• Tidak ada hasil yang ditemukan

T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Praktek Kerja Industri Di SMK Negeri 1 Sayung T2 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Praktek Kerja Industri Di SMK Negeri 1 Sayung T2 BAB IV"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Profil SMK Negeri 1 Sayung

(2)

Pengangkatan Nomor 821:2/ 25/ 2006 sampai sekarang.

Dalam perkembangannya, lebih dari satu dekade, SMK Negeri 1 Sayung kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah kabupaten Demak, karena dari segi lokasi, SMK Negeri 1 Sayung belum mempunyai sertifikat tanah sendiri atau masih menempati lahan SMP Negeri 2 Sayung yang relatif sempit. Padahal, dilihat dari animo masyarakat dari tahun ke tahun meningkat, tetapi karena keterbatasan ruang kelas, SMK Negeri 1 Sayung hanya menerima sedikit siswa.SMK Negeri satu- satunya di Kecamatan Sayung ini pada tahun pertama hanya membuka 2 kelas, yaitu kelas Teknik Pengelasan dan kelas Tata Busana. Pada tahun 2010, SMK Negeri1 Sayung membuka tiga jurusan/ program keahlian yaitu, Rekayasa Perangkat Lunak, Teknik Sepeda Motor, dan Jasa Boga. Masing- masing jurusan memiliki satu kelas, sehingga jumlah kelas sampai tahun 2015 ini, berjumlah 15 kelas, sehingga komposisi kelas saat ini, kelas XII 5 kelas, kelas XI 5 kelas, dan kelas X 5 kelas. Masing- masing jurusan sudah terakreditasi B.

(3)

Semarang- Demak KM. 14, kecamatan Sayung, Kabupaten Demak ini sangat menarik untuk diteliti, karena karakter siswa siswi yang beragam.

4.1.2 Analisis

Tabel 4.1.

Matrik Hasil Evaluasi Program Praktik Kerja Industri (Prakerin) di SMK Negeri 1 Sayung

Tahun 2014

Context Visi dan misi SMK Negeri 1 Sayung

(4)

DU/DI yang sudah

(5)
(6)
(7)

lulus.Selain itu, siswa mendapatkan banyak pengalaman dari praktik kerja.

Kelemahan program tersebut dari segi siswa, siswa cenderung malas untuk kembali ke sekolah karena sudah merasakan bekerja yang nyaman.

Kelemahan yang lain dari segi panitia yaitu belumdiselenggarakan dalam siklus

manajemen program yang baik sehingga terkesan kegiatan rutin dan monoton tanpa bisa diukur capaiannya. Belum tersedia laporan evaluasi program prakerin yang terstruktur.

4.1.3 Aspek Konteks (Context) Program Praktik Kerja Industri di SMK Negeri 1 Sayung

(8)

Visi dan misi SMK Negeri 1 Sayung yang seharusnya menjadi tonggak untuk SMK Negeri 1 Sayung berkembang lebih maju, dan sepertinya harus lebih dipahami oleh semua guru yang ada. Visi SMK Negeri 1 Sayung adalah: “Menjadi Pusat Pendidikan dan Pelatihan Terdepan dalam mempersiapkan sumber daya manusia berkepribadian unggul, religius, handal, professional, dan mampu berkompetisi di pasar kerja global”. Dari visi di atas, dapat disimpulkan bahwa SMK Negeri 1 Sayung nantinya akan mencetak orang- orang yang siap untuk berkompetisi di pasar global. Seperti yang diungkapkan oleh Kepala SMK Negeri 1 Sayung yang sudah menjabat sebagai kepala sekolah selama lebih dari delapan tahun adalah sebagai berikut:

“…visi dan misi seharusnya selalu dipahami dan diingat oleh bapak ibu guru serta karyawan, bagaimana kita mau maju, kalau kita saja sudah tidak punya visi. Apalagi visi SMK harus merujuk pada kompetensi lulusan.Kita semua kan tahu, kalau lulusan SMK itu harus punya keahlian sesuai kompetensi yang dimiliki, mandiri, pastinya juga professional dalam hal apapun”.

(9)

berbudi luhur, mempunyai etos kerja dan berjiwa wirausaha; (3) Meningkatkan daya serap tamatan di dunia usaha/ dunia industri dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi; (4) Menyiapkan tenaga terampil yang mampu bersaing di pasar kerja nasional maupun internasional. Dari misi tersebut, terlihat bahwa SMK memang menyiapkan lulusan yang beretos kerja, terampil yang mampu bersaing di pasar kerja nasional maupun internasional. Hal senada juga diungkapkan oleh Wakil Kepala Sekolah Bidang Manajemen Mutu:

“…banyaknya tantangan di era sekarang, misi sekolah harus tercapai, salah satunya yaitu lulusan kita harus bermutu, beretos kerja tinggi, dan bisa diterima di pasar kerja”.

Disamping itu, ada beberapa program di SMK Negeri 1 Sayung yang bertujuan untuk mempersiapkan siswa agar bisa mendapatkan pengalaman di dunia kerja yaitu dengan program praktik kerja industri (Prakerin). Praktik kerja industri (Prakerin) merupakan program tahunan yang wajib dilaksanakan.

Praktik Kerja Industri (Prakerin) di SMK Negeri 1 Sayung dilaksanakan sejak tahun pembelajaran 2006/ 2007. Hal ini dibenarkan oleh kepala sekolah yang menyatakan bahwa:

(10)

magang atau berlatih untuk kerja di sebuah industri atau lebih tepatnya dunia usaha/ dunia industri biasa juga disebut dengan DU/DI.”

Dalam hal ini, wakil kepala sekolah bidang kurikulum menambahkan bahwa bentuk- bentuk praktek industri bervariasi sesuai kebijakan pemerintah. Beberapa guru memberikan penjelasan tentang praktek kerja industri sebagai berikut:

- Muhammad Amron menyatakan bahwa di SMK Negeri 1 Sayung terdapat tiga bentuk praktek kerja industri yaitu pendidikan sistem ganda, magang, dan kunjungan industri. Menurutnya ketiga kegiatan ini sangat membantu kesiapan siswa memasuki dunia kerja.

