• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIR. Oleh : DIAH AYU PUTRI SIREGAR Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan pada Program Diploma III

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TUGAS AKHIR. Oleh : DIAH AYU PUTRI SIREGAR Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan pada Program Diploma III"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN PADA SATUAN KERJA BALAI PERHUTANAN SOSIAL DAN KEMITRAAN LINGKUNGAN

WILAYAH SUMATERA

Oleh :

DIAH AYU PUTRI SIREGAR 152102058

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan pada Program Diploma III

PROGRAM STUDI D-III AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2018

(2)
(3)

Alhamdulillah, puji syukur saya panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Serta shalawat dan salam penulis sampaikan keharibaan junjungan Nabi besar Muhammad SAW, yang telah membawa kita kealam terang-benderang seperti yang kita rasakan saat ini, hingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk menyelesaika program Diploma (DIII) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Adapun judul Tugas Akhir ini adalah Dampak Sistem Informasi Akuntansi Terhadap Keputusan Manajemen Pada Satuan Kerja Balai Perhutanan Sosial Dan Kemitraan Lingkungan Wilayah Sumatera”.

Selama melaksanakan penelitian tugas akhir ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Teristimewa kepada Ayahanda Irham Siregar dan Ibunda tercinta Rosmina Ritonga, telah menyayangi dan memberi motivasi kepada penulis.

2. Bapak Drs. Rustam, M.Si, Ak. CA sebagai Dosen Pembimbing yang telah mencurahkan waktu, tenaga serta konsultasi yang tak terhitung nilainya dan memberikan bimbingan serta pengarahan dalam penyusunan Tugas Akhir ini.

3. Ibu Dra. Mutia Ismail, MM., Ak. selaku Ketua Program Studi dan Bapak Abdillah Arif Nasution, SE., M., Si., AK selaku Sekretaris Program

(4)

6. Bapak/Ibu Dosen pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan perkuliahan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi perkuliahan.

7. Bapak/Ibu Staff dan para pegawai di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

8. Bapak Suyono, S. Sos Selaku Kepala Sub Bagian Tata Usaha Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan Wilayah Sumatera beserta Staf dan karyawannya.

9. Kepada kakak dan abang saya yaitu Sadikin Ahmad Srg, Annur Rasyidah Srg, Sokhifah Srg, Yessi Srg, Mizan Ahmad Srg dan Royhan Ahmad Srg.

10. Kepada teman-teman terdekat saya tercinta yang telah membantu saya dalam menyelesaikan tugas akhir ini yaitu Dinda, Efri, Rika, Tata, Adel, Adinda, Cito, Wahyu, Lina, Ami dan Husni Azhari.

Penulis menyadari bahwa dalam Tugas Akhir ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi isi maupun penyajian. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun yang dapat memperbaiki Tugas Akhir ini.

Akhir kata, penulis memohon maaf atas kesalahan dan kekurangan yang terdapat di dalamnya dan semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat kepada pembacanya.

Medan, 4 Mei 2018 Penulis,

Diah Ayu Putri Siregar NIM : 152102058

(5)

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 3

D. Rencana Penulisan ... 4

1. Jadwal Penelitian ... 4

2. Rencana Isi ... 5

BAB II : BALAI PERHUTANAN SOSIAL DAN KEMITRAAN LINGKUNGAN WILAYAH SUMATERA ... 7

A. Sejarah Ringkas ... 7

B. Visi dan Misi Instansi... 8

C. Struktur Organisasi... 9

D. Job Description ... 11

E. Jaringan Usaha ... 13

F. Kinerja Usaha ... 15

G. Rencana Kegiatan... 23

BAB III : DAMPAK SISTEM INFORMASI AKUNTANSI TERHADAP KEPUTUSAN MANAJEMEN PADA SATUAN KERJA BALAI PERHUTANAN SOSIAL DAN KEMITRAAN LINGKUNGAN WILAYAH SUMATERA ... 25

A. Pengertian Akuntansi dan Manajemen ... 25

1. Pengertian Akuntansi ... 25

2. Pengertian Manajemen ... 28

B. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi ... 31

C. Proses dan Jenis Pengambilan Keputusan ... 38

1. Proses Pengambilan Keputusan ... 38

2. Jenis Pengambilan Keputusan ... 40

D. Sistem Informasi Akuntansi Pada Balai Perhutanan Sosial Dan Kemitraan Lingkungan Wilayah Sumatera ... 44

E. Sistem Informasi Akuntansi Sebagai Alat Bantu Manajemen Dalam Pengambilan Keputusan Pada Balai Perhutanan Sosial Dan Kemitraan Lingkungan Wilayah Sumatera ... 51

(6)

DAFTAR PUSTAKA ... 58 LAMPIRAN ... 59

(7)

1.1 Jadwal Penelitian dan Penyusunan Tugas Akhir ... 5 3.1 Daftar Tipe-tipe Keputusan ... 42

(8)

2.1 Struktur Organisasi Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan

Wilayah Sumatera ... 10

3.1 Akuntansi Sebagai Suatu Sistem Informasi ... 26

3.2 Model Sistem ... 32

3.3 Bagan Arus Proses Keputusan ... 39

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada era informasi dan globalisasi seperti yang kita alami saat ini, menyebabkan lingkungan bisnis mengalami perubahan yang sangat pesat dengan tingkat persaingan yang ketat. Oleh karena itu. perusahaan-perusahaan dituntut untuk melakukan kegiatan operasionalnya secara efektif dan efisien untuk mempertahankan eksistensinya, sehingga pengetahuan merupakan kekuatan yang sangat penting untuk membantu manajemen dalam mengambil keputusan.

Disamping itu, perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan berdampak pada timbulnya penyebaran informasi serta berbagai berita yang menghimpun peristiwa-peristiwa yang terjadi di berbagai belahan dunia menjadi begitu besar.

Sehubung dengan hal tersebut, akuntansi di dalam suatu perusahaan memegang peranan penting, karena akuntansi dapat memberikan informasi mengenai data yang dinyatakan dalam satuan uang yang dibutuhkan oleh pihak manajemen perusahaan. Untuk mengumpulkan data keuangan yang baik di perlukan suatu sistem informasi yang baik. Sistem informasi yang baik adalah sistem informasi yang sah dan tepat. Sistem informasi yang baik sangat dibutuhkan dalam setiap kegiatan manajemen perusahaan. Karena sistem informasi merupakan suatu tolak ukur yang digunakan oleh manajemen untuk mengetahui secara pasti keadaan perusahaan, sehingga perencanaan-perencanaan perusahaan dimasa mendatang lebih mudah disusun. Berarti berhasil tidaknya

(10)

suatu perencanaan ada kaitannya dengan informasi yang berkualitas yaitu informasi yang akurat, relevan, dan tepat waktu sehingga keputusan bisnis yang tepat dapat dibuat disesuaikan dengan sistem informasi yang ditetapkan masing- masing perusahaan.

Sistem informasi akuntansi menghasilkan dan menyediakan informasi- informasi keuangan yang menjadi dasar pemikiran utama dalam pengambilan keputusan secara ekonomis dan yuridis serta dapat mempengaruhi terhadap kelangsungan hidup perusahaan atau organisasi. Oleh sebab itu, perusahaan atau organisasi, baik besar maupun kecil dituntut harus memiliki sistem informasi akuntansi yang baik dan handal, sehingga menghasilkan informasi yang relevan, akurat, dan tepat waktu. Informasi keuangan yang tidak relevan akan menghasilkan keputusan yang salah. Keputusan yang salah akan mengakibatkan kebijakan-kebijakan yang diterapkan pada perusahaan atau organisasi juga akan salah. Kesalahan juga akan mengganggu kegiatan operasional organisasi termasuk kelangsungan hidup perusahaan di masa yang akan datang.

Dampak dan peran yang diberikan oleh informasi akuntansi pada Satuan Kerja Balai Perhutanan Sosial Dan Kemitraan Lingkungan Wilayah Sumatera sangat penting dan diperlukan oleh pihak manajemen karena akuntansi menyajikan laporan keuangan yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat biaya dari berbagai kegiatan Satuan Kerja Balai Perhutanan Sosial Dan Kemitraan Lingkungan Wilayah Sumatera, juga menentukan efisiensi serta menilai dan mengukur hasil kerja tiap unit yang telah diberi wewenang dan tanggung jawab.

(11)

Dari uraian diatas penulis dapat melihat dampak dari informasi akuntansi dalam suatu perusahaan terutama dalam pengambilan keputusan oleh manajemen.

