BAB II
PEMBAHASAN DAN ANALISIS
A.
Uang Elektronik
(E-Money)
1.
Defenisi Uang Elektronik
Industri perbankan secara signifikan dipengaruhi oleh perkembangan teknologi.
Pertumbuhan aplikasi jaringan kemputerisasi perbankan mengurangi biaya transaksi dan
meningkatkan kecepatan layanan secara substansial.1
13
Sifat perantara membuat
bank-bank meningkatkan teknologi produksi mereka dengan berfokus pada distributor produk,
sehingga perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saat ini telah mendorong
perkembangan alat pembayaran menggunakan kartu (Kartu Kredit, Kartu Debit, Kartu
ATM), dan kartu prabayar berbasis elektronik (Uang Elektronik/e-money).
Perkembangan alat industri berbasis kartu sangat cepat, karena selain lebih efisien dalam
penggunaannya juga dapat meningkatkan perekonomian Negara. Disisi lain,
perkembangan uang elektronik dapat digunakan sebagai alternative alat pembayaran non
tunai yang dapat menjangkau masyarakat yang selama ini belum mempunyai akses
kepada sistem perbankan. Mengingat alat pembayaran berbasis kartu dan uang elektronik
memiliki fungsi seperti uang, maka untuk memberikan perlindungan kepada pemegang,
meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap instrument pembayaran, dan mendukung
kelencaran tugas Otoritas Jasa Keuangan dalam melakukan pengawasan terhadap sector
jasa keuangan, namun selalu terkait dengan Bank Indonesia sebagai bank sentral.
1
13
Berikut adalah defenisi Uang Elektronik (e-money) dari beberapa sumber.
a. Uang Elektronik adalah sistem pembayaran secara elektronik yang
dipergunakan untuk transaksi oline,yakni elemen digital yang dibuat dan
dapat digunakan sebagai uang.142
b. Uang elektronik adalah stured-value atau prepaid, dimana sejumlah nilai
uang (monetary value) tersimpan dalam peralatan elektronik. Nominal
uang yang tersimpan secara elektronik dilakukan dengan menukar
sejumlah uang atau melalui pendebitan rekening bank lalu disimpan dalam
peralatan elektronis. Dengan alat elektronik yang sudah tersimpan dana
nasabah dapan melakukan berbagai transaksi.153
c. Electronic Money (E-money) dikenal dengan nama Electronic Cash,
Electronic Currency, Digital Money, Digital Cash, atau Digital Currency
adalah alat pembayaran yang menggunakan elektronik sebagai media.
E-money sebagai alat pembayaran yang mana nilai uangnya tersimpan dalam
media elektronik.164
d. Defenisi Uang Elektronik atau e-money sendiri menurut Bank Indonesia
adalah segala bentuk jenis uang yang dapat diakses secara online dan
tersimpan di sebuah server atau kartu chip (microchip di dalam kartu
ATM, kartu Kredit, kartu debit, Uang Elektronik).benda yang masuk
dalam kategori uang modern ini dapat dipergunakan untuk segala macam
142
Nufransa Wira Sakti, 2014, Buku Pintar E-commerce, Transmedia Pustaka, Jakarta . Hlm 33 153
Rahman Hakim, Uang Elektronik (electronic Money) di Indonesia, From : URL
http://blog.pasca.gunadarma.ac.id/2013/05/16/uang-elektronik-electronic-money-di-indonesia/ Dikunjungi pada tanggal 20 januari 2016 pukul 08:12 WIB
164
kebutuhan transaksi termasuk pembayaran, tagihan kartu kredit,
pembayaran asuransi hingga penarikan uang secara tunai.175
e. Bank Sentral Eropa memberikan defenisi singkat yang baik dari uang
elektronik “ uang elektronik secara luas didefenisikan sebagai toko
elektronik nilai moneter pada perangkat teknis yang mungkin banyak
digunakan untuk melakukan pembayaran kepada usaha selain penerbit
tanpa harus melibatkan rekening bank di transaksi, tetapi bertindak
sebagai instrument pembawa prabayar.186
Bank Sentral Eropa tahun 2000 dalam jurnal Reynolds Griffith, Stephen F. Austin
State University, menjelaskan bahwa uang elektronik memiliki nilai tersimpan atau
prabayar, dimana sejumlah nilai uang disimpan dalam suatu media elektronis yang
dimiliki seseorang. Nilai uang dalam e-money dapat digunakan untuk berbagai jenis
pembayaran (multipurpose) dan berbeda dengan instrument single purpose seperti kartu
telepon. Penggunaan uang elektronik sebagai alat pembayaran dapat memberikan
kemudahan dan kecepatan dalam melakukan transaksi-transaksi pembayaran tanpa perlu
membawa uang tunai. Uang elektronik sangat bermanfaat untuk melakukan transaksi
masal yang bernilai kecil, namun frekuensinya tinggi, seperti: Transportasi, parker, tol,
fast food, dan pembayaran-pembayaran lainnya.
17
5 Uang Elektronik Bank Indonesia, e-money sistem pembayaran Non tunai era digital, from :URL :
http://www.berjibaku.com/2014/12/uang-elektronik-bank-indonesia-emoney-sistem-pembayaran-nontunai-era-digital.html , dikunjungi pada tanggal 20 januari 2016 pukul 11:40
18
Dalam peraturan Bank Indonesia Nomor.11/12/PBI/2009 tentang Uang Elektronik
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan uang elektronik (Electronic Money) adalah
alat pemabayarn yang memenuhi unsur-unsur sebagai berikut19 7:
a. Diterbitkan atas dasar uang yang disetor terlebih dahulu oleh pemegang
kepada penerbit;
b. Nilai uang disimpan secara elektronik dalam suatu media seperti server
atau chip;
c. Digunakan sebagai alat pembayaran kepada pedagang yang bukan
merupakan penerbit uang elektronik tersebut, dan
d. Nilai uang elektronik yang dikelola oleh penerbit bukan merupakan
simpanan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur
mengenai perbankan.
Uang elektronik (e-money) pada awalnya dikenal dengan sebutan kartu
penyimpanan dana (stored Value Card) yaitu sebuah kartu yang berfungsi untuk
menyimpan sebuah dana dalam jumlah yang didepositkan. Fungsinya hampir sama
dengan kartu debit, namun kartu penyimpanan dana tidak menyimpan identitas dari
pengguna atau pemegang kartu.
197
Dilihat dari media yang digunakan, ada dua tipe produk uang elektronik
(e-money) yaitu:208
1. Prepaid Card/kartu prabayar/electronic purses, dengan karakteristik :
a. Nilai uang dikonversi menjadi nilai elektronik dan disimpan dalam
suatu chip, yang tertanam dalam kartu;
b. Mekanisme pemindahan dana dilakukan dengan cara memasukan
kartu ke suatu alat card reader.
2. Prepaid software/digital cash, dengan karakteristik :
a. Nilai uang dikonversikan menjadi nilai elektronik dan disimpan
dalam suatu hard disk computer yang terdapat dalam Personal
Computer (PC);
b. Mekanisme pemindahan dana dilakukan secara online melalui
suatu jaringan komunikasi seperti internet, pada saat melaukan
pembayaran.
Penerbit dapat menerbitkan jenis uang elektronik yang mewajibkan pendaftaran
data identitas pemegang (registered), dan jenis uang elektronik yang tidak memerlukan
pendaftaran data identitas pemegang (unregistered). Pencatatan data identitas pemegang
uang elektronik paling sedikit memuat nama, alamat, tanggal lahir, dan data lain
tercantum pada buku identitas pemegang. Perolehan data identitas pemegang dilakukan
dengan menyediakan sarana atau formulir aplikasi yang harus diisi calon pemegang
208
disertai fotokopi identitas calon pemegang. Keharusan pengisian data pemegang
diperuntukan bagi pemegang yang baru pertama kali mengajukan sebagai pemegang dan
penerbit sama sekali belum mempunyai data lengkap, benar dan akurat mengenai
identitas pemegang.
Mengenai profil dari uang elektronik, antara lain memuat informasi :
1. Merek (brand name) yang digunakan ;
2. Spesifikasi teknis yang paling kurang memuat informasi mengenai media
penyimpanan data elektronik dan fitur keamanan (security features);
3. Mekanisme pengelolaan uang elektronik yang memuat informasi
mengenai penerbit, pengisian ulang, redeem, dan penagihan oleh
pedagang (merchant), penyelenggaraan kliring, dan Penyelenggaraan
penyelesaian akhir jika ada, dan
4. Mekanisme pengelolaan Dana Float.
Contoh Merk (Brand Name)
dari kartu e-money Indomaret card yang diterbitkan oleh Bank Mandiri.
