• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan motivasi belajar, kebiasaan belajar dan perhatian orang tua dengan prestasi belajar ekonomi studi kasus siswa jurusan IPS SMA Pangudi Luhur Yogyakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan motivasi belajar, kebiasaan belajar dan perhatian orang tua dengan prestasi belajar ekonomi studi kasus siswa jurusan IPS SMA Pangudi Luhur Yogyakarta"

Copied!
182
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR, KEBIASAAN BELAJAR

DAN PERHATIAN ORANG TUA DENGAN PRESTASI

BELAJAR EKONOMI

Studi kasus : Siswa Jurusan IPS SMA Pangudi Luhur Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Geovan Audy

NIM : 091334022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR, KEBIASAAN BELAJAR

DAN PERHATIAN ORANG TUA DENGAN PRESTASI

BELAJAR EKONOMI

Studi kasus : Siswa Jurusan IPS SMA Pangudi Luhur Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Geovan Audy

NIM : 091334022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

Halaman Persembahan

Karya tulis ini kupersembahkan sebagai

ucapan syukur dan terimakasih kepada :

Tuhan Yesus Kristus Jalan Kebenaran

dan Juru S’lamatku

Untuk Papa, Alm. Mama dan adik ku

Sahabat dan teman-teman yang selalu

setia mendampingiku.

(6)

v

Motto Hidup

Apapun yang kamu lakukan, pastikan niatmu

untuk kebaikan. Karena apapun yang dilakukan

dengan niat baik, akan membuahkan hasil yang

(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah saya sebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 25 November 2014

Penulis,

(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Geovan Audy

Nomor Induk Mahasiswa : 091334022

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya berjudul:

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR, KEBIASAAN BELAJAR DAN PERHATIAN ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR EKONOMI

Studi kasus : Siswa Jurusan IPS SMA Pangudi Luhur Yogyakarta

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian peryataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 25 November 2014

Yang Menyatakan

(9)

viii

ABSTRAK

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR, KEBIASAAN BELAJAR DAN PERHATIAN ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR EKONOMI

Studi Kasus : Siswa Jurusan IPS SMA Pangudi Luhur Yogyakarta

Geovan Audy Universitas Sanata Dharma

2014

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan: antara (1) motivasi belajar dengan prestasi belajar ekonomi, (2) kebiasaan belajar dengan prestasi belajar ekonomi, (3) perhatian orang tua dengan prestasi belajar ekonomi, (4) motivasi belajar, kebiasaan belajar, dan perhatian orang tua dengan prestasi belajar ekonomi.

Penelitian ini adalah studi kasus di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta pada bulan Juli 2014 sampai dengan Agustus 2014. Populasi penelitian adalah seluruh kelas IPS sejumlah 297 siswa, terdiri dari kelas X IIS berjumlah 102 siswa, kelas XI IIS berjumlah 97 siswa, dan kelas XII IPS berjumlah 98 siswa. Sampel dalam penelitian adalah siswa kelas XI IIS dengan jumlah 93 siswa. Teknik penarikan sampel adalah purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis korelasi product moment.

(10)

ix

ABSTRACT

THE RELATION BETWEEN LEARNING MOTIVATION, LEARNING

HABIT, AND PARENTS’ ATTENTION AND LEARNING ACHIEVEMENT IN STUDYING ECONOMICS

A Case Study: The Social Class Students of Pangudi Luhur Senior High School Yogyakarta

Geovan Audy

Sanata Dharma University

2014

This study aims to know the relation between (1) learning motivation and learning achievement in studying economics, (2) learning habit and learning

achievement in studying economics, (3) parents’ attention and learning achievement in studying economics, (4) learning motivation , learning habit, parents’ attention and

learning achievement in studying economics.

This study is a case study. It was conducted in Pangudi Luhur Senior High School from July 2014 until August 2014. The population were 297 students of social class. Consists the students of the tenth grade were 102, the students of the eleventh grade were 97 and the students of the twelfth grade were 93 and the samples were 93 students. The technique of taking samples was a purposive sampling. The technique of collecting data were questionnaire and documentation. The analysis technique was product moment.

The result of the study shows that: (1) there isn’t any relation between learning

motivation and learning achievement in studying economics (r count = 0.171 and the value of probability is (ρ) = 0.101); (2) there isn’t any relation between learning habit and learning achievement in studying economics (r count = 0.048 and the value of probability is (ρ) = 0.648); (3) there isn’t any relation between parents’ attention and learning achievement in studying economics (r count = 0.115 and the value of probability is (ρ) = 0.137); (4) there isn’t any relation between learning motivation,

(11)

x

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih-Nya yang besar,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Motivasi Belajar, Kebiasaan Belajar, dan Perhatian Orang Tua Dengan Prestasi Belajar

Ekonomi”.Pada studi kasus siswa jurusan IPS SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Skripsi ini disusun untuk melengkapi persyaratan guna memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian

Khusus Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan skripsi ini tidaklah

mungkin terlaksana dengan baik tanpa bantuan, kerjasama, dan dukungan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih

kepada :

1. Bapak Rohandi Ph.D. selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Kaprodi Pendidikan Ekonomi

BKK Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma.

4. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd, M.Si selaku dosen pembimbing

yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan serta

(12)

xi selaku dosen penguji.

6. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan

Akuntansi yang telah banyak memberi ilmu pengetahuan dan bekal

keterampilan sehingga peneliti dapat menyelesaikan studi dengan baik.

7. Staf Sekretariat JPIPS yang telah membantu kelancaran proses belajar

penulis selama ini.

8. Ibu Y. Natalia Margi Lestari, S.Pd selaku guru ekonomi kelas XI IIS SMA

Pangudi Luhur Yogyakarta yang telah mengijinkan melaksanakan penelitian

dan membantu pelaksanaan penelitian.

9. Bapak Andreas Mujiyono, S. Pd selaku kepala sekolah SMA Pangudi Luhur

Yogyakarta yang telah mengijinkan melaksanakan penelitian dan telah

membantu kelancaran pelaksanaan penelitian.

10.Orang tua ku terkasih, Bapak Joko Harjono dan Alm. Ibu V. Haryati yang

selalu memberikan dukungan, cinta, dan menyertakan namaku dalam setiap

doa.

11.Untuk adikku, Revinca Wiwaha yang selalu memberikan semangat dan

dukungan.

12.Untuk Fransiska Desiati, yang selalu memberikan dukungan, doa dan

motivasi selama mengerjakan skripsi ini.

13. Untuk Yakobus Dewantoro, yang telah membantu translit abstrak serta

(13)

xii

Pipin, Venny, Mbak Orien, Natal, Rosa, Mbak Putri, Anas, Mbak Tian,

Thomas, Riki, Mbak Wuni, Kristin, Bety, Condro, koko Heri, Anang, Desy,

Tama, Devi, Dita, Yovita, Yoga, Siska, Ria, Reta, dan semua teman-teman

lainnya. Terima kasih atas semangat dan kerjasamanya selama kuliah di

Universitas Sanata Dharma.

