• Tidak ada hasil yang ditemukan

SITI NURUL KHASANAH BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "SITI NURUL KHASANAH BAB II"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

A. Deskripsi Konseptual 1. Buku Teks

a. Pengertian Buku Teks

Textbook mempunyai padanan kata buku pelajaran (Tarigan dan Tarigan, 2009:11). Selanjutnya textbook dijelaskan sebagai buku yang dirancang untuk digunakan di kelas, disusun dengan cermat serta disiapkan oleh para pakar atau

para ahli dalam bidang itu dan dilengkapi dengan sarana pengajaran yang sesuai

dan serasi. Muslich (2010:24) mengemukakan bahwa buku teks adalah buku yang

berisi uraian bahan tentang mata pelajaran atau bidang studi tertentu, yang disusun

secara sistematis dan telah diseleksi berdasarkan tujuan tertentu, orientasi

pembelajaran, dan perkembangan siswa untuk diasimilasikan. Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Nomor 11 Tahun 2005 menjelaskan bahwa buku teks adalah

buku acuan wajib untuk digunakan di sekolah yang memuat materi pembelajaran

dalam rangka peningkatan keimanan dan ketakwaan, budi pekerti dan

kepribadian, kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kepekaan

dan kemampuan estetis, serta potensi fisik dan kesehatan yang disusun

berdasarkan standar nasional pendidikan.

Dari ketiga pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa buku teks adalah

buku pelajaran dalam bidang studi tertentu, yang merupakan buku standar, yang

(2)

yang dilengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang serasi dan mudah

dipahami oleh para pemakainya di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi sehingga

dapat menunjang sesuatu program pengajaran. Kemudian Muslich (2010:31)

menambahkan bahwa buku teks memuat bahan ajar yang sebaiknya disajikan

(what to teach) dan sekuensi atau urutan cara penyajiannya. Oleh karena itu, penyusunan buku buku teks tertentu memerhatikan bahan ajar mana yang patut

dan sebaiknya disajikan, termasuk tata cara penyajian yang sesuai dengan jenis bahan dan kondisi siswa sasaran.

Penggunaan buku teks tersebut didasarkan pada tujuan pembelajaran

yang mengacu pada kurikulum. Selain menggunakan buku teks, pengajar dapat

menggunakan sarana-sarana ataupun teknik yang sesuai dengan tujuan yang sudah

dibuat sebelumnya. Penggunaan yang memadukan buku teks, teknik, serta sarana

lain ditujukan untuk mempermudah pemakai buku teks terutama peserta didik

dalam memahami materi.

Selanjutnya Muslich (2010:51) mengemukakan indikator atau ciri penanda

buku teks sebagai berikut.

a. Buku teks merupakan buku sekolah yang ditujukan bagi siswa pada jenjang

pendidikan tertentu.

b. Buku teks berisi bahan yang telah terseleksi.

c. Buku teks selalu berkaitan dengan bidang studi atau mata pelajaran tertentu.

d. Buku teks biasanya disusun oleh pakar di bidangnya.

e. Buku teks ditulis untuk tujuan instruksional tertentu.

(3)

g. Buku teks disusun secara sistematis mengikuti strategi pembelajaran tertentu.

h. Buku teks untuk diasimilasikan dalam pembelajaran.

i. Buku teks disusun untuk menunjang program pembelajaran.

Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa buku teks

merupakan sekumpulan tulisan yang dibuat secara sistematis oleh pakar dalam

bidang masing-masing berisi materi pelajaran tertentu dan telah memenuhi

indikator sesuai dengan kurikulum yang telah ditentukan sebelumnya sebagai

pegangan pendidik serta alat bantu siswa dalam memahami materi belajar dalam

pembelajaran.

b. Jenis-Jenis Buku Teks

Menurut Tarigan dan Tarigan (2010:29) ada empat dasar atau patokan

yang digunakan dalam pengklasifikasian buku teks yaitu:

a. berdasarkan mata pelajaran atau bidang studi (terdapat di SD, SMTP, SMTA),

b. berdasarkan mata kuliah bidang yang bersangkutan (terdapat di perguruan

tinggi),

c. berdasarkan penulisan buku teks (di setiap jenjang pendidikan),

d. berdasarkan jumlah penulis buku teks.

Sedangkan menurut Surahman dalam Prastowo (2014:167) buku teks

dibedakan menjadi emapt jenis yaitu:

a. buku sumber yaitu buku yang biasa dijadikan rujukan, referensi, dan sumber

untuk kajian ilmu tertentu, biasanya berisi suatu kajian ilmu yang lengkap.

b. buku bacaan yaitu buku yang hanya berfungsi untuk bahan bacaan saja,

(4)

c. buku pegangan yaitu buku yang bisa dijadikan pegangan guru atau pengajar

dalam melaksanakan proses pengajaran.

d. buku bahan ajar yaitu buku yang disusun untuk proses pembelajaran dan berisi

bahan-bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkan.

Berdasar paparan di atas, secara khusus Prastowo (2014:168)

mengemukakan secara umum ada dua jenis buku teks yaitu sebagai buku teks

utama dan buku teks pelengkap. Buku teks utama adalah buku yang berisi

bahan-bahan pelajaran suatu bidang studi yang digunakan sebagai buku pokok bagi

pendidik dan peserta didik, sedangkan buku teks pelengkap adalah buku yang

sifatnya membantu atau sebagai buku tambahan yang digunakan pendidik dan

peserta didik.

c. Keunggulan Buku Teks bagi Kegiatan Pembelajaran

Nasution dalam Prastowo (2014: 171) mengemukakan tujuh keunggulan

buku teks sebagai berikut.

1. Membantu pendidik dalam melaksanakan kurikulum karena disusun

berdasarkan kurikulum yang berlaku

2. Menjadi pegangan guru dalam menentukan metode pembelajaran

3. Memberi kesempatan peserta didik untuk mengulangi pelajaran atau

mempelajari pelajaran baru

4. Dapat digunakan untuk tahun-tahun berikutnya, dan jika direvisi maka dapat

bertahan dalam waktu yang lama.

(5)

6. Memberi kontinuitas pelajaran di kelas yang berurutan sekalipun pendidik

berganti-ganti.

7. Memberi pengetahuan dan metode mengajar yang lebih mantap jika guru

menggunakannya dari tahun ke tahun.

Selanjutnya Buchingham dalam Tarigan dan Tarigan (2010:16)

mengutarakan keunggulan-keunggulan buku teks sebagai berikut.

a. Kesempatan mempelajarinya sesuai dengan kecepatan masing-masing.

b. Kesempatan untuk mengulangi atau meninjau kembali.

c. Kemungkinan mengadakan pemeriksaan terhadap ingatan.

d. Kemudahan untuk membuat catatan-catatan bagi pemakai selanjutnya.

e. Kesempatan khusus yang dapat ditampilkan oleh sarana visual dari sebuah

buku.

Di sisi lain Muslich (2010:30) mengemukakan pandangan-pandangan

positif tentang buku sebagai berikut.

a. Buku teks merupakan the foundation of learning in classroom.

