• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA"

Copied!
207
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER

PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA

MI MA’ARIF NU MANGUNSARI KOTA SALATIGA

TAHUN PELAJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh:

NURUL LAILATUL HIDAYAH

NIM 11513009

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(2)
(3)

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER

PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA

MI MA’ARIF NU MANGUNSARI KOTA SALATIGA

TAHUN PELAJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh:

NURUL LAILATUL HIDAYAH

NIM 11513009

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

MOTTO

Jika Seorang Penyelam Takut Dengan Buaya, Niscaya Dia Tidak Akan Pernah Mendapatkan Mutiara Yang Amat Mahal Harganya.

(9)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Orangtua tercinta Imam Asnawi dan Dwi Ratna Ningtyas yang telah mencurahkan kasih sayang,support,dan doa demi keberhasilan penulis 2. Adik-adik tercinta Arung Samudra, M. Thoriq Al As ‘Ad, Alya Hida

Ma’rufah, dan Asyifa Al‘Aina Al Madya, yang selalu menghibur dan

memberikan semangat serta doa kepada penulis

3. Keluarga besar Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, terutama jurusan PGMI konsentrasi matematika yang telah berjuang bersama

4. Sahabat PPTQ al-Muntaha terutama Sahabat satu kamar, Annisa’ Dini Noor Fithri dan Humaida Fatwati, yang selalu memberikansupportkepada penulis 5. Seluruh Guru Madrasah Ibtidaiyah

(10)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang atas karuniaNya, pada kesempatan ini penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implementasi Pendidikan Karakter Pada Pembelajaran Matematika MI Ma’arif NU

Mangunsari Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2016/2017” ini yang merupakan tugas dan syarat wajib yang harus dipenuhi guna memperoleh gelar kesarjanaan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) IAIN Salatiga.

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, yang menjadi suri tauladan bagi seluruh umat di jagat raya ini. Beliau adalah pembawa dan penyampai risalah Islam yang penuh dengan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu keislaman, yang dapat menjadi bekal hidup manusia di dunia dan di akhirat kelak.

Terselesaikannya penulisan skripsi ini tentu tidak lepas dari bimbingan, bantuan, serta motivasi dari berbagai pihak. Maka dari itu, penulis menyampaiakan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya, khususnya kepada:

1. Dr. H. Rahmat Hariyadi, M. Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

(11)

4. Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan saran, bimbingan, dan arahan serta keikhlasan dan kebijaksanaan meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan pada penulisan skripsi ini

5. Segenap Dosen serta Staff Karyawan di lingkup jurusan PGMI

6. Susriana Wahyu Ika Lestari, M.Pd.I., selaku Kepala Sekolah MI Ma’arif NU Mangunsari Kota Salatiga, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penulisan di sekolah tersebut

7. Fauziyah, M.Ag., selaku Guru kelas I sekaligus Waka Kurikulum MI Ma’arif NU MangunsariKota Salatiga yang menjadi narasumber utama dan membantu penulis selama melakukan penulisan

8. Segenap Guru serta Staff Karyawan MI Ma’arif NU MangunsariKota Salatiga yang telah membantu penulis selama melakukan penulisan

9. Orangtua tercinta Imam Asnawi dan Dwi Ratna Ningtyas yang telah mencurahkan kasih sayang,support,dan doa demi keberhasilan penulis

10. Adik-adik tercinta Arung Samudra, M. Thoriq Al As ‘Ad, Alya Hida Ma’rufah, dan Asyifa Al‘Aina Al Madya, yang selalu menghibur dan

memberikan semangat serta doa kepada penulis

11. Ibu Nyai Hj. Siti Zulaecho, AH., selaku pengasuh PPTQ Al-Muntaha, yang telah mencurahkan barokah ilmu dan doa beliau kepada penulis

(12)

13. Teman-teman PPTQ Al-Muntaha yang selalu memberikan semangat

14. Sahabat seperjuangan PGMI terutama satu kosentrasi matematika yang telah berjuang bersama

15. Semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Atas jasa mereka, penulis hanya dapat memohon doa semoga amal mereka mendapat balasan yang lebih baik serta mendapat kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat. Penulis dalam hal ini mengharapkan saran dan kritik dari pembaca untuk menyempurnakan skripsi ini. Dan akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

(13)

ABSTRAK

Hidayah, Nurul Lailatul. 2017. Implementasi Pendidikan Karakter Pada Pembelajaran Matematika MI Ma’arif NU Mangunsari Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2016/2017. Skripsi. IAIN Salatiga. Pembimbing: Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd.

Kata Kunci:nilai-nilai karakter dan pembelajaran matematika

Penelitian ini adalah upaya untuk mengintegrasikan nilai-nilai karakter pada pembelajaran matematika di MI Ma’arif NU Mangunsari. Pertanyaan utama yang ingin dijawab dalam penelitian ini yaitu, Bagaimana perencanaan pembelajaran matematika MI Ma’arif NU Mangunsari yang terintegrasi dalam nilai-nilai karakter?, Bagaimana pelaksanaan pembelajaran matematika MI Ma’arif NU Mangunsari yang terintegrasi dalam nilai-nilai karakter?, Bagaimana evaluasi pembelajaran matematika MI Ma’arif NU Mangunsari yang terintegrasi dalam nilai-nilai karakter?.

Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan datanya dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Untuk analisis data dengan menggunakan analisis data model interaktif, sedangkan pengecekan keabsahan datanya menggunakan triangulasi teknik.

(14)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

LEMBAR BERLOGO ... ii

JUDUL ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING... iv

PENGESAHAN KELULUSAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi

PERNYTAAN PUBLIKASI SKRIPSI... vii

MOTTO ... viii

PERSEMBAHAN... ix

KATA PENGANTAR ... x

ABSTRAK ... xiii

DAFTAR ISI... xiv

DAFTAR TABEL... xix

DAFTAR GAMBAR ... xxi

DAFTAR LAMPIRAN... xxii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Fokus Penelitian ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

(15)

E. Penegasan Istilah... 9

1. Pendidikan Karakter ... 9

2. Pembelajaran ... 11

3. Matematika ... 12

F. Metode Penelitian... 12

1. Pendekatan Dan Jenis Penelitian ... 12

2. Kehadiran Peneliti ... 12

3. Lokasi Penelitian ... 13

4. Sumber Data ... 13

5. Teknik Pengumpulan Data ... 14

6. Instrumen Pengumpulan Data ... 16

7. Analisis Data ... 17

8. Pengecekan Keabsahan Data ... 20

9. Tahap-Tahap Penelitian ... 22

G. Sistematika Penulisan ... 23

BAB II KAJIAN PUSTAKA... 25

A. Hakikat Karakter dan Pendidikan Karakter ... 25

1. Hakikat Karakter... 25

(16)

3. Tahapan Pendidikan Karakter ... 31

4. Tujuan Pendidikan Karakter... 32

5. Fungsi Pendidikan Karakter ... 33

6. Nilai-nilai Pendidikan Karakter... 35

B. Pembelajaran Matematika ... 36

1. Pengertian Pembelajaran ... 36

2. Komponen Pembelajaran... 36

3. Pengertian Pembelajaran Matematika ... 38

4. Tujuan Pembelajaran Matematika ... 39

5. Nilai-nilai Karakter pada Pembelajaran Matematika ... 39

C. Implementasi Pendidikan Karakter Pada Pembelajaran Matematika... 39

1. Desain Pendidikan Karakter ... 39

2. Kesimpulan Akhir Implementasi Pendidikan Karakter Pada Pembelajaran Matematika ... 47

3. Model Pengintegrasian Pendidikan Karakter ... 47

4. Integrasi Pendidikan Karakater dalam Kegiatan Pembelajaran ... 52

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN... 64

A.Gambaran Umum MI Ma’arif NU Mangunsari... 64

1. Sejarah Berdirinya MI Ma’arif NU Mangunsari... 64

2. Letak Geografis MI Ma’arif NU Mangunsari... 65

3. Identitas MI Ma’arif NU Mangunsari... 66

(17)