15.Anak Kos Brojomusti no 10: Mas Rian, Bang Andri, Mas Putra, Mas Donni,

Ncus, Tofan, Kevin, Alex, Heri, Yoyok, Adri, Adi, Yoyok, Edo, Albet, Endro,

Yoga. Terima kasih untuk kegembiraan, kegilaan dan kebersamaan kita.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,

penulis meminta kritik dan saran yang bersifat membangun agar skripsi ini

dapat berguna bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Penulis,

(14)

xiii

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Prestasi Belajar ... 8

B. Motivasi Belajar ... 12

C. Kebiasaan Belajar ... 17

D. Perhatian Orangtua ... 37

(15)

xiv

G. Hipotesis ... 53

BAB III METODE PENELITIAN ... 54

A. Jenis Penelitian ... 54

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 54

C. Subjek dan Objek Penelitian... 54

D. Jenis dan Sumber Data ... 55

E. Populasi dan Sampel ... 55

F. Variabel pengambilan dan Pengukuran Variabel ... 57

G. Teknik Pengumpulan Data ... 61

H. Teknik Pengujian Instrumen ... 64

I. Alat Analisis Data ... 69

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 78

A. Identitas Sekolah ... 78

B. Tujuan Satuan Pendidikan SMA Pangudi Luhur Yogyakarta ... 78

C. Sejarah SMA Pangudi Luhur Yogyakarta ... 79

D. Kondisi Fisik, Lingkungan, Fasilitas dan Data Siswa SMA Pangudi Luhur ... 81

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 86

A. Deskripsi Data ... 86

1. Motivasi Belajar ... 86

2. Kebiasaan Belajar ... 87

3. Perhatian Orang Tua ... 88

4. Prestasi Belajar ... 89

B. Teknik Analisis Data ... 90

1. Uji Normalitas ... 90

2. Uji Multikolinieritas ... 91

3. Uji Heteroskedastisitas ... 92

(16)

xv

1. Hubungan motivasi belajar dengan prestasi belajar

ekonomi ... 101

2. Hubungan kebiasaan belajar dengan prestasi belajar ekonomi ... 102

3. Hubungan perhatian orang tua dengan prestasi belajar ekonomi ... 104

4. Hubungan motivasi belajar, kebiasaan belajar, perhatian orang tua dengan ekonomi ... 105

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN ... 107

A. Kesimpulan ... 107

B. Keterbatasan ... 109

C. Saran ... 109

(17)

xvi

Halaman

3.1 Skor Nilai Pertanyaan Kuisioner Motivasi Belajar, Kebiasaan

Belajar, Perhatian Orang Tua ... 58

3.2 Rentang Kuesioner Motivasi Belajar, Kebiasaan Belajar, dan Perhatian Orang tua ... 59

3.3 Operasional Variabel Motivasi Belajar ... 62

3.4 Operasional Variabel Kebiasaan Belajar ... 63

3.5 Operasional Variabel Perhatian Orang Tua ... 63

3.6 Kesimpulan Uji Validitas Motivasi Belajar... 66

3.7 Kesimpulan Uji Validitas Kebiasaan Belajar ... 66

3.8 Kesimpulan Uji Validitas Perhatian Orang Tua ... 67

3.9 Instrumen Interpretasi Reabilitas ... 68

3.10 Kesimpulan Uji Reabilitas ... 69

3.11 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi... 76

4.1 Fasilitas Sekolah SMA Pangudi Luhur Yogyakarta ... 84

4.2 Data Siswa SMA Pangudi Luhur ... 85

5.1 Deskripsi Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar... 87

5.2 Deskripsi Distribusi Frekuensi Kebiasaan Belajar ... 88

5.3 Deskripsi Distribusi Frekuensi Perhatian Orang Tua ... 89

5.4 Kategori Prestasi Belajar Siswa ... 90

5.5 Deskripsi Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa ... 90

5.6 Deskripsi Uji Normalitas ... 91

5.7 Deskripsi Hasil Uji Multikolinieritas Variabel Penelitian ... 92

5.8 Deskripsi Hasil Uji Heteroskedastisitas Variabel Penelitian ... 93

(18)

xvii

Belajar ... 95

5.11 Hasil Korelasi Kebiasaan Belajar Dengan Prestasi

Belajar ... 97

5.12 Hasil Korelasi Perhatian Orang Tua Dengan Prestasi

Belajar ... 99

5.13 Hasil Korelasi Motivasi Belajar, Kebiasaan Belajar,

(19)

xviii

Halaman

Lampiran I Surat Ijin Penelitian dan Surat Keterangan Telah

Melakukan Penelitian ... 113

Lampiran II Kuisioner Penelitian ... 116

Lampiran III Data Induk Pra penelitian ... 125

Lampiran IV Data Induk Penelitian ... 133

Lampiran V Uji Validitas dan Reabilitas ... 140

Lampiran VI Uji Normalitas, Multikoliniesritas, Heterokedastisitas ... 150

Lampiran VII Uji Hipotesis ... 155

(20)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Maslow hierarki kebutuhan manusia yang paling rendah yaitu

tingkat untuk bisa survive atau mempertahankan hidup dan rasa aman. Jika

kebutuhan manusia secara fisik telah terpenuhi, mereka akan menstimulasi untuk

memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi seperti prestasi intelektual, penghargaan

estetis, dan akhirnya self-actualization (Djiwandono, 2006:183). Untuk

mendapatkan semua itu seseorang dituntut untuk menempuh pendidikan

berjenjang dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Ilmu-ilmu yang diperoleh

siswa dalam pendidikan bersifat kualitatif kemudian dinyatakan secara

kuantitatif, yaitu nilai-nilai atau prestasi berlajar.

Prestasi belajar siswa di sekolah dioperasionalisasikan dalam bentuk

indikator yang berupa nilai raport. Raport merupakan rumusan akhir yang

diberikan oleh guru mengenai kemajuan atau hasil belajar peserta didiknya

selama masa tertentu. Raport memperlihatkan nilai kemajuan siswa dalam

menerima materi pelajaran yang ditunjukkan dengan angka nol sampai sepuluh.

Raport juga mencantumkan peringkat atau ranking siswa dalam kelasnya,

sehingga prestasi belajar siswa tersebut dapat dibandingkan dengan prestasi

(21)

kualitatif individu dalam rentang kehidupannya, mulai dari masa konsepsi, masa

bayi, masa kanak-kanak, masa anak, masa remaja, sampai masa dewasa. Pada

perkembangan diri siswa sosok guru dipandang sebagai orang yang dewasa dan

paham mata pelajaran yang diajarkan. Di tahap inilah peran guru sebagai model

dibutuhkan bagi siswa, guru secara tetap bertindak sebagai model dalam

menunjukkan bagaimana orang dewasa berpikir untuk menyelesaikan masalah.

Sikap antusias guru terhadap mata pelajaran yang diampu menjadikan

modal utama bagi siswa agar tertarik pada sosok guru tersebut. Guru yang tidak

antusias terhadap mata pelajaran yang mereka ajarkan, akan sulit mengharapkan

siswa untuk antusias terhadap mata pelajaran yang diberikan guru. Salah satu

peranan guru yang paling penting adalah sebagai motivator. Memotivasi siswa

tidak hanya disampaikan pada permulaan tahun ajaran baru saja tetapi saat-saat

yang diperlukan.

Pada umumnya keingintahuan siswa untuk belajar sudah melekat sejak dini

kerena melibatkan perasaan dan pikirannya. Dengan memilih pengarahan dari

orang yang sedang belajar sendiri, akan memberikan motivasi tinggi dan

kesempatan kepada siswa untuk belajar bagaimana belajar. Penguasaan mata

pelajaran memang penting, tetapi tidak lebih penting daripada kemampuan

menemukan sumber, merumuskan masalah, menguji hipotesis, dan menilai hasil.

(22)

prestasi, dan paling penting lebih termotivasi untuk terus belajar.