Pandangan ini didasarkan oleh kenyataan bahwa pengajaran yang dianggap

efektif dan efisien adalah pengajaran klasikal.

b. Buku teks memuat bahan ajar yang sebaiknya disajikan sesuai dengan urutan

penyajiannya. Oleh karena itu, penyusunan buku teks tentu memperhatikan

bahan ajar mana yang patut dan sebaiknya disajikan.

c. Jangkauan, jumlah, dan jenis bahan ajar yang terdapat dalam buku teks telah

relatif pasti sehingga guru memungkinkan untuk mengalokasinnya berdasarkan

(6)

d. Paparan masalah atau pokok persoalan (subjek matter) dalam buku teks relatif teliti. Ketelitian ini terlihat mulai dari proses pemilihan bahan, klasifikasi

bahan, sampai dengan proses penyusunannya.

e. Bahan ajar dalam buku teks tertata cukup baik. Ini dapat dilihat dari cara

penyajian bahan ajar yang memperhatikan hierarki dan tata letaknya sehingga

mudah dipahami peserta didik.

f. Buku teks cukup banyak memuat alat bantu pengajaran, misalnya gambar peta

atau diagram. Alat bantu ini akan dapat mempercepat pemahaman peserta

didik atas bahan ajar yang sedang dipelajarinya.

g. Kesinambungan bahan ajar dalam buku teks telah diatur sedemikian rupa oleh

penyusunnya.

h. Buku teks merupakan batu loncatan bagi peserta didik. Dengan menggunakan

buku teks, peserta didik terbebas dari kegiatan mencatat yang merupakan

pemborosan waktu, tenaga, dan pikiran.

i. Buku teks sangat membantu sekolah yang tidak memiliki perpustakaan yang

lengkap.

j. Buku teks yang dipublikasikan oleh pemerintah dan pihak swasta telah

dipertimbangkan kualitasnya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa buku teks mempunyai banyak

keunggulan dan sangat bermanfaat dalam kegiatan pembelajaran siswa dan

mempermudah dan membantu guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.

(7)

e. Kelemahan Buku Teks

Selain mempunyai banyak keunggulan dan kontribusi dalam menunjang

proses belajar mengajar , buku teks juga mempunyai kelemahan. Greeny dan Petty

dalam Tarigan dan Tarigan (2009:26) mengidendentifikasi keterbatasan buku teks

diantaranya sebagai berikut.

a. Buku teks sendiri tidaklah mengajar (walaupun beberapa kegiatan belajar

dapat dicapai dengan membacanya), tetapi merupakan suatu sarana

pengajaran.

b. Isi yang disajikan sebagai perangkat-perangkat kegiatan belajar dipadu secara

artifisial atau secara buatan saja bagi setiap kelas tertentu.

c. Pelatihan-pelatihan dan tugas-tugas praktis agaknya kurang memadai karena

keterbatasan-keterbatasan dalam ukuran buku teks dan dikarenakan begitu

banyaknya praktik-praktik, pelatihan yang perlu dilaksanakan secara

perbuatan.

d. Sarana-sarana pengajaran juga sangat sedikit dan singkat karena

keterbatasan ruang, tempat, atau wadah yang tersedia di dalamnya.

e. Pertolongan-pertolongan atau bantuan-bantuan yang berkaitan dengan

evaluasi hanyalah bersifat sugestif dan tidaklah mengevaluasi keseluruhan

atau keparipurnaan yang diinginkan.

Musclih (2010: 30) menjelaskan kelemahan-kelemahan buku teks adalah

sebagai berikut.

a. Buku teks kurang memperhatikan perbedaan individu peserta didik. Peserta

(8)

teks tersaji tanpa memperhatikan peserta didik yang uper (unggul) dan peserta didik yang lower.

b. Desain buku teks sering tidak sesuai dengan desain kurikulum pendidikan.

Akibatnya, dengan menggunakan buku teks tersebut, program pendidikan

yang telah dirancang dalam kurikulum tidak tercapai.

c. Konteks dan bahan ajar yang terdapat dalam buku teks sering tidak sesuai

dengan kondisi dan lingkungan peserta didik sasaran. Apabila hal ini terjadi,

buku teks akan terkesan memaksa peserta didik untuk belajar sesuatu yang

tidak sesuai dengan kondisi dirinya.

d. Bahan ajar yang terdapat dalam buku teks sering bias dan basi. Ini terjadi

karena antara waktu penyusunan buku teks dan waktu pemakaianya

berselang terlalu lama. Akibatnya, informasi dan masalah yang terdapat

dalam buku teks sudah kadaluwarsa, bahkan tidak sesuai lagi dengan yang

sedang dihadapi peserta didik.

Muslich (2010:39) menambahkan selain ada kelebihan dan

kekurangannya, buku teks yang beredar (baik buku teks wajib maupun penunjang)

dijumpai keganjilan-keganjilan diantaranya sebagai berikut.

a. Terdapat buku teks yang tidak sesuai dengan pesan kurikulum.

b. Terdapat buku teks yang berisi pokok-pokok materi (semacam ringkasan).

c. Terdapat buku teks yang uraianya sangat teknis.

d. Terdapat buku teks yang tidak sesuai dengan pesan pola pikir peserta didik.

(9)

f. Peranan Buku Teks

Buku teks merupakan salah satu media yang penting dalam mendukung

keberhasilan proses belajar mengajar. Tarigan dan Tarigan (2009: 17)

menjelaskan peranan buku teks diantaranya sebagai berikut.

a. Mencerminkan suatu sudut pandangan yang tangguh dan modern mengenai

pengajaran serta mendemonstrasikan aplikasinya dalam pengajaran yang

disajikan.

b. Menyajikan suatu sumber pokok masalah atau subyect matter yang kaya, mudah dibaca atau bervariasi, yang sesuai dengan minat dan kebutuhan

peserta didik, sebagai dasar bagi program-program kegiatan yang disarankan

dimana ketrampilan-ketrampilan ekspresional diperoleh di bawah

kondisi-kondisi yang mempunyai kehidupan yang sebenarnya.

c. Menyediakan suatu sumber yang tersusun rapi dan bertahap mengenai

ketrampilan-ketrampilan ekspresional yang mengemban masalah pokok

dalam komunikasi.

d. Menyajikan bersama-sama dengan buku manual pendampingnya,

metode-metode, dan sarana-sarana pengajaran untuk memotivasi para peserta didik.

e. Menyajikan fiksasi (perasaan yang mendalam) awal yang perlu dan juga

sebagai penunjang bagi latihan-latihan dan tugas-tugas praktis.

f. Menyajikan bahan/ sarana evaluasi dan remedial yang serasi dan tepat guna.

Selain itu, berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa buku teks

mempunyai peran dalam meningkatkan prestasi hasil belajar peserta didik.

(10)

peran tersendiri. Dengan buku teks, orang tua bisa memberikan arahan kepada

anaknya apabila yang bersangkutan kurang memahami materi yang diajarkan di

sekolah. Dari keadaan ini, orang tua akhirnya bisa mengetahui daya serap anaknya

terhadapa materi mata pelajaran tertentu.

g. Kriteria Buku Teks yang Baik dan Berkualitas

Schorling dan Batchelder dalam Muslich (2010:54) memberikan empat ciri

buku teks yang baik sebagai berikut.

a. Direkomendasikan oleh guru-guru yang berpengalaman sebagai buku teks

yang baik.

b. Bahan ajarnya sesuai dengan tujuan pendidikan, kebutuhan peserta didik, dan

kebutuhan masyarakat.

c. Cukup banyak memuat teks bacaan, bahan drill dan latihan / tugas. d. Memuat ilustrasi yang membantu peserta didik belajar.