5. Jumlah Guru dan Tenaga Pendukung MI Ma’arif NU Mangunsari... 71

6. Jumlah siswa dan rombel tahun 2016-2017 ... 72

7. Struktur dan Bagan Organisasi MI Ma’arif NU Mangunsari... 73

8. Jumlah Ketersediaan Buku dan Sarana Prasarana Pendukung... 74

9. Jumlah Ketersediaan Ruangan ... 75

10. Jadwal Ekstrakurikuler dan Kegiatan Pembiasaan... 76

11. Data Prestasi MI Ma’arif NU Mangunsari... 77

12. Pelaksanaan Pendidikan Karakter di MI Ma’arif NU Mangunsari... 78

B. Temuan Penelitian ... 81

1. Perencanaan Pembelajaran Matematika MI Ma’arif NU Mangunsari yang Terintegrasi dalam Nilai-Nilai Karakter ... 82

2. Pelaksanaan Pembelajaran Matematika MI Ma’arif NU Mangunsari yang Terintegrasi dalam Nilai-Nilai Karakter ... 85

3. Evaluasi Pembelajaran Matematika MI Ma’arif NU Mangunsari yang Terintegrasi dalam Nilai-Nilai Karakter... 95

BAB IV PEMBAHASAN... 103

A.Perencanaan Pembelajaran Matematika MI Ma’arif NU Mangunsari yang Terintegrasi dalam Nilai-Nilai Karakter ... 103

B.Pelaksanaan Pembelajaran Matematika MI Ma’arif NU Mangunsari yang Terintegrasi dalam Nilai-Nilai Karakter ... 111

(18)

BAB V PENUTUP... 122

A. Kesimpulan ... 122

B. Saran ... 123

(19)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Karakter...34

Tabel 2.2 FormatAnecdotal Record...59

Tabel 2.3 Format Penilaian Portofolio ...61

Tabel 3.1Jumlah Guru dan Tenaga Pendukung MI Ma’arif NU Mangunsari...71

Tabel 3.2 Jumlah PTK Berdasarkan Tingkat Kualifikasi Akademik...72

Tabel 3.3 Kualifikasi Pendidik Berdasarkan Tingkat Kompetensi/Sertifikasi ...72

Tabel 3.4 Jumlah Siswa dan Rombel Tahun 2016-2017...72

Tabel 3.5 Struktur dan Bagan Organisasi MI Ma’arif NU Mangunsari...73

Tabel 3.6 Koleksi Perpustakaan MI Ma’arif NU Mangunsari...74

Tabel 3.7 Peralatan Pendidikan MI Ma’arif NU Mangunsari...74

Tabel 3.8 Media Pendidikan MI Ma’arif NU Mangunsari...74

Tabel 3.9 Perabot Sekolah MI Ma’arif NU Mangunsari...75

Tabel 3.10 Prasarana MI Ma’arif NU Mangunsari...75

Tabel 3.11 Ruangan Pokok MI Ma’arif NU Mangunsari ...75

Tabel 3.12 Ruangan Penunjang MI Ma’arif NU Mangunsari...76

Tabel 3.13 Jadwal Ekstrakurikuler MI Ma’arif NU Mangunsari...76

Tabel 3.14 Jadwal Kegiatan Pembiasaan MI Ma’arif NU Mangunsari Tahun Pelajaran 2016/2017...76

(20)
(21)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Analisis Data Model Interaktif... 19

Gambar 1.2 Skema Triangulasi Teknik ... 21

Gambar 2.1 Keterpaduan Oleh Hati, Olah Pikir, Olah Raga, Olah Rasa, dan Karsa ... 41

Gambar 2.2Grand DesignPendidikan Karakter ... 43

Gambar 2.3 Strategi Mikro Pendidikan Karakter ... 44

Gambar 2.4 Pengembangan Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Bangsa ... 45

Gambar 2.5 Pendidikan Karakter Terintegrasi dalam Pembelajaran Semua Mata Pelajaran ... 52

(22)

DAFTAR LAMPIRAN

(23)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan menurut UU No. 20 tahun 2003 merupakan upaya sadar dan terencana dalam proses pembimbingan dan pembelajaran bagi individu agar tumbuh berkembang menjadi manusia yang mandiri, bertanggungjawab, kreatif, berilmu, sehat dan berakhlak (berkarakter) mulia. Definisi ini menjelaskan pentingnya pendidikan untuk dijalani bagi seluruh individu. Dalam pelaksanaannya terdapat berbagai jenjang pendidikan yang dapat dilalui oleh masing-masing individu, baik pendidikan formal maupun informal. Pendidikan formal misalnya dimulai dari jenjang pendidikan Taman Kanak-kanan (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah menengan Atas (SMA), hingga jenjang perkulihan. Sedangkan pendidikan informal misalnya lembaga-lemabaga kursus, seperti lembaga kursus komputer, lembaga kursus menjahit, dan lain-lain.

(24)

negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Tujuan tersebut merupakan rumusan mengenai kualitas manusia Indonesia yang harus dikembangkan melalui pendidikan. Rumusan tujuan pendidikan nasional inilah yang menjadi landasan pengembangan pendidikan karakter bangsa.

Dapat disimpulkan, bahwasanya tujuan pendidikan nasional mengarah pada pengembangan berbagai karakter manusia Indonesia, walaupun dalam penyelenggaraanya masih jauh dari apa yang dimaksudkan dalam UU. Pendidikan nasional seharusnya pendidikan karakter bukan pendidikan akademik semata. Dalam hal ini Sunaryo Kartadinata dalam Dharma Kesuma, dkk (2012:8-9) menegaskan, “ukuran keberhasilan pendidikan yang berhenti pada angka ujian, seperti halnya ujian nasional, adalah sebuah kemunduran, karena dengan demikian pembelajaran akan menjadi sebuah proses menguasai keterampilan dan mengakumulasikan pengetahuan. Paradigma ini menempatkan peserta didik sebagai pelajar imitatif dan belajar dari ekspos-ekspos didaktif yang akan berhenti pada penguasaan fakta, prinsip, dan aplikasinya. Paradigma ini tidak sesuai dengan esensi pendidikan yang digariskan dalam UU Sisdiknas.

(25)

kognitif saja, dan terkadang kurang memperhatikan afektif serta psikomotoriknya. Karena rata-rata dari sebagian besar jenjang pendidikan terlalu mengutamankan ranah kognitif. Akibatnya dari hasil tersebut meninggalkan sebuah persoalan bahwa negara ini banyak yang pintar namun tak berkarakter.

Di tengah masyarakat terdapat anggapan bahwa hasil pendidikan hanya melahirkan anak pintar, namun berprilaku tidak sopan, tidak peduli, kurang cinta pada tanah air, dan cenderung radikal. Dengan begitu, pembelajaran di sekolah di anggap lebih menekankan pada aspek kognitif. Sekolah juga dinilai kurang menekankan peserta didik pada sikap untuk berbuat baik. Oleh karena itu, gerakan pendidikan untuk mengatasi masalah tersebut dan memperbaiki moral anak bangsa, yaitu dengan cara pemerintah mencanangkan pendidikan berbasis karakter. Dengan harapan bahwa peserta didik tidak hanya memiliki pengetahuan, tetapi juga memiliki sikap dan nilai-nilai yang baik.

Pendidikan karakter sejatinya menjadi tugas penting dalam suatu lembaga pendidikan yang saat ini kurang diperhatikan. Lembaga pendidikan tidak hanya bertanggungjawab meningkatkan mutu akademis, tetapi bertanggungjawab dalam membentuk karakter.

(26)

yang bermuatan karakter hanya dapat terealisasi pada mata pelajaran tertentu yang memang bertujuan membentuk watak, seperti Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), dan Pendidikan Agama Islam (PAI). Sedangkan mata pelajaran selain itu hanya mengutamakan ranah kognitif. Dengan demikian, tentu tujuan pembelajaran tersebut tidak tercapai sepenuhnya. Karena setiap mata pelajaran harus menunjukan hasil yang dapat dilihat dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Dalam pembelajaran matematika sangat menarik jika dihubungkan dengan pendidikan karakter, karena matematika sendiri merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan modern, dan dapat meningkatkan daya pikir. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa mendatang, perlu penguasaan matematika sejak dini. Untuk membekali peserta didik yang mampu menerapkan ilmunya untuk bangsa dan negara, maka kemampuan kognitif saja tidak cukup, namun diperlukan pembentukan karakter peserta didik.