Proses belajar tidak cukup hanya bermodal motivasi yang tinggi, namun

harus didukung dengan sikap disiplin menanamkan kebiasaan belajar dan

mendapat dukungan dari lingkungan. Kebiasaan belajar sangat melekat erat

dengan cara belajar sistematis dan relevan. Cara belajar yamg baik merupakan

suatu kecakapan yang dimiliki oleh setiap siswa dengan jalan latihan dalam

usaha belajarnya sehingga menjadi suatu kebiasaan yang melekat pada diri.

Namun kebiasaan belajar hanya saat mendekati masa ulangan membuat siswa

mudah lupa, karena kebiasaan menghapal berhubungan dengan ingatan.

Jika memiliki kebiasaan belajar yang baik maka setiap usaha belajar akan

memberikan hasil yang baik juga. Kebiasaan belajar yang baik seharusnya

diajarkan oleh guru dan orangtua. Kebiasaan belajar bukan sesuatu yang sudah

ada namun harus dibuat. Jika mempunyai kebiasaan belajar yang tidak sesuai

atau kurang tepat maka akan mendapat hasil belajar yang tidak optimal yang

mempengaruhi prestasi belajar siswa. Kebiasaan seseorang dalam belajar secara

teratur dimulai dari kebiasaan belajar mandiri di rumah dan ketika di sekolah.

Belajar dirumah diharapkan siswa bisa belajar lebih teratur, fokus dan memiliki

kebebasan untuk memuaskan keingintahuan mereka. Pengaturan waktu belajar

menjadi masalah yang klasik karena kurang pahamnya makna belajar dalam diri

(23)

diperlukan perhatian orang tua.

Keluarga merupakan lembaga sosial yang paling kecil terdiri dari ayah, ibu

dan anak. Orang tua memiliki tanggung jawab utama atas perawatan dan

perlindungan anak sejak bayi sampai beranjak dewasa. Di dalam lingkungan

keluarga, anak telah dikenalkan dengan kebudayaan, pendidikan, nilai dan

norma-norma yang berlaku di kehidupan bermasyarakat.

Pendidikan di dalam keluarga merupakan pendidikan kodrati. Orang tua

mempunyai peranan sangat penting bagi tumbuh-kembangnya anak sehingga

menjadi seseorang pribadi yang sehat, cerdas, terampil, mandiri, dan berakhlak

mulia. Salah satu indikator siswa berhasil dalam pendidikan adalah prestasi

belajar meningkat. Prestasi belajar dapat tercapai karena timbulnya minat untuk

belajar pada siswa berasal dari dalam diri siswa sendiri, kemudian individu

mengadakan interaksi dengan lingkungan yang menimbulkan dorongan sosial

dan dorongan emosional, juga adanya pengaruh pola asuh orang tua.

Beberapa faktor tersebut di atas diduga dapat mempengaruhi keberhasilan

belajar atau prestasi belajar siswa. Berdasarkan permasalahan tersebut di atas,

penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “HUBUNGAN

MOTIVASI BELAJAR, KEBIASAAN BELAJAR DAN PERHATIAN

ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR EKONOMI”. Alasan

peneliti mengangkat judul tersebut karena motivasi belajar, kebiasaan belajar

(24)

akademik.

B. Batasan Masalah

Ada berbagai faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar ekonomi

siswa. Mengingat luasnya cakupan, maka perlu diadakan pembatasan terhadap

masalah yang akan diteliti. Berhubung ada keterbatasan waktu, biaya, tenaga dan

kemampuan penulis maka yang difokuskan oleh peneliti dan diduga dapat

memengaruhi prestasi belajar ekonomi siswa adalah motivasi belajar, kebiasaan

belajar dan perhatian orang tua. Dalam penelitian ini responden dibatasi pada

siswa kelas XI IIS SMA Pangudi Luhur Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015 .

C. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan beberapa masalah

sebagai berikut:

1. Apakah ada hubungan motivasi belajar dengan prestasi belajar ekonomi ?

2. Apakah ada hubungan kebiasaan belajar dengan prestasi belajar

ekonomi ?

3. Apakah ada hubungan perhatian orang tua dengan prestasi belajar ekonomi ?

4. Apakah ada hubungan motivasi belajar, kebiasaan belajar dan perhatian

(25)

Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara motivasi belajar dengan

prestasi belajar ekonomi.

2. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kebiasaan belajar dengan

prestasi belajar ekonomi.

3. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara perhatian orang tua

dengan prestasi belajar ekonomi.

4. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara motivasi belajar,

kebiasaan belajar dan perhatian orang tua dengan prestasi belajar ekonomi.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi bagi

penelitian selanjutnya sarta dapat menambah referensi perpustakaan

khususnya referensi mengenai Skripsi terkait masalah pendidikan.

2. Bagi Sekolah

Penulis berharap agar hasil penelitian ini dapat memberikan masukan untuk

bahan pertimbangan sekolah dalam memberikan motivasi siswa untuk

(26)

Hasil penelitian ini, diharapkan memberi masukan bagi guru sehingga

dapat membangkitkan motivasi belajar ekonomi siswanya.

4. Bagi Orang tua

Hasil penelitian ini, diharapkan memberi masukan bagi orang tua untuk

lebih memberikan dukungan bagi anak-anak, agar lebih termotivasi dalam

meningkatkan prestasi belajar siswa.

5. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini, dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai

masalah yang diteliti, dan sebagai bekal pengalaman dalam memasuki

(27)

8

TINJAUAN PUSTAKA

A. Prestasi Belajar

Ada beberapa definisi belajar, antara lain:

a. Menurut Winkel (1984:13) definisi belajar adalah Perubahan psikis

yang berlangsung dalam interaksi aktif individu dengan lingkungannya

dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,

pemahaman, ketrampilan, nilai, sikap yang bersifat konstan dan tetap.

b. Menurut Witting yang dikutip Syaiful Bahri (2011:11)

learning is the proces by which behavior (in the broader sense) is originated or changed through practice or training”. Belajar ialah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah

melalui praktek atau latihan.

c. Menurut Slameto yang dikutip Syaiful Bahri (2011:12) belajar adalah

suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil

(28)

9

Dari pengertian belajar tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar

merupakan suatu perubahan tingkah laku yang dialami oleh setiap individu

sebagai akibat dari pengalaman dan latihan.

Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar diperlukan adanya

evaluasi yang nantinya akan dijadikan sebagai tolok ukur maksimal yang

telah dicapai siswa setelah melakukan kegiatan belajar selama waktu yang

telah ditentukan. Apabila pemberian materi telah dirasa cukup, guru dapat

melakukan tes yang hasilnya akan digunakan sebagai ukuran dari prestasi

belajar yang bukan hanya terdiri dari nilai mata pelajaran saja tetapi juga

mencakup nilai tingkah laku siswa selama berlangsungnya proses belajar

mengajar.

Prestasi merupakan hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan

tugas atau kegiatan tertentu (Winkel, 1984:17). ”Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata

pelajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang

diberikan guru” (Bahri, 2011:175).

Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa prestasi belajar adalah

hasil kemampuan seseorang pada bidang tertentu dalam mencapai tingkat

kedewasaan yang langsung dapat diukur dengan tes. Penilaian dapat berupa

angka atau huruf. Keberhasilan siswa dalam mencapai prestasi belajar

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tingkat kecerdasan yang baik,

(29)

tinggi dalam pembelajaran, motivasi yang baik dalam belajar, cara belajar

yang baik dan strategi pembelajaran yang dikembangkan guru. Suasana

keluarga yang mendorong anak untuk maju, selain itu lingkungan sekolah

yang tertib, teratur dan disiplin merupakan pendorong dalam proses

pencapaian prestasi belajar (Bahri, 2011:177).