Gambar I : Tampak Depan Kartu E-moneyIndomaret cart
Contoh..letak..Informasi
Gambar II : Tampak Belakang Kartu E-money Indomart cart
Yang diterbitkan oleh Bank Mandiri
Melalui Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/11/DASP tanggal 13 april 2009 tentang
Uang Elektronik (e-money) dapat dilihat jenis-jenis uang elektronik, yaitu219:
Nomor Persamaan dan
3. Batas nilai transaksi Dalam 1 (satu) bulan untuk setiap uang elektronik secara
Dalam 1 (satu) bulan untuk setiap uang elektronik secara
21
9 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/11/DASP tanggal 13 april 2009 tentang Uang
keseluruhan ditetapkan
(Registered) dan Tidak Terdaftar (Unregisterd)
Sumber : Bank Indonesia
Uang Elektronik (e-money) harus memuat transparansi produk. Penerbit harus
memberikan informasi secara tertulis kepada pemegang atas uang elektronik yang
diterbitkan. Informasi tersebut wajib disampaikan dengan menggunakan bahasa
Indonesia yang jelas dan mudah dimengerti, ditulis dengan huruf dan angka yang mudah
dibaca oleh pemegang kartu. Informasi tersebut sesuai dengan Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor 11/11/DASP tentang Uang Elektronik (e-money) memuat hal-hal
sebagai berikut;
a. Informasi bahwa uang elektronik bukan merupakan simpanan
sebagaimana dimaksud dalam undang-undang mengenai perbankan
sehingga nilai uang elektronik tidak dijamin oleh Lembaga Penjamin
Simpanan (LPS).
b. Prosedur dan tata cara penggunaan uang elektronik, fasilitas yang melekat
redeem serta resiko yang mungkin timbul dari penggunaan uang
elektronik.
c. Hak kewajiban pemegang meliputi :
1) Hal-hal penting yang harus diperhatikan pemegang dalam
penggunaan uang elektronik seperti masa berlaku media uang
elektronik, jika ada dan berhak serta kewajiban pemegang atas
berakhirnya masa berlaku media uang elektronik;
2) Hak dan kewajiban pemegang jika terjadi hal-hal yang
mengakibatkan kerugian bagi pemegang dan/atau penerbit, baik
yang disebabkan oleh kegagalan sistem atau sebab lainya;
3) Jenis dan besarnya biaya yang digunakan.
d. Tata cara pengajuan pengaduan yang berkaitan dengan penggunaan Uang
Elektronik dan perkiraan lamanya waktu penanganan pengaduan tersebut.
e. Tata cara dan konsekuensi penggunaan prodak termasuk tata cara
pengembalian seluruh nilai uang elektronik yang tersisa pada kartu
e-money pada saat itu pemegang mengakhiri penggunaan uang elektronik.
Penerbit dapat menetapkan masa berlaku media uang elektronik antara lain
dengan pertimbangan adanya batas usia teknis dari media uang elektronik yang
digunakan. Dengan berakhirnya masa berlaku media Uang Elektronik, nilai uang
elektronik yang masih tersisa dalam media tersebut tidak serta merta menjadi hapus.
Pemegang memiliki hak tagih atas sisa uang elektronik yang terdapat dalam media
tersebut sempai dengan jangka waktu sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang
Pemenuhan hak tagih atas sisa nilai uang elektronik tersebut dapat dilakukan
dengan berbagai cara antara lain dengan memindahkan sisa nilai uang elektronik tersebut
ke dalam media yang baru. Pemenuhan hak tagih tersebut dapat dikurangi dengan biaya
administrasi yang dikenakan oleh penerbit kepada pemegang kartu uang elektronik.
2.
Perkembangan Uang Elektronik dan Dasar Hukum Sistem
Pembayaran Menggunakan Kartu di Indonesia
2.1.
Perkembangan Uang Elektronik di Indonesia
Uang elektronik (E-money) mulai dikenal masyarakat terutama untuk pembayaran
yang berjumlah kecil, tetapi frekuensi penggunaanya tinggi. Penggunaan uang elektronik
sangat efektif dan efisien untuk pembayaran transportasi seperti Kereta Api, Bis, Parkir,
Tol, Fast Food, dan pembayaran lainnya. Saat ini mulai banyak bank atau lembaga selain
bank yang ikut menerbitkan uang elektronik. Diprediksi ke depan penggunaan uang
elektronik semakin meningkat, sesuai dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat.
Pertumbuhan uang elektronik sangat pesat, pertama kali diterbitkan April 2007 hanya
sebanyak 165.193, tetapi dalam kurun waktu 3 tahun kemudian sudah mencapai 8 juta
kartu uang elektronik yang beredar.2210 Pada tahun 2009 Bank Indonesia mencatat 77%
transaksi di Indonesia merupakan transaksi ritail dengan nominal senilai Rp
113.000.000.000.000 (seratus tiga belas triliun rupiah), dan sebagian besar transaksi
22
10Paper Kajian tentang E-money, E-banking, dan E-commerce, from : URL :
tersebut menggunakan uang tunai yang rata-rata jumlah transaksi tahunnya mencapai 6,2
juta kali transaksi dengan nilai Rp 260.000.000.000.000 (dua ratus enam triliun rupiah),
dengan asumsi peningkatan nilai 10% setiap tahunnya.
Saat ini tercatat sebagian besar transaksi retail sudah dikonversikan ke dalam
bentuk elektronis, dimana informasi telah disimpan dalam chip atau server untuk
kemudian ditransmisikan ke sistem informasi terbuka seperti internet. Inilah yang disebut
uang elektronik (e-money) yang bisa mengurangi peredaran uang tunai di masyarakat.
Berkurangnya penggunaan uang tunai dinilai baik untuk perekonomian, sehingga Bank
Indonesia berusaha mendorong perkembangan perkembangan e-money di Indonesia.
2.2.
Dasar Hukum Sistem Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK)
Dan Uang Elektronik
(E-Money)
Tidak semua kartu digolongkan sebagai alat pembayaran menggunakan kartu dan
juga uang elektronik. Kartu member pelanggan, kartu diskon atau voucher yang
dikeluarkan oleh perusahaan-perusahaan retail tidak dapat digolongkan sebagai alat
pembayaran menggunakan kartu maupun uang elektronik. Sebab kartu jenis ini tidak
mensyaratkan adanya pengisian uang melalui pulsa atau rekening di bank.
Alat pembayaran menggunakan kartu (kartu kredit, ATM/Debit) serta uang
elektronik diatur dalam sejumlah regulasi Peraturan Bank Indonesia (PBI), sebagai
berikut :
1. PBI Nomor 6/30/PBI/2004 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat
2. PBI Nomor 7/52/PBI/2005 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat
Pembayaran Menggunakan Kartu
3. PBI Nomor 10/8/PBI/2008 tentang Perubahan atas PBI Nomor
7/52/PBI/2005 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran
Menggunakan Kartu
4. PBI Nomor 10/4/PBI/2008 tentang Laporan Penyelenggaraan Kegiatan
Alat Pembayaran Menggunakan Kartu oleh Bank Perkreditan Rakyat
(BPR) dan Lembaga Selain Bank
5. PBI Nomor 11/11/PBI/2009 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat
Pembayaran Menggunakan Kartu
6. PBI Nomor 11/12/PBI/2009 tentang Uang Elektronik (Electronic
Money)
7. PBI Nomor 14/2/PBI/2012 tentang Perubahan atas PBI Nomor
11/11/PBI/2009.
Tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (kartu
kredit, ATM/kartu debit) dan uang elektronik (e-money) juga diatur dalam Surat Edaran
Bank Indonesia (SE BI), yaitu :2311
1. SE BI Nomor 7/59/DASP/2005 tentang Tata Cara Penyelenggaraan
Kegiatan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu
2. SE BI Nomor 7/60/DASP/2005 tentang Prinsip Perlindungan Nasabah
dan Kehati-hatian serta Peningkatan Keamanan dalam
Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu
23
3. SE BI Nomor 7/61/DASP/2005 tentang Pengawasan Penyelenggaraan
Kegiatan Alat Menggunakan Kartu
4. SE BI Nomor 8/18/DASP/2006 tentang perubahan atas SE BI Nomor
7/60/DASP/2005 tentang Prinsip Perlindungan Nasabah dan
Kehati-hatian serta Peningkatan Keamanan dalam Penyelenggaraan Kegiatan
Pembayaran Menggunakan Kartu
5. SE BI Nomor 10/04/UKMI/2008 tentang Laporan Penyelenggaraan
Kegiatan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu oleh Bank Perkreditan
Rakyat (BPR) dan Lembaga Selain Bank (LSB)
6. SE BI Nomor 10/07/DASP/2008 tentang Pengawasan
Pengelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu
7. SE Bi Nomor 10/20/DASP/2008 tentang Perubahan Kedua atas SE BI
Nomor 7/20/DASP/2005 tentang Prinsip Perlindungan Nasabah dan
Kehati-hatian serta Peningkatan Keamanan dalam Penyelenggaraan
Kegiatan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu
8. SE BI Nomor 11/10/DASP/2009 tentang Pengyelenggaraan Kegiatan
Alat Pembayaran Menggunakan Kartu
9. SE BI Nomor 11/10/DASP/2009 tentang Uang Elektronik (Electronic
Money)
10.SE BI Nomor 13/22/DASP/2011 tentang Implementasi Teknologi
Chip dan Penggunaan Personal Identification Number (PIN) pada
Pada awal mula, PBI dan SE BI menggolongkan kartu ATM, kartu debet, kartu
kredit, dan kartu prabayar (uang elektronik) dalam satu kategori yaitu alat pembayaran
menggunakan kartu (APMK). Namun, sejak pemberlakuan PBI Nomor 11/11/PBI/2009
dan PBI Nomor 11/12/PBI/2009, terjadi perubahan dimana produk kartu ATM, kartu
kredit, dan kartu debit digolongkan sebagai APMK, tetapi kartu prabayar digolongkan
sebagai uang elektronik.2412
Perubahan penggolongan tersebut dilatarbelakangi bahwa uang elektronik
(e-money) tidak hanya diterbitkan oleh bank saja, tetapi juga diterbitkan oleh lembaga selain
bank. Selain itu, uang elektronik juga memiliki perbedaan dengan alat pembayaran
menggunakan kartu, karena pemegang kartu uang elektronik tidak harus menjadi nasabah
atau membuka rekening di bank tertentu seperti pemegang alat pembayaran
menggunakan kartu lainnya.
Alat pembayaran menggunakan uang elektronik telah berkembanag pesat
sehingga memerlukan perhatian khusus dari sisi pengaturan dan pengawasan.
Sehubungan dengan hal tersebut, pengaturan uang elektronik (e-money) diatur lebih
lengkap dalam peraturan tersendiri yang terpisah dari pengaturan alat pembayaran
menggunakan kartu. Penyelenggaraan alat pembayaran menggunakan kartu yang
sebelumnya diatur dalam PBI Nomor 11/11/PBI/2009 telah mengalami perubahan
berdasarkan PBI Nomor 14/2/PBI/2012. Pembaharuan tersebut dikarenakan banyaknya
khasus pelanggaran dan tindak pidana terhadap kartu kredit. Perubahan tersebut ditujukan
untuk penyempurnaan regulasi kartu kredit yang dalam pelaksanaannya telah
menimbulkan sejumlah dampak negative di masyarakat. Penyempurnaan ini diperlukan
24
dalam rangka mendorong pertumbuhan yang lebih sehat dalam transaksi pembayaran
menggunakan kartu dan menekan keluhan dari pengguna alat pembayaran menggunakan
kartu khususnya pemegang kartu e-money.
Penyelenggaraan alat pembayaran menggunakan kartu yang diselenggarakan oleh
bank wajib menerapkan manajemen risiko sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia yang
mengatur manajemen risiko. Selain itu penyelenggaraan berupa Lembaga Selain Bank
(LSB) yaitu telekomunikasi, juga diwajibkan menerapkan manajemen risiko sesuai
ketentuan manajemen risiko bagi Lembaga Selain Bank (LSB). Apabila belum
mencantumkan ketentuan yang mangatur mengenai manajemen risiko untuk LSB,
penerapan manajemen risiko bagi LSB tunduk pada ketentuan Peraturan Bank Indonesia
(PBI) yang mengatur mengenai manajemen risiko, dan prinsip-prinsip perlindungan
konsumen sesuai dengan peraturan yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan tentang
perlindungan konsumen sektor jasa keungan.
3.
Perbedaan Anatara Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK)
Dan Uang Elektronik
(E-Money)
Uang elektronik (e-money) dalam penerapannya pada saat bertransaksi dengan
alat pembayaran sering disebut dan dikenal dengan stored value/prepaid cash card (kartu
prabayar) ketika dibedakan dengan alat pembayaran menggunakan kartu (APMK) seperti
kartu kredit, kartu debet, dan/atau kartu ATM, karena metode dan instrument pembayaran
yang berbeda kartu kredit, kartu debet, dan/atau kartu ATM. Dalam kegiatan pembayaran
atau transaksi uang elektronik merupakan kegiatan prabayar anatara pemegang kartu dan
sejumlah dana kepada server penerbit (baik Bank maupun Lembaga Selain Bank)
sebelum menggunakan kartu uang elektronik (e-money) tersebut. Dari
perbedaan-perbedaan antara uang elektronik dan alat pembayaran menggunkan kartu tersebut, maka
pengaturannya pun dipisahkan, sehingga memperjelas status hukum sebagai alat
pembayaran menggunakan kartu atau uang elektronik.
Perbedaan antara uang elektronik dan alat pembayaran menggunakan kartu (kartu
kredit, kartu debit dan/atau kartu ATM) lebih jelas dan rinci akan dijelaskan dalam tabel
berikut :
1 Keamanan Tidak menggunakan Personal
Identification Number (PIN)
Menggunakan Personal Identification Number (PIN)
2 Penerbit Bisa diterbitkan oleh Bank maupun Lembaga Selain Bank
6 Status pemegang kartu Bisa sebagai Nasabah Bank penerbit maupun tidak.
Harus menjadi Nasabah Bank tertantu.
7 Tipe transaksi Prabayar (pada saat transaksi bisa secara On-line maupun Off-line)
8 Letak Dana Tersimpan dalam media penyimpanan Dana
Tersimpan dalam rekening Bank Penerbit
9 Proses Transaksi Langsung, tanpa harus ada persetujuan
Hubungan Jual Beli Simpan Menyimpan Uang
Tabel II: Perbedaan Uang Elektronik (e-money) dan Alat Pembayarn
Menggunakan Kartu (APMK)
1) Keamanan : Pada saat pemegang kartu Uang Elektronik (e-money) melakukan
transaksi berbeda dari segi keamanan dengan transaksi menggunakan Alat Pembayara
Menggunakan Kartu (APMK) karena proses transaksi dengan menggunakan uang
elektronik tidak membutuhkan Personal Identification Number (PIN), dibandingkan
dengan Alat Pembayarn Menggunakan Kartu (APMK) yang membutuhkan Personal
Identification Number (PIN) untuk proses transaksi sesuai dengan Romawi I.B.1-2 Surat
Edaran Bank Indonesia Nomor 13/22/DASP/2011 tentang Implementasi Teknologi Chip
dan Penggunaan Personal Identification Number (PIN) pada Kartu ATM dan/atau Kartu
Debit yang Diterbitkan di Indonesia.2513
2) Penerbit : lembaga yang dapat menerbitkan Uang Elektronik (e-money) bisa Bank
maupun Lembaga Selain Bank sesuai dengan Pasal 5 ayat (1) Peraturan Bank Indonesia
Nomor 16/8/PBI/2014 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor
11/12/PBI/2009 Tentang Uang Elektronik (Electronic Money) yang berbunyi demikian
“Kegiatan sebagai Penerbit dapat dilakukan oleh Bank atau Lembaga Selain Bank” hal
ini sama seperti penerbit dalam Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) dimana
25
dikatakan dalam Pasal 5 ayat (1) Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/11/PBI/2009
tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu yang berbunyi
demikan “ Kegiatan sebagai Penerbit dapat dilakukan oleh Bank atau Lembaga Selain
Bank”26
14 namun disni terdapat perbedaan yang mendasar, dimana dalam proses penerbitan
Uang Elektronik (e-money) pemegang tidak perlu menjadi nasabah pada bank penerbit,
berbeda halnya dengan proses penerbitan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK)
dimana pemegang kartu harus menjadi nasabah bank penerbit baru bisa menjadi
pemegang kartu pembayaran.
3) Informasi Pemegang Kartu : Perbedaan antara informasi pemegang kartu uang
elektronik (e-money) dengan pemegang Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK)
adalah informasi pemegang kartu Uang elektronik (e-money) ada yang tercatat maupun
tidak tercatat pada penerbit, sesuai dengan bunyi pasal 1A ayat (1) Peraturan Bank
Indonesia Nomor 16/8/PBI/2014 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia
Nomor 11/12/PBI/2009 tentang Uang Elektronik (e-money) berbeda dengan Alat
Pembayarn Menggunakan Kartu (APMK) dimana semua data tentang informasi disimpan
oleh penerbit, perbedaan ini disebabkan karena adanya perbedaan substansial antara uang
elektronik (e-money) dan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK).
4) Otorisasi Transaksi : karena uang elektronik (e-money) merupakan produk stored value
sehingga dalam melakukan transaksi tidak memerlukan proses otorisasi dan tidak terkait
secara langsung dengan rekening nasabah di bank (ketika melakukan transaksi, saldo
rekening tidak terpotong), berbeda dengan transaksi menggunakan Alat Pembayaran
Menggunakan Kartu (APMK) dimana tersambung langsung dengan rekening nasabah,
26
sehingga pada saat melakukan transaksi memerlukan Personal Identification Number
(PIN) dan/atau Tanda Tangan sebagai otorisasi transaksi.
5) Resiko Penyalagunaan : penyalagunaan yang terjadi pada uang elektronik sangat mudah
terjadi, karena sistem keamanan yang belum bisa melindungi pemegang kartu uang
elektronik, dimana pada saat kartu e-money dicuri atau hilang bisa digunakan oleh orang
lain dengan mudah dan gampang, karena tidak terhubungan dengan rekening, sehingga
tidak memerlukan Personal Identification Number (PIN) dan/atau Tanda Tangan sebagai
otorisasi transaksi/untuk menyetujui transaksi, artinya kerugian/resiko penyalagunaan ini
sepenuhnya ditanggung oleh pemegang kartu uang elektronik (e-money), berbeda dengan
Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) dimana telah dijelaskan dalam berbagai
regulasi peraturan salah satunya menurut Suarat Edaran Bank Indonesia Nomor
14/17/DASP/2012 tanggal 7 juni 2012 Perihal Perubahan atas Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor 11/10/DASP/2009 tanggal 13 April 2009 perihal Penyelenggaraan
Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu, prinsip perlindungan nasabah
dalam Romawi VII.A diubah sehingga bunyinya sebagai berikut : prinsip perlindungan
nasabah penerbit wajib menerapkan prinsip perlindungan nasabah dalam
menyelenggarakan kegiatan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) yang anatara
lain dilakukan dengan :
a. Menyampaikan informasi tertulis kepada pemegang kartu atas APMK yang
diterbitkan. Informasi tersebut wajib disampaikan dengan menggunakan Bahasa
Indonesia yang jelas dan mudah dimengerti, ditulis dalam huruf dan angka yang
mudah dibaca oleh pemegang kertu dan disampaikan secara benar dan tepat
Dari sini terlihat bawa ketika terjadi penyalagunakan terhadap pengguna alat
pembayaran menggunakan kartu hak-haknya sebagai konsumen dapat dilindungi
sehingga resiko kerugian yang dialaminya tidak ditanggung sendirian, tetapi dapat
dibantu oleh bank penerbit.
6) Status Pemegang Kartu : status pemegang kartu antara Uang elektronik (e-money)
berbeda dengan status pemegang Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) dimana
untuk menjadi pemegang kartu uang elektronik, seseorang tidak perlu menjadi nasabah
bank yang menerbitkan uang elektronik, hal ini disebabkan karena uang elektronik
merupakan kartu prabayar, selain itu untuk menjadi pemegang kartu uang elektronik bisa
juga menjadi nasabah bank penerbit, tetapi uang elektronik tidak terhubung dengan
rekening milik nasabah, berbeda dengan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK)
dimana untuk memiliki alat pembayarn menggunakan kartu (Kartu Kredit, Kartu Debit
dan/atau ATM) harus menjadi nasabah bank tertentu yang akan menerbitkan kartunya hal
ini disebabkan karena dana dari Alat Pembayaran Menggunakan Kartu ini tersimpan
didalam rekening nasabah, sehingga pada saat transaksi saldo akan langsung
terpotong/terdebit dari reneking atau simpanan milik pemegang kartu.
7) Tipe Transaksi : Tipe transaksi dari uang Elektronik (e-money) adalah prabayar dimana
salah satu sifat dari kartu prabayar adalah pada saat transaksi, perpindahan dana dalam
bentuk elektronik value dari kartu e-money milik konsumen kepada termidal merchant
dapat dilakukan secara off-line, dalam hal verifikasi cukup dilakukan pada level merchant
(point of sale) tanpa harus on-line ke computer issuer, berbeda dengan tipe transaksi Alat
Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) yaitu secara akses, dimana pada saat
issuer untuk mendapat otorisasi melakukan pembayaran atas beban rekening nasabah,
baik berupa rekening simpanan (Kartu Debet), maupun rekening pinjaman (Kartu
Kredit). Setelah di otorisasi oleh issuer, rekening nasabah kemudian akan langsung di
debet. Dengan demikian pembayaran atau transaksi menggunakan kartu kredit, kartu
debet dan/atau kartu ATM mensyaratkan adanya komunikasi on-line ke computer issuer.
8) Letak Dana : Letak dana dari Uang elektronik (e-money) berbeda dengan letak dana
dari Alat Pembayaran Menggunakan Kartu, dimana untuk uang elektronik Nilai uang
telah tercatat dalam instrument e-money (Kartu) yang sering dikenal dengan nama stored
value, sehingga dana yang tercatat sepenuhnya berada dalam penguasaan konsumen atau
pemegang kartu uang elektronik, dibandingkan dengan Alat Pembayaran Menggunakan
Kartu (APMK) dimana tidak ada pencatatan dana yang tersimpan dalam instrument kartu,
hal ini mengakibatkan dana sepenuhnya berada dalam pengelolaan bank (Penerbit Kartu)
sepanjang belum ada otorisasi dari nasabah untuk melakukan pembayaran.
9) Proses Transaksi : uang elektronik (e-money) merupakan kartu prabayar dimana
pengelolaan dana sepenuhnya berada dalam pengawasan pemegang kartu, dan semua
dana atau simpanan juga berada dalam pengawasan pemegang kartu, dana dalam uang
elektronik tersimpan dalam instrument e-money, sehingga pada saat transaksi tidak perlu
memerlukan otorisasi berupa Personal Identification Number (PIN) dan/atau Tanda
Tangan untuk menyetujui transaksi yang akan dan sedang dilakukan, berbeda dengan
Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) dimana setiap transaksi yang dilakukan
tidak bisa secara langsung, melainkan membutuhkan otorisasi berupa Personal
Identification Number (PIN) dan/atau Tanda Tangan untuk menyetujui transaksi, hal ini
dalam rekening nasabah, dalam hal ini bank penerbit yang memiliki kewenangan untuk
mengawasi dan mengelola sebelum adanya otorisasi dari nasabah pada saat melakukan
transaksi.
10) Hubungan Hukum antara pemegang kartu dengan Penerbit : Pada penggunaan uang
elektronik, karena sifatnya yang prabayar maka hubungan hukum antara penerbit dan
pemegang kartu bersifat jual beli. dimana penerbit menjual sebuah alat penyimpan data
berupa kartu prabayar (stored value card) berbeda dengan Alat Pembayarn Menggunakan
Kartu (APMK) dimana hubungan hukum antara pemegang kartu dengan bank penerbit
didasari pada perjanjian simpan menyimpan uang sesuai dengan Pasal 1 angka (5) UU
Perbankan salah satu bentuk simpanan adalah tabungan pada bank. APMK hanya
merupakan fasilitas yang diberikan kepada nasabah/pengguna jasa bank untuk
memudahkan penggunaan simpanan mereka tersebut.2715
4.
Pihak-Pihak Dalam Transaksi Uang Elektronik
Uang elektronik (e-money) yang diterbitkan saat ini ada yang berbasis chip(chip
base) seperti kartu prabayar dan ada pula yang berbasis server (server base) seperti uang
elektronik yang dapat diakses melalu telepon seluler (handphone). Saat ini uang
elektronik baru diterbitkan oleh 11 penerbit yang terdiri dari 1 (satu) Bank Pembangunan
Daerah (BPD), 8 (delapan) Bank Umum dan 11 (sebelas) Lembaga Selain Bank
15 27
(perusahaan telekomunikasi)2816 Daftar Penyelenggara Uang Elektronik yang telah
memperoleh Izin dari Bank Indonesia Per Januari 2015 29
17 :
No Nama Penerbit Surat dan Tanggal Izin Tanggal Efektif
Operasional Keterangan
1. PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk
No. 11/434/DASP
tanggal 3 Juli 2009 3 Juli 2009 Penerbit
2. PT. Bank Mega Tbk No. 11/443/DASP
tanggal 3 Juli 2009 3 Juli 2009 Penerbit
3.
