• Tidak ada hasil yang ditemukan

RINTISAN 2010/2011 TAHUN SKRIPSI. Oleh: K SURAKARTA commit to user

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RINTISAN 2010/2011 TAHUN SKRIPSI. Oleh: K SURAKARTA commit to user"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKS SE SANAAN PE KOLAH BE KARANGA FAKULT EMBELAJA ERTARAF ANYAR KE PADA POK TAHUN J TAS KEGU UNIVERS ARAN KIM INTERNA ELAS XI IP KOK BAHA N AJARAN SKRIPS Oleh: JOKO SUS K330703 URUAN DA SITAS SEBE SURAKAR 2012 MIA PADA ASIONAL D PA 3 SEME ASAN KOL N 2010/2011 SI SILO 32 N ILMU PE ELAS MAR RTA PROGRAM DI SMA NEG ESTER GEN LOID ENDIDIKA RET M RINTISA GERI 1 NAP AN AN

(2)

commit to user

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KIMIA PADA PROGRAM RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL DI SMA NEGERI 1

KARANGANYAR KELAS XI IPA 3 SEMESTER GENAP PADA POKOK BAHASAN KOLOID

TAHUN AJARAN 2010/2011

Oleh: JOKO SUSILO

K3307032

Skripsi

Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan

Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

(3)

commit to user

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Persetujuan Pembimbing Pembimbing I Dr. M. Masykuri, M.Si. NIP. 19681124 199403 1 001 Pembimbing II Lina Mahardiani, S.T., M.M., M.Sc. NIP. 19800310 200501 2 003

(4)

commit to user

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan

Pada hari : Senin Tanggal : 30 Juli 2012

Tim Penguji Skripsi

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. Haryono, M.Pd ...

NIP. 19520423 197603 1 001

Sekretaris : Endang Susilowati, S.Si.,M.Si ... NIP. 19700117 200003 2 001

Anggota I : Dr. M. Masykuri, M.Si ...

NIP. 19681124 199403 1 001

Anggota II : Lina Mahardiani, S.T., M.M., M.Sc ... NIP. 19800310 200501 2 003

Disahkan Oleh :

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

a.n. Dekan

Pembantu Dekan I,

Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si NIP. 19660415 199103 1 002

(5)

commit to user

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Joko Susilo

NIM : K3307032

Jurusan/Program Studi : PMIPA/Pendidikan Kimia

menyatakan bahwa sesungguhnya skripsi yang berjudul “Pelaksanaan Pembelajaran Kimia pada Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional di SMA Negeri 1 Karanganyar Kelas XI IPA 3 Semester Genap pada Pokok Bahasan Koloid Tahun Ajaran 2010/2011” adalah benar-benar karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebut dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

Apabila pada kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.

Surakarta, Juli 2012

(6)

commit to user

ABSTRAK

Joko Susilo. PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KIMIA PADA PROGRAM RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL DI SMA NEGERI 1 KARANGANYAR KELAS XI IPA 3 SEMESTER II PADA POKOK BAHASAN KOLOID TAHUN AJARAN 2010/2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret, Juli. 2012.

Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) mengetahui pelaksanaan pembelajaran kimia pada program RSBI di SMA Negeri 1 Karanganyar, (2) mengetahui hambatan yang dihadapi serta usaha guru untuk mengatasi hambatan dalam pembelajaran kimia pada program RSBI di SMA Negeri 1 Karanganyar dan (3) mengetahui tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran kimia pada program RSBI di SMA Negeri I Karanganyar.

Penelitian ini menggunakan model penelitian Context, Input, Product and

Process (CIPP). Sampel dari penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 3, Guru Kimia kelas XI IPA dan Penanggung Jawab Program RSBI di SMA Negeri I Karanganyar.

Teknik pengambilan sampling menggunakan purposive sampling. Teknik pengumpulan

data menggunakan metode observasi, wawancara, angket dan dokumentasi. Validasi data menggunakan triangulasi data yaitu mengumpulkan data sejenis dari berbagai sumber data yang berbeda. Teknik analisis data dibedakan menjadi 2 yaitu analisis data untuk menghasilkan kesimpulan dari data empiris dan analisis data untuk rekomendasi.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) Pelaksanaan pembelajaran kimia pada program RSBI di SMA Negeri 1 Karanganyar meliputi 3 aspek, yaitu perencanaan, proses dan penilaian hasil belajar. Dalam perencanaan guru telah membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dengan cukup baik dan memiliki persiapan mengajar yang baik. Dalam proses pembelajaran, penggunaan metode dan gaya mengajar, penggunaan media dan sumber belajar sudah cukup baik. Namun untuk penggunaan Bahasa Inggris di dalam kelas guru belum melakukannya dengan baik. Penilaian hasil belajar yang diakukan oleh guru sudah cukup baik. (2) Kendala yang dihadapi adalah kesulitan dalam pemilihan metode pembelajaran yang sesuai karakteristik siswa, belum mahirnya guru dalam menggunakan media pembelajaran, belum termanfaatkannya fasilitas laboratorium, dan kesulitan mengevaluasi aspek afektif dan psikomotor serta guru dan siswa kesulitan menggunakan bahasa Inggris untuk komunikasi dalam proses pembelajaran. Sedangkan usaha yang dilakukan guru untuk meningkatkan keaktifan siswa adalah menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan melibatkan siswa dalam menjawab pertanyaan. Usaha yang bisa dilakukan guru untuk meningkatkan proses pembelajaran adalah menggunakan metode pembelajaran yang lebih variatif dan disesuaikan dengan karakteristik siswa, menggunakan bilingual dalam proses pembelajaran, penggunaan media dan sumber belajar yang ada disekolah lebih optimal dan memberikan tugas yang lebih kepada siswa (3) Dari 34 siswa di kelas XI IPA 3 sebanyak 58,82% siswa tuntas dalam pembelajaran kimia koloid.

(7)

commit to user

ABSTRACT

Joko Susilo. IMPLEMENTATION OF CHEMISTRY LEARNING IN RSBI PROGRAM AT CLASS XI IPA 3 OF SMA NEGERI 1 KARANGANYAR IN ACADEMIC YEAR 2010/2011 ON COLLOIDS MATERIAL. Minor Thesis. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University, July. 2012.

The aims of this research are to (1) know implementation of chemistry learning on RSBI Program in SMA Negeri 1 Karanganyar, (2) determine the constraints faced in implementation of chemistry learning and know the efforts undertaken by chemistry teacher in developing methods for learning and (3) know the level of achievement of chemistry learning in RSBI program of SMA Negeri 1 Karanganyar.

This research used Context, Input, Product, Process (CIPP) model and used mixed approach method between qualitative approach and quantitative approach. The samples of this research are Class XI IPA 3, chemistry teacher and vice headmaster for RSBI program of SMA Negeri 1 Karanganyar. Determination of sample was done by purposive sampling. Data collection techniques used observations, interviews, questionnaires and documentations. Data validation used triangulation of data which was collected by similar data from many different data sources. The data analysis technique was divided by 2, data analysis to generate empirical data and data analysis to conclude for recommendation.

From the research we could conclude that (1) implementation of chemistry learning on RSBI program in SMA Negeri 1 Karanganyar consists of three aspects, they are planning, learning process and evaluating. In the planning, the chemistry teacher have made annual program, semester program, syllabus and lesson plan. In the learning process, the chemistry teacher did not use various methods and did not use learning media yet. Learning evaluation only focus on the cognitive test and remedial test, (2) the constraints on learning process are the difficulty of chemistry teacher to determine proper learning method which suits with student characteristics, the teacher was not fully-skilled using learning media, the teacher and the student were difficult to use english in communication, the usage of laboratory facilities was none and the difficulty of chemistry teacher to evaluate affective and psychomotor aspect. The effort had been done by chemistry teacher are maximize using of varied learning method especially conventional plus method to address diversity of student’s characteristic, create learning atmosphere more enjoyable and (3) among 34 students in the class of XI IPA 3, about 58,82% students were passed the minimal criteria for the accomplishment.

(8)

commit to user

MOTTO

’’Dalam hidup ini yang penting adalah untuk menjadi sukses, tetapi kesuksesan abadi adalah apabila hidup kita dapat berguna dan berarti bagi

orang lain yang membutuhkannya’’ (Albert Einstein)

“Jenius adalah 1% Inspirasi dan 99% Keringat. Tidak ada yang dapat menggantikan kerja keras“

(9)

commit to user

PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan untuk:

Bapak dan Ibu tercinta

Dosen Pembimbing

Teman-teman Boimers (Amel, Otit, Eka, Hanif sama

mbak Dyah)

Teman-teman kimia angkatan 2007 (Generasi 007)

Almamater

(10)

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul ’’Pelaksanaan Pembelajaran Kimia pada Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional di SMA Negeri 1 Karanganyar Kelas XI IPA 3 Semester Genap pada Pokok Bahasa Koloid Tahun Ajaran 2010/2011“. Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan dalam rangka menyelesaikan studi tingkat sarjana (S1) di Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penelitian skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan – kesulitan yang timbul dapat teratasi. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Rasa terima kasih ini penulis haturkan setulusnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si., selaku Pembantu Dekan I Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS yang telah memberikan ijin menyusun skripsi ini.

2. Drs. Sukarmin, Ph.D., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA FKIP UNS yang

telah memberikan ijin menyusun skripsi ini.

3. Ibu Dra. Bakti Mulyani, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia FKIP

UNS yang telah memberikan ijin menyusun skripsi ini.

4. Bapak Dr. Mohammad Masykuri, M.Si., selaku pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan, dukungan, kepercayaan, kemudahan dan berbagai masukan yang sangat membantu dalam penulisan skripsi ini.

5. Ibu Lina Mahardiani, S.T., M.M., M.Sc., selaku pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan, dukungan, kepercayaan, kemudahan dan berbagai masukan yang sangat membantu dalam penulisan skripsi ini.

6. Bapak Drs. JS. Sukardjo, M.Si., selaku Pembimbing Akademik atas waktu

(11)

commit to user

7. Bapak Drs. Sobirin M.Pd., selaku kepala sekolah SMA Negeri 1 Karanganyar yang

telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.

8. Ibu Dra. Sri Widayati, M.M., selaku guru bidang Studi Kimia SMA Negeri 1

Karanganyar yang telah memberikan kesempatan, kepercayaan, bimbingan selama melakukan penelitian.

9. Para siswa SMA Negeri I Karanganyar terutama kelas XI IPA 3 atas kerja sama

kalian.

10.Teman – teman Program Studi Pendidikan Kimia angkatan 2007 yang tidak

mungkin disebutkan satu persatu.

Demikian skripsi ini disusun dan penulis sadar masih banyak kekurangan didalamnya. Demi sempurnanya suatu pembelajaran, maka segala keterbatasan dan kekurangan tersebut perlu senantiasa diperbaiki, oleh karenanya saran, ide, dan kritik yang membangun dari semua pihak tetap penulis harapkan.

Semoga karya ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan memberikan sedikit kontribusi serta masukan bagi dunia pendidikan guna mencapai tujuan pendidikan yang optimal.

Surakarta, Juli 2012

(12)

commit to user

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGAJUAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN ... v

HALAMAN ABSTRAK ... vi

HALAMAN MOTTO ... viii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II. LANDASAN TEORI ... 7

A. Tinjauan Pustaka ... 7

1. Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional ... 7

2. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ... 14

3. Pembelajaran Kimia ... 20

4. Penelitian Evaluatif ... 26

5. Evaluasi Model CIPP ... 29

6. Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Karanganyar ... 31

(13)

commit to user

Halaman

B. Kerangka Berpikir ... 48

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 52

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 52

B. Rancangan Penelitian ... 52

1. Model Penelitian ... 52

2. Tahapan Penelitian ... 53

C. Sumber Data ... 53

D. Teknik Sampling ... 54

E. Teknik Pengumpulan Data ... 54

F. Instrumen Pengumpulan Data ... 55

G. Validitas Data ... 56

H. Teknik Analisa Data ... 57

BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 58

A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 58

1. Kondisi Awal ... 58

2. Hasil Wawancara ... 60

3. Hasil Observasi ... 63

4. Hasil Angket ... 65

5. Hasil Dokumentasi Tentang Perangkat Pembelajaran 66 B. Pembahasan ... 66

1. Kondisi Awal ... 66

2. Pelaksanaan Pembelajaran Kimia pada Program RSBI 67 3. Kendala Pelaksanaan Pembelajaran Kimia Pada Program RSBI ... 72

4. Usaha Dalam Mengembangkan Pembelajaran Kimia Pada Program RSBI ... 75

C. Analisis Rekomendasi ... 76

1. Rekomendasi Untuk Sekolah ... 78

2. Rekomendasi Untuk Guru Kimia ... 79

(14)

commit to user

Halaman

BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 83

A. Kesimpulan ... 83

B. Rekomendasi ... 84

1. Rekomendasi Untuk Sekolah ... 84

2. Rekomendasi Untuk Guru Kimia ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 86

(15)

commit to user

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1 Data Nilai Ulangan Harian Pokok Bahasan Koloid Tahun Ajaran

2009/2010 ... 3

Tabel 2.1 Perbedaan Larutan, Koloid dan Suspensi ... 34

Tabel 2.2 Jenis-Jenis Koloid ... 35

Tabel 2.3 Perbandingan Sifat Koloid Liofil dan Liofob ... 43

Table 4.1 Distribusi Kualitas Siswa SMA Negeri 1 Karanganyar ... 59

Tabel 4.2 Distribusi Minat Siswa SMA Negeri 1 Karanganyar... 59

Tabel 4.3 Persentase Penilaian RPP Guru... 60

Tabel 4.4 Data Hasil Wawancara I ... 60

Tabel 4.5 Data Hasil Wawancara II ... 62

Tabel 4.6 Persentase Aktivitas Guru ... 64

Tabel 4.7 Persentase Aktivitas Siswa... 64

Tabel 4.8 Persentase Tentang Proses Pembelajaran Kimia di SMA Negeri 1 Karanganyar ... 65

Tabel 4.9 Matriks CIPP Model Proses Pembelajaran Kimia pada Program RSBI di SMA Negeri 1 Karanganyar ... 80

(16)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2. 1 Pengkatagorian Sekolah di Indonesia ... 9

Gambar 2. 2 Buih Padat dari Bahan Stirofoam digunakan untuk tempat Minum Sekali Pakai ... 35

Gambar 2.3 Efek Tyndall ... 37

Gambar 2.4 Sel Elektroforesis Sederhana ... 38

Gambar 2.5 Adsorpsi ion-ion ... 39

Gambar 2.6 Antar Partikel koloid terdapat gaya tolak menolak listrik Karena Bermuatan Sejenis ... 40

Gambar 2.7 Koagulasi Koloid ... 40

Gambar 2.8 Pengendap Cottrel ... 41

Gambar 2.9 Dialisis ... 42

Gambar 2.10 Diagram Suatu Dialisis Darah ... 42

Gambar 2.11 Contoh Koloid Hidrofob dan Hidrofil ... 43

Gambar 2.12 Dua Cara Pembuatan Koloid, Koloid Dispersi, Kondesasi ... 44

Gambar 2.13 Pembuatan Sol Logam dengan Busur Bredig ... 45

Gambar 2.15 Larutan Sabun merupakan Koloid Asosiasi ... 47

Gambar 2.16 Skema Cara Kerja Detergen ... 48

(17)

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Pedoman Observasi guru Mengajajar, Observasi Siswa,

Observasi Sarana dan Prasarana... 89

Lampiran 2. Pedoman Wawancara Guru Kimia dan Penanggungjawab RSBI ... 99

Lampiran 3. Silabus, Program Tahunan, Program Semester, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 103

Lampiran 4. Angket Minat Siswa dan Angket Proses Pembelajaran ... 120

Lampiran 5. Analisis Kondisi Awal Siswa ... 130

Lampiran 6. Analisis Angket Minat Siswa ... 132

Lampiran 7. Analisis Penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 145

Lampiran 8. Hasil Wawancara dengan Guru Kimia ... 146

Lampiran 9. Hasil Wawancara dengan Penanggungjawab RSBI ... 149

Lampiran 10. Analisis Guru Mengajar... 152

Lampiran 11. Analisis Aktivitas Siswa ... 157

Lampiran 12. Analisis Angket Proses Pembelajaran ... 160

Lampiran 13. Soal Ujian Kimia Koloid dan Daftar Nilai Ulangan Harian Kimia Koloid ... 168

Lampiran 14. Penentuan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ... 175

Lampiran 15. Dokumentasi Penelitian ... 177

Lampiran 16. Analisis Sarana dan Prasarana ... 179

Lampiran 17. Surat Pembimbing Skripsi ... 182

Lampiran 18. Surat Permohonan Izin Penyusunan Skripsi ... 183

Lampiran 19. Surat Keputusan Dekan FKIP tentang Izin Penyusunan Skripsi ... 184

Lampiran 20. Surat Permohonan Izin Research/Tryout ... 185

(18)
(19)

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu aspek penting bagi kehidupan suatu bangsa, karena kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas pendidikan dan sumber daya manusia. Dewasa ini perkembangan dunia pendidikan menjadi sangat diperhatikan, terutama untuk menghadapi persaingan global yang semakin tinggi. Sekolah mempunyai peranan tinggi dalam meningkatkan tujuan pendidikan nasional. Pendidikan merupakan proses sistemik untuk meningkatkan martabat manusia yang memungkinkan potensi diri dapat berkembang secara optimal.

Dewasa ini banyak upaya peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan oleh berbagai pihak. Upaya-upaya tersebut dilandasi suatu kesadaran betapa pentingnya peranan pendidikan dalam pengembangan sumber daya manusia

(SDM) dan pengembangan watak bangsa (Nation Character Building) untuk

kemajuan masyarakat dan bangsa. Harkat dan martabat suatu bangsa sangat ditentukan oleh mutu pendidikannya. Mutu pendidikan dapat dilihat dalam dua hal yakni mengacu pada proses dan hasil pendidikan. Proses pendidikan dikatakan bermutu apabila seluruh komponen pendidikan terlibat dalam proses pendidikan itu sendiri (Feiby Ismail, 2008: 1). Keberhasilan suatu pendidikan terkait dengan masalah pencapaian keberhasilan dalam proses belajar mengajar.

Menurut data Education Development Index (EDI) yang diterbitkan

UNESCO pada tahun 2010, Indonesia berada di peringkat 65 dari 128 negara. Skor EDI Indonesia adalah 0,947 yang lebih rendah daripada Brunei Darusalam

yaitu 0,970 (Education for all global monitoring: 2010). Hal ini mendorong para

penanggungjawab dan pelaku pendidikan di Indonesia untuk berupaya mendesain berbagai program dan kebijakan dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan ke arah yang lebih baik.

(20)

commit to user

  Salah satu kebijakan pemerintah pusat dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia adalah penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) [Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 pasal 50 ayat (3) dan Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 pasal 61 ayat (1)]. Kebijakan SBI diharapkan dapat menjadi faktor pendorong bagi Pemerintah Pusat dan Daerah (Propinsi dan Kabupaten) guna meningkatkan kualitas sekolah-sekolah di Indonesia.

Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional atau yang biasa dikenal dengan RSBI adalah Sekolah Standar Nasional (SSN) yang menyiapkan peserta didik berdasarkan Standar Nasional Pendidikan (SNP) Indonesia dan bertaraf Internasional sehingga diharapkan lulusannya memiliki kemampuan daya saing internasional. Jadi adanya program RSBI ini adalah untuk mencapai SBI (Ditjen Dikdasmen, 2008). Adapun Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI)

diwajibkan memuat atau terbangun dari 4 dimensi strategis, yakni English

integrated to subject matter (integrasi bahasa Inggris ke dalam mata pelajaran), adapted curriculum (kurikulum yang diadaptasi), ICT based learning

(Pembelajaran berbasis TIK) dan ICT based management (manajemen berbasis

TIK). Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Karanganyar didirikan dengan rekomendasi Dinas dan K provinsi Jawa Tengah no. 193/DIKMEN/VI/2008 perihal penyelenggara Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI), bertujuan mencetak para lulusan yang memiliki daya saing tinggi dan berwawasan internasional.

Secara lebih khusus dari dimensi English integrated to subject matter

diharapkan guru kimia SMA Negeri 1 Karanganyar telah mampu mengucapkan salam awal pelajaran, instruksi-instruksi singkat, salam penutup, menulis Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dalam bahasa Inggris dan menggunakan sumber

belajar yang juga berbahasa Inggris. Dari dimensi adapted curriculum, guru kimia

SMA Negeri 1 Karanganyar diharapkan telah memiliki dan menerapkan kurikulum yang diadaptasi dari kurikulum sekolah-sekolah yang bertaraf internasional. Persiapan perangkat TIK dan penggunaannnya dalam pembelajaran

(21)

commit to user

  seharusnya sudah dilaksanakan oleh guru kimia (Permendiknas No. 78 Tahun 2009).

Namun demikian, masalah dalam belajar masih banyak ditemukan pada pembelajaran kimia pada program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di SMA Negeri 1 Karanganyar. Masih banyak siswa mengalami kesulitan belajar pada materi pokok koloid. Hal ini dapat dilihat dari nilai ulangan harian siswa pada materi pokok koloid tahun 2009/2010 yang tersaji dalam Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Data Nilai Ulangan Harian Siswa Pokok Bahasan Koloid Tahun Ajaran 2009/2010 Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Kelas Jumlah Siswa Persentase Ketuntasan (%) Tuntas Tidak Tuntas Jumlah 70 (Skala 10 s.d 100) XI. IPA 1 24 18 42 57,14 XI. IPA 2 23 21 44 52,27 XI. IPA 3 20 24 44 45,45 XI. IPA 4 27 15 42 64,29 XI. IPA 5 24 20 44 54,55

Rendahnya persentase ketuntasan ketuntasan belajar ini bisa disebabkan karena sebagian besar pembelajaran kimia yang dilakukan di SMA Negeri 1 Karanganyar masih menggunakan model pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered learning), sehingga siswa cenderung pasif dalam mengikuti pelajaran kimia. Selain itu pembelajaran kimia yang dilakukan oleh guru juga belum sesuai dengan Permendiknas No. 79 tahun 2009 dimana pembelajaran pada program RSBI harus memenuhi empat dimensi yang sudah disebutkan pada paragraf keenam. Dari hasil pengamatan di dalam kelas, guru masih dominan menggunakan bahasa Indonesia dalam proses pembelajaran baik dalam penyampaian, penggunaan media dan penggunaan alat evaluasi.

Beberapa alasan yang melatarbelakangi perlunya penelitian ini dilakukan antara lain: 1) belum ada penelitian terhadap pelaksanaan program RSBI (khususnya pada pembelajaran kimia) yang bersifat evaluative dan kebijakan, 2) pelaksanaan program RSBI perlu dievaluasi secara kualitatif dan kuantitatif, dan 3) hasil evaluasi itu dapat dijadikan sebagai informasi dan dasar bagi pengambilan kebijakan dalam proses pembelajaran kimia selanjutnya.

(22)

commit to user

  Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka dilakukan suatu penelitian yang bersifat deskripsi kualitatif evaluatif terutama evaluasi tentang pelaksanaan pembelajaran kimia pada program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI)

menggunakan model penelitian evaluasi Context, Input, Process, Product (CIPP)

yaitu model evaluasi terhadap suatu program dari sisi konteks, input, proses dan output atau luaran. Oleh karena itu, penelitian ini berjudul "Pelaksanaan Pembelajaran Kimia pada Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional di SMA Negeri 1 Karanganyar Kelas XI IPA Semester II pada Pokok Bahasan Koloid Tahun Ajaran 2010/2011”.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah tersebut di atas, dapat diidentifikasi masalah yang ada sebagai berikut :

1. Pelaksanaan pembelajaran di sekolah masih terbiasa dengan kebiasaan lama

(pembelajaran yang kurang variatif dan menempatkan siswa sebagai objek pembelajaran).

2. Belum dilakukan evaluasi proses tentang pelaksanaan pembelajaran.

3. Pelakasanaan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) belum

diimplementasikan dalam pelaksanaan pembelajaran meliputi perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran dan penilaian hasil belajar.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dilakukan pembatasan terhadap masalah tersebut yaitu sebagai berikut :

1. Evaluasi ini dilakukan terhadap pelaksanaan pembelajaran kimia kelas XI IPA

semester II pada Pokok Bahasan Koloid di SMA Negeri 1 Karanganyar.

2. Sampel dari penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 3 dan guru kimia.

3. Sasaran penelitian ini adalah tentang pelaksanaan pembelajaran ditinjau dari

perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran dan penilaian hasil belajar serta input dan output dari proses pembelajaran.

(23)

commit to user

 

D. Rumusan Masalah

Dengan titik tolak identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas maka perumusan masalah dari penelitian ini adalah :

1. Bagaimana kondisi awal siswa program RSBI di SMA Negeri 1 Karanganyar

kelas XI IPA semester II tahun Ajaran 2010/2011?

2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran kimia pada program RSBI di

SMA Negeri 1 Karanganyar kelas XI IPA semester II pada pokok bahasan koloid tahun ajaran 2010/2011?

3. Hambatan apa yang dihadapi serta usaha yang dilakukan guru untuk

mengatasi hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran kimia pada program RSBI SMA Negeri 1 Karanganyar kelas XI IPA semester II pada pokok bahasan koloid tahun ajaran 2010/2011?

4. Bagaimana Tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran kimia pada program

RSBI SMA Negeri 1 Karanganyar kelas XI IPA semester II pada pokok bahasan koloid tahun ajaran 2010/2011?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Konsidisi awal siswa SMA Negeri 1 Karanganyar kelas XI IPA semester II

tahun Ajaran 2010/2011.

2. Pelaksanaan pembelajaran kimia pada program RSBI di SMA Negeri 1

Karanganyar kelas XI IPA semester II pada pokok bahasan koloid tahun ajaran 2010/2011.

3. Hambatan yang dihadapi serta usaha yang dilakukan guru untuk mengatasi

hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran kimia pada program RSBI di SMA Negeri 1 Karanganyar kelas XI IPA semester II pada pokok bahasan tahun ajaran 2010/2011.

4. Tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran kimia pada program RSBI di SMA

Negeri 1 Karanganyar kelas XI IPA semester II pada pokok bahasan koloid tahun ajaran 2010/2011.

(24)

commit to user

 

F. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diperoleh manfaat praktis yaitu:

1. Bagi orang tua dan masyarakat, sebagai informasi pengetahuan tentang

pelaksanaan program RSBI di sekolah.

2. Bagi guru:

a. Memperoleh pemahaman tentang pelaksanaan dan hasil pembelajaran

yang telah berlangsung/ dilaksanakan guru.

b. Sebagai acuan untuk membuat keputusan tentang pelaksanaan

pembelajaran kimia pada semester-semester berikutnya.

3. Bagi Sekolah dan pelaku pendidikan (stake holder):

a. Sebagai acuan untuk membuat keputusan berkenaan dengan pelaksanaan

dan hasil pembelajaran.

b. Sebagai acuan meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran dalam

rangka meningkatkan kualitas keluaran.

c. Menambah bahan kajian tentang seluk-beluk dan tahapan rencana

(25)

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

a. Pengertian Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

Sekolah adalah tempat anak didik mendapatkan pelajaran yang diberikan oleh guru (Ensiklopedia Indonesia dalam Ivana Universitas Sumatera Utara) . Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sekolah adalah bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat memberi dan menerima pelajaran menurut tingkatnya. Kata “bertaraf” maksutnya bertingkat atau bermutu (Kamus Besar Bahasa Indonesia Online), sedangkan arti “internasional” adalah menyangkut bangsa-bangsa atau negeri-negeri seluruh dunia (Kamus Besar Bahasa Indonesia Online).

Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) adalah Sekolah Standar Nasional (SSN) yang menyiapkan peserta didik berdasarkan Standar Nasional Pendidikan (SNP) Indonesia dan bertaraf Internasional sehingga diharapkan lulusannya memiliki kemampuan daya saing internasional. Jadi adanya program RSBI ini adalah untuk mencapai SBI (Ditjen Dikdasmen, 2008).

Di Indonesia, sekolah bertaraf internasional diawali dengan didirikannya sekolah-sekolah yang disiapkan khusus untuk menampung siswa-siswa asing, yang orangtuanya bekerja sebagai diplomat asing ataupun bekerja di

perusahaan-perusahaan multinasional seperti Jakarta Internasional School (JIS), yang

didirikan tahun 1951. Sejak itu, mulai bermunculan berbagai sekolah bertaraf/berstandar internasional di Indonesia, baik yang didirikan oleh kantor-kantor Kedutaan Besar asing maupun oleh lembaga-lembaga swasta (domestik dan asing) yang bergerak di bidang pendidikan (Riza Sativani, 2011).

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan Nasional mendefinisikan RSBI sebagai satuan pendidikan yang diselenggarakan dengan menggunakan Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan diperkaya dengan standar

(26)

salah satu Negara anggota Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) dan atau negara maju lainnya (X), yang dirumuskan :

SNP + X

Dimana SNP adalah standar nasional pendidikan yang meliputi kompetensi lulusan, isi, proses, sarana dan prasarana, pendidik dan tenaga kependidikan, manajemen, pembiayaan, penilaian sedangkan X adalah nilai plus, yaitu, penguatan, pengayaan, pengembangan, perluasan, bahasa asing, atau ICT pendalaman melalui adaptasi atau adopsi terhadap standar pendidikan, baik dari dalam maupun luar negeri yang telah memiliki reputasi mutu yang diakui secara internasional.

Organisation for Economic Co-operation and Development yang

selanjutnya disingkat OECD adalah organisasi internasional yang tujuannya membantu pemerintahan negara anggotanya untuk menghadapi tantangan globalisasi ekonomi. Sedangkan negara maju lainnya adalah negara yang tidak

termasuk dalam keanggotaan OECD tetapi memiliki keunggulan dalam bidang

pendidikan tertentu (Permendiknas RI no. 78 tahun 2009).

Walapun berbagai peraturan terkait SBI telah diterbitkan, namun belum ada panduan operasional yang jelas untuk mencapai standar tersebut. Dibangunnya faktor ’X’ oleh masing-masing SBI yang ada di Indonesia mengakibatkan sistem dan model yang dianut oleh masing-masing sekolah jadi berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya, yang akhirnya berdampak pada kualitas pendidikan dan lulusan yang tidak seragam.

Sekarang ini di seluruh Indonesia sudah terdapat puluhan bahkan ratusan sekolah bertaraf internasional dengan menggunakan sistem yang berbeda-beda. Kurang lebih ada 3 (tiga) sistem yang paling banyak digunakan oleh

sekolah-sekolah bertaraf internasional yang berada di Indonesia yaitu International

Baccalaureate (IB), Cambridge curriculum, dan Australian Curriculum. Beberapa

sekolah yang menggunakan International Baccalaureate (IB) Curriculum antara

lain Jakarta International School (JIS), Medan International School (MIS), dan

(27)

Berikut merupakan bagan pengkategorian sekolah di Indonesia:

Gambar 2.1. Bagan pengkategorian sekolah di Indonesia Sumber: Ditjen Dikdasmen, 2007

Sekolah potensial, yaitu sekolah yang masih relatif banyak kekurangan/kelemahan untuk memenuhi kriteria sekolah yang sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional yang selanjutnya disingkat UUSPN Tahun 2003 pasal 35 maupun dalam PP nomor 19 tahun 2005. Ditegaskan dalam penjelasan PP nomor 19 tahun 2005 pasal 11 ayat 2 dan 3 bahwa kategori sekolah potensial adalah sekolah yang belum memenuhi (masih jauh) dari Standar Nasional Pendidikan (SNP).

Sekolah standar nasional (SSN) adalah sekolah yang sudah atau hampir memenuhi SNP, yaitu standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, standar sarana dan prasarana, standar tenaga pendidik dan kependidikan, standar manajemen, standar pembiayaan, dan standar penilaian sedangkan untuk sekolah keunggulan berbasis lokal atau biasa disebut dengan sekolah keunggulan lokal selain memenuhi SNP juga memiliki keunggulan dalam mata pelajaran agama, akhlak mulia, kewarganegaraan, kepribadian, iptek, estetika, olahraga dan

Sekolah Formal d Sekolah Formal Sekolah keunggulan lokal Sekolah bertaraf Internasional

Dilakukan pembinaan langsung oleh Dit. PSMP/ Dit. PSMA Sekolah Franchise Sekolah Asing Sekolah Potensial Sekolah Stadar Nasional/ SSN Sekolah Keunggulan lokal SBI Sekolah Franchise Asing Sekolah Asing

(28)

kesehatan. Sekolah bertaraf internasional selanjutnya disingkat SBI adalah sekolah yang sudah memenuhi seluruh SNP yang diperkaya dengan keunggulan mutu tertentu yang berasal dari negara anggota OECD atau negara maju lainnya.

b. Landasan Hukum Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

Landasan hukum penyelenggaraan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional adalah sebagai berikut:

1) Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional (UUSPN 20/2003) Pasal 50 ayat 3 yang menyebutkan bahwa Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional.

2) Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

3) Undang-Undang nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

4) Undang-Undang nomor 25 tahun 2000 tentang Program Pembangunan

Nasional.

5) Peraturan Pemerintah (PP) nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan (SNP).

6) Peraturan Pemerintah (PP) nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian

Urusan pemerintahan antara pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/kota.

7) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 tentang

Standar Isi.

8) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 23 tahun 2006 tentang

Standar Kompetensi Lulusan.

9) Permendiknas nomor 6 tahun 2007 sebagai penyempurnaan Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional nomor 24 tahun 2006 tentang Pelaksanaan Permendiknas Nomor 22 dan 23 Tahun 2006.

10) Rencana Strategis (Renstra) Departemen Pendidikan Nasional tahun

(29)

11) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 6/2007 tentang Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. (Ditjen Dikdasmen, 2008).

c. Tujuan Pengembangan Program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

Tujuan Umum Pengembangan program rintisan SMA bertaraf internasional bertujuan meningkatkan mutu kinerja sekolah agar dapat mewujudkan tujuan pendidikan nasional secara optimal dalam mengembangkan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab; dan memiliki daya saing pada taraf internasional (Ditjen Dikdasmen, 2008).

Sedangkan tujuan khusus dari penyelenggaraan rintisa SMA bertaraf Internasional adalah meningkatkan mutu pelayanan pendidikan dalam menyiapkan lulusan SMA yang memiliki kompetensi seperti yang tercantum dalam Standar Kompetensi Lulusan yang memenuhi standar kompetensi lulusan berdaya saing pada taraf Internasional yang memiliki karakter sebagai berikut:

1. meningkatnya keimanan dan ketaqwaan serta berakhlak mulia,

2. menigkatnya kesehatan jasmani dan rohani,

3. meningkatnya mutu lulusan dengan standar yang lebih tinggi daripada standar

kompetensi lulusan nasional,

4. menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi,

5. siswa termotivasi untuk belajar mandiri, berpikir kritis dan kreatif, serta

inovatif,

6. mampu memecahkan masalah secara efektif,

7. meningkatnya kecintaan pada persatuan dan kesatuan bangsa,

8. menguasai penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar,

9. Membangun kejujuran, objektivitas dan tanggung jawab.

10. mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris dan atau bahasa asing lainnya

secara efektif,

11. siswa memiliki daya saing melanjutkan pendidikan bertaraf Internasional,

12. mengikuti sertfifikasi internasional,

(30)

14. dapat bekerja pada lembaga internasional (Ditjen Dikdasmen, 2008).

Secara umum tujuan dan program-program yang ada di RSBI mengarah menuju Sekolah Berstandar Internasional (SBI), karena program RSBI ini memang khusus dipersiapkan untuk mencapai jenjang Sekolah Bertaraf Internasional (SBI).

d. Pengembangan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

Pengembangan rintisan SMA bertaraf internasional berdasarkan Pedoman Penjaminan Mutu Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang dikeluarkan oleh Menteri Pendidikan Nasional tanggal 27 Juli 2007 terdiri dari dua fase, yaitu fase rintisan dan fase kemandirian.

Fase rintisan terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pengembangan dan tahap konsolidasi. Tahap pengembangan berlangsung selama 3 tahun (tahun ke-1 sampai dengan tahun ke-3) didampingi oleh tenaga dari lembaga profesional

independent dan/atau lembaga terkait dalam melakukan persiapan, penyusunan,

dan pengembangan kurikulum, mempersiapkan SDM, modernisasi manajemen dan kelembagaan, pembiayaan, serta penyiapan sarana dan prasarana. Tahap konsolidasi berlangsung selama 2 tahun (tahun ke-4 sampai dengan tahun ke-5), pada tahap ini sekolah diharapkan telah menemukan praktek-praktek yang baik (the best practices), inovasi serta kreasi keunggulan yang mendukung

pengembangan tahap berikutnya. Upaya ini dapat dilakukan melalui diskusi secara terbatas dalam lingkungan sekolah maupun diskusi secara luas melalui lokakarya atau seminar. Di samping itu, dalam proses ini hal terpenting adalah dilakukannya refleksi terhadap pelaksanaan kegiatan untuk keperluan penyempurnaan serta realisasi program kemitraan dengan sekolah mitra luar negeri serta lembaga sertifikasi internasional.

Fase kemandirian dimulai pada tahun keenam. Pada fase ini SMA bertaraf internasional diharapkan telah mampu bersaing secara internasional yang ditunjukkan dengan kemampuan yang tangguh dalam kurikulum, proses belajar mengajar (PBM), penilaian, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pembiayaan, dan pengelolaan serta kepemimpinan. Diharapkan sekolah

(31)

telah dapat menghasilkan lulusan yang berdaya saing internasional. Dengan kata lain, sekolah bertaraf internasional telah memiliki kemampuan dan kesanggupan untuk mengembangkan dirinya secara mandiri dan bersaing di forum internasional. Indikasi bahwa sekolah bertaraf internasional telah mencapai fase kemandirian antara lain (1) tumbuhnya prakarsa sendiri untuk memajukan sekolah bertaraf internasional, (2) kemampuan berfikir dan kesanggupan bertindak secara kreatif dalam penyelenggaraan sekolah bertaraf internasional dan (3) kemantapan sebagai sekolah bertaraf internasional untuk bersaing di forum internasional. Pada tahun keenam apabila Rintisan Sekolah Bertarat Internasional belum bisa mencapai profil yang diharapkan mulai dari standar isi dan standar kompetensi lulusan, SDM (guru, kepala sekolah, tenaga pendukung), sarana dan prasarana, penilaian, pengelolaan, pembiayaan, kesiswaaan, dan kultur sekolah, maka

dimungkinkan seuatu sekolah RSBI akan terkena passing out atau penghentian

untuk penyelenggaraan RSBI.

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan dalam rangka pengembangan RSBI, di antaranya adalah sebagai berikut:

a. workshop, misalnya: pengembangan kurikulum, pengembangan materi,

peningkatan kemampuan bahasa Inggris guru dan siswa,

b. rekrutmen guru-guru dan tenaga kependidikan,

c. pengiriman guru studi banding atau magang ke sekolah bertaraf internasional

luar negeri,

d. peningkatan tata kelola melalui benchmarking, dan membangun networking/

jaringandengan salah satu sekolah di luar negeri (sister school),

e. menjalin Memorandum of Understanding yang selanjutnya disingkat MoU

dengan sekolah yang sudah mulai mapan dalam penyelenggaraannya. Upaya

ini paling tidak sebagai bentuk lesson study yang secara empirik memiliki

berbagai keunggulan.

Perencanaan program Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional dituangkan

dalam Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) atau School Development and

(32)

Bertaraf Internasional, meliputi evaluasi diri, penyusunan dan pengesahan RPS atau SDIP.

a. Evaluasi Diri

Program RSMABI perlu melakukan evaluasi diri untuk mengetahui tingkat kesiapan masing-masing sekolah yaitu dengan membandingkan antara kondisi ideal dengan kondisi nyata di sekolah. Melalui evaluasi diri dapat diketahui kelemahan masing-masing sekolah untuk setiap komponen sekolah. Hasil evaluasi diri digunakan sebagai dasar untuk menyusun RPS atau SDIP yang meliputi Rencana Kerja Jangka Panjang dan Rencana Kerja Tahunan.

b. Penyusunan dan Pengesahan RPS atau SDIP

RPS atau SDIP yang disusun oleh sekolah bersama dengan komite sekolah diketahui Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi.

2. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

a. Pengertian KTSP

Kurikulum pada dasarnya memiliki tiga dimensi pengertian, yaitu kurikulum sebagai mata pelajaran, kurikulum sebagai pengalaman belajar, dan kurikulum sebagai perencanaan program pembelajaran (Wina Sanjaya,2008: 4). Pengertian kurikulum berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas menyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Batasan ini memperlihatkan bahwa kurikulum terdiri dari dua aspek, yaitu sebagai rencana dan pengaturan tujuan, isi, dan cara pelaksanaan rencana itu. Kurikulum sebagai rencana digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses belajar mengajar oleh guru. Kurikulum sebagai pengaturan tujuan, isi, dan cara pelaksanaannya digunakan sebagai upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional.

(33)

Kurikulum memiliki tiga peran yang sangat penting, yaitu peran konservatif, kreatif serta peran kritis dan evaluatif (Hamalik, dalam Sanjaya, 2008) yaitu :

1) Peran Konservatif Kurikulum

Peran kurikulum adalah melestarikan berbagai nilai budaya sebagai warisan masa lalu.

2) Peran Kreatif Kurikulum

Peran kreatifnya, kurikulum harus mengandung hal-hal baru sehingga dapat membantu siswa mengembangkan potensi yang dimilik serta dapat berperan aktif dalam kehidupan sosial yang selalu bergerak dan berubah.

3) Peran Kritis dan Evaluatif dari Kurikulum

Kurikulum berperan menyeleksi dan mengevaluasi nilai dan budaya yang bermanfaat untuk kehidupan anak didik.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum terbaru yang diharapkan memiliki peran konservatif, kreatif, maupun kritis dan evaluatif dalam penerapannya saat ini. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan penyempurnaan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) atau dikenal kurikulum 2004. Dengan penyempurnaan yang berkelanjutan ini diharapkan sistem pendidikan selalu relevan dan kompetitif.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum operasional yang pengembangannya diserahkan kepada daerah dan satuan pendidikan (Mulyasa, 2007: 19). Penyusunan KTSP yang dilakukan oleh satuan pendidikan yang disesuaikan dengan kondisi satuan pendidikan, potensi, dan karakteristik daerah serta sosial budaya masyarakat setempat serta peserta didik merupakan ciri yang berbeda dari kurikulum yang digunakan sebelumnya. Kurikulum sebelumnya lebih bersifat sentralistik (terpusat), sedangkan KTSP merupakan kurikulum yang desentralistik. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai kurikulum operasional masih tetap mengacu standar isi maupun kompetensi dasar yang dikembangkan oleh BSNP.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk mewujudkan sekolah yang efektif, produktif dan

(34)

berprestasi. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau KTSP ini memberikan otonomi luas pada setiap satuan pendidikan agar setiap satuan pendidikan dan sekolah memiliki keleluasaan dalam mengelola sumber daya, sumber dana, sumber belajar dan mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan serta tanggap terhadap kebutuhan setempat. Dalam hal ini guru dituntut untuk memiliki kompetensi yang lebih kompleks dan adaptif terhadap perubahan. Hal ini sesuai dengan pernyataan:

“Pada sistem KTSP, sekolah memiliki "full authority and responsibility"

dalam menetapkan kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan visi, misi dan tujuan satuan pendidikan. Untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan tersebut, sekolah dituntut untuk mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam indikator kompetensi, mengembangkan strategi, menentukan prioritas, mengendalikan pemberdayaan berbagai potensi sekolah dan lingkungan sekitar, serta mempertanggungjawabkannya kepada masyarakat dan pemerintah” (Mulyasa, 2007: 21).

Sejatinya, KTSP merupakan kurikulum yang merefleksi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang merujuk kepada konsep pendidikan yang dikemukakan oleh Bloom, yang pada gilirannya dapat meningkatkan potensi peserta didik secara optimal. Oleh karenanya, kurikulum yang disusun dapat menumbuhkan proses pembelajaran di sekolah yang berorientasi pada penguasaan kompetensi-kompetensi yang telah ditentukan secara integratif. Prinsip pengembangannya adalah mampu beradaptasi dengan berbagai perubahan (berisi prinsip-prinsip pokok, bersifat fleksibel sesuai dengan perkembangan zaman) dan pengembangannya melalui proses akreditasi yang memungkinkan mata pelajaran dapat dimodifikasi sesuai dengan tuntutan yang berkembang. Dengan demikian kurikulum ini merupakan pengembangan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap dan minat, untuk melakukan suatu keterampilan atau tugas dalam bentuk kemahiran dan rasa tanggung jawab. Kurikulum ini merupakan suatu desain kurikulum yang dikembangkan berdasarkan sejumlah kompetensi tertentu, sehingga setelah menyelesaikan jenjang pendidikan tertentu, siswa diharapkan mampu menguasai serangkaian kompetensi dan dapat menerapkannya dalam kehidupan kelak.

(35)

b. Tujuan KTSP

Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum.

Tujuan khusus penerapan KTSP adalah untuk:

1) meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah

dalam mengembangkan kurikulum, mengelola, dan memberdayakan sumber daya yang tersedia,

2) meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam

pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama,

3) meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas

pendidikan yang akan tercapai (Mulyasa, 2007: 22).

c. Dasar Kebijakan dan Karakteristik KTSP

Pengembangan KTSP dilandasi oleh undang-undang dan peraturan pemerintah sebagai berikut:

1) UU no. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas

2) PP no. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

3) Permendiknas no. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi.

4) Permendiknas no. 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan

5) Permendiknas no. 24 tahun 2006 tentang Pelaksanaan Permendiknas No. 22

dan 23.

Karakteristik KTSP meliputi: 1) KTSP adalah kurikulum yang berorientasi pada disiplin ilmu, 2) KTSP adalah kurikulum yang berorientasi pada pengembangan individu, 3) KTSP adalah kurikulum yang mengakses kepentingan daerah, dan 4) KTSP merupakan kurikulum teknologi (Wina Sanjaya, 2008: 130)

d. Komponen KTSP

Secara garis besar KTSP memiliki enam komponen penting yaitu :

1) Visi dan Misi Satuan Pendidikan

Visi dan misi satuan pendidikan dapat dikembangkan oleh lembaga masing-masing dengan memperhatikan potensi dan kelemahan masing-masing.

(36)

2) Tujuan Pendidikan Satuan Pendidikan

Tujuan pendidikan satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan mengacu kepada tujuan umum pendidikan berikut:

a) Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan,

kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

b) Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,

kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

c) Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan,

pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya (BSNP, 2006: 9)

3) Kalender Pendidikan

Kalender pendidikan harus mampu menghitung jam belajar efektif untuk pembentukan kompetensi peserta didik, dan menyesuaikan dengan SK dan KD yang harus dimiliki oleh peserta didik setelah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu.

4) Struktur dan Muatan KTSP

Memuat mata pelajaran, muatan lokal, kegiatan pengembangan diri, pengaturan beban belajar, kenaikan kelas, penjurusan dan kelulusan, pendidikan kecakapan hidup, pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global.

5) Silabus

Silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu. Ini merupakan penjabaran dari SK dan KD.

6) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Merupakan rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalan Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus.

(37)

e. Prinsip-Prinsip Pengembangan KTSP

KTSP yang dikembangkan oleh tiap satuan pendidikan dengan memperhatikan prinsip-prinsip (BSNP, 2006) yaitu 1) berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya, 2) beragam dan terpadu, 3) tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, tekonologi dan seni, 4) relevan dengan kebutuhan kehidupan, 5) menyeluruh dan berkesinambungan, 6) belajar sepanjang hayat serta 7) seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah (lokal). Ketujuh hal tersebut juga diungkapkan oleh Mulyasa dalam bukunya yang berjudul “ Kurikulum Tingkat Satuan Pendidik Sebuah Panduan Praktis”. Prinsip-prinsip ini yang dapat memberikan warna yang berbeda-beda pada tiap satuan pendidikan di masing-masing daerah sesuai dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, kepentingan peserta didik, dan lingkungannya.

Mekanisme pengembangan kurikulum (Oemar Hamalik, 2006) terdiri dari tujuh tahap, yakni studi kelayakan dan kebutuhan, penyusunan konsep awal, perencanaan kurikulum, pengembangan rencana untuk melaksanakan kurikulum, pelaksaanaan uji coba kurikulum di lapangan, pelaksanaan kurikulum, desiminasi, dan kemudian menyeluruh, pelaksanaan penilaian dan pemantauan kurikulum, pelaksanaan perbaikan dan penyesuaian, dan akhirnya diperoleh kurikulum final.

f. Kelebihan dan Kekurangan KTSP

Kelebihan KTSP adalah 1) sebagai kurikulum, untuk mempertegas kurikulum sebelumnya sehingga tidak diperlukan lagi uji publik. KTSP akan diberlakukan kepada sekolah yang sudah siap dan memiliki daya dukung yang

memadai, 2) diberlakukan di sekolah dengan penyesuaian kondisi lokal, 3) mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan,

4) mendorong para guru, kepala sekolah dan pihak manajemen sekolah untuk semakin meningkatkan kreativitasnya dalam menyelenggarakan program pendidikan dan 5) KTSP sangat memungkinkan bagi setiap sekolah

menitikberatkan dan mengembangkan mata pelajaran tertentu yang acceptable

(38)

Adapun kelemahan KTSP menyangkut: 1) kurangnya SDM yang memadai yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada setiap satuan pendidikan yang ada dan 2) kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai kelengkapan dari pelaksanaan KTSP. Di samping itu masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara utuh, penyusunannya maupun praktiknya di lapangan. Penerapan KTSP merekomendasikan pengurangan jam pelajaran.

3. Pembelajaran Kimia

a. Pengertian Pembelajaran

Kurikulum dan pembelajaran merupakan satu kesatuan, dimana kurikulum berbicara pada tataran implementasi, proses, dan aplikasi. Keterkaitan suatu kurikulum dengan pembelajaran digambarkan dalam beberapa model (Oliva

dalam Wina Sanjaya, 2008), yaitu model dualistik (the dualistic model), model

berkaitan (the interlocking model), dan model siklus (the cyclical model).

KTSP sebagai suatu kurikulum operasional menempatkan pembelajaran sebagai suatu komponen yang saling mempengaruhi. Hubungan keduanya mengikuti model siklus. Model siklus memandang bahwa kurikulum dan pembelajaran merupakan sesuatu yang saling mempengaruhi dan memiliki hubungan timbal balik. Kurikulum menjadi dasar dalam proses pelaksanaan pembelajaran. Sebaliknya, pembelajaran dapat mempengaruhi keputusan untuk kurikulum sendiri.

Beberapa pengertian tentang pembelajaran yaitu :

1) Pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses transaksional yang bersifat

timbal balik, baik antara guru dengan siswa, maupun siswa dengan siswa untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Robinson, dkk, 2005: 9.4).

2) Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur

manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran (Hamalik, 2001: 57).

3) Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan guru dan

(39)

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang bertujuan, yaitu membelajarkan siswa yang merupakan rangkaian kegiatan yang melibatkan berbagai komponen. Pophan dan Baker (1970: 48) dalam Robinson (2005: 9.5) menyatakan bahwa kurikulum adalah tujuan akhir dari program pembelajaran yang direncanakan oleh sekolah, sedangkan pembelajaran adalah cara mencapai tujuan tersebut.

Dalam konteks implementasi KTSP pada program RSBI, pembelajaran dimaknai sebagai proses mengatur lingkungan supaya siswa belajar. Hal ini mengisyaratkan bahwa dalam proses belajar mengajar siswa harus dijadikan sebagai pusat kegiatan. Pembelajaran perlu memberdayakan semua potensi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diharapkan (Wina Sanjaya, 2008: 215).

Pembelajaran berbasis KTSP dapat didefinisikan sebagai suatu proses penerapan ide, konsep, dan kebijakan KTSP dalam suatu aktivitas pembelajaran, sehingga peserta didik menguasai seperangkat kompetensi tertentu, sebagai hasil dengan lingkungan (Mulyasa, 2007: 246). Dengan demikian dapat dikatakan pula bahwa pembelajaran berbasis KTSP adalah terjemahan guru terhadap KTSP tertulis.

Hasan dalam Mulyasa (2007) mengungkapkan bahwa pembelajaran berbasis KTSP sedikitnya dipengaruhi oleh tiga faktor berikut ini :

1) Karakteristik KTSP : yang mencakup ruang lingkup KTSP dan kejelasannya

bagi pengguna di lapangan.

2) Strategi pembelajaran : yaitu rancangan dasar bagi seorang guru tentang cara

dia membawakan pengajarannya di kelas secara bertanggung jawab.

3) Karakteristik pengguna kurikulum, yang meliputi pengetahuan, keterampilan,

nilai, dan sikap guru terhadap KTSP, serta kemampuannya untuk merealisasikan KTSP dalam pembelajaran.

Proses pembelajaran merupakan pengimplementasian dari kurikulum. Dalam hal ini guru merupakan salah satu faktor penting dalam implementasi kurikulum. Bagaimana idealnya suatu kurikulum tanpa ditunjang oleh kemampuan guru untuk mengimplementasikannya, maka kurikulum itu tidak akan

(40)

bermakna sebagai suatu alat pendidikan, dan sebaliknya pembelajaran tanpa kurikulum sebagai pedoman tidak akan efektif (Sanjaya, 2008). Dalam pelaksanaan pembelajaran guru juga menempati posisi kunci dan strategis dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan untuk mengarahkan siswa agar mencapai tujuan secara optimal (Robinson, 2005).

Menurut Saban (1995), guru itu memiliki tiga peran utama dalam

meningkatkan pembelajaran yaitu "teacher as researcher, teacher as lecture, and

teacher as the curriculum designer". Sedangkan Bork (1990) menyatakan

"The role of of the teacher in national education system was the most important of which include teacher as the instructor for the new colleagues, teacher as researcher, teacher as the producer of knowledge, teacher as observer, teacher as instructor for the school colleagues, teacher as councilor and teacher as curriculum planner" (Vajargah,

2008).

Hal ini berarti guru sangat berperan dalam penyampaian ilmu atau proses pembelajaran dan juga membantu dalam perencanaan kurikulum.

Dalam melaksanakan perannya tersebut, guru perlu menyusun suatu acuan kegiatan pembelajaran di kelas yaitu dalam bentuk strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran tersebut dimunculkan dalam silabus dan RPP. Dalam hal ini berpedoman dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu pembelajaran yang kreatif, variatif dan inovatif.

Kegiatan pembelajaran berbasis KTSP harus dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik (BSNP, 2006: 16).

Menurut Ajibola (2008), pembelajaran di kelas yang paling bagus itu memiliki 4 dimensi karakter, yaitu : interaksi antara guru dan siswa, antara siswa dan siswa, antara guru dengan lingkungan serta antara siswa dengan lingkungan. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran yang dilakukan di kelas harus mempertimbangkan interaksi antar semua komponen yang terlibat, menggunakan pendekatan bervariasi dan berpusat pada siswa.

(41)

Dalam pelaksanaannya di lapangan, acuan kegiatan pembelajaran yang inovatif (dalam artian berpusat pada siswa secara aktif dan menggunakan strategi yang bervariasi) seperti yang dicanangkan KTSP plus sudah atau belum diterapkan oleh guru. Pernyataan ini perlu untuk dijawab mengingat ukuran keberhasilan dari suatu kurikulum termasuk kualitas pembelajaran yang dilaksanakan, sekaligus keberhasilan keluaran dari proses tersebut.

b. Kriteria Keberhasilan Program Pembelajaran

Untuk memperoleh gambaran tentang efektivitas program pembelajaran, ada sekurang-kurangnya tiga komponen yang perlu dijadikan objek evaluasi yaitu desain program pembelajaran, implementasi program dan hasil yang dicapai.

1) Desain Program Pembelajaran

Desain program pembelajaran dinilai dari aspek tujuan yang ingin dicapai atau kompetensi yang akan dikembangkan, strategi pembelajaran yang diterapkan dan isi program pembelajaran.

a) Kompetensi yang akan dikembangkan

Salah satu aspek dari program pembelajaran yang dijadikan objek evaluasi adalah kompetensi yang dikembangkan, khususnya kompetensi dasar dari mata pelajaran yang bersangkutan. Ada beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk menilai kompetensi dasar yang akan dikembangkan, antara lain:

1) menunjang pencapaian kompetensi dasar maupun kompetensi lulusan,

2) jelas rumusan yang digunakan (observable). Mampu menggambarkan

dengan jelas perubahan tingkah laku yang diharapkan diri siswa,

3) mempunyai kesesuaian dengan tingkat perkembangan anak.

b) Strategi Pembelajaran

Ada beberapa kriteria yang digunakan untuk menilai strategi pembelajaran yang direncanakan, yaitu: 1) kesesuaian dengan kompetensi yang diharapkan, 2) kesesuaian dengan kondisi belajar mengajar yang diharapkan, 3) kejelasan rumusan, terutama mencakup aktivitas guru maupun siswa dalam proses pembelajaran dan 4) kemungkinan keterlaksanaan dalam kondisi dan waktu yang ada.

(42)

c) Isi program Pembelajaran

Isi program pembelajaran yang dimaksud ialah pengalaman belajar yang akan disiapkan oleh guru maupun yang harus diikuti oleh siswa. Ada beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk menilai isi program pembelajaran, yaitu antara lain: 1) relevansi dengan kompetensi yang akan dikembangkan, 2) relevansi dengan pengalaman murid dan lingkungan, 3) kesesuaian dengan tingkat

perkembangan siswa, 4) kesesuaian dengan alokasi waktu yang tersedia dan 5) keautentikan pengalaman dengan lingkungan hidup siswa.

2) Implementasi Program Pembelajaran

Selain desain program pembelajaran, proses implementasi program atau proses pelaksanaan pun dijadikan objek evaluasi, khususnya proses belajar dan pembelajaran yang terjadi di lapangan. Nana Sudjana dan Ibrahim (2004) dalam Eko Putro Widoyoko menampilkan sejumlah kriteria yang dapat digunakan untuk mengevaluasi proses belajar dan pembelajaran yaitu:

a) konsistensi dengan kegiatan yang terdapat dalam program pembelajaran,

b) keterlaksanaan oleh guru,

c) keterlaksanaan oleh siswa,

d) perhatian yang diperlihatkan para siswa terhadap pelajaran yang sedang

berlangsung,

e) keaktifan siswa dalam proses pembelajaran,

f) kesempatan yang diberikan untuk menerapkan hasil pembelajaran dalam

situasi nyata,

g) pola interaksi antara guru dan siswa,

h) kesempatan untuk mendapatkan umpan balik secara kontinu.

3) Hasil Program Pembelajaran

Komponen ketiga yang perlu dievaluasi adalah hasil-hasil yang dicapai oleh kegiatan pembelajaran. Hasil yang dicapai ini dapat mengacu pada tujuan jangka pendek maupun mengacu pada tujuan jangka panjang (Eko Putro W, 2011: 25).

(43)

c. Hakikat Mata Pelajaran Kimia

Ilmu kimia merupakan dasar bagi ilmu-ilmu pengetahuan lain seperti, kedokteran, farmasi, geologi, teknik, dan lain-lain. Mempelajari ilmu kimia tidak hanya bertujuan menemukan zat-zat kimia yang langsung bermanfaat bagi kesejahteraan umat manusia belaka, akan tetapi ilmu kimia dapat pula memenuhi keinginan seseorang untuk memahami berbagai peristiwa alam yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, mengetahui hakikat materi serta perubahannya, menanamkan metode ilmiah, mengembangkan kemampuan dalam mengajukan gagasan-gagasan, dan memupuk ketekunan serta ketelitian bekerja (Depdiknas, 2006).

Seperti halnya IPA, Ilmu Kimia juga mempelajari gejala-gejala alam, tetapi mengkhususkan diri di dalam komposisi, struktur, sifat, perubahan, dinamika dan energitika zat. Oleh karena itu mata pelajaran kimia di SMA/MA mempelajari segala sesuatu tentang zat yang meliputi komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energitika zat yang ,melibatkan keterampilan dan penalaran.

Ada 2 hal yang berkaitan dengan kimia yang tidak terpisahkan, yaitu kimia sebagai produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori) temuan ilmuwan dan kimia sebagai proses (kerja ilmiah). Oleh karena itu, pembelajaran kimia dan penilaian hasil belajar kimia harus memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai proses dan produk.

Mata pelajaran kimia perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus yaitu membekali peserta didik pengetahuan, pemahaman, dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan IPTEK. Tujuan mata pelajaran kimia dicapai oleh peserta didik melalui berbagai pendekatan, yaitu pendekatan induktif dalam bentuk proses inkuiri ilmiah pada tataran inkuiri terbuka. Proses inkuiri ilmiah bertujuan menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu, pembelajaran kimia menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara

(44)

langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah (Mulyasa, 2007).

Keterampilan-keterampilan proses yang dikembangkan dan dibangun oleh ilmu kimia yaitu :

1) mengobservasi dan mengamati, termasuk di dalamnya menghitung, mengukur,

mengklasifikasi, dan mencari hubungan ruang/waktu,

2) menyusun hipotesis,

3) merencanakan penelitian/eksperimen,

4) mengendalikan/memanipulasi variabel,

5) menginterpretasi atau menafsirkan data,

6) menyusun kesimpulan sementara,

7) meramalkan dan memprediksi,

8) menerapkan dan mengaplikasikan,

9) mengkomunikasikan.

Keterampilan-keterampilan tersebut harus ditumbuhkan dalam diri siswa SMA/MA sesuai dengan taraf perkembangan pemikirannya (Depdiknas, 2003).

4. Penelitian Evaluatif

Penelitian Evaluatif merupakan suatu desain dan prosedur evaluasi dalam mengumpulkan dan menganalisis data secara sistemik untuk mennetukan nilai

atau manfaat (worth) dari suatu praktik (pendidikan). Nilai atau manfaat dari suatu

praktik pendidikan didasarkan atas hasil pengukuran atau pengumpulan data dengan menggunakan standar atau kriteria tertentu yang digunakan secara absolute maupun relatif. Praktik pendidikan dapat berupa program, kurikulum, pembelajaran, kebijakan, regulasi administratif, manajemen, struktur organisasi, produk pendidikan ataupun sumber daya penunjangn

Secara umum, penelitian evaluatif diperlukan untuk merancang, menyempurnakan dan menguji pelaksanaan suatu praktik pendidikan. Dalam merancang suatu program, kegiatan diperlukan data hasil evaluasi tentang program atau kegiatan pendidikan yang lalu, kondisi yang ada serta tuntutan dan kebutuhan bagi program baru. Secara lebih rinci tujuan penelitian evaluasi adalah:

(45)

a. Membantu perencanaan untuk pelaksanaan progam,

b. Membantu dalam penentuan keputusan penyempurnaan atau perubahan

program,

c. Membantu dalam penentuan keputusan keberlanjutan atau pengehentian

program,

d. Menentukan fakta-fakta dukungan dan penolakan terhadap program,

e. Memberikan sumbangan dalam pemahaman proses psikologis, social, politik

dalam pelaksanaan program serta faktor-faktor yang mempengaruhi program. David Strahan, Jewell Cooper dan Martha Wood (2001) dalam Nana Syaodih Sukmadinata (2009: 132) berdasarkan hasil penelitiannya pada sekolah menengah dalam rangka penyusunan recana penyempurnaan sekolah, dengan focus mengevaluasi efektivitas program dan struktur organisasi sekolah, menyarankan langkah-langkah penelitian evaluasi sebagai berikut:

a. Klarifikasi alasan melakukan evaluasi

Menjelaskan alasan-alasan mengapa evaluasi diadakan. Bayak alasan yang menjadi latar belakang mengadakan evaluasi. Alasan tersebut bisa bersumber dari peneliti sendiri, karena peneliti mempunyai minat yang cukup besar terhadap suatu program, peneliti melihat keunggulan atau keberhasilan, atau sebaliknya peneliti melihat adanya kelambanan, kejanggalan, dampak negatif bahkan kegagalan.

b. Memilih model evaluasi

Alasan melakukan evaluasi program berhubungan erat dengan model evaluasi yang akan digunakan. Pemilihan model atau pendekatan penelitian didasarkan atas:

1) Tujuan evaluasi dan pertanyaan penelitian,

2) Metode pengumpulan data, dan

3) Hubungan antara evaluator dengan administrator, melihat evaluasi,

individu-individu dalam program dan organisasi yang akan dievaluasi.

c. Mengidentifikasi pihak-pihak yang terkait

Identifikasi pihak-pihak terkait atau stakeholders sangat penting untuk kelancaran pelaksanaan evaluasi. Siapa yang akan dilibatkan dalam perencanaan,

Gambar

Gambar 2.1. Bagan pengkategorian sekolah di Indonesia  Sumber: Ditjen Dikdasmen, 2007
Tabel 2.1 Perbedaan Larutan, Koloid, dan Suspensi.
Gambar 2.2 Buih padat dari bahan stirofoam digunakan untuk tempat minum  sekali pakai
Gambar 2.3 Efek Tyndall (a) larutan sejati meneruskan cahaya, berkas cahaya  tidak kelihatan; (b) sistem koloid menghamburkan cahaya, berkas
+7

Referensi

Dokumen terkait

proses sains siswa, (2) Peningkatan penguasaan konsep laju reaksi siswa, (3) Peningkatan persentase siswa yang mencapai ketuntasan belajar kimia pada materi pokok laju

lingkungan, sehingga mengakibatkan anak perlu beradaptasi dengan situasi dan guru yang baru, dan rendahnya hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 01 Nangsri juga disebabkan

Dimana standar ketuntasan batas minimal (SKBM) dengan nilai 63 dari persentase ketuntasan kelas tersebut, menunjukkan bahwa hasil belajar dari penilaian aspek kognitif

11 41091199 Eri Haeril Jana Perancangan Aplikasi e-Learning Berbasis Web pada SMA Negeri I Talaga untuk Meningkatkan Motivasi Pembelajaran 12 41091009 Erni Susanti Sistem Informasi

Proses belajar mengajar di SMA N 2 Surakarta menetapkan Kriteria Ketuntasan Kimia (KKM) untuk mata pelajaran kimia yakni 76. Siswa dengan nilai di atas 76

Berdasarkan hasil dari penelitian dapat disimpulkan bahwa 1 penggunaan model NHT disertai media kartu pintar lebih baik daripada model pembelajaran ceramah disertai tanya jawab

Dengan demikian, penelitian tindakan kelas pada siswa kelas X Ototronik B SMK Negeri 2 Karanganyar dalam upaya meningkatkan hasil belajar permainan sepakbola

Proses belajar mengajar di SMA N 2 Surakarta menetapkan Kriteria Ketuntasan Kimia (KKM) untuk mata pelajaran kimia yakni 76. Siswa dengan nilai di atas 76