Menurut Sangalang yang dikutip oleh Syaiful Bahri, (2011:177) ada

beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam mencapai

hasil belajar yang baik, antara lain.

1. Faktor kecerdasan.

Tinggi rendahnya kecerdasan yang dimiliki siswa sangat menentukan

keberhasilannya mencapai prestasi belajar, termasuk prestasi-prestasi

lain yang ada pada dirinya.

2. Faktor bakat.

Bakat-bakat yang dimiliki siswa apabila diberi kesempatan untuk

dikembangkan dalam pembelajaran akan dapat mencapai prestasi belajar

yang diharapkan.

3. Faktor minat dan perhatian.

Minat adalah kecenderungan yang besar terhadap sesuatu. Perhatian

adalah melihat dan mendengar dengan baik serta teliti terhadap sesuatu.

Apabila siswa menaruh minat pada satu pelajaran tertentu biasanya

(30)

yang tinggi pada mata pelajaran akan memberi dampak yang baik bagi

prestasi belajar siswa.

4. Faktor motif.

Motif selalu selalu mendasari dan mempengaruhi setiap usaha serta

kegiatan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Apabila

dalam belajar,siswa mempunyai motif yang baik dan kuat, hal ini akan

memperbesar usaha dan kegiatannya mencapai prestasi yang tinggi.

5. Faktor cara belajar.

Keberhasilan belajar siswa dipengaruhi oleh cara belajar siswa. Cara

belajar yang efisien memungkinkan mencapai prestasi belajar yang lebih

tinggi dibandingkan dengan cara belajar yang tidak efektif.

6. Faktor lingkungan keluarga.

Keluarga merupakan salah satu potensi yang besar dan positif memberi

pengaruh pada prestasi siswa. Terutama dalam hal mendorong, memberi

semangat, dan memberi teladan yang baik kepada anaknya.

7. Faktor sekolah.

Sekolah merupakan faktor pendidikan yang sudah terstruktur, memiliki

sistem, dan organisasi yang baik bagi penanaman nilai-nilai etika,

(31)

Pencapaian prestasi belajar yang baik tidak hanya diperoleh dari tingkat

kecerdasan siswa saja, tetapi juga didukung oleh lingkungan keluarga dan

sekolah dimana guru dan alat belajar dijadikan sebagai sumber belajar bagi

kelancaran proses belajar mengajar. Keberhasilan siswa dalam mencapai

prestasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tingkat kecerdasan

yang baik, pelajaran sesuai dengan bakat yang dimiliki, ada minat dan

perhatian yang tinggi dalam pembelajaran, motivasi yang baik dalam belajar,

cara belajar yang baik dan strategi pembelajaran yang dikembangkan guru.

Suasana keluarga yang mendorong anak untuk maju, selain itu lingkungan

sekolah yang tertib, teratur dan disiplin merupakan pendorong dalam proses

pencapaian prestasi belajar (Sutedja, 1989: 41).

B. Motivasi Belajar

Motivasi berasal dari kata Latin “motivum” yang berarti Alasan mengapa sesuatu itu bergerak. “Motivasi sangat diperlukan dalam pelaksanaan aktivitas manusia karena motivasi merupakan hal yang dapat menyebabkan,

menyalurkan dan mendukung perilaku manusia supaya mau bekerja giat

dan antusias untuk mencapai hasil yang optimal” (Hasibuan, 2001:141) Siswa belajar karena ada dorongan oleh kekuatan mentalnya. Kekuatan

mental itu berupa keinginan, perhatian, kemauan, atau cita-cita. Kekuatan

(32)

kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan.

Dorongan merupakan kekuatan mental yang berorientasi pada pemenuhan

harapan atau pencapaian tujuan. Dorongan yang berorientasi pada tujuan

tersebut merupakan inti motivasi. (Dimyati dan Mudjiono, 2006:80-81).

Menurut Syaiful Bahri (2000 : 114) motivasi adalah perubahan energi

dalam diri seseorang itu berbentuk suatu aktivitas nyata berupa kegiatan fisik,

karena seseorang mempunyai tujuan tertentu dari aktivitasnya, maka

seseorang mempunyai motivasi yang kuat untuk mencapainya dengan

segala upaya yang dapat dia lakukan untuk mencapainya.

Menurut Winkel dalam Hamzah B. Uno (2007:23), motivasi belajar

adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang

menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar dan

memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai tujuan tertentu.

Sedangkan MC. Donald dalam Hamzah B. Uno (2007:23), Motivasi belajar

merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual peranannya yang khas

adalah dalam hal pertumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk

belajar.

Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan

keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita.

Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan

belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Hakikat motivasi

(33)

untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa

indikator atau unsur yang mendukung.

Seseorang dikatakan berhasil dalam belajar apabila didalam dirinya

sendiri ada keinginan untuk belajar, sebab tanpa mengerti apa yang akan

dipelajari dan tidak memahami mengapa hal tersebut perlu dipelajari, maka

kegiatan belajar mengajar sulit untuk mencapai keberhasilan. Keinginan atau

dorongan inilah yang disebut sebagai motivasi. Dengan motivasi orang akan

terdorong untuk bekerja mencapai sasaran dan tujuannya karena yakin

dan sadar akan kebaikan, kepentingan dan manfaatnya. Bagi siswa

motivasi ini sangat penting karena dapat menggerakkan perilaku siswa kearah

yang positif sehingga mampu menghadapi segala tuntutan, kesulitan serta

menanggung resiko dalam belajar.

Dalam kaitannya dengan belajar, motivasi sangat erat

hubungannya dengan kebutuhan aktualisasi diri sehingga motivasi paling

besar pengaruhnya pada kegiatan belajar siswa yang bertujuan untuk

mencapai prestasi tinggi. Apabila tidak ada motivasi belajar dalam diri siswa,

maka akan menimbulkan rasa malas untuk belajar baik dalam mengikuti

proses belajar mengajar maupun mengerjakan tugas-tugas individu dari

guru. Orang yang mempunyai motivasi yang tinggi dalam belajar maka

akan timbul minat yang besar dalam mengerjakan tugas, membangun sikap

(34)

melaksanakannya dengan tekun. Indikator dari motivasi menurut Heryanto

Sutedja (1989:43-45), yaitu:

1. Cita-cita.

Cita-cita adalah sesuatu target yang ingin dicapai. Target ini diartikan

sebagai tujuan yang ditetapkan dalam suatu kegiatan yang mengandung

makna bagi seseorang. Munculnya cita-cita seseorang disertai dengan

perkembangan akar, moral kemauan, bahasa dan nilai-nilai kehidupan

yang juga menimbulkan adanya perkembangan kepribadian.

2. Kemampuan belajar.

Setiap siswa memiliki kemampuan belajar yang berbeda. Hal ini

diukur melalui taraf perkembangan berpikir siswa, dimana siswa yang

taraf perkembangan berpikirnya konkrit tidak sama dengan siswa yang

sudah sampai pada taraf perkembangan berpikir rasional. Siswa yang

merasa dirinya memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu, maka

akan mendorong dirinya berbuat sesuatu untuk dapat mewujudkan

tujuan yang ingin diperolehnya dan sebaliknya yang merasa tidak mampu

akan merasa malas untuk berbuat sesuatu.

3. Kondisi siswa.

Kondisi siswa dapat diketahui dari kondisi fisik dan kondisi

psikologis, karena siswa adalah makluk yang terdiri dari kesatuan

(35)

psikologis. Hal ini dikarenakan kondisi fisik lebih jelas menunjukkan

gejalanya daripada kondisi psikologis.

4. Kondisi lingkungan.

Kondisi lingkungan merupakan unsur yang datang dari luar diri siswa

yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Lingkungan fisik

sekolah, sarana dan prasarana perlu ditata dan dikelola agar dapat

menyenangkan dan membuat siswa merasa nyaman untuk belajar.

Kebutuhan emosional psikologis juga perlu mendapat perhatian, misalnya

kebutuhan rasa aman, berprestasi, dihargai, diakui yang harus dipenuhi

agar motivasi belajar timbul dan dapat dipertahankan.

5. Unsur-unsur dinamis dalam belajar.

Unsur-unsur dinamis adalah unsur-unsur yang keberadaannya

didalam proses belajar tidak stabil, kadang-kadang kuat, kadang-kadang

lemah dan bahkan hilang sama sekali misalnya gairah belajar, emosi

siswa dan lain-lain. Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan,

ingatan, dan pikiran yang mengalami perubahan selama proses belajar,

kadang-kadang kuat atau lemah.

6. Upaya guru membelajarkan siswa.

Upaya guru membelajarkan siswa adalah usaha guru dalam

mempersiapkan diri untuk membelajarkan siswa mulai dari penguasaan

materi, cara menyampaikannya, menarik perhatian siswa dan

(36)

mengajar, artinya keberhasilan guru yang menjadi titik tolak, besar

kemungkinan siswa tidak tertarik untuk belajar sehingga motivasi belajar

siswa menjadi melemah atau hilang.

C. Kebiasaan Belajar

Belajar selalu didefinisikan sebagai suatu perubahan pada diri individu

yang disebabkan oleh pengalaman. Setiap hari siswa melakukan kegiatan

belajar, baik di sekolah, di rumah atau di tempat-tempat lain. Tanpa disadari

kegiatan belajar yang dilakukan setiap hari akhirnya menjadi suatu kebiasaan

bagi siswa yaitu kebiasaan belajar.

Kebiasaan belajar bukan merupakan bakat alamiah atau bawaan sejak

lahir, melainkan perilaku yang dipelajari secara sengaja atau pun secara tidak

sadar selama maupun dengan sadar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

edisi kedua (1999) pengertian kebiasaan adalah sebagai suatu sesuatu yang

biasa dilakukan. Sedangkan menurut Witherington dkk. dalam The Liang

Gie (1994:193) kebiasaaan adalah suatu cara bertindak yang telah dikuasai

yang telah dikuasai dan bersifat tahan uji (persistent), seragam dan banyak

sedikitnya otomatis. Stephen R. Covey (1994:35) menuliskan kebiasaan

adalah faktor yang kuat di dalam diri kita. Karena konsisten dan sering

merupakan pola yang tidak disadari, maka kebiasaan terus-menerus, setiap

(37)

ketidakefektifan kita. Lebih lanjut Covey menegaskan bahwa kebiasaan

merupakan titik pertemuan dari pengetahuan, keterampilan, dan keinginan.

Jadi , untuk menjadikan suatu kegiatan menjadi suatu kebiasaan haruslah

dilandasi pengetahuan, keterampilan dan keinginan.

The Liang Gie (1994:192) menekankan bahwa kebiasaan belajar adalah

segenap perilaku siswa yang ditunjukkan secara ajeg dari waktu ke waktu

dalam rangka pelaksanaan studi di sekolah. Lebih lanjut The Liang Gie

menyatakan bahwa kebiasaan belajar bukanlah faktor bawaan atau bakat

ilmiah yang dimiliki siswa, oleh sebab itu kebiasaan belajar dapat dimiliki

siswa, maka setiap hari, setiap saat siswa harus selalu berlatih melakukan

kegiatan belajarnya secara rutin.

Dari pengertian diatas, kebiasaan belajar dapat diartikan sebagai

tindakan/perilaku siswa dalam pelaksanaan kegiatan untuk mendapatkan

pengetahuan dan pemahaman tentang sesuatu hal atau penguasaan

kecakapan dalam hal atau bidang tertentu dengan mengunakan berbagai

sarana atau sumber secara konsisten, terus-menerus, setiap hari dengan

dilandasi pengetahuan, keterampilan dan keinginan.

1. Jenis – jenis Belajar

Pada dasarnya kemampuan mempelajari sesuatu untuk setiap siswa

(38)

untuk membagi kedalam jenis-jenis belajar. Namun sampai saat ini

belum terdapat kesepakatan untuk keseragaman dalam merumuskannya.

Berikut jenis-jenis belajar menurut A. De Block, C. Van Parrenren,

Robert M. Gagne dan Jhon Dewey disimpulkan Syaiful Bahri (

2011:27-37).

a. Belajar arti kata-kata.

Belajar arti kata-kata maksudnya adalah orang mulai

menangkap arti yang terkandung dalam kata-kata yang digunakan.

Pada mulanya suatu kata sudah dikenal, tetapi belum tahu artinya.

Misalnya pada anak kecil, sudah mengenal kata mobil dan

pesawat berdasarkan ciri-cirinya. Akan tetapi dia belum

mengetahui fungsinya dan isi didalamnya.

Setiap siswa pasti belajar arti kata-kata tertentu yang belum

diketahui. Tanpa hal ini, maka sukar menggunakannya, tak urung

ditemukan kesalahan dalam menggunakan.

b. Belajar Kognitif.

Dalam belajar kognitif erat hubungannya dengan masalah

mental, dimana obyek yang diamati dihadirkan dalam diri

seseorang melalui tanggapan, gagasan, atau lambang yang

merupakan bersifat mental. obyek-obyek yang ditanggapi tidak

hanya bersifat materiil, tetapi juga yang tidak bersifat tidak

(39)

Belajar kognitif penting untuk proses belajar. Dalam belajar,

seseorang tidak bisa melepaskan diri dari kegiatan kognitif.

Alasannya semua kegiatan belajar sangat erat dengan kegiatan

mental seperti memberikan tanggapan dan menyikapi dari

obyek-obyek yang diamati.

c. Belajar Menghapal.

Menghapal adalah aktivitas menanamkan suatu materi

verbal di dalam ingatan, sehingga nantinya dapat diproduksikan

kembali secara harafiah, sesuai dengan materi yang asli. Peritiwa

menghapal merupakan proses mental untuk mencanamkan dan

menyimpan kesan-kesan, yang nantinya suatu waktu bila

diperlukan dapat diingat kembali ke alam sadar.

Ciri khas belajar/kemampuan yang diperoleh adalah

reproduksi secara harafiah dan adanya skema kognitif. Adanya

skema kognitif berarti, dalam ingatan orang tersimpan secara baik

semacam program informasi yang diputar kembali pada waktu

dibutuhkan, seperti yang terjadi pada komputer.

d. Belajar Teoritis.

Bentuk belajar ini bertujuan untuk menempatkan semua data

dan fakta (pengetahuan) dalam suatu kerangka organisasi mental,

sehingga dapat dipahami dan digunakan untuk memecahkan

(40)

diciptakan konsep-konsep relasi-relasi di antara konsep-konsep

struktur-sruktur hubungan.

e. Belajar Konsep.

Konsep atau pengertian adalah satuan arti yang mewakili

sejumlah obyek yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Orang yang

memiliki konsep mampu mengadakan abstraksi terhadap

obyek-obyek yang dihadapi, sehingga obyek-obyek ditempatkan dalam

golongan tertentu. obyek-obyek dihadirkan dalam kesadaran orang

dalam bentuk representasi mental berperaga. Konsep sendiri pun

dapat dilambangkan dalam bentuk suatu suku kata (lambang

bahasa).