(27)

ranah, yakni kognitif, afektif, dan psikomotorik. Jika dianalisa, dalam proses pembelajaran matematika ternyata guru selain mengajarkan materi yang sifatnya kognitif, dapat juga mengintegrasikan dan mengembangkan nilai-nilai karakterkepada peserta didik. Jika nilai-nilai-nilai-nilai karakter tersebut diperhatikan, dan menjadi target guru selama proses pembelajaran dan penilaian, maka peserta didik tidak hanya cakap dalam akademis melainkan memiliki karakter yang baik.

(28)

mereka mampu mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga, hasil belajar peserta didik tidak hanya dapat dilihat dari kognitif saja melainkan perubahan karakter yang dapat diketahui perkembangannya lewat proses pembelajaran dan perubahan sikap. Dalam hal ini peneliti dapat menyimpulkan, dalam tujuan pembelajaran matematika pengamatan dan penilaian proses pembelajaran lebih penting dibandingkan dengan hasil belajar yang hanya dilihat dari ranah kognitif.

Melihat hal tersebut, pentingnya implementasi pendidikan karakter dalam pembentukan karakter peserta didik, maka penulis tertarik untuk melakukan sebuah penelitian tentang pendidikan karakter dalam pembelajaran matematika di MI Mangunsari, dikarenakan MI tersebut sudah menerapkan pendidikan karakter. Pendidikan karakter tidak hanya diterapkan dalam proses pembelajaran melainkan dalam budaya sekolah tersebut seperti pelaksanaan sholat Dhuha dan membaca doa belajar sebelum dan setelah pelajaran.

Sehingga, didasarkan pada latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk mengambil judul skripsi mengenai “IMPLEMENTASI

PENDIDIKAN KARAKTER PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MI MA’ARIF NU MANGUNSARI KOTA SALATIGA TAHUN

(29)

B. Fokus Penelitian

Terdapat beberapa hal penting yang akan diungkap dalam skripsi ini. Melihat uraian di bagian latar belakang, maka perlu dirumuskan masalah skripsi guna memberikan fokus kajian yang terarah. Adapun fokus penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana perencanaan pembelajaran matematika MI Ma’arif NU Mangunsari yang terintegrasi dalam nilai-nilai karakter?

2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran matematika MI Ma’arif NU Mangunsari yang terintegrasi dalam nilai-nilai karakter?

3. Bagaimana evaluasi pembelajaran matematika MI Ma’arif NU Mangunsari yang terintegrasi dalam nilai-nilai karakter?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian yang telah dipaparkan, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran matematika MI Ma’arif NU Mangunsari yang terintegrasi dalam nilai-nilai karakter

2. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran matematika MI Ma’arif NU Mangunsari yang terintegrasi dalam nilai-nilai karakter

(30)

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai oleh penelitian ini, manfaat yang hendak dicapai adalah sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

a. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan yang berharga bagi perkembangan penelitian dan ilmu pengetahuan

b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber bagi para peneliti bidang pendidikan maupun pemegang kurikulum

c. Hasil penelitian ini dapat dijadikan rekomendasi bagi para peneliti lainnya untuk melakukan penelitian yang sejenis secara lebih luas dan mendalam

d. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber bagi penelitian di bidang pendidikan khususnya dalam perkembangan karakter dan pembelajaran matematika

2. Manfaat praktis

a. Bagi jajaran Dinas Pendidikan maupun instansi yang terkait, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian dalam menentukan kebijakan untuk meningkatkan mutu pendidikan, khususnya bagi perkembangan karakter peserta didik dan pembelajaran matematika

(31)

c. Bagi para guru, penelitian ini dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan dan dapat dijadikan pertimbangan serta koreksi diri terhadap kekurangan-kekurangan dalam melaksanakan tugasnya secara profesional

d. Penelitian ini dapat dijadikan respon positif bagi peserta didik dalam penerimaan pembelajaran matematika

e. Bagi kepala sekolah, peelitian ini bermanfaat dalam membantu meningkatkan pembinaan kepada para guru secara efektif dan efisien f. Bagi peneliti, penelitian ini dapat bermanfaat dalam mengaplikasikan

gagasan maupun ide yang dimiliki guna meningkatkan proses pembelajaran khususnya dalam mengimplementasikan pendidikan karakter dalam pembelajaran matematika.

E. Penegasan Istilah

1. Pendidikan Karakter

Pendidikan adalah sebuah proses untuk mengubah jati diri seseorang peserta didik untuk lebih maju. (Retno Lestyarti, 2012:3)

(32)

agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingiinya. (Agus Wibowo, 2012:17-18)

Secara etimologis, menurut Echols dan Shadily sebagaimana yang dikutip Suyadi (2013:5) mendefinisikan kata karakter (Inggris: character) berasal dari bahasa Yunani, eharrasein yang berarti “to engrave” . Kata “to engrave” itu sendiri dapat diterjemahkan menjadi mengukir, melukis, memahatkan, atau menggoreskan. Arti sama dengan istilah “karakter”

dalam bahasa Inggris (character) yang juga berarti mengukir, melukis, memahatkan, atau menggoreskan.

Menurut Suyanto, pendidikan bertujuan melahirkan insan cerdas dan berkarakter kuat, itu juga pernah dikatakan Marthin Luther King, yakni; Intelligence plus character…that is the good of true education (kecerdasan yang berkarakter…adalah tujuan akhir pendidikan yang sebenarnya). Karena itu pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan(feeling),dan tindakan(action). (Darmiyati Zuchdi, 2011:29)

(33)

2. Pembelajaran

Menurut dictionary of psychology disebutkan bahwa belajar memiliki dua definisi. Pertama belajar diartikan sebagai “the process of

acquiring knowledge.” Kedua, belajar diartikan sebagai, “arelatively

permanent change potentiality which occurs as a result of reinforced

practice.” Pengertian pertama belajar memiliki arti suatu proses untuk

memperoleh pengetahuan. Pengertian kedua, belajar berarti suatu perubahan kemampuan untuk berinteraksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat. (Lilik Sriyanti, 2013:16-17)

Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terperogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. (Dimyati, Mudjiono, 2002:297)

3. Matematika

(34)

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan dan Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2008:60) penelitian kualitatif (Qualitative Research) adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok.

Sedangkan menurut Moleong ( 2009:6), Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya.

Adapun alasan peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif adalah karena data yang dihasilkan dari penelitian ini berupa data deskriptif yang bersumber dari hasil observasi, wawancara, maupun studi dokumenter. Penelitian ini mendeskripsikan realitas di lapangan mengenai implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran matematika MI Ma’arif NU Mangunsari kota Salatiga.

2. Kehadiran Peneliti

(35)

instrumen penelitian adalah peneliti sendiri sekaligus sebagai pengumpul data. Sedangkan instrumen-instrumen yang lain merupakan instrumen pendukung. Adapun tujuan kehadiran peneliti di lapangan adalah untuk mengamati secara langsung keadaan atau kegiatan yang terjadi di sekolah, sekaligus mencari data lain berupa hasil wawancara maupun dokumentasi yang terkait dengan penelitian ini.

3. Lokasi Penelitian

Adapun lokasi yang menjadi sasaran penelitian ini adalah MI Ma’arif NU Mangunsari kota Salatiga. Dengan subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas 1. Adapun peserta didik kelas 1 secara kesulurahan berjumlah 70 yang dibagi menjadi 3 rombongan belajar (rombel). Alasan peneliti memilih lokasi penelitian di MI Ma’arif NU Mangunsari, karena berdasarkan hasil pengamatan terhadap sekolah beserta wawancara tidak terstruktur terhadap kepala sekolah dan waka kurikulum, bahwasanya sekolah ini sudah menerapkan pendidikan karakter dan membangun budaya karakter di sekolah. Selain itu, sekolah ini sudah mengintegrasikan pendidikan karakter dalam berbagai mata pelajaran termasuk mata pelajaran matematika.