2. Kajian Buku Teks a. Pengertian Kajian

Menurut KBBI (2010: 491) kata dasar dari kajian adalah kata ‘kaji’ (n)

yang berarti penyelidikan tentang sesuatu. Kata dasar kaji diturunkan menjadi kata

mengkaji (v) yang berarti memeriksa, menyelidiki, memikirkan, menguji,

menelaah.. Berdasarkan makna kata tersebut dapat didefinisikan bahwa kajian

merupakan hasil pemeriksaan, penyelidikan, pemikiran, pengujian atau

penelaahan. Kajian buku teks dapat didefinisikan sebagai hasil pemeriksaan,

(11)

dibuat oleh ahli bidang tertentu secara sistematis berisi materi pelajaran tertentu

dan telah memenuhi indikator yang telah ditentukan sebelumnya sebagai

pegangan pendidik serta alat bantu siswa dalam memahami materi belajar dalam

pembelajaran.

b. Kualitas Buku Teks

Greene dan Petty (dalam Tarigan dan Tarigan, 2009: 20) merumuskan

butir-butir dalam penilaian buku teks yaitu:

a) buku teks itu haruslah menarik minat anak-anak, yaitu para siswa

mempergunakannya,

b) buku teks itu haruslah mampu memberi motivasi kepada para siswa yang

memakainya,

c) buku teks itu haruslah memuat ilustrasi yang menarik bagi siswa yang

memanfaatkannya,

d) buku teks itu seyogianya mempertimbangkan aspek-aspek linguistik sehingga

sesuai dengan kemampuan para siswa yang memakainya,

e) isi buku teks haruslah berhubungan erat dengan pelajaran-pelajaran lainnya,

f) buku teks itu haruslah dapat menstimulasi dan merangsang aktivitas para siswa

yang memakainya,

g) buku teks itu haruslah secara sadar dan tegas menghindari konsep yang

samar-samar dan tidak biasa sehingga tidak membingungkan pemakainya,

h) buku teks itu haruslah mempunyai sudut pandang yang jelas sehingga

(12)

i) buku teks itu haruslah mampu memberi pemantapan dan penekanan nilai bagi

anak-anak dan orang dewasa,

j) buku teks itu haruslah dapat menghargai perbedaan-perbedaan pribadi para

siswa pemakainya.

Materi dalam buku teks buku teks itu haruslah sesuai dengan tujuan

pembelajaran yang didasarkan pada kurikulum, lebih baik lagi jika materi tersebut

terintegrasi dengan pelajaran lain namun tetap menghargai hal-hal yang tidak

bertentangan seperti ras, suku, dan agama. Materi buku teks diharapkan dapat

membuat siswa giat mempelajari kembali meskipun di luar proses belajar

mengajar. Selain aspek materi, cara menyajikan materi dalam suatu buku teks

diharapkan sistematis dan dapat membuat siswa lebih memahami pengetahuan

yang sesuai dengan umur siswa. Aspek penyajian materi berhubungan erat dengan

aspek grafika. Materi dalam buku teks hendaknya diimbangi dengan ilustrasi yang

menarik dan sesuai dengan materi sehingga membantu siswa dalam memahami

dan berimajinasi tentang suatu pokok bahasan. Aspek kebahasaan tidak kalah

penting, dalam menyajikan materi hendaknya menggunakan bahasa yang mudah

dipahami namun jika memungkinkan, penggunaan kata-kata dalam penyajian

materi tidak monoton dan dikembangkan sesuai jenjang atau tingkatan sekolah

siswa.

Tarigan dan Tarigan (2009:24) mengungkapkan bahwa ilmu pengetahuan

dapat dihimpun ke dalam suatu wadah yang selalu tersedia secara permanen

dengan pertolongan buku-buku. Buku teks memberi kesempatan pada pemiliknya

(13)

dipakai sebagai pemeriksaan daya ingat seseorang terhadap hal yang pernah

dipelajarinya melalui buku teks. Sarana khusus yang ada dalam suatu buku teks

dapat menolong para pembaca untuk memahami isi buku. Sarana seperti skema,

diagram, matriks, gambar-gambar ilustrasi, dan sebagainya, berguna sekali dalam

mengantar pembaca ke arah pemahaman isi buku.

Buku teks yang berkualitas sudah semestinya memenuhi aspek-aspek

tersebut. Keempat aspek yang dijelaskan di atas merupakan aspek yang sangat

berhubungan sehingga diharapkan penyusun buku teks dapat memenuhi salah

satu aspek tanpa mengurangi kualitas aspek lainnya, misalnya ilustrasi yang

digunakan dalam buku teks semestinya merupakan ilustrasi yang bagus dan

menarik namun jangan sampai mengganggu materi yang disampaikan atau bahkan

ilustrasinya bagus tetapi tidak sesuai dengan materi.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan ada empat komponen

yang dipakai dalam penilaian kualitas buku teks diantaranya kelayakan isi atau

materi, kelayakan penyajian, kelayakan bahasa, dan kelayakan kegrafikan.

3. Isi Materi Buku Teks dan Kurikulum 2013

Dewasa ini pemerintah telah sepakat untuk menyempurnakan kurikulum

sehingga terbentuklah kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut

dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang pernah diujicobakan pada tahun

2004. KBK (Competency Based Curriculum) dijadikan acuan dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan

(14)

Sistem Pendidikan Nasional pada penjelasan pasal 35 yang menyatakan bahwa

kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup

sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah

disepakati.

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,

isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

tertentu (UU nomor 20 tahun 2003; PP nomor 19 tahun 2005).

Kurikulum dikembangkan atas dasar teori pendidikan berdasarkan standar

dan teori pendidikan berbasis kompetensi. Pendidikan berdasarkan standar adalah

pendidikan yang menetapkan standar nasional sebagai kualitas minimal hasil

belajar yang berlaku untuk setiap kurikulum. Standar kualitas nasional dinyatakan

sebagai Standar Kompetensi Lulusan. Standar Kompetensi Lulusan tersebut

adalah kualitas minimal lulusan suatu jenjang atau satuan pendidikan. Standar

Kompetensi Lulusan mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan (PP nomor

19 tahun 2005). Standar Kompetensi Lulusan dikembangkan menjadi Standar

Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan yaitu SKL SD, SMP, SMA, SMK.

Standar Kompetensi Lulusan satuan pendidikan berisikan 3 (tiga) komponen yaitu

kemampuan proses, konten, dan ruang lingkup penerapan komponen proses dan

konten. Komponen proses adalah kemampuan minimal untuk mengkaji dan

memproses konten menjadi kompetensi. Komponen konten adalah dimensi

kemampuan yang menjadi sosok manusia yang dihasilkan dari pendidikan.

(15)

kompetensi tersebut digunakan, dan menunjukkan gradasi antara satu satuan

pendidikan dengan satuan pendidikan di atasnya serta jalur satuan pendidikan

khusus (SMK, SDLB, SMPLB, SMALB).

a. Alasan Pengembangan Kurikulum 2013

Alasan pengembangan kurikulum 2013 ada empat hal:

1. Fenomena yang mengemuka di masyarakat seperti adanya perkelahian pelajar,

narkoba, korupsi, plagiarism, kecurangan UN, dan adanya gejolak dalam

masyarakat.

2. Persepsi masyarakat terhadap kurikulum seperti terlalu menitikberatkan pada

aspek kognitif

3. Kompetensi masa depan seperti kemampuan berkomunikasi, kemampuan

berpikir jernih dan kritis, kemampuan mempertimbangkan segi oral suatu

permasalahan, kemampuan menjadi warga negara yang bertanggung jawab,

kemampuan mencoba, mengerti dan toleran terhadap pandangan yang

berbeda, kemampuan hidup dalam masyarakat yang mengglobal, memiliki

beban siswa yang terlalu berat, dan kurang bermuatan karakter, minat luas

dalam kehidupan, memiliki kesiapan untuk bekerja, memiliki kecerdasan

sesuai bakat dan minatnya dan memiliki tanggungjawab terhadap lingkungan.