Konsep dibedakan atas konsep konkret dan konsep yang

harus didefinisikan : konsep konkret adalah pengertian yang

menunjuk pada obyek-obyek dalam lingkungan fisik. Konsep ini

mewakili benda tertentu, seperti meja, kursi, tumbuhan, rumah,

mobil, dan sebagainya. Konsep didefinisikan dalam konsep yang

mewakili realitas hidup, tetapi tidak langsung menunjuk realitas

dalam lingkungan hidup fisik, karena realitas itu tidak berbadan.

Hanya dirasakan adanya melalui proses mental. Misalnya, saudara

sepupu, saudara kandung, paman, bibi, belajar, perkawinan, dan

(41)

f. Belajar Kaidah

Belajar kaidah termasuk dari jenis belajar kemahiran

intelektual (intelectual skill), yang dikemukakan oleh Gagne.

Belajar kaidah adalah bila dua konsep atau lebih dihubungkan satu

sama lain, terbentuk suatu kesatuan yang mempresentasikan suatu

keteraturan. Orang yang telah mempelajari suatu kaidah, mampu

menghubungkan beberapa konsep. Misalnya, seseorang berkata,

“besi dipanaskan memuai”. Karena seseorang telah menguasai

konsep dasar mengenai “besi”, “dipanaskan”, dan “memuai”, dan dapat menentukan adanya suatu relasi yang tetap antara ketiga

konsep dasar itu (besi, dipanaskan, dan memuai), maka dia dengan

yakin mengatakan bahwa “besi dipanaskan memuai”.

Kaidah adalah suatu pegangan yang tidak dapat

diubah-ubah. Kaidah merupakan suatu presentasi (gambaran) mental dari

kenyataan hidup dan sangat berguna dalam mengatur kehidupan

sehari-hari. Hal ini berarti bahwa kaidah merupakan suatu

keteraturan yang berlaku sepanjang masa. Oleh karena itu, belajar

kaidah sangat penting bagi kehidupan seseorang sebagai salah satu

upaya penguasaan ilmu selama belajar di sekolah atau di

(42)

g. Belajar Berfikir

Dalam belajar ini, orang diharapkan pada suatu masalah

yang harus dipecahkan, tetapi tanpa melalui pengamatan dan

reorganisasi dalam pengamatan. Masalah harus dipecahkan

melalui operasi mental, khususnya menggunakan konsep dan

kaidah serta metode-metode bekerja tertentu.

Belajar berpikir sangat diperlukan selama belajar di sekolah

atau perguruan tinggi. Masalah dalam belajar terkadang ada yang

harus dipecahkan seorang diri, tanpa bantuan orang lain.

Pemecahan atas masalah itulah yang memerlukan pemikiran.

Berpikir itu sendiri adalah kemampuan jiwa untuk meletakan

hubungan antara bagian-bagian pengetahuan. Ketika berpikir

dilakukan, maka di sana terjadi suatu proses. Oleh karena itulah,

John Dewey memandang berpikir sebagai proses. Dalam proses

itu tekanannya terletak pada penyusunan kembali kecakapan

kognitif (yang bersifat pengetahuan).

Dalam konteks ini ada istilah berpikir konvergen dan

berpikir hiterogen dalah berpikir menuju satu arah yang benar atau

satu jawaban yang paling tepat atau satu pemecahan dari suatu

(43)

h. Belajar Keterampilan Motorik

Orang yang memiliki suatu keterampilan motorik, mampu

melakukan suatu rangkaian gerak-gerik jasmani dalam urutan

tertentu, dengan mengadakan koordinasi antara gerak-gerik

berbagai anggota badan secara terpadu. Keterampilan semacam ini

disebut “motorik”, karena otot, urat dan persendian terlibat secara langsung, sehingga keterampilan sungguh-sungguh berakar dalam

kejasmanian. Ciri khas dari keterampilan motorik adalah

“otomatisme”. Yaitu rangkaian gerak-gerik berlangsung secara teratur dan berjalan dengan lancar dan supel, tanpa dibutuhkan

banyak refleksi tentang apa yang harus dilakukan dan mengapa

diikuti urutan gerak geri tertentu. Misalnya, seorang supir sudah

menguasai keterampilan mengendarai kendaraannya sedemikian

rupa, sehingga konsentrasinya tidak seluruhnya termakan oleh

penanganan peralatan lalu lintas.

i. Belajar Estetis

Bentuk belajaar ini bertujuan membentuk kemampuan

menciptakan dan menghayati keindahan dalam berbagai bidang

kesenian. Belajar ini mencakup fakta, seperti nama Mozart sebagai

pengubah musik klasik; konsep-konsep, seperti ritme, tema, dan

komposisi; relasi-relasi, seperti hubungan antara bentuk dan sisi;

(44)

seni lukis; metode-metode, seperti menilai mutu dan origanitas

suatu karya seni.

2. Aktivitas Belajar

Menurut Syaiful Bahri (2011:38-45) Belajar bukanlah berproses

dalam kehampaan. Tidak pula pernah sepi dari berbagai aktivitas raganya.

Apalagi bila aktivitas belajar itu berhubungan dengan masalah belajar

menulis, mencatat, memandang, membaca, mengingat, berpikir, latihan,

atau praktek dan sebagainya.

a. Mendengar

Mendengarkan adalah salah satu aktifitas belajar setiap orang

yang belajar di sekolah pasti ada aktivitas mendengarkan. Ketika

seorang guru menggunakan metode ceramah, maka setiap siswa atau

mahasiswa diharuskan mendengarkan apa yang guru (dosen)

sampaikan. Menjadi pendengar yang baik dituntut dari mereka. Di

sela-sela ceramah, ada aktivitas mencatat hal-hal yang dianggap

penting.

Dalam mendengarkan materi diceramahkan itu tidak dibenarkan

adanya hal-hal yang mengganggu jalannya ceramah. Karena hal itu

bisa mengganggu konsentrasi belajar. Namun apa hendak dikata dan

diperbuat untuk menghindarinya, karena pada waktu tertentu ada saja

(45)

Aktivitas mendengar adalah aktivitas belajar yang diakui

kebenarannya dalam dunia pendidikan dan pengajaran dalam

pendidikan formal persekolahan, ataupun non-formal. Apabila dalam

kerangka pemetaan pendidikan, maka anak-anak tuna rungu perlu

diperhatikan secara insentif agar tidak ada lagi pembodohan. Itulah

nilai strategis aktivitas dalam belajar.

b. Memandang

Memandang adalah mengarahkan pengelihatan ke suatu obyek.

Aktivitas memandang berhubungan erat dengan mata. Karena dalam

memandang itu matalah yang memegang peranan penting. Tanpa

mata tidak mungkin terjadi aktivits memandang dapat dilakukan.

Dalam pendidikan, aktivitas memandang termasuk kategori

aktivitas belajar. Di kelas, seorang pelajar memandang papan tulis

yang berisikan tulisan yang ditulis oleh guru. Tulisan yang pelajar

pandang itu menimbulkan kesan dan selanjutnya tersimpan di otak.

Lingkungan sekolah merupakan suatu lingkungan yang dipandang

sebagai lingkungan pendidikan. Jadi bila digunakan untuk tujuan

perubahan tingkah laku pelajar yamg relatif permanen, juga belajar

dari lingkungan. Memandang semua lingkungan sekolah itu adalah

(46)

c. Meraba, Membau, dan Mencicipi/Mengecap

Aktivitas meraba, membau, dan mengecap adalah indra

manusia yang dapat dijadikan sebagai alat untuk kepentigan belajar.

Artinya aktivitas meraba, membau, dan mengecap dapat memberikan

kesempatan bagi seseorang untuk belajar. Tentu saja aktivitasnya

harus disadari oleh suatu tujuan yaitu memperoleh perubahan tingkah

laku.

d. Menulis atau Mencatat

Menulis atau mencatat merupakan kegiatan yang tidak

terpisahkan dari aktivitas belajar. Dalam pendidikan tradisional

kegiatan mencatat merupakan aktivitas yang sering dilakukan.

Walaupun pada waktu tertentu seseorang harus mendengarkan isi

ceramah, namun dia tidak bisa mengabaikan masalah mencatat

hal-hal yang dianggap penting. Setiap orang mempunyai cara tertentu

dalam mencatat pelajaran. Demikian juga dalam hal ini disebabkan

ilmu pengetahuan yang seseorang miliki berbeda – beda, sehingga berbeda pula dalam hal menilai bahan yang akan dicatat.

e. Membaca

Aktivitas membaca adalah aktivitas yang paling banyak

digunakan selama belajar di sekolah atau di perguruan tinggi.

membaca di tidak hanya membaca buku pelajaran, tetapi juga

(47)

catatan hasil belajar atau kuliah, dan hal-hal lainnya yang

berhubungan dengan kebutuhan studi.

Cara dan teknik seseorang dalam membaca selalu menunjukan

perbedaan pada hal-hal tertentu. Oleh karena itu, wajarlah bila belajar

itu suatu seni, sama halnya mengajar dengan seni (teaching as an

art). Ada orang yang membaca buku sambil tidur-tiduran dapat

belajar dengan baik, ada orang yang membaca buku sambil

mendengar radio dapat belajar dengan baik, ada orang yang

membaca buku tanpa suara dapat belajar dengan baik, ada pula orang

belajar harus membaca dengan suara keras. Dengan kata lain orang

membaca buku dengan berbagai caranya sendiri berbagai cara agar

dapat belajar.dengan demikian pemahaman atas diri sendiri sangat

penting, sehingga dapat memilih teknik yang mana yang lebih sesuai

dengan karakteristik pribadi, dengan tidak mengabaikan pola-pola

umum belajar.

f. Membuat Ikhtisar dan Ringkasan dan Menggaris bawahi

Banyak orang yang terbantu dalam belajarnya karena

menggunakan ikhtisar-ikhtisar materi yang dibuatnya. Ikhtisar atau

ringkasan ini memang dapat membantu dalam hal mengingat atau

mencari kembali materi dalam buku untuk masa-masa yang akan

datang. Untuk keperluan belajar intensif, bagaimanapun juga hanya

(48)

hal-hal yang penting perlu digaris bawah (underline). Hal ini sangat

membantu dalam usaha menemukan kembali materi itu di kemudian

hari, bila diperlukan.

g. Mengamati Tabel-Tabel, Diagram-Diagram dan Bagan

Dalam berbagai buku ataupun di kehidupan sehari-hari sering

dijumpai tabel-tabel, diagram, ataupun bagan-bagan. Materi

non-verbal semacam ini sangat berguna bagi seseorang dalam

mempelajari materi yang relevan. Demikian pula gambar-gambar,

peta-peta, dan lain-lain dapat menjadi bahan ilustratif yang

membantu pemahaman seseorang tentang sesuatu hal.

Semua tabel, diagram, dan bagan dihadirkan dibuku tidak lain

adalah dalam rangka memperjelas penjelasan yang penulis uraikan.

Penulis sadar bahwa penjelasan yang dibuat tidak dapat memberikan

gambaran kesan baik bila tidak dibantu dengan menghadirkan tabel,

diagram, atau bagan.

h. Menyusun Paper atau Kertas Kerja

Dalam menyusun paper tidak bisa sembarangan, tetapi harus

metodologis artinya menggunakan metode-metode tertentu dalam

pengerjaannya. Sistematis artinya menggunakan kerangka berfikir

(49)

Ketika seseorang ingin membuat paper, bukan harus

mempersoalkan judulnya, tetapi yang harus dipermasalahkan adalah

masalahnya. Masalah itulah topik yang harus dianggap sebagai

masalah. Dari masalah/topik dapat dikembangkan menjadi judul,

bukan dari judul baru timbul masalah.

Masalah yang ditemukan itu harus dikuasai, sehingga mudah

menggarapnya. Penguasaan atas masalah sangat berguna ketika

membuat kerangka paper. Cukup banyak orang yang tidak mampu

menyusun paper. Hal ini terjadi disebabkan kurangnya penguasaan

akan masalah yang akan digarap.

i. Mengingat

Mengingat merupakan gejala psikologi. Untuk mengetahui

seseorang sedang mengingat sesuatu, dapat dilihat dari sikap dan

perbuatannya. Perbuatan mengingat dilakukan bila seseorang sedang

mengingat-ingat kesan yang telah dipunyai.

j. Berpikir

Berpikir adalah termasuk aktivitas belajar. Dengan berpikir

orang memperoleh penemuan baru, setidak-tidaknya orang menjadi

tahu tentang hubungan antara sesuatu. Berpikir bukanlah sembarang

berpikir, namun ada taraf tertentu, dari taraf berpikir yang tinggi.

(50)

mengenai jenis-jenis belajar, yang membicarakan masalah belajar

berpikir. Pembicaraan mengenai aktivitas berpikir ini hingga di sini,

dengan pertimbangan dapat dibaca pada pembahasan mengenai

belajar berpikir di depan.

k. Latihan dan Praktek

Learning by doing adalah konsep belajar yang menghendaki

adanya penyatuan usaha mendapatkan kesan-kesan dengan cara

berbuat. Belajar sambil berbuat dalam hal ini termasuk latihan.

Latihan termasuk cara terbaik untuk memperkuat ingatan. Misalnya,

seseorang yang mempelajari rumus matematika atau rumus bahasa

inggris. Kemungkinan besar rumus-rumus itu akan mudah terlupakan

bila tidak didukung dengan latihan. Di sinilah diperlukan latihan

sebanyak-banyaknya. Dengan banyak latihan kesan-kesan yang

diterima lebih fungsional. Dengan demikian, aktivitas latihan dapat

mendukung belajar yang optimal.

3. Perilaku yang Mempengaruhi Kebiasaan Belajar

Belajar Bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan, sikap, dan

kecakapan dan keterampilan (Slameto, 2010:82). Aktivitas individu

cenderung menerima atau menolak suatu obyek berdasarkan berdasarkan

penilaian terhadap obyek itu, berguna atau tidak yang berubah menjadi

kebiasaan.Kebiasaan belajar juga akan mempengaruhi pola pikir

(51)

(2010:82) perilaku yang mempengaruhi Kebiasaan belajar, khususnya

pembuatan jadwal dan pelaksanaannya, membaca dan membuat catatan,

mengulangi bahan pelajaran, konsentrasi dan mengerjakan tugas.

a. Pembuatan Jadwal dan pelaksanaannya.

Jadwal adalah pembagian waktu untuk sejumlah kegiatan yang

dilaksanakan oleh seseorang setiap harinya. Jadwal juga berpengaruh

terhadap belajar. Agar belajar dapat berjalan dengan baik dan

berhasil perlulah seseorang siswa mempunyai jadwal yang baik dan

melaksanakannya dengan teratur serta disiplin (Slameto, 2010:82).

Adapun cara untuk membuat jadwal yang baik adalah sebagai

berikut :

1) Menghitungkan waktu setiap hari untuk keperluan-keperluan

tidur, belajar, makan, mandi, olahraga dan lain-lain.

2) Menyelidiki dan menentukan waktu-waktu yang tersedia setiap

hari.

3) Merencanakan pemggunaan belajar itu dengan cara menetapkan

jenis-jenis matapelajarannya dan urutan yang harus dipelajarri.

4) Menyelidiki waktu-waktu mana yang dapat dipergunakan untuk

belajar dengan hasil terbaik. Sesudah itu diketahui, kemudian

dipergunakan untuk mempelajari pelajaran yang dianggap sulit.

Pelajaran yang dianggap mudah dipelajari pada jam belajar yang

(52)

b. Membaca dan membuat catatan.

Bahan belajar dapat berwujud benda dan isi pendidikan. Isi

pendidikan tersebut berupa pengetahuan, perilaku, nilai, sikap, dan

metode pemerolehan (Dimyati dan Mudjiono, 2006:33). Buku

merupakan salah satu bentuk dari bahan belajar untuk memperoleh

pengetahuan. Menurut Slameto (2010:83) hampir sebagian besar

kegiatan belajar adalah membaca. Membaca memiliki pengaruh yang

besar terhadap belajar. Salah satu metode membaca yang baik dan

banyak digunakan saat belajar adalah metode SOR4 atau Survey

(meninjau), Question (mengajukan pertanyaan), Read (membaca),

Recite (menghapal), Write (menulis), dan Review (mengingat

kembali).

Sebelum membaca perlulah meninjau/menyelidiki dulu tentang

gambaran/garis besar dari bab/buku yang akan dibaca, sesudah itu

mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan isi bab atau buku

yang akan dibaca, dengan harapan akan terjawab setelah membaca.

Perpustakaan adalah sumber buku yang akan melengkapi buku-buku

pribadi seseorang. Membaca haruslah dilaksanakan dengan

konsentrasi penuh untuk memperoleh hasil sebanyak-banyaknya.

Kebiasaan membaca cukup beragam, kebiasaan itu antara lain:

membaca sambil menggerakkan bibir/bersuara, dengan menunjuk

(53)

demi satu kata, sambil tiduran, sambil makan makanan kecil, sambil

ngobrol, sambil mendengarkan musik atau menonton televisi, sambil

melamun, dan lain-lain.

Membuat catatan besar pengaruhnya dalam membaca. Catatan

yang tidak jelas, semrawut dan tidak teratur antara materi yang satu

dengan materi yang lainnya akan menimbulkan rasa bosan dalam

membaca, selanjutnya belajar jadi kacau. Sebaliknya catatan yang

rapi, lengkap, teratur akan menambah semangat dalam belajar,

khususnya dalam membaca, karena tidak terjadi kebosanan dalam

membaca.

c. Mengulangi Bahan Pelajaran.

Mengingat merupakan aktivitas mental yang bersifat kognitif,

dimana individu menyadari bahwa ingatan sering kali spontan hilang

atau lupa. Dengan kata lain, kenyataan bahwa seseorang tidak dapat

mengingat sesuatu, belum berarti hal itu hilang dari ingatannya,

seolah-olah yang pernah dialami atau dipelajari sama sekali tidak

mempunyai efek apa-apa (Winkel, 1987:291).

Mengulangi besar pengaruhnya dalam belajar, karena dengan

adanya pengulangan (review) “bahan yang belum begitu dikuasai

serta mudah terlupakan” akan tetap tertanam dalam otak seseorang.

Mengulang dapat secara langsung sesudah membaca, tetapi juga

(54)

yang sudah dipelajari. Cara ini dapat ditempuh dengan cara membuat

ringkasan, kemudian untuk mengulang cukup belajar dari ringkasan

ataupun juga dapat dari mempelajari soal jawab yang sudah pernah

diberikan.

Agar dapat menghapal bahan dengan baik hendaklah

memperhatikan syarat-syarat sebagai berikut:

1) Menyadari sepenuhnya tujuan belajar;

2) Mengetahui betul-betul tentang makna bahan yang dihapal;

3) Mencurahkan perhatian sepenuhnya sewaktu menghapal;

4) Menghapal secara teratur sesuai kondisi badan yang

sebaik-baiknya serta daya serap otak terhadap bahan yang harus dihafal.

d. Konsentrasi.

Konsentrasi adalah pemusatan pikiran terhadap suatu hal

dengan mengenyampingkan semua hal lainnya yang tidak

berhubungan (Slameto, 2010:82). Menurut Dimyati dan Mudjiono

(2006:239) konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan

perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada

isi bahan belajar maupun proses memperolehnya.

Konsentrasi besar pengaruhnya terhadap belajar. Jika seseorang

mengalami kesulitan berkonsentrasi, jelas belajarnya akan sia-sia,

karena hanya membuang tenaga, waktu, dan biaya saja. Seseorang

(55)

belajar dengan baik, dengan kata lain ia harus memiliki kebiasaan

untuk memusatkan pikiran.

Bagi pelajar yang sudah biasa berkonsentrasi akan dapat belajar

dengan sebaik-baiknya kapan dan dimanapun juga. Bagi yang belum

terbiasa perlulah mengadakan latihan-latihan, karena kemampuan

berkonsentrasi adalah kunci untuk berhasil dalam belajar.

e. Mengerjakan Tugas.

Mengerjakan tugas dapat berupa mengerjakan tes/ulangan yang

diberikan oleh guru, tetapi juga termasuk mengerjakan latihan-latihan

yang diberikan guru ataupun yang terdapat dalam buku maupun

soal-soal buatan sendiri.

Dengan melihat hasil pekerjaan rumah maupun tugas yang

telah dikoreksi, seseorang dapat menilai kemampuan pemahaman

materi yang telah dipelajari dimana tingkat keberhasilan itu ditandai

dengan skala nilai berupa huruf atau kata atau simbol. Ketika

didapatkan hasil evaluasi dari mengerjakan tugas siswa termotivasi

dan terbantu dalam menemukan permasalahan saat belajar.

Mengerjakan tugas juga berperan aktif melatih mental,

kesabaran, dan menimbulkan tantangan bagi sebagian orang serta

memperkuat daya ingat seseorang terhadap bahan ajar yang

(56)

D. Perhatian Orang Tua

Menurut Sumadi Suryabrata (1984:16), perhatian adalah pemusatan

energi psikis yang tertuju kepada suatu objek atau dapat dikatakan

sebagai banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai aktivitas.

Sedangkan menurut Mohamad Surya (2004:70), perhatian diartikan

sebagai peningkatan aktivitas mental terhadap suatu rangsangan tertentu.

Perhatian dapat lebih memusatkan pengamatan individu kepada suatu

rangsangan, sehingga pengamatannya menjadi lebih efektif.

Selanjutnya menurut Slameto (2010:105), perhatian adalah kegiatan

yang dilakukan seseorang dalam hubungannya dengan pemilihan rangsangan

yang datang dari lingkungannya.

Pengertian orang tua menurut Thamrin Nasution dan Nurhalijah Nasution

(1985:1), orang tua adalah setiap orang yang bertanggung jawab dalam

suatu keluarga atau rumah tangga, yang dalam penghidupan sehari-hari

lazim disebut ibu bapak. Mereka ini bertanggung jawab dalam suatu

kelangsungan hidup keluarga.

Menurut Slameto (2010:76) lingkungan sosial yang lebih banyak

mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri.

Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan

demografi keluarga (letak rumah), semuanya dapat memberikan dampak baik

(57)

Contoh yang memiliki dampak buruk seperti kelalaian orang tua dalam

memonitor kegiatan anak, dapat menimbulkan dampak bagi perkembangan

psikologi anak. Dalam hal ini, bukan saja anak enggan belajar melainkan ia

cenderung berperilaku menyimpang, terutama perