• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KETERAMPILAN BERBICARA TERHADAP KECERDASAN LINGUISTIK SISWA KELAS V SDN CINERE 01 DEPOK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH KETERAMPILAN BERBICARA TERHADAP KECERDASAN LINGUISTIK SISWA KELAS V SDN CINERE 01 DEPOK"

Copied!
169
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KETERAMPILAN BERBICARA TERHADAP KECERDASAN LINGUISTIK SISWA KELAS V

SDN CINERE 01 DEPOK

SKRIPSI

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh :

Nama : Feny Hermayani NIM : 2014820074

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2018

(2)

i

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR Skripsi, Agustus 2018

Feny Hermayani (2014820074)

PENGARUH KETERAMPILAN BERBICARA TERHADAP

KECERDASAN LINGUISTIK SISWA

xix + 152 hal, 35 tabel, 3 gambar, 25 lampiran ABSTRAK

Pengaruh keterampilan berbicara terhadap kecerdasan lingusitik siswa kelas V di SDN Cinere 01, penelitian ini dilatar belakangi oleh hipotesis peneliti yang menduga adanya pengaruh keterampilan berbicara terhadap kecerdasan linguistik siswa kelas V. Adapun tujuan untuk mengetahui apakah adanya pengaruh dari keterampilan berbicara terhadap kecerdasan linguistik siswa kelas V. Penelitian ini dilaksanakan di SDN Cinere 01, Depok. Metode yang digunakan adalah metode regresi linier sederhana dengan menggunakan tes lisan dan tes tertulis sebagai instrumen. Populasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas V, sedangkan sampel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VC dan VA di SDN Cinere 01 yang berjumlah 88 Responden. Pengambilan sampel menggunakan teknik sampel jenuh. Instrument yang diberikan adalah tes lisan dan tes tertulis dengan menggunakan teks dialog untuk keterampilan berbicara dan soal essay untuk kecerdasan linguistik sebanyak 10 pertanyaan. Analisis data menggunakan regresi linear sederhana. Hal ini terbukti dari hasil perhitungan menunjukkan hasil uji f sebesar 3,274, karena Fhitung > Ftabel, sebesar 2,018. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh keterampilan berbicara terhadap kecerdasan linguistik siswa.

Kata Kunci: Keterampilan, Berbicara, Kecerdasan Linguistik.

Daftar Pustaka 33 (2004-2017)

(3)

ii

(4)

iii

(5)

iv

(6)

v

(7)

vi

(8)

vii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orang tuaku Ayah dan Ibuku Erman dan Eliya Roza, Kedua Adiku Fadhli Hermansyah dan Fauzi Hilman Saputra yang dengan penuh kasih sayang serta memberi dukungan, perjuangan, motivasi dan pengorbanan dalam hidup ini.

(9)

viii

MOTTO

Bekerja Keras dan Bersikap Baiklah, Hal Luar Biasa Akan Terjadi (Conan O’ Brien)

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmannirrahim

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan taufiq dan hidayah-Nya berkat rahmat dan petunjuknya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa petunjuk kebenaran seluruh umat manusia yaitu agama islam yang kita harapkan syafaatnya di dunia dan di akhirat.

Suatu kebahagiaan dan kebanggaan tersendiri bagi penulis karena dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu. Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan rasa hormat, ucapan terimakasih, serta penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Dr. Iswan, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jakarta.

2. Bapak Azmi Al-Bahij, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jakarta yang telah mendorong dan mengarahkan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu.

3. Ibu Masroro Diah Wahyu Lestari, M.Pd., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah senantiasa memberikan wawasan keilmuan, nasehat, saran, pemikiran, bimbingan dan arahan yang sangat bermakna kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Mursidi, S.Pd, selaku kepala sekolah SDN Cinere 01 beserta para guru terutama wali kelas VA dan VC, yang telah mengizinkan dan membantu penulis melakukan penelitian di SDN Cinere 01.

5. Secara khusus penulis mempersembahkan rasa terima kasih kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta (Erman dan Eliya Roza) yang sangat

(11)

x

penulis hormati dan sayangi, karena limpahan kasih sayang dan doanya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adik tercinta (Fadhli Hermansah dan Fauzi Hilman Saputra) yang selalu memberikan motivasi agar penulisan skripsi ini cepat selesai. dan seluruh keluarga besar yang selalu memberikan dukungan moril serta materil sehingga penulis semangat dalam menyelesaikan penelitian ini agar mendapatkan nilai yang baik.

6. Sahabat-sahabat tersayang: Deza Rahayu, Nanda Aulia Rachman, Mariyah Ulfah Damiri, Syifa Fauziah, Nadha Fitriyah Sari yang selalu memberikan semangat, masukan, saran dan motivasinya selama ini.

Terima kasih atas persabahatan yang indah ini semoga persahabatan kita tidak pernah hilang termakan waktu.

7. Sahabat-sabahat terbaikku: Fiqih Aulia Septi, Ariny Rizka, Diana Oktaviani. Terima kasih telah menjadi sahabat terbaik selama ini, walau jarak memisahkan semoga persahabatan indah kita tidak akan pernah pudar.

8. Teman-teman kuliah angkatan 2014 khususnya jurusan PGSD kelas BSD yang senantiasa memberikan semangat dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan proposal skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi terwujudnya karya yang lebih baik untuk masa yang akan datang. Sebagai ucapan terima kasih semoga bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Jakarta, 15 April 2018 Penulis

Feny Hermayani

(12)

xi DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK. ... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

FAKTA INTEGRITAS ... v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

MOTTO ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar belakang masalah ... 1

B. Identifikasi masalah ... 6

C. Batasan masalah ... 6

D. Rumusan masalah ... 6

E. Tujuan penelitian ... 7

1. Tujuan Umum ... 7

2. Tujuan Khusus ... 7

F. Manfaat penelitian ... 7

1. Manfaat Praktis ... 7

2. Manfaat Teoritis ... 7

G. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

(13)

xii

A. Kajian teori ... 10

1. Hakikat Berbicara ... 10

a. Pengertian Berbicara ... 10

b. Tujuan Berbicara ... 12

c. Aspek-Aspek Berbicara ... 14

d. Cakupan Berbicara ... 16

e. Jenis-Jenis Berbicara ... 18

f. Proses Berbicara ... 19

g. Karakteristik Berbicara dan Psikologi Bahasa Anak Kelas 5 SD ... 20

2. Keterampilan Berbicara ... 23

a. Pengertian Keterampilan Berbicara ... 23

b. Hubungan-Hubungan Keterampilan Berbicara.. 26

c. Strategi Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara ... 28

3. Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 28

a. Pengertian Pembelajaran ... 28

b. Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 29

c. Pembelajaran Bahasa Indonesia Di Sekolah Dasar ... 30

d. Kurikulum KTSP Bahasa Indonesia Kelas 5 ... 31

e. Materi Ajar ... 32

4. Hakikat Kecerdasan ... 40

a. Pengertian Kecerdasan ... 40

b. Jenis-Jenis Kecerdasan ... 42

c. Kecerdasan Linguistik ... 44

d. Ciri-Ciri Kecerdasan Linguistik Anak ... 46

B. Kerangka berpikir ... 47

C. Hipotesis penelitian ... 49

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 50

(14)

xiii

A. Tempat dan waktu penelitian ... 50

1. Tempat penelitian ... 50

2. Waktu penelitian ... 50

B. Metode penelitian ... 51

C. Variabel dan definisi operasional variabel ... 52

1. Variabel Penelitian 52

2. Definisi Konseptual Variabel Terikat X (Keterampilan Berbicara) 53 3. Definisi Operasional Variabel Terikat X (Keterampilan Berbicara) 55 4. Definisi Konseptual Variabel Bebas Y (Kecerdasan Linguistik) 55 5. Definisi Operasional Variabel Y (Kecerdasan Linguistik) 56

D. Populasi dan sampel... 56

1. Populasi ... 56

2. Sampel ... 57

E. Teknik Pengumpulan Data ... 58

1. Tes ... 58

a. Tertulis ... 58

b. Lisan ... 59

F. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 59

G. Teknik analisis data ... 1. Menentukan distribusi frekuensi data ... 63

2. Uji coba instrumen. ... 64

a. Uji validitas ... 65

b. Uji reliabilitas ... 65

3. Uji Stasistik Deskripstif ... 66

4. Uji prasyarat analisis ... 67

a. Uji normalitas ... 67

b. Uji linearitas ... 67

(15)

xiv

c. Uji homogenitas ... 68

5. Uji Hipotesis ... 69

a. Menentukan Persamaan Regresi ... 69

b. Uji signifikansi regresi (Uji F) ... 70

c. Penentuan Koefisisen Determinasi ... 71

d. Hipotesis Statistik... 72

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 73

A. Deskripsi data ... 73

1. Deskripsi tempat penelitian ... 73

2. Deskripsi data responden ... 73

a. Distribusi frekuensi variabel X (Keterampilan Berbicara) ... 75

b. Distribusi frekuensi variabel Y (Kecerdasan Linguistik) ... 76

3. Deskripsi data Tes Lisan dan Tertulis ... 78

a. Variabel X Keterampilan Berbicara ... 78

b. Variabel Y Kecerdasan Linguistik ... 82

B. Hasil analisis data ... 91

1. Uji coba Analisis Instrumen ... 91

a. Uji validitas ... 91

b. Uji reliabilitas ... 92

2. Uji prasyarat Instrumen ... 93

a. Uji normalitas ... 93

b. Uji linearitas ... 94

c. Uji homogenitas ... 96

3. Uji Hipotesis ... 96

a. Menentukan Persamaan Regresi ... 96

b. Uji Signifikansi Regresi (Uji F) ... 98

c. Penentuan Koefisien Determinasi ... 99

C. Interprestasi hasil penelitian ... 99

(16)

xv

BAB V. PENUTUP ... 103

A. Kesimpulan ... 103

B. saran-saran ... 104

DAFTAR PUSTAKA ... 106

LAMPIRAN ... 108

(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Kurikulum KTSP Bahasa Indonesia

Kelas 5 semester 2 32

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian 50 Tabel 3.2 Rumus Regresi Linear Sederhana 52

Tabel 3.3 Besar Populasi Penelitian 57

Tabel 3.4 Besar Sampel Penelitian 58

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Instrumen Variabel X 59 Tabel 3.6 Rubrik Penilaian Keterampilan Berbicara 61 Tabel 3.7 Kisi-Kisi Instrumen Variabel Y 62 Tabel 3.8 Skor Jawaban Skala Likert Kecerdasan Linguistik 63

Tabel 3.9 Rumus Uji Linearitas 68

Tabel 3.10 Rumus Regresi Liniear Sederhana 70 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Variabel X 75 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Variabel Y 77

Tabel 4.3 Skor 1 78

Tabel 4.4 Skor 2 79

Tabel 4.5 Skor 3 79

Tabel 4.6 Skor 4 80

Tabel 4.7 Skor 5 81

Tabel 4.8 Pertanyaan 1 82

Tabel 4.9 Pertanyaan 2 83

Tabel 4.10 Pertanyaan 3 84

Tabel 4.11 Pertanyaan 4 85

Tabel 4.12 Pertanyaan 5 86

Tabel 4.13 Pertanyaan 6 87

Tabel 4.14 Pertanyaan 7 88

Tabel 4.15 Pertanyaan 8 89

Tabel 4.16 Pertanyaan 9 90

(18)

xvii

Tabel 4.17 Pertanyaan 10 91

Tabel 4.18 Hasil Uji Validitas Kecerdasan Linguistik 92 Tabel 4.19 Hasil Uji Reabilitas Kecerdasan Linguistik 93 Tabel 4.20 Hasil Uji Normalitas Keterampilam Berbicara

dan Kecerdasan Linguistik 94

Tabel 4. 21 Hasil Uji Linearitas 95

Tabel 4.22 Hasil Uji Homogenitas 96

Tabel 4.23 Persamaan Regresi 97

Tabel 4.23 Hasil Uji F 98

(19)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berfikir 48

Gambar 3.1 Grafik Distibusi Variabel Keterampilan Berbicara 76 Gambar 3.2 Grafik Distibusi Variabel Kecerdasan Linguistik 77

(20)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Naskah Drama Untuk Penilaian Variabel X 104 Lampiran 2 Soal Uji Validitas Variabel Y 112

Lampran 3 Soal Penelitian Variabel Y 116

Lampiran 4 Rubrik Penilaian Keterampilan Berbicara 118 Lampiran 5 Skor Penilaian Skala Likert Variabel Y 119 Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Variavel Y 120 Lampiran 7 Hasil Uji Reabilitas Variabel Y 125

Lampiran 8 Hasil Uji Normalitas 126

Lampiran 9 Hasil Uji Linearitas 127

Lampiran 10 Hasil Uji Homogenitas 128

Lampiran 11 Hasil Persamaan Regresi 129

Lampiran 12 Hasil Uji F 130

Lampiran 13 Hasil Koefisien Determinasi 131

Lampiran 14 Distribusi Nilai F 132

Lampiran 15 Distribusi Nilai r Tabel 123

Lampiran 16 Silabus Pembelajaran 134

Lampiran 17 Kurikulum KTSP Kelas V 138

Lampiran 18 Surat Permohonan Bimbingan Skripsi 141 Lampiran 19 Surat Permohonan Uji Validitas 142 Lampiran 20 Surat Permohonan Penelitian 143

Lampiran 21 Surat Balasan Penelitian 144

Lampiran 22 Kartu Menyaksikan Ujian Skripsi 145 Lampiran 23 Kartu Konsultasi Bimbingan Skripsi 146

Lampiran 24 Profil Sekolah 148

Lampiran 24 Dokumentasi 151

Lampiran 25 Riwayat Hidup Penulis 152

(21)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengajaran dan pembelajaran merupakan hal yang sangat berhubungan untuk menemukan kemudahan dalam kesulitan pembelajaran di kelas. Dimana, pengajaran tidak hanya sebagai alat proses pembelajaran tetapi bisa lebih membantu siswa untuk mentransfer nilai-nilai ilmu pengetahuan dan banyak metode yang bisa di jadikan untuk membantu pengajaran.

Guru sebagai fasilitator di kelas mempunyai peran yang sangat penting untuk mentransfer ilmu-ilmu pengetahuan dan mendidik karakter mereka di lingkungan pendidikan yaitu sekolah. Kegiatan belajar siswa tidak hanya dilakukan di sekolah tetapi dalam ruang lingkup keluarga. Keluarga mempunyai peran penting pertama dalam mendidik karakter siswa yang baik berbicara mereka kepada yang lebih tua dan teman mereka. Dalam Surat Al-Baqarah ayat 83 Allah berfirman :

اًنْسُح ِساَّنلِلا ْوُل ْوُق َو

Artinya : “Ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia”

(QS 2:83)

(22)

2 hadist Rasulullah SAW bersabda :

ُالله يَّلَص ِالله َل ْوُس َر َّنَأ ُهْنَع ُالله َي ِض َرَة َرْي َرُه ْيِبَأ ْنَع َهْيَلَع

ِب ُنِم ْؤُي َناَك ْنَم:َلاَق ْمَلَس َو ِرْيَخ ْلُقَيْلَف ِر ِخلآْا ِم ْوَيلْا َو ِاللها

ْتُمْصَيِل ْوَأ

Artinya : “Barang siapa yang iman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berbicara yang baik-baik atau hendaklah diam saja”, (HR Muslim)

Menurut Khoirunnisa (2016 : 1) menyatakan dalam penelitiannya “ Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mata pelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan:

(1) Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis;

(2) Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagi bahasa persatuan dan bahasa negara;

(3) Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan;

(4) Mengunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial;

(5) Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa;

dan

(23)

3

(6) Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.

Jadi, dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, siswa tidak hanya mempelajari dengan teori tetapi di tuntut menerapkan praktik berbicara agar mengembangkan keterampilan berbicara siswa.

Keterampilan berbicara siswa di mulai dengan sejak dini dan butuh secara bertahap. Hal tersebut di pertegas oleh Wijayanti ( 2014 : 2 ) dalam penelitiannya yang mengatakan keterampilan berbicara sangat penting dalam setiap bidang kehidupan terlebih lagi dalam proses pembelajaran. Tentu saja, setiap ada proses pembelajaran pasti ada proses komunikasi. Seseorang yang keterampilan berbicaranya rendah akan sulit untuk melakukan proses komunikasi baik dengan guru atau siswa lainnya. Keterampilan berbicara tentunya menunjang keterampilan berbahasa yang lain yaitu menyimak, membaca, menulis.

Oleh karena itu, keterampilan berbicara bukanlah suatu proses yang pasif, melainkan proses aktif yang membutuhkan daya berpikir yang logis dan sistematis.