Oleh karena itu, penulis tertarik membahas masalah tersebut dengan judul

“Dampak Sistem Informasi Akuntansi Terhadap Keputusan Manajemen Pada Satuan Kerja Balai Perhutanan Sosial Dan Kemitraan Lingkungan Wilayah Sumatera”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penyusunan tugas akhir ini adalah “Apakah Akuntansi dapat membantu Manajemen dalam proses pengambilan keputusan pada Satuan Kerja Balai Perhutanan Sosial Dan Kemitraan Lingkungan Wilayah Sumatera?”

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui apakah Akuntansi dapat membantu Manajemen dalam proses pengambilan keputusan pada Satuan Kerja Balai Perhutanan Sosial Dan Kemitraan Lingkungan Wilayah Sumatera

b. Untuk lebih memahami dan mengetahui sejauh mana Dampak Sistem Informasi Akuntansi Terhadap Keputusan Manajemen pada Satuan Kerja Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan Wilayah Sumatera.

c. Untuk mengetahui keputusan apa saja yang diambil Pimpinan Balai Perhutanan Sosial Dan Kemitraan Lingkungan Wilayah Sumatera

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

(12)

a. Untuk dapat digunakan sebagai perbandingan bagi penulis lainnya yang akan melaksanakan penelitian berikutnya di masa yang akan datang.

b. Bagi penulis dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentangperanan sistem informasi akuntansi sebagai alat bantu bagi manajemen pendidikan dalam penerapannya di Fakultas.

c. Bagi Fakultas dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil langkah untuk menganalisa pemanfaatan sistem informasi akuntansi yang dilakukan pihak manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU untuk mendukung kemajuan Fakultas di masa yang akan datang.

D. Rencana Penulisan 1. Jadwal Penelitian

Penelitian dilakukan pada Balai Perhutanan Sosial Dan Kemitraan Lingkungan Wilayah Sumatera yang terletak di JL. Sisingamangaraja Km 5,5 No.

14 Medan.

(13)

Tabel 1.1

Jadwal Penelitian dan Penyusunan Tugas Akhir

No Kegiatan Maret

2018

April 2018 Mei 2018

IV I II III IV I II

1 Pengesahan Tugas Akhir 2 Pengajuan Judul

3 Penunjukan Dosen Pembimbing 4 Permohonan Izin Riset

5 Pengumpulan Data 6 Penyusunan Tugas Akhir 7 Bimbingan Tugas Akhir 8 Penyelesaian Tugas Akhir

2. Rencana Isi

Untuk mempermudah penulisan tugas akhir ini, Penulis membuat sistematika pembahasan dalam empat bab, masing-masing dibagi atas sub-sub bab yang sesuai kebutuhannya secara garis besar. Adapun uraiannya adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan rencana penulisan yang terdiri dari jadwal penelitian dan rencana isi.

(14)

BAB II : BALAI PERHUTANAN SOSIAL DAN KEMITRAAN LINGKUNGAN WILAYAH SUMATERA

Menguraikan sejarah ringkas, struktur organisasi, job description, jaringan usaha, kinerja usaha, rencana usaha.

BAB III : DAMPAK SISTEM INFORMASI AKUNTANSI TERHADAP KEPUTUSAN MANAJEMEN PADA SATUAN KERJA BALAI PERHUTANAN SOSIAL DAN KEMITRAAN LINGKUNGAN WILAYAH SUMATERA

Mengetahui Pengertian Akuntansi dan Manajemen, Pengertian Sistem Informasi Akuntansi, Proses dan Jenis Pengambilan Keputusan, Sistem Informasi Akuntansi Balai Perhutanan Sosial Dan Kemitraan Lingkungan Wilayah Sumatera, dan Sistem Informasi Akuntansi Sebagai Alat Bantu Manajemen Dalam Pengambilan Keputusan Pada Balai Perhutanan Sosial Dan Kemitraan Lingkungan Wilayah Sumatera.

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN

Menguraikan kesimpulan dan saran terhadap hasil penelitian.

(15)

BAB II

BALAI PERHUTANAN SOSIAL DAN KEMITRAAN LINGKUNGAN WILAYAH SUMATERA

A. Sejarah Ringkas

Pada masa Pemerintahan Presiden Jokowi Kementerian Kehutanan di gabungkan dengan Kementerian Lingkungan Hidup menjadi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Berikut nama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebelum di gabung:

- Lingkungan Hidup

- Kementerian Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup (Kemeneg PPLH,1978-1983)

- Kementerian Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup (Kemeneg KLH, 1983-1993)

- Kementerian Negara Lingkungan Hidup (Kemeneg LH, 1993-2005) - Kementerian Lingkungan Hidup (Kemen LH, 2005-2014)

Kehutanan

- Direktorat Jenderal Kehutanan, Departemen Pertanian (sampai tahun 1983)

- Departemen Kehutanan (1983-1998)

- Departemen Kehutanan dan Perkebunan (1998) - Departemen Kehutanan (1998-2005)

- Kementerian Kehutanan (2005-2014)

(16)

B. Visi dan Misi Instansi

Sebuah perusahaan/instansi pasti memiliki visi dan misi jangka panjang. Visi dan misi tersebutkan akan menentukan arah gerak dan peta jalan sebuah perusahaan. Visi sederhananya adalah sebuah mimpi besar dari perusahaan, sedangkan misi adalah apa yang akan dilakukan perusahaan untuk mimpi itu. Visi dan misi di Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan Wilayah Sumatera adalah:

1. Visi

Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong royong.

2. Misi

a. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumberdaya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.

b. Mewujudkan masyarakat maju, berkesimbangan dan demokratis berlandaskan negara hukum.

c. Mewujudkan politik luar negeri bebas aktif dan memperkuat jatidiri sebagai negara maritim.

d. Mewujudkan kualitas hidup Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera.

e. Mewujudkan bangsa yang berdaya asing.

f. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional.

g. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dlm kebudayaan

(17)

C. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi diperlukan perusahaan untuk membedakan batas-batas wewenang dan tanggung jawab secara sistematis yang menunjukkan adanya hubungan/keterkaitan antara setiap bagian untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Demi tercapainya tujuan umum suatu perusahaan diperlukan suatu wadah untuk mengatur seluruh aktivitas maupun kegiatan perusahaan tersebut.

Pengaturan ini dihubungkan dengan pencapaian tujuan perusahaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Wadah tersebut disusun dalam suatu struktur organisasi dalam perusahaan. Melalui struktur organisasi yang baik, pengaturan pelaksanaan pekerjaan dapat diterapkan, sehingga efesiensi dan efektifitas kerja dapat diwujudkan melalui kerja sama dengan koordinasi yang baik sehingga tujuan perusahaan dapat dicapai.

BPSKL Wilayah Sumatera adalah salah satu unit pelaksana teknis di bidang Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan. Susunan organisasi BPSKL Wilayah Sumatera meliputi 1 orang Eselon III, 4 orang Eselon IV dan Pejabat Fungsional, dengan rincian sebagai berikut :

1. Kepala Balai

2. Kepala Sub Bagian Tata Usaha

3. Kepala Seksi Penyiapan Kawasan dan Usaha Perhutanan Sosial 4. Kepala Seksi Tenurial dan Hutan Adat

5. Kepala Seksi Kemitraan Lingkungan

(18)

6. Kelompok Jabatan Fungsional

Struktur Organisasi BPSKL Wilayah Sumatera dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 1.

Struktur Organisasi BPSKL Wilayah Sumatera KEPALA

BALAI

SUB BAGIAN TATA USAHA

Staf

SEKSI PENYIAPAN KAWASAN DAN USAHA

PERHUTANAN SOSIAL

SEKSI TENURIAL DAN HUTAN

ADAT

SEKSI KEMITRAAN LINGKUNGAN

Staf Staf Staf

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

(19)

D. Job Description

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang lingkungan hidup dan kehutanan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Dalam melaksanakan tugas, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyelenggarakan fungsi secara keseluruhan sebagai berikut:

- Perumusan dan penetapan kebijakan di bidang penyelenggaraan pemantapan kawasan hutan dan lingkungan hidup secara berkelanjutan - Pengelolaan konservasi sumber daya alam dan ekosistemnya

- Peningkatan daya dukung daerah aliran sungai dan hutan lindung - Pengelolaan hutan produksi lestari

- Peningkatan daya saing industri primer hasil hutan - Peningkatan kualitas fungsi lingkungan

- Pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan - Pengendalian dampak perubahan iklim

- Pengendalian kebakaran hutan dan lahan

- Penurunan gangguan, ancaman, dan pelanggaran hukum bidang lingkungan hidup dan kehutanan.

- Koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang tata lingkungan

- Pengelolaan keanekaragaman hayati

(20)

- Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan penyelenggaraan pemantapan kawasan hutan dan penataan lingkungan hidup secara berkelanjutan

- Pelaksanaan penelitian, pengembangan, dan inovasi di bidang lingkungan hidup dan kehutanan;

- Pelaksanaan penyuluhan dan pengembangan sumber daya manusia di bidang lingkungan hidup dan kehutanan;

- Pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan - Pembinaan dan pemberian dukungan administrasi di lingkungan

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

- Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

- Dan pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Berdasarkan Pasal 2 dan 3 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor: P.14/Menlhk/Setjen/OTL.0/1/2016 tanggal 29 Januari 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja BPSKL Wilayah Sumatera, menyebutkan tugas dan fungsi BPSKL Wilayah Sumatera sebagai berikut :

1. Tugas

BPSKL Wilayah Sumatera mempunyai Tugas Pokok untuk: melaksanakan kegiatan penyiapan kawasan perhutanan sosial, pengembangan usaha dan

(21)

kemitraan serta pemetaan konflik di bidang Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan.

2. Fungsi

Untuk melaksanakan tugas tersebut di atas, BPSKL Wilayah Sumatera menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

1) Penyusunan rencana dan penyiapan kawasan perhutanan sosial;

2) Pemetaan konflik tenurial;

3) Pengembangan usaha perhutanan sosial;

4) Fasilitasi kemitraan lingkungan;

5) Pemantauan dan evaluasi kegiatan perhutanan sosial, kemitraan lingkungan 6) Penyajian informasi perhutanan sosial dan kemitraan lingkungan

7) Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga balai.

E. Jaringan Usaha

Kebijakan Pemerintah dalam meningkatkan akses pengelolaan kawasan hutan negara untuk masyarakat, terutama yang tinggal di sekitar kawasan hutan diwujudkan dalam RPJMN 2015 – 2019 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Kebijakan ini diwujudkan dengan memberikan akses kelola kawasan hutan seluas 12,7 juta hektar untuk masyarakat sekitar hutan. (meningkat dari target RPJMN 2010-2014, yaitu 2,5 juta Ha untuk Hutan Kemasyarakatan dan Hutan Desa, dan 5,6 juta Ha untuk Hutan Tanaman Rakyat), yang artinya target rata-rata tahunan sebesar 2,5 juta Ha. Pemberian akses tersebut kemudian dilaksanakan dalam bentuk kegiatan Perhutanan Sosial melalui skema Hutan

(22)

Kemasyarakatan, Hutan Desa, Hutan Tanaman Rakyat, Kemitraan Kehutanan, dan Hutan Adat.

Selain itu, Pemerintah juga memiliki komitmen untuk melakukan pendampingan masyarakat sekitar hutan dalam rangka meningkatkan kapasitas kelembagaan, kapasitas mengelola kawasan, dan kapasitas kewirausahaan.

Direktorat Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan sebagai penanggung jawab Program Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan merumuskan sasaran program sebagai bentuk peran terhadap sasaran strategis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Sasaran program tersebut yaitu meningkatnya akses pengelolaan hutan oleh masyarakat, meningkatnya perilaku peduli lingkungan dan kehutanan, dan meningkatnya upaya penyelesaian konflik dan tenurial di kawasan hutan.

Upaya pengelolaan hutan yang memperhatikan kepentingan masyarakat dilakukan dalam upaya pemberian penguatan, hak, peran dan tanggung jawab serta kesejahteraan yang lebih besar kepada masyarakat adat dan masyarakat lokal serta adanya proses dialog dan kerjasama multipihak yang didukung oleh kebijakan yang memadai. Pemberian akses kepada masyarakat setempat juga mengusung spirit keadilan dimana masyarakat sekitar kawasan hutan tidak hanya berperan sebagai penonton semata namun menjadi aktor utama dalam memanfaatkan hasil hutan untuk meningkatkan kesejahteraan dengan tetap memperhatikan kelestarian hutan.

(23)

F. Kinerja Usaha

Setiap instansi tentu memiliki visi dan misi yang harus dijalankan sesuai dengan tpujuan instansi, butuh waktu untuk mencapai itu semua begitu juga pada Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan Wilayah Sumatera, yang terus berupaya agar tujuan yang telah digariskan dapat tewujud. Untuk mencapainya, disusun strategi sebagai berikut:

1. Kegiatan Penyiapan Kawasan Perhutanan Sosial (K1)

Arah kebijakan Kegiatan Penyiapan Kawasan Perhutanan Sosial (PKPS) pada periode Tahun 2015-2019 adalah:

a. Penguatan kelembagaan

Penguatan kapasitas merupakan suatu proses tiada henti, berkesinambungan dalam rangka mencapai efisiensi dan efektivitas kelembagaan secara optimal dari waktu ke waktu. Penguatan kapasitas kelembagaan dapat diartikan sebagai upaya membangun organisasi, sistem- sistem, kemitraan, orang-orang dan proses-proses secara benar untuk menjalankan agenda dan tujuan organisasi. Penguatan kapasitas kelembagaan berkaitan dengan individual capability development, organizational capacity building, dan institutional capacity building.

b. Deregulasi birokrasi

Deregulasi adalah tindakan atau proses untuk menghilangkan atau mengurangi aturan-aturan dalam Penyiapan Kawasan Perhutanan Sosial yang menghambat dan tidak adaptif terhadap dinamika di lapangan dan dinamika kelembagaan. Kebijakan deregulasi tersebut diprioritaskan untuk regulasi

(24)

dalam proses usulan areal Perhutanan Sosial dan proses penetapannya.

Debirokratisasi adalah tindakan atau proses untuk mengurangi tata kerja yang lamban dan rumit agar tercapai hasil dengan lebih cepat. Penyusunan Peta Indikatif Areal Perhutanan Sosial (PIAPS)

Peta Indikatif Areal Perhutanan Sosial (PIAPS) adalah peta yang disusun bersama dengan para pihak (Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat sipil) sebagai acuan permohonan HKm, HTR, HD, Kemitraan, dan Hutan Adat.

c. Pembangunan Sistem Informasi Manajemen (SIM) dan Knowlage Centre (KC)

Sistem Informasi Manajemen (SIM) adalah sistem yang menyediakan informasi yang akurat dan cepat, untuk membantu tumbuh kembangnya sebuah organisasi, maka dari itu, pengelolaan informasi dipandang penting demi kelancaran sebuah pekerjaan dan untuk menganalisa perkembangan dari pekerjaan itu sendiri. SIM merupakan kumpulan informasi yang dibangun dalam satu sistem. Tujuan pembangunan SIM PKPS adalah:

1. Menyediakan informasi yang baik (lengkap, faktual, terkini).

2. Menyediakan informasi yang dipergunakan dalam perencanaan, pengendalian, evaluasi, dan perbaikan berkelanjutan.

3. Menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan.

Knowledge Centre (KC) adalah kumpulan dari data yang dianalisis menjadi informasidan pengetahuan bersama. KC disajikan dalam bentuk aplikasi dalam bentuk web.

(25)

Pengembangan dari KC adalah dengan pembangunan Situation Room (Sitroom).

d. Dukungan lintas institusi (pusat-daerah dan lintas Lembaga)

Program Perhutanan Sosial pada intinya adalah pemberdayaan masyarakat desa yang tinggal di dalam atau berbatasan dengan kawasan hutan negara, melalui pemberian akses kelola dan pengembangan usahanya berbasis sumberdaya hutan. Berdasarkan hal tersebut diperlukan keterpaduan program antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah (Provinsi, Kabupaten / Kota, Kecamatan, dan Desa). Di tingkat pusat, diperlukan dukungan program atau kegiatan lintas kementerian, antara lain Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Kementerian Pertanian, dan Kementerian Dalam Negeri.

e. Pokja Percepatan Perhutanan Sosial dan Penanganan Konflik

Kelompok Kerja Percepatan Perhutanan Sosial dan Penanganan Konflik (Pokja P2SPK), adalah upaya terencana untuk membangun kelompok

“masyarakat sipil” yang khusus akan membantu proses fasilitasi perhutanan sosial. Pokja multipihak ini merupakan“think thank” di tingkat provinsi, yang direncanakan akan berada di Dinas Kehutanan Provinsi. Bertugas pula untuk mengkoordinasikan dan memfasilitasi komunikasi “focal point” atau aktivis perhutanan sosial, yang berada di seluruh kabupaten.

f. Program unggulan

Pada beberapa provinsi, telah menunjukkan potensi dikembangkannya program unggulan. Di Sumatera Barat yang hutan nagarinya didominasi oleh

(26)

hutan lindung, maka kegiatan pengembangan jasa lingkungan dan hasil hutan bukan kayu dapat ditunjuk sebagai program unggulan. Di Lampung, kegiatan agroforestry kopi di sebagian besar areal hutan kemasyarakatan yang

didukung dengan koperasi (Kabupaten Tanggamus) menjadi contoh peranan koperasi. Kemudian di Provinsi Jambi tepatnya di Kabupaten Tebo, Jambi, dengan pengembangan komoditi karet pada areal HTR.

g. Mendorong mitra kerja perhutanan sosial

Salah satu kekuatan program Perhutanan Sosial ke depan adalah adanya potensidukungan mitra kerja Perhutanan Sosial. Tantangan ke depan dalam pola kemitraan “kerja bersama” yang perlu mendapat perhatian adalah sinergitas antara investasi pemerintah dan insvestasi mitra kerja, mendorong intensitas dan fokus kinerja mitra kerja pada tahapan-tahapan yang memerlukan investasi besar di lapangan serta fokus pada prioritas lokus.

h. Dukungan media massa

Salah satu kendala pembangunan perhutanan sosial adalah kurangnya sosialisasi dan kurangnya informasi tentang potensi perhutanan sosial bagi bagi masyarakat. Hal tersebut memerlukan upaya sosialisasi yang intensif (tepat sasaran), sistematis serta penyajian yang menarik dan mudah diterima masyarakat. Media massa, baik cetak, elektronik maupun visual, saat ini telah mengalami transformasi yang luar biasa sebagai “kekuatan sosial” yang sangat efektif dalam penyebaran informasi. Berdasarkan hal tersebut perhutanan sosial perlu dukungan media massa.

(27)

2. Kegiatan Bina Usaha Perhutanan Sosial dan Hutan Adat (K2)

Program Perhutanan Sosial yang dijalankan melalui pemberian akses kawasan hutan kepada kelompok usaha perhutanan sosial (KUPS) dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara maksimal dan mandiri. Penguatan kelembagaan dan kapasitas kewirausahaan menjadi tantangan ke depan untuk memperoleh output berkualitas. Prinsip-prinsip dasar yang menjadi dasar dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan usaha perhutanan sosial yaitu:

a. Keberpihakan

Sasaran utama dari kegiatan pengembangan usaha perhutanan sosial adalah kelompok tani yang tinggal di sekitar kawasan hutan dan hidupnya memiliki ketergantungan dengan kawasan hutan di sekitarnya.

b. Pemberdayaan

Kelompok tani sebagai sektor utama dalam pelaku usaha pengembangan usaha perhutanan sosial wajib diberikan fasilitasi peningkatan kapasitas teknis, kelembagaan dan kewirausahaannya secara bertahap/tingkatan dan berkelanjutan sehingga terwujud kemandirian.

c. Kolaboratif

Dalam rangka mencapai kemandirian usaha, kegiatan pengembangan usaha perhutanan sosial wajib difasilitasi oleh para pihak dan lintas sektor sesuai dengan tugas dan kewenangannya.

d. Parsipatif

(28)

Dalam setiap tahapan kegiatan pengembangan usaha dibangun dengan pendekatan buttom up proses melalui diskusi aktif dengan para pihak sehingga setiap kesepakatan yang diambil merupakan kesepakatan bersama.

e. Kelestarian Sosial Ekonomi dan Lingkungan

Kegiatan pengembangan usaha yang dilakukan harus berorientasi pada penyerapan tenaga kerja, peningkatan pendapatan masyarakat, kelestarian lingkungan.

3. Kegiatan Kemitraan Lingkungan dan Peran Serta Masyarakat (K3) Sasaran yang ingin dicapai dalam menjalankan kegiatan kemitraan lingkungan adalah meningkatnya role model komunitas yang berberan dalam penyelamatan SDA dan ekosistem serta LHK. Untuk mencapainya kegiatan kemitraan lingkungan dilaksanakan dengan membangun kekuatan yang berbasis masyarakat melalui pendekatan:

a. Pemberdayaan komunitas masyarakat untuk berperan serta; dengan tujuan untuk memperkuat komunitas agar potensi komunitas masyarakat tersebut secara optimal dalam berperan dalam menangani persoalan lingkungan hidup dan kehutanan

b. Pendekatan kawasan; tujuannya adalah agar peran serta masyarakat dapat mengatasi persoalan lingkungan hidup dan kehutanan secara lebih fokus di kawasan tertentu seperti: kawasan DAS, Danau dan Situ, Rawa, Gambut, Karst, Pesisir dan Laut, Kawasan Permukiman (Perkotaan dan Perdesaan) dan Kawasan Industri.

(29)

c. Pendekatan jejaring antar komunitas masyarakat d. Pendekatan kemitraan lingkungan antar pihak

Untuk mendukung kegiatan-kegiatan tersebut diperlukan beberapa payung hukum peraturan perundang-undangan, MoU dengan organisasi masyarakat, pelaku usaha (Corporate Social and Environmental Responsibility / CSRE), dan pemerintah. Dalam lima tahun kedepan, dalam upaya menciptakan pembangunan lingkungan hidup dan kehutanan yang berbasis masyarakat maka akan dikembangkan kegiatan Kemitraan Lingkungan dan peran serta masyarakat baik secara perorangan maupun komunitas, pengembangan jejaring dan mitra lingkungan, juga pengembangan Kader Konservasi Alam (Kader Konservasi, Kelompok Pecinta Alam, Kelompok Swadaya Masyarakat, dan kelompok profesi yang bersifat aktif).

4. Kegiatan Penanganan Konflik, Tenurial dan Hutan Adat (K4) a. Pemetaan konflik

Peta konflik diperlukan untuk mengetahui tipe dan potensi konflik pada tingkat tapak. Sumber data diperoleh dari asesmen terhadap pengaduan terjadinya konflik tenurial kasawan hutan, untuk selanjutnya dilaksanakan identifikasi tipe konflik yang terjadi (meliputi: (a) Konflik struktural, ketimpangan dalam akses dan kontrol sumber daya, kebijakan yang tidak adil, kesewenang-wenangan dalam mengambil keputusan; (b) Konflik kepentingan, pemuasan kebutuhan & cara pemenuhan mengorbankan orang lain, persaingan tidak sehat (politk, sosial, budaya); (c) Konflik hubungan

(30)

psikologis, stereotip, prasangka, stigmatisasi; (d) Konflik data, kurang informasi, beda pandangan, salah komunikasi, beda interpretasi, pemalsuan sejarah; (e) Konflik nilai-nilai adat, perbedaan adat, nilai idiologis, implementasi nilai agama). Dalam peta ini turut memuat Best Alternative to Negotiation Agreement atas suatu kejadian konflik.

b. Penanganan konflik dan tenurial

Dalam menanganan konflik diperlukan langkah-langkah berupa: (a) negosiasi; (b) mediasi; (c) advokasi; dan (d) pendampingan masyarakat, sesuai dengan norma, standar, prosedur dan kriteria penanganan.

c. Pengakuan hutan adat

Dalam hal pengakuan keberadaan masyarakat hutan adat (MHA) dan hak- haknya, kewenganan KLHK hanya dalam hal penetapan hutan adat, Pengakuan keberadaan MHA dan hak-hak lainnya menjadi kewenangan Pemerintah Daerah dan Kementerian lain. KLHK mendorong dibentuknya Satgas MHA atau apapun namanya yang dapat mempercepat proses pengakuan MHA dan hak-haknya agar MHA yang selama ini merasa diabaikan keberadaan dan hak-haknya, merasakan kehadiran Negara sesuai Nawa Cita Presiden. BPSKL Wilayah Sumatera memfasilitasi penerbitan Perda Pengukuhan MHA dan Perlindungan Hak-hak MHA (termasuk Kearifan Lokal) dan pendampingan MHA untuk pengajuan penetapan Hutan Adat serta fasilitasi pengelolaan hutan adat.

(31)

5. Kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Ditjen PSKL (K5)

Untuk mendukung tercapainya SAKIP Ditjen PSKL dengan nilai minimal 78.00 (A) di Tahun 2019, maka diperlukan kematangan dalam penyusunan perencanaan kegiatan, monitoring kinerja balai yang kontinu, serta evaluasi pelaksanaan kegiatan yang disampaikan dalam bentuk laporan kegiatan teknis maupun ketatausahaan yang tepat waktu, reliable, dan akuntabel.

G. Rencana Kegiatan

Rencana Kerja Tahun 2017 BPSKL Wilayah Sumatera merupakan penjabaran tahun kedua dari pelaksanaan Rencana Strategis BPSKL Wilayah Sumatera Tahun 2015 – 2019 dan Rencana Kerja Direktorat jenderal PSKL Tahun 2017 (Perdirjen Nomor SK.31/PSKL-Setdit/2015.) yang berisi langkah-langkah operasional untuk mencapai kinerja yang telah ditetapkan. Target Kinerja Kegiatan BPSKL Wilayah Sumatera Tahun 2017 terbagi dalam sembilan IKK.

Uraian Target Kinerja masing-masing IKK adalah sebagai berikut: Target Kinerja IKK 1 (Luas hutan yang dikelola masyarakat menjadi 12,7 juta ha dalam bentuk HKm, HD, HTR, HR, Hutan Adat dan Kemitraan) Berdasarkan Renja BPSKL Wilayah Sumatera Tahun 2017, target Kinerja IKK 1 Tahun 2017 seluas 112.435 ha. Pencapaian target IKK 1 Tahun 2017 dilakukan dengan pelaksanaan beberapa kegiatan, yaitu :

1. Pelaksanaan ketatausahaan dan umum

2. Fasilitasi usulan HKm, HD, HTR dan Kemitraan Kehutanan

(32)

3. Verifikasi usulan areal kerja perhutanan sosial 4. Penyiapan areal dan data informasi perhutanan sosial 5. Koordinasi penyiapan areal perhutanan sosial

6. Bimbingan teknis dan sosialisasi penyiapan areal perhutanan sosial 7. Monitoring dan evaluasi perhutanan sosial

(33)

BAB III

DAMPAK SISTEM INFORMASI AKUNTANSI TERHADAP KEPUTUSAN MANAJEMEN PADA SATUAN KERJA BALAI PERHUTANAN SOSIAL

DAN KEMITRAAN LINGKUNGAN WILAYAH SUMATERA

A. Pengertian Akuntansi dan Manajemen 1. Pengertian Akuntansi

Akuntansi merupakan alat penting bagi perusahaan untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan dan pencapaian prestasi perusahaan untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan dan pencapaian prestasi perusahaan dari segi keuangan.

Akuntansi juga dapat dijadikan alat untuk membandingkan dua atau lebih perusahaan yang relatif sama ruang lingkup bisnisnya. Oleh karena itu akuntansi sering juga disebut sebagai bahasa perusahaan. Akuntansi telah mengembangkan konsep dan teknik-teknik baru untuk mengimbangi kebutuhan akan informasi keuangan yang terus meningkat dan beragam. Tanpa informasi yang akurat dan tepat waktu, banyak sekali keputusan ekonomi dan bisnis yang akan tertunda dan salah.

Menurut Simamora (2000:4) Akuntansi adalah “Proses pengidentifikasian, pencatatan, dan pengkomunikasian kejadian-kejadian ekonomi suatu organisasi (perusahaan atau bukan perusahaan) kepada pemakai informasi yang berkepentingan”. Sementara itu, Akuntansi menurut Rudianto (2006:7) adalah :

“Sistem Informasi yang menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi suatu perusahaan”.

(34)

Akuntansi

Dari defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa akuntansi merupakan alat untuk menghasilkan informasi keuangan yang secara akurat, relevan, serta dapat dipercaya oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Tujuan dari proses akuntansi yang biasa dilakukan oleh bagian akuntansi adalah untuk menghasilkan laporan keuangan serta laporan lainnya yang akan membantu berbagai pihak dalam pengambilan keputusan.

Akuntansi sering pula disebut sebagai bahasa bisnis (language of business) karena dipakai secara luas dalam mendeskripsikan segala jenis kegiatan-kegiatan usaha. Akuntansi juga merupakan fungsi jasa. Akuntansi adalah aktivitas jasa yang dirancang untuk menghimpun, mengukur, dan mengkomunikasikan informasi keuangan kepada beragam pengambil keputusan, seperti kreditor, investor, dan manajer.

Data Informasi

Gambar 3.1

Akuntansi Sebagai Suatu Sistem Informasi

Sumber : Simamora, Hendry, 2000. Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis, Salemba Empat, Jakarta.

Aktivitas-Aktifitas Bisnis

Komunikasi Dilakukan dengan pembuatan

laporan keuangan Pemrosesan

Dilakukan dengan menyimpan dan menyiapkan data berbagai kegiatan Pengukuran

Dilakukan dengan mencatat data berbagai kegiatan bisnis

Para Pengambil Keputusan

(35)

Prosedur akuntansi dapat dijelaskan dalam dua tahap : 1. Tahap pencatatan

a. Menganalisa dokumen usaha

Tahap pencatatan dimulai dengan menganalisa setiap dokumen yang menunjukkan kegiatan-kegiatan usaha yang terjadi. Dokumen usaha menjadi sumber bagi data yang akan dicatat dalam buku jurnal. Dokumen-dokumen itu seperti tembusan faktur penjualan, faktur pembelian, nota debet dan kredit, potongan lembaran cek, dan lain-lain.

b. Menjurnal transaksi

Setelah dokumen usaha dianalisis, maka transaksi- transaksi akan dicatat secara berurutan dalam buku jurnal yang tepat.

c. Memposkan transaksi-transaksi perkiraan ke buku besar

Informasi yang tercatat dalam buku jurnal dipindahkan ke perkiraan yang sesuai di buku besar. Buku besar merupakan kumpulan dari semua perkiraan yang digunakan untuk mengikhtisarkan hasil-hasil dari transaksi yang sejenis.

2. Tahap pengikhtisaran

a. Menyusun neraca saldo

Neraca saldo merupakan suatu daftar yang berisi semua perkiraan dan saldonya, karena itu saldo akan menunjukkan apakah jumlah total suatu debet sama dengan jumlah total kredit sehingga memberkan suatu pengkoreksian atas keakuratan pencatatan dan penghapusan.

b. Menyiapkan ayat jurnal penyesuaian

Meskipun semua transaksi yang terjadi selama periode tersebut telah

(36)

dicatat dalam jurnal yang tepat dan diposkan ke perkiraan buku besar, namun pada akhir periode banyak perkiraan tersebut yang perlu disesuaikan untuk mencerminkan kondisi terakhir.

c. Penyusunan laporan keuangan

Data-data untuk menyusun laporan keuangan dapat diperoleh secara langsung dari saldo-saldo perkiraan buku besar yang telah disesuakan.

d. Penggunaan neraca saldo

Neraca saldo digunakan untuk memperoleh penyusutan ayat jurnal penyesuaian dan laporan keuangan.

e. Penutup perkiraan nominal

Dalam suatu perusahaan ada dua macam perkiraan yaitu permanen dan nominal. Perkiraan permanen adalah perkiraan yang selalu ada dalam perusahaan selama perusahaan ini masih ada. Perkiraan nominal adalah perkiraan yang ada selama periode akuntansi berjalan.

Dalam mengikuti tahapan akuntansi tersebut maka akan diperoleh suatu laporan keungan yang digunakan oleh berbagai pihak dalam perusahaan khususnya pihak manajemen dan dalam penyajian laporan keuangan tersebut merupakan informasi yang sangat penting bagi manajemen dalam membantupelaksanaan dan tanggungjawab perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan dalam suatu perusahaan.

2. Pengertian Manajemen

Manajemen sering diartikan sebagai seni untuk melaksanakan suatu

(37)

pekerjaan melalui orang lain atau sekelompok orang yang memiliki wewenang dan tanggung jawab untuk mengelola kegiatan perusahaan dan harus mempertanggung jawabkan hasil kerjanya, pengertian ini mengundang perhatian itu pada kenyataan bahwa manajer mencapai tujuan organisasi dengan cara mengatur orang lain untuk mencapai tujuan yang ditetapkan tersebut. Akan tetapi masih banyak pengertian yang dapat diterima secara universal.

Menurut Griffin (2004:7) Manajemen merupakan: “Segala aktifitas termasuk perencanaan dan pengambilan keputusan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian yang diarahkan pada sumber-sumber daya organisasi (manusia, finansial, fisik dan informasi) dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien”.

Sedangkan menurut Daft (2002:8) Manajemen merupakan: “Pencapaian sasaran-sasaran organisasi dengan cara yang efektif dan efisien melalui perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian sumber daya organisasi”.

Dari definisi tersebut terlihat bahwa pekerja manajemen merupakan suatu proses yaitu cara sistematis dalam melakukan pekerjaan, dengan memanfaatkan sumber- sumber daya yang ada dengan keahlian dan keterampilannya untuk mencapai tujuan perusahaan. Manager dapat dibedakan menurut tingkatan mereka dalam organisasi.

Secara umum manager dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan yaitu : 1. Manager Puncak

Manajer puncak (top manager) merupakan kelompok kecil eksekutif yang megelola keseluruhan organisasi.

2. Manager Menengah

Manajer Menengah atau Manager Madya terutama bertanggung jawab

(38)

untuk mengimplementasikan kebijakan dan rencana yang dikembangkan oleh Manager Puncak serta mengevaluasi dan mengkoordinasi aktivitas- aktivitas dari Manager tingkat yang lebih rendah.

3. Manager Lini Pertama

Manager lini pertama mengawasi dan mengkoordinasikan aktivitas karyawan.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan manajemen dalam mencapai tujuan perusahaan tersebut adalah sebagai berikut :

a. Perencanaan

Perencanaan yaitu penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan, manajer memikirkan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan yang didasarkan pada berbagai metode, rencana atau logika.