4. Sumber Data

(36)

selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Adapun sumber data yang digunakan peneliti adalah sebagai berikut:

a. Sumber data primer

Sumber data primer yang peneliti dapatkan berasal dari guru kelas, baik data berupa ucapan, tulisan, maupun hasil observasi saat pembelajaran matematika.

b. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara dengan peserta didik dan kepala sekolah MI Ma’arif NU Mangunsari.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Pengamatan (observasi)

(37)

b. Wawancara atau interview

Menurut Kahn dan Cannel dalam Samiaji Sarosa (2012:45) wawancara didefinisikan sebagai diskusi antara dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu. Wawancara ini diadakan secara langsung kepada pihak-pihak yang terkait dan berperan dalam pengimplementasian pendidikan karater dalam pembelajaran matematika serta pihak-pihak yang berkompeten dalam menyampaikan informasi yang dibutuhkan peneliti. Adapun pihak-pihak yang diwawancarai adalah guru kelas, peserta didik, dan kepala sekolah MI Ma’arif NU Mangunsari. Data wawancara ini berguna untuk menjawab rumusan masalah mengenai pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran matematika yang terintegrasi dalam nilai-nilai karakter. Pedoman dan transkrip wawancara terdapat pada lampiran.

c. Dokumentasi

Menurut Esterberg dalam Samiaji Sarosa (2012:61) dokumen adalah segala sesuatu materi dalam bentuk tertulis yang dibuat oleh manusia. Dokumen yang dimaksud adalah segala catatan dalam kertas (hardcopy) maupun elektronik (soft copy). Menurut Nana Syaodih

(38)

yang dibutuhkan peneliti untuk menjawab rumusan masalah penelitian ini yakni penjelasan tentang perencanaan dan evaluasi pembelajaran matematika yang terintegrasi dalam nilai-nilai karakter. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat pengumpulan data berupa buku-buku kumpulan silabus dan RPP yang ada di MI Ma’arif NU Mangunsari. Adapun hasil dokumentasi terdapat pada lampiran.

6. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen penelitian ini disusun berdasarkan indikator penerapan pendidikan karakter pada pembelajaran matematika. Instrumen pengumpul data yang digunakan berupachecklist. Metode checklist merupakan bagian dari metode observasi dimana observer sudah menentukan indikator prilaku yang akan di observasi dari subjek dalam satu tabel. Adapun indikator dalam instrumenini memuat nilai-nilai karakter yang meliputi berpikir logis dan kritis, kerja keras, keingintahuan, kemandirian, percaya diri, kereligiusan, kejujuran, kedisiplinan, ketangguhan, kedemokratisan, kepedulian, tanggung jawab, santun, kerjasama, bersahabat, menghargai prestasi, dan kreatif. Nilai-nilai karakter tersebut terintegrasi dalam pembelajaran matematika, yang meliputi:

a. Perencanaan pembelajaran matematika yang terdapat pada RPP dan silabus

(39)

c. Evaluasi pembelajaran matematika yang terdapat pada penilaian. 7. Analisis Data

Analisis data menurut Moleong (2009:280) adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti disarankan data.

Analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Biklen dalam Moleong (2009:248) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceriterakan kepada orang lain. Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu dengan wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resi, gambar, foto, dan sebagainya. (Moleong, 2009:247)

Menurut Nasution sesungguhnya analisis data yang sudah dilakukan saat peneliti melakukan pengenalan dan perumusan masalah, saat pengumpulan data di lapangan hingga sampai pembuatan laporan penelitian. Analisis data kualitatif dilakukan sejak grand tour observationhingga laporan penelitian dibuat. (Anis Fuad dan Kandung

(40)

Menurut Miles dan Huberman dalam Anis Fuad dan Kandung Sapto Nugroho (2014: 16) analisis data terdiri dari tiga alur kegiatan yang berlangsung secara bersamaan, yaitu sebagai berikut:

a. Reduksi Data

Reduksi data dimaknai sebagai proses memilah dan memilih, menyederhanakan data yang terkait dengan kepentingan penelitian saja, abstraksi dan transformasi data-data kasar dari field notes (catatan lapangan). Reduksi data perlu dilakukan karena ketika peneliti semakin lama di kancah penelitian akan semakin banyak data atau catatan lapangan (field note) yang peneliti kumpulkan. Tahap dari reduksi adalah memilah dan memilih data yang pokok, fokus pada hal-hal yang penting, mengelompokkan data sesuai dengan tema, membuat ringkasan, memberi kode, membagi data dalam partisi-partisi dan akhirnya dianalisis sehingga terlihat pola-pola tertentu

b. Penyajian data

Langkah selanjutnya setelah mereduksi data adalah penyajian data. Yang paling sering dilakukan dalam penelitian kualitatif adalah menyajikan data dalam bentuk teks yang bersifat naratif. Display data dapat membantu peneliti dalam memahami apa yang terjadi, merencanakan analisis selanjutnya berdasarkan apa yang sudah dipahami sebelumnya.

(41)

Langkah terakhir dalam analisis data menurut Miles dan Huberman adalah melakukan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Berdasarkan pola-pola yang sudah tergambarkan dalam penyajian data, terdapat hubungan kausal atau interaktif antara data dan didukung dengan teori-teori yang sesuai, peneliti kemudian mendapatkan sebuah gambaran utuh tentang fenomena yang kita teliti dan kemudian kita dapat menyimpulkan fenomena tersebut sebagai temuan baru, maka peneltian sudah dianggap selesai.

Gambar 1.1 Analisis Data Model Interaktif

Komponen-Komponen Analisis Data

Sumber: Miles dan Huberman dalam Anis Fuad dan Kandung Sapto Nugroho (2014: 16)

8. Pengecekan Keabsahan Data

Untuk melakukan pengecekan keabsahan data, teknik yang digunakan peneliti dalam hal ini adalah teknik triangulasi. Menurut

Data Collection

Data Reduction

Data Display

Conclusion: Drawing/Verifyin

(42)

Moleong (2009:330) Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Menurut Anis Fuad dan Kandung Sapto Nugroho (2014:19) triangulasi merupakan bentuk vaidasi silang. Triangulasi melakukan pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Menurut Sugiyono dalam Anis Fuad dan Kandung Sapto Nugroho (2014:19) setidaknya ada 3 bentuk triangulasi, yaitu triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu.

Dalam hal ini peneliti menggunakan triangulasi teknik dalam mengecek keabsahan data. Menurut Anis Fuad dan Kandung Sapto Nugroho (2014:20), triangulasi teknik dapat dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Data dari ketiga teknik tersebut dibandingkan adakah konsistensi, jika berbeda dijadikan catatan dan dilakukan pengecekan selanjutnya mengapa data bisa berbeda. Di bawah ini adalah skema triangulasi teknik:

(43)

Sumber: Anis Fuad dan Kandung Sapto Nugroho (2014:20)

Proses triangulasi teknik yang digunakan peneliti meliputi 3 sumber data yaitu data hasil observasi, data hasil wawancara, dan data hasil dokumentasi. Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan peneliti yakni langkah pertama membandingkan hasil wawancara dari kepala sekolah, guru, dan siswa dengan hasil pengmatan di lingkungan MI Ma’arif NU

Mangunsari serta pengamatan di dalam kelas ketika proses pembelajaran matematika. Langkah kedua adalah membandingkan hasil wawancara antara informan satu dengan informan lainnya, misal informasi dari guru kelas dibandingkan informasi dari kepala sekolah dan siswa. Langkah ketiga adalah membandingkan data hasil wawancara dengan isi dokumen yang dimiliki oleh MI Ma’arif NU Mangunsari, misalnya keterangan dari guru bahwa nilai-nilai karakter disisipkan dalam RPP dan silabus, maka peneliti melihat dokumen RPP dan silabus untuk menguji kebenaran tersebut.

9. Tahap-Tahap Penelitian Wawancara

Mendalam

Dokumentasi

(44)

Menurut Moleong (2009:127) tahap penelitian secara umum terdiri dari empat tahap yang meliputi tahap pra lapangan, tahap pekerjaan lapangan, dan tahap analisis data. Dalam penelitian ini tahapan yang ditempuh sebagai berikut:

a. Tahap Pra-Lapangan

Dalam kegiatan ini meliputi, kegiatan menyusun rancangan penelitian dalam bentuk proposal, penyesuaian paradigma dengan teori, memilih lapangan penelitian, kegiatan penentuan fokus penelitian, konsultasi proposal penelitian, observasi di lapangan sekaligus mengurus perizinan dengan pihak sekolah, menyiapkan perlengkapan penelitian

b. Tahap Pekerjaan Lapangan

Dalam kegiatan ini peneliti mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan dengan implementasi pendidikan karakter pada pembelajaran matematika kelas I MI Ma’arif NU Mangunsari. Data tersebut diperoleh dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi.

c. Tahap analisis data

(45)

teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori.

d. Tahap Penulisan Laporan

Kegiatan penyusunan hasil penelitian dari semua rangkaian kegiatanpengumpulan data hingga pemberian makna data, kemudian melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan perbaikan maupun saran-saran demi kesempurnaan skripsi. Langkah terakhir melakukan pengurusan kelengkapan persyaratan untuk ujian skripsi

G. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penulisan, maka dalam hal ini peneliti akan membagi dari beberapa Bab diantaranya:

BAB I : Bab pertama merupakan pendahuluan yang di dalamnya berisi tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metode penelitian (jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, instrument pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data) dan sistematika penulisan

(46)

yang terdiri dari pendidikan karakter, pembelajaran matematika, dan implementasi pendidikan karakter pada pembelajaran matematika

BAB III : Bab ketiga merupakan paparan hasil penelitian berisi gambaran umum MI Ma’arif NU Mangunsari (letak

geografis, subjek penelitian, visi, misi, dan profil sekolah), dan hasil penelitian

BAB IV : Bab keempat berisi pembahasan hasil penelitian mengenai konsep perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran matematika yang terintegrasi dalam nilai-nilai karakter

(47)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Karakter dan Pendidikan Karakter

1. Hakikat Karakter

Dalam kamus bahasa Indonesia ‘karakter’ diartikan sebagai sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti. Karakter juga dapat diartikan sebagai tabiat, yaitu perangai atau perbuatan yang selalu dilakukan atau kebiasaan. (Darmiyanti Zuchdi, 2011:27).

Deni Damayanti (2014:11) juga berpendapat bahwa karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat.

(48)

Sedangkan, Menurut Thomas Lickona dalam Agus Wibowo (2012:32) karakter merupakan sifat alami seseorang dalam merespons situasi secara bermoral. Sifat alami ini dimanifestasikan dalam tindakan nyata melalui tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati orang lain dan karakter mulia lainnya. Pengertian yang dikemukakan Lickona ini, mirip dengan apa yang diungkapkan oleh Aristoteles, bahwa karakter itu erat kaitannya dengan “habit” atau kebiasaan yang terus-menerus dilakukan. Lebih jauh, Lickona menekankan tiga hal dalam mendidik karakter, yang dirumuskan dengan indah: Knowing, Loving, and acting the good. Menurutnya, keberhasilan pendidikan karakter dimulai dengan pemahaman karakter yang baik, mencintainya, dan pelaksanaan atau peneladanan atas karakter baik itu.

Karakter yang dimiliki seseorang dipengaruhi dari beberapa faktor, salah satunya adalah faktor hereditas. Perilaku seorang anak seringkali tidak jauh dengan perilaku ayah dan ibunya. (Muchlas Samani dan Hariyanto, 2014:43)

(49)

tata karma, budaya, dan adat istiadat, yang terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun lingkungan.

2. Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan merupakan upaya untuk mengembangkan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Muara ranah kognitif adalah tumbuh dan berkembangnya kecerdasan dan kemampuan intelektual akademik, ranah afektif bermuara pada terbentuknya karakter kepribadian, dan ranah psikomotorik akan bermuara pada keterampilan vokasional dan prilaku. (Deni Damayanti, 2014:9)

Sedangkan menurut Agus Wibowo ( 2012:18), pendidikan adalah sebuah kegiatan yang dilakukan dengan sengaja dan terencana yang dilaksanakan oleh orang dewasa yang memiliki ilmu dan keterampilan kepada anak didik, demi terciptanya manusia sempurna yang berkarakter atau insan kamil.

Menurut agama Islam, pendidikan karakter bersumber dari wahyu Al-Qur’an dan As-Sunah. Akhlak atau karakter Islam ini, terbentuk atas dasar prinsip “ketundukan, kepasrahan, kedamaian” sesuai dengan makna dasar dari

(50)

َم ْوَﯾْﻟا َو َﷲ اوُﺟ ْرَﯾ َنﺎَﻛ نَﻣﱢﻟ ٌﺔَﻧَﺳ َﺣ ٌة َو ْﺳُأ ِﷲ ِلوُﺳ َر ﻲِﻓ ْمُﻛَﻟ َنﺎَﻛ ْدَﻘﱠﻟ

ا ًرﯾِﺛَﻛ َﷲ َرَﻛَذ َو َرِﺧَﻷْا

Artinya:“Sungguh telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik

bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

(kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah.”

(Q.S. Al-Ahzab: 21)

Dari ayat di atas dapat diketahui bahwasanya Nabi Muhammad merupakan suri tauladan bagi umat di seluruh alam. Dengan adanya suri tauladan tersebut, maka manusia dapat belajar agar dapat mencontoh akhlak ataupun karakter seperti Nabi Muhammad. Jika mereka mencontoh perilaku Nabi Muhammad, baik dari segi sikap, ucapan dan ibadah, maka akhlak atau karakter mereka dapat terbentuk menjadi baik dan seperti ayat yang dijelaskan di atas bagi yang mencontoh karakter Nabi Muhammad akan memperoleh rahmat Allah pada hari kiamat.

(51)

Sejalan dengan hal tersebut, pengertian pembentukan karakter adalah upaya untuk membantu perkembangan jiwa anak baik lahir maupun batin, dari sifat kodratinya menuju ke arah peradaban masyarakat dan bangsa secara umum. Sedangkan, Pendidikan pembentukan karakter merupakan upaya untuk menumbuhkan dan mengembangkan nilai-nilai yang baik atau positif pada diri anak sesuai dengan etika moral yang berlaku. Anak tidak tahu apa yang seharusnya dilakukan tetapi juga memahami mengapa hal tersebut dilakukan, sehingga anak akan berprilaku seperti yang diharapkan. (Deni Damayanti, 2014: 10)

Dalam hal ini, Konteks kajian P3 dalam Novan Ardy Wiyani (2013:27) mendefinisikan pendidikan karakter dalam setting sekolah sebagai pembelajaran yang mengarah pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh yang didasarkan pada suatu nilai tertentu yang dirujuk sekolah. Definisi ini mengandung makna berikut:

a. Pendidikan karakter adalah pendidikan yang terintegrasi dengan pembelajaran yang terjadi pada semua mata pelajaran

b. Pendidikan karakter diarahkan pada pengembangan perilaku anak secara utuh. Asumsi yang dikemukakan ialah anak merupakan manusia yang memilki potensi untuk dikuatkan dan dikembangkan

(52)

Selain itu, Pendidikan karakter menurut Novan Ardy Wiyani (2013:27) adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya, yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa. Pendidikan karakter dapat dimaknai dengan pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.