Terkadang, ada beberapa masalah yang di hadapi guru, di antaranya, adanya siswa yang masih kurang percaya diri di kelas untuk bericara di depan, kurang nya pemahaman siswa terhadap apa yang sudah di jelaskan oleh guru, kurang nya motivasi belajar dan kurangnya peran orang tua dalam membantu kepercayaan diri siswa. Untuk

(24)

4

membantu permasalahan tersebut, agar meminimalisir kecemasan keterampilan berbicara dapat menggunakan metode bermain peran (Role-Playing). Dimana, siswa didorong untuk berbicara sesuai kejadian dalam cerita tersebut. Menurut Khoirunnisa (2016 : 24) dalam penelitiannya menyatakan “Melalui role playing keterpaduan konsep dalam pembelajaran bahasa Indonesia dikait-kaitkan menjadi pengalaman belajar yang bermakna “. Maka dari itu, keterampilan berbicara melalui metode Role-Playing bisa di jadikan sebagai salah satu media pembelajaran untuk mengembangkan bakat berbicara siswa.

Bermain peran juga membantu siswa agar lebih percaya diri dalam berkomunikasi dan berbicara dengan baik. Dengan bermain peran, siswa di tuntut untuk mengungkapkan keterampilan berbicara yang pernah di alaminya melalui sebuah cerita fiksi atau nyata. Melalui bermain peran, siswa dapat menerima dengan empat kemampuan yaitu, menyimak, membaca, menulis, berbicara. Keempat hal tersebut merupakan indikator untuk membantu keterampilan berbicara melalui bermain peran (Role-Playing). Dengan cara ini, siswa di minta memeragakan sebuah cerita fiksi atau nyata melalui dialog yang di buat oleh peneliti. Kemudian, setiap siswa di tunjuk untuk mempunyai peran masing-masing sesuai isi dalam cerita tersebut. selanjutnya, siswa terbagi ke dalam beberapa kelompok dan audien yang berada dalam kelas tersebut memperhatikan teman-teman yang sedang menampilkan

(25)

5

bermian peran. Dengan cara ini, siswa di uji untuk menunjukkan empat kemampuannya yaitu, menyimak, membaca, menulis dan berbicara.

Melalui keterampilan berbicara, setiap siswa dapat mengembangkan kecerdasan yang mereka miliki. Salah satunya adalah kecerdasan linguistik. Menurut Ratu dalam Amstrong (2017 : 3) menyatakan dalam penelitiannya “ kecerdasan verbal linguistik adalah kecerdasan dalam mengolah kata. Dan merupakan kecerdasan paling universal diantara ketujuh kecerdasan dalam teori kecerdasan ganda.

Kecerdasan verbal linguistik adalah kecerdasan dalam mengolah kata atau kemampuan menggunakan kata secara efektif baik secara lisan maupun tertulis. Orang yang cerdas dalam bidang ini dapat berargumentasi, meyakinkan orang, menghibur atau mengajar dengan efektif lewat kata-kata yang diucapkan “. Jadi, kecerdasan linguistik mempunyai pengaruh yang bermanfaat bagi siswa agar mampu menunjukkan kemampuan atau bakat berbicara mereka. Selain itu, siswa yang mempunyai tingkat kecerdasan linguistik yang baik, dapat mengubah pola tingkah laku mereka dari segi, akhlak, berpikir, dan berkomunikasi dengan lingkungan disekitarnya.

Dengan demikian, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian berdasarkan penjelasan di atas maka saya memilih judul “Pengaruh Keterampilan Berbicara Terhadap Kecerdasan Linguistik Siswa”

(26)

6 B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan gambaran di atas terdapat permasalahan yang dapat dipetik yaitu :

1. Kurangnya kepercayaan diri siswa dalam keterampilan berbicara.

2. Kurangnya perhatian peran orangtua untuk meningkatkan kecerdasan linguistik anak.

3. Kurangnya pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan keterampilan berbicara.

4. Siswa ragu-ragu, tidak berani dan malu untuk mengungkapkan pendapat.

C. Batasan Masalah

Mengingat luasnya permasalahan yang timbul serta kebatasan kemampuan peneliti maka berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, agar permasalahan yang diteliti semakin lebih terarah sesuai dengan sasaran dan tujuan yang diharapkan, peneliti membatassi permasalahan yang diteliti sebagai berikut : “Pengaruh Keterampilan Berbicara Terhadap Kecerdasan Linguistik Siswa”

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada pembatasan masalah di atas, maka peneliti merumuskan bahwa “Apakah terdapat pengaruh keterampilan berbicara terhadap kecerdasan linguistik siswa?”

(27)

7 E. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh keterampilan berbicara terhadap kecerdasan linguistik siswa kelas 5 SDN Cinere 01.

2. Tujuan Khusus

Diketahui adanya pengaruh keterampilan berbicara terhadap kecerdasan linguistik siswa kelas 5 SDN Cinere 01.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat bagi penelitian berikutnya khususnya terkait keterampilan berbicara yang dapat mempengaruhi kecerdasan linguistik siswa.

2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa

Agar siswa memiliki keterampilan berbicara yang baik dengan aspek kebahasaan dan non kebahasaan serta aktif dalam pembelajaran.

b. Bagi Guru

Guru mengetahui teknik dan metode pembelajaran, guru menjadi aktif dan kreatif dalam memberikan pembelajaran kepada siswa menggunakan metode, sehingga tujuan

(28)

8

pembelajaran yang di lakukan akan maksimak. Guru menjadi tahu alat untuk mengukur keterampilan berbicara.

c. Sebagai tolak ukur bagaimana untuk meningkatkan keterampilan bericara. Sekolah dapat menyediakan sarana dan prasarana yang kondusif agar keterampilan berbicara siswa semakin tinggi dan mempengaruhi kecerdasan linguistik siswa.

G. Sistematika Penulisan

Berdasarkan bab penulisan penelitian ini disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut:

BAB I : Bab ini membahas tentang pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : Bab ini membahas kajian pustaka yang membicarakan masalah-masalah yang berkaitan dengan pengertian berbicara, tujuan berbicara, aspek-aspek berbicara, cakupan berbicara, jenis-jenis berbicara, proses berbicara, karakteristik berbicara dan psikologi bahasa anak kelas 5 SD, pengertian keterampilan berbicara, hubungan-hubungan keterampilan berbicara, strategi untuk meningkatkan keterampilan berbicara, pengertian pembelajaran bahasa Indonesia, pengertian kecerdasan, jenis-jenis kecerdasan, kecerdasan

(29)

9

linguistik, ciri-ciri kecerdasan linguistik anak, serta kerangka berpikir dan hipotesis penelitian.

BAB III : Bab ini membahas metodologi penelitian, populasi dan sampel, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

BAB IV : Bab ini membahas hasil penelitian yang berisi tentang deskripsi data, hasil analisis data, dan interpretasi hasil penelitian.

BAB V : Bab ini terdiri dari dua sub bab yaitu kesimpulan dan saran- saran.

(30)

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Hakikat Berbicara a. Pengertian Berbicara

Salah satu faktor yang menunjang adalah tingkat keterampilan dari siswa tersebut. Semakin tinggi tingkat keterampilan, maka semakin unggul pula prestasi siswa.

Salah satu keterampilan yang harus dikembangkan oleh guru kepada siswa adalah keterampilan berbicara

Menurut Linguis dalam Tarigan (2008 : 3) berkata bahwa “speaking is language”. Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada masa tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar dipelajari. Berbicara sudah barang tentu berhubungan erat dengan perkembangan kosa kata yang diperoleh oleh sang anak, melalui kegiatan menyimak

dan membaca.

Menurut Martaulina (2015:4) Berbicara adalah proses perubahan wujud pikiran atau perasaan menjadi wujud

(31)

11

ujaran atau bunyi bahasa yang bermakna, yang disampaikan kepada orang lain. Berbicara sebagai suatu proses komunikasi merupakan suatu peristiwa penyampaian maksud (pikiran atau perasaan) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan (ujaran) hingga maksudnya dipahami.

Berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang lebih sering memilih berbicara untuk berkomunikasi, karena komunikasi lebih efektif jika dilakukan dengan berbicara.

Berbicara memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Sujinah (2017 : 1) berbicara dan menyimak merupakan kegiatan berbahasa lisan, keduanya berkaitan dengan bunyi bahasa. Dalam berbicara seseorang menyampaikan informasi melalui suara atau bunyi bahasa, sedangkan dalam menyimak seseorang mendapat informasi melalui ucapan atau suara.