- Khusniati Khotimah memberikan penjelasan bahwa praktek kerja industri perlu dikondisikan sejak awal melalui proses belajar mengajar(PBM) di kelas. Guru memberikan motivasi agar siswa mampu bekerja dengan baik dan tumbuh motivasi dan kemandiriannya.

(11)

Perbedaannya yaitu pada peran institusi pasangan. Pada Program Pendidikan Sistem Ganda (PSG), keseluruhan program pendidikan dari awal perencanaan hingga penilaian dilakukan bersama secara terkoodinasi antara pihak institusi pasangan (DU/DI). Sementara itu pada sistem magang atau praktik kerja lapangan, institusi pasangan lebih bersifat pasif karena mereka tidak terlibat sejak awal dalam proses perencanaan. Dalam sistem magang, institusi pasangan (DU/DI) hanya bertindak sebagai pemilik usaha yang perusahaannya dijadikan sebagai tempat praktik anak- anak sekolah.

Program praktik kerja industri (Prakerin) di SMK Negeri 1 Sayung memang didesain untuk membentuk disiplin kerja siswa di tempat praktik kerja industri (Prakerin). Menurut Wakil kepala sekolah bidang Humas (Hubungan Masyarakat) adalah sebagai berikut:

“Ya pada dasarnya tujuan prakerin kan memang untuk melatih anak bekerja secara professional, sesuai kompetensi keahliannya, melatih disiplin kerja, menambah pengalaman, serta lebih melatih kemampuan mereka yang tidak hanya didapatkan dari sekolah”.

(12)

Melatih disiplin siswa di tempat praktik; (3) Menambah pengalaman siswa tentang bekerja; dan (4) Melatih kemampuan siswa sesuai kompetensi keahliannya yang tidak hanya bisa di dapatkan di sekolah, tetapi juga bisa didapatkan di dunia usaha/ dunia industri (DU/DI).

Hal ini juga dikuatkan dengan dijabarkan pula tujuan praktik kerja industri (Prakerin) yang dilaksanakan di SMK Negeri 1 Sayung sesuai dengan buku panduan Prakerin (2013) adalah sebagai berikut: (1) Menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian dan kompetensi yang professional dengan pengetahuan, keterampilan dan etos kerja sesuai dengan tuntutan lapangan kerja; (2) Memperkokoh hubungan kerjasama “link and match” antara sekolah dengan dunia kerja; (3) Meningkatkan efisiensi proses pendidikan dan pelatihan tenaga kerja tingkat menengah yang professional; (4) Memberi pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai bagian dari proses pendidikan.

(13)

yang diungkapkan oleh siswa kelas XI program keahlian Rekayasa Perangkat Lunak:

“Saya hanya disuruh foto kopi, kadang mencat surat, kadang ngetik, atau sesekali memasukkan data base”.

Jawaban dari siswa lain, yaitu kelas XI program keahlian Jasa Boga:

“Kami diminta untuk mengiris bahan, mempacking, apa lagi ya…ya paling kalau ada resepsi kami diminta untuk membantu”.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa tidak semua pekerjaan yang dikerjakan siswa sesuai dengan kompetensinya.Karena selama ini tidak ada sinkronisasi kurikulum antara pihak sekolah dengan dunia usaha/ dunia industri (DU/DI).Belum adanya identifikasi kebutuhan kompetensi sekolah maupun pasar kerja.

Menurut Wakil Kepala Sekolah bidang Humas, prakerin dikhususkan untuk kelas XI, hal ini bertujuan untuk agar siswa mampu untuk bersosialisasi serta cukup mempunyai kompetensi keahlian untuk berlatih bekerja di dunia usaha/ dunia industri. Pernyataan ini sesuai yang duingkapkan oleh guru BK sekaligus bendahara prakerin berikut ini:

(14)

UKK (Ujian Kompetensi Keahlian), nah yang sesuai ya kelas XI.Mereka sudah mampu untuk kita lepas”.

Menurut guru BK 2, manajemen program praktik kerja industri (Prakerin) di SMK Negeri 1 Sayung diselenggarakan oleh panitia praktik kerja industri (Prakerin) atau biasa disebut dengan Pokja Prakerin dan guru- guru produktif

“…panitia prakerin kita (guru BK), Waka Humas, dan pastinya guru produktif atau Ketua program keahlian”.

Dalam wawancara berikutnya, sebelum kegiatan praktik kerja industri dilaksanakan, pastinya kesiapan siswa sangat diperlukan, selain kesiapan prakerin dan DU/DI untuk menerima siswa praktik. Seperti yang diungkapkan oleh Ketua Kompetensi Keahlian Teknik Sepeda Motor berikut ini:

“…setiap ada praktik, pasti saya selingi dengan menanyakan kesiapan anak, karena prakerin itu kan ya seperti kerja, nah mental siswa juga harus tangguh, dan siap menerima pekerjaan dari instruktur. Kan mereka biasa dengan situasi kerja”.

Hal senada juga disampaikan oleh Wakil kepala sekolah bidang sarana dan prasarana:

(15)

anak lagi.Yang bertanggung jawab ya panitia dan K3”.

Dengan demikian, dalam praktik kerja industri (Prakerin) kesiapan siswa dari segi mental sangat diperlukan serta yang bertanggung jawab dengan masalah penempatan tempat praktik yaitu panitia dan terutama Ketua Kompetensi Keahlian (K3).

4.1.4 Aspek Masukan (Input) Program Praktik Kerja Industri di SMK Negeri 1 Sayung Dalam aspek masukan (input) ini mencakup empat hal: pertama, strategi pelaksanaan program praktik kerja industri (Prakerin) meliputi panitia, sasaran, dan kesepakatan dengan dunia usaha/ dunia industri (DU/DI). Kedua, prosedur penempatan siswa meliputi desain atau langkah-langkah penempatan siswa. Ketiga, penjadwalan program praktik kerja industri (Prakerin). Keempat, pengelolaan anggaran meliputi sumber biaya dan pengelolaannya.