PT. Bank Negara
Indonesia (Persero)
Tbk
No. 11/438/DASP
tanggal 3 Juli 2009 3 Juli 2009 Penerbit
4. PT. Bank DKI No. 11/429/DASP
tanggal 3 Juli 2009 3 Juli 2009 Penerbit
5. PT. Bank Central Asia Tbk
No. 11/424/DASP
tanggal 3 Juli 2009 3 Juli 2009 Penerbit
6. PT. Indosat, Tbk No. 11/513/DASP
tanggal 3 Juli 2009 3 Juli 2009 Penerbit
7. PT. Skye Sab Indonesia
No. 11/431/DASP
tanggal 3 Juli 2009 3 Juli 2009 Penerbit
8. PT. Telekomunikasi Indonesia
No. 11/432/DASP
tanggal 3 Juli 2009 3 Juli 2009 Penerbit
9. PT. Telekomunikasi Seluler
No. 11/513/DASP
tanggal 3 Juli 2009 3 Juli 2009 Penerbit
10. PT. Bank Rakyat No. 12/691/DASP 29 Desember Penerbit
Indonesia (Persero)
Tbk
tanggal 13 Agustus 2010 2010
11. PT. XL Axiata, Tbk No. 12/816/DASP
tanggal 6 Oktober 2010 29 Maret 2011 Penerbit
12. PT. Finnet Indonesia No. 14/277/DASP
tanggal 16 April 2012 1 Juni 2012 Penerbit
13.
tanggal 11 Januari 2013 23 Januari 2013 Penerbit
17. PT. Nusa Satu Inti
tanggal 26 Mei 2014 16 Juni 2014 Penerbit
19. PT. MVCommerce
tanggal 18 Juli 2014 5 Januari 2015 Penerbit
Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009 tentang Uang
Elektronik (electronic money) maka dapat dilihat pihak-pihak dalam transaksi uang
elektronik antara lain30
18:
1. Principal
Bank atau Lembaga Selain Bank yang bertanggung jawab atas pengelola
sistem dan/atau jaringan antar anggotanya, baik yang berperan sebagai
penerbit dan/atau acquirer, dalam transaksi uang elektronik yang bekerja
sama dengan anggotanya didasarkan atas suatu perjanjian tertulis..
2. Penerbit
Bank atau Lembaga Selain Bank yang menerbitkan uang elektronik.
3. Acquirer
Bank atau Lembaga Selain Bank yang melakukan kerjasama dengan
pedagang, yang dapat memproses data uang elektronik yang diterbitkan
oleh pihak lain.
4. Pemegang
Pihak yang menggunakan uang elektronik.
5. Pedagang (Merchant)
Penjual barang dan/atau jasa yang menerima transaksi pembayaran dari
pemegang.
18
30
6. Penyelenggara Kliring
Bank atau Lembaga Selain Bank yang melakukan perhitungan hak dan
kewajiban keuangan masing-masing penerbit dan/atau acquirer dalam
rangka transaksi uang elektronik.
7. Peneyelenggara penyelesaian kliring
Bank atau Lembaga Selain Bank yang melakukan dan bertanggung jawab
terhadap penyelesaian akhir atas hak dan kewajiban keuangan
masing-masing penerbit dan/atau acquirer dalam rangka transaksi uang elektronik
berdasarkan hasil perhitungan dan penyelenggara kliring.
Bank yang dimaksud adalah Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat
sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan,
termasuk kantor cabang Bank Asing di Indonesia dan Bank Umum Syariah dan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah sebagaimana dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah. Lembaga Selain Bank merupakan badan usaha bukan bank
yang berbadan hukum dan didirikan berdasarkan hukum Indonesia.
Bank atau Lembaga Selain Bank yang mengajukan permohonan ijin untuk
menjadi principal, penerbit maupun acquirer wajib memperoleh ijin dari Bank Indonesia.
Permohonan tersebut diajukan sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor
11/11/DASP tentang Uang Elektronik (e-money), untuk principal harus memuat
informasi berupa jenis kegiatan uang elektronik yang akan diselenggarakan, rencana
waktu dimulainya kegiatan, dan nama jaringan yang akan digunakan. Untuk menjadi
penerbit harus memuat informasi berupa jenis kegiatan uang elektronik yang akan
digunakan. Permohonan ijin sebagai acquirer memuat informasi rencana waktu
dimulainya kegiatan, nama dan jumlah principal, penerbit, penyelenggara kliring,
penyelenggara penyelesaian akhir, dan/atau pihak lain yang bekerjasama, dan nama dan
jumlah pedagang yang akan bekerjasama. Permohonan ijin sebagai penyelenggara kliring
dan/atau penyelnggara penyelesaian akhir memuat informasi rencana waktu dimulainya
kegiatan sebagai penyelenggara kliring dan/atau penyelenggaraan penyelesaian akhir,
nama dan jumlah prinsipal, penerbit, acquirer dan/atau pihak lain yang akan
bekerjasama, serta nama dan merek dagangan yang akan digunakan.
Hubungan antara penerbit, pemegang dan pedegang (merchant) merupakan
hubungan terpenting dalam transaksi uang elektronik. Nilai elektronik dapat diperoleh
dengan menukarkan sejumlah uang tunai atau melalui pendebetan rekening pada bank
penerbit untuk kemudian disimpan dalam bentuk uang elektronik. Pemindahan nilai
secara elektronik terjadi apabila ada transaksi pembayaran yang dilakukan pada pedagang
(merchant) melalui suatu mesin khusus untuk katu (card reader).
Pengembangan uang elektronik (e-money) tergantung pada insentif yang akan
diperoleh berbagai pihak yang terkait seperti penerbit, pemegang kartu, maupun
pedagang (merchant). Bagi penerbit potensi keuntungan yang dapat diperoleh dalam
menerbitkan e-money antara lain pendapatan atas fee yang di kenakan kepada pemegang
kartu dan pedagang, pendapatan atas investasi yang diperoleh dari outstanding dana yang
terhimpun, dan efisiensi atas berkurangnnya biaya pengelolaan kas dalam hal penerbitan
e-money adalah Bank. Bagi pemegang kartu e-money, keinginan untuk menggunakan
e-money dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu besarnya fee yang harus dibayar dibanding
kemudahan pemakainya, dan luas pedagang (merchant). Bagi pedagang sendiri,
keinginan untuk menerima pembayaran dalam bentuk e-money dipengaruhi oleh
besarnya fee yang dikenakan oleh penerbit, biaya pengadaan peralatan, dan efisiensi atas
berkurangnya biaya pengelolaan kas.31
19
Salah satu contoh uang elektronik (e-money) yang diterbitkan oleh Lembaga
Selain Bank atas izin dari Bank Indonesia adalah Uang Elektronik yang dikeluarkan oleh
Telkom Indonesia dengan nama kartu T-money
Gambar III : Contoh Uang elektronik T-money yang diterbitkan oleh PT Telkom Indonesia
T-money adalah produk PT Telkom Indonesai yang berbasis e-money (electronic
money/uang elektronik). E-money adalah uang yang digunakan dalam transaksi online maupun
offline dengan cara elektronik. E-money memiliki nilai uang yang tersimpan atau prabayar
(prepaid). Nilai uang dalam e-money akan berkurang pada saat konsumen menggunakannya
31
untuk pembayaran dan dapat ditambah dengan mingisinya (Top Up). E-money dapat digunakan
untuk berbagi macam jenis pembayaran (Multi purpose).3220
T-money ada dua jenis t-money online dan t-money card, untuk mendapatkan t-money
online penggunaan cukup mendaftarkan e-mailnya sebagai akun t-money. Untuk mendapatkan
t-money card bisa diapatkan melalui merchant-merchant yang telah bkerjasama dengan t-money
(PT Telkom Indonesia). PT Telkon Indonesia telah mendapat ijin dari Bank Indonesia untuk
menjadi penerbit E-money, untuk t-money saldo maksimal atau dana yang tersimpan paling
banyak adalah Rp. 5.000.000 (lima juta rupiah) untuk akun terverifikasi dan Rp. 1.000.000 (satu
juta rupiah) untuk akan tidak terverifikasi. Keuntungan yang bisa kita rasakan ketika
menggunakan kartu t-money adalah transaksi pembayaran menjadi lebih mudah dan cepat tanpa
perlu membawa uang tunai, transaksi dapat dilakukan melalui Internet dan handphone mobile
(T-money online), cukup satu kartu untuk semua pembayaran seperti transportasi, wisata, parker,
merchant, dan sebagainya (kartu t-money card) dan untuk mengurangi resiko membawa uang
tunai.
2032
B.