Menurut Tarigan (2008: 22) Wilayah “berbicara”

biasanya dibagi menjadi dua bidang umum, yaitu berbicara terapan atau berbicara fungsional (the speech arts) dan pengetahuan dasar berbicara (the speech sciences). Dengan perkataan lain, berbicara dapat ditinjau sebagai seni dan juga sebagai ilmu. Kalau kita

(32)

12

memandang berbicara sebagai seni maka penekanan diletakkan pada penerapannya sebagai alat komunikasi dalam masyarakat, dan butir-butir yang mendapat perhatian, antara lain :

1. Berbicara dimuka umum

2. Semantik, pemahaman makna kata 3. Diskusi kelompok

4. Argumentasi 5. Debat

Prosedur parlementer 6. Penafsiran lisan 7. Seni drama

8. Berbicara melalui udara.

Berdasarkan pengertian berbicara yang telah disampaikan oleh beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian berbicara adalah aktivitas mengeluarkan kata-kata atau bunyi berwujud ungkapan, gagasan, informasi yang mengandung makna tertentu secara lisan.

b. Tujuan Berbicara

Seseorang berbicara pasti memiliki tujuan tertentu dan memiliki maksud dari pembicraan yang akan disampaikannya.

(33)

13

Tarigan (2008 : 16) Tujuan berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, seyoganyalah sang pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan. Dia harus mampu mengevaluasi efek komunikasinya terhadap (pra) pendengarnya dan harus mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari segala situasi pembicaraan, baik secara umum maupun perorangan.

Berdasarkan Sujinah (2017 : 2-3), seorang pembicara dalam menyampaikan pesan kepada orang lain pasti mempunyai tujuan, ingin mendapatkan respons atau reaksi. Respons atau reaksi itu merupakan suatu hal yang menjadi harapan. Tujuan atau harapan pembicara sangat tergantung dari keadaan dan keinginan pembicara.

Secara umum tujuan pembicaraan sebagai berikut : 1. Mendorong atau Menstimulasi

Tujuan suatu uraian dikatakan mendorong atau menstimulasi apabila pembicara berusaha memberi semangat dan gairah hidup kepada pendengar.

2. Meyakinkan

Tujuan suatu uraian atau ceramah dikatakan meyakinkan apabila pembicara berusaha

(34)

14

mempengaruhi keyakinan pendapat atau sikap para pendengar.

3. Menggerakkan

Tujuan suatu uraian disebut menggerakkan apabila pembicara menghendaki adanya tindakan atau perbuatan dari para pendengar.

4. Menginformasikan

Tujuan suatu uraian dikatakan menginformasikan apabila pembicara ingin memberikan informasi tentang sesuatu agar para pendengar dapat mengerti dan memahaminya.

5. Menghibur

Tujuan suatu uraian dikatakan menghibur, apabila pembicara bermaksud menggembirakan atau menyenangkan para pendengarnya.

c. Aspek-Aspek Berbicara

Dalam hal keterampilan berbicara, seseorang memerlukan persiapan yang harus diprhatikan baik dari pelafalan, kosakata dan lain-lain. Menurut Martaulina (2015 : 4) Berikut aspek-aspek dalam hal berbicara.

(35)

15 1. Lafal

Lafal adalah cara seseorang atau sekelompok orang dalam suatu masyarakat mengucapkan bunyi bahasa. Melafalkan berarti mengucapkan.

Kualifikasi penilaian Bahasa Indonesia dapat dibedakan atas :

1) Tekanan sudah mendekati standar, tidak jelas terdengar pengaruh bahasa daerah atau bahasa asing.

2) Ucapan mudah dipahami

3) Sekali-kali timbul kesukaran memahami.

4) Sama sekali tidak dapat dipahami.

2. Kosa Kata

Kosa kata berarti perbendaharaan kata. Kosa kata dimiliki seseorang dan kemampuan memilih kata yang tepat dan sesuai (diksi) dapat dijadikan tolak ukur dalam menilai keterampilan berbicara. Untuk menambah perbendaharaan, mampu memilih karya yang tepat dan sesuai, kita harus menggunakan kamus, sering memperhatikan orang yang terampil berbicara, sering berlatih, banyak membaca, dan mengikuti perkembangan

(36)

16

ilmu pengetahuan dan teknologi. Klasifikasi penilaian kosa kata untuk keterampilan berbicara : 1) Penggunaan atau pemilihan kata-kata yang

baik sekali.

2) Kadangkala digunakan kata dan istilah yang kurang tepat.

3) Sering menggunakan kata-kata yang salah 4) Kosa katanya sangat terbatas sehingga tidak

lancar.

5) Sering menggunakan kata yang salah sehingga tidak lancar, sering menggunakan kata yang salah sehingga pembicaraannya sukar dipahami.

3. Struktur Kalimat 4. Kefasihan 5. Isi Pembicaraan 6. Bahasa tubuh 7. Pemahaman.

d. Cakupan Berbicara

Berdasarkan kegiatan komunikasi lisan cakupan kegiatan berbicara sangat luas. Sujinah (2017 : 4), daerah cakupan itu membentang dari komunikasi lisan yang bersifat informal sampai kegiatan

(37)

17

komunikasi lisan yang bersifat formal semua kegiatan komunikasi lisan yang melibatkan pembicara dan pendengar termasuk daerah cakupan berbicara.

Daerah cakupan berbicara meliputi kegiatan komunikasi lisan sebagai berikut :

1. Berceramah 2. Berdebat

3. Bercakap-cakap 4. Berkhotbah 5. Bertelepon 6. Bercerita 7. Berpidato 8. Bertukar pikiran 9. Bertanya

10. Bermain peran 11. Berwawancara 12. Berdiskusi 13. Berkampanye

14. Menyampaikan sambutan 15. Melaporkan

16. Menanggapi

17. Menyanggah pendapat 18. Menjawab pertanyaan

(38)

18

19. Menolak permintaan, tawaran dan ajakan.

Dari penjelasan di atas, bahwa berbicara dapat dilakukan dengan berbagai hal terutama untuk mengembangkan kemampuan berbicara dalam pembelajaran dan pengajaran.

e. Jenis-Jenis Berbicara

Kemampuan berbicara perlu diketahui situasi dan kondisi untuk menyampaikan suatu gagasan yang bersifat formal dan

informal. Baik dalam pengajaran, pembelajaran, dan realita kehidupan agar berjalan secara maksimal. Berdasarkan Sujinah (2017 : 7), kegiatan berbicara terdiri atas berbicara formal dan berbicara informal :

1. Berbicara Informal : meliputi bertukar pikiran, percakapan, penyampaian berita, bertelepon, dan memberi petunjuk.

2. Berbicara Formal : antara lain, diskusi, ceramah, pidato, wawancara, dan bercerita (dalam situasi formal).

Dengan demikian, pembagian antara pembicaraan yang bersifat formal dan informal terkadang sewaktu-waktu dapat berubah sesuai

(39)

19

dengan situasi dan kondisi dilingkungan tersebut salah satunya adalah bercerita, apabila bercerita di depan teman sejawat dapat dikatagorikan sebagai pembicaraan informal dan apabila bercerita didepan khalayak umum maka harus bersifat formal.

f. Proses Berbicara

Proses belajar berbahasa di sekolah, anak- anak mengembangkan kemampuan secara vertikal tidak saja horizontal. Maksudnya, mereka sudah dapat mengungkapkan pesan secara lengkap meskipun belum sempurna dalam arti strukturnya menjadi benar, pilihan katanya semakin tepat, kalimat-kalimatnya semakin bervariasi, dan sebagainya. Dengan kata lain, perkembangan tersebut tidak secara Horizontal mulai dari fonem, kata, frase, kalimat, dan wacana seperti halnya jenis tataran linguistik.