Bahan hanya atas dasar dengan atau firasat pembatasan yang kompleks merumuskan perencanaan sebagai penetapan apa yang harus dicapai.

b. Pengorganisasian

Pengorganisasian yaitu pengelompokkan kegiatan yang diperlukan yakni penetapan susunan organisasi serta fungsi-fungsi dari setiap unit yang ada.

c. Pengarahan

Pengarahan yaitu manajemen yang berhubungan dengan usaha memberi bimbingan saran, perintah-peintah atau instruksi kepada bawahan dalam melaksanakan tugas masing-masing bawahan tersebut sesuai kemampuan masing-masing agar tugasnya dapat dilakukan dengan baik dan benar tertuju pada tujuan yang telah ditetapkan semula.

(39)

d. Pengawasan

Pengawasan yaitu manajemen mengadakan penilaian dan sekaligus mengadakan koreksi bila perlu, sehingga apa yang sedang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan maksud tercapainya tujuan yang sudah ditetapkan semula, serta penerapan untuk menjamin bawahan rencana telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah ditentukan dan menjamin agar kegitan yang tidak diinginkan tidak terjadi.

B. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi

Sistem Informasi Akuntansi terdiri dari tiga elemen yaitu: sistem, informasi, dan akuntansi. Dimana setiap kata memiki arti tersendiri, dan apabila digabungkan akan menghasilkan sebuah definisi yang baru. Ketiga elemen tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

1) Sistem

Suatu sistem adalah rangkaian dari dua atau lebih komponen-komponen yang saling berhubungan, yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan.

Menurut Hall, (2001:5) mendefinisikan sistem sebagai berikut : “Sistem adalah merupakan sekelompok dua atau lebih komponen-komponen yang saling berkaitan atau subsistem-subsistem yang bersatu untuk mencapai tujuan yang sama (common purpose).” Definisi Sistem yang lain yaitu “Suatu entity (kesatuan) yang terbentuk dari bagian-bagian yang saling berkaitan yang mempunyai satu atau beberapa tujuan bersama”. (Joseph, 1995:40)

Sistem hampir selalu terdiri dari beberapa subsistem kecil, yang masing- masing melakukan fungsi khusus yang penting dan mendukung bagi sistem yang lebih besar, tempat mereka berada. Sebagai contoh, Fakultas bisnis adalah suatu sistem yang terdiri dari berbagai departemen, yang masing-masing merupakan

(40)

subsistem. Akan tetapi, Fakultas itu sendiri adalah suatu subsistem dari Universitas.

Sistem itu sendiri bukanlah seperangkat unsur yang tersusun secara tidak teratur, tetapi terdiri dari unsur-unsur yang saling mengisi satu sama lainnya. Dan sistem itu sendiri juga mencakup tiga kegiatan sebagai berikut.

1. Masukan atau Input.

2. Pengolahan atau Processing.

3. Hasil dari pengolahan atau Output.

Sistem menerima input dari lingkungannya dan juga menghasilkan output untuk lingkungannya. Sistem yang sederhana terdiri dari satu input dan satu output. Sistem yang lebih komplek akan terdiri dari beberapa input dan juga akan menghasilkan beberapa output pula.

a. Model Sistem Terbuka Sederhana

b. Model Sistem Terbuka Beraneka

Input 1 Output 1

Input 2 Output 2

... ...

Input n Output n

Input Proses Output

Proses

(41)

c. Model Sistem Tertutup

Gambar 3.2 Model Sistem

2) Informasi

Data adalah fakta statistik dalam bentuk kumpulan simbol yang tidak mengartikan sesuatu. Informasi adalah data yang telah tersaing, terorganisir, terealisasi, dan saling berhubungan sehingga berguna untuk mencapai tujuan organisasi.

Definisi informasi menurut Stoner (1992:303) yaitu: “Informasi adalah hasil dari pengorganisasian atau analisis data dengan memberikan arti.” Menurut Bodnar (2003:1) yaitu: “Informasi adalah data yang berguna yang diolah sehingga dapat dijadikan dasar untuk mengambil keputusan yang tepat”. Menurut Stoner (1992:303) yaitu: “Informasi adalah hasil dari pengorganisasian atau analisis data dengan memberikan arti.

Dari definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa informasi merupakan data yang menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya, menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata, digunakan untuk pengambilan keputusan.

Informasi sangat berguna bagi pihak manajemen dalam proses pengambilan keputusan, maka dari informasi yang berguna harus memiliki kriteria sebagai berikut:

1. Dapat Dipercaya (Reliable)

Informasi harus bebas dari kesalahan atau penyimpangan dan akurat dalam Input Proses Output

(42)

mempresentasikan suatu kejadian atau kegiatan organisasi.

2. Cocok dan Sesuai (Relevan)

Informasi yang relevan harus memberikan arti kepada pembuat keputusan.

Dapat mengurangi ketidakpastian, memperbaiki kemampuan pengambil keputusan untuk membuat prediksi, mengkonfirmasikan keputusan sebelumnya.

3. Tepat Waktu (Timely)

Informasi yang disajikan tepat pada saat dibutuhkan dan bisa mempengaruhi pengambilan keputusan.

4. Lengkap (Compliete)

Informasi yang disajikan termasuk di dalamnya semua data-data yang relevan dan tidak mengabaikan kepentingan yang diukur oleh pembuat keputusan.

5. Dimengerti (Understable)

Informasi yang disajikan hendaknya dalam bentuk yang dapat dipakai dan dimengerti oleh si pembuat keputusan.

Dengan mengamati lebih cermat mekanisme sistem informasi, kita akan melihat adanya 5 tugas atau fungsi informasi, yaitu :

1) Pengumpulan data 2) Pemrosesan data 3) Manajemen data

4) Pengendalian dan pengamatan data 5) Pengadaan Informasi

(43)

Selanjutnya tugas-tugas ini terdiri serangkaian data yang sering disebut siklus pemrosesan data yang dibentuk dari data berbagai sumber menjadi informasi yang diperlukan oleh berbagai pemakai.

3) Akuntansi

Pengertian Akuntansi menurut Soemarsono, (2003:3): “Akuntansi adalah suatu disiplin yang menyediakan informasi yang penting sehingga memungkinkan adanya pelaksanaan dan penilaian jalannya perusahaan secara efisien”.

Akuntansi juga dapat didefinisikan sebagai proses mengidentifikasi, mengukur, dan melaporkan informasi ekonomi untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut.

Pada hakikatnya akuntansi merupakan sistem informasi dikarenakan fungsi dari akuntansi itu sendiri untuk menghasilkan informasi berupa laporan keuangan yang akurat, relevan serta dapat dipercaya oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

4) Sistem Informasi Akuntansi

Pengertian dari tiga elemen tersebut yaitu sistem, informasi dan akuntansi yang bila dihubungkan akan menghasilkan definisi baru yaitu:

Sistem Informasi Akuntansi menurut Moscove (1991:3): “Sistem Informasi Akuntansi adalah suatu komponen organisasi yang mengumpulkan, menglasifikasikan, mengolah, menganalisa dan mengkomunikasikan informasi financial dan pengambilan keputusan yang relevan kepada pihak perusahaan (seperti kantor pajak, investor dan kreditor) dan pihak intern (terutama manajemen)”.

(44)

Sedangkan menurut Wilkinson (1991) “Sistem informasi akuntansi (SIA) merupakan suatu rerangka pengkordinasian sumber daya (data, meterials, equipment, suppliers, personal, and funds) untuk mengkonversi input berupa data ekononik menjadi keluaran berupa informasi keuangan yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan suatu entitas dan menyediakan informasi akuntansi bagi pihak-pihak yang berkepentingan”.

Sistem Informasi Akuntansi terdiri dari 5 komponen :

1. Orang-orang yang mengoperasikan sistem tersebut dan melaksanakan berbagai fungsi.

2. Prosedur-prosedur, baik manual maupun yang terotomatisasi, yang dilibatkan dalam mengumpulkan, memproses, dan menyimpan data tentang aktivitas aktivitas organisasi.

3. Data tentang proses-proses bisnis organisasi.

4. Software yang dipakai untuk memproses data organisasi.

5. Infrastruktur teknologi informasi, termasuk komputer, peralatan pendukung (peripheral device), dan peralatan komunikasi jaringan.

Kelima komponen ini secara bersama-sama memungkinkan suatu Sistem Informasi Akuntansi memenuhi tiga fungsi pentingnya dalam organisasi, yaitu :

1. Mengumpulkan dan menyimpan data tentang aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan oleh organisasi,sumber daya yang dipengaruhi oleh aktivitas- aktivitas tersebut, dan para pelaku yang terlibat dalam berbagai aktivitas tersebut, agar pihak manajemen, para pegawai, dan pihak-pihak luar yang berkepentingan dapat meninjau ulang (review) hal-hal yang terjadi.

2. Merubah data menjadi informasi yang berguna bagi pihak manajemen untuk membuat keputusan dalam aktivitas perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.

(45)

3. Menyediakan pengendalian yang memadai untuk menjaga aset-aset organisasi, termasuk data organisasi, untuk memastikan data tersebut tersedia saat dibutuhkan, akurat, dan handal.

Sistem informasi akuntansi menyiapkan informasi yang akurat dan tepat waktu bagi manajemen dengan melaksanakan operasi-operasi tertentu atas semua data sumber yang diterimanya. Manajemen organisasi perusahaan atau instansi menerima informasi dan memanfaatkannya sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. Oleh karena itu, jauh sebelum Sistem informasi Akuntansi (SIA) dibuat dalam bentuk tersendiri, sebenarnya akuntansi itu sendiri telah mengandung sistem yang tersendiri pula.

Menurut Hall (2001:10) “Sistem Informasi Akuntansi adalah sistem yang terdiri atas tiga subsistem utama, yaitu transaction processing systems, general ledger/ financial reporting system, management reporting system”.

Penjelasan mengenai tiga subsistem utama sistem informasi akuntansi diatas, yaitu:

1. Transaction Processing System (Sistem Pemrosesan Transaksi)

Sistem pemrosesan transaksi mendukung operasi bisnis setiap hari dengan sejumlah dokumen dan pesan-pesan untuk para pemakai.

2. General Ledger/ Financial Reporting System (Sistem Pelaporan Buku Besar/ Keuangan) menghasilkan laporan keuangan seperti laporan laba rugi, neraca, arus kas dan laporan lainnya,

3. Management Reporting Systems (Sistem Pelaporan Manajemen) menyediakan manajemen internal dengan laporan keuangan dengan tujuan

(46)

khusus dan informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan seperti laporan anggaran, laporan pertanggung jawaban dan laporan lainnya.

Berdasarkan beberapa definisi diatas, pengertian sistem informasi akuntansi dapat disimpulkan sebagai seperangkat manusia dan sumber modal dalam suatu organisasi yang berpengaruh dalam pengelolaan data akuntansi untuk menghasilkan informasi akuntansi keuangan yang berguna bagi perusahaan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan pihak manajemen dalam merencanakan dan mengendalikan perusahaan.

C. Proses dan Jenis Pengambilan Keputusan 1. Proses Pengambilan Keputusan

Para peneliti telah membuat banyak model tentang proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah. Seluruh model tersebut menggambarkan proses pengambilan keputusan sebagai aktivitas yang kompleks dan terdiri dari berbagai tahap. Pertama, identifikasi masalah. Lalu, pengambilan keputusan harus memilih suatu metode untuk memecahkan masalah. Kemudian, pengambil keputusan harus mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk melaksanakan model keputusan tersebut, dan selanjutnya menginterprestasikan model tersebut, serta mengevaluasi sisi positif dari tiap alternatif yang ada. Akhirnya, pengambil keputusan memilih dan melaksanakan solusi yang dipilihnya.

Davis (1999:125), Model yang bermanfaat dan terkenal yang diajukan oleh Herbert A. Simon akan digunakan sebagai dasar untuk menjelaskan proses

(47)

pengambilan keputusan. Model ini terdiri dari tiga tahap pokok, yaitu:

1. Penyelidikan: Mempelajari lingkungan atas kondisi yang memerlukan keputusan. Data mentah diperoleh, diolah, dan diuji untuk dijadikan petunjuk yang dapat mengidentifikasi persoalan.

2. Perancangan: Mendaftar, mengembangkan, dan menganalisis arah tindakan yang mungkin. Hal ini meliputi proses-proses untuk memahami persoalan, menghasilkan pemecahan, dan menguji kelayakan pemecahan tersebut.

3. Pemilihan: Memilih arah tindakan tertentu dari semua yang ada. Pilihan ditentukan dan dilaksanakan.

Jadi, proses keputusan dapat dianggap sebagi sebuah arus dari penyelidikan sampai perancangan dan kemudian pada pemilihan. Jadi tahapan tersebut merupakan unsur-unsur sebuah proses yang berkesinambungan. Sebagai contoh, pilihan-pilihan mungkin menolak semua alternatif dan kembali ke tahap perancangan untuk menerbitkan pemecahan tambahan.

Gambar 3.3

Bagan arus proses keputusan

Sumber : Davis, Gordon B, 2002, Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen Bagian I Pengantar. PT Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta.

Penyelidikan

Pemilihan Perancangan

(48)

Pengambilan keputusan menurut Hasan (2002:78) adalah “Suatu proses memilih suatu alternatif dari beberapa alternatif secara sistematis untuk ditindak lanjuti sebagai suatu cara pemecahan masalah yang ada”.

Sementara menurut Mudrajad (2003:15) “Tingkat pengambilan keputusan dalam perusahaan dapat diklasifikasikan dalam tiga bagian, yaitu:

a. Keputusan Strategis

Keputusan strategis merupakan keputusan yang menentukan arah kegiatan perusahaan jangka panjang. Keputusan strategis umumnya bersifat umum dan berisi garis besar kebijakan bisnis. Keputusan strategis lebih berorientasi kepada masa depan perusahaan daripada keadaan sekarang, seperti penentuan lokasi ataupun gedung perusahaan.

b. Keputusan taktis

Keputusan taktis merupakan implementasi dari keputusan strategis.

Keputusan ini berorientasi pada kegiatan operasional jangka pendek. Pada tingkat ini, perencanaan dan pengembalian memegang peranan utama.

c. Keputusan teknis

Keputusan teknis merupakan keputusan untuk kegiatan tertentu.

Informasiyang diperlukan unutk membuat keputusan ini adalah data historis dan deskriptif dari kegiatan yang baru saja dilakukan perusahaan, seperti upaya dalam meningkatkan mutu pelayanan.

2. Jenis – Jenis Pengambilan Keputusan

Suatu perusahaan mengutamakan kreativitas dan kemampuan personilnya

(49)

dalam melaksanakan aktivitas sehingga keputusan terhadap pengendalian karyawan lebih banyak mendapat perhatian manajemen. Karyawan dimotivasi untuk melaksanakan tugasnya dengan baik, namun dalam penetapan keputusan yang melibatkan karyawan secara garis besar merupakan kegiatan opersional perusahaan sehari-hari.

Tipe-tipe keputusan pada setiap tingkatan manajemen perusahaan menggambarkan perencanaan dan pengendaliaan baik yang menyangkut opersional sehari-hari perusahaan maupun hubunganya dengan sumber daya manusia dalam perusahaan untuk mencapai efisiensi. Keputusan merupakan rangkaian tindakan yang diambil untuk menghindari dampak negatif yang mungkin timbul dari masalah. Adapun tipe-tipe keputusan yaitu:

1. Keputusan terprogram

Pengambilan keputusan terprogram adalah pengambilan keputusan yang bersifat rutin, berulang-ulang dan cara menanginya telah ditentukan, pengambilan keputusan terprogram telah ditentukan, pengambilan keputusan terprogram telah ditentukan. Pengambilan keputusan terprogram ini digunakan untuk menyelesaikan masalah yang terstruktur melalui hal-hal berikut:

 Prosedur, yaitu serangkaian langkah yang berhubungan dan berurutan yang harus diikuti oleh pengambilan keputusan

 Aturan, yaitu ketentuan yang mengatur apa yang harus dan apa yang tidak boleh untuk dilakukan oleh pengmabil keputusan

 Kebijakan, yakni pedoman yang menentukan parameter untuk membuat keputusan

(50)

Kebijakan, yakni pedoman yang menentukan parameter untuk membuat keputusan

2. Keputusan tidak terprogram

Pengambilan keputusan tidak terprogram adalah pengambilan keputusan yang tidak rutin dan sifatnya unik sehingga memerlukan pemecahan yang khusus.

Pengambilan keputusan yang tidak terprogram ini digunakan menyelesaikan masalah yang tidak berstruktur.

Lebih lanjut Hasan (2002:41), memberikan ciri – ciri yang berbeda atas kedua jenis keputusan tersebut seperti terlihat pada halaman berikut :

Tabel 3.1

Daftar Tipe-tipe Keputusan

Tipe - Tipe Keputusan Teknik - Teknik Pembuatan Keputusan Diprogram :

Keputusan rutin dan berulang-ulang Organisasi mengembangkan proses- proses khusus bagi penanganannya.

a. Kebiasaan b. Kegiatan Rutin Prosedur-prosedur pengoperasian komputer

c. Struktur organisasi pengharapan umum sistem, sistem tujuan, saluran-saluran

informasi yang disusun dengan baik.

a. Teknik-teknik operasi : analis matematik, model- model simulasi computer b. Pengolahan data

elektronik

(51)

Tabel 3.1

Daftar Tipe-tipe Keputusan

Tipe - Tipe Keputusan Teknik - Teknik Pembuatan Keputusan Tidak Diprogram :

Keputusan-keputusan sekali pakai, disusun secara tidak sehat, kebijakan.

Ditangani dengan proses pemecahan masalah umum

a. Kebijakan intuisi dan kreatifitas

b. Coba-coba

c. Seleksi dan latihan

Teknik pemecahan masalah yang diterapkan pada : a. Latihan membuat satu keputusan b. Penyusunan program-program komputer.

Jenis-jenis dan tipe keputusan yang diambil oleh tiap-tiap tingkatan manajemen itu berbeda. Semakin tinggi tingkat manajemen akan semakin tidak terprogram keputusan yang diambilnya sesuai dengan situasi dan kebutuhan saat itu, sebaliknya pada manajemen tingkat bawah keputusan yang diambil cenderung terprogram karena biasanya keputusan rutin diambil. Sementara pada manajemen tingkat atas karena keputusan yang diambil menyangkut kelangsungan perusahaan, maka pihak manajemen diharapkan menganalisa kepastian, resiko, dan ketidakpastian yang terkait dengan alternativ strategis yang tersedia.

(52)

D. Sistem Informasi Akuntansi Balai Perhutanan Sosial Dan Kemitraan Lingkungan Wilayah Sumatera

Dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan, Manajemen membutuhkan informasi untuk melakukan perencanaan, menyusun target yang akan dicapai dan menyusun anggaran. Data yang diperoleh oleh pihak perusahaan berasal dari berbagai macam jenis transaksi yang mungkin bisa terjadi selama kegiatan perusahaan berjalan, data kemudian diolah kebagian accounting untuk kemudian diproses menjadi sebuah informasi.

Pada Balai Perhutanan Sosial Dan Kemitraan Lingkungan Wilayah Sumatera ada beberapa aplikasi Sistem Informasi Akuntansi untuk mengolah informasi akuntansi sebagai berikut.

1. SAIBA (Sistem Akuntansi Instansi Berbasis Akrual)

Kantor Direktorat Jenderal Pembendaharaan mengadakan workshop, training, dan bimtek mengenai SAIBA yang bertujuan untuk mendukung persiapan penerapan akuntansi berbasis akrual. Secara garis besar SAIBA melakukan hal-hal berikut :

 Jurnal anggaran dalam DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran) yang berupa Pagu Anggaran) yang disebut Allotment atas belanja satuan kerja dan estimasi pendapatan yg dialokasikan pada saat kita menginput DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran) dan revisi DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran) lalu melakukan proses “posting”.

 Jurnal realisasi baik pendapatan maupun belanja yaitu pada saat kita menginput SP2D (Surat Perintah Pencairan Dana), SPM (Surat Perintah

(53)

membayar), Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP), Surat Setoran Pengembalian Belanja (SSPB) lalu melakukan proses “posting”.

 Jurnal Neraca yaitu pada saat kita menginput bukti transaksi reklasifikasi berupa memo penyesuaian reklasifikasi lalu melakukan proses “posting”.

 Jurnal Penyesuaian pada saat kita menginput bukti transaksi penyesuaian berupa memo penyesuaian lalu melakukan proses “posting”.

 Jurnal Penutup yaitu pada saat kita melakukan tutup akhir tahun.

2. SIMAK-BMN (Sistem Informasi Manajemen Akuntansi Barang Milik Negara)

Sistem Informasi Manajemen Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK- BMN) sistem informasi yang menyediakan informasi yang dapat dipakai oleh fungsi akuntansi (departemen akuntansi). SIMAK-BMN adalah sebuah sistem informasi yang dibuat oleh Kementerian Keuangan, dimana aplikasi sistem tersebut digunakan oleh Satuan Kerja (SatKer) milik pemerintah yang memiliki pandangan yang berbeda-beda. SIMAK-BMN lebih difokuskan ke dalam penghimpunan, pemrosesan, dan pelaporan transaksi dalam bentuk Barang Milik Negara.

Pemrosesan transaksi pada Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan Wilayah Sumatera terdapat tiga siklus yaitu :

a. Siklus Pendapatan (Revenue Cycle)

Siklus pendapatan terdiri dari transaksi penjualan jasa, pencadangan kerugian piutang, dan penghapusan piutang. jadi siklus pendapatan mengikuti kejadian-kejadian yang berkaitan dengan jasa kepihak-pihak

(54)

lain dan pengumpulan pembayaran-pembayaran yang terkait pada Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan Wilayah Sumatera.

b. Siklus Pengeluaran (Expenditure Cycle)

Siklus pengeluaran terdiri dari transaksi pembelian perlengkapan dan pembayaran gaji karyawan dan pengeluaran kas lainnya. Jadi siklus pengeluaran meliputi kejadian- kejadian yang berkaitan dengan perolehan perlengkapan dari pihak lain dan pelunasan-pelunasan kewajiban- kewajiban yang berkaitan.

c. Siklus Konversi

Siklus Konversi tradisional terdiri dari dua subsistem yaitu subsistem produksi dan subsistem akuntansi biaya. Subsistem akuntansi biaya juga mengawasi arus informasi biaya yang berkaitan dengan produksi. Jadi siklus konversi berkaitan dengan perubahan sumber daya menjadi jasa.

Proses transaksi Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan Wilayah Sumatera memerlukan berbagai elemen yang mencakup:

a. Dokumen Sumber

Yaitu dokumen yang dipakai sebagai dasar pencatatan kedalam catatan akuntansi yang berfungsi untuk mengotorisasi operasi fisik,memantau arus dan aliran fisis, mencerminkan tanggung gugat (accountability) atas tindakan yang diambil, mendukung database yang mutakhir dan menyediakan data yang diperlukan untuk keluaran.

b. Jurnal dan Register

(55)

Jurnal adalah buku tempat dicatatnya setiap transaksi yang terjadi, sedangkan register adalah sebagai pengganti jurnal atau catatan kronologis untuk data yang tidak bersifat keuangan.

c. Buku Besar dan Arsip

Buku Besar (Ledger) juga merupakan catatan akuntansi formal, mengiktisarkan status setiap perkiraan dalam nilai uang yang terdiri dari buku besar umum (general ledger) dan buku besar pembantu (subsidiary ledger). Arsip merupakan bagian dari database perusahaan yang berfungsi

sebagai tempat penyimpanan data. Ada empat jenis arsip yang terpenting yitu arsip induk,arsip transakasi,arsip referensi dan arsip historis.

d. Laporan dan Dokumen

Salah satu laporan terpenting pada Universitas Sumatera Utara adalah laporan keuangan yang menyajikan keadaan keuangan perusahaan secara menyeluruh pada tanggal tertentu, terdiri dari neraca,laporan laba rugi, laporan perubahan modal dan laporan arus kas. Sedangkan dokumen seperti dokumen operasional dijadikan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan ,mencatat tindakan yang telah diselesaikan dan sebagai masukan untuk proses selanjutnya.

e. Bagian Perkiraan

Bagian perkiraan (chart of account) merupakan daftar kode untuk semua perkiraan yang termasuk dalam buku besar perusahaan, yang pada hakikatnya menunjukkan struktur data keuangan suatu perusahaan.

Kebijakan Pemerintah dalam meningkatkan akses pengelolaan kawasan

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bersih yang maksimal dengan aktivanya secara produktif kurang stabil dengan demikian keuntungan yang

Pertanyaan yang penulis ajukan adalah pertanyaan bedasarkan sistem penatausahaan pengelolaan keuangan daerah khususnya dalam hal penatausahaan pertanggungjawaban

Mengatur perjalanan dinas merupakan hal yang rumit, mulai dari dokumen yang dibutuhkan dalam perjalanan pimpinan, konfirmasi tiket dan hotel, pembuatan jadwal perjalanan,

PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Sumatera Bagian Utara yang telah menerapkan penyampaian SPT PPh Pasal 21 menggunakan Aplikasi E-Filing sesuai dengan Prosedur

Maka dari uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “ Sistem Kearsipan Surat Masuk dan Surat Keluar Pada Biro Umum dan Perlengkapan Sekretariat

Bank Negara Indonesia Kantor Cabang Utama Universitas Sumatera Utara dalam menghimpun dana masyarakat dalam bentuk giro, tabungan, dan deposito adalah dengan

a) Kartu Kredit, yaitu: fasilitas pinjaman tanpa agunan yang diberikan kepada perorangan pemilik kartu yang diterbitkan oleh bank tertentu setelah aplikasi

Dari hasil wawancara dan pengamatan penulis, Unit Kearsipan yang terletak di Lantai 4 Kantor Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Perwakilan Provinsi