Kaedah Hukum Pengaturan terhadap Transaksi Melalui Uang
Elektronik
(E-money)
di Indonesia
Dalam pembelian kartu e-money pada penerbit, kartu akan dilengkapi dengan
syarat dan ketentuan penggunaan kartu e-money tersebut. Syarat dan ketentuan tersebut
menjadi suatu bentuk perjanjian antara penerbit dan pemegang kartu dalam
penggunaannya pada transaksi e-money. Salah satu acuan penting pada Undang-Undang
Perlindungan Konsumen yaitu dengan adanya peraturan mengenai pencantuman klausula
baku pada perjanjian. Dimana dasar peraturan dalam penggunaan alat pembayaran
elektronik menggunakan uang elektronik adalah dengan menggunakan perjanjian baku,
maka pencantuman klausula baku yang seimbang haruslah diatur.
Perjanjian baku merupakan terjemahan dari standard contract, baku berarti
patokan dan acuan. Dalam bukunya yang berjudul Perjanjian Kredit Bank, Mariam
Darus mendefenisikan perjanjian baku adalah perjanjian yang isinya dibakukan dan
dituangkan dalam bentuk formulir.3321Perjanjian baku merupakan konsep janji-janji tertulis
yang disusun tanpa membicarakan isi dan lazimnya dituangkan dalam perjanjian yang
sifatnya tertentu.3422
Klausula baku biasanya dibuat oleh pihak yang kedudukannya lebih kuat, yang
dalam kenyataannya biasa dipegang oleh pelaku usaha atau dalam kaitannya dengan
perjanjian baku uang elektronik kedudukannya yang lebih kuat dipegang oleh penerbit
kartu e-money. Isi klausula baku sering kali merugikan pihak yang menerima klausula
baku tersebut, yaitu pihak konsumen atau pemegang kartu e-money karena dibuat sepihak
33
21Mariam Badrulzaman, 1978, Perjanjian Kredit Bank, Alumni, Bandung, Hlm. 48
34
oleh penerbit. Bila konsumen menolak klausula baku tersebut, ia tidak akan mendapatkan
barang atau jasa yang dibutuhkan, karena klausula baku serupa akan ditemui di tempat
lain. Artinya dimanapun calon pemegang kartu e-money akan melakukan pembelian
barang atau jasa uang elektronik maka penerbit akan memberikan klausula baku sebagai
bentuk persetujuan pembelian dan penggunaan kartu uang elektronik. Hal tersebut
menyebabkan konsumen atau pemegang kartu e-money menjadi sering menyetujui isi
dari klausula baku tersebut, walaupun memojokan. Bagi para pelaku usaha atau penerbit
kartu e-money mungkin ini cara untuk mencapai tujuan ekonomi yang efisien, praktis,
dan cepat serta tidak bertele-tele, tetapi bagi konsumen atau pemegang kartu justru
merupakan pilihan yang tidak menguntungkan karena hanya dihadapkan pada satu
pilihan, yaitu menerima walaupun dengan berat hati dan terpaksa.3523
Sudaryatmo mengungkapkan karakteristik klausula baku sebagai berikut :3624
1. Perjanjian dibuat secara sepihak oleh mereka yang posisinya relative lebih
kuat dari konsumen.
2. Konsumen sama sekali tidak dilibatkan dalam menentukan isi perjanjian.
3. Dibuat dalam bentuk tertulis dan masal.
4. Konsumen terpaksa menerima isi perjanjian karena didorong oleh faktor
kebutuhan.
Dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen Pasal 1 angka 10 mendefenisika
klausula baku adalah setiap aturan atau ketentuan dan syarat-syarat yang telah
dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha yang
35
23 Abdulkadir Muhammad, 1992, perjanjian baku dalam praktek perusahaan perdagangan, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, Hlm 6 36
dituangkan dalam suatu dokumen dan/atau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi
oleh konsumen.
Klausula eksonerasi adalah klausula yang dicantumkan dalam suatu perjanjian,
dimana satu pihak menghindarkan diri untuk memenuhi kewajibannya membayar ganti
rugi seluruhnya atau terbatas, yang terjadi karena ingkar janji atau perbuatan melawan
hukum.37
25Perjanjian baku dengan klausula eksonerasinya pada prinsipnya hanya
menguntungkan pelaku usaha dan merugikan konsumen, karena klausulanya tidak
seimbang dan tidak terdapat unsur keadilan. Dominasi pelaku usaha lebih besar
dibandingkan dominasi konsumen, dan konsumen hanya menerima perjanjian dengan
klausula baku tersebut bagitu saja karena dorongan kepentingan dan kebutuhan. Beban
yang seharusnya dipikul oleh pelaku usaha, menjadi beban konsumen karena adanya
klusula eksonarasi tersebut.38
26
Akibat kedudukan para pihak yang tidak seimbang, maka pihak yang lemah
biasanya tidak berada dalam keadaan yang bebas untuk menentukan apa yang
diinginkannya dalam perjanjian. Dalam hal demikian, pihak yang memiliki posisi yang
lebih kuat biasanya menggunakan kesempatan tersebut untuk menentukan
klausula-kalusula tertentu dalam perjanjian baku. Sehingga perjanjian yang harus dibuat oleh para
pihak yang terlibat dalam perjanjian tidak ditemukan lagi dalam perjanjian baku, karena
formatnya dan isi perjanjian telah dirancang oleh pihak yang kedudukannya lebih kuat.
Perjanjian dikatakan bersifat baku, karena baik perjanjian maupun klausula
tersebut tidak dapat dinegosiasikan atau ditawarkan oleh pihak lainnya (take it or leave
it). Tidak adanya pilihan bagi salah satu pihak dalam perjanjian ini, sehingga cendrung
37
Mariam Darus Badrulzaman, 1994, Aneka Hukum Bisnis, Alumni, Bandung, Hlm.47 38
merugikan pihak yang kedudukannya lebih rendah. Hal ini membuat pihak yang
cendrung dirugikan sulit untuk membuktikan tidak adanya kesepakatan pada saat
perjanjian tersebut dibuat, atau atas isi klausula baku yang termuat dalam perjanjian
tersebut.39
27
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) dalam pasal 1313
menjelaskan suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.40
28
lebih lanjut pada pasal 1338
KUH Perdata menyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku
sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.41
29Hal ini berarti bahwa perjanjian
yang dibuat berupa syarat-syarat dan ketentuan dari penggunaan kartu e-money secara
sah mengikat para pihak sebagaimana undang-undang dan perikatan ini berlaku bagi para
pihak yang sepakat dalam perjanjian tersebut.
Undang-Undang memberikan hak kepada setiap orang secara bebas untuk
membuat dan melaksanakan perjanjian selama unsur-unsur perjanjian terpenuhi. Para
pihak dalam perjanjian juga bebas menentukan aturan yang mereka kehendaki dalam
perjanjian tersebut dan melaksanakannya sesuai dengan kesepakatan yang telah dicapai,
selama para pihak tidak melanggar ketentuan mengenai ketertiban umum, kesusilaan,
kepatutan, dan kebiasaan yang berlaku umum di masyarakat, serta tidak bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.42
28 R. Subekti dan R. Tjitrisudibio, 1992, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Bergerlijk Wetboek, Cetakan
Kedua Puluh Tujuh (Edisi Revisi), PT. Pradnya Paramita, Jakarta, Hlm.338 41
29 Ibid, Hlm.342
42
Tentang syarat-syarat yang diperlukan untuk sahnya suatu perjanjian pada pasal
1320 KUH Perdata diperlukan empat syarat yang harus di penuhi yaitu :
1. Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya;
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
3. Suatu pokok persoalan tertentu;
4. Suatu sebab yang tidak terlarang.
Syarat pertama dan kedua adalah mengenai subjeknya atau pihak-pihak dalam
perjanjian sehingga disebut sebagai syarat subjektif, sedangkan syarat ketiga dan keempat
disebut syarat okjektif karena mengenai objek perjanjian. Jika syarat objektif tidak
terpenuhi, maka perjanjian batal demi hukum, dengan pengertian bahwa perjanjian tidak
pernah terjadi serta tidak memiliki dasar untuk saling menuntut di depan hakim. Jika
syarat subjektif tidak terpenuhi, maka perjanjiannya bukan batal demi hukum, melainkan
salah satu pihak mempunyai hak untuk meminta perjanjian itu dibatalkan.
Aspek-aspek hukum perjanjian dalam sistem pembayaran elektronik
menggunakan e-money dilihat dari asas-asas yang mendasari suatu perjanjian antara para
pihak dalam penggunaan e-money adalah meliputi :43
31
1. Asas Konsesuanlisme
Suatu perjanjian lahir setelah terjadi kesepakatan antara pihak. Asas ini
erat hubungannya dengan prinsip kebebasan dalam mengadakan
perjanjian.
43
31 Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, 2010, perikatan yang lahir dari perjanjian, PT. Raja Grafindo Persada,
2. Asas Kekuatan Mengikat
Terikatnya para pihak atas apa yang mereka sepakati dalam perjanjian
termasuk unsur-unsur lain yang dikehendaki para pihak merupakan
kekuatan mengikat setara undang-undang.