(53)

Dapat disimpulkan, bahwa pendidikan karakter merupakan upaya untuk menumbuhkan dan mengembangkan nilai-nilai yang baik atau positif pada diri anak sesuai dengan etika moral yang berlaku, yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil

3. Tahapan Pendidikan Karakter

Menurut Deni Damayanti (2014:10) pendidikan karakter bersifat terus-menerus dan berkelanjutan, yaitu mulai dari pendidikan usia dini hingga perguruan tinggi, agar terinternalisasi dengan baik dalam diri anak. Pendidikan karakter melalui tahapan sebagai berikut:

a. Pada usia 5 sampai 8 tahun ditanamkan nilai-nilai yang bersifat global dan spontan

b. Pada usia 9 sampai 12 tahun pendidikan karakter berupa nilai-nilai hakikat kebenaran berupa baik atau buruk

c. Pada usia 14 sampai 16 tahun anak mulai dilatihkan berbagai prilaku berupa kebaikan betapapun beratnya

(54)

4. Tujuan Pendidikan Karakter

Menurut Mulyasa (2014:9) pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setia satuan pendidikan.

Sejalan dengan hal ini, pendidikan karakter menurut Zuchdi dalam

Deni Damayanti (2014:12-13) bertujuan untuk mengajarkan nilai-nilai

tradisional tertentu, nilai-nilai yang diterima secara luas sebagai landasan

prilaku yang baik dan bertanggungjawab. Nilai-nilai ini digambarkan sebagai

perilaku moral. Dengan demikian pendidikan karakter atau pendidikan nilai

bertujuan agar peserta didik menjadi warga negara yang baik.

Selanjutnya, Novan Ardy Wiyani (2013: 70-72) menambahkan, bahwasanya secara operasional tujuan pendidikan karakter dalam setting sekolah sebagai berikut:

a. Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian kepemilikan peserta didik yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan

(55)

c. Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggungjawab karakter bersama

5. Fungsi Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter tidak hanya memiliki tujuan, namun juga memiliki fungsi. Menurut Kementrian Pendidikan Nasional (2010:7), fungsi pendidikan karakter adalah sebagai berikut:

a. Pengembangan: pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi pribadi berprilaku baik; ini bagi peserta didik yang telah memiliki sikap dan prilaku yang mencerminkan bidaya dan karakter bangsa

b. Perbaikan; memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggungjawab dalam pengembangan potensi peserta didik yang lebih bermanfaat

c. Penyaringan; untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat.

6. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

Menurut Megawangi yang merupakan tokoh pencetus pendidikan karakter di Indonesia dalam Mulyasa (2014:5) telah menyusun 9 pilar karakter mulia yang selayaknya dijadikan acuan dalam pendidikan karakter, baik di sekolah maupun di luar sekolah, yaitu sebagai berikut:

a. Cinta Allah dan kebenaran

(56)

c. Amanah

d. Hormat dan santun

e. Kasih sayang, peduli, dan kerjasama

f. Percaya diri, kreatif, dan pantang menyerah g. Adil dan berjiwa kepemimpinan

h. Baik dan rendah hati i. Toleran dan cinta damai

Sedangkan menurut Kementerian Dinas Pendidikan, terdapat 18 nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter bangsa sebagaimana dalam tabel berikut ini:

Tabel 2.1

Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Karakter Bangsa

No. Nilai Deskripsi

1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakanajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinyasebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama,suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

(57)

Sambungan…

4. Disiplin Tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuhpada berbagai ketentuan dan peraturan.

5. Kerja keras Perilaku yang menunjukan upaya sungguh-sungguhdalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan caraatau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki

7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung padaorang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

8. Demokratis Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai samahak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

9. Rasa ingintahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untukmengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

10. Semangatkebangsaan Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yangmenempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya

11. Cinta tanahair Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukankesetiaan, kepeduliaan, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.

12. Menghargaiprestasi Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untukmenghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain

(58)

Sambungan….

14. Cinta damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan oranglain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

15. Gemarmembaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagaibacaan yang memberikan kajikan bagi dirinya.

16. Pedulilingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegahkerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

17. Pedulisosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuanpada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

18. Tanggungjawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugasdan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara, dan Tuhan Yang Maha Esa.

Sumber: Kemendiknas (2010:9-10)

B. Pembelajaran Matematika

1. Pengertian Pembelajaran

Proses belajar dan mengajar (pembelajaran) menurut Zainal Aqib (2013:66) adalah upaya secara sistematis yang dilakukan guru untuk mewujudkan proses pembelajaran secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

2. Komponen Pembelajaran

(59)

( https://menurutpengertian.blogspot.co.id/2015/05/pengertian-dan-komponen-) diakses tanggal 27 Maret 2017, adalah sebagai berikut:

a. Peserta didik

Menurut undang undang No.20 tentang Sistem Pendidikan Nasional, peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.

b. Guru

Guru adalah seseorang dengan fitrahnya sebagai manusia berkepribadian yang memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar dan berpartisipasi penuh dalam menyelenggarakan pendidikan.

c. Tujuan Pembelajaran

Dalam Permendiknas RI No. 52 Tahun 2008 tentang Standar Proses disebutkan bahwa tujuan pembelajaran memberikan petunjuk untuk memilih isi mata pelajaran, menata urutan topik-topik, mengalokasikan waktu, petunjuk dalam memilih alat-alat bantu pengajaran dan prosedur pengajaran, serta menyediakan ukuran (standar) untuk mengukur prestasi belajar siswa.

d. Materi/isi

Secara garis besar dapat dikemukakan bahwa materi pembelajaran

(instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap

yang harus dikuasai peserta didik dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan..

e. Metode

Metode pembelajaran menurut Oemar Hamalik, merupakan salah satu cara yang digunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pembelajaran untuk mencapai tujuan yang ditetapkan

f. Media

Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti

tengah, perantara atau pengantar.Media pembelajaran merupakan seperangkat alat bantu yang dapat digunakan sebagai sumber belajar oleh guru dalam menyampaikan materi kepada siswa atau peserta didik. g. Evaluasi

(60)

3. Pengertian Pembelajaran Matematika

Matematika menurut Deni Damayanti (2014:115) secara pragmatis, kita dapat menyatakan bahwa matematika adalah himpunan dari nilai kebenaran yang terdiri dari teorema-teorema beserta buktinya. Objek matematika secara material berupa benda-benda konkret, gambar, kolam, berbentuk persegi, atap rumah berbentuk limas, dan sebagainya.

Dengan demikian, pembelajaran matematika merupakan suatu kegiatan belajar mengajar mata pelajaran matematika yang dilakukan oleh guru terhadap peserta didik dengan menggunakan sarana dan fasilitas yang ada, guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

4. Tujuan Pembelajaran Matematika

Tujuan pembelajaran mata pelajaran matematika untuk semua jenjang pendidikan dasar dan mengengah dalam Standar Isi (SI) adalah sebagai berikut:

a. Siswa mampu memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah

(61)

c. Siswa mampu memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh

d. Siswa mampu mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain, untuk memperjelas keadaan atau masalah e. Siswa mampu memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam

kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecah masalah. (Deni Damayanti, 2014: 118)

5. Nilai-Nilai Karakter Pembelajaran Matematika

Adapun nilai-nilai karakter yang diitegrasikan dalam mata pelajaran matematika adalah nilai religiusitas, kejujuran, kecerdasan, ketangguhan, kepedulian, demokratis, berpikir logis, kritis, kerja keras, keingitahuan, kemandirian, dan percaya diri. (Deni Damayanti, 2014: 47)

C. Implementasi Pendidikan Karakter Pada Pembelajaran Matematika

1. Desain Pendidikan Karakter

(62)

hal tersbut, Danil Goleman berpendapat bahwa keberhasilan seseorang di masyarakat, ternyata 80% ditentukan oleh kecerdasan emosi, dan hanya 20% ditentukan oleh kecerdasan otak (IQ).

Karakter individu yang dijiwai oleh sila-sila pancasila, yang dikembangkan dari buku Desain Induk Pembangunan Karakter Bangsa 2010-2025 dalam Muchlas Samani dan Hariyanto (2013:24-25), antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut:

a. Karakter yang bersumber dari oleh hati, antar lain beriman dan bertaqwa, bersyukur, jujur, amanah, adil, tertib, sabar, disiplin, taat aturan, bertanggungjawab, berempati, punya rasa iba, berani mengambil resiko, pantang menyerah, menghargai lingkungan, rela berkorban, dan berjiwa patriotik

b. Karakter yang bersumber dari olah pikir antara lain cerdas, kritis, kreatif, inovatif, analisis, ingin tahu (kuriositas, kepenasaran, intelektual), produktif, berorientasi ipteks, dan reflektif

c. Karakter yang bersumber dari olah raga/ kinestetika antara lain bersih dan sehat, sportif, tangguh, andal, berdaya tahan, bersahabat, kooperatif, determinative, kompetitif, ceria, ulet, dan gigih

(63)

kepentingan umum, cinta tanah air, bangga menggunakan bahasa dan produk Indonesia, dinamis, kerja keras, dan beretos kerja.

Keterpaduan Desain Induk Pembangunan Karakter Bangsa secara ringkas dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar. 2.1

Keterpaduan Olah Hati, Oleh Pikir, Olah Raga, Olah Rasa dan Karsa

Sumber: Desain Induk Pendidikan Karakter Kemendiknas

(Novan Ardy Wiyani, 2013:29)

(64)

didik mengenal, peduli, dan menginternalisasikan nilai-nilai sehingga peserta didik berperilaku sebaga insan kamil. Kedua, pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran, atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun, kebangsaan sehingga menjadi insan kamil. Di bawah ini adalah skemaGrand DesignPendidikan Karakter :

Gambar 2.2

Grand DesignPendidikan Karakter

Sumber: Novan Ardy Wiyani ( 2013:10)

(65)

orangtua siswa dalam pelaksanaan pendidikan karakter dapat dilihat dari gambar di bawah ini.

Gambar 2.3

Strategi Mikro Pendidikan Karakter

Sumber:Novan Ardy Wiyani ( 2013: 31)

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pengembangan karakter dibagi dalam empat pilar, yakni kegiatan belajar-mengajar di kelas, kegiatan keseharian dalam bentuk pengembangan budaya satuan pendidikan, kegiatan ko-kurikuler dan/ atau ekstra kurikuler, serta kegiatan keseharian di rumah dan di masyarakat.

(66)

pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian, dan selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri. Dengan prinsip tersebut, peserta didik belajar melalui proses berpikir, bersikap dan berbuat. Ketiga proses dalam pendidikan karakter sebagaimana diuraikan, bertujuan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam melakukan kegiatan sosial, dan mendorong peserta didik untuk melihat diri sendiri sebagai makhluk sosial. Secara terperinci Kemendiknas (2010:13-14) mengemukakan prinsip-prinsip penting dalam pengembangan pendidikan karakter, yaitu:

a. Berkelanjutan

Berkelanjutan artinya proses pengembangan nilai-nilai karakter merupakan sebuah proses panjang, dimulai dari masuk sampai selesai dari suatu satuan pendidikan. Sejatinya, proses tersebut dimulai dari kelas 1 SD atau tahun pertama dan berlangsung paling tidak sampai kelas 9 atau kelas akhir SMP. Pendidikan budaya dan karakter di SMA merupakan kelanjutan dari proses yang terjadi selama 9 tahun

(67)

Gambar 2.4

Pengembangan Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Bangsa

Sumber: (Kemendiknas, 2010:12)

c. Nilai tidak diajarkan, tetapi dikembangkan

Artinya materi nilai-nilai karakter bukanlah bahan ajar biasa. Materi pelajaran biasa digunakan sebagai bahan atau media untuk mengembangkan nilai-nilai pendidikan karakter. Yang perlu diperhatikan adalah satu aktivitas belajar dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik

d. Proses pendidikan dilakukan dengan penekanan agar peserta didik secara aktif dan menyenangkan.

Prinsip ini menyatakan bahwa proses pendidikan karakter dilakukan oleh peserta didik bukan oleh guru. Prinsip ini menyatakan bahwa proses pendidikan dilakukan dalam suasana belajar yang menimbulkan rasa senang dan tidak indoktrinatif. Misalnya pengenalan terhadap pengertian nilai yang dikembangkan. Untuk melaksanakan strategi agar peserta didik

Nilai

Mata Pelajaran

Pengembangan Diri

(68)

aktif, maka guru harus merencanakan kegiatan belajar yang menyebabkan peserta didik aktif merumuskan pertanyaa, mencari sumber informasi, mengolah informasi, menumbuhkan nilai-nilai karkater pada diri mereka melalui berbagai kegiatan belajar yang terjadi di sekolah dan tugas-tugas di luar sekolah.

Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter menurut Jingga Gm (2013: 55) diidentifikasi dari sumber-sumber berikut ini:

a. Agama

Masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Oleh karena itu, kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada ajaran agama dan kepercayaannya. Secara plitis, kehidupan kenegaraanpun didasari pada nilai-nilai yang berasal dari agama. Atas dasar pertimbangan itu, maka nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa harus didasarkan pada nilai-nilai dan kaidah yang berasal dari agama.

b. Pancasila

(69)

c. Budaya

Posisi budaya yang demikian penting dalam kehidupan masyarakat mengharuskan budaya menjadi sumber nilai dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa

d. Tujuan nasional pendidikan

Tujuan pendidikan nasional memuat berbagai nilai kemanusiaan yang harus dimiliki warga negara Indonesia. Oleh karena itu, menjadi sumber pokok dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa. 2. Kesimpulan Akhir Tentang Implementasi Pendidikan Karakter Pada

Pembelajaran Matematika

Berdasarkan kajian pendidikan karakter dan pembelajaran matematika yang telah terpapar di depan, dapat disimpulkan bahwa implementasi pendidikan karakter pada pembelajaran matematika merupakan sebuah usaha yang dilakukan oleh seluruh pihak-pihak sekolah yang terkait, mulai dari siswa, para guru, kepala sekolah, dan tenaga non-kependidikan dalam rangka mengintegrasikan nilai-nilai karakter pada pembelajaran matematika, guna menciptaka peserta didik yang tidak hanya cakap dalam kognitif melainkan memiliki karakter yang baik.

3. Model Pengintegrasian Pendidikan Karakter

(70)

a. Integrasi dalam program pengembangan diri

Perencanaan dan pelaksanaan pendidikan karakter pada peserta didik dalam program pengembangan diri, dapat dilakukan melalui kegiatan sehari-hari di sekolah, diantaranya melalui hal-hal berikut:

1) Kegiatan rutin sekolah

Kegiatan rutin merupakan kegiatan yang dilakukan anak didik secara terus menerus dan konsisiten pada setiap saat. Contoh kegiatan ini adalah upacara pada hari besar kenegaraan, pemeriksaan kebersihan (kuku, telinga, rambut, dan lain-lain) setiap hari senin, beribadah bersama atau sholat bersama setiap dhuhur (bagi yang beragama Islam), berdoa waktu mulai dan selesai pelajaran, mengucapkan salam bila bertemu guru, teaga kependidikan, atau teman.

2) Kegiatan spontan

(71)

tidak sopan, mencuri, berpakaian tidak senonoh; maka guru atau tenaga kependidikan lainnya, harus cepat mengkoreksi kesalahan yang dilakukan anak didik tersebut. Kegiatan spontan ini tidak saja berlaku untuk prilaku dan sikap peserta didik yang tidak baik, tetapi prilaku yang baik harus direspon secara spontan dengan memberikan pujian. Misalnya ketika anak didik memperoleh nilai yang tinggi, menolong orang lain, memperoleh prestasi dalam olahraga atau kesenian, berani menentang atau mengoreksi perilaku teman yang tidak terpuji.

