untuk Periode Enam Bulan yang Berakhir 30 Juni 2009 yang Tidak Diaudit)
Laporan Auditor Independen 1
LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI – Pada tanggal 30 Juni 2010 dan untuk
periode enam bulan yang berakhir pada tanggal tersebut (dengan angka perbandingan 30 Juni 2009 yang tidak diaudit)
Neraca Konsolidasi 2
Laporan Laba Rugi Konsolidasi 4 Laporan Perubahan Ekuitas Konsolidasi 5
Laporan Arus Kas Konsolidasi 6 Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi 7
Rp '000.000 Rp '000.000 ASET
ASET LANCAR
Kas dan setara kas 2d,2g,2i,5,23,36 506.671 470.343
Investasi jangka pendek 2d,2h,2i,6,23,36 25.530 10.113
Piutang usaha kepada pihak ketiga - setelah 2d,2i,7,13,15,18,23,36
dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu sebesar Rp 8.762 juta per 30 Juni 2010 dan
Rp 45.235 juta per 30 Juni 2009 760.491 735.760
Piutang lain-lain 2i,23,36 45.992 23.625
Persediaan - setelah dikurangi penyisihan penurunan nilai persediaan sebesar Rp 564 juta per 30 Juni 2010 dan
Rp 1.657 juta per 30 Juni 2009 2k,2t,8,13,18,20 2.608.396 2.076.060
Ayam pembibit turunan 2l,9 277.672 223.968
Uang muka 151.670 101.289
Pajak dibayar dimuka 2x,10 79.491 92.989
Biaya dibayar dimuka 2m 48.998 27.502
Jumlah Aset Lancar 4.504.911 3.761.649
ASET TIDAK LANCAR
Rekening bank yang dibatasi penggunaannya 2d,2h,2i,23,36 7.744 10.917
Aset pajak tangguhan 2x,32 76.538 92.950
Tanaman - bersih 2n,2t 2.479 2.691
Sapi pembibit turunan 2l,9 99.140 58.828
Properti investasi - setelah dikurangi akumulasi
penyusutan sebesar Rp 38.523 juta per 30 Juni 2010 dan
Rp 32.038 juta per 30 Juni 2009 2o,2t,11,21,29 77.087 71.225
Aset tetap - setelah dikurangi akumulasi penyusutan sebesar Rp 1.539.308 juta per 30 Juni 2010 dan
Rp 1.413.443 juta per 30 Juni 2009 2p,2q,2t,12,13,18,19,21,29 1.958.787 1.742.811
Aset tetap yang tidak digunakan - bersih 2p,2t,12 3.652 4.927
Aset real estat 2r,2t 19.289 17.901
Aset tidak berwujud - bersih 2s 3.024 3.621
Instrumen keuangan derivatif 2i,23,33,36 - 59.417
Aset lain-lain 26.484 29.463
Jumlah Aset Tidak Lancar 2.274.224 2.094.751
Rp '000.000 Rp '000.000 KEWAJIBAN DAN EKUITAS
KEWAJIBAN LANCAR
Hutang bank jangka pendek 2d,2i,7,8,12,13,23,36 981.187 869.558
Hutang usaha kepada pihak ketiga 2d,2i,14,23,36 657.341 501.275
Hutang lain-lain kepada pihak ketiga 2i,7,15,23,36 42.045 81.129
Hutang pajak 2x,16 39.376 69.356
Biaya masih harus dibayar 2i,17 222.712 259.045
Uang muka yang diterima 69.604 84.400
Bagian kewajiban jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun
Pinjaman jangka panjang 2d,2i,7,8,12,13,18,23,36 25.506 26.911
Pembelian aset tetap 2i,23,36 1.295 2.303
Sewa pembiayaan 2q,19,23,36 176 291
Hutang yang direstrukturisasi 2d,2i,11,12,21,23,36 152.140 155.931
Jumlah Kewajiban Lancar 2.191.382 2.050.199
KEWAJIBAN TIDAK LANCAR
Kewajiban pajak tangguhan 2x,32 924 14.430
Kewajiban imbalan pasti pasca kerja 2w,31 340.802 261.849
Goodwill negatif - bersih 2c,22 71.417 74.447
Kewajiban jangka panjang - setelah dikurangi bagian yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun
Pinjaman jangka panjang 2d,2i,7,8,12,13,18,23,36 115.778 65.393
Pembelian aset tetap 2i,23,36 1.461 1.204
Sewa pembiayaan 2q,19,23,36 193 317
Hutang yang direstrukturisasi 2d,2i,11,12,21,23,36 843.225 1.126.136
Hutang obligasi 2i,8,20,23,36 497.002 495.492
Instrumen keuangan derivatif 2i,23,33,36 15.645
-Jumlah Kewajiban Tidak Lancar 1.886.447 2.039.268
Jumlah Kewajiban 4.077.829 4.089.467
HAK MINORITAS ATAS ASET BERSIH ANAK PERUSAHAAN 2c,24 312.397 212.151
EKUITAS
Modal saham
Modal dasar - 2.000.000.000 saham Seri A dengan nominal Rp 1.000 dan 5.000.000.000 saham Seri B dengan nilai nominal Rp 200 per 30 Juni 2010 dan
2.000.000.000 saham dengan nominal Rp 1.000 per 30 Juni 2009 Modal ditempatkan dan disetor - 1.489.414.660 saham
Seri A dengan nilai nominal Rp 1.000 dan 582.318.000 saham Seri B dengan nilai nominal Rp 200 per 30 Juni 2010
dan 1.489.414.660 saham dengan nilai nominal Rp 1.000 25 1.605.878 1.489.414
per 30 Juni 2009
Agio saham 26 426.227 172.919
Selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan 2d 30.105 43.314
Selisih transaksi perubahan ekuitas anak perusahaan 2j 1.381 1.381
Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali 2c (15.971) 5.798
Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas
sepengendali periode komparatif 1b - 307.119
Saldo laba (defisit) 341.289 (465.163)
Jumlah Ekuitas 2.388.909 1.554.782
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS 6.779.135 5.856.400
Rp '000.000 Rp '000.000
PENJUALAN BERSIH 2u,27 6.690.217 6.921.685
BEBAN POKOK PENJUALAN 2u,28 5.420.571 5.769.202
LABA KOTOR 1.269.646 1.152.483
BEBAN USAHA 2e,2u,7,11,12,29,31,35
Penjualan 313.688 219.122
Umum dan administrasi 452.768 374.056
Jumlah Beban Usaha 766.456 593.178
LABA USAHA 503.190 559.305
PENGHASILAN (BEBAN) LAIN-LAIN
Penghasilan bunga 5,6 7.804 7.519
Keuntungan penjualan aset tetap 2p,12 1.658 1.831
Keuntungan kurs mata uang asing - bersih 2d 37.276 76.941
Kerugian transaksi derivatif - bersih 2i,33,35 (37.668) (86.381)
Beban bunga 2v,13,15,18,19,20,21,30 (102.157) (116.932)
Rugi penurunan nilai aset tetap yang tidak digunakan 2t,12 (1.125)
-Lain-lain - bersih (4.174) 11.247
Beban Lain-lain - Bersih (98.386) (105.775)
LABA SEBELUM PAJAK DAN HAK MINORITAS ATAS
LABA BERSIH ANAK PERUSAHAAN 404.804 453.530
BEBAN (PENGHASILAN) PAJAK 2x,32
Pajak kini
Final 138
-Tidak final 104.996 140.455
Pajak tangguhan (9.849) 16.233
Beban Pajak 95.285 156.688
LABA SEBELUM HAK MINORITAS ATAS
LABA BERSIH ANAK PERUSAHAAN 309.519 296.842
HAK MINORITAS ATAS LABA BERSIH
ANAK PERUSAHAAN 2c,24 (44.624) (41.746)
LABA BERSIH 264.895 255.096
LABA PER SAHAM DASAR 2y 128 123
Rp '000.000 Rp '000.000 Rp '000.000 Rp '000.000 Rp '000.000 Rp '000.000 Rp '000.000 Rp '000.000 Saldo per 1 Januari 2009 sebelum 1.489.414 172.919 52.762 1.381 5.798 - (679.572) 1.042.702
penyajian kembali
Penyajian kembali (Catatan 4) - - - 266.422 10 266.432
Saldo 1 Januari 2009 setelah
disajikan kembali 1.489.414 172.919 52.762 1.381 5.798 266.422 (679.562) 1.309.134 Selisih kurs karena penjabaran
laporan keuangan 2d - - (9.448) - - - - (9.448)
Bagian laba bersih yang dibukukan
ke dalam selisih transaksi 2j
restrukturisasi entitas sepengendali - - - 40.697 (40.697)
-Laba bersih periode berjalan - - - 255.096 255.096
Saldo per 30 Juni 2009 1.489.414 172.919 43.314 1.381 5.798 307.119 (465.163) 1.554.782 Saldo per 1 Januari 2010 1.605.878 426.227 32.020 1.381 (15.971) - 52.005 2.101.540 Dampak penerapan awal atas PSAK 50
dan PSAK 55 2b - - - 34.748 34.748
Selisih kurs karena penjabaran
laporan keuangan 2d - - (1.915) - - - - (1.915)
Dividen 34 - - - (10.359) (10.359)
Laba bersih periode berjalan - - - 264.895 264.895
Rp '000.000 Rp '000.000
ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI
Penerimaan dari pelanggan 6.711.905 6.896.751
Pembayaran kepada pemasok dan lain-lain (6.084.965) (6.098.987)
Pembayaran kepada karyawan (266.863) (219.849)
Kas dihasilkan dari operasi 360.077 577.915
Penerimaan restitusi pajak 12.855
-Pembayaran pajak penghasilan (181.586) (140.455)
Pembayaran bunga (101.960) (118.096)
Kas Bersih Diperoleh dari Aktivitas Operasi 89.386 319.364
ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI
Penerimaan bunga 7.804 7.519
Hasil penjualan aset tetap 6.682 3.087
Penambahan jaminan (1.059) (390)
Pencairan (penambahan) investasi jangka pendek (2.806) 821
Perolehan aset tetap 12 (247.524) (150.229)
Pengembalian jaminan - 85
Perolehan properti investasi - (7.841)
Kas Bersih Digunakan untuk Aktivitas Investasi (236.903) (146.948)
ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN
Penerimaan (pembayaran) hutang bank 220.871 (33.725)
Penerimaan pinjaman jangka panjang 19.475 9.634
Pembayaran hutang sewa pembiayaan (192) (489)
Pengembalian modal disetor kepada pemegang saham minoritas (666)
-Pembayaran hutang pembelian aset tetap (1.302) (650)
Pembayaran pinjaman jangka panjang (31.822) (31.311)
Pembayaran hutang yang direstrukturisasi (75.026) (74.452)
Kas Bersih Diperoleh dari (Digunakan untuk) Aktivitas Pendanaan 131.338 (130.993)
KENAIKAN (PENURUNAN) BERSIH KAS DAN SETARA KAS (16.179) 41.423
KAS DAN SETARA KAS AWAL TAHUN 523.812 427.812
Pengaruh perubahan kurs mata uang asing (962) 1.108
KAS DAN SETARA KAS AKHIR TAHUN 506.671 470.343
PENGUNGKAPAN TAMBAHAN
Aktivitas investasi dan pendanaan yang tidak mempengaruhi kas:
Penambahan aset tetap melalui hutang pembelian aset tetap - 1.416
Penambahan aset tetap melalui hutang sewa pembiayaan - 199
Reklasifikasi aset tetap, aset tidak digunakan dan
aset lain-lain ke properti investasi - 20.292
PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (Perusahaan) didirikan dalam rangka UU Penanaman Modal Asing No. 1 tahun 1967 berdasarkan akta notaris Djojo Muljadi, S.H. No. 59 tanggal 18 Januari 1971 dan diubah dengan akta No. 60 dari notaris yang sama tanggal 15 Pebruari 1972. Akta pendirian ini beserta perubahannya telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan No. Y.A.5/39/8 tanggal 4 Oktober 1972 dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 86 Tambahan No. 641 tanggal 25 Oktober 1974. Status Perusahaan berubah dari Penanaman Modal Asing menjadi Penanaman Modal Dalam Negeri berdasarkan Surat Keputusan dari BKPM No.10/V/1982 tanggal 25 Juni 1982 yang dinyatakan dalam akta notaris Sastra Kosasih, S.H. No. 29 tanggal 27 Oktober 1982. Anggaran dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, yang terakhir dengan akta notaris No. 2 tanggal 1 Oktober 2009 dari Fathiah Helmi, SH, notaris di Jakarta, sehubungan dengan penggabungan PT Multi Agro Persada Tbk ke dalam Perusahaan. Perubahan anggaran dasar tersebut telah mendapat persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusannya No. AHU-56557.AH.01.02.Tahun 2009 tanggal 19 November 2009.
Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada bulan Januari 1971. Kantor pusat Perusahaan beralamat di Wisma Milenia Lt. 7 Jl. MT. Haryono Kav. 16 Jakarta 12810, dengan pabrik berlokasi di Sidoarjo - Jawa Timur, Tangerang - Banten, Cirebon - Jawa Barat, Makasar - Sulawesi Selatan, Lampung, Padang - Sumatera Barat dan Bati-bati - Kalimantan Selatan.
Sesuai dengan pasal 3 anggaran dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan meliputi bidang:
• Pengolahan segala macam bahan untuk pembuatan/produksi bahan makanan hewan,
kopra dan bahan lain yang mengandung minyak nabati, gaplek dan lain-lain;
• Mengusahakan pembibitan, peternakan ayam dan usaha peternakan lainnya, meliputi
budi daya seluruh jenis peternakan, perunggasan, perikanan dan usaha lain yang terkait, dan
• Menjalankan perdagangan dalam negeri dan internasional dari bahan tersebut serta
hasil produksi tersebut di atas.
Hasil produksi Perusahaan dipasarkan di dalam dan di luar negeri, termasuk ke Asia, Eropa dan Amerika Serikat.
b. Penggabungan Usaha Dengan PT Multi Agro Persada Tbk
Berdasarkan Rancangan Penggabungan Usaha PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JCI) dan PT Multi Agro Persada Tbk (MAP), pada tanggal 25 Juni 2009 telah ditandatangani Kesepakatan Awal (Letter of Intent) untuk mengintegrasikan kegiatan usaha kedua perusahaan tersebut dengan cara penggabungan usaha. Dalam penggabungan ini JCI bertindak selaku “Perusahaan Yang Menerima Penggabungan” dan MAP sebagai “Perusahaan Yang Akan Bergabung”
Sehubungan dengan telah diperolehnya persetujuan dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) atas rencana penggabungan MAP ke dalam JCI melalui Surat Persetujuan Penggabungan Perusahaan No. 124/III/PMDN/2009 tanggal 9 November 2009, serta dengan telah diterimanya Surat Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. AHU-56557.AH.01.02.Tahun 2009 tanggal 19 November 2009, penggabungan usaha menjadi efektif pada tanggal 1 Desember 2009. Penggabungan usaha ini telah disetujui oleh Bapepam-LK melalui surat No. S-8714/BL/2009 tanggal 30 September 2009.
Tanggal efektif penggabungan usaha dengan MAP ditetapkan pada 1 Desember 2009 berdasarkan Akta No. 8 tanggal 12 Oktober 2009 yang dibuat dihadapan Fathiah Helmi, SH, notaris di Jakarta.
Sejak tanggal penggabungan usaha, seluruh hubungan hukum antara pelanggan/relasi bisnis eks MAP dengan eks MAP telah beralih dan diteruskan oleh JCI.
Susunan pemegang saham sebelum dan pada tanggal penggabungan usaha adalah sebagai berikut:
Jumlah saham Jumlah saham sebelum setelah
Jumlah saham % konversi % konversi Jumlah saham %
Saham Seri A
Malvolia Pte.Ltd 619.380.751 41,59 - - - 619.380.751 29,90 BNP Paribas Wealth Management Singapore Branch 102.026.057 6,85 - - - 102.026.057 4,92 UOB Kay Hian Private Limited 77.744.177 5,21 - - - 77.744.177 3,75 PT Bank Danamon Indonesia Tbk S/A Kreditur JCI 76.665.362 5,15 - - - 76.665.362 3,70 Masyarakat (masing-masing dibawah 5%) 613.598.313 41,20 - - - 613.598.313 29,62
Saham Seri B
Malvolia Pte.Ltd - - 55.301.235 98,58 574.026.819 574.026.819 27,71 Masyarakat (masing-masing dibawah 5%) - - 798.765 1,42 8.291.181 8.291.181 0,40
Jumlah 1.489.414.660 100,00 56.100.000 100,00 582.318.000 2.071.732.660 100,00 usaha
Pemegang saham JCI Pemegang saham JCI
sebelum penggabungan usaha/ Pemegang saham MAP sebelum pada tanggal penggabungan usaha penggabungan usaha
Berdasarkan laporan No. TC/CF/R-0609/09 tanggal 16 September 2009 dan No. TC/CF/R-0706/09 tanggal 16 September 2009 yang dikeluarkan oleh KJPP Ruky, Safrudin & Rekan, penilai independen, untuk keperluan konversi saham, manajemen menetapkan nilai pasar wajar per saham JCI dan MAP masing-masing adalah sebesar Rp 635 (nilai penuh) dan Rp 6.596 (nilai penuh) per saham.
Berdasarkan penilaian tersebut, maka setiap 1 pemegang saham MAP akan mendapatkan 10,38 (dibulatkan) saham Seri B yang diterbitkan oleh JCI dengan nilai nominal Rp 200 (nilai penuh) per saham. Penilaian tersebut merupakan nilai intrinsik wajar dari masing-masing perusahaan dan juga memberikan premium di atas harga perdagangan historis.
Untuk perhitungan penambahan nilai modal saham biasa dan tambahan modal disetor JCI, manajemen menggunakan harga pasar saham JCI pada saat penggabungan usaha terjadi. Dengan demikian terdapat penambahan nilai modal saham biasa dan tambahan modal disetor JCI masing-masing sebesar Rp 116.464 juta dan Rp 253.308 juta. Lihat Catatan 4 untuk penyajian kembali laporan keuangan konsolidasi tahun sebelumnya.
Selisih Nilai Transaksi Restrukturisasi Entitas Sepengendali
Pada tanggal efektif penggabungan usaha, JCI dan MAP berada dalam pengendalian entitas yang sama, yaitu Malvolia Pte. Ltd. Oleh karena itu penggabungan usaha kedua perusahaan dilakukan dengan menggunakan metode penyatuan kepemilikan. Berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, selisih antara harga pengalihan dengan nilai buku pada transaksi restrukturisasi antar entitas sepengendali dibukukan ke dalam akun “Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali” pada unsur ekuitas.
Pada tahun 2009, selisih tersebut disajikan dalam akun “Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali periode komparatif”.
c. Penawaran Umum Efek
Pada tanggal 31 Agustus 1989, Perusahaan memperoleh pernyataan efektif dari Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) [sekarang Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam dan LK)] dengan suratnya No. SI-046/SHM/MK.10/1989 untuk melakukan penawaran umum atas 4.000.000 saham Perusahaan kepada masyarakat. Pada tanggal 23 Oktober 1989 saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia.
Pada tanggal 8 Pebruari 1990, Perusahaan memperoleh persetujuan pencatatan dari Ketua Bapepam (sekarang Bapepam dan LK) dengan suratnya No. S-139/PM/1990 untuk melakukan pencatatan saham sebesar 24.000.000 saham yang berasal dari penawaran umum terbatas dengan perbandingan 2 : 3. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia pada tanggal 12 Pebruari 1990.
Pada tanggal 26 Juli 1991, Perusahaan memperoleh persetujuan pencatatan dari Ketua Bapepam (sekarang Bapepam dan LK) dengan suratnya No. S-1149/PM/1991 untuk melakukan pencatatan saham bonus sejumlah 80.000.000 saham dengan perbandingan 1 : 2. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia pada tanggal 29 Juli 1991. Pada tanggal 20 Maret 1992, Perusahaan memperoleh persetujuan pencatatan tambahan saham atas penerbitan Obligasi Konversi di luar negeri dari Ketua Bapepam (sekarang Bapepam dan LK) dengan suratnya No. S-599/PM/1992 sebanyak 28.941.466 saham. Pada tanggal 1 November 2002, Perusahaan memperoleh persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa untuk meningkatkan modal ditempatkan dan disetor dengan mengeluarkan 1.340.473.194 lembar saham dengan nilai nominal Rp 1.000 per saham kepada kreditur tak terafiliasi tanpa melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu sesuai dengan peraturan Bapepam No. IX.D.4, lampiran Keputusan Ketua Bapepam (sekarang Bapepam dan LK) No. Kep-44/PM/1998 tanggal 14 Agustus 1998.
Pada tanggal 16 Mei 2007, Perusahaan menerima Surat Persetujuan Penerbitan Obligasi No. 021/JAPFA-BPM/LD-CS/V/07 dari Ketua Bapepam-LK sehubungan dengan penerbitan Obligasi Japfa I Tahun 2007 sebesar Rp 500 miliar (Catatan 20).
Pada tanggal 30 Juni 2010 dan 2009, seluruh saham Perusahaan masing-masing atau sejumlah 2.071.732.660 saham dan 1.489.414.660 saham telah dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia.
Perusahaan mempunyai bagian kepemilikan, baik langsung maupun tidak langsung, sama dengan atau lebih dari 50% saham anak perusahaan berikut:
Tahun Op erasi 30 Juni 30 Juni 30 Juni 30 Juni
Domisili Jenis Usaha Komersial 2010 2009 2010 2009
Rp' 000.000 Rp' 000.000
PT Suri Tani Pemuka (STP) Sidoar jo Pro duksi pakan udang, tambak udang,
kamar pendingi n dan pe neta san benur udang 1987 100,00% 10 0,00 % 426.394 4 19.782 - PT Kraksaan Wind u (K W) Probol inggo Tambak udang 1991 100,00% 10 0,00 % 2.086 2.129 - PT Artha Lautan Mulya (ALM) Situbondo Tambak udang 1992 99,55% 9 9,55 % 11.936 12.934 - PT Bumiasri Lestari (BL) Situbondo Tambak udang 1989 60,00% 6 0,00 % 4.057 3.577 PT Multibreeder Adirama Indone sia Tbk (MBAI) Jakarta Pembibitan ayam 1985 73,06% 7 3,06 % 957.866 8 59.156 - PT Multiphala Adiputra (MA ) Purwakarta Pembibitan ayam 1995 100,00% 10 0,00 % 8.166 8.508
- PT Hidon (Hidon) Sukabumi Pembibitan ayam 1975 99,99% 9 9,99 % 5.558 5.794
PT Ciomas A disatwa (CA) Jakarta Perdagangan, pembibi tan aya m dan
rumah potong ayam 1998 100,00% 10 0,00 % 703.155 6 45.497 - PT Japfa Intitrada Jakarta Perdagangan (tidak beroperasi) 1992 99,97% 9 9,97 % 192 193
- PT Japfa Indoland Jakarta Real estat 1992 100,00% 10 0,00 % 43.578 20.903
- PT Tretes Inda h P ermai (TIP) Tretes Real estat 1995 100,00% 10 0,00 % 13.947 8.536 - PT Japfafood Sentra Distribusi Jakarta Perdagangan (tidak beroperasi) 1997 100,00% 10 0,00 % 17.952 (1.738) - PT Indonesia P elleting (IP) Jakarta Industri pellet 1967 99,00% 9 9,00 % 1.111 33.771 - PT Japfafood Nusantara ( JFN) Jakarta Makanan 1997 100,00% 10 0,00 % 16.825 28.087 - PT Wabi n Jaya tama Serang Perkebunan dan peternakan 1988 100,00% 10 0,00 % 24.019 25.965 - PT Java Citr a Indonusa Jakarta Jasa P elayaran (tidak beroperasi ) 1992 100,00% 10 0,00 % 334 334 - PT So Good Food (d/h PT Supra Sumber Cipta) Jakarta Perdagangan 1996 100,00% 10 0,00 % 597.693 4 85.496
- PT Supra Anekaboga (SAB) Bogor Makanan 1997 99,00% 9 9,00 % 14 (4.603)
- PT Septatrada Hardaguna (STH) Bogor Makanan 1997 97,50% 9 7,50 % 1.158 (48.471) - PT Japfa Santori In donesia (JSI) Ta ngerang Perdagangan 1997 85,01% 8 5,01 % 372.484 1 51.839 - Japfa Comfeed
International Pte., Ltd. (JCIP) Singapura Perdagangan, investasi dan perunggasan 1994 100,00% 10 0,00 % 317.878 1 08.604 - Japfa Comfeed In dia Ltd. ( JCIL) India Perunggasan 1995 65,00% 6 5,00 % 295.222 3 17.989 - PT Vaksindo Satwa Nusantara (VSN) Jakarta Pro duksi vaksin 1981 100,00% 10 0,00 % 36.517 25.202 - Regional Trader Pte., Ltd. Singapura Perdagangan 2008 100,00% 10 0,00 % 1.003 2.101 PT EMKL Bin tang Laut Timu r (E MKL) Surabaya Jasa ekspedisi muatan kapal laut 1974 100,00% 10 0,00 % 993 PT Multiphala Agrinusa (MAG) Jakarta Pro duksi pakan ternak 1995 100,00% 10 0,00 % 765.902 5 68.228 - PT Indojaya Agri nusa (IAG) Medan Pro duksi pakan ternak dan pembibitan ayam 1997 50,00% 5 0,00 % 410.142 3 76.629 PT Santosa Agrindo ( SA) Jakarta Perdagangan, pembibi tan sapi dan
rumah potong sapi 1991 100,00% 10 0,00 % 539.367 5 07.502 - PT Austasia Stockfeed (ASF) Jakarta Perdagangan, pembibi tan sapi dan
produksi pakan ternak 1973 100,00% 10 0,00 % 224.289 2 60.139 PT Bi ntan g Terang G emilang (BTG) Serang Pro duksi pakan ternak 2000 100,00% 10 0,00 % 555.542 4 70.410
Anak Perusahaan
(Sebelum Eliminasi) Jumlah Aset Pe mi likan Efektif
Per sentase
Akuisisi Anak Perusahaan PT Santosa Agrindo (SA)
Berdasarkan perjanjian jual beli tanggal 15 Januari 2008, Perusahaan mengakuisisi 99,99% atau sebanyak 180.149.950 saham SA dari pihak ketiga dengan biaya perolehan sebesar Rp 90.000 juta. Saldo kas dan setara kas SA pada saat akuisisi adalah sebesar Rp 15.123 juta. Jumlah aset dan kewajiban SA pada saat akuisisi adalah sebagai berikut:
Rp '000.000
Aset lancar 246.732
Aset tidak lancar 64.261
Jumlah kewajiban 143.308
PT Austasia Stockfeed (ASF)
Berdasarkan akta jual beli No. 54 tanggal 03 Januari 2008 dari Dr. Irawan Soerodjo, S.H., Msi, notaris di Jakarta, SA mengakuisisi 99,99% atau sebanyak 39.996 saham ASF dari pihak ketiga dengan biaya perolehan sebesar Rp 30.000 juta, yang telah dibayarkan secara tunai. Saldo kas dan setara kas ASF pada saat akuisisi adalah sebesar Rp 1.285 juta. Jumlah aset dan kewajiban ASF pada saat akuisisi adalah sebagai berikut:
PT Vaksindo Satwa Nusantara (VSN)
Berdasarkan akta jual beli No. 18 tanggal September 2008 dari Dr. Irawan Soerodjo, S.H., Msi, notaris di Jakarta, PT Ciomas Adisatwa (CA), anak perusahaan, mengakuisisi 99% atau sebanyak 5.940 saham VSN dari pihak ketiga dengan biaya perolehan sebesar Rp 4.462 juta, dimana sebesar Rp 3.552 juta telah dibayarkan secara tunai. Saldo kas dan setara kas VSN pada saat akuisisi adalah sebesar Rp 509 juta. Jumlah aset dan kewajiban VSN pada saat akuisisi adalah sebagai berikut:
Rp '000.000
Aset lancar 20.769
Aset tidak lancar 9.234
Jumlah kewajiban 31.547
PT Bintang Terang Gemilang (BTG)
Pada tanggal 1 Desember 2009, PT Multi Agro Persada Tbk, pemegang saham mayoritas BTG, telah efektif melakukan penggabungan usaha dengan Perusahaan sebagaimana dijelaskan pada Catatan 1b. Sehingga sejak tanggal tersebut, BTG adalah anak perusahaan dari Perusahaan. Jumlah aset dan kewajiban BTG pada saat penggabungan adalah sebagai berikut:
Rp '000.000
Aset lancar 357.935
Aset tidak lancar 102.734
Jumlah kewajiban 147.396
PT Hidon (Hidon)
Berdasarkan akta jual beli No.63 dan 64 tanggal 12 Desember 2007 dari Dr. Irawan Soerojo,S.H.,Msi, notaris di Jakarta, MBAI mengakuisisi 99,99% atau sebanyak 37.999 saham Hiddon dari pihak ketiga dengan biaya perolehan sebesar Rp 8.099 Juta, dimana Rp 5.100 juta telah dibayarkan secara tunai. Saldo kas dan setara kas Hidon pada saat akuisisi adalah sebesar Rp 199 juta. Jumlah aset dan kewajiban Hidon pada saat akuisisi adalah sebagai berikut :
Rp '000.000
Aset lancar 634
Aset tidak lancar 6.167 Jumlah kewajiban 954
PT Tretes Indah Permai (TIP)
Berdasarkan akta jual beli No.05 tanggal 7 Pebruari 2007 dari Imawati Odang, S.H.,M.Hum., notaris di Pandaan, PT Japfa Indoland mengakuisisi 99,98% atau sebanyak 6.649 saham TIP dari pihak ketiga dengan biaya perolehan sebesar Rp 6.649 juta yang telah dibayarkan secara tunai. Pada saat akuisisi, saldo kas dan setara kas TIP adalah sebesar Rp 10 juta. Jumlah aset dan kewajiban TIP pada saat akuisisi adalah sebagai berikut:
Rp '000.000
Aset 6.650
Kewajiban 6.848
Pendirian dan Penutupan Anak Perusahaan Regional Trader Pte., Ltd. (RGT)
Pada tanggal 9 Mei 2008, CA mendirikan RGT berdasarkan Sertifikat Kepemilikan No. 1. Kepemilikan CA sebesar 100% dengan penyertaan modal sebanyak 2 lembar saham dengan nilai nominal SIN$ 2 per lembar saham.