3. Asas Kepercayaan
Perjanjian harus dilaksanakan atas dasar kepercayaan antara kedua belah
pihak bahwa satu sama lain akan memenuhi prestasinya. Dengan
kepercayaan ini para pihak akan mengikatkan dirinya kepada perjanjian
yang dibuatnya.
4. Asas Persamaan Hak
Menempatkan para pihak dalam persamaan derajat, tidak ada perbedaan,
masing-masing para pihak wajib melihat adanya persamaan ini dan
mengharuskan kedua pihak untuk menghormati satu sama yang lain.
5. Asas Keseimbangan
Asas ini menghendaki para pihak untuk memenuhi dan melaksanakan
perjanjian sesuai dengan persamaan hak dan kewajibannya.
6. Asas Kepatutan
Asas ini berhubungan dengan isi perjanjian mengenai aspek keadilan
dalam masyarakat.
7. Asas Kebiasaan
Suatu perjanjian tidak hanya mengikat hal-hal yang diatur secara tegas
8. Asas Kepastian Hukum
Perjanjian sebagai suatu figure hukum harus mengandung kepastian
hukum yang tercermin dari kekuatan mengikatnya perjanjian tersebut,
yaitu undang-undang bagi para pihak yang membuatnya.
9. Asas Kebebasan Berkontrak
Setiap orang bebas untuk mengadakan perjanjian apa saja asal tidak
bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan.
Dilihat dari asas-asas perjanjian maka suatu perjanjian lahir atas dasar
kesepakatan antara para pihak. Terikatnya para pihak pada apa yang telah disepakati
dalam perjanjian adalah sama halnya dengan kekuatan mengikat undang-undang. Jadi
setiap orang bebas untuk mengadakan perjanjian apa saja asal tidak bertentang dengan
undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan.
Salah satu acuan yang penting pada undang-undang Perlindungan Konsumen
yaitu dengan adanya peraturan mengenai pencantuman klausula baku pada perjanjian.
Dimana dasar peraturan dalam penggunaan alat pembayaran elektronik menggunakan
uang elektronik (e-money) adalah dengan menggunakan sebuah perjanjian baku, maka
pencantuman klausula baku yang seimbang haruslah diatur. Menurut penjelasan pasal 18
Undang-Undang Perlindungan Konsumen, adanya peraturan pencantuman klausula
baku bertujuan untuk menetapkan kedudukan konsumen setara dengan pelaku usaha
berdasarkan prinsip kebebasan berkontrak. Peraturan tentang klausula baku terdapat
dalam Pasal 18 Undang-Undang Perlindungan Konsumen yang melarang pelaku usaha
mencantumkan klausula baku pada setiap perjanjian dan dokumen apabila :44
32
44
32 I Ketut Artadi dan I Dewa Nyoman Ria Asmara Putra, 2010, Implementasi Ketentuan-Ketentuan Hukum
a. Pelaku usaha dalam menawarkan barang atau jasa yang ditujukan untuk
diperdagangkan dilarang membuat atau mencantumkan klausula baku
dalam setiap dokumen dan/atau perjanjian apabila :
1. Menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha;
2. Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali
barang yang telah dibeli konsumen;
3. Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali
uang yang dibayarkan atas barang dan/atau jasa yang dibeli oleh
konsumen;
4. Menyatakan pemberian kuasa dari konsumen kepada pelaku usaha
baik secara langsung maupun tidak langsung untuk melakukan segala
tindakan sepihak yang berkaitan dengan barang yang dibeli oleh
konsumen secara angsuran;
5. Mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan barang atau
pemanfaatan jasa yang dibeli oleh konsumen;
6. Memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa
atau mengurangi harta kekayaan konsumen yang menjadi objek jual
beli jasa;
7. Menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa
aturan baru, tambahan, lanjutan dan/atau pengubahan lanjutan yang
dibuat sepihak oleh pelaku usaha dalam masa konsumen
8. Menyatakan bahwa konsumen memberikan kuasanya kepada pelaku
usaha untuk pembebanan hak tanggungan, hak gadai, atau hak jaminan
terhadap barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran.
b. Pelaku usaha dilarang mencantumkan klausula baku yang letak atau
bentuknya sulit terlihat atau tidak dapat dibaca secara jelas, atau yang
pengungkapannya sulit dimengerti.
c. Setiap klausula baku yang telah diterapkan oleh pelaku usaha pada
dokumen atau perjanjian yang memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) atau ayat (2) dinyatakan batal demi hukum.
d. Pelaku usaha wajib menyesuaikan klausula baku yang bertentangan
dengan undang-undang.
Terkait dengan perlindungan pemegang katu e-money sebagai konsumen uang
elektronik, hal ini diatur dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen yang secara
garis besar telah memberikan perlindungan terhadap konsumen untuk menekmati produk
mereka secara jelas dan tidak menyesatkan. Undang-Undang Perlindungan Konsumen
mengatur pelaku usaha perbankan untuk memberikan tanggung jawabnya kepada
konsumen berupa:33
45
3.
1. Beretikat baik dalam melakukan kegiatan usahanya;
2. Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan jasa yang dibelikannya;
33
45
3. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta
tidak diskriminatif;
4. Menjamin kegiatan usaha perbankan berdasarkan ketentuan standart
perbankan yang berlaku.
Walaupun keberadaan Undang-Undang Perlindungan Konsumen telah
memberikan posisi tawar-menawar yang lebih kuat terhadap pelaku usaha, namun
berhubungan dengan pemegang kartu e-money dalam sistem pembayaran elektronik
(e-payment) Undang-Undang Perlindungan Konsumen tidak secara jelas bagaimana
menyelenggarakan sebuah sistem elektronik yang handal dan aman dalam melindungi
konsumen. Pengaturan terhadap penyelenggaraan sistem elektronik ini diatur lebih lanjut
pada Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik. Namun peraturannya yang
terdapat dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen seperti ketentuan pencantuman
masalah klausula baku dapat diterapkan pada perjanjian anatara pemegang kartu dengan
bank penerbit.
Asser Rutten mengatakan bahwa setiap orang yang menandatangani perjanjian,
bertanggung jawab pada isi dan apa yang ditandatanganinya. Jika ada orang yang
membuhbuhkan tanda tangan pada formulir perjanjian baku, tanda tangan itu akan
membangkitkan kepercayaan bahwa yang bertandatangan itu tidak mengetahui dan
menghendaki isi formulir yang ditandatangani, karena tidak mungkin seseorang
menandatangani apa yang tidak diketahui isinya.46
34Lebih lanjut Ahmad Miru berpendapat
bahwa perjanjian baku merupakan perjanjian yang mengikat para pihak yang
menandatanganinya, walaupun harus diakui bahwa klausula yang terdapat dalam
46
34Ahmad Miru dan Sutarman Yudo, 2004, Hukum Perlindungan Konsumen, PT Raja Grafindo Persada.
perjanjian baku banyak mengalihkan beban tanggung jawab dari pihak perancangan
klausula baku kepada pihak lawannya. Walaupun setiap kerugian yang timbul
dikemudian hari akan tetap ditanggung oleh para pihak yang harus bertanggung jawab
berdasarkan klausula perjanjian tersebut, kecuali jika klausula tersebut merupakan
klausula yang dilarang berdasarkan pasal 18 Undang-Undang Perlindungan Konsumen.47
35
1.
Bentuk Kartu
E-money
yang di Terbitkan oleh Bank BRI dan Bank
Mandiri
1.1 Kartu E-money BRIZZI (Bank BRI)
Gambar III : Contoh Uang Elektronik BRIZZI yang diterbitkan oleh Bank BRI
Bank BRI (Persero) Tbk menerbitkan uang elektronik bermerek (brand name)
BRIZZI. Uang elektronik ini termasuk ke dalam uregistered jadi untuk menjadi
pemegang kartu bisa diperbolehkan siapa saja tanpa perlu menjadi nasabah Bank BRI.
Uang elektronik tersebut bisa diisi ulang dimanapun, proses isi ulang BRIZZI dapat
dilakukan melalui ATM BRI, ATM Bank lain (ATM Bersama) internet banking BRI,
mobile Banking BRI, dan seluruh penjual (merchant) BRIZZI. Kartu BRIZZI ini dapat
47
digunakan untuk berbagai macam transaksi seperti belanja barang/jasa, makan di
restoran, pembaayaran rekening listrik dan/atau telepon, pembelian tiket pesawat terbang
atau kereta api, dan pembayaran parkir serta transaksi lain.