3) Keteladanan

Keteladanan adalah prilaku dan sikap guru dan tenaga kependidikan yang lain dalam memberikan contoh terhadap tindakan-tindakan yang baik, sehingga diharapkan menjadi panutan bagi peserta didik untuk mencotohnya. Jika guru dan tenaga kependidikan yang lain mengharapkan agar peserta didik berperilaku atau bersikap sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa maka guru dan tenaga kependidikan yang lain adalah orang yang pertama dan utama memberikan contoh berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai itu. Misalnya berpakaian rapi, datang tepat pada waktunya, bekerja keras, bertutur kata sopan, kasih sayang, perhatian terhadap peserta didik, jujur, menjaga kebersihan.

(72)

Keterlaksanaan pendidikan karakter maka sekolah harus dikondisikan sebagai pendukung kegiatan itu. Sekolah harus mencerminkan kehidupan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang diinginkan. Misalnya toilet yang selalu bersih, bak sampah ada di berbagai tempat dan selalu dibersihkan, sekolah terlihat rapi dan alat belajar ditempatkan teratur.

b. Pengintegrasian dalam budaya sekolah

Menurut Kemendiknas (2010:19), budaya sekolah merupakan suasana kehidupan sekolah tempat peserta didik berinteraksi, baik denga sesamanya, pegawai administrasi dengan sesamanya, guru denga guru, konselor dengan sesamanya, pegawai administrasi dengan sesamanya, dan antara anggota kelompok masyarakat sekolah. Pengembangan nilai-nilai karakter dalam budaya sekolah mencangkup kegiatan-kegiatan yang dilakukan kepala sekolah, guru, konselor, tenaga administrasi ketika berkomunikasi dengan peserta didik dan menggunakan fasilitas sekolah. 1) Kelas, melalui proses belajar setiap mata pelajaran atau kegiatan atau

kegiatan yang dirancang sedemikian rupa.

(73)

sekolah. Contoh kegiatannya adalah pagelaran seni, lomba pidato, lomba kesenian, lomba membuat tulisan, dan lain-lain.

3) Luar sekolah, melalui kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan lain yang diikuti oleh seluruh atau sebagian peserta didik, dirancang sejak awal tahun pelajaran, dan dimasukkan ke dalam kalender akademik. Misalnya kunjungan ke tempat-tempat yang menumbuhkan rasa cinta terhadap tanah air, menumbuhkan rasa cinta terhadap tanah air, melaksanakan pengabdian masyarakat, dan lain-lain

c. Pengintegrasian dalam mata pelajaran

Pengembangan nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa diintegrasikan dalam setiap pokok bahasan dari setiap mata pelajaran. Nilai-nilai tersebut dicantumkan dalam silabus dan RPP. Pengembangan nilai-nilai itu dalam silabus ditempuh melalui cara-cara berikut ini:

1) Mengkaji Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pada Standar Isi (SI) untuk menentukan apakah nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang tercantum itu sudah tercakup di dalamnya

2) Menggunakan tabel 2.1 yang memperlihatkan keterkaitan antara SK dan KD dengan nilai dan indikator untuk menentukan nilai yang akan dikembangkan

(74)

4) Mencantumkan nilai-nilai yang sudah tertera dalam silabus ke dalam RPP

5) Mengembangkan proses pembelajaran peserta didik secara aktif yang memungkinkan peserta didik memiliki kesempatan melakukan internalisasi nilai dan menujukannya dalam perilaku yang sesuai

6) Memberikan bantuan kepada peserta didik, baik yang mengalami kesulitan untuk menginternalisasikan nilai maupun untuk menunjukannya dalam perilaku.

4. Integrasi Pendidikan Karakater dalam Kegiatan Pembelajaran

Gambar. 2.5Pendidikan Karakter Terintegrasi Dalam Pembelajaran

Semua Mata Pelajaran

Sumber: (

(75)

Berdasarkan Tabel di atas dapat diketahui, bahwa implementasi pendidikan karakter pada masing-masing pembelajaran dapat dilakukan melalui 3 kegiatan, yaitu kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. a. Perencanaan Pembelajaran Matematika yang Terintegrasi Nilai-Nilai

Karakter

Sebelum melakukan pembelajaran, seorang guru terlebih dahulu harus menyusun perencanaan agar menghasilkan proses pembelajaran yang optimal serta hasil yang maksimal. Perencanaan yang dilakukan guru untuk mengintegrasikan pendidikan karakter dalam mata pelajaran adalah dengan membuat RPP berkarakter berdasarkan silabus. RPP berkarakter menurut Mulyasa (2014:78) pada hakikatnya merupakan rencana jangka pendek untuk memperikarakan atau memproyeksikan karakter yang akan ditanamkan kepada peserta didik dalam pembelajaran. Menurutnya (2014:79-81), Pendidikan karakter di sekolah yang akan bermuara pada pengembangan RPP, sedikitnya harus mencangkup tiga kegiatan, yaitu sebagai berikut:

1) Identifikasi Karakter

(76)

penilaian. Pembentukan karakter melibatkan inteligensi question (IQ), emotional question (EQ), creativity question (CQ), yang secara keseluruhan harus tertuju pada pembentukan spiritual question(SQ).

Karakter yang harus dimiliki peserta didik perlu dinyatakan sedemikian rupa agar dapar dinilai, sebagai wujud hasil belajar peserta didik yang mengacu paad pengalaman langsung. Penilaian terhadap pendidikan karakter perlu dilakukan secara objektif, berdasarkan kinerja peserta didik, yang diwujudkan dalam perilakunya.

2) Integrasi Karakter ke dalam Kompetensi Dasar

Menurut Gordon dalam Mulyasa (2014:80) menjelaskan beberapa aspek atau ranah yang terkandung dalam konsep kompetensi sebagai berikut:

a) Pengetahuan (knowledge), yaitu kesadarn dalam bidang kognitif. b) Pemahaman (understading), yaitu kedalaman kognitif dan afektif

yang dimilki oleh individu

c) Kemampuan (skill) adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya

(77)

e) Sikap (attitude) yaitu persaan atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar

f) Minat (interest) adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan

Jika dianalisis setiap ranah dalam kompetensi tersebut, maka karakter dapat diintegarsikan dalam setiap ranah secara proporsional, namun akan lebih tepat diitegrasikan dalam pembentukan nilai, sikap, minat, yang nantinya akan membentuk pribadi seseorang.

3) Penyusunan RPP Berkarakter

Komponen RPP mencangkup kompetensi dasar, karakter yang akan dibentuk, materi standar, metode dan teknik, media, dan sumber belajar, waktu belajar, dan daya dukung lainnya.

b. Pelaksanaan Pembelajaran Matematika yang Terintegrasi Nilai-Nilai Karakter

Gambar

Gambar 1.1 Analisis Data Model Interaktif
Tabel 2.1
Gambar. 2.1
Gambar 2.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu juga terdapat jurnal penelitian tentang perbedaan konsep diri pada budaya dan pengaruhnya terhadap pembelian impulsif, yaitu bahwa konsep diri memiliki

Selanjutnya Pejabat Pengadaan pada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Probolinggo Tahun Anggaran 2017, dengan ini mengumumkan Penyedia Pengadaan Langsung

Berdasarkan wawancara dan dokumen penulis menyimpulkan bahwa Pengelolaan dana BOS di MTs Unwaanunnajah sudalr sesuai dengan buku panduan dan cukup baik untuk meringankan

TMS= Bahan - bahan yang diajukan oleh rekanan dalam methode pelaksaan pekerjaan pada pekerjaan kuda - kuda dan penutup atap tidak sesuai dengan rab yang ditawarkan dimana

[r]

Herlambang mendetailkan Pompa hidram sebagai pompa air tanpa listrik yang digunakan untuk menaikkan air dari tempat rendah ke tempat yang lebih tinggi secara automatic dengan

Pembukaan akses yang menghubungkan Kota Jantho, dengan wilayah belakangnya Lamno dan Keumala akan meningkatkan interaksi ke tiga wilayah karena akses tersebut dapat

1 Fakthur Haris Irfan (2013) Pengaruh Perbedaan Laba Akuntansi dan Laba Fiskal terhadap Persistensi Laba dengan Komponen Akrual dan Aliran Kas sebagai Variabel