4. Tantangan masa depan seperti globalisasi, masalah lingkungan hidup, kemajuan

iptek, konvergensi ilmu dan teknologi, ekonomi berbasis pengetahuan,

(16)

pengaruh dan imbas teknosains, tuntutan mutu, investasi dan transformasi

pada sektor pendidikan dan hasil-hasil pengukuran TIMMS dan PISA.

b. Karakteristik kurikulum 2013

1. Isi atau konten kurikulum adalah kompetensi yang dinyatakan dalam bentuk

Kompetensi Inti (KI) mata pelajaran dan dirinci lebih lanjut ke dalam

Kompetensi Dasar (KD).

2. Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai

kompetensi yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah,

kelas, dan mata pelajaran

3. Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik

untuk suatu mata pelajaran di kelas tertentu.

4. Penekanan kompetensi ranah sikap, keterampilan kognitif, keterampilan

psikomotorik, dan pengetahuan untuk suatu satuan pendidkan dan mata

pelajaran ditandai oleh banyaknya KD suatu mata pelajaran. Untuk SD

pengembangan sikap menjadi kepedulian utama kurikulum.

5. Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris kompetensi bukan konsep,

generalisasi, topik atau sesuatu yang berasal dari pendekatan “disciplinary–

based curriculum” atau “content-based curriculum”.

6. Kompetensi Dasar (KD) yang dikembangkan didasarkan pada prinsip

(17)

7. Proses pembelajaran didasarkan pada upaya menguasai kompetensi pada

tingkat yang memuaskan dengan memperhatikan karakteristik konten

kompetensi dimana pengetahuan adalah konten yang bersifat tuntas

(mastery). Keterampilan kognitif dan psikomotorik adalah kemampuan

penguasaan konten yang dapat dilatihkan. Sedangkan sikap adalah

kemampuan penguasaan konten yang lebih sulit dikembangkan dan

memerlukan proses pendidikan yang tidak langsung.

8. Penilaian hasil belajar mencakup seluruh aspek kompetensi, bersifat formatif

dan hasilnya segera diikuti dengan pembelajaran remedial untuk memastikan

penguasaan kompetensi pada tingkat memuaskan (Kriteria Ketuntasan

Minimal/KKM dapat dijadikan tingkat memuaskan).

c. Perbedaan Kompetensi KTSP dengan Kurikulum 2013 Jenjang SMA/MA 1. Kompetensi KTSP

Kelas X, Semester 1

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Mendengarkan

1. Memahami siaran atau

cerita yang disampaikan

secara langsung /tidak

langsung

1.1 Menanggapi siaran atau informasi dari

media elektronik (berita dan

nonberita)

(18)

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

(intrinsik dan ekstrinsik) suatu cerita

yang disampaikan secara

langsung/melalui rekaman

Berbicara

2.1 Memperkenalkan diri dan orang lain

di dalam forum resmi dengan intonasi

yang tepat

2.2 Mendiskusikan masalah (yang

ditemukan dari berbagai berita, artikel,

atau buku)

2.3 Menceritakan berbagai pengalaman

dengan pilihan kata dan ekspresi yang

tepat

Membaca

3. Memahami berbagai teks

bacaan nonsastra dengan

berbagai teknik membaca

3.1 Menemukan ide pokok berbagai teks

nonsastra dengan teknik membaca

cepat (250 kata/menit)

3.2 Mengidentifikasi ide teks nonsastra

(19)

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

4.1 Menulis gagasan dengan

menggunakan pola urutan waktu dan

tempat dalam bentuk paragraf naratif

4.2 Menulis hasil observasi dalam bentuk

paragraf deskriptif

4.3 Menulis gagasan secara logis dan

sistematis dalam bentuk ragam

paragraf ekspositif

Mendengarkan

5. Memahami puisi yang

disampaikan secara

langsung/tidak langsung

5.1 Mengidentifikasi unsur-unsur bentuk

suatu puisi yang disampaikan secara

langsung ataupun melalui rekaman

5.2 Mengungkapkan isi suatu puisi yang

disampaikan secara langsung ataupun

melalui rekaman

Berbicara

(20)

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

melalui kegiatan diskusi atau mengesankan dari cerita pendek

melalui kegiatan diskusi

6.2 Menemukan nilai-nilai cerita pendek

melalui kegiatan diskusi

Membaca

7. Memahami wacana sastra

melalui kegiatan membaca

puisi dan cerpen

7.1 Membacakan puisi dengan lafal,

nada, tekanan, dan intonasi yang tepat

7.2 Menganalisis keterkaitan unsur

intrinsik suatu cerpen dengan

kehidupan sehari-hari

Menulis

8. Mengungkapkan pikiran,

dan perasaan melalui

kegiatan menulis puisi

8.1 Menulis puisi lama dengan

memperhatikan bait, irama, dan rima

8.2 Menulis puisi baru dengan

memperhatikan bait, irama, dan rima

Kelas X, Semester 2

(21)

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Mendengarkan

9. Memahami informasi

melalui tuturan

9.1 Menyimpulkan isi informasi yang

disampaikan melalui tuturan langsung

Menyimpulkan isi informasi yang didengar

melalui tuturan tidak langsung

(rekaman atau teks yang dibacakan)

Berbicara

10.Mengungkapkan komentar

terhadap informasi dari

berbagai sumber

10.1 Memberikan kritik terhadap

informasi dari media cetak dan atau

elektronik

Memberikan persetujuan/dukungan

terhadap artikel yang terdapat dalam

media cetak dan atau elektronik

Membaca

11.Memahami ragam wacana

tulis dengan membaca

memindai

11.1 Merangkum seluruh isi informasi

teks buku ke dalam beberapa kalimat

dengan membaca memindai

11.2 Merangkum seluruh isi informasi

(22)

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

dalam beberapa kalimat dengan

membaca memindai

Menulis

12.Mengungkapkan informasi

melalui penulisan paragraf

dan teks pidato

12.1 Menulis gagasan untuk mendukung

suatu pendapat dalam bentuk

paragraf argumentatif

12.2 Menulis gagasan untuk meyakinkan

atau mengajak pembaca bersikap

atau melakukan sesuatu dalam

bentuk paragraf persuasif

12.3 Menulis hasil wawancara ke dalam

beberapa paragraf dengan

menggunakan ejaan yang tepat

12.4 Menyusun teks pidato

Mendengarkan

13.Memahami cerita rakyat

yang dituturkan

13.1 Menemukan hal-hal yang menarik

tentang tokoh cerita rakyat yang

disampaikan secara langsung dan

(23)

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

13.2 Menjelaskan hal-hal yang menarik

tentang latar cerita rakyat yang

disampaikan secara langsung dan

atau melalui rekaman

Berbicara

14.Mengungkapkan pendapat

terhadap puisi melalui

diskusi

14.1 Membahas isi puisi berkenaan

dengan gambaran penginderaan,

perasaan, pikiran, dan imajinasi

melalui diskusi

14.2 Menghubungkan isi puisi dengan

realitas alam, sosial budaya, dan

masyarakat melalui diskusi

Membaca

15.Memahami sastra Melayu

klasik

15.1 Mengidentifikasi karakteristik dan

struktur unsur intrinsik sastra

Melayu klasik

15.2 Menemukan nilai-nilai yang

terkandung di dalam sastra Melayu

(24)