Japfa Comfeed Holding BV (JCH)
Pada tanggal 29 Oktober 2007, Perusahaan mendirikan JCH berdasarkan akta pendirian dari Voorneman Geenen, notaris di Amsterdam. Kepemilikan Perusahaan sebesar 100% dengan penyertaan modal sebanyak 180 lembar saham dengan nilai nominal Euro 100 per lembar saham. JCH bertindak sebagai perusahaan keuangan untuk Perusahaan dan anak perusahaan. Pada bulan Desember 2008, Perusahaan menutup dan menghentikan operasi JCH.
Japfa Comfeed BV (JCBV)
Pada tanggal 30 Oktober 2007, Perusahaan mendirikan JCBV berdasarkan akta pendirian dari Voorneman Geenen, notaris di Amsterdam. Kepemilikan Perusahaan sebesar 100% dengan penyertaan modal sebanyak 180 lembar saham dengan nilai nominal Euro 100 per lembar saham. JCBV bertindak sebagai perusahaan keuangan untuk Perusahaan dan anak perusahaan. Pada bulan Desember 2008, Perusahaan menutup dan menghentikan operasi JCBV.
Penjualan Anak Perusahaan
PT Karya Ciptanyata Wisesa (KCW)
Berdasarkan perjanjian jual beli saham tanggal 2 Februari 2009, PT So Good Food (d/h PT Supra Sumber Cipta) (SGF), anak perusahaan, menyetujui untuk menjual 99 % sahamnya di KCW dengan harga jual sebesar Rp 10.494 juta kepada pihak ketiga. Transaksi jual beli ini dilakukan pada tanggal 2 Februari 2009.
Pada tanggal 30 Juni 2010, berdasarkan Akta No. 91 tanggal 10 Juni 2010 dari Dr. Irawan Soerodjo,SH,MSi, notaris di Jakarta, susunan manajemen Perusahaan adalah sebagai berikut:
Dewan Komisaris
Komisaris Utama : Syamsir Siregar
Wakil Komisaris Utama : Osa Masong Komisaris Independen : Radityo Hatari
Komisaris : Hariono Soemarsono
Direksi
Direktur Utama : Handojo Santosa
Wakil Direktur Utama : Bambang Budi Hendarto
Direktur : Ignatius Herry Wibowo
Tan Yong Nang
Sebagai perusahaan publik, Perusahaan telah memiliki Komisaris Independen dan Komite Audit yang diwajibkan oleh Bapepam dan LK. Komite Audit Perusahaan terdiri dari dua orang anggota, dimana Radityo Hatari yang menjabat sebagai Komisaris Independen juga menjadi Ketua Komite Audit.
Jumlah karyawan Perusahaan rata-rata (tidak diaudit) masing-masing sebesar 13.056 orang dan 12.766 orang per 30 Juni 2010 dan 2009.
Jumlah kompensasi komisaris dan direksi Perusahaan masing-masing sebesar 8.554 juta dan 8.046 juta per 30 Juni 2010 dan 2009.
Dewan Direksi telah menyelesaikan laporan keuangan konsolidasi PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk dan anak perusahaan pada tanggal 24 September 2010 dan bertanggung jawab atas laporan keuangan konsolidasi tersebut.
2. Ikhtisar Kebijakan Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Penting
a. Dasar Penyusunan dan Pengukuran Laporan Keuangan Konsolidasi
Laporan keuangan konsolidasi disusun dengan menggunakan prinsip dan praktek akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, yakni Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan dan Peraturan No. VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan, Lampiran Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam dan LK) No. Kep-06/PM/2000 tanggal 13 Maret 2000 dan Surat Edaran No. SE-02/PM/2002 tentang Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik dalam Industri Manufaktur.
Dasar pengukuran laporan keuangan konsolidasi ini adalah konsep biaya perolehan (historical cost), kecuali beberapa akun tertentu disusun berdasarkan pengukuran lain, sebagaimana diuraikan dalam kebijakan akuntansi masing-masing akun tersebut. Laporan keuangan konsolidasi ini disusun dengan metode akrual, kecuali laporan arus kas.
Laporan arus kas konsolidasi disusun dengan menggunakan metode langsung dengan mengelompokkan arus kas dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.
Mata uang pelaporan yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasi adalah mata uang Rupiah (Rp) kecuali untuk JCIP, JCIL, JCH dan anak perusahaan. Kecuali dinyatakan secara khusus, angka-angka adalah dalam Jutaan Rupiah.
Pembukuan JCIP diselenggarakan dalam Dolar Singapura (SGD) dan JCIL dalam Rupee. Untuk tujuan penyajian laporan keuangan konsolidasi, aset dan kewajiban anak perusahaan pada tanggal neraca dijabarkan masing-masing dengan menggunakan kurs yang berlaku pada tanggal tersebut, sedangkan pendapatan dan beban dijabarkan dengan menggunakan kurs rata-rata. Selisih kurs yang terjadi disajikan sebagai bagian dari ekuitas pada akun “Selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan”.
Pada tanggal 30 Juni 2010 dan 2009 kurs mata uang Dolar Singapura yang digunakan adalah sebagai berikut:
2010
2009
Akun-akun Neraca
6.481
7.055
Akun-akun Laba-rugi
6.566
7.387
b. Penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Revisi
Efektif tanggal 1 Januari 2010, Perusahaan dan anak perusahaan menerapkan secara prospektif PSAK revisi berikut:
(1) PSAK 50 (Revisi 2006), “Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan”, yang berisi persyaratan pengungkapan instrumen keuangan dan kriteria informasi yang harus diungkapkan. Persyaratan pengungkapan diterapkan berdasarkan klasifikasi instrumen keuangan, dari perspektif penerbit, yakni aset keuangan, kewajiban keuangan dan instrumen ekuitas; pengklasifikasian bunga, dividen, keuntungan dan kerugian yang terkait; dan situasi tertentu dimana saling hapus aset dan kewajiban keuangan diizinkan. PSAK ini juga mewajibkan pengungkapan atas, antara lain, informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan kebijakan akuntansi atas instrumen keuangan. Standar ini menggantikan PSAK 50 “Akuntansi Investasi Efek Tertentu”.
(2) PSAK 55 (Revisi 2006), “Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran”, yang menetapkan dasar-dasar pengakuan dan pengukuran aset keuangan, kewajiban keuangan dan kontrak-kontrak pembelian atau penjualan instrumen non-keuangan. PSAK ini menjelaskan di antaranya definisi derivatif, kategori instrumen keuangan, pengakuan dan pengukuran, akuntansi lindung nilai dan penentuan kriteria lindung nilai. Standar ini menggantikan PSAK 55 (Revisi 1999) “Akuntansi Instrumen Derivatif dan Lindung Nilai”.
(3) PPSAK 3 “Pencabutan PSAK 54: Akuntasi Restrukturisasi Utang-Piutang bermasalah”, mengenai pencabutan pemberlakuan PSAK 54, yang mengatur standar akutansi keuangan dan pelaporan restrukturisasi utang-piutang bermasalah, baik bagi debitor maupun kreditor. Sehubungan dengan penerapan Pernyataan 3 ini, anak perusaaan telah menghitung kembali nilai kini dari arus kas masa depan dan utang terkait dengan menggunakan tingkat bunga inkremental pada tanggal efektif Pernyataan ini. Selisih antara nilai kini yang dihitung kembali dengan nilai tercatat sebesar Rp 4.092 juta, disesuaikan ke saldo laba per tanggal efektif Pernyataan ini.
Dampak transisi PSAK 50 (Revisi 2006), PSAK 55 (Revisi 2006) dan PPSAK 3 terhadap neraca konsolidasi Perusahaan dan anak perusahaan pada tanggal 1 Januari 2010 dijelaskan pada tabel berikut:
Sebagaimana Setelah dilaporkan Penyesuaian disesuaikan
1 Januari 2010 Transisi 1 Januari 2010
Rp '000.000 Rp '000.000 Rp '000.000
Aset Aset Lancar
Piutang usaha kepada pihak ketiga 756.051 40.923 796.974
Aset Tidak Lancar
Aset pajak tangguhan 79.198 (9.284) 69.914
Jumlah Aset 835.249 31.639 866.888
Kewajiban
Kewajiban Tidak Lancar
Kewajiban pajak tangguhan 3.166 983 4.149
Hutang yang direstrukturisasi 1.110.570 (4.092) 1.106.478
Jumlah Kewajiban 1.113.736 (3.109) 1.110.627
Ekuitas
Saldo laba 52.005 34.748 86.753
Penyesuaian transisi di atas berasal dari dampak penilaian kembali kerugian penurunan nilai aset keuangan, pendiskontoan aset keuangan tanpa bunga menggunakan suku bunga pasar dan efek pajak penghasilan, serta pemisahan komponen ekuitas dan komponen kewajiban atas obligasi konversi.
(4) PSAK 26 (Revisi 2008), “Biaya Pinjaman”, yang berisi perlakuan akuntansi untuk biaya pinjaman dan mengharuskan entitas untuk mengkapitalisasi biaya pinjaman yang dapat diatribusikan secara langsung terhadap perolehan, konstruksi atau pembuatan aset kualifikasian sebagai bagian dari biaya perolehan aset tersebut. Standar ini juga mengharuskan entitas untuk mengakui biaya pinjaman lainnya sebagai beban. Standar ini menggantikan PSAK 26 (1997) “Biaya Pinjaman”.
Penerapan standar ini tidak memiliki dampak material terhadap laporan keuangan konsolidasi Perusahaan dan anak perusahaan.
Laporan keuangan konsolidasi meliputi laporan keuangan Perusahaan dan anak perusahaan yang dikendalikannya, dimana Perusahaan memiliki lebih dari 50%, baik langsung maupun tidak langsung, hak suara di anak perusahaan dan dapat menentukan kebijakan keuangan dan operasi dari anak perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari aktivitas anak perusahaan tersebut. Anak perusahaan tidak dikonsolidasikan apabila sifat pengendaliannya adalah sementara karena anak perusahaan tersebut diperoleh dengan tujuan akan dijual kembali dalam waktu dekat; atau jika ada pembatasan jangka panjang yang mempengaruhi kemampuan anak perusahaan untuk memindahkan dananya ke Perusahaan.
Dalam hal pengendalian terhadap anak perusahaan dimulai atau diakhiri pada suatu periode tertentu, maka hasil usaha yang diperhitungkan ke dalam laporan keuangan konsolidasi hanya sebatas hasil pada saat pengendalian tersebut mulai diperoleh hingga saat pengendalian atas anak perusahaan itu berakhir.
Saldo dan transaksi termasuk keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi atas transaksi antar perusahaan dieliminasi untuk mencerminkan posisi keuangan dan hasil usaha Perusahaan dan anak perusahaan sebagai satu kesatuan usaha.
Laporan keuangan konsolidasi disusun dengan menggunakan kebijakan akuntansi yang sama untuk peristiwa dan transaksi sejenis dalam kondisi yang sama. Apabila anak perusahaan menggunakan kebijakan akuntansi yang berbeda dari kebijakan akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan konsolidasi, maka dilakukan penyesuaian yang diperlukan terhadap laporan keuangan anak perusahaan tersebut.
Hak minoritas atas laba bersih dan ekuitas anak perusahaan dinyatakan sebesar proporsi pemegang saham minoritas atas laba bersih dan ekuitas anak perusahaan tersebut sesuai dengan persentase kepemilikan pemegang saham minoritas pada anak perusahaan tersebut.
Perolehan anak perusahaan dari pihak ketiga dipertanggungjawabkan menggunakan metode pembelian sesuai dengan PSAK No. 22 “Akuntansi Penggabungan Usaha”. Dalam menerapkan metode pembelian, selisih lebih yang diakuisisi dapat diidentifikasi antara biaya perolehan dengan nilai wajar aset bersih anak perusahaan yang pada tanggal transaksi dibukukan sebagai goodwill dan diamortisasi dengan metode garis lurus selama lima (5) tahun. Aset dan kewajiban yang diperoleh diakui secara terpisah pada tanggal akuisisi apabila besar kemungkinan bahwa manfaat ekonomis masa depan akan mengalir ke atau dari pengakuisisi; dan tersedia dasar pengukuran atas biaya perolehan atau nilai wajar yang dapat diandalkan.
Jika biaya perolehan lebih rendah dari bagian pengakuisisi atas nilai wajar aset bersih yang dapat diidentifikasi pada tanggal akuisisi, maka nilai wajar aset non-moneter yang diperoleh diturunkan nilainya secara proporsional sampai seluruh selisih tersebut dieliminasi. Sisa selisih tersebut diakui sebagai goodwill negatif dan diamortisasi menggunakan metode garis lurus selama periode dua-puluh (20) tahun.
Akuisisi anak perusahaan dari entitas yang merupakan entitas sepengendali yang merupakan reorganisasi perusahaan-perusahaan di bawah pengendali yang sama (pooling of interest), dipertanggungjawabkan sesuai dengan PSAK No. 38 (Revisi 2004) “Akuntansi Transaksi Restrukturisasi Entitas Sepengendali”. Berdasarkan PSAK No. 38 tersebut, transfer aset, kewajiban, saham dan instrumen kepemilikan lainnya di antara entitas sepengendali tidak menghasilkan laba atau rugi bagi grup atau bagi perusahaan individu berada di bawah grup yang sama. Karena transaksi restrukturisasi entitas sepengendali tidak menimbulkan perubahan substansi ekonomi atas kepemilikan aset, kewajiban, saham dan instrumen kepemilikan lainnya yang dipertukarkan, maka aset dan kewajiban yang ditransfer dicatat pada nilai bukunya seperti penggabungan usaha yang menggunakan metode penyatuan kepemilikan. Dalam penerapan metode penyatuan kepemilikan, komponen laporan keuangan pada periode terjadinya transaksi restrukturisasi dan periode perbandingan yang disajikan, untuk tujuan komparatif, harus disajikan sedemikian rupa seolah-olah restrukturisasi tersebut telah terjadi sejak permulaan periode paling awal yang disajikan.
Sehubungan dengan hal tersebut, pada tanggal 31 Desember 2008 dan 2007, ekuitas bersih anak perusahaan yang diakuisi pada bulan November 2009 dicatat dan disajikan pada akun “Proforma modal yang timbul dari transaksi restrukturisasi entitas sepengendali”. Selanjutnya, akun proforma tersebut disesuaikan atas perubahan dalam ekuitas bersih anak perusahaan yang diakuisisi yang tercermin pada laba operasi dan perubahan lainnya, jika ada, dan disajikan sebagai “Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali” pada bagian ekuitas, pada tanggal efektif restrukturisasi pada tahun 2009.
Saldo “selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali” dibukukan dalam laporan laba rugi konsolidasi sebagai laba atau rugi yang direalisasi pada saat (1) hilangnya status substansi sepengendalian antara entitas yang pernah bertransaksi, (2) pelepasan aset, kewajiban, saham atau instrumen kepemilikan lainnya yang mendasari terjadinya selisih transaksi restrukturisasi entitas sepengendali ke pihak lain yang tidak sepengendali. Sebaliknya, jika ada transaksi resiprokal antara entitas sepengendali yang sama maka saling hapus dilakukan antara saldo yang ada dengan yang baru, sehingga menimbulkan saldo baru atas akun ini.
d. Transaksi dan Saldo Dalam Mata Uang Asing
Pembukuan Perusahaan dan anak perusahaan, kecuali JCIP, JCIL, JCH dan anak perusahaan, diselenggarakan dalam mata uang Rupiah. Transaksi-transaksi selama tahun berjalan dalam mata uang asing dicatat dengan kurs yang berlaku pada saat terjadinya transaksi. Pada tanggal neraca, aset dan kewajiban moneter dalam mata uang asing disesuaikan untuk mencerminkan kurs yang berlaku pada tanggal tersebut. Keuntungan atau kerugian kurs yang timbul dikreditkan atau dibebankan dalam laporan laba rugi konsolidasi tahun yang bersangkutan.
Keuntungan atau kerugian selisih kurs atas aset dan kewajiban moneter merupakan selisih antara biaya perolehan diamortisasi dalam Rupiah pada awal tahun yang disesuaikan dengan bunga efektif dan pembayaran selama tahun berjalan, dengan biaya perolehan diamortisasi dalam mata uang asing yang dijabarkan kedalam Rupiah menggunakan kurs yang berlaku pada akhir periode.
Pada tanggal 30 Juni 2010 dan 2009, kurs mata uang asing yang digunakan adalah sebagai berikut:
2010
2009
Dolar Amerika Serikat
9.083
10.225
Dolar Singapura
6.481
7.055
Dolar Australia
7.730
8.291
Euro
11.087
14.432
e. Transaksi Hubungan Istimewa
Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah:
1. Perusahaan, yang melalui satu atau lebih perantara, mengendalikan, atau dikendalikan
oleh, atau berada di bawah pengendalian bersama, dengan Perusahaan (termasuk
holding companies, subsidiaries dan fellow subsidiaries);
2. Perusahaan asosiasi;
3. Perorangan yang memiliki, baik secara langsung maupun tidak langsung, suatu kepentingan hak suara di Perusahaan yang berpengaruh secara signifikan, dan anggota keluarga dekat dari perorangan tersebut (yang dimaksudkan dengan anggota keluarga dekat adalah mereka yang dapat diharapkan mempengaruhi atau dipengaruhi perorangan tersebut dalam transaksinya dengan Perusahaan);
4. Karyawan kunci, yaitu orang-orang yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk merencanakan, memimpin dan mengendalikan kegiatan Perusahaan yang meliputi anggota dewan komisaris, direksi dan manajer dari Perusahaan serta anggota keluarga dekat orang-orang tersebut; dan
5. Perusahaan dimana suatu kepentingan substansial dalam hak suara dimiliki baik secara langsung maupun tidak langsung oleh setiap orang yang diuraikan dalam butir (3) atau (4), atau setiap orang tersebut mempunyai pengaruh signifikan atas perusahaan tersebut. Ini mencakup perusahaan-perusahaan yang dimiliki anggota dewan komisaris, direksi atau pemegang saham utama dari Perusahaan dan perusahaan-perusahaan yang mempunyai anggota manajemen kunci yang sama dengan Perusahaan.
Semua transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa, baik yang dilakukan dengan atau tidak dengan, persyaratan dan kondisi yang sama dengan pihak ketiga diungkapkan dalam laporan keuangan konsolidasi.
f. Penggunaan Estimasi
Penyusunan laporan keuangan konsolidasi sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum mengharuskan manajemen membuat estimasi dan asumsi yang mempengaruhi jumlah aset dan kewajiban yang dilaporkan dan pengungkapan aset dan kewajiban kontinjensi pada tanggal laporan keuangan serta jumlah pendapatan dan beban selama periode pelaporan. Realisasi dapat berbeda dengan jumlah yang diestimasi.
Estimasi dan asumsi yang digunakan tersebut ditelaah kembali secara terus-menerus. Revisi atas estimasi akuntansi diakui dalam periode yang sama pada saat terjadinya revisi estimasi atau pada periode masa depan yang terkena dampak.
Informasi mengenai ketidakpastian yang melekat pada estimasi dan pertimbangan yang mendasari dalam penerapan kebijakan akuntansi yang memiliki dampak signifikan terhadap jumlah-jumlah yang diakui dalam laporan keuangan konsolidasi, dijelaskan pada Catatan 3 atas laporan keuangan konsolidasi.
g. Kas dan Setara Kas
Kas terdiri dari kas dan bank. Setara kas adalah semua investasi yang bersifat jangka pendek dan sangat likuid yang dapat segera dikonversikan menjadi kas dengan jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang sejak tanggal penempatannya dan yang tidak dijaminkan serta tidak dibatasi pencairannya.
h. Deposito Berjangka dan Rekening Bank yang Dibatasi Penggunaannya
Deposito berjangka yang jatuh temponya kurang dari tiga bulan pada saat penempatan namun dijaminkan, atau dibatasi penggunaannya, dan deposito berjangka yang jatuh temponya lebih dari tiga bulan pada saat penempatannya serta rekening Bank yang dijaminkan atau dibatasi penggunaannya, disajikan sebagai investasi. Deposito berjangka disajikan sebesar nilai nominal.
i. Instrumen Keuangan
Kebijakan Akuntansi Efektif Tanggal 1 Januari 2010
Sebagaimana dijelaskan pada Catatan 2b, Perusahaan dan anak perusahaan telah menerapkan kebijakan akuntansi berikut berdasarkan PSAK 50 dan 55 yang berlaku efektif 1 Januari 2010:
Perusahaan dan anak perusahaan mengakui aset keuangan atau kewajiban keuangan pada neraca konsolidasi, jika dan hanya jika, Perusahaan dan anak perusahaan menjadi salah satu pihak dalam ketentuan pada kontrak instrumen tersebut. Pembelian atau penjualan yang lazim atas instrumen keuangan diakui pada tanggal penyelesaian.
Instrumen keuangan pada pengakuan awal diukur pada nilai wajarnya, yang merupakan nilai wajar kas yang diserahkan (dalam hal aset keuangan) atau yang diterima (dalam hal kewajiban keuangan). Nilai wajar kas yang diserahkan atau diterima ditentukan dengan mengacu pada harga transaksi atau harga pasar yang berlaku. Jika harga pasar tidak dapat ditentukan dengan andal, maka nilai wajar kas yang diserahkan atau diterima dihitung berdasarkan estimasi jumlah seluruh pembayaran atau penerimaan kas masa depan, yang didiskontokan menggunakan suku bunga pasar yang berlaku untuk instrumen sejenis dengan jatuh tempo yang sama atau hampir sama. Pengukuran awal instrumen keuangan, kecuali untuk instrumen keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, termasuk biaya transaksi.
Biaya transaksi adalah biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung pada perolehan atau penerbitan aset keuangan atau kewajiban keuangan, dimana biaya tersebut adalah biaya yang tidak akan terjadi apabila entitas tidak memperoleh atau menerbitkan instrumen keuangan. Biaya transaksi tersebut diamortisasi sepanjang umur instrumen menggunakan metode suku bunga efektif.
Kebijakan Akuntansi Efektif Tanggal 1 Januari 2010 (Lanjutan)
Metode suku bunga efektif adalah metode yang digunakan untuk menghitung biaya perolehan diamortisasi dari aset keuangan atau kewajiban keuangan dan metode untuk mengalokasikan pendapatan bunga atau beban bunga selama periode selama periode yang relevan, menggunakan suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi pembayaran atau penerimaan kas di masa depan selama perkiraan umur instrumen keuangan, atau jika lebih tepat, digunakan periode yang lebih singkat untuk memperoleh nilai tercatat bersih dari instrumen keuangan. Pada saat menghitung suku bunga efektif, Perusahaan dan anak perusahaan mengestimasi arus kas dengan mempertimbangkan seluruh persyaratan kontraktual dalam instrumen keuangan tersebut, tanpa mempertimbangkan kerugian kredit di masa depan, namun termasuk seluruh komisi dan bentuk lain yang dibayarkan atau diterima, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari suku bunga efektif.
Biaya perolehan diamortisasi dari aset keuangan atau kewajiban keuangan adalah jumlah aset keuangan atau kewajiban keuangan yang diukur pada saat pengakuan awal dikurangi pembayaran pokok, ditambah atau dikurangi dengan amortisasi kumulatif menggunakan metode suku bunga efektif yang dihitung dari selisih antara nilai awal dan nilai jatuh temponya, dan dikurangi penurunan untuk penurunan nilai atau nilai yang tidak dapat ditagih.
Pengklasifikasian instrumen keuangan dilakukan berdasarkan tujuan perolehan instrumen tersebut dan mempertimbangkan apakah instrumen tersebut memiliki kuotasi harga di pasar aktif. Pada saat pengakuan awal, Perusahaan dan anak perusahaan mengklasifikasikan instrumen keuangan dalam kategori berikut: aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, pinjaman yang diberikan dan piutang, investasi dimiliki hingga jatuh tempo, aset keuangan tersedia untuk dijual, kewajiban keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi dan kewajiban lain-lain; dan melakukan evaluasi kembali atas kategori-kategori tersebut pada setiap tanggal pelaporan, apabila diperlukan dan tidak melanggar ketentuan yang disyaratkan.
Penentuan Nilai Wajar
Nilai wajar instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar aktif pada tanggal neraca konsolidasi adalah berdasarkan kuotasi harga pasar atau harga kuotasi penjual/dealer (bid
price untuk posisi beli dan ask price untuk posisi jual), tanpa memperhitungkan biaya
transaksi. Apabila bid price dan ask price yang terkini tidak tersedia, maka harga transaksi terakhir yang digunakan untuk mencerminkan bukti nilai wajar terkini, sepanjang tidak terdapat perubahan signifikan dalam perekonomian sejak terjadinya transaksi. Untuk seluruh instrumen keuangan yang tidak terdaftar pada suatu pasar aktif, kecuali investasi pada instrumen ekuitas yang tidak memiliki kuotasi harga, maka nilai wajar ditentukan menggunakan teknik penilaian. Teknik penilaian meliputi teknik nilai kini (net present value), perbandingan terhadap instrumen sejenis yang memiliki harga pasar yang dapat diobservasi, model harga opsi (options pricing models), dan model penilaian lainnya. Dalam hal nilai wajar tidak dapat ditentukan dengan andal menggunakan teknik penilaian, maka investasi pada instrumen ekuitas yang tidak memiliki kuotasi harga dinyatakan pada biaya perolehan setelah dikurangi penurunan nilai.
Laba/Rugi Hari ke-1
Apabila harga transaksi dalam suatu pasar yang tidak aktif berbeda dengan nilai wajar instrumen sejenis pada transaksi pasar terkini yang dapat diobservasi atau berbeda dengan nilai wajar yang dihitung menggunakan teknik penilaian dimana variabelnya merupakan data yang diperoleh dari pasar yang dapat diobservasi, maka Perusahaan dan anak perusahaan mengakui selisih antara harga transaksi dengan nilai wajar tersebut (yakni Laba/Rugi hari ke-1) dalam laporan laba rugi konsolidasi, kecuali jika selisih tersebut memenuhi kriteria pengakuan sebagai aset yang lain. Dalam hal tidak terdapat data yang dapat diobservasi, maka selisih antara harga transaksi dan nilai yang ditentukan berdasarkan teknik penilaian hanya diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi apabila data tersebut menjadi dapat diobservasi atau pada saat instrumen tersebut dihentikan pengakuannya. Untuk masing-masing transaksi, Perusahaan dan anak perusahaan menerapkan metode pengakuan Laba/Rugi Hari ke-1 yang sesuai.
Aset Keuangan
1. Aset Keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi
Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi meliputi aset keuangan dalam kelompok diperdagangkan dan aset keuangan yang pada saat pengakuan awal ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi. Aset keuangan diklasifikasikan dalam kelompok dimiliki untuk diperdagangkan apabila aset keuangan tersebut diperoleh terutama untuk tujuan dijual kembali dalam waktu dekat. Derivatif juga diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk diperdagangkan kecuali derivatif yang ditetapkan sebagai instrumen lindung nilai yang efektif.
Aset keuangan ditetapkan sebagai diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi pada saat pengakuan awal jika memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Penetapan tersebut mengeliminasi atau mengurangi secara signifikan ketidakkonsistenan pengukuran dan pengakuan yang dapat timbul dari pengukuran aset atau pengakuan keuntungan dan kerugian karena penggunaan dasar-dasar yang berbeda; atau
b. Aset tersebut merupakan bagian dari kelompok aset keuangan, kewajiban keuangan, atau keduanya, yang dikelola dan kinerjanya dievaluasi berdasarkan nilai wajar, sesuai dengan manajemen risiko atau strategi investasi yang didokumentasikan; atau
c. instrumen keuangan tersebut memiliki derivatif melekat, kecuali jika derivatif melekat tersebut tidak memodifikasi secara signifikan arus kas, atau terlihat jelas dengan sedikit atau tanpa analisis, bahwa pemisahan derivatif melekat tidak dapat dilakukan.
Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi dicatat pada neraca konsolidasi pada nilai wajarnya. Perubahan nilai wajar langsung diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi. Bunga yang diperoleh dicatat sebagai pendapatan bunga, sedangkan pendapatan dividen dicatat sebagai bagian dari pendapatan lain-lain sesuai dengan persyaratan dalam kontrak, atau pada saat hak untuk memperoleh pembayaran atas dividen tersebut telah ditetapkan.
1. Aset Keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi (Lanjutan)
Pada tanggal 30 Juni 2010, kategori ini meliputi investasi jangka pendek Perusahaan dan anak perusahaan pada surat berharga.
2. Pinjaman yang Diberikan dan Piutang
Pinjaman yang diberikan dan piutang adalah aset keuangan non-derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan tidak mempunyai kuotasi di pasar aktif. Aset keuangan tersebut tidak dimaksudkan untuk dijual dalam waktu dekat dan tidak diklasifikasikan sebagai aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, investasi dimiliki hingga jatuh tempo atau aset tersedia untuk dijual.
Setelah pengukuran awal, pinjaman yang diberikan dan piutang diukur pada biaya perolehan diamortisasi menggunakan metode bunga efektif, dikurangi penyisihan penurunan nilai Biaya perolehan diamortisasi tersebut memperhitungkan premi atau diskonto yang timbul pada saat perolehan serta imbalan dan biaya yang merupakan bagian integral dari suku bunga efektif. Amortisasi dicatat sebagai bagian dari pendapatan bunga dalam laporan laba rugi konsolidasi. Kerugian yang timbul akibat penurunan nilai diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi. Pinjaman yang diberikan dan piutang disajikan sebagai aset lancar jika akan jatuh tempo dalam waktu 12 bulan setelah tanggal neraca konsolidasi, jika tidak, maka disajikan sebagai aset tidak lancar. Pada tanggal 30 Juni 2010, kategori ini meliputi kas dan setara kas, piutang usaha dan piutang lain-lain yang dimiliki oleh Perusahaan dan anak perusahaan.
3. Investasi Dimiliki Hingga Jatuh Tempo
Investasi dimiliki hingga jatuh tempo adalah aset keuangan non-derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan jatuh temponya telah ditetapkan, dan manajemen Perusahaan dan anak perusahaan memiliki intensi positif dan kemampuan untuk memiliki aset keuangan tersebut hingga jatuh tempo. Apabila Perusahaan atau anak perusahaan menjual atau mereklasifikasi investasi dimiliki hingga jatuh tempo dalam jumlah yang lebih dari jumlah yang tidak signifikan sebelum jatuh tempo, maka seluruh aset keuangan dalam kategori tersebut terkena aturan pembatasan (tainting
rule) dan harus direklasifikasi ke kelompok tersedia untuk dijual.
Setelah pengukuran awal, investasi ini diukur pada biaya perolehan diamortisasi menggunakan metode bunga efektif, setelah dikurangi penurunan nilai. Biaya perolehan diamortisasi tersebut memperhitungkan premi atau diskonto yang timbul pada saat perolehan serta imbalan dan biaya yang merupakan bagian integral dari suku bunga efektif. Amortisasi dicatat sebagai bagian dari pendapatan bunga dalam laporan laba rugi konsolidasi. Keuntungan dan kerugian yang timbul diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi pada saat penghentian pengakuan dan penurunan nilai dan melalui proses amortisasi menggunakan metode bunga efektif.
Pada tanggal 30 Juni 2010, Perusahaan dan anak perusahaan tidak memiliki aset keuangan dalam kategori ini.
Aset Keuangan (Lanjutan)
4. Aset Keuangan Tersedia untuk Dijual
Aset keuangan tersedia untuk dijual merupakan aset yang ditetapkan sebagai tersedia untuk dijual atau tidak diklasifikasikan dalam kategori instrumen keuangan yang lain. Aset keuangan ini diperoleh dan dimiliki untuk jangka waktu yang tidak ditentukan dan dapat dijual sewaktu-waktu untuk memenuhi kebutuhan likuiditas atau karena perubahan kondisi ekonomi.
Setelah pengukuran awal, aset keuangan tersedia untuk dijual diukur pada nilai wajar. Komponen hasil (yield) efektif dari surat berharga hutang tersedia untuk dijual serta dampak penjabaran mata uang asing (untuk surat berharga hutang dalam mata uang asing) diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi. Laba atau rugi yang belum direalisasi yang timbul dari penilaian pada nilai wajar atas aset keuangan tersedia untuk dijual tidak diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi, melainkan dilaporkan sebagai laba atau rugi bersih yang belum direalisasi pada bagian ekuitas dalam neraca konsolidasi dan laporan perubahan ekuitas konsolidasi. Aset keuangan tersedia untuk dijual disajikan sebagai aset lancar jika akan jatuh tempo dalam waktu 12 bulan setelah tanggal neraca konsolidasi, jika tidak, maka disajikan sebagai aset tidak lancar.
Apabila aset keuangan dilepaskan, atau dihentikan pengakuannya, maka laba atau rugi kumulatif yang sebelumnya diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi langsung diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi. Jika Perusahaan dan anak perusahaan memiliki lebih dari satu jenis surat berharga yang sama, maka diterapkan dasar masuk pertama keluar pertama (first-in, first out basis). Bunga yang diperoleh dari aset keuangan tersedia untuk dijual diakui sebagai pendapatan bunga yang dihitung berdasarkan suku bunga efektif. Kerugian yang timbul akibat penurunan nilai aset keuangan juga diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi.
Pada tanggal 30 Juni 2010, Perusahaan dan anak perusahaan tidak memiliki aset keuangan dalam kategori ini.
Kewajiban Keuangan
1. Kewajiban keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi
Kewajiban keuangan diklasifikasikan dalam kategori ini apabila kewajiban tersebut merupakan hasil dari aktivitas perdagangan atau transaksi derivatif yang tidak dimaksudkan sebagai lindung nilai, atau jika Perusahaan dan anak perusahaan memilih untuk menetapkan kewajiban keuangan tersebut dalam kategori ini.
Perubahan dalam nilai wajar langsung diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi. Pada tanggal 30 Juni 2010, Perusahaan dan anak perusahaan tidak memiliki kewajiban keuangan yang ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi.
Kewajiban Keuangan (Lanjutan)
2. Kewajiban Keuangan Lain-lain
Kategori ini merupakan kewajiban keuangan yang tidak dimiliki untuk diperdagangkan atau pada saat pengakuan awal tidak ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi.
Instrumen keuangan yang diterbitkan atau komponen dari instrumen keuangan tersebut, yang tidak diklasifikasikan sebagai kewajiban keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, diklasifikasikan sebagai kewajiban keuangan lain-lain, jika subtansi perjanjian kontraktual mengharuskan Perusahaan untuk menyerahkan kas atau aset keuangan lain kepada pemegang instrumen keuangan, atau jika kewajiban tersebut diselesaikan melalui penukaran kas atau aset keuangan lain atau saham sendiri yang jumlahnya tetap atau telah ditetapkan. Komponen instrumen keuangan yang diterbitkan yang terdiri dari komponen kewajiban dan komponen ekuitas harus dipisahkan, dimana komponen ekuitas merupakan bagian residual dari keseluruhan instrumen keuangan setelah dikurangi nilai wajar komponen kewajiban pada tanggal penerbitan. Setelah pengakuan awal, komponen kewajiban diukur pada biaya perolehan diamortisasi menggunakan metode suku bunga efektif. Biaya perolehan diamortisasi tersebut memperhitungkan premi atau diskonto yang timbul pada saat perolehan serta imbalan dan biaya yang merupakan bagian integral dari suku bunga efektif. Dampak penjabaran atas kewajiban keuangan dalam mata uang asing diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi.
Kewajiban keuangan lain-lain pada pengakuan awal diukur pada nilai wajar dan sesudah pengakuan awal diukur pada biaya perolehan diamortisasi, dengan memperhitungkan dampak amortisasi (atau akresi) berdasarkan suku bunga bunga efektif atas premi, diskonto dan biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung.
Pada tanggal 30 Juni 2010, kategori ini meliputi hutang bank jangka pendek dan jangka panjang, hutang usaha, hutang lain-lain, hutang pembelian aset tetap dan hutang obligasi yang dimiliki oleh Perusahaan dan anak perusahaan.
Instrumen Keuangan Derivatif
Derivatif melekat dipisahkan dari kontrak utama dan dicatat sebagai derivatif jika seluruh kondisi berikut terpenuhi:
a. karakteristik ekonomi dan risiko dari derivatif melekat tidak berkaitan erat dengan karakteristik ekonomi dan risiko dari kontrak utama.
b. Instrumen terpisah yang memiliki persyaratan yang sama dengan derivatif melekat memenuhi definisi sebagai derivatif;
c. Instrumen campuran atau instrumen yang digabungkan tidak diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi.
Instrumen Keuangan Derivatif (Lanjutan)
Derivatif yang berdiri sendiri dan derivatif melekat yang dipisahkan diklasifikasikan sebagai aset atau kewajiban keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, kecuali derivatif tersebut ditetapkan sebagai instrumen lindung nilai yang efektif. Pada pengakuan awal, instrumen derivatif diukur pada nilai wajar pada tanggal transaksi derivatif terjadi atau dipisahkan, dan selanjutnya diukur pada nilai wajar.
Derivatif disajikan sebagai aset apabila nilai wajarnya positif, dan disajikan sebagai kewajiban apabila nilai wajarnya negatif. Laba atau rugi dari perubahan nilai wajar derivatif langsung diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi.
Manajemen menelaah apakah derivatif melekat harus dipisahkan dari kontrak utamanya pada saat pertama kali Perusahaan menjadi salah satu pihak dari kontrak tersebut. Penelaahan kembali dilakukan apabila terdapat perubahan syarat-syarat kontrak yang mengakibatkan modifikasi arus kas secara signifikan.
Saling Hapus Instrumen Keuangan
Aset keuangan dan kewajiban keuangan saling hapus dan nilai bersihnya disajikan dalam neraca konsolidasi jika, dan hanya jika, Perusahaan dan anak perusahaan saat ini memiliki hak yang berkekuatan hukum untuk melakukan saling hapus atas jumlah yang telah diakui tersebut; dan berniat untuk menyelesaikan secara neto atau untuk merealisasikan aset dan menyelesaikan kewajibannya secara simultan. Dalam hal terdapat kesepakatan induk untuk menyelesaikan secara neto (master netting agreements), aset dan kewajiban yang terkait tidak dapat disajikan saling hapus dalam neraca konsolidasi.
Penurunan Nilai Aset Keuangan
Pada setiap tanggal neraca, manajemen Perusahaan dan anak perusahaan menelaah apakah suatu aset keuangan atau kelompok aset keuangan telah mengalami penurunan nilai.
1. Aset keuangan pada biaya perolehan diamortisasi
Manajemen pertama-tama menentukan apakah terdapat bukti obyektif mengenai penurunan nilai secara individual atas aset keuangan yang signifikan secara individual, atau secara kolektif untuk aset keuangan yang jumlahnya tidak signifikan secara individual. Jika manajemen menentukan tidak terdapat bukti obyektif mengenai penurunan nilai atas aset keuangan yang dinilai secara individual, baik aset keuangan tersebut signifikan atau tidak signifikan, maka aset tersebut dimasukkan ke dalam kelompok aset keuangan yang memiliki karakteristik risiko kredit yang sejenis dan menilai penurunan nilai kelompok tersebut secara kolektif. Aset yang penurunan nilainya dinilai secara individual, dan untuk itu kerugian penurunan nilai diakui atau tetap diakui, tidak termasuk dalam penilaian penurunan nilai secara kolektif.
Penurunan Nilai Aset Keuangan (Lanjutan)
1. Aset keuangan pada biaya perolehan diamortisasi (Lanjutan)
Jika terdapat bukti obyektif bahwa penurunan nilai telah terjadi atas aset dalam kategori pinjaman yang diberikan dan piutang atau investasi dimiliki hingga jatuh tempo, maka jumlah kerugian tersebut diukur sebagai selisih antara nilai tercatat aset dengan nilai kini estimasi arus kas masa depan (tidak termasuk kerugian kredit di masa depan yang belum terjadi) yang didiskonto menggunakan suku bunga efektif awal dari aset tersebut (yang merupakan suku bunga efektif yang dihitung pada saat pengakuan awal). Nilai tercatat aset tersebut langsung dikurangi dengan penurunan nilai yang terjadi atau menggunakan akun penyisihan dan jumlah kerugian yang terjadi diakui di laporan laba rugi konsolidasi.
Jika, pada tahun berikutnya, jumlah kerugian penurunan nilai bertambah atau berkurang karena suatu peristiwa yang terjadi setelah penurunan nilai tersebut diakui, maka dilakukan penyesuaian atas penyisihan kerugian penurunan nilai yang sebelumnya diakui. Pemulihan penurunan nilai selanjutnya diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi, dengan ketentuan nilai tercatat aset setelah pemulihan penurunan nilai tidak melampaui biaya perolehan diamortisasi pada tanggal pemulihan tersebut.
2. Aset keuangan yang dicatat pada biaya perolehan
Jika terdapat bukti obyektif bahwa kerugian penurunan nilai telah terjadi atas instrumen ekuitas yang tidak memiliki kuotasi harga di pasar aktif dan tidak diukur pada nilai wajar karena nilai wajarnya tidak dapat diukur secara andal, maka jumlah kerugian penurunan nilai diukur berdasarkan selisih antara nilai tercatat aset keuangan dengan nilai kini dari estimasi arus kas masa depan yang didiskontokan pada tingkat pengembalian yang berlaku di pasar untuk aset keuangan serupa.
3. Aset keuangan tersedia untuk dijual
Dalam hal instrumen ekuitas dalam kelompok tersedia untuk dijual, penelaahan penurunan nilai ditandai dengan penurunan nilai wajar dibawah biaya perolehannya yang signifikan dan berkelanjutan. Jika terdapat bukti obyektif penurunan nilai, maka kerugian penurunan nilai kumulatif yang dihitung dari selisih antara biaya perolehan dengan nilai wajar kini, dikurangi kerugian penurunan nilai yang sebelumnya telah diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi, dikeluarkan dari ekuitas dan dan diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi. Kerugian penurunan nilai yang diakui pada laporan laba rugi konsolidasi tidak boleh dipulihkan melalui laporan laba rugi (harus diakui melalui ekuitas). Kenaikan nilai wajar setelah terjadinya penurunan nilai diakui di ekuitas.
Dalam hal instrumen hutang dalam kelompok tersedia untuk dijual, penurunan nilai ditelaah berdasarkan kriteria yang sama dengan aset keuangan yang dicatat pada biaya perolehan diamortisasi. Bunga tetap diakru berdasarkan suku bunga efektif asal yang diterapkan pada nilai tercatat aset yang telah diturunkan nilainya, dan dicatat sebagai bagian dari pendapatan bunga dalam laporan laba rugi konsolidasi. Jika, pada tahun berikutnya, nilai wajar instrumen hutang meningkat dan peningkatan nilai wajar tersebut karena suatu peristiwa yang terjadi setelah penurunan nilai tersebut diakui, maka penurunan nilai yang sebelumnya diakui harus dipulihkan melalui laporan laba rugi
Penghentian Pengakuan Aset dan Kewajiban Keuangan
1. Aset Keuangan
Aset keuangan (atau bagian dari kelompok aset keuangan serupa) dihentikan pengakuannya jika:
a. Hak kontraktual atas arus kas yang berasal dari aset keuangan tersebut berakhir;
b. Perusahaan dan anak perusahaan tetap memiliki hak untuk menerima arus kas dari aset keuangan tersebut, namun juga menanggung kewajiban kontraktual untuk membayar kepada pihak ketiga atas arus kas yang diterima tersebut secara penuh tanpa adanya penundaan yang signifikan berdasarkan suatu kesepakatan; atau
c. Perusahaan dan/atau anak perusahaan telah mentransfer haknya untuk menerima
arus kas dari aset keuangan dan (i) telah mentransfer secara substansial seluruh risiko dan manfaat atas aset keuangan, atau (ii) secara substansial tidak mentransfer atau tidak memiliki seluruh risiko dan manfaat atas aset keuangan, namun telah mentransfer pengendalian atas aset keuangan tersebut.
Ketika Perusahaan dan/atau anak perusahaan telah mentransfer hak untuk menerima arus kas dari suatu aset keuangan atau telah menjadi pihak dalam suatu kesepakatan, dan secara substansial tidak mentransfer dan tidak memiliki seluruh risiko dan manfaat atas aset keuangan dan masih memiliki pengendalian atas aset tersebut, maka aset keuangan diakui sebesar keterlibatan berkelanjutan dengan aset keuangan tersebut. Keterlibatan berkelanjutan dalam bentuk pemberian jaminan atas aset yang ditransfer diukur berdasarkan jumlah terendah antara nilai aset yang ditransfer dengan nilai maksimal dari pembayaran yang diterima yang mungkin harus dibayar kembali oleh Perusahaan dan/atau anak perusahaan.
2. Kewajiban Keuangan
Kewajiban keuangan dihentikan pengakuannya jika kewajiban keuangan tersebut berakhir, dibatalkan atau telah kadaluarsa. Jika kewajiban keuangan tertentu digantikan dengan kewajiban keuangan lain dari pemberi pinjaman yang sama namun dengan persyaratan yang berbeda secara substansial, atau terdapat modifikasi secara substansial atas ketentuan kewajiban keuangan yang ada saat ini, maka pertukaran atau modifikasi tersebut dianggap sebagai penghentian pengakuan kewajiban keuangan awal. Pengakuan timbulnya kewajiban keuangan baru serta selisih antara nilai tercatat kewajiban keuangan awal dengan yang baru diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi.
Kebijakan Akuntansi Instrumen Keuangan Sebelum Tanggal 1 Januari 2010 Piutang Usaha
Piutang dinyatakan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan setelah dikurangi dengan penyisihan piutang ragu-ragu. Piutang yang tidak dapat ditagih dihapuskan.
Penyisihan piutang ragu-ragu dibentuk berdasarkan penelaahan manajemen terhadap masing-masing akun piutang akhir tahun.
Kebijakan Akuntansi Instrumen Keuangan Sebelum Tanggal 1 Januari 2010 (Lanjutan) Investasi
1. Penempatan pada efek yang nilai wajarnya tersedia
a. Diperdagangkan (trading)
Termasuk dalam kelompok ini adalah efek yang dibeli dan dimiliki untuk dijual kembali dalam waktu dekat, yang biasanya ditunjukkan dengan frekuensi pembelian dan penjualan yang sering. Efek ini dimiliki dengan tujuan untuk menghasilkan laba dari perbedaan harga jangka pendek. Investasi dalam efek yang termasuk dalam kelompok ini diukur sebesar nilai wajarnya. Laba/rugi yang timbul dari kenaikan atau penurunan tersebut diakui pada laba rugi konsolidasi tahun yang bersangkutan.
b. Dimiliki hingga jatuh tempo (held- to-maturity)
Investasi dalam efek hutang yang dimaksudkan untuk dimiliki hingga jatuh tempo diukur sebesar biaya perolehan yang disesuaikan dengan amortisasi premi atau diskonto yang belum diamortisasi.
c. Tersedia untuk dijual (available- for-sale)
Investasi dalam efek yang tidak memenuhi kriteria kelompok “diperdagangkan” dan yang “dimiliki hingga jatuh tempo” diukur sebesar nilai wajarnya. Laba atau rugi yang belum direalisasi dari kenaikan atau penurunan nilai wajar atas kepemilikan efek ini disajikan sebagai komponen ekuitas, dan tidak diakui sebagai keuntungan atau kerugian sampai direalisasi.
Bila terjadi penurunan nilai yang bersifat permanen, maka biaya perolehan efek individual harus diturunkan hingga sebesar nilai wajarnya, dan jumlah penurunan nilai tersebut harus diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi tahun berjalan. Untuk menghitung laba atau rugi yang direalisasi, biaya perolehan efek ditentukan berdasarkan metode rata-rata tertimbang, sedangkan biaya perolehan efek yang dimiliki hingga jatuh tempo ditentukan berdasarkan metode identifikasi khusus. 2. Investasi jangka panjang dalam bentuk penyertaan saham yang nilai wajarnya tidak
tersedia.
Investasi dalam bentuk penyertaan saham dengan persentase kepemilikan kurang dari 20% dicatat dengan menggunakan metode biaya. Menurut metode biaya, investasi dicatat sebesar biaya perolehan. Investor mengakui penghasilan hanya sebatas distribusi laba (dividen, kecuali dividen saham) yang diterima yang berasal dari laba bersih yang diakumulasikan oleh perusahaan asosiasi setelah tanggal perolehan. Penerimaan dividen yang melebihi laba tersebut dipandang sebagai pemulihan investasi dan dicatat sebagai pengurangan terhadap biaya investasi.