Belajar berbahasa di sekolah terutama sekolah dasar, anak-anak di ajarkan untuk mengucapkan suatu kata oleh guru dan diulangi ucapannya apa yang sudah di ucapkan oleh guru. Anak-anak sekolah dasar mayoritas mereka belajar berbahasa terbilang melewati informasi yang di dapat baik dari media

(40)

20

cetak atau pun mendengar perkataan dari berbagai sumber atau lingkungan sekitar. Berdasarkan Santrock (2007 : 363), “ pada tingkat 4 hingga 8, anak menjadi lebih mampu memperoleh informasi dari media cetak. Dengan kata lain, mereka membaca untuk belajar. Mereka masih mengalami kesulitan memahami informasi yang ditampilkan dari beragam sudut pandang dalam satu cerita. Ketika anak tidak belajar membaca, anak cenderung mengalami kesulitan serius dalam berbagai mata pelajaran.

g. Karakteristik Berbicara dan Psikologi Bahasa Anak Kelas 5 SD

Belajar berbicara seseorang memiliki proses yang panjang dan memiliki tahapan tertentu agar mudah di serap dan didengar dalam belajar berbahasa untuk lebih nalar dan pandai dalam berbicara. Anak-anak SD khususnya anak kelas 5 yang mulai beranjak perkembangan berbicara, memiliki tahapan tertentu dalam belajar berbicara.

Pada kelas 5 sekolah dasar, Jahja (2011 : 206) ciri berbicara pada anak usia akhir kanak-kanak (10-14) antara lain :

(41)

21

1. Penambahan Kosakata (definisi)

Umumnya anak yang berasal dari keluarga yang berpendidikan kosakatanya lebih banyak dari pada anak yang berasal dari keluarga yang orang tuanya berpendidikan tidak tinggi.

2. Pengucapan yang lebih fasih

Kesalahan dalam pengucapan kata-kata lebih sedikit pada usia ini dari pada sebelumnya. Sebuah kata baru mungkin pertama kali digunakan atau diucapkan dengan tidak tepat, tetapi setelah beberapa kali dengar pengucapan yang benar anak telah mampu mengucapkannya dengan benar.

3. Pembentukkan kalimat

Dari usia 6 sampai 9 atau 15 tahun, panjang kalimat akan bertambah, kalimat panjang biasanya tidak teratur dan terpotong-potong. Berangsur-angsur setelah usia sembilan tahun mulai menggunakan kalimat yang lebih singkat dan lebih padat.

4. Kemajuan dalam pengertian

Peningkatan dalam pengertian juga dibantu oleh pelatihan konsentrasi disekolah. Seperti halnya dengan anak yang lebih muda konsentrasi ditingkatkan dengan mendengarkan radio, dan

(42)

22

melihat televisi dan hal ini selanjutnya meningkatkan pengertian.

King (2016 : 359) menjelaskan “ kemampuan anak untuk mengucapkan kata-kata dengan aksen seperti bahasa aslinya untuk bahasa kedua umumnya menurun seiring bertambahnya usia, dengan penurunan yang tajam terjadi setelah usia 10 hingga 12 tahun.”

Wafiqni dan Latip (2015 : 211) pada masa sekolah dengan dikuasainya keterampilan membaca dan berkomunikasi dengan orang lain, maka pada periode 6-8 tahun anak dengan senang hati membaca dan mendengarkan dongeng fantasi, usia 10-12 tahun anak gemar cerita yang bersifat kritis (tentang perjalanan, riwayat hidup para pahlawan dan sebagainya.

Berdasarkan penjelasan di atas ciri perkembangan bahasa dan berbicara anak usia 10-12 tahun memiliki daya nalar menangkap pembicaraan orang lain dan kemampuan berbicara yang cukup baik. Karena, kemampuan berbicara seiring bertambahnya usia semakin memiliki tingkat berbicara yang lancar dan mulai memahami pembicaraan orang

(43)

23

lain bahkan bisa berkomunikasi atau berbicara dengan baik.

2. Keterampilan Berbicara

a. Pengertian Keterampilan Berbicara

Berkomunikasi di bandingkan berbicara di depan umum lebih percaya diri dari pada di depan umum.

Karena, jika seseorang berbicara didepan umum, seseorang merasa cemas, bingung jika kurang menguasai materi, dan lebih banyak menghentikan intonasi nada berbicara di depan umum.

Berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang kompleks dan rumit. Kompleks dan rumit tersebut karena dalam berbicara dibutuhkan beberapa persyaratan kebahasaan yang harus diperhatikan oleh pembicara. Apabila siswa dapat menguasai syarat kebahasaan tersebut, maka siswa tersebut dapat dikatakan memiliki keterampilan. Hal tersebut dipertegas oleh Zamzani dalam Wijayanti (2014 : 10) dalam penelitiannya.

Berdasarkan Nurjamal dkk (2011 : 4) Secara alamiah- ilmiah kegiatan keterampilan berbicara itu merupakan keterampilan berikutnya yang kita kuasai setelah kita menjalani proses latihan belajar menyimak. Berbicara itu

(44)

24

merupakan kemampun seseorang untuk mengungkapkan gagasan pikiran perasaan secara lisan kepada orang lain. Sejatinya berbicara itu, bisa dikatakan gampang-gampang mudah. Syarat mudah berbicara lainnya perbanyaklah aktifitas menyimak dan membaca.

Jadi, orang yang terampil berbicara, apabila mampu menyampaikan gagasan, pikiran, dan perasaan secara lisan kepada orang lain atau pendengar dengan benar, akurat, dan lengkap sehingga orang lain paham betul apa yang disampaikan. hal tersebut mengungkapkan tentang keterampilan berbicara bahwa bisa di lakukan dengan berbagai cara di antaranya dengan menyimak dan membaca.

Akan tetapi, keterampilan berbicara terkadang diiringi dengan kecemasan untuk berbicara karena tidak dan belum mengetahui materi apa yang ingin di bicarakan.

Oleh karena itu, perlu banyak nya menyimak dan membaca itu merupakan alat sebagai pembantu dalam keterampilan berbicara. Menurut mendapat Wijayanti (2014 : 54) dalam penelitiannya yang menyatakan bahwa keterampilan berbicara merupakan kemampuan mengucapkan bunyi- bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta

(45)

25

menyampaikan maksud (ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain dengan bahasa lisan.

Berbicara merupakan salah satu bentuk komunikasi lisan yang melibatkan beberapa hal yaitu: pihak yang berkomunikasi, informasi yang dikomunikasikan, dan alat komunikasi. Banyak metode yang dapat digunakan dalam melatih keterampilan berbicara, salah satunya adalah metode bercerita pengalaman diri. Bercerita merupakan media berbicara untuk menuturkan bahasa baik dari pengalaman atau cerita yang lain. Dengan demikian, bercerita dalam konteks komunikasi dapat dikatakan sebagai upaya mempengaruhi orang lain melalui ucapan dan penuturan tentang sesuatu (ide).

Keterampilan berbicara lebih mudah dikembangkan apabila anak-anak memperoleh kesempatan untuk mengkomunikasikan sesuatu secara alami kepada orang lain, dalam kesempatan-kesempatan informal. Selama kegiatan belajar disekolah, guru menciptakan berbagai lapangan pengalaman yang memungkinkan anak-anak mengembangkan kemampuan berbicaranya. Contohnya anak bercerita pengalaman dirinya didepan kelas, hal tersebut melatih keterampilan berbicara anak dan

(46)

26

menimbulkan kepercayaan diri anak dalam berbicara didepan kelas.

b. Hubungan-hubungan Keterampilan Berbicara

Berbicara merupakan alat untuk komunikasi dengan yang lain. Berbicara tidak hanya mempunyai satu aspek.

Berbicara memiliki hubungan antara menyimak, membaca, dan menulis.

1. Hubungan Berbicara dengan menyimak

Berbicara dengan menyimak merupakan komunikasi berhadapan langsung dengan lawan bicara. Berdasarkan Tarigan (2008 : 3 ) Antara berbicara dan menyimak terdapat hubungan yang erat, hubungan ini terdapat pada hal-hal berikut : ujaran ( speech ) biasanya di pelajari melalui menyimak dan meniru ( imitasi ). Meningkatkan keterampilan menyimak berarti pula membantu meningkatkan kualitas berbicara seseorang.

2. Hubungan Berbicara dengan membaca

Keterampilan berbicara butuh dengan banyak nya membaca dari berbagai sumber agar pada saat berbicara seseorang memiliki kosa kata yang banyak, menguasai bahasa ilmiah dan menyampaikan pesan yang baik sehingga

(47)

27

seseorang yang mendengarkan dapat menangkap poin apa yang di bicarakan. Menurut Tarigan (2008 : 4) Hubungan-hubungan antara bidang lisan dan membaca telah dapat diketahui dalam beberapa telaah penelitiannya, antara lain : performasi atau penampilan membaca berbeda sekali dengan kecakapan bahasa lisan, pola-pola pelajaran ujaran orang yang tuna aksara atau buta huruf mungkin mengganggu pelajaran membaca pada anak-anak.

3. Hubungan berbicara dengan menulis

Menyampaikan informasi tidak hanya melewati berbicara, membaca. Akan tetapi, melewati menulis dapat di sebut sebagai keterampilan menulis. Hubungan antara berbicara dengan menulis mempunyai hubungan yang erat.

Berdasarkan Susanto (2013 : 243) menulis

sebagai keterampilan seseorang

mengomunikasikan pesan dalam sebuah tulisan.

Keterampilan ini berkaitan dengan kegiatan seseorang dalam memiih, memilah, dan menyusun pesan untuk ditransaksikan melalui bahasa tulis.

(48)

28

c. Strategi untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Berdasarkan Lamajau dalam Yamin (2013 : 8) bahwa

“Metode pembelajaran merupakan bagian dari strategi instruksional, metode instruksional berfungsi sebagai cara untuk menyajikan, menguraikan, member contoh dan member latihan kepada peserta didik untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi tidak setiap metode instruksional sesuai digunakan untuk mencapai tujuan instruksional tertentu.” Banyak metode instruksional yang dapat digunakan dalam menyajikan pelajaran kepada siswa-siswa, seperti metode ceramah, metode tanya jawab, metode demonstrasi, metode eksperimen, metode tugas dan sebagainya.

Strategi pembelajaran bahasa dapat di lakukan dalam berbagai hal seperti ceramah, tanya jawab, metode demonstrasi dan lain-lain. Pembelajaran bahasa memerlukan banyak praktek agar kemampuan berbahasa seseorang secara struktural bahasa lebih teratur dan mudah di pahami ketika terampil berbicara.

3. Pembelajaran Bahasa Indonesia a. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan

(49)

29

pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik.

Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik

Menurut Hamalik dalam Lefudin (2017 : 13) pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun antara unsur manusiawi, material, fasilitas, dan rencana yang saling mempengaruhi untuk mencapai suatu tujuan.

b. Pembelajaran Bahasa Indonesia

Pendidikan dasar atau sekolah dasar merupakan momentum awal bagi anak untuk meningkatkan kemampuan dirinya. Dari bangku sekolah dasarlah mereka mendapatkan imunitas belajar yang kemudian menjadi kebiasaan-kebiasaan yang akan mereka lakukan dikemudian hari.

Menurut Susanto (2013 : 241) Salah satu keterampilan yang diharapkan dimiliki oleh siswa dari sekolah dasar ini adalah keterampilan berbahasa yang baik, karena bahasa merupakan modal terpenting bagi manusia. Dalam pengajaran Bahasa Indonesia, ada empat keterampilan berbahasa yang harus dimiliki oleh siswa, keterampilan ini, antara lain : mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek

(50)

30

berbahasa ini saling terkait antara dengan yang lainnya.

Bagaimana seorang anak akan bisa menceritakan sesuatu setelah ia membaca ataupun setelah ia mendengarkan. Begitupun dengan mmenulis. Menulis tidak lepas dari kemampuan menyimak, membaca, dan berbicara anak, sehingga keempat aspek ini harus senantiasa diperhatikan untuk meningkatkan kemampuan siswa.

Keterampilan yang harus dimiliki oleh siswa terutama dalam berbahasa Indonesia terdiri dari empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu : mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek berbahasa ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Maka dari itu siswa dituntut untuk dapat menguasai keempat keterampilan tersebut.

c. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar Pembelajaran Bahasa Indonesia, terutama disekolah dasar tidak akan terlepas dari empat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Kemampuan berbahasa bagi manusia sangat diperlukan. Sebagai makhluk sosial, manusia berinteraksi, berkomunikasi dengan manusia lain dengan menggunakan bahasa sebagai media, baik

(51)

31

berkomunikasi menggunakan bahasa lisan, juga berkomunikasi menggunakan bahasa tulis.

Menurut Susanto (2013 : 242) Penggunaan bahasa dalam interaksi dapat dibedakan menjadi dua, yakni lisan dan tulisan. Ketika anak memasuki usia sekolah dasar, anak-anak akan terkondisikan untuk mempelajari bahasa tulis. Pada masa ini, anak akan dituntut untuk berpikir lebih dalam lagi kemampuan berbahasa anak pun mengalami perkembangan. Fungsi bahasa yang paling utama adalah tujuan kita berbicara. Dengan berbahasa, kita bisa menyampaikan berita,informasi, pesan,kemauan, dan keberatan kita.

d. Kurikulum KTSP Bahasa Indonesia Kelas 5

Pendidikan formal dalam lingkungan sekolah memiliki kurikulum tertulis, dilaksanakan secara terjadwal, dan dalam suatu interaksi edukatif di bawah arahan guru.

Kurikulum merupakan suatu alat yang penting dalam rangka merealisasikan dan mencapai tujuan sekolah.

Begitu pula halnya dengan kurikulum bahasa Indonesia, yaitu meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa indonesia, baik secara lisan maupun tulisan.

(52)

32

Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pedidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan.

Tabel. 2.1

Kurikulum KTSP mata pelajaran Bahasa Indonesia Kelas 5 Semester 2 :

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Berbicara

1. Mengungkapkan pikiran dan

perasaan secara lisan dalam diskusi dan bermain drama

6.1 Mengomentari persoalan faktual disertai alasan yang mendukung dengan memperhatikan pilihan kata dan santun

berbahasa

6.2 Memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat

e. Materi Ajar Bermain Peran

Kalian pernah memerankan tokoh tertentu dalam suatu pementasan drama? Jika kalian akan bermain

(53)

33

peran, perhatikanlah komponen-komponen dalam bermain peran. Komponen-komponen yang harus diperhatikan dalam bermain peran berdasarkan naskah adalah sebagi berikut :

1. Penghayatan

Penghayatan adalah pemahaman terhadap isi naskah drama yang akan dipentaskan yang terlihat pada ekspresi dan pemahaman karakter tokoh. Dalam bermain peran, pemahaman harus dilakukan terhadap keseluruhan teks, tidak hanya sebatas tokoh yang diperankan saja. Pemahaman terhadap tokoh yang diperankan tidak akan dapat dilakukan tanpa adanya pemahaman terhadap tokoh yang lain mengenai latar belakang sosial budaya yang ada dalam teks tersebut, dan tanggapan tokoh lain terhadap tokoh yang diperankan.

2. Vokal

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam bermain peran mengenai vokal yaitu :

a. Kejelasan Ucapan

Setiap kata atau kalimat yang ada salam teks drama yang di ekspresikan harus dapat didengar oleh pendengar atau penonton secara jelas. Jelas

(54)

34

tidaknya suatu ucapan tergantung suara yang diucapkan. Untuk dapat menghasilkan suara yang jelas rajinlah mengadakan pelatihan vokal.

b. Jeda

Masalah jeda, kalian harus dapat mengatur secara tepat, artinya dimanakah kalian boleh mengambil nafas dan berapa lama, karena jeda merupakan faktor yang penting supaya apa yang di ucapkan sampai kepada pendengar atau penonton.

c. Ketahanan dan Kelancaran

Dalam bermain peran diharapkan seorang tokoh atau pemain memiliki ketahanan dan kelancaran suara. Seorang tokoh jangan sampai terjadi intensitas suara semakin berkurang, atau semakin lama semakin tidak lancar dalam berdialog.

3. Penampilan

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penampilan kita adalah :

a. Teknik Muncul

Teknik muncul yakni cara yang harus ditempuh dalam memperlihatkan diri untuk pertama kalinya.

(55)

35 b. Gerakan

Gerakan artinya cara mengekspresikan tubuh yang sesuai dengan dialog yang diucapkan.

c. Cara Berpakaian

Cara berpakaian sering disebut dengan kostum.

Kostum harus disesuaikan benar dengan karakter tokoh sehingga kostum yang di pakai dapat lebih mencerminkan karakter tokoh.

d. Pandangan Mata

Pandangan mata juga disesuaikan dengan karakter tokoh yang diperankan.

e. Konsentrasi

Konsentrasi merupakan pengelolaan dari yang dapat menentukan keberhasilan dalam mengekspresikan drama, karena konsentrasi berfungsi sebagai pembalut saat berekspresi.

Tugas Kelompok 9.2

Pentaskan naskah drama dibawah ini dengan teman- teman kalian!

(56)

36

Drama Satu Babak

Pelaku : 1. Lisa, murid SD Kelas V umur 10 tahun.

2. Kakak 3. Bu Guru 4. Pak Dokter 5. Ibu

(sebuah kelas V di SD. Murid-murid sedang mengerjakan pekerjaan menulis. Bu guru berada didepan sambil mengawasi murid-murid bekerja.

Tiba-tiba terdengar pintu diketuk. Guru membukan pintu. Didepan pintu bediri seorang laki-laki berusia sekitar 18 tahun. Dia kakak Lisa. Dia bicara dengan guru sebentar, kemudian guru memanggil Lisa. Lisa datang mendekati dan melihat kakaknya dengan pandangan seperti bertanya-tanya).

Bu Guru : Lisa ini kakakmu datang menjemput mu. Kamu boleh meninggalkan kelas mu, sekarang bawa tasmu!

Lisa : Baik, bu guru! (Lisa berangkat menuju.

bangkunya, membereskan buku, me masukan kedalam tasnya, kemudian berjalan kepintu, siswa-siswa yang

(57)

37

lain memperhatikan tanpa bertanya.) Bu Guru : selamat siang, Lisa! (Lisa menyalami

gurunya)

Kakak : Permisi, bu dan terimakasih Lisa : (dalam mobil) Mengapa kakak Menjemputku?

Kakak : Lisa, ibu sekarang dirumah sakit.

Kakak baru saja mengantar ibu

kesana. Ibu jatuh dikamar mandi, mungkin tulang kakinya patah, sehingga ia tidak bisa berjalan, kita akan langsung kerumah sakit dulu.

Lisa : (agak terkejut, hatinya gundah, pikiran nya langsung melayang kepada ibunya)

tapi...., tapi..., kak ibu tidak apa-apa kan?

Kakak : Kita doakan, Lisa semoga ibu pulih Kembali. (mereka tiba dirumah sakit langsung menuju kamar ibu Lisa

terbaring. Lisa dan kakaknya masuk.

ada pak dokter sedang memeriksa ibu) Kakak : Bagaimana dok? Tidak apa-apa?

(58)

38

Pak Dokter: ibumu mengalami patah tulang pada bagian kakinya, kita berdoa saja semoga lekas sembuh (menoleh ke Lisa) ini adik anda? (sambil melihat kakak)

Kakak : Ya, ini adik saya satu-satunya dok.

Pak Dokter : (memandang Lisa) siapa namamu ? Lisa : Lisa pak dokter.

Pak Dokter : Kamu Harus tabah. Jangan

Terlalu bersedih, serahkan semua pada Tuhan, Tuhan Maha

Pengasih dan Maha Pemurah

(dokter mengusap-usap bahu Lisa, Lisa tertunduk, tetapi kata-kata yang diucapkan dokter itu sungguh menyentuh hatinya, sehingga matanya berlinang air mata). Anda dan Lisa pulang saja dulu, nanti sore kesini lagi!

Kakak : Baiklah dok, kami akan pulang dulu, segera kami kesini lagi sesudah makan. (kakak menjabat tangan

(59)

39

dokter, kemudian bersama Lisa berjalan keluar kamar)

Lisa : (dalam mobil) kak, Lisa takut kalau ibu tidak bisa berjalan begaimana kak?

(dengan suara gemetar dia menahan tangisnya)

Kakak : Jangan berkata begitu, dokter sudah berusaha menolong ibu. Mudah- mudahan usahanya berhasil, kita harus selalu berdoa semoga kaki ibu cepat sembuh.

Lisa : Tapi Lisa takut kak, kalau ibu tidak bisa berjalan lagi, Lisa Bagaimana? (Lisa mulai menangis)

Kakak : Tidak boleh begitu Lisa, dalam keadaan bagaimanapun kita harus percaya Tuhan, semua yang akan menimpa diri kita hanya Tuhanlah yang mengetahuinya, baik atau buruk kita harus peraya bahwa itu semua kehendak Tuhan. Jadi, kita harus bersabar iman kita harus diperteguh, kalau ibu kita tidak bisa berjalan, kita

(60)

40

berdua akan selalu membantu pekerjaan ibu.

Lisa : Ya kak, mudah-mudahan ibu lekas sembuh, saya akan berdoa untuk ibu kak.

Kakak : Itulah yang baik. (mereka sudah tiba di depan rumah) ayo kita turun sudah sampai!

4. Hakikat Kecerdasan a. Pengertian Kecerdasan

Setiap orang mempunyai kecerdasan yang berbeda.

Baik dari kecerdasan spiritual, musik, bahasa, kreatif, dan lain-lain. Akan tetapi kecerdasan yang dimiliki seseorang memiliki perbedaan tingkatan kecerdasan. Berdasarkan King (2016 : 339) umumnya didefinisikan sebagai kemampuan multiguna untuk melakukan tugas-tugas kognitif, memecahkan masalah, dan belajar dari pengalaman dengan baik. Perhatikan cara kita mendeskripsikan proses pemikiran, seperti memecahkan masalah, penalaran, pengambilan keputusan, berbikir kritis, dan kreatifitas. Kecerdasan merujuk pada seberapa baik individu dapat menampilkan berbagai aktifitas kognitif ini.

(61)

41

Berdasarkan Soetjiningsih, (September 2005.

Kecerdasan Majemuk pada Anak. Journal Sari Pediatri.

Vol. 7, No. 2,: 85 – 92) mengatakan Kecerdasan adalah kemampuan untuk mengerti ide yang kompleks, mampu beradaptasi dengan efektif terhadap lingkungannya, mampu belajar dari pengalaman, mampu melaksanakan tugas dalam berbagai macam situasi, mampu mengatasi hambatan dengan menggunakan pikirannya.

Lebih lanjut Gardner dalam Ansharullah (2013:112), After all, intelligence arise from the combination of a person’s genetic heritage and life condition in a given culture and era. Artinya kecerdasan berkembang sesuai dengan lingkungan yang berpengaruh pada seorang diri individu. Oleh karena itu, kecerdasanlah yang menjadikan perbedaan antara seorang dengan lainnya. Kecerdasan berfungsi untuk memproses informasi yang berguna dalam penyesuaian diri di dalam suatu budaya, untuk mencari jalan keluar dari suatu permasalahan dan menciptakan pemikiran baru yang bernilai dan bermanfaat didalam budaya tersebut. Berdasarkan Ansharullah (2013 : 112) seorang anak manusia yang lahir ke dunia memiliki lebih dari satu potensi kecerdasan yang mungkin bisa

(62)

42

berkembang, walaupun perkembangan tersebut berbeda dari orang ke orang.

Berdasarkan penjelasan di atas sebenarnya seseorang memiliki semua kecerdasan tersebut tergantung seseorang tersebut dapat mengembangkannya.

b. Jenis-Jenis Kecerdasan

Setiap orang memiliki kecerdasan memiliki dalam hal ini ada beberapa jenis kecerdasan. Menurut King (2016 : 349-350), kesembilan jenis ini akan di jelaskan, dengan contoh jenis-jenis pekerjaan dengan kecerdasan- kecerdasan ini yang direfleksikan sebagai kekuatan.

1. Kecerdasan Linguistik : kemampuan untuk berpikir dalam kata-kata dan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan arti. Pekerjaan : penulis, jurnalis, dan pembicara.

2. Kecerdasan Matematis : kemampuan untuk mengerjakan operasi matematis. Pekerjaan : ilmuwan, insinyur, akuntas.

3. Kecerdasan Spasial : kemampuan untuk berpikir tiga dimensi. Pekerjaan : arsitek, seniman, dan pelaut

(63)

43

4. Kecerdasan Kinestetik-tubuh : kemampuan untuk memanipulasi objek dan ahli dalam hal fisik.

Pekerjaan : ahli bedah, pengrajin, penari, atlet.

5. Kecerdasan Musikal : kemampuan untuk sensitif terhadap nada, melodi, ritme, fan tangga nada.

Pekerjaan : pencipta lagu dan musikus.

6. Kecerdasan Interpersonal : kemampuan untuk memahami dan berinteraksi secara efektif dengan orang lain. Pekerjaan : guru, dan pekerja kesehatan mental

7. Kecerdasan Intrapersonal : Kemampuan untuk memahami diri. Pekerjaan : ahli agama dan psikolog.

8. Kecerdasan Naturalis : kemampuan untuk mengobservasi pola dialam dan memahami alam serta sistem buatan manusia. Pekerjaan : petani, ahli botani, ahli lingkungan.

9. Kecerdasan Eksistensialis : kemampuan untuk menghadapi pertanyaan-pertanyaan besar mengenai eksistensi manusia, seperti arti dari hidup dan mati.

Berdasarkan penjelasan di atas, setiap orang mempunyai kecerdasan yang berbeda-beda. Akan tetapi kecerdasan tersebut akan berkembang jika terus di asah

(64)

44

dengan mencari aktivitas untuk mengembangkan kecerdasan tersebut.

c. Kecerdasan Linguistik

Kecerdasan bahasa atau linguistik merupakan kemampuan seseorang dalam berbicara. Kecerdasan linguistik seseorang dapat berbicara dengan baik atau menyampaikan pesan dengan baik.

Ansharullah (2013:114) Kecerdasan linguistik mengacu pada kemampuan untuk mengungkapkan pikiran-pikiran melalui kata-kata dalam berbicara,membaca dan menulis. Kecerdasan linguistik ini meliputi kemampuan memanipulasi tata bahasa (sintaks), bunyi bahasa (fonologi), makna bahasa (simantik), dan penggunaan praktis kata-kata secara efektif dalam lisan maupun tertulis (dimensi pragmatik). Hal ini menunjukan bahwa kecerdasan linguistik sangat terkait dengan kemampuan mengungkapkan pikiran dalam berbicara seperti pemilihan kata-kata (diksi), aturan atau kaidah bahasa, bunyi bahasa, makna bahasa dan lingkungan sosio kultural dimana bahasa itu dipakai serta dimensi pragmatik yaitu penggunaan kata-kata secara efektif.

(65)

45

Menurut (Soetjiningsih, September 2005.

Kecerdasan Majemuk pada Anak. Journal Sari Pediatri.

Vol. 7, No. 2,: 87 – 92) kecerdasan linguistik adalah kemampuan menggunakan kata secara efektif. Pandai berbicara, gemar bercerita dan dengan tekun mendengarkan cerita atau membaca merupakan tanda anak yang memiliki kecerdasan linguistik yang menonjol.

Berdasarkan Yaumi dan Ibrahim (2013 : 45) mengatakan kecerdasan linguistik atau dikenal dengan istilah “pintar kata” adalah kemampuan untuk menggunakan bahasa baik lisan maupun tulisan secara tepat dan akurat. Menggunakan kata merupakan cara utama untuk berpikir dan menyelesaikan masalah bagi orang yang memiliki kecerdasan ini.

Berdasarkan Meliala (2004 : 34) mengatakan kecerdasan linguistik (Bahasa) merupakan kemampuan untuk berpikir dengan jelas. Dan juga kemampuan untuk menggunakan dan menyampaikan pemikirannya melalui percakapan, bacaan, tulisan. Orang yang mempunyai kemampuan ini biasanya mudah dikenali, karena mereka sangat terampil bicara atau memiliki kemampuan menulis yang sangat bagus. Mereka lancar dalam bercakap-cakap

(66)

46

dan sepertinya selalu tahu apa yang harus dikatakan dalam setiap kesempatan.

Potensi kecerdasan berbahasa yang dimiliki seorang anak hanya akan tinggal potensi bila tidak dilatih atau dikembangkan. Pola asuh sangat berpengaruh dalam hal ini. Anak yang tidak diberi kesempatan berbicara atau selalu dikritik saat mengemukakan pendapatnya akan kehilangan kemampuan dan ketrampilannya dalam mengungkapkan ide dan perasaannya.

d. Ciri- ciri Kecerdasan Linguistik Anak

Anak-anak melihat dengan pandangan dengan kenyataan bahasa yang dipelajarinya, dapat melihat tata bahasa asli orang tuanya, serta pembaharuan yang telah mereka perbuat, sebagai tata bahasa tunggal.

Kecerdasasan linguistik cenderung memiliki keaktifan dalam hal kemampuan berbicara. Berdasarkan Lucy (2016 : 124) menjelaskan, “ ciri-ciri anak dengan kecerdasan linguistik sebagai berikut :

1. Suka menulis kreatif.

2. Suka mengarang kisah khayal atau menceritakan lelucon.

3. Sangat hafal nama, tempat, tanggal, atau hal- hal kecil.

(67)

47

4. Membaca diwaktu senggang.

5. Mengeja kata dengan tepat dan mudah.

6. Suka mengisi teka-teki silang.

7. Menikmati dengan cara mendengarkan.

8. Unggul dalam mata pelajaran bahasa (membaca, menulis, dan berkomunikasi).

9. Cara belajar kecerdasan linguistik.

10. Mengarang puisi, merangkum pelajaran, menulis kisah sejarah.

11. Suka bercerita panjang lebar dan berkisah.

12. Menyukai permainan kata-kata.

13. Suka membaca buku.

14. Banyak bicara.

15. Cepat menangkap pelajaran yang disampaikan lewat penuturan.

Menurut penjelasan di atas bahwa, anak-anak yang memiliki kecerdasan linguistik memiliki keahlian kognitif yang aktif untuk memecahkan masalah, berkreativitas, keahlian berbicara dan lain-lain.

B. Kerangka Berfikir

Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui bagaimana pengaruh Keterampilan Berbicara (variabel x) dengan Kecerdasan

(68)

48

Linguistik (va riabel y) pada siswa Sekolah Dasar dan apakah keterampilan berbicara dapat meningkatkan kecerdasan lingusitik.

(69)

49 Gambar. 2.1

Skema Kerangka Berpikir

Pengaruh Keterampilan Berbiacar Terhadap Kecerdasan Linguistik

Rumusan Masalah 1. Apakah terdapat pengaruh

keterampilan berbicara terhadap kecerdasan linguistik siswa?”

Teori : 1. Hakikat Berbicara 2. Keterampilan Berbicara 3. Hekekat Kecerdasan 4. Kecerdasan Linguistik

Narasumber :

1. Guru kelas VA dan B

2. Siswa kelas VA dan B

Hasil / Interprestasi

Kesimpulan dan Saran

Metode Kuantitatif 1. Tes Lisan 2. Tes Tertulis

(70)

50

Anak kelas V SD adalah masa dimana bisa mudah memahami pembicaraan orang lain. Dengan kata lain, kinerja otak anak kelas V SD dapat mudah menyerap berbagai informasi dan mudah memahami tutur bahasa orang lain karena perkembangan pola pikir anak kelas V SD berbeda dengan anak kelas 1,2 dan 3 yang masih berpikir bermain. maka dari itu ada hal yang bisa digunakan dalam keterampilan berbicara yaitu dengan menggunakan bermain peran. Hal demikian, anak kelas V SD di tugaskan untuk memerankan suatu tokoh dalam cerita. Dengan bermain peran, anak dapat mengekspresikan bahasa mereka dan tingkah lakunya.

C. Hipotesis Penelitian

Terdapat pengaruh keterampilan berbicara terhadap kecerdasan linguistik siswa 5 SD.

Gambar

Tabel 3.7  Variabel Y
Grafik Distribusi Frekuensi Keterampilan Berbicara
Tabel Distribusi Frekuensi Variabel Y   (Kecerdasan Linguistik)
Tabel 4.5  Skor 3
+4

Referensi

Dokumen terkait

Bidang I: Keilmuan dan Bimbingan Belajar (Total JKEM bidang ini minimal 600

Selanjutnya penulis mengharapkan dan menyarankan untuk kedepannya penerapan metode promethee dapat dilakukan inovasi dan pengembangan kasus karena masih banyaknya kasus

[r]

1) Keputusan mengenai peristiwanya, apakah terdakwa telah melakukan perbuatan yang dituduhkan kepadanya. 2) Keputusan mengenai hukumnya, apakah perbuatan

Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Dan Kecerdasan Emosi Dengan Konsep Diri Siswa Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Melati Di Sinduadi Melati Sleman Tahun Pelajaran

 Mengukuhkan jual beli dengan persaksian atau catatan (dokumentasi), karena Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman yang artinya: “Dan persaksikanlah apabila kamu berjual

Dari analisis deskripsi hubungan CR4 dan Rasio Laba setelah pajak atas penjualan diatas terlihat bahwa hubungan antara tingkat konsentrasi dan kinerja perusahaan

Jika membandingkan tiga variasi debit, penurunan terbesar terjadi pada debit terkecil, yaitu 0,125 L/Jam dengan waktu tinggal 8 jam, sesuai dengan penelitian yang