta 2009
This research aims to know whether : (1) there is any positive and significant relationship between the economical and social status of the parents towards entrepreneurship ; (2) there is any positive and significant relationship between students’ achievement towards entrepreneurship of the students of the second and the third of students Marketing Department of Sanjaya Vocational Senior High School.
Data collecting was done in September 2008. The population of the research was 52 students. The data were collected by using questionnaire and interviews methods. To analyse the hypotheses, product moment from Pearson correlation analysis was applied.
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK... xii
ABSTRACT ... xiii
DAFTAR ISI ... xiv
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR GAMBAR ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan masalah ... 6
C. Rumusan Masalah ... 6
D. Tujuan Penelitian ... 7
E. Manfaat Penelitian ... 7
xv BAB II TINJAUAN TEORITIK
A. Status Sosial Ekonomi ... 10
B. Prestasi Belajar ... 16
C. Minat Berwirausaha ... 21
D. Hakekat Prestasi Kejuruan ... 29
E. Kerangka Berpikir ... 31
F. Paradigma Penelitian ... 34
G. Hipotesis ... 35
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 36
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 36
C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 37
D. Populasi ... 37
E. Operasionalisasi Variabel ... 38
F. Teknik Pengumpulan Data ... 42
G. Teknik Pengujian Instrumen ... 43
H. Teknik Analisis Data ... 48
BAB IV GAMBARAN UMUM A. Sejarah SMK Sanjaya Pakem ... 53
B. Latar Belakang Pendirian Sekolah ... 54
xvi
D. Sistem Satuan Pendidikan SMK Sanjaya Pakem ... 55
E. Kurikulum Satuan Pendidikan SMK Sanjaya Pakem ... 58
F. Sumber Daya Manusia di SMK Sanjaya Pakem ... 60
G. Data Siswa SMK Sanjaya Pakem ... 64
BAB V DESKRIPSI DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data... 66
B. Analisis Data ... 69
1. Pengujian Prasyarat Analisis Data ... 69
2. Pengujian Hipotesis... 70
C. Pembahasan... 73
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, SARAN A. Kesimpulan ... 78
B. Keterbatasan Penelitian ... 78
C. Saran... 79
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Kisi-kisi Operasionalisasi Variabel Status Sosial Ekonomi ... 38
Tabel 3.2. Kisi-kisi Operasionalisasi Variabel Minat Berwirausaha ... 42
Tabel 3.3. Rangkuman Uji Validitas Status Sosial Ekonomi ... 44
Tabel 3.4. Rangkuman Uji Validitas Minat Berwirausaha ... 46
Tabel 3.5 Rangkuman Uji Reliabilitas ... 48
Tabel 5.1. Responden Penelitian ... 66
Tabel 5.2. Sebaran Klasifikasi Status Sosial Ekonomi Orang Tua ... 66
Tabel 5.3. Sebaran Klasifikasi Prestasi Belajar Kejuruan Siswa ... 67
Tabel 5.4. Sebaran Klasifikasi Minat Berwirausaha ... 68
xviii
DAFTAR GAMBAR
xix
DAFTAR LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini banyak di jumpai Sekolah Menengah kejuruan (SMK)
yang didirikan oleh pemerintah maupun swasta untuk dapat memenuhi
tuntutan masyarakat terlebih dalam dunia industri. Dengan adanya
pertumbuhan Sekolah Menengah Kejuruan yang semakin banyak
diharapkan akan menghasilkan calon tenaga kerja yang semakin terampil,
namun hal ini akan menimbulkan permasalahan yang baru yaitu
penempatan tenaga kerjanya.
Dari sejumlah calon tenaga kerja yang dihasilkan oleh SMK
ternyata masih banyak yang belum mendapatkan pekerjaan. Hal tersebut
dikarenakan keterampilan para lulusan SMK masih banyak yang belum
memenuhi harapan dari pihak industri. Situasi ini lebih diperburuk lagi
dengan semakin banyaknya lulusan SMU yang tidak dapat melanjutkan
pendidikan ke Perguruan Tinggi, sehingga hal ini akan menambah jumlah
pencari kerja (Ida Bagus Mantra, 1980:59)
Untuk mengatasi permasalahan di atas ada beberapa alternatif
pemecahannya antara lain dengan memperluas lapangan kerja atau bisa
juga dengan berwirausaha. Pemerintah dalam hal ini juga sudah berusaha
keras, namun dengan adanya keterbatasan modal untuk menyeimbangkan
membutuhkan waktu yang sangat lama. Sedang jumlah lulusan sekolah
sebagai calon tenaga kerja terus meningkat setiap tahunnya.
Menghadapi kenyataan tersebut, SMK sebagai penyelenggara
pendidikan kejuruan yang siap kerja perlu untuk meningkatkan kualitas
lulusan agar mampu bekerja maupun menciptakan usaha sendiri. Salah
satu caranya adalah memberikan pendidikan yang sesuai dengan bidang
keahliannya serta menanamkan sikap berwirausaha kepada siswa.
Beberapa jurusan yang ditawarkan oleh SMK sangat membantu
siswa khususnya dalam menggeluti bidang keahlian yang dimilikinya.
Misalnya di SMK yang menawarkan jurusan penjualan, jurusan boga,
jurusan busana, jurusan otomotif, mereka dipersiapkan sesuai bidang
keahliannya agar setelah lulus nanti mereka bisa menerapkan kompetensi
yang dimilikinya dengan membuka lapangan kerja baru baik itu bagi
dirinya sendiri maupun bagi orang lain, tentunya dengan bekal yang telah
diperoleh sesuai bidang keahliannya masing-masing. Namun ada juga
SMK yang menawarkan jurusan Akuntansi yang tentunya mereka juga
sama-sama dipersiapkan untuk bisa terjun ke dunia kerja atau industri
namun mereka cenderung untuk mencari kerja karena keahlian dalam
bidang akuntansi yang mereka miliki hanya bisa diterapkan ketika mereka
bekerja di suatu perusahaan atau industri seperti misalnya kemampuan
dalam membuat laporan keuangan.
SMK Sanjaya Pakem Sleman Yogyakarta khususnya program studi
diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang benar-benar memiliki
keterampilan yang memadai dengan demikian mampu mandiri dan mampu
menciptakan lapangan pekerjaan bagi dirinya sendiri maupun bagi orang
lain yaitu dengan berwirausaha.
Berdasarkan pengalaman dan pengamatan peneliti, minat
berwirausaha masing-masing siswa jurusan Penjualan SMK Sanjaya
Pakem Sleman Yogyakarta berbeda-beda, bahkan sebagian besar
mempunyai kecenderungan ingin mencari pekerjaan setelah lulus.
Perbedaan latar belakang siswa tidak terlepas dari status sosial ekonomi
orang tua siswa itu sendiri.
Status sosial ekonomi orang tua merupakan faktor ekstern yang
mencakup tingkat pendidikan orang tua, jabatan dalam masyarakat, dan
kekayaan yang dimiliki orang tuanya. Pengamatan peneliti menyatakan
siswa-siswi yang bersekolah di SMK Sanjaya Pakem Sleman Yogyakarta
sebagian besar berasal dari keluarga yang status sosial ekonomi orang
tuanya sedang bahkan rendah. Hal ini dapat dilihat dari penampilan siswa
yang sangat sederhana terlihat dari sepatu dan tas yang dipakai tidak
bermerek bahkan sudah usang, transportasi yang mereka gunakan untuk
bersekolah yaitu bus dan ada juga yang berjalan kaki, dan di tempat parkir
siswa tidak banyak yang menggunakan sepeda motor. Pada saat jam
istirahat berlangsung terlihat ada beberapa siswa yang tidak pergi ke
orang tua hanya cukup untuk keperluan transportasi atau dengan kata lain
uang saku mereka hanya pas-pas an saja.
Orang tua yang mempunyai pendidikan lebih tinggi diduga akan
lebih aktif dalam mendorong perkembangan anak. Pengalaman
mengenyam dunia pendidikan yang lebih baik memudahkan mereka untuk
membantu menyelesaikan kesulitan belajar anak karena pengalaman yang
mereka miliki dan cara mengatasi permasalahan dengan berbekal
pengetahuan yang luas. Anak dari keluarga yang tingkat pendidikan orang
tuanya lebih tinggi menunjukkan nilai lebih baik dalam kemampuan
akademik dan dalam lamanya bersekolah dibanding dengan anak-anak
yang tingkat pendidikan orang tuanya rendah. Selain itu, diduga derajat
hubungan kekayaan yang dimiliki orang tua dengan minat berwirausaha
akan lebih tinggi dibadingkan dengan siswa yang orang tuanya tidak
memiliki kekayaan. Hal ini disebabkan orang tua memiliki ketersediaan
modal material yang berupa fasilitas sarana dan biaya untuk membuka
usaha.
Faktor intern yang dapat mempengaruhi minat seseorang untuk
berwirausaha, salah satunya adalah keterampilan yang dimiliki siswa. Pada
kenyataannya keterampilan yang dimiliki oleh para siswa SMK Sanjaya
Pakem Sleman Yogyakarta berbeda-beda. Hal tersebut dapat dilihat dari
hasil prestasi belajar kejuruan yang berbeda-beda, sehingga minat
berwirausaha juga berbeda-beda. Pada umumnya seseorang yang senang
karena itu ia akan lebih cenderung memilih pekerjaan yang berkaitan erat
dengan pelajaran yang disenangi, diduga dengan prestasi yang tinggi dapat
menimbulkan minat berwirausaha siswa yang tinggi pada sekolah
kejuruan. Sebab dengan prestasi yang tinggi dapat membawa siswa dalam
berkreativitas dan berusaha sehingga menimbulkan minat berwirausaha.
Adanya Praktek Kerja Lapangan (PKL) di dunia industri dapat
menjadi sarana bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan yang
dimilikinya. Dari sinilah mereka dilatih baik itu keterampilan yang
berhubungan dengan kompetensinya juga kepribadiannya seperti percaya
diri, tanggung jawab, disiplin, kerjasama, cepat tanggap, tekun dan ulet
(www.yasmin-barbeku.org/content/view/154/34/). Selain itu keterampilan
mengelola usaha kecil misalnya koperasi siswa dan mata pelajaran
kewirausahaan juga menjadi sarana bagi siswa untuk dapat
mengembangkan bakat terutama yang berhubungan dengan minatnya
dalam dunia wirausaha. Di sana mereka dilatih untuk mengelola koperasi
siswa serta dalam mata pelajaran kewirausahaan mereka dilatih untuk
membuat dan menawarkan barang dagangan, dengan adanya rasa
ketertarikan, perasaan senang dan keinginan untuk terlibat di dalamnya
maka diharapkan hal tersebut dapat menimbulkan minat berwirausaha
siswa.
Berdasarkan uraian dan fakta tersebut diatas, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Hubungan Status Sosial
Minat Berwirausaha”. Penelitian ini merupakan studi kasus pada
siswa-siswi kelas 2 dan 3 jurusan Penjualan pada SMK Sanjaya Pakem, Sleman,
Yogyakarta.
B. Batasan Masalah
Agar dapat diperoleh gambaran yang jelas dan menghindari
penafsiran yang menyimpang, maka perlu diberi batasan mengenai
permasalahan. Oleh karena banyak faktor yang mempengaruhi minat
berwirausaha siswa, maka dalam penelitian ini dibatasi pada faktor intern
yang meliputi prestasi belajar kejuruan siswa dan faktor ekstern yaitu
status sosial ekonomi orang tua yang dibatasi oleh tingkat pendidikan
orang tua, jabatan orang tua dalam masyarakat, dan kekayaan yang
dimiliki oleh orang tua
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas maka dapat
diambil rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah ada hubungan positif antara status sosial ekonomi orang tua
dengan minat berwirausaha?
2. Apakah ada hubungan positif antara prestasi belajar kejuruan siswa
dengan minat berwirausaha?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang akan dibahas, penelitian ini
bertujuan :
1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif antara status sosial
ekonomi orang tua dengan minat berwirausaha.
2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif antara prestasi belajar
kejuruan siswa dengan minat berwirausaha.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi :
1. Sekolah
Penelitian diharapkan dapat dipergunakan sebagai langkah untuk
mengembangkan minat siswa dalam berwirausaha.
2. Mahasiswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk
mengembangkan kemampuan berpikir serta untuk menambah
pengetahuan.
3. Orang Tua
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada orang tua
siswa agar lebih intensif mendorong dan mendampingi siswa dalam
G. Sistematika Isi Skripsi
Gambaran mengenai isi skripsi disajikan dalam sistematika sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan diuraikan tentang latar belakang penelitian,
batasan penelitian, rumusan penelitian, manfaat penelitian, tujuan
penelitian, dan sistematika penulisan skripsi, dimana semuanya
merupakan landasan dalam penulisan skripsi ini.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab ini mengemukakan tentang teori-teori yang berasal
dari pendapat para ahli yang telah diakui kebenarannya, yang
merupakan landasan sebagai syarat penunjang untuk
memecahkan masalah tentang hubungan status sosial ekonomi
orang tua dan prestasi belajar kejuruan siswa dengan minat
berwirausaha.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini mengemukakan beberapa metode atau cara yang
digunakan dalam penelitian baik dari awal penyusunan kuesioner
sampai pengambalian data menggunakan kuesioner tersebut serta
beberapa metode untuk menghasilkan perolehan data yang
BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH
Bab ini mengemukakan tentang sejarah dan berbagai sarana dan
prasarana penunjang pendidikan serta sumber daya manusianya
di mana penelitian ini dilaksanakan.
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini mengemukakan tentang penerapan metode yang
digunakan hingga ditemukan suatu hasil yang dapat
dipertanggungjawabkan. Kemudian dari hasil tersebut kita dapat
suatu pembahasan.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini mengemukakan tentang kesimpulan dan saran
yang telah kita tarik dari pembahasan. Kesimpulan tersebut dapat
memberikan pengertian kepada pihak yang berkepentingan
sehingga hasil penelitian tersebut dapat digunakan
sebaik-baiknya. Disini juga tertulis saran yang membangun dan
10
BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Status Sosial Ekonomi
Menurut Sukamto (1990:264) status adalah tempat atau posisi
seseorang dalam suatu kelompok sosial sehubungan dengan orang-orang
lainnya dalam kelompok tersebut atau tempat suatu kelompok sehubungan
dengan kelompok-kelompok lainnya di dalam kelompok yang lebih besar
lagi.
Sukanto kembali menyatakan bahwa status sosial berarti tempat
seseorang secara umum dalam masyarakat sehubungan dengan orang lain
dalam arti lingkungan pergaulannya, prestisnya dan hak-hak serta
kewajibannya. Sehubungan dengan status sosial tersebut Sukamto
menggolongkan menjadi tiga (3) yaitu :
1. Ascribed status yang berarti bahwa kedudukan yang diperoleh karena
kelahiran, misalnya keturunan ningrat secara otomatis dalam
masyarakat akan mempunyai kedudukan yang tinggi.
2. Achieved status merupakan kedudukan yang dicapai oleh seseorang
dengan usaha-usaha yang disengaja, misalnya orang dapat menjadi
hakim karena memiliki syarat-syarat tertentu.
3. Assigned status adalah kedudukan yang diberikan, misalnya
kedudukan yang diberikan masyarakat kepada seseorang menjadi
Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat yang disampaikan
oleh E. Roucek dan Warren (1984:80) yang menyatakan bahwa status
sosial selalu mengacu kepada kedudukan khusus seseorang dalam
masyarakat berhubungan dengan orang lain dalam lingkungan yang
disertainya, martabat yang diperolehnya dan hak serta tugas yang
dimilikinya.
Status sosial ekonomi merupakan kedudukan seseorang dalam
masyarakat berdasarkan pekerjaan, pendapatan, tingkat pendidikan dan
pemilikan barang-barang berharga dari orang tersebut.
Sukamto (1990:266) mengemukakan beberapa kriteria
penggolongan status sosial ekonomi yaitu :
1. Ukuran kekayaan
Barangsiapa mempunyai kekayaan paling banyak termasuk lapisan
atau golongan teratas.
2. Ukuran Kekuasaan
Barangsiapa yang mempinyai kekuasaan atau wewenang terbesar
menempati golongan teratas.
3. Ukuran kehormatan
Orang yang paling disegani dan dihormati mendapat tempat teratas.
4. Ukuran ilmu pengetahuan
Ilmu pengetahuan dipakai sebagai ukuran masyarakat yang
Hal tersebut di atas sesuai dengan pendapat Keeves yang dikutip
oleh Budi Indarta (1996:8) bahwa status sosial ekonomi mencakup unsur
pendidikan, jabatan, penghasilan, pemilikan barang berharga yang dimiliki
seseorang di dalam suatu masyarakat atau kelompoknya.
Keadaan keluarga mempunyai hubungan terhadap perkembangan
pendidikan anak. Dapat diartikan bahwa sikap, cita-cita, minat, motivasi
anak terhadap suatu obyek ada hubungannya dengan keadaan ekonomi
orang tuanya. Menurut Gerungan (1989;57), dalam kondisi ekonomi
keluarga yang cukup, seseorang akan mendapat kesempatan yang lebih
luas untuk mengembangkan bermacam-macam kecakapan yang tidak
dapat ia kembangkan apabila tidak ada alat-alat. Dari pendapat tersebut
diartikan bahwa anak yang berasal dari keluarga yang ekonominya cukup,
mempunyai kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan
kemampuannya daripada anak yang berasal dari keluarga yang
ekonominya rendah. Dari berbagai pendapat yang telah dikemukakan
diatas dalam penelitian ini peneliti hanya membatasi status sosial ekonomi
menjadi tiga unsur saja, yaitu :
1. Tingkat Pendidikan Orang Tua
Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar yang
mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam sekolah dan
berlangsung seumur hidup. Mendidik atau pendidikan adalah
mempengaruhi anak dalam usaha membimbingnya supaya menjadi
dilaksanakan dengan sengaja. Pendidikan hanya terdapat dalam suatu
pergaulan yang disengaja antara orang dewasa dengan anak (manusia
muda).
Yang dimaksud orang dewasa adalah orang yang memiliki
kemampuan-kemampuan intelektual dasar dan mempunyai
keterampilan yang cukup berguna untuk berperan aktif dalam hidup
bermasyarakat serta juga berwawasan sama dengan sesama dan
bersedia bekerja bagi kesejahteraan bersama (Mardiatmojo, 1986:
53).
Menurut Muri Yusuf (1982:61), pendidikan dapat
diklasifikasikan dalam :
a. Pendidikan Formal merupakan pendidikan sekolah
b. Pendidikan Informal merupakan pendidikan yang diperoleh
dari pengalaman sehari-hari dengan atau tidak disengaja sejak
lahir sampai mati dalam keluarga, dalam pekerjaan atau
pengalaman sehari-hari.
c. Pendidikan Nonformal merupakan pendidikan yang teratur
dengan sadar dilakukan tetapi tidak selalu mengikuti peraturan
yang ketat dan tetap.
Yang dimaksud dengan orang tua adalah setiap orang tua yang
bertanggungjawab dalam satu keluarga atau rumah tangga yang
dalam penghidupan sehari-hari lazim disebut ibu bapak (Nasution,
tingkat pendidikan yang berhasil dicapai orang tua dalam hal ini
jenjang pendidikan formal yang berhasil diselesaikan yaitu SD,
SLTP, SMU / SMK, dan Perguruan Tinggi. Tingkat pendidikan
formal yang dicapai akan membawa hubungan yang luas pada
kehidupan seseorang yaitu bukan hanya berhubungan terhadap
tingkat penguasaan pengetahuan, tetapi juga berhubungan pada
jenjang pekerjaan formal, penghasilan, kekayaan dan status sosial
dalam masyarakat. Seseorang yang lulusan SD cenderung memiliki
pengetahuan yang lebih baik dibandingkan mereka yang tidak
sekolah sama sekali, seorang tamatan SLTP lebih berpengalaman
daripada tamatan SD dan akhirnya tamatan Perguruan Tinggi lebih
berpengalaman dari tamatan SMU / SMK. Bagaimanapun seorang
yang berpendidikan tinggi lebih berpengalaman atau berpengetahuan
(Nasution,1985:2).
Orang tua yang tingkat pendidikannya rendah akan sulit untuk
membantu anak mereka dalam menghadapi kesulitan belajarnya,
karena pengetahuan yang terbatas akibat dari tingkat pendidikannya
rendah menyebabkan orang tua mengalami kesulitan untuk
membantu kesulitan belajar. Kemampuan orang tua menyelesaikan
jenjang pendidikan yang tinggi menjadi pemicu dan semangat bagi
anak untuk mencapai hal yang serupa. Hal ini dikarenakan
pendidikan yang tinggi akan membuat orang tua akan semakin
menyadarkan dan mendorong anak untuk rajin belajar. Disisi lain,
anak juga akan meniru orang tuanya, seperti yang dikatakan Herbert
N.Cusson, (Nasution, 1985:1) meniru adalah sifat manusia, maka
perlulah setiap orang menjadikan dirinya contoh yang baik untuk
ditiru.
Orang tua yang berpendidikan tinggi akan lebih aktif dalam
mendorong perkembangan anak. Pengalaman mengenyam dunia
pendidikan yang lebih baik memudahkan untuk membantu
menyelesaikan kesulitan belajar anak, karena mereka memiliki
pengalaman dan cara mengatasi permasalahan dengan berbekal
pengetahuan yang luas. Anak dari keluarga yang tingkat pendidikan
orang tuanya lebih tinggi menunjukkan nilai lebih baik dalam
kemampuan akademik dan dalam lamanya bersekolah dibanding
dengan anak-anak yang tingkat pendidikan orang tuanya rendah.
2. Jabatan Dalam Masyarakat
Yang dimaksud dengan jabatan adalah kedudukan yang
dimiliki oleh seseorang yang dipercayakan masyarakat kepada
dirinya, misalnya menjadi Ketua RT, Ketua RW, Lurah, dan lain
sebagainya. Jabatan yang dimiliki seseorang dapat menunjukkan
kedudukannya di dalam masyarakat sehingga dia lebih dihormati dan
3. Kekayaan Yang Dimiliki
Uang dan harta benda lainnya merupakan hal yang dapat
digunakan untuk mengukur kekayaan seseorang. Semakin banyak
hartanya, semakin menjadikan orang tersebut lebih terpandang baik
di dalam masyarakat maupun dalam lingkungan pergaulan.
Kekayaan tersebut misalnya : rumah mewah, mobil, motor, dan lain
sebagainya.
B. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan suatu kecakapan nyata yang
dimiliki seseorang yang merupakan hasil dari proses yang dilakukan
dalam rangka menyiapkan diri untuk menambah pengetahuan, yang
hasilnya dapat dilihat secara nyata dan dapat diukur menggunakan alat
ukur yaitu test. Hasil yang diperoleh itu merupakan bentuk aktualisasi
diri (Winkel, 1985: 16). Belajar merupakan perubahan tingkah laku
seseorang terhadap situasi baik disadari maupun tidak disadari dalam
proses pembelajaran.
Pengertian belajar menurut Hilgard dan Bower seperti yang
dikutip oleh Ngalim Purwanto (1990:84)
Ngalim Purwanto (1990:85) mengemukakan adanya ciri-ciri
belajar yang meliputi empat hal yang hampir sama dengan pendapat di
atas, yaitu:
1. Belajar merupakan perubahan tingkah laku
2. Belajar merupakan perubahan melalui latihan atau pengalaman 3. Untuk disebut belajar maka perbuatan itu harus relatif menetap 4. Tingkah laku yang mengalami perubahan oleh karena belajar
menyangkut berbagai aspek kepribadian baik fisik maupun psikis
Keberhasilan seseorang siswa dalam kegiatan belajar salah
satunya dapat dilihat dari nilai-nilai yang dilaporkan dalam raport
secara periodik. Hal ini sesuai dengan pendapat Sumadi (1984:234)
yang mengemukakan bahwa nilai yang tercantum dalam raport
merupakan perumusan terakhir yang diberikan guru mengenai
kemampuan belajar siswa selama masa tertentu.
Sumadi juga menegaskan bahwa prestasi belajar adalah hasil
yang dicapai seseorang dalam usaha belajarnya yang dinyatakan
dengan nilai-nilai raportnya.
Menurut pendapat Bloom yang dikutip oleh Suharsimi
(1987:205) prestasi belajar adalah perubahan tingkah laku yang
meliputi tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Poerwadarminto (1995:787) merumuskan bahwa prestasi
belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang oleh
mata pelajaran lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai
Tinggi rendahnya prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa
faktor, menurut Entang (1987:7) faktor-faktor tersebut adalah :
1. Faktor internal yang meliputi :
a.Intelegensi, kecerdasan, kecakapan, dan bakat
b.Panca Indra
c.Sikap dan kebiaasaan belajar
2. Faktor eksternal yang meliputi :
a.Situasi belajar
b.Kurikulum
c.Keadaan lingkungan
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat dibedakan
menjadi dua yaitu faktor yang berasal dari diri individu yang belajar
baik faktor psikis maupun fisik dan faktor yang berasal dari luar
individu misalnya faktor lingkungan, sosial ekonomi, guru, metode
mengajar dan lain-lain. Sesuai dengan pendapat diatas, Usman
(1993:10) mengungkapkan faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
adalah :
1. Faktor yang berasal dari diri sendiri, misalnya sikap, motivasi,
minat, kecakapan nyata, kecerdasan, dan bakat.
2. Faktor yang berasal dari luar diri sendiri, misalnya lingkungan
Senada dengan pendapat diatas Suharsimi (1987:21)
mengemukakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar :
1. Faktor internal
a.Biologis yang meliputi usia, kematangan, kesehatan
b.Psikologis yang meliputi minat, motivasi, suasana hati
2. Faktor eksternal
a.Manusia : di keluarga, di sekolah, di masyarakat
b.Non manusia : udara, suasana, bau-bauan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah
hasil belajar yang berasal dari dalam dan luar individu.
2. Pengertian Praktek Kerja Industri
Praktek Kerja Industri (prakerin) yang dahulu adalah Program
Sistem Ganda atau Praktek Kerja Lapangan merupakan kurikulum
wajib bagi siswa SMK untuk melakukan praktek kerja di Dunia Usaha
dan Dunia Industri (Du/Di) yang sesuai dengan program keahlian yang
bersangkutan. Tujuan Prakerin salah satunya adalah untuk
membelajarkan siswa untuk mempraktekan ilmu dan keterampilan
yang sudah diperoleh di sekolah serta membelajarkan siswa terhadap
suasana dunia kerja. Sedangkan feed back bagi sekolah adalah
memperoleh masukan tentang kesesuaian antara ‘kurikulum’ dunia
kerja dengan kurikulum sekolah.
Pendidikan sistem ganda adalah suatu bentuk penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan keahlian kejuruan yang memadukan secara
sistematik dan sinkron program pendidikan di sekolah dan program
penguasaan keahlian yang diperoleh melalui bekerja langsung di dunia
kerja, dan terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian profesional
tertentu. Dalam PSG, lembaga pendidikan atau lembaga pelatihan lain
dan industri secara bersama-sama menyelenggarakan suatu program
pendidikan atau program pelatihan mulai perencanaan,
penyelenggaraan, dan penilaian, sampai dengan upaya penempatan
lulusan. PSG adalah salah satu modal pendidikan yang paling efektif
dalam mendekatkan kesesuaian antara dunia kerja itu sendiri dan
penyelenggara pendidikan. Kesediaannya untuk tempat magang itu
berarti dunia kerja ikut membentuk peserta didik menjadi manusia
yang produktif dan berpenghasilan selama tidak mengganggu proses
produksi.
http://smkn1purwakarta.blogspot.com/2008/05/pengertian-pendidikan-sistem-ganda-p-s.html
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Praktek
Kerja Industri yang dilaksanakan di SMK sangat membantu para siswa
dalam mempraktekkan apa yang di dapat di sekolah pada dunia
industri. Dengan adanya Prakerin ini para siswa dilatih jiwa
berwirausaha yaitu percaya diri, tanggung jawab, disiplin, kerjasama,
C. Minat Berwirausaha
1. Pengertian Kewirausahaan
Kata wirausahawan merupakan terjemahan dari kata
entrepreneur. Kata tersebut berasal dari bahasa Perancis ”entrependre”
yang berarti ”bertanggungjawab”. Wirausahawan adalah orang yang
bertanggungjawab dalam menyusun, mengelola dan mengatur resiko
suatu usaha bisnis (Machfoedz dan Machfoedz, 2004:1). Menurut
Drucker, kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan
sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different).
Menurut Zimmere (Suryana, 2003:4), kewirausahaan adalah penerapan
kreativitas dan keinovasian untuk memecahkan permasalahan dan
upaya untuk memanfaatkan peluang yang dihadapi setiap hari.
Kreativitas sebagai kemampuan untuk mengembangkan ide-ide
baru dan untuk menemukan cara-cara baru dalam memecahkan
persoalan dan menghadapi peluang, sedangkan inovasi diartikan
sebagai kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam rangka
memecahkan persoalan-persoalan dan peluang untuk meningkatkan
dan memperkaya kehidupan Zimmere dalam (Suryana, 2003:2). Jadi
kewirausahaan adalah suatu kemampuan dalam berpikir kreatif dan
berperilaku inovatif yang dijadikan dasar, sumber daya, tenaga
penggerak, tujuan siasat, kiat dan proses dalam menghadapi tantangan
Lampiran Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 4
tahun 1995 tanggal 30 Juni 1995 (Priyono dan Soerata, 2004:16),
tentang “Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan Membudayakan
Kewirausahaan” pada poin 1 menyatakan bahwa kewirausahaan adalah
semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani
usaha dan atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari,
menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru
dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan
yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar.
Dalam modul pelatihan CEFE (Creation of Enterpreses Formation of
Entrepreneurs) yang diadakan oleh proyek PIKM Provinsi DIY
Kanwil Departemen perindustrian Provinsi DIY tanggal 5 Mei sampai
dengan 13 Juni 1995 (Priyono dan Soerata, 2004:16), disebutkan
bahwa kewirausahaan adalah tanggapan terhadap peluang usaha yang
terungkap dalam seperangkat tindakan serta membuahkan hasil berupa
organisasi usaha yang melembaga, produktif, dan inovatif.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan kewirausahaan adalah
suatu kemampuan dalam berpikir kreatif dan berperilaku inovatif
untuk memanfaatkan peluang usaha.
Istilah wirausaha pada waktu yang lalu lebih dikenal dengan
istilah wiraswasta, keduanya mempunyai pengertian yang sama.
Wirausaha atau wiraswasta berasal dari kata “wira” yang berarti
yang berarti berdiri. Jadi wirausaha atau wiraswasta adalah
orang-orang yang mempunyai sifat kewiraswastaan atau kewirausahaan
seperti : keberanian mengambil resiko, keutamaan dan keteladanan
dalam menangani usaha dengan berpijak pada kemauan dan
kemampuan sendiri (Priyono dan Soerata, 2004:15). Menurut
Prawirokusumo (Suryana, 2003:11), wirausaha adalah seseorang yang
melakukan upaya-upaya kreatif dan inovatif dengan jalan
mengembangkan ide, dan meramu sumber daya untuk menemukan
peluang (opportunity) dan perbaikan (preparation) hidup.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa wirausaha ialah
seseorang yang melakukan upaya kreatif dan inovatif dengan jalan
mengembangkan ide untuk menemukan peluang dan perbaikan hidup
dengan keberanian, keutamaan, keperkasaan, serta dapat memecahkan
permasalahan dengan kekuatan yang ada pada diri sendiri.
2. Pengertian Minat
Minat merupakan faktor psikologis yang dapat menentukan
suatu pilihan seseorang, selain itu minat merupakan salah satu faktor
psikologis yang sangat kuat dan penting untuk suatu kemajuan dan
keberhasilan seseorang. Seseorang yang mengerjakan suatu pekerjaan
dengan disertai minat sebelumnya, pada umumnya akan memperoleh
hasil yang lebih baik daripada mereka yang tidak berminat
Pengertian Minat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Balai Pustaka, 1995:656), adalah kecenderungan hati yang tinggi
terhadap sesuatu, keinginan. Sejalan dengan itu menurut Mapiare
(1982:62), minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari
campuran perasaan, harapan, pendirian, prasangka atau kecenderungan
yang mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu. Ini berarti
selain karena perasaan senang, orang yang berminat terhadap suatu
objek juga mempunyai harapan-harapan untuk memperoleh manfaat
dari objek tersebut. Kalau memberikan manfaat dia cenderung untuk
memilih objek tersebut. Menurut Witherington (1963:90), minat
adalah kesadaran seseorang, bahwa suatu objek, seseorang, suatu
situasi mengandung sangkut paut dengan dirinya. Minat harus
dipandang sebagai suatu sambutan yang sadar, kalau tidak demikian
minat itu tidak mempunyai arti sama sekali.
Menurut The Liang Gie (1995:16), minat melahirkan
perhatian wajar yang tidak dipaksakan dengan tenaga kemauan. Minat
melahirkan perhatian wajar yang tidak dipaksakan akan memudahkan
terciptanya konsentrasi dan menjadi benteng pelindung melawan
gangguan-gangguan perhatian apapun dari luar. Minat selain
memungkinkan pemusatan pikiran, juga akan menimbulkan
kegembiraan dalam usaha belajar. Keriangan hati akan memperbesar
daya kemampuan belajar seseorang dan juga membantunya tidak
Amstrong (The Liang Gie, 1995:133), ada 10 (sepuluh) cara untuk
memperoleh minat sebagai berikut :
1. Hendaknya berusaha menetapkan apa yang ingin diperbuatnya dan ke mana akan menuju.
2. Tetapkan suatu alasan bagi pekerjaan yang dilakukan dan dengan demikian membersihkannya dari unsur pekerjaan yang membosankan.
3. Hendaknya berusaha menentukkan tujuan hidupnya : ingin menjadi apa?
4. Lakukan suatu usaha yang sungguh-sungguh untuk menangkap keyakinan dan pengabdian diri pada pelajaran yang bersangkutan. 5. Hendaknya membangun suatu sikap yang positif, yaitu mencari
minat-minat yang baik ketimbang alasan-alasan penghindar yang buruk.
6. Hendaknya menerapkan keaslian dan kecerdasannya dalam mata pelajaran sebagaimana dilakukannya pada kegemarannya.
7. Berlakulah jujur terhadap diri sendiri.
8. Praktekan kebajikan-kebajikan dari minat dalam ruang kuliah, yaitu tampak dari berbuat seakan-akan sungguh berminat.
9. Hendaknya menggunakan nalurinya menghimpun untuk
mengumpulkan keterangan. Hal ini tidak saja membantu perkembangan minat, melainkan juga konsentrasi.
10.Janganlah takut untuk menggunakan rasa ingin tahu.
Menurut Freeman (The Liang Gie, 1995:135), ada 10 (sepuluh)
cara untuk memperoleh minat sebagai berikut :
1. Hendaknya menyingkirkan pengganggu-penggangu yang tak
penting dan tak dikehendaki seperti misalnya suara, rasa lapar, dan rasa dingin.
2. kesampingkanlah urusan-urusan mendesak lainnya dengan cara mencatatnya atau menyusun jadwal penyelesaiannya.
3. Tekanlah pikiran-pikiran yang tak dikendaki dengan cara secepatnya beralih ke topik yang sedang dipelajari.
4. Hendaknya memahami apa yang sedang dipelajarinya.
5. Punyailah suatu minat yang hidup terhadap mata pelajaran di luar jam studi.
6. Hendaknya menggunakan banyak sumber-sumber ide dan
7. Janganlah berusaha mempelajari suatu mata pelajaran secara tersendiri, melainkan berusaha mempertalikannya sepanjang waktu dengan kehidupan sehari-hari.
8. Hendaknya berusaha membaca suatu buku mengenai sejarah sesuatu mata pelajaran.
9. Usahakan mengetahui pertalian mata pelajaran itu dengan mata pelajaran lainnya dan bagaimana mata pelajaran itu dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari.
10.Perhatikan film-film, acara televisi dan radio yang berhubungan dengan mata pelajaran itu.
Mengenai cara untuk mengembangkan minat terhadap mata pelajaran
yang tak disenangi, Colin Woodley (The Liang Gie, 1995:135),
menyatakan bahwa dengan mempelajarinya secara sungguh-sungguh
dan baik.
Menurut Winkel (1985:30) dan Walgito (1981:8) sebagai
kecenderungan yang menetap pada diri seseorang terhadap suatu
obyek dan merasa senang berkecimpung dalam hal itu yang mana
disertai rasa ingin tahu, ingin mempelajari, dan kemudian ingin
membuktikan lebih lanjut tentang hal yang diketahui. Mengeani
munculnya minat, Winkel memberikan urutan-urutan untuk mencapai
minat sebagai berikut :
Perasaan Sikap minat
Bila dihubungkan dengan minat seseorang untuk berwirausaha,
mula-mula seseorang akan merasa senang terhadap wirausaha.
Perasaan tersebut muncul karena seseorang telah mengenal dan karena
dia memandang bahwa berwirausaha dapat memberikan manfaat dan
berharga bagi dirinya, maka timbulah sikap yang positif. Dia akan
dengan sikap wirausaha. Dengan demikian dapat dikatakan minat
seseorang untuk berwirausaha telah muncul.
Minat pada diri seseorang tidak terjadi secara tiba-tiba
melainkan suatu proses. Anak mempunyai minat dari pembawaannya
kemudian memperoleh perhatian dan interaksi dengan lingkungan
sehingga minatnya dapat tumbuh dan berkembang. Minat merupakan
suatu pernyataan psikis yang menunjukkan adanya pemusatan
perhatian terhadap suatu obyek tertentu yang menarik perhatian
(Widodo, 1989:18). Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa minat adalah dorongan psikis yang ditunjukkan oleh adanya
kesadaran yang mendorong perhatian pada suatu obyek disertai dengan
keinginan untuk terlibat dengan obyek tersebut dalam usahanya untuk
memenuhi harapan-harapan yang telah ada dalam dirinya, maka di
dalam minat terdapat adanya unsur-unsur kesadaran, perhatian,
keinginan, dan juga harapan untuk terlibat langsung pada suatu obyek
tertentu yang diminati.
Faktor-faktor yang mempengaruhi minat berwiraswasta
menurut Haryono (1995: 10) adalah faktor dari dalam dirinya (faktor
intern) dan faktor yang berasal dari luar dirinya (faktor ekstern).
a. Faktor-faktor dari dalam meliputi :
1. Faktor Bakat
Bakat adalah kecakapan khusus dalam bidang tertentu yang
yang dilahirkan dari orang yang berwiraswasta maka
setidaknya anak tersebut akan mempunyai kecakapan khusus
dalam bidang wiraswasta yang dapat menyebabkan anak
tersebut juga ingin terjun dalam bidang wiraswasta.
2. Faktor Kepribadian
Kepribadian adalah totalitas perilaku seseorang yang sifatnya
menetap. Kepribadian seseorang ini sangat berpengaruh dalam
pemilihan jenis pekerjaan, karena pilihan kerja yang baik yang
berakar dari cocoknya kepribadian tersebut yang
memungkinkan diekspresikannya sifat-sifat kepribadian
tersebut.
3. Faktor Kemampuan
Kemampuan adalah suatu kecakapan seseorang dalam bidang
tertentu yang dapat diperoleh dari hasil belajar, melalui
pendidikan formal maupun pendidikan non formal. Kecakapan
seseorang itu sangat berpengaruh dalam pemilihan jenis
pekerjaan.
b. Faktor-faktor dari luar meliputi :
1. Adanya sarana atau fasilitas
Tersedianya modal material yang berupa fasilitas sarana dan
biaya untuk membuka usaha, dengan sendirinya akan
2. Faktor keluarga atau latar belakang keluarga
Adanya dorongan orang tua, saudara-saudara, merupakan
pengaruh bagi bidang kerja seseorang.
3. Latar belakang pendidikan seseorang
Misalnya jurusan penjualan dipersiapkan untuk menjadi
wirausaha karena dia mempunyai bekal ilmu yang diperoleh di
sekolah dapat mendukung minatnya dalam berwirausaha.
4. Latar belakang sosial masyarakat
Adanya pekerjaan yang mendomonasi suatu daerah akan sangat
berpengaruh terhadap pilihan pekerjaan. Apabila dalam
masyarakat banyak dijumpai wiraswastawan yang berhasil,
maka akan mempengaruhi minat berwiraswasta seseorang.
Dengan pengertian minat dan pengertian kewirausahaan yang
telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan pengertian minat
berwirausaha sebagai suatu keadaan dimana seseorang mempunyai
perasaan senang menaruh perhatian pada sesuatu serta berusaha untuk
mengetahui, melakukan pendekatan, memperhatikan dengan seksama,
melibatkan diri dan mengarahkan individu pada suatu pilihan tertentu.
D. Hakekat Prestasi Kejuruan
Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia istilah Prestasi diartikan
sebagai hasil yang dicapai, misal Siswa Sekolah Menengah Kejuruan
dimaksud adalah hasil dari belajar siswa tersebut yakni memuaskan.
Pengukuran prestasi belajar diketahui dari total nilai semester II. Dari nilai
total dibagi jumlah mata pelajaran akan didapat nilai rata-rata siswa.
Sedangkan kejuruan, yang berarti Sekolah Kejuruan atau Lembaga
Pendidikan Kejuruan sebagai suatu proses belajar-mengajar yang
menekankan lulusannya memiliki ketrampilan khusus untuk bekerja atau
memenuhi kualitas pekerjaan yang diinginkan. Pernyataan demikian
diperkuat oleh (Widodo1898:22) bahwa Sekolah Kejuruan merupakan
lembaga pendidikan yang menyiapkan lulusannya untuk langsung terjun ke
lapangan kerja, oleh karena itu Sekolah Kejuruan mempunyai hubungan erat
dengan dunia kerja. Jadi sekolah kejuruan mempersiapkan lulusannya untuk
langsung dapat memasuki dunia kerja atau memperoleh dan menciptakan
lapangan pekerjaan sesuai dengan disiplin ilmu pengetahuan serta
keterampilan atau skill yang dimilikinya.
Dari pengertian seperti tersebut di atas maka prestasi kejuruan dapat
diartikan sebagai berikut yaitu suatu kemajuan yang dicapai melalui
pendidikan yang dihasilkan dari pengembangan dan kemampuan kognitif,
afektif, dan psikomotorik, sehingga dapat diwujudkan dengan kecakapan
E. Kerangka Berpikir
1. Hubungan Status Sosial Ekonomi Orang Tua Dengan Minat
Berwirausaha
Status adalah tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok
sosial sehubungan dengan orang-orang lainnya dalam kelompok
tersebut atau tempat suatu kelompok sehubungan dengan
kelompok-kelompok lainnya di dalam kelompok-kelompok yang lebih besar lagi.
Oleh sebab itu status sosial dapat diartikan tingkatan, keadaan, jati
diri atau hal yang sebenarnya ada pada diri seseorang, misalnya tingkat
pendidikannya ataupun kedudukannya dalam masyarakat.
Sedangkan ekonomi dapat diartikan sebagai pengetahuan dan
pendidikan mengenai asas-asas penghasilan, pembagian (distribusi) dan
pemakaian barang-barang mengenai kekayaan (seperti halnya keuangan,
urusan rumah tangga, kehematan). (Poerwadarminto, 1995: 267) adapun
yang dimaksud ekonomi yang berhubungan dengan orang tua adalah
tingkatan materiil atau segala sesuatu yang berhubungan dengan
kekayaan materi orang tua.
Sedangkan orang tua dapat diartikan sebagai setiap orang yang
bertanggungjawab dalam suatu keluarga atau rumah tangga, yang dalam
kehidupan sehari-hari lazim disebut ibu bapak (Nasution, 1985: 1).
Sehingga orang tua adalah yang utama dan terutama memegang
dalam kelangsungan hidup suatu rumah tangga atau keluarga.
maupun dalam asuhan dan bimbingan disebut anggota keluarga. Di
mana mereka harus patuh pada ketentuan-ketentuan yang telah
digariskan dalam rumah tangga. Sehingga orang tua mempunyai
peranan-peranan yang penting dan memiliki tanggungjawab yang besar
terhadap anggota keluarga yang berada dibawah tanggungjawabnya.
Dari pengertian tersebut di atas maka, status sosial ekonomi orang
tua dapat diartikan sebagai tingkatan kemampuan seseorang untuk
mencukupi kebutuhan hidupnya dilihat kepemilikan barang-barang
berharga, tingkat pendidikan orang tua dan kedudukan bapak atau ibu di
dalam masyarakat.
Seorang anak yang berasal dari keluarga dengan status sosial
ekonomi yang tinggi akan mempunyai kesempatan yang lebih luas
dalam mengembangkan kemampuan serta ketrampilan yang dimilikinya
daripada seorang anak yang berasal dari keluarga yang mempunyai
status sosial ekonomi yang rendah. Orang tua yang mempunyai status
sosial ekonomi sedang atau tinggi akan selalu mendampingi
perkembangan anak baik itu dalam hal pendidikan maupun dalam
menyediakan fasilitas berupa alat dan modal bagi anak untuk menjadi
wirausaha. Sedangkan anak yang berasal dari keluarga yang mempunyai
status sosial ekonomi rendah mempunyai kesempatan yang lebih
terbatas dalam mengembangkan kemampuan dan keterampilan yang
hal pendidikan, modal maupun fasilitas untuk menumbuhkan minat
berwirausaha.
Dengan demikian minat berwirausaha bagi lulusan SMK tidak
lepas dari keberadaan orang tua. Diduga status sosial ekonomi
mempunyai hubungan positif dengan minat berwirausaha.
2. Hubungan Prestasi Belajar Kejuruan Dengan Minat Berwirausaha
Prestasi merupakan tujuan utama di dalam belajar mengajar baik
pada Lembaga Pendidikan Kejuruan maupun Lembaga pendidikan
Umum. Seorang anak akan lebih banyak mengenal pengetahuan
sehingga prestasi atau kemampuan yang dimilikinya akan lebih tinggi.
Prestasi yang dimiliki tersebut dapat dipergunakan untuk memasuki
lembaga pendidikan yang lebih tinggi, yang berarti sesuai dengan tujuan
pendidikan pada Sekolah Umum yaitu dipersiapkan untuk memasuki
jenjang pendidikan yang lebih tinggi, tetapi lain halnya dengan prestasi
belajar kejuruan diharapkan dapat digunakan untuk mencari pekerjaan
atau membuka lapangan pekerjaan sesuai dengan kemampuannya.
Prestasi belajar dapat dipakai sebagai petunjuk ke arah mana
seseorang seharusnya memilih pekerjaan. Karena keberhasilan dalam
belajar akan menjadi motivasi dan modal dasar dalam memilih suatu
pekerjaan. Prestasi belajar kejuruan siswa pada program keahlian
penjualan yang tinggi mencerminkan penguasaan keterampilan pada
program keahlian penjualan yang tinggi pula. Hal ini akan sangat
keahlian yang ditekuninya. Sebaliknya apabila prestasi belajar kejuruan
siswa rendah dapat menimbulkan keraguan apabila akan berwirausaha
karena merasa keterampilan yang dimiliki kurang memadai. Dari uraian
diatas dapat diduga bahwa prestasi belajar kejuruan siswa mempunyai
hubungan positif dengan minat berwirausaha.
F. Paradigma Penelitian
Berdasarkan pada deskripsi dan kerangka berfikir, maka akan dibuat
paradigma penelitian sebagai berikut:
Status Sosial Ekonomi Orang Tua
(X1)
Minat Berwirausaha (Y)
Prestasi Belajar Kejuruan Siswa
(X2)
Melalui gambar diatas, maka dapat diketahui bahwa terdapat
hubungan antara status sosial ekonomi orang tua (X1) dan prestasi belajar
G. Hipotesis
Berdasarkan pada kerangka teoritis dan kerangka berpikir di atas maka
dapat diajukan hipotesis sebagai berikut :
1. Ada hubungan positif antara status sosial ekonomi orang tua dengan
minat berwiraswasta.
2. Ada hubungan positif antara prestasi belajar kejuruan siswa dengan
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan meliputi :
1. Deskriptif
Yaitu suatu penelitian yang terbatas pada usaha mengungkapkan
maksud dan keadaan sebagaimana adanya berdasarkan fakta-fakta yang
tampak.
2. Studi Kasus
Yaitu penelitian tentang subyek tertentu dimana subyek tersebut
terbatas, maka kesimpulan yang diperoleh hanya berlaku pada subyek
yang diteliti.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Sanjaya Pakem Sleman Yogyakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan September 2008 – November
C. Subyek dan Obyek Penelitian
1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah orang-orang yang terlibat dalam penelitian,
dalam hal ini mereka bertindak sebagai pemberi informasi yang
berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Subyek penelitian ini
meliputi kepala sekolah, guru, dan siswa-siswi SMK Sanjaya Pakem
Sleman Yogyakarta kelas II dan III jurusan penjualan.
2. Obyek Penelitian
Obyek penelitian adalah sesuatu yang menjadi pokok pembicaraan
dalam penelitian. Dalam hal ini yang menjadi obyek penelitian adalah
status sosial ekonomi orang tua, prestasi belajar kejuruan siswa, dan
minat berwiraswasta.
D. Populasi
Pengertian populasi menurut Sugiyono (1999:72) adalah wilayah
generalisasi yang terdiri dari objek dan subjek yang mempunyai kuantitas dan
karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari.
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas
II dan III Jurusan Penjualan SMK Sanjaya Pakem Sleman Yogyakarta.
Berdasarkan survai awal penelitian ini, didapat jumlah populasi siswa kelas II
jurusan penjualan sebanyak 31 siswa dan kelas III jurusan penjualan sebanyak
21 siswa. Jadi keseluruhan responden sebanyak 52 siswa. Dalam penelitian
merupakan penelitian populasi. Penelitian populasi (Arikunto, 2006:130),
adalah pendekatan semua elemen yang ada di dalam wilayah penelitian.
Alasan dari pemilihannya adalah karena siswa kelas II dan III jurusan
Penjualan sudah menempuh mata pelajaran kewirausahaan.
E. Operasionalisasi Variabel
Variabel penelitian adalah obyek penelitian yang bervariasi atau apa
yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian ini ada 3
variabel yaitu variabel bebas (Independen Variabel), yang meliputi status
sosial ekonomi orang tua (X1) dan prestasi belajar kejuruan siswa (X2).
Variabel terikat (Dependent Variabel) adalah minat berwirausaha (Y).
1. Variabel status sosial ekonomi
Status sosial ekonomi mencakup unsur pendidikan, jabatan dalam
masyarakat, penghasilan yang dimiliki oleh orang tua, pemilikan
barang-barang berharga yang dimiliki seseorang di dalam suatu masyarakat atau
kelompoknya. Berikut ini disajikan tabel kisi-kisi operasionalisasi
[image:60.595.87.514.201.700.2]variabel status sosial ekonomi orang tua.
Tabel 3.1
Kisi-kisi Operasionalisasi Variabel Status Sosial Ekonomi
No Indikator No Pertanyaan
1. Pendidikan terakhir orang tua 1,2
2. Jabatan dalam masyarakat 3
3. Kondisi tempat tinggal 4,5,6,7,8,9
4. Kepemilikan barang-barang
berharga 10,11,12,13,14,15,16,17
Skor setiap pernyataan selanjutnya dinyatakan dalam 4 skala Likert
Pengukuran status sosial ekonomi orang tua siswa terlebih dahulu di
kuantitatifkan dengan memberi skor dan jika tidak menjawab akan diberi
skor 0 pada bagian kepemilikan barang berharga.
Deskripsi Item Skor Pertanyaan
1. Pendidikan terakhir Ayah anda :
a. Tamat SD 1
b. Tamat SLTP 2
c. Tamat SLTA 3
d. Tamat Diploma / Sarjana 4
2. Pendidikan terakhir Ibu anda :
a. Tamat SD
1
b. Tamat SLTP 2
c. Tamat SLTA 3
d. Tamat Diploma / Sarjana 4
3. Jabatan yang dimiliki oleh orang tua anda di kampung :
a. Yang dituakan dalam masyarakat 1
b. Pengurus RT / RW 2
c. Kepala Dukuh 3
d. Kepala Desa 4
4. Status rumah orang tua anda :
a. Menumpang saudara 1
b. Sewa tanah 2
c. Kontrak rumah dan tanah 3
d. Milik sendiri 4
5. Luas rumah orang tua anda :
a. Kurang dari 36 m2 1
b. 37 m2 – 75 m2 2
c. 76 m2 – 100 m2 3
d. Lebih dari 100 m2 4
6. Atap rumah orang tua anda terbuat dari :
a. Genteng kripik 1
b. Genteng asbes 2
c. Genteng pres 3
d. Genteng semen 4
7. Dinding rumah orang tua anda terbuat dari :
a. Gedeg 1
b. Papan biasa (bukan jati) 2
c. Setengah Tembok 3
d. Tembok 4
8. Lantai rumah orang tua anda terbuat dari :
a. Semen / Plesteran 1
c. Keramik 3
d. Marmer 4
9. Langit-langit rumah anda terbuat dari :
a. Tidak ada langit-langit 1
b. Gipsum 2
c. Triplek 3
d. Anyaman bambu 4
Barang-barang yang dimiliki orang tua anda :
Barang yang
dimiliki Jumlah dan Perkiraan harga
Skor Pertanyaan
10. Mesin Cuci a. < Rp 500.000
b. Rp 500.000 – Rp 1.000.000 c. Rp 1.000.000 – Rp 5.000.000 d. > Rp 5.000.000
1 2 3 4 11. Kulkas a. < Rp 500.000
b. Rp 500.000 – Rp 1.000.000 c. Rp 1.000.000 – Rp 5.000.000 d. > Rp 5.000.000
1 2 3 4 12. Sepeda motor 2 – 3 buah, perkiraan harga :
a)Rp 5.000.000-Rp 10.000.000 b)Rp 10.000.000-Rp 20.000.000 c)Rp 20.000.000-Rp 35.000.000 d)> Rp 35.000.000
1 2 3 4 13. Sepeda a. < Rp 100.000
b. Rp 100.000 – Rp 500.000 c. Rp 500.000 – Rp 1.000.000 d. > Rp 1.000.000
1 2 3 4 14. Komputer a. < Rp 500.000
b. Rp 500.000 – Rp 1.000.000 c. Rp 1.000.000 – Rp 5.000.000 d. > Rp 5.000.000
1 2 3 4 15. Televisi a. < Rp 500.000
b. Rp 500.000 – Rp 1.000.000 c. Rp 1.000.000 – Rp 5.000.000 d. > Rp 5.000.000
1 2 3 4 16. VCD player a. < Rp 500.000
b. Rp 500.000 – Rp 1.000.000 c. Rp 1.000.000 – Rp 5.000.000 d. > Rp 5.000.000
1 2 3 4 17. Hand Phone a. < Rp 500.000
b. Rp 500.000 – Rp 1.000.000 c. Rp 1.000.000 – Rp 5.000.000 d. > Rp 5.000.000
2. Variabel prestasi belajar kejuruan
Prestasi belajar merupakan suatu kecakapan nyata yang dimiliki
seseorang yang merupakan hasil dari proses yang dilakukan dalam
rangka menyiapkan diri untuk menambah pengetahuan, yang hasilnya
dapat dilihat secara nyata dan dapat diukur menggunakan alat ukur yaitu
test. Hasil yang diperoleh itu merupakan bentuk aktualisasi diri. Sejauh
mana anak menguasai dan memahami materi pelajaran ditunjukkan
dengan adanya nilai yang berhasil dicapai siswa. Pengukuran prestasi
belajar diketahui dari total nilai semester II. Dari nilai total dibagi jumlah
mata pelajaran akan didapat nilai rata-rata siswa.
3. Variabel minat berwiraswasta
Minat berwiraswasta merupakan aspek psikologis seseorang untuk
menaruh perhatian terhadap kegiatan tertentu dan mendorong orang yang
bersangkutan untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Pengukuran
variabel minat berwirausaha dalam penelitian ini didasarkan pada 8
(delapan) indikator yang meliputi: (a) ketertarikan; (b) perasaan senang;
(c) keinginan/dorongan untuk terlibat dalam kegiatan wirausaha; (d)
harapan untuk memperoleh manfaat; (e) pendirian; (f) kemampuan; (g)
konsentrasi; (h) rasa ingin tahu.
Berikut ini disajikan tabel kisi-kisi operasionalisasi variabel minat
Tabel 3.2
Kisi-kisi Operasionalisasi Variabel Minat Berwirausaha No Indikator No Pertanyaan
1. Ketertarikan 1,2
2. Perasaan senang 3,4
3. Keinginan/dorongan untuk terlibat
dalam kegiatan wirausaha
5,6,7,8,9
4. Harapan untuk memperoleh manfaat 10
5. Pendirian 11
6. Kemampuan 12,13
7. Konsentrasi 14
8. Rasa ingin tahu 15
Skor setiap pernyataan selanjutnya dinyatakan dalam 4 skala Likert
dengan model multiple choice.
Pengukuran variabel minat berwirausaha dengan memberi skor pada
setiap jawaban yaitu untuk jawaban A skor 1, B skor 2, C skor 3, dan D
skor 4.
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Kuesioner
Kuisioner merupakan sejumlah daftar pertanyaan yang diberikan kepada
reponden untuk diisi sesuai dengan keadaan responden. Metode ini
digunakan untuk mengumpulkan data tentang status sosial ekonomi orang
tua, prestasi belajar kejuruan siswa, dan minat berwirausaha.
2. Wawancara
Wawancara merupakan dialog yang dilakukan oleh peneliti dimaksudkan
untuk mendapatkan keterangan-keterangan yang diperlukan. Metode ini
diperlukan untuk mendapatkan data-data untuk melengkapi data-data yang
G. Teknik Pengujian Instrumen
Agar alat ukur yang dipakai dapat dipertanggungjawabkan atau dapat
dipercaya harus diuji terlebih dahulu. Pengujian tersebut dimaksudkan untuk
mengetahui apakah alat ukur tersebut memang cocok dan mantap jika
diterapkan pada variabel yang diukur. Dalam dunia penelitian kecocokan dan
kemantapan alat ukur disebut dengan validitas dan realibilitas instrumen.
1. Validitas
Pengujian validitas (test of validity) dimaksudkan untuk
mengetahui apakah butir-butir pertanyaan mampu mengukur yang
seharusnya diukur (sahih) atau tidak. Pengujian validitas dilakukan dengan
mengkorelasikan antar skor jawaban masing-masing item pertanyaan
dengan skor total yang diperoleh dari penjumlahan skor pertanyaan. Uji
validitas digunakan dengan rumus Ko