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Menulis

16.Mengungkapkan

pengalaman diri sendiri dan

orang lain ke dalam cerpen

16.1 Menulis karangan berdasarkan

kehidupan diri sendiri dalam

cerpen (pelaku, peristiwa, latar)

16.2 Menulis karangan berdasarkan

pengalaman orang lain dalam

cerpen (pelaku, peristiwa, latar)

2. Kompetensi Kurikulum 2013 KELAS: X

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

1. Menghayati dan

mengamalkan ajaran

agama yang dianutnya

1.1 Mensyukuri anugerah Tuhan akan

keberadaan bahasa Indonesia dan

menggunakannnya sesuai dengan kaidah

dan konteks untuk mempersatukan bangsa

1.2 Mensyukuri anugerah Tuhan akan

keberadaan bahasa Indonesia dan

menggunakannya sebagai sarana

(25)

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

menerapkan, dan menganalisis informasi

lisan dan tulis melalui teks anekdot,

eksposisi laporan hasil observasi, prosedur

kompleks, dan negosiasi

1.3 Mensyukuri anugerah Tuhan akan

keberadaan bahasa Indonesia dan

menggunakannya sebagai sarana

komunikasi dalam mengolah, menalar, dan

menyajikan informasi lisan dan tulis

melalui teks anekdot, eksposisi laporan

hasil observasi, prosedur kompleks, dan

negosias

2.1 Menunjukkan sikap tanggung jawab,

peduli, responsif, dan santun dalam

menggunakan bahasa Indonesia untuk

membuat anekdot mengenai permasalahan

sosial, lingkungan, dan kebijakan publik

2.2 Menunjukkan perilaku jujur, disiplin,

tanggung jawab, dan proaktif dalam

menggunakan bahasa Indonesia untuk

(26)

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

2.3 Menunjukkan perilaku jujur, tanggung

jawab, dan disiplin dalam menggunakan

bahasa Indonesia untuk menunjukkan

tahapan dan langkah yang telah ditentukan

2.4 Menunjukkan perilaku jujur, disiplin,

peduli, dan santun dalam menggunakan

bahasa Indonesia untuk bernegosiasi dalam

perundingan.

2.5 Menunjukkan perilaku jujur, peduli,

santun, dan tanggung jawab dalam

penggunaan bahasa Indonesia untuk

memaparkan pendapat mengenai konflik

sosial, politik, ekonomi, dan kebijakan

publik

ingintahunya tentang

ilmu pengetahuan,

3.1 Memahami struktur dan kaidah teks

anekdot, eksposisi, laporan hasil observasi,

prosedur kompleks, dan negosiasi baik

melalui lisan maupun tulisan

3.2 Membandingkan teks anekdot, laporan

hasil observasi, prosedur kompleks, dan

(27)

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

teknologi, seni, budaya,

dan humaniora dengan

wawasan kemanusiaan,

kebangsaan, kenegaraan,

dan peradaban terkait

fenomena dan kejadian,

serta menerapkan

pengetahuan prosedural

pada bidang kajian yang

spesifik sesuai dengan

bakat dan minatnya

untuk memecahkan

masalah

tulisan

3.3 Menganalisis teks anekdot, laporan hasil

observasi, prosedur kompleks, dan

negosiasi baik melalui lisan maupun

tulisan

3.4 Mengevaluasi teks anekdot, eksposisi ,

laporan hasil observasi, prosedur

kompleks, dan negosiasi berdasarkan

kaidah-kaidah teks baik melalui lisan

maupun tulisan

4. Mengolah, menalar, dan

menyaji dalam ranah

konkret dan ranah

abstrak terkait dengan

pengembangan dari yang

dipelajarinya di sekolah

secara mandiri, dan

mampu menggunakan

4.1 Menginterpretasi makna teks anekdot,

eksposisi, laporan hasil observasi,

prosedur kompleks, dan negosiasi baik

secara lisan maupun tulisan

4.2 Memproduksi teks anekdot, eksposisi,

laporan hasil observasi, prosedur

kompleks, dan negosiasi yang koheren

(28)

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

metoda sesuai kaidah

keilmuan

dibuat baik secara lisan mupun tulisan

4.3 Menyunting teks anekdot, eksposisi,

laporan hasil observasi, prosedur

kompleks, dan negosiasi sesuai dengan

struktur dan kaidah teks baik secara lisan

maupun tulisan

4.4 Mengabstraksi teks anekdot, eksposisi ,

laporan hasil observasi, prosedur

kompleks, dan negosiasi baik secara lisan

maupun tulisan

4.5 Mengonversi teks anekdot, eksposisi,

laporan hasil observasi, prosedur

kompleks, dan negosiasi ke dalam bentuk

yang lain sesuai dengan struktur dan

kaidah teks baik secara lisan maupun

(29)

e. Keberadaan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013

Keberadaan bahasa Indonesia tidak hanya dipertahankan berada dalam

daftar pelajaran di sekolah, tetapi juga menegaskan pentingnya keberadaan bahasa

Indonesia sebagai penghela dan pembawa ilmu pengetahuan. Perubahan

pembelajaran dari KTSP yang menekankan segi keterampilan berbahasa ke

kurikulum baru 2013 yang menekankan pembelajaran berbasis teks. Dengan teks

tersebut diharapkan siswa mampu memproduksi dan menggunakan teks sesuai

dengan tujuan dan fungsi sosialnya. Dalam pembelajaran bahasa berbasis teks,

bahasa Indonesia diajarkan bukan sekadar sebagai pengetahuan bahasa, melainkan

sebagai teks yang mengemban fungsi untuk menjadi sumber aktualisasi diri

penggunanya pada konteks sosial-budaya akademis. Teks dimaknai sebagai satuan

bahasa yang mengungkapkan makna secara kontekstual.

Pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks dilaksanakan dengan

menerapkan prinsip bahwa (1) bahasa hendaknya dipandang sebagai teks, bukan

semata-mata kumpulan kata atau kaidah kebahasaan, (2) penggunaan bahasa

merupakan proses pemili-han bentuk kebahasaan untuk mengungkapkan makna,

(3) bahasa bersifat fungsional, yaitu penggunaan bahasa yang tidak pernah dapat

dilepaskan dari konteks karena bentuk bahasa yang digunakan itu mencerminkan

ide, sikap, nilai, dan ideologi penggunanya, dan (4) bahasa merupakan sarana

pembentukan kemampuan berpikir manusia.

Kurikulum 2013 dirancang untuk menyongsong model pembelajaran abad

(30)

mencari tahu dari berbagai sumber belajar melampaui batas pendidik dan satuan

pendidikan. Karenanya peran bahasa menjadi sangat sentral. Karenanya bahasa

harus berada di depan semua mata pelajaran lain ntuk SMA/SMK/MA Kelas X

bahasa Indonesia ditempatkan sebagai wahana untuk mengekspresikan perasaan

dan pemikiran. Untuk itu siswa diharapkan mampu memproduksi dan

menggunakan teks sesuai dengan tujuan dan fungsi sosialnya.

Dalam pembelajaran bahasa yang berbasiskan teks, bahasa Indonesia

diajarkan bukan sekadar sebagai pengetahuan bahasa, melainkan sebagai teks

yang berfungsi untuk menjadi sumber aktualisasi diri penggunanya pada konteks

sosial-budaya akademis. Teks dimaknai sebagai satuan bahasa yang

mengungkapkan makna secara kontekstual.

Dikatakan dalam prawacana buku bahasa Indonesia dalam Kurikulum

2013 tersebut bahwa pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks dilaksanakan

dengan menerapkan prinsip bahwa (1) bahasa hendaknya dipandang sebagai teks,

bukan semata-mata kumpulan kata-kata atau kaidah-kaidah kebahasaan, (2)

penggunaan bahasa merupakan proses pemilihan bentuk-bentuk kebahasaan untuk

mengungkapkan makna, (3) bahasa bersifat fungsional, yaitu penggunaan bahasa

yang tidak pernah dapat dilepaskan dari konteks karena dalam bentuk bahasa yang

digunakan itu tercermin ide, sikap, nilai, dan ideologi penggunanya, dan (4)

bahasa merupakan sarana pembentukan kemampuan berpikir manusia.

Kurikulum 2013 dirancang untuk memperkuat kompetensi siswa dari sisi

(31)

yang saling mendukung pencapaian kompetensi tersebut. Bila pada jenjang

SD/MI, semua mata pelajaran digabung menjadi satu dan disajikan dalam bentuk

tema-tema, maka pada jenjang SMP/MTs pembelajaran sudah mulai dipisah-pisah

menjadi mata pelajaran.

Jika kurikulum diperbaharui, maka buku teks pelajaran yang digunakan

siswapun harus menyesuaikan kurikulum yang berlaku. Sehingga tidak

menimbulkan ketimpangan pada seseorang yang menggunakan buku ajar.

Kurikulum 2013 sifatnya masih uji coba sehingga belum semua sekolah

menggunakannya. Salah satu perbedaan antara kurikulum 2013 dengan kurikulum

sebelumnya adalah adanya buku siswa dan buku guru yang sudah disediakan oleh

pemerintah pusat sebagai buku wajib sumber belajar di sekolah.

Buku siswa yang disediakan oleh pemerintah dalam kurikulum 2013 ini

menjabarkan usaha minimal yang harus dilakukan peserta didik untuk mencapai

kompetensi yang diharapkan. Sedangkan dalam proses belajar, peserta didik

dipacu untuk mencari dari sumber belajar lain yang tersedia dan terbentang luas di

sekitarnya. Oleh karena itu peran guru menjadi sangat penting dalam

meningkatkan dan menyesuaikan daya serap peserta didik dengan ketersedian

kegiatan pada buku tersebut. Guru diharapkan dapat memperkayanya dengan

kreasi dalam bentuk kegiatan-kegiatan lain yang sesuai dan relevan yang

(32)

Hadirnya kurikulum 2013 saat ini telah membawa pencerahan terhadap

wajah pendidikan di Indonesia umumnya dan penggunaan bahasa Indonesia

khususnya sebagai bahasa pengantar pendidikan yang sekaligus berfungsi sebagai

pembawa wahana ilmu pengetahuan ke bidang ilmu pengetahuan lainnya.

Kurikulum 2013 yang berdasarkan pendekatan saintifik yaitu mengamati,

menanya, menalar, menyaji, dan mencipta telah diturunkan melalui metode

pembelajaran bahasa Indonesia yang berbasis teks. Seperti yang disampaikan

dalam kata pengantar buku bahasa Indonesia kelas X kurikulum 2013 yang

diterbitkan oleh Kemendikbud tahun 2013, dikatakan bahwa pembelajaran bahasa

Indonesia dilaksanakan dengan menerapkan empat prinsip yaitu:

1. bahasa hendaknya dipandang sebagai teks, bukan semata kumpulan kata-kata

atau kaidah kebahasaan

2. penggunaan bahasa merupakan proses pemilihan bentuk-bentuk kebahasaan

yang mengungkapkan makna

3. bahasa bersifat fungsional, yaitu penggunaan bahasa yang tidak pernah dapat

dilepaskan dari konteks karena dalam bentuk bahasa yang digunakan itu

tercermin ide, sikap, nilai, dan ideologi penggunaannya

4. bahasa juga merupakan sarana kemampuan berpikir manusia.

Dari prinsip-prinsip di atas, metode pembelajaran diterapkan melalui

beberapa tahapan yaitu membangun konteks, membangun teks secara bersama

antara guru dan siswa, membangun teks mandiri, dan pada akhirnya dapat

menyusun teks secara terampil. Dengan teks tersebut diharapkan siswa mampu

(33)

Agar kurikulum 2013 lebih terintegrasi, standar kompetensi lulusan (SKL) untuk

tiap-tiap jenjang pendidikan dan tiap mata pelajaran tetap terbagi dalam tiga aspek

yaitu aspek pengetahuan, aspek sikap, dan aspek keterampilan.

Dalam buku teks pelajaran, seluruh cakupan materi disusun sesuai dengan

kompetensi inti dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan oleh pemerintah

sehingga guru dan siswa menggunakan buku teks pelajaran sebagai acuan utama

ketika proses belajar mengajar. Hal tersebut tercantum dalam Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013 tentang perubahan atas

Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan

yang mendefinisikan bahwa buku teks pelajaran adalah sumber pembelajaran

utama untuk mencapai kompetensi dasar dan kompetensi inti.

Sebelum menggunakan di kelas, tentunya guru diharapkan sudah membaca

dan mencermati dengan melakukan analisis buku terlebih dahulu. Hal ini

dimaksudkan agar jika terdapat ketidaksesuaian atau ketidaktepatan yang ada

dalam buku tersebut, dapat dilakukan langkah-langkah tindak lanjut untuk

mengatasinya lebih awal. Kurikulum 2013 dirancang untuk memperkuat

kompetensi siswa dari sisi pengetahuan, keterampilan, dan sikap secara utuh.

Proses pencapaiannya melalui pembelajaran sejumlah mata pelajaran yang

dirangkai sebagai suatu kesatuan yang saling mendukung pencapaian kompetensi

tersebut. Bila pada jenjang SD/MI, semua mata pelajaran digabung menjadi satu

dan disajikan dalam bentuk tema-tema, maka pada jenjang SMP/MTs dan SMA

(34)

f. Aspek-Aspek Isi Materi Buku Teks

Pusat Perbukuan Depdiknas (2005: 11) menyebutkan beberapa aspek

kesesuaian isi materi, dengan sub aspek beserta indikator masing-masing yang

harus diperhatikan. Dari aspek pada materi, diantaranya adalah 1. kelengkapan

materi, 2. Keruntutan, 3. koneksi (keterkaitan), 4. menggunakan gambar, tabel,

cerita, grafik, atau ilustrasi.

a. Kelengkapan Materi

Kelengkapan materi terkait dengan penjelasan awal suatu materi yang

perlu diawali dengan penjelasan tentang konsep, definisi, serta memuat prosedur

serta dilengkapi dengan soal-soal yang menunjang pemahaman peserta didik

tentang konsep yang dibahas. Konsep tersebut diharapkan akan membangun

pemahaman peserta didik tentang materi yang ada.

Dalam kurikulum 2013, kelengkapan materi harus memuat

kegiatan-kegiatan yang mengacu pada standar inti (KI) dan standar kompetensi (KD).

Selain itu, materi-materi tersebut juga mengandung kegiatan untuk menunjang

tujuan pembelajaran, dilihat dari aspek kognitif, psikomotor, dan sikap. Materi

juga harus memuat pembelajaran scientific, seperti mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengomunikasikan.

b. Keruntutan Materi

Materi disajikan secara runtut mengandung maksud bahwa materi dalam

teks disusun mulai dari kompleksitas sederhana ke yang lebih rumit. Dalam

(35)

pembelajaran bahasa Indonesia kegiatan-kegiatan dilakukan dengan melalui

kaidah ilmiah atau pembelajaran saintifik sehingga urutan-urutan kegiatan dimulai

dari kegiatan mengamati sampai mengkomunikasikan pada orang lain.

c. Koneksi (Keterkaitan)

Koneksi (keterkaitan) digunakan untuk menjalin materi bahasa Indonesia

yang tersuntusun secara struktural dan membantu peserta didik mengingat,

mengorganisasikan, menelusuri, dan mereorganisasi untuk memuat jaringan

pengetahuan dan konsep yang tersimpan dalam memorinya. Melalui koneksi

membuat peserta didik menjadi luas pandanganya terhadap suatu materi. Materi

bahasa Indonesia juga melibatkan materi ilmu lain maupun ilmu yang digunakan

untuk kehidupan sehari-hari.

d. Menggunakan Gambar, Tabel, Skema, atau Ilustrasi

Dengan menggunakan gambar, tabel, skema, dan ilustrasi dapat lebih

membantu memahami konsep yang disajikan. Melalui gambar, suatu materi dapat

lebih membantu mengenai suatu konsep yang disajikan. Melalui gambar, suatu

materi lebih mudah dipahami dibandingkan uraian dan penjelasan yang

panjang-panjang. Melalui gambar pula peserta didik akan lebih mudah mengingat.

Tabel 1. Indikator pada Aspek Kesesuain Materi

No Aspek Indikator

1 Kelengkapan materi a. Materi mengandung unsur kompetensi Inti (KI)

dan Kompetensi Dasar (KD)

b.Materi memuat aspek ranah kognitif,

(36)

c. Materi memuat pembelajaran scientific

2 Keruntutan materi Materi disajikan secara runtut (tahap demi tahap)

3 Materi memunculkan

aspek keterkaitan

(connection)

a.Materi memuat hubungan antarkonsep bahasa

Indonesia dengan ilmu lain

b.Materi memuat hubungan antarkonsep yang

dibicarakan dengan pengalaman sehari-hari

4 Penyajian konsep dileng-

kapi dengan gambar, tabel,

skema, atau illustrasi

a.Penyampaian memanfaatkan cerita atau ilustrasi,

gambar, tabel, skema, atau grafik

b.Penyampaian menjelaskan keterkaitan antara

konsep dengan cerita atau illustrasi, gambar,

tabel, skema, atau grafik

4. Bahasa

Pada aspek bahasa, Pusat Perbukuan Depdiknas (2005:20) menjelaskan

tiga subaspek dengan indikator masing-masing. Tiga subaspek tersebut sebagai

berikut.

1. Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

2. Struktur kalimat sesuai dengan tingkat penguasaan bahasa dan tingkat

perkembangan kognitif anak.

3. Penggunaan ejaan yang standar.

a. Penggunaan Bahasa yang Baik dan Benar

Struktur kalimat yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia

yang baik dan benar, dalam arti kalimatnya dapat dipahami oleh peserta didik,

(37)

dan tidak menurut kaidah bahasa yang benar dapat menyebabkan peserta didik

menjadi bingung, karena mereka tidak paham atau tidak mengerti. Selain itu,

susunan yang tidak baik akan membuat materi tidak menarik bagi peserta didik.

b. Struktur Kalimat Sesuai dengan Tingkat Penguasaan Bahasa dan Tingkat Perkembangan Kognitif Peserta Didik.

Kalimat yang digunakan tidak bertele-tele, langsung, dan tidak terlalu

banyak anak kalimat. Kalimat yang bertele-tele akan membuat peserta didik

bingung untuk dapat memahami inti dari apa yang disajikan.

c. Penggunaan Ejaan yang Standar (sesuai dengan EYD)

Bahasa Indonesia menggunakan ejaan yang standar yaitu EYD. Hal ini

amat diperlukan mengingat bahwa hal yang sama pun dituntut dalam setiap

kegiatan berbahasa, membaca, dan menulis seperti kosa kata, symbol-simbol, dan

istilah yang menunjang pemahaman materi. Kosa kata dan istilah hendaknya

digunakan secara tepat dan konsisten. Pengggunaan kosa kata yang tidak tepat,

akan memberi pemahaman yang keliru pada peserta didik. Apabila konsep yang

peserta didik pelajari atau pengetahuan yang peserta didik bentuk itu berdasarkan

pemahaman yang keliru, mengakibatkan peserta didik akan melakukan

kesalahan-kesalahan yang sitematis.

Tabel 2. Indikator Sub Aspek Pada Aspek Bahasa

No Aspek Indikator

1 Penggunaan bahasa

Indonesia yang baik dan

benar

a. Kata yang digunakan sesuai dengan kaidah Bahasa

Indonesia

(38)

Bahasa Indonesia

c. Paragraf menggunakan kaidah keruntutan dan

keterpaduan

2 Struktur kalimat sesuai

dengan tingkat pengua-

saan bahasa peserta

didik

Kalimat yang digunakan lugas dan langsung

3 Kalimat dalam bab

menggunakan ejaan

yang baku.

a. Kalimat yang digunakan memakai ejaan (tanda

baca, penggunaan huruf kapital, pemenggalan

kata) yang sesuai EYD.

b. Lambang bilangan dan huruf ditulis mengikuti

kaidah yang berlaku

5. Keterbacaan Buku Teks a. Pengertian Keterbacaan

Keterbacaan merupakan alih bahasa dari kata “readability”. Readability merupakan kata turunan yang dibentuk oleh bentuk dasar “readable” yangartinya “dapat dibaca” atau “terbaca”. Menurut KBBI (2010:83) kata “terbaca” memiliki

arti: (a) telah dibaca; (b) dapat dibaca; (c) dapat diramalkan atau diketahui

(tentang sesuatu yang tersirat di balik yang tersurat). Keterbacaan memiliki arti

perihal dapat dibacanya tekssecara cepat, mudah dipahami dan diingat.

Sementara itu Kridalaksana dalam Sulastri (2010:22) memaknai kata

keterbacaan dengan taraf dapat tidaknya suatu karya tulis dibaca oleh orang yang

(39)

keterbacaan di atas dapatlah ditegaskan bahwa keterbacaan merupakan hal tentang

bisa atau tidaknya suatu teks tertulis dibaca dan dipahami oleh seorang pembaca.

Keterbacaan mempersoalkan tingkat kesulitan atau kemudahan suatu

bahan bacaan tertentu bagi pembaca tertentu pula. Keterbacaan merupakan ukuran

tentang sesuai tidaknya suatu bacaan bagi pembaca tertentu dilihat dari tingkat

kesulitan atau kemudahan wacananya. Dengan kata lain, suatu teks yang memiliki

tingkat keterbacaan tinggi maka teks tersebut akan mudah dibaca dan dipahami

apa isinya. Demikian juga dengan buku teks, semakin tinggi tingkat keterbacaan

buku teks maka mudah pula untuk dibaca, dipahami, dan menangkap

informasi-informasi yang disajikan di dalamnya.

b. Pengukuran Keterbacaan Teks

Untuk mengukur tingkat keterbacaan, Suherli (2008:3) mengemukakan

ada lima cara yaitu penilaian subjektif, tanya jawab, formula keterbacaan, grafik

dan charta, serta teknik cloze. Selanjutnya ahli lain yaitu Singer dan Donlan dalam

Suherli (2008: 3) berpendapat bahwa pada dasarnya tingkat keterbacaan itu dapat

ditentukan melalui dua cara yaitu melalui rumus atau formula keterbacaan dan

melalui respons pembaca.

Formula keterbacaan pada dasarnya adalah instrumen untuk memprediksi

kesulitan dalam memahami bacaan. Formula yang biasa digunakan untuk mengu-

kur keterbacaan antara lain Grafik Raygor, Grafik Fry, dan Formula Indeks Fog.