Pengaturan yang berlaku untuk kartu BRIZZI baik untuk penerbit maupun
pemegang kartu adalah sebagi berikut 4836 :
a. Kartu BRIZZI menggunakan satuan hitung rupiah dan hanya digunakan di
Indonesia;
b. Kartu bukan merupakan bukan simpanan dan dana yang terdapat di
dalamnya tidak diberikan bunga dan tidak dijaminkan oleh Lembaga
Penjamin Simpanan (LPS);
c. Kepemilikan kartu dapat dialihkan dengan cara memberikan fisik kartu
kepada orang lain;
d. Kartu yang hilang atau dicuri tidak dapat diblokir maupun diganti, segala
akibat menjadi tanggung jawab pemegang kartu sepenuhnya;
e. Pemegang kartu hanya dapat menggunakan kartu untuk transksi
pembayaran selama dana yang ada pada kartu mencukupi;
f. Pemegang kartu wajib memelihara fisik kartu sehingga tidak rusak, patah
atau nomor kartu masih dapat diidentifikasi;
g. Keterangan dan perhitungan terkait transaksi yang dilakukan pemegang
kartu merupakan bukti yang mengikat kecuali dapat dibuktikan
sebaliknya;
36
48
h. Pemegang kartu tunduk pada ketentuan yang berlaku di bank penerbit
serta syarat dan ketentuan yang mengatur segala transaksi terkait
penggunaan kartu, termasuk setiap perubahan yang akan diinfokan
terlebih dahulu oleh bank penerbit;
i. Batas minimum saldo pada kartu adalah Rp.20.000 (sua puluh ribuh
rupiah);
j. Batas maksimal saldo pada kartu adalah sebesar Rp.1.000.000 (satu juta
rupiah) atau sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang berlaku;
k. Menimal Top Up atau isi ulang sebesar Rp.1 (satu rupiah)
Masa berlaku kartu tidak terbatas (unlimited). Namun ketika kartu tidak pernah
digunakan untuk bertransaksi selama 12 (dua belas) bulan maka bulan berikutnya kartu
akan menjadi pasif, dengan ketantuan :
Kartu yang memiliki saldo di bawah Rp.25.000 (dua puluh lima ribu rupiah) dan
tidak pernah digunakan bertransaksi selama 12 bulan maka pada bulan ke-13
saldo yang masih ada akan di debet untuk biaya administrasi setiap bulannya
sebesar Rp.5.000 (lima ribu rupiah) sampai sisa saldo habis. Apabila pemegang
kartu ingin menggunakan kembali maka pemegang kartu harus melakukan
reaktivasi melalui Bank Penerbit dalam hal ini Bank BRI yang menerbitkan kartu
e-money BRIZZI.
Proses penutupan kartu BRIZZI bisa dilakukan dengan cara pemegang kartu dapat
melakukannya dengan mendatangi kantor cabang atau kantor pembantu Bank BRI
biaya administrasi sebesar Rp. 20.000, (dua puluh ribu rupiah) yang akan dipotong dari
sisa saldo pada kartu.
Apabila ada keluhan pemegang kartu dapat menyampaikannya atau membuat
pengaduan sehubungan dengan penggunaan kartu melalui kantor Bank BRI dan
melampirkan fotokopi identitas diri pemegang kartu dan data pendukung lainnya, yang
akan ditanggapi sesuai kebijakan dan prosedur yang berlaku pada Bank
selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sejak pengaduan diterima lengkap oleh Bank.
Penggantian kartu juga dapat dilakukan di kantor Bank BRI dengan saldo di dalam kartu
yang rusak akan dipindahkan atau dilimpahkan ke kartu yang baru. Pemegang kartu akan
mendapatkan kartu yang baru dan kartu yang lama akan ditarik oleh penerbit.
1.2 E-money Indomaret Card (Bank Mandiri)
Gambar IV : Contoh Uang Elektronik Indomaret Card yang diterbitkan oleh Bank Mandiri
Bank Mandiri menerbitkan 3 (tiga) jenis uang elektronik dengan nama dan
manfaat yang berbeda-beda antara lain sebagai berikut: pertama kartu e-moneyIndomaret
Card yang diterbitkan oleh merchant Indomaret atas kerjasama dengan Bank Mandiri
dan mendapat izin dari Bank Indonesia, Indomaret Card bertujuan untuk pembayaran
memiliki dan menggunakan transaksi dengan uang elektronik, kedua kartu e-money
E-Toll Card yang berfungsi untuk pembayaran Toll, yang ketiga adalah kartu e-money Gas
Card yang berfungsi untuk pembayaran pada saat melakukan pengisian Bahan Bakan
Minyak (BBM) pada Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). Dari ketiga kartu
yang diterbitkan oleh bank mandiri ini kartu Indomaret Card yang paling banyak beredar
atau digunakan oleh masyarakat, hal ini di sebabkan karena kartu Indomaret Card bisa
digunakan untuk berbagai macam transaksi, bukan hanya pada penerbitnya.
Gambar V : Alamat tempat untuk penggunaan kartu Mandiri e-money
Bank Mandiri selaku penerbit bekerja sama dengan merchant Indomaret
mengeluarkan kartu e-money dengan nama (brand name) Mandiri Prabayar atau
Indomaret Card. Kartu ini digunakan untuk bertransaksi pembelanjaan di Indomaret atau
pembayaran lainnya di merchant yang bekerjasama dengan bank mandiri selaku penerbit
perlukan Personal Identification Number (PIN) atau Tanda Tangan, dapat diisi ulang,
dengan maksimal saldo kartu sebesar Rp. 1.000.000 (satu juta rupiah) sesuai ketentuan
Bank Indonesia dan saldo mengendap pada kartu tidak diberikan bunga. Cara
bertransaksi menggunakan Indomaret Card yaitu melalui outlet atau merchant yang
mempunyai reader untuk menerima kartu e-money. Saldo harus mencukupi untuk
melakukan transaksi dengan saldo minimum sebesar Rp. 10.000 (sepuluh ribu rupiah)
ditambah dengan jumlah pembelanjaan yang akan dibayar. Isi ulang (Top Up) dengan
menggunakan Mandiri Debit yang dapat dilakukan melalui mandiri EDC, Mandiri ATM
Tunai maupun Non Tunai, Mandiri Internet, dan Mandiri SMS. Adapun syarat dan
ketentuan penggunaan kartu Mandiri prabayar dari penerbit yaitu: 4937
1. Penggunaan Kartu Mandiri Prabayar
a. Bank tidak berkewajiban untuk mengganti kerugian akibat kartu yang rusak
karena kelalaian pemegang kartu, hilang, dicuri atau digunakan oleh pihak
yang tidak bertanggung jawab dan tidak akan mengganti kartu yang hilang
dengan kartu yang baru;
b. Saldo yang terdapat dalam kartu tidak termasuk dalam program penjaminan
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS);
c. Penggunaa kartu hanya dapat dilakukan sebatas saldo yang tersimpan pada
kartu;
d. Pemegang kartu tidak diperkenankan merusak, memanipulasi, mengcopy
dan/atau mengubah fisik maupun isi data kartu;
37
49
e. Pemegang kartu bertanggung jawab dan wajib melaporkan kepada penerbit
apabila terjadi penggandaan (Cloning) dan penggunaan oleh pihak yang tidak
berwewenang untuk melakukan transaksi;
f. Dalam hal kartu hilang, penerbit tidak akan melakukan pemblokiran, tidak
menggantikan fisik dan tidak mengganti saldo;
g. Dalam hal kartu rusak, penerbit tidak akan melakukan pemblokiran, tidak
akan menggantikan fisik kartu, namun akan mengembalikan saldo;
h. Pencantuman nama, tandatangan atau tanda-tanda apapun pada kartu bukan
merupakan petunjuk atau bukti kepemilikan kartu;
i. Bank penerbit berhak secara sepihak menghentikan atau menagguhkan
pelayanan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada pemegang kartu atas
dasar permasalahan teknis maupun non teknis.
2. Masa Berlaku Mandiri Prabayar
Kartu tidak memiliki masa berlaku, namun apabila dalam jangka waktu 12 (dua
belas) bulan tidak digunakan untuk melakukan transaksi maka pada saat
pengaktifan kembali akan dikenakan biaya administrasi sebesar Rp. 10.000
(sepuluh ribu rupiah).
3. Penutupan Mandiri Prabayar
Penutupan kartu dapat terjadi apabila ditutup oleh bank penerbit akibat tidak
terpenuhinya hal-hal yang seharusnya dilakukan atau tidak dilakukan oleh
pemegang kartu, maupun atas permintaan pemegang kartu yang bersangkutan
yang ajukan secara tertulis. Saldo yang masih tersisa akan dikembalikan setelah