(16)

pernyataan dari Guru BK di SMK Negeri 1 Sayung sekaligus panitia prakerin:

“Prakerin adalah agenda tahunan yang wajib ada dan pesertanya adalah kelas XI. Program ini melibatkan dunia usaha atau dunia industri yang biasa disebut DU/DI.Tempat prakerin menjadi tempat untuk anak- anak mencari pengalaman bekerja, jadi anak harus siap dengan segala konsekuensi.Persiapan mental penting sebelum berangkat magang”.

Pelaksanaan program praktik kerja industri (Prakerin) melibatkan dua pihak yaitu pihak sekolah yang menempatkan siswa sebagai peserta magang dengan pihak dunia usaha/ dunia industri (DU/DI) sebagai institusi pasangan untuk tempat siswa melakukan magang/ praktik.

Terkait dengan hal tersebut, maka pihak sekolah bekerjasama dengan pihak DU/DI untuk menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan melalui program praktik kerja industri (Prakerin) yang dapat mendorong tercapainya tujuan pendidikan SMK yang baik. Dengan adanya tujuan program praktik kerja industri (Prakerin) yang jelas maka pelaksanaan program praktik kerja juga dapat berjalan sebagaimana mestinya.

(17)

persiapan yang harus dilaksanakan SMK Negeri 1 Sayung sebagai penyelenggara program praktik kerja industri (Prakerin) yaitu menyusun program praktik kerja industri (Prakerin) dan menentukan waktu pelaksanaan program praktik kerja industri (Prakerin) dengan baik. Pelaksanaan program praktik kerja industri (Prakerin) di SMK Negeri 1 Sayung diselenggarakan melalui satu tahap yaitu pada waktu kelas XI semester 2 sekitar bulan April-Juli, jadi terhitung empat bulan. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari wakil kepala sekolah bidang kurikulum:

“…prakerin tahun ajaran 2013/ 2014 diselenggarakan dengan sistem block, selama empat bulan dari bulan April sampai dengan bulan Juli. Sekitar bulan Juni, anak kita tarik untuk mengikuti tes semester genap”

(18)

Pengaturan waktu kerja, waktu libur dan waktu istirahat diserahkan sepenuhnya ke pihak dunia usaha/ dunia industri (DU/DI) yang ditempati siswa peserta praktik kerja industri (Prakerin). Hal serupa disampaikan oleh wakil kepala sekolah bidang kehumasan:

“…kita lebih suka dengan sistem block, karena anak bisa berkonsentrasi dengan pekerjaannya, tidak terganggu dengan kegiatan lain. Sekolah hanya menarik anak kurang lebih selama 2 minggu untuk mengikuti ujian semester genap”.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh wakil

kepala sekolah bidang kesiswaan:

“…selama prakerin anak harus konsentrasi di dunia usaha/ dunia industri. Masalah waktu libur, waktu kerja, waktu istirahat sepenuhnya diserahkan oleh tempat magang masing- masing”.

(19)

Uraian di atas juga diperkuat dengan pernyataan dari guru BK sekaligus panitia prakerin:

“…biasanya anak SMK Negeri 1 Sayung kalau dapat tempat magang yang jauh dari rumah, mereka enggan. Maunya di daerah sendiri.Mungkin masalah mental. Tapi orang tua juga terkadang ada yang complain kalau anaknya ditempatkan agak jauh dari rumah. Mungkin sudah mind set-nya begitu”.

Jadi, menurut beberapa guru, hal itu dibenarkan. Bahwa orang tua juga berperan penting dalam hal perijinan siswa untuk melaksanakan praktik kerja industri (Prakerin). Dari masalah penempatan yang ada, selain dari siswa sendiri yang keberatan dengan jarak tempat praktik, orang tua juga terkadang masih belum mau mengijinkan anaknya praktik di tempat yang agak jauh dari tempat tinggal. Padahal seharusnya orang tua memberi dukungan ke anaknya untuk mandiri. Sesuai yang diungkapkan oleh guru produktif jurusan rekayasa perangkat lunak (RPL):

“…anak sini memang masih kurang pemahaman tentang prakerin, orang tua cenderung ingin anaknya di tempatkan di dekat- dekat saja. Nah, pemetaan awal du/di ini ya harus guru produktif yang berperan untuk memberi pengetahuan awal bagi anak-anak”.

(20)

perencanaan awal dari panitia praktik kerja industri (Prakerin) dan guru produktif masing-masing program keahlian.

Seperti yang diungkapkan oleh bendahara praktik kerja industri (Prakerin) sekaligus guru BK mengenai biaya prakerin adalah sebagai berikut:

“…untuk meringankan biaya, anak- anak setiap bulannya diwajibkan membayar uang komite, yang dijadikan satu dengan iuran kegiatan prakerin sebesar lima belas ribu sebulan. Jadi agak ringan. Iuran itu dipakai untuk operasional prakerin dan kenang-kenangan juga buat du/di dan juga untuk transport monitoring guru pembimbing”.

(21)

4.1.5 Aspek Proses (Process) Program Praktik Kerja Industri di SMK Negeri 1 Sayung Dalam aspek proses ini mencakup tiga hal yaitu pertama, identifikasi proses pelaksanaan yang meliputi kesiapan panitia dan dunia usaha/ dunia industri (DU/ DI), strategi yang digunakan, dan monitoring pelaksanaan prakerin. Kedua, keterlaksanaan program praktik kerja industri (Prakerin) meliputi ketepatan waktu pelaksanaan, ketepatan prakerin, dan melihat dari segi presensi siswa. Ketiga, informasi perbaikan program praktik kerja industri meliputi hambatan- hambatan dalam proses pelaksanaan, perbaikan serta pengembangan program praktik kerja industri (Prakerin) di SMK Negeri 1 Sayung.

Kesiapan panitia untuk melaksanakan prakerin sudah baik, hal ini terlihat dari minimnya masalah dalam pelaksanaan prakerin. DU/DI juga cukup responsif. Untuk siswa, kelas XI memang sudah harus siap dengan adanya prakerin.

Identifikasi proses pelaksanaan praktik kerja industri (Prakerin) dimulai dari kesiapan panitia untuk melaksanakan praktik kerja industri (Prakerin) dan juga hambatan – hambatan yang ditemui selama pelaksanaan praktik kerja industri (Prakerin). Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh salah satu guru BK SMK Negeri 1 Sayung:

(22)

tahun sudah bagus, bisa dilihat dari presensi anak di du/di. Juga jarang ada masalah. Paling juga masalah anak tidak betah atau tidak nyaman di du/di.Itu aja”.

Persiapan dimulai dengan mempersiapkan perangkat administrasi praktik kerja industri (Prakerin), pembentukan guru pembimbing untuk melakukan kegiatan pembimbingan, monitoring dan evaluasi terhadap siswa serta mempersiapkan siswa-siswanya melalui persiapan teori, praktikum serta pembekalan mengenai materi praktik kerja industri (Prakerin) dari pihak sekolah.

Tahapan awal dari pelaksanaan praktik kerja industri (Prakerin) yang dilakukan oleh SMK Negeri 1 Sayung adalah pembentukan panitia yang dikoordinir oleh bagian Humas SMK Negeri 1 Sayung. Pembentukan panitia ini bertujuan untuk mempermudah dalam pelaksanaan praktik kerja industri (Prakerin), terutama yang berkaitan dengan pembagian tugas dan tanggung jawab dari semua pihak yang terkait dengan prakerin.

(23)

---Gambar 4.1.

Susunan Organisasi/ Kepanitiaan Pelaksanaan Prakerin SMK Negeri 1 Sayung

(Pokja Prakerin, 2013)

Berdasarkan diagram/ gambar di atas nampak bahwa ketua kompetensi keahlian atau yang biasa disebut dengan K3, berperan penting dalam praktik kerja industri (Prakerin) yang bekerja sama dengan koordinator praktik kerja industri (Prakerin). Selain itu, dunia usaha/ dunia industri (DU/DI) mempunyai peran dalam tahapan pelaksanaan prakerin di SMK Negeri 1 Sayung. Peran tersebut diwujudkan dalam bentuk

DU/DI Penanggung Jawab(Kepala Sekolah) Komite Sekolah

Ketua (Waka Bidang Humas)

Sekretaris Bendahara

Koordinator Pelaksana (Pokja

Prakerin) Ketua

Kompetensi Keahlian

Guru pembimbing

(24)

koordinasi yang dilakukan oleh pihak sekolah dengan DU/DI.

Melalui tahapan pembentukan panitia ini, SMK Negeri 1 Sayung mulai melibatkan peran serta dunia usaha/ dunia industri (DU/DI). Menurut Wakil kepala sekolah bidang kehumasan SMK Negeri 1 Sayung, peran DU/DI dalam kepanitiaan tersebut antara lain diimplementasikan melalui beberapa hal sebagai berikut: (a) pemberian informasi dari DU/DI kepada pihak sekolah terutama berkaitan dengan kompetensi keahlian yang dibutuhkan oleh DU/DI; (b) pemberian kesempatan oleh sekolah kepada DU/DI untuk berperan dalam setiap tahapan pelaksanaan praktik kerja industri (Prakerin).

Tahapan selanjutnya yaitu pemetaan terhadap DU/DI yang akan dijadikan tempat magang. Pemetaan tersebut bertujuan untuk mengetahui sebaran DU/DI yang sesuai dengan kompetensi atau program keahlian yang ada di SMK Negeri 1 Sayung. Pemetaan dilakukan untuk menghindari adanya penumpukan siswa pada DU/DI tertentu.

Tahapan selanjutnya yaitu mengirimkan permohonan ke dunia usaha/ dunia industri (DU/DI), sesuai dengan kemitraan dengan DU/DI yang telah menjalin kerjasama dengan SMK Negeri 1 Sayung. Permohonan tersebut dilakukan sebagai salah satu upaya menjalin kembali informasi dengan institusi pasangan.

(25)

DU/DI. Pemetaan peserta prakerin bertujuan untuk mengetahui jumlah dan kompetensi siswa yang akan melaksanakan praktik. Hal tersebut disesuaikan dengan jumlah DU/DI yang tersedia. Pemetaan ini bertujuan agar tidak terjadi penumpukan siswa pada salah satu DU/DI. Selain itu juga mengetahui keterkaitan kompetensi/ keahlian siswa dengan DU/DI yang akan menjadi tempat magang atau praktik. Di sinilah DU/DI dituntut berperan lebih banyak, karena melalui keterlibatan DU/DI dalam pemetaan peserta akan dapat diketahui peserta yang layak untuk bersaing di dunia kerja. Seperti yang diungkapkan oleh Pimpinan atau pemilik dari Bengkel Bubut Manunggal (Wawancara tanggal 28 Nopember 2014):

“…kami kapanpun siap, tapi jangan banyak-banyak. Bukannya apa- apa, nanti malah ga jadi kerja, banyak ngobrol. Jadi sedikit saja yang kami bisa terima”

Hal senada juga disampaikan oleh pimpinan Mekar Indah Motor (Wawancara tanggal 24 Juli 2014):

“…karena banyaknya permintaan untuk magang dari sekolah lain, jadi kami minta tidak lebih dari tiga orang. Karena kalau banyak- banyak malah mereka gak bisa bener- bener bekerja, dan pasti anak- anak malah gak mudeng”.

Dari uraian di atas, DU/ DI memang perlu dilibatkan dalam penentuan jumlah anak, penempatan, dan profil kompetensi keahlian masing- masing jurusan.

(26)

program praktik kerja industri (Prakerin) sangat diperlukan sebagai perbaikan dan pengembangan dalam pelaksanaan praktik kerja industri (Prakerin) di SMK Negeri 1 Sayung.

4.1.6 Aspek Hasil (Product) Program Praktik Kerja Industri di SMK Negeri 1 Sayung

Dalam aspek hasil (product) mencakup penilaian hasil capaian dengan tujuan praktik kerja industri (Prakerin) yang meliputi evaluasi program dan tindak lanjut, serta interpretasi keunggulan dan kelemahan program praktik kerja industri.

Hasil wawancara dengan siswa Rekayasa Perangkat Lunak adalah sebagai berikut:

“…di butik Anna Avantie, kami hanya disuruh mayet, tapi ya lumayan bu, buat menambah pengalaman.Walaupun kita sih inginnya mendesain kebaya sendiri dan menjahitnya sendiri”.

Siswa yang lain dari jurusan Rekayasa Perangkat Lunak juga berpendapat:

“…saya tidak begitu suka buk dengan pekerjaan di disperindag, soalnya saya hanya diminta buat fotokopi dan bantu- bantu apapun itu lah. Paling juga disuruh ngetik bu”.

Sebenarnya tujuan program praktik kerja industri (Prakerin) yang ditetapkan sudah tercapai tapi hanya sebagian, tidak secara menyeluruh.

(27)

formula yang pasti. Hal ini sesuai yang dikatakan oleh guru BK:

“…belum ada evaluasi yang baku. Yang pasti anak diminta untuk pelaporan yang dibimbing oleh guru pembimbing. Untuk dunia usaha/ dunia industri, mereka kami minta untuk menilai siswa selama prakerin, tapi format sudah kita siapkan. Untuk kami panitia, hanya laporan pertanggungjawaban keuangan, dan secara lisan kadang kami tanyakan ke anak. Bagaimana prakerinnya, lancar tidak, ada maslah atau tidak, dan apa lagi ya…kurang lebih ya tentang pengalaman selama mereka di sana”.

Dari penjelasan di atas, di ketahui bahwa panitia belum ada aturan khusus tentang laporan praktik kerja industri. Untuk siswa, hanya membuat laporan selama mereka di tempat praktik. Untuk dunia usaha/ dunia industi (DU/DI) hanya memberi nilai pada lembar yang sudah di berikan oleh panitia praktik kerja industri (Prakerin).

Dalam melaksanakan praktik kerja industri (Prakerin) siswa dituntut untuk dapat mengaplikasikan profil kompetensi yang ditetapkan oleh sekolah. Kompetensi ini disusun oleh pihak- pihak sekolah berdasarkan standar kompetensi yang telah ada sejak KTSP. Hal ini sesuai dengan dengan yang diungkapkan oleh Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum:

(28)

Hal senada juga disampaikan oleh guru produktif Rekayasa Perangkat Lunak:

“…mengirimkan siswa ke tempat du/di seharusnya sesuai dengan kompetensi keahlian, tetapi terkadang sekolah belum memperkenalkan semua kompetensi, sehingga banyak yang tidak match. Perusahaan minta anak siap kerja, tetapi siswa masih perlu belajar dan bimbingan.”

Dari pendapat di atas, dalam penyusunan standar kompetensi yang harus dipenuhi oleh para siswa tersebut, pihak sekolah tidak melibatkan institusi pasangan (dunia usaha/ dunia industri). Meskipun demikian, pihak sekolah tidak hanya membatasi institusi pasangan (dunia usaha/ dunia industri) untuk memberikan pekerjaan yang sesuai dengan standar kompetensi, tetapi diharapkan bisa lebih dari itu.

Lebih lanjut disampaikan oleh Wakil kepala sekolah bidang Humas:

“…kami menyadari sepenuhnya, bahwa prakerin tahun lalu, profil kompetensi yang selama ini ditetapkan merupakan profil kompetensi yang sudah ada dalam buku panduan, dan belum dirubah. Jadi masih harus ada perubahan, minimal dievaluasi yang sesuai dengan tuntutan pasar kerja”.

(29)

dipergunakan pada praktik kerja industri (Prakerin) di SMK Negeri 1 Sayung. Profil keahlian atau kompetensi (terlampir) tersebut sudah selayaknya dievaluasi dan disesuaikan dengan tuntutan pasar kerja.

Hal senada juga diungkapkan oleh Ketua Kompetensi Keahlian Tata Busana:

“…sudah saatnya kurikulum untuk prakerin di sinkronkan, nah, tim pengembang kurikulum harus bisa mensinkronkan dengan dunia usaha/ dunia industri”.

Dalam praktik kerja industri (Prakerin), kurikulum untuk prakerin sangat sangat penting, sehingga prakerin bisa berjalan dengan lancar. Untuk itu, tim pengembang kurikulum di SMK Negeri 1 Sayung harus mulai mensinkronkan kurikulum sekolah dengan dunia industri/ dunia usaha sesuai dengan pasar kerja.

Dalam pelaksanaan praktik kerja industri (Prakerin), apabila kegiatan peserta di institusi pasangan (DU/DI) melakukan kegiatan/ bekerja di luar profil kemampuan masing- masing program keahlian, maka kegiatan tersebut termasuk perolehan kemampuan produktif sebagai muatan lokal dari masing- masing institusi pasangan(DU/DI). Hal serupa disampaikan oleh Ketua Kompetensi Keahlian Tata Boga:

(30)

Hal di atas bermakna bahwa dalam pelaksanaan praktik kerja industri (Prakerin) tidak semua profil kompetensi tersebut dapat dikerjakan oleh siswa di institusi pasangan atau dunia usaha/ dunia industri (DU/ DI) pada saat praktik kerja industri (Prakerin). Prosentase keterlaksanaan profil kompetensi harapan yang dapat dikerjakan siswa di dunia usaha/ dunia industri berbeda- beda.

Pembimbingan atau monitoring dalam praktik kerja industri (Prakerin) juga penting dalam pelaksanaan prakerin. Mengenai monitoring, hal ini disampaikan oleh Ketua Kompetensi Keahlian Teknik Pengelasan:

“…dengan adanya monitoring, siswa akan lebih bersemangat dalam pelaksanaan prakerin. Mereka merasa diperhatikan oleh gurunya. Selain itu, pihak du/ di juga pastinya menyambut baik dengan adanya kunjungan atau monitoring dari guru. Kerjasama juga pastinya terjalin dengan baik”.

(31)

Hal ini diperkuat oleh pernyataan dari Panitia Prakerin SMK Negeri 1 Sayung:

“…guru pembimbing prakerin bisa berasal dari guru produktif, normatif, adaptif,maupun dari guru BK. Tidak harus dari guru produktif saja. Tapi ya begitulah, kadang guru selain guru produktif tidak begitu mengetahui tentang prakerin, jadi ya sekedar menerjunkan atau menarik anak.Mungkin hanya dari segi presensi saja, guru (selain guru produktif) bisa melihat anak- anak yang rajin atau tidak”.

Hal senada juga diungkapkan oleh salah satu siswa jurusan Teknik Sepeda Motor:

“guru pembimbing hampir tidak pernah memberikan pembelajaran. Hanya sekedar mengantar ke tempat magang, monitoring sesuai jadwal di buku panduan saya, trus menarik dari perusahaan. Dan pihak industri juga jarang memberi pengarahan, karena sibuk atau karena pekerjaannya masih sama seperti hari- hari sebelumnya”.

(32)

“kami diajari beberapa teknik dalam pembuatan roti tart, mereka (pihak DU/ DI) sangat baik dan ramah”.

Terkait dengan peran DU/ DI, dalam pembimbingan, hal berbeda ditemukan di beberapa instansi atau dunia usaha/ dunia industri.Seperti contoh kecil di atas, siswa diberi pengarahan dan pembimbingan dari instruktur DU/ DI. Sesuai yang diungkapkan oleh salah satu guru produktif Tata Busana SMK Negeri 1 Sayung:

“…perbaikan dari segi apapun harus tetap ada, agar prakerin mencapai hasil yang maksimal dan yang kita inginkan, apalagi kalau anak kita diminta langsung bekerja, seneng banget, berarti kompetensi siswa sudah mumpuni. Tindak lanjut prakerin harus tetap ada. Salah satunya yaitu melakukan ekspansi untuk menjalin kerjasama yang baik dan lebih luas agar jaringan pasar kerja kita bagus. Rencana ke depan harusnya lebih matang dalam perencanaan prakerin”.

Hal serupa disampaikan oleh Kepala SMK Negeri 1 Sayung:

“…kekurangan pasti ada. Tapi perbaikan lebih penting. Belum adanya evaluasi secara menyeluruh, karena keterbatasan waktu dari panitia, dan ni kan program tahunan yang wajib ada, jadi ya evaluasinya belum optimal”.

(33)

adanya evaluasi tentang praktik kerja industri secara menyeluruh dikarenakan masih dianggap sebagai program tahunan yang wajib diselenggarakan.

4.2 Pembahasan

Berdasarkan penjelasan hasil penelitian di atas, maka evaluasi praktik kerja industri (Prakerin) di SMK Negeri 1 Sayung dapat diuraikan di bawah ini.

4.2.1 Evaluasi Konteks (Context Evaluation) Program Praktik Kerja Industri di SMK Negeri 1 Sayung

Evaluasi konteks praktek kerja industri (Prakerin) dilakukan untuk mengetahui apakah visi dan misi SMK Negeeri 1 Sayung sesuai dengan kebutuhan siswa. Dalam evaluasi aspek konteks ini meliputi program praktik kerja industri (Prakerin) di SMK Negeri 1 Sayung dari visi dan misi SMK Negeri 1 Sayung, definisi praktik kerja industri (Prakerin), tujuan atau hasil yang diharapkan, identifikasi kebutuhan kompetensi sekolah, dan kompetensi pasar, serta personil yang terlibat di dalamnya.

(34)

Sayung adalah: “Menjadi Pusat Pendidikan dan Pelatihan Terdepan dalam mempersiapkan sumber daya manusia berkepribadian unggul, religius, handal, professional, dan mampu berkompetisi di pasar kerja global”. Dari visi di atas, dapat disimpulkan bahwa SMK Negeri 1 Sayung nantinya akan mencetak orang- orang yang siap untuk berkompetisi di pasar global. Selain itu, SMK Negeri 1 Sayung juga harus segera diwujudkan dengan tindakan nyata. Misi SMK Negeri 1 Sayung adalah (1) Menuju Sekolah Menengah Kejuruan Unggul; (2) Menyiapkan tamatan yang bertaqwa dan berbudi luhur, mempunyai etos kerja dan berjiwa wirausaha; (3) Meningkatkan daya serap tamatan di dunia usaha/ dunia industri dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi; (4) Menyiapkan tenaga terampil yang mampu bersaing di pasar kerja nasional maupun internasional. Dari misi tersebut, terlihat bahwa SMK Neger 1 Sayung memang menyiapkan lulusan yang beretos kerja, terampil yang mampu bersaing di pasar kerja nasional maupun internasional.

(35)

Program praktik kerja industri (Prakerin) di SMK Negeri 1 Sayung memang didesain untuk membentuk disiplin kerja siswa di tempat praktik kerja industri (Prakerin). Dengan demikian, tujuan dari praktik kerja industri (Prakerin) di SMK Negeri 1 Sayung yaitu: (1) Melatih siswa bekerja secara professional sesuai dengan kompetensi keahliannya; (2) Melatih disiplin siswa di tempat praktik; (3) Menambah pengalaman siswa tentang bekerja; dan (4) Melatih kemampuan siswa sesuai kompetensi keahliannya yang tidak hanya bisa di dapatkan di sekolah, tetapi juga bisa didapatkan di dunia usaha/ dunia industri (DU/DI).

(36)

sinkronisasi kurikulum antara pihak sekolah dengan dunia usaha/ dunia industri (DU/DI). Belum adanya identifikasi kebutuhan kompetensi sekolah maupun pasar kerja.

Sementara sasaran peserta praktik kerja industri (Prakerin) dikhususkan untuk kelas XI, hal ini bertujuan untuk agar siswa mampu untuk bersosialisasi serta cukup mempunyai kompetensi keahlian untuk berlatih bekerja di dunia usaha/ dunia industri.

Dilihat dari manajemen praktik kerja industri (Prakerin) di SMK Negeri 1 Sayung diselenggarakan oleh panitia praktik kerja industri (Prakerin) atau biasa disebut dengan Pokja Prakerin dan guru-guru produktif. Sebelum kegiatan praktik kerja industri dilaksanakan, pastinya kesiapan siswa sangat diperlukan, selain kesiapan prakerin dan DU/DI untuk menerima siswa praktik.

(37)

4.2.2 Evaluasi Masukan (Input Evaluation) Program Praktik Kerja Industri di SMK Negeri 1 Sayung

Evaluasi input dilaksanakan untuk mempertimbangkan sumber daya yang ada, mengidentifikasi dan mencari tahu kemampuan atau daya dukung sistem, alternatif strategi program, desain prosedur program, pengelolaan anggaran dan penjadwalan program.

Program praktik kerja industri (Prakerin) merupakan kegiatan pembelajaran praktik langsung di dunia kerja berdasarkan program pelatihan di institusi pasangan secara terarah dan terprogram sehingga siswa mempunyai keahlian professional dan siap untuk bekerja sesuai dengan kompetensi keahliannya.

Pelaksanaan program praktik kerja industri (Prakerin) melibatkan dua pihak yaitu pihak sekolah yang menempatkan siswa sebagai peserta magang dengan pihak dunia usaha/ dunia industri (DU/DI) sebagai institusi pasangan untuk tempat siswa melakukan magang/ praktik.

(38)

adanya tujuan program praktik kerja industri (Prakerin) yang jelas maka pelaksanaan program praktik kerja juga dapat berjalan sebagaimana mestinya.

(39)

Dalam prosedur penempatan siswa untuk praktik kerja industri, SMK Negeri 1 Sayung menjalin kerjasama dengan dunia usaha/ dunia industri (DU/DI) dalam memilih dan menentukan DU/DI sebagai institusi pasangan dengan pertimbangan yang telah ditentukan sebelumnya yaitu lokasi, jarak, kesesuaian antara kompetensi sekolah dengan pekerjaan di dunia usaha/ dunia industri (DU/DI), kesediaan pihak DU/DI menerima siswa yang akan praktik kerja di DU/DI, serta ada beberapa pertimbangan dari pihak DU/DI seperti harus mengikuti tes seleksi.

(40)

masih belum mau mengijinkan anaknya praktik di tempat yang agak jauh dari tempat tinggal. Padahal seharusnya orang tua memberi dukungan ke anaknya untuk mandiri.

Pada aspek anggaran dan pengelolaan dapat disimpulkan bahwa biaya yang dikeluarkan oleh siswa kelas XI diperoleh dari iuran bulanan yang mengikat dengan iuran komite, sehingga bisa, meringankan beban orang tua siswa. Untuk penggunaannya, anggaran dipakai untuk pembelian kenang-kenangan (souvenir) yang diserahkan ke dunia usaha/ dunia industri (DU/DI). Selain itu, anggaran dana juga dipakai untuk transport pembimbing ketika memonitoring siswa di tempat praktik.

4.2.3 Evaluasi Proses (Process Evaluation) Program Praktik Kerja Industri di SMK Negeri 1 Sayung

(41)

dan monitoring pelaksanaan prakerin. Selanjutnya, keterlaksanaan program praktik kerja industri (Prakerin) yang meliputi ketepatan waktu pelaksanaan, ketepatan prakerin, dan melihat dari segi presensi siswa. Setelah itu, informasi perbaikan program praktik kerja industri meliputi hambatan- hambatan dalam proses pelaksanaan, perbaikan serta pengembangan program praktik kerja industri (Prakerin) di SMK Negeri 1 Sayung.

Kesiapan panitia untuk melaksanakan prakerin sudah baik, hal ini terlihat dari minimnya masalah dalam pelaksanaan prakerin.DU/DI juga cukup responsif. Untuk siswa, kelas XI memang sudah harus siap dengan adanya prakerin.

Identifikasi proses pelaksanaan praktik kerja industri (Prakerin) dimulai dari kesiapan panitia untuk melaksanakan praktik kerja industri (Prakerin) dan juga hambatan – hambatan yang ditemui selama pelaksanaan praktik kerja industri (Prakerin).

(42)

Tahapan awal dari pelaksanaan praktik kerja industri (Prakerin) yang dilakukan oleh SMK Negeri 1 Sayung adalah pembentukan panitia yang dikoordinir oleh bagian Humas SMK Negeri 1 Sayung. Pembentukan panitia ini bertujuan untuk mempermudah dalam pelaksanaan praktik kerja industri (Prakerin), terutama yang berkaitan dengan pembagian tugas dan tanggung jawab dari semua pihak yang terkait dengan prakerin. Melalui tahapan pembentukan panitia ini, SMK Negeri 1 Sayung mulai melibatkan peran serta dunia usaha/ dunia industri (DU/DI). Menurut Wakil kepala sekolah bidang kehumasan SMK Negeri 1 Sayung, peran DU/DI dalam kepanitiaan tersebut antara lain diimplementasikan melalui beberapa hal sebagai berikut: (a) pemberian informasi dari DU/DI kepada pihak sekolah terutama berkaitan dengan kompetensi keahlian yang dibutuhkan oleh DU/DI; (b) pemberian kesempatan oleh sekolah kepada DU/DI untuk berperan dalam setiap tahapan pelaksanaan praktik kerja industri (Prakerin).

(43)

menghindari adanya penumpukan siswa pada DU/DI tertentu.

Tahapan selanjutnya yaitu mengirimkan permohonan ke dunia usaha/ dunia industri (DU/DI), sesuai dengan kemitraan dengan DU/DI yang telah menjalin kerjasama dengan SMK Negeri 1 Sayung. Permohonan tersebut dilakukan sebagai salah satu upaya menjalin kembali informasi dengan institusi pasangan.

Tahapan yang terakhir sebelum penerjunan, yaitu pemetaan peserta praktik kerja industri (Prakerin) ke DU/DI. Pemetaan peserta prakerin bertujuan untuk mengetahui jumlah dan kompetensi siswa yang akan melaksanakan praktik. Hal tersebut disesuaikan dengan jumlah DU/DI yang tersedia. Pemetaan ini bertujuan agar tidak terjadi penumpukan siswa pada salah satu DU/DI. Selain itu juga mengetahui keterkaitan kompetensi/ keahlian siswa dengan DU/DI yang akan menjadi tempat magang atau praktik. Di sinilah DU/DI dituntut berperan lebih banyak, karena melalui keterlibatan DU/DI dalam pemetaan peserta akan dapat diketahui peserta yang layak untuk bersaing di dunia kerja.

(44)

pengembangan dalam pelaksanaan praktik kerja industri (Prakerin) di SMK Negeri 1 Sayung.

4.2.4 Evaluasi Hasil (Product Evaluation) Program Praktik Kerja Industri di SMK Negeri 1 Sayung

Evaluasi ini dilaksanakan untuk mengetahui apakah produk/ hasil sudah sesuai dengan tujuan program praktik kerja industri (Prakerin). Yang perlu dilakukan yaitu mengumpulkan deskripsi dan penilaian mengenai hasil yang dicapai dan membandingkannya dengan tujuan prakerin. Dalam aspek hasil (product) mencakup penilaian hasil capaian dengan tujuan praktik kerja industri (Prakerin) yang meliputi evaluasi program dan tindak lanjut, serta interpretasi keunggulan dan kelemahan program praktik kerja industri.

(45)

Dalam melaksanakan praktik kerja industri (Prakerin) siswa dituntut untuk dapat mengaplikasikan profil kompetensi yang ditetapkan oleh sekolah. Kompetensi ini disusun oleh pihak- pihak sekolah berdasarkan standar kompetensi yang telah ada sejak KTSP. Dari penjelasan di atas, di ketahui bahwa panitia belum ada aturan khusus tentang laporan praktik kerja industri. Untuk siswa, hanya membuat laporan selama mereka di tempat praktik.Untuk dunia usaha/ dunia industi (DU/DI) hanya memberi nilai pada lembar yang sudah di berikan oleh panitia praktik kerja industri (Prakerin).

Dalam penyusunan standar kompetensi yang harus dipenuhi oleh para siswa tersebut, pihak sekolah tidak melibatkan institusi pasangan (dunia usaha/ dunia industri). Meskipun demikian, pihak sekolah tidak hanya membatasi institusi pasangan (dunia usaha/ dunia industri) untuk memberikan pekerjaan yang sesuai dengan standar kompetensi, tetapi diharapkan bisa lebih dari itu.

(46)

Profil tersebut masih tetap dipergunakan pada praktik kerja industri (Prakerin) di SMK Negeri 1 Sayung. Profil keahlian atau kompetensi (terlampir) tersebut sudah selayaknya dievaluasi dan disesuaikan dengan tuntutan pasar kerja.

Dalam praktik kerja industri (Prakerin), kurikulum untuk prakerin sangat sangat penting, sehingga prakerin bisa berjalan dengan lancar. Untuk itu, tim pengembang kurikulum di SMK Negeri 1 Sayung harus mulai mensinkronkan kurikulum sekolah dengan dunia industri/ dunia usaha sesuai dengan pasar kerja.

Dalam pelaksanaan praktik kerja industri (Prakerin), apabila kegiatan peserta di institusi pasangan (DU/DI) melakukan kegiatan/ bekerja di luar profil kemampuan masing- masing program keahlian, maka kegiatan tersebut termasuk perolehan kemampuan produktif sebagai muatan lokal dari masing- masing institusi pasangan(DU/DI).

(47)

Pembimbingan atau monitoring dalam praktik kerja industri (Prakerin) juga penting dalam pelaksanaan prakerin. Dari hasil wawancara dapat diketahui, bahwa monitoring siswa di tempat DU/DI sangat penting agar siswa merasa diperhatikan oleh sekolah. Selain itu, guru pembimbing juga bisa menjadi salah satu jembatan untuk menjalin kerjasama yang baik antara pihak sekolah dengan dunia usaha/ dunia industri (DU/ DI). Walaupun begitu, peran guru pembimbing dalam pelaksanaan praktik kerja industri (Prakerin) lebih bersifat normatif, karena guru pembimbing tidak memiliki peran untuk memberikan pembelajaran/ pelatihan kepada siswa selama melaksanakan praktik kerja industri (Prakerin) di dunia usaha/ dunia industri. Model pembimbingan semacam ini pada gilirannya akan menimbulkan kesulitan dalam pemantauan, karena guru pembimbing non-produktif tidak memiliki kompetensi untuk membimbing praktik. Hal tersebut pada akhirnya akan berimbas pada proses dan pembimbingan yang sekedar formalitas. Selain itu, dari pihak DU/DI, pembimbingan yang dilakukan oleh unsur DU/DI juga dirasakan belum optimal. Tetapi dalam kenyataannya, ada juga DU/ DI yang memberi arahan atau pembimbingan juga.

(48)

beberapa instansi atau dunia usaha/ dunia industri. Seperti contoh kecil di atas, siswa diberi pengarahan dan pembimbingan dari instruktur DU/ DI. Beberapa tempat praktik sudah sesuai dengan kompetensi keahliannya. Tetapi, sebagian juga masih kurang sesuai dengan kompetensi keahlian siswa. Belum adanya evaluasi tentang praktik kerja industri secara menyeluruh dikarenakan masih dianggap sebagai program tahunan yang wajib diselenggarakan.

(49)

Gambar

Gambar 4.1.Susunan Organisasi/ Kepanitiaan

Referensi

Dokumen terkait

Hasil realisasikan peran dan fungsi komite SD Negeri Purwosari 1 Sayung Demak sebagi pendukung (supporting) yang berfungsi sebagai pendorong orang tua dan

peningkatan mutu pendidikan di SD Negeri Purwosari 1 Sayung Demak ketercapaian pelaksanaan program kerja komite SD Negeri Purwosari 1 Sayung Demak sebagai pemberi

Gambar 4.12 Raja Balaputra Dewa menjalin Kerjasama. Kerajaan Sriwijaya mengalami keruntuhan

Lebih lanjutnya terkait konsep tersebut Mendikbud mengeluarkan keputusan Nomor 0490/1992 tentang Kerjasama SMK dengan Dunia Usaha atau Dunia Industri (DU/DI)

4.3.3 Pengaruh Dukungan keluarga dan Pengalaman Praktik Kerja Industri secara bersama-sama terhadap Kesiapan Memasuki Karier Dikalangan Siswa Jurusan Administrasi Perkantoran di

Untuk menilai pertanggungjawaban pencapaian tujuan dan sasaran yang ditetapkan berdasarkan hasil perencanan stratejik, dilakukan pula analisis pencapaian kinerja

Rencana kegiatan kepala sekolah terkait dengan usaha untuk menjalin kerjasama dengan guru dan staf, merupakan kegiatan rutin yang dilakukan oleh kepala sekolah,

Dari uraian data tersebut tentang pelaksanaan humas dalam menjalin kerjasama dengan dunia usaha/dunia industri di SMK Negeri Darul Ulum Muncar, dapat disimpulkan bahwa dari