Harjasujana dalam Nurhidayah (2013:37) menegaskan adanya faktor yang berpe-

ngaruh terhadap keterbacaan yaitu panjang pendek kalimat dan tingkat kesulitan

(40)

teks, maka makin sulit teks tersebut untuk dipahami. Sebaliknya, makin pendek

kata dan kalimat yang digunakan dalam sebuah teks, maka makin mudah pula teks

tersebut dipahami. Semakin sulit sebuah teks dipahami maka teks tersebut

tergolong mempunyai tingkat keterbacaan rendah, sedangkan jika sebuah teks

mudah dipahami maka teks tersebut mempunyai tingkat keterbacaan tinggi.

d. Keterbacaan dan Formula Indeks Fog

Keterbacaan buku teks sebaiknya dianalisis oleh seorang guru berkaitan

dengan cocok tidaknya suatu buku digunakan dalam proses pembelajaran. Untuk

mengetahui tingkat keterbacaan dalam buku teks adalah dengan menggunakan

Formula Indeks Fog. Skor keterbacaan dalam formula ini didapat dari jumlah kata

yang dianggap sulit, jumlah kata dalam kalimat, dan panjang kalimat pada sampel

bacaan yang diambil secara acak. Rumus dalam Formula Indeks Fog sebagai

berikut.

IF = 0,4 ( 𝐴𝐴

𝐾𝐾 + 100𝑆𝑆

𝐴𝐴 )

IF = Indeks Fog

K = Jumlah Kalimat

A = Jumlah Kata

S = Jumlah Kata yang sulit

Selanjutnya, terkait dengan hasil pengukurannya, Gunning dalam Sitepu

(2012:21) mengelompokkan kategori kalimat menjadi empat. Jika keterbacaan di

bawah nilai 8, kalimat tersebut dianggap mudah dipahami atau mempunyai

tingkat keterbacaan sangat tinggi. Jika indeks keterbacaan antara 8 dan 9, kalimat

(41)

indeks keterbacaan antara 10-11, kalimat tersebut masih dikategorikan dapat

dipahami (tingkat keterbacaan sedang). Jika indeks keterbacaan di atas 11, kalimat

dianggap sulit dipahami (tingkat keterbacaan rendah).

B. Penelitian Yang Relevan

Beberapa penelitian relevan terdahulu yang menjadi bahan pertimbangan

dalam penulisan tesis ini antara lain penelitian yang dilakukan oleh Uki Hares

Yulianti tahun 2007 dari UNNES Semarang yang berjudul “Analisis

Perbandingan Kualitas Buku Teks BSE Bahasa Indonesia untuk SMP Kelas VII

Karya Ratna Susanti, Atikah Anindyarini-Sriningsih, dan Maryati-Sutopo Ditinjau

dari Aspek Isi, Penyajian, dan Bahasa.” Hasil penelitian menunjukkan bahwa

ketiga buku tersebut termasuk buku yang sudah layak digunakan sebagai pedoman

bagi guru dengan rata-rata penilaian mencapai 90 %.

Penelitian berikutnya dilakukan oleh Amrih Prayoga tahun 2011 dari UIN

Kalijaga dengan judul “ Analisis Kelayakan Isi Buku Teks Pelajaran Fisika SMA

Kelas X”. Buku yang dianalisis adalah karya Marthen Kanginan dan Mikrajuddin

dari Erlangga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua buku tersebut rata-rata

memunyai skor penilaian sebesar 89,29%, sehingga masuk kategori sangat layak

untuk digunakan dalam pembelajaran.

Penelitian yang lain juga dilakukan oleh Halida Eka Nurmutia dari

UNNES tentang “Analisis Materi, Penyajian, dan Bahasa Buku Teks Matematika

SMA Kelas X di Kabupaten Rembang tahun 2013”. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa rata-rata skor penilaian mencapai 85,66%, sehingga buku karya Sartono

(42)

penyajian, dan bahasa menurut BSNP dan memuat materi pokok yang memenuhi

ketiga standar aspek tersebut.

Terakhir dari yang peneliti temukan, Sokhibah tahun 2014 dari UMP

Purwokerto melakukan penelitian yang berkaitan dengan “Tingkat Keterbacaan

dan Keterpahaman Buku Teks Bahasa Indonesia” di beberapa SMP dan SMA di

Banyumas . Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua buku pada jenjang yang

berbeda itu memunyai tingkat keterbacaan dan keterpahaman yang tinggi

sehingga layak digunakan dalam pembelajaran.

Dari keempat penelitian tersebut, penulis memberanikan diri mengkaji

buku teks Bahasa Indonesia kelas X SMA kurikulum 2013 sebagai buku wajib

dari pemerintah yang digunakan di sekolah-sekolah tingkat SMA. Dasar

pertimbangan yang penulis ambil untuk mengkaji buku tersebut terhadap isi,

bahasa, dan keterbacaan adalah karena berbeda dengan penelitian-penelitian

terdahulu yang masih menggunakan objek berupa buku teks kurikulum KTSP.

Selain itu penulis menambah aspek keterbacaan untuk melengkapi aspek penilaian

dari BSNP yang penulis ambil pada aspek isi dan bahasa.

C. Kerangka Pikir

Buku teks memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran yaitu

sebagai sumber materi pembelajaran yang memudahkan siswa untuk memahami

dan mengulang kembali materi sesuai dengan tingkat pemahaman siswa. Kualitas

buku teks dapat ditinjau dari beberapa aspek yang meliputi isi, bahasa, dan

(43)

berkualitas, diharapkan seorang guru mampu memilih dan menggunakan buku

teks yang sesuai dengan konteks pembelajaran yang dihadapi.

Selanjutnya kerangka pikir dapat digambarkan dalam bagan berikut ini.

Gambar 2. Bagan Kerangka Pikir

Kajian buku teks

Mengetahui kelayakan

Keterbacaan Kajian kebahasaan

Kajian isi

Buku teks layak / tidak layak

Gambar

Tabel 1. Indikator pada Aspek Kesesuain Materi
Tabel 2. Indikator Sub Aspek Pada Aspek  Bahasa
Gambar 2. Bagan Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

Utama nya tentang hubungan antara kelembagaan dengan dinamika beberapa indikator pendapatan berdasarkan persepsi petani pengurus P3A (Kelompok Petani Pemakai Air) di

Penulis mempersembahkan tugas akhir dengan judul “ Kemampuan Fraksi Terlarut dan Tidak Terlarut Buah Apel Fuji dan Rome Beauty dalam Pengikatan Kadmium Secara In.. Vitro

Definisi osmosis sendiri itu adalah gerakan bersih molekul pelarut melewati membrane semipermeable dari pelarut murni atau dari larutan encer ke larutan yang lebih

Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa dan disetujui isi serta susunannya, sehingga dapat diajukan dalam ujian sidang Karya Tulis Ilmiah pada Program Studi D3 Analis

Dari gambar struktur mikro pada daerah dekat dengan patahan diketahui adanya perbedaan dengan struktur mikro pada daerah yang jauh dari patahan. Pada struktur mikro

Penerimaan adalah kegiatan yang meliputi pemeriksaan / penelitian pencatatan dan pelaporan tentang macam, kualitas dan kuantitas bahan makanan yang diterima sesuai dengan

Namun dengan menerapkan suatu perhitungan terhadap kondisi yang terjadi maka pengaruh kopling elegtromagnetik ini dapat diketahui secara jelas, dan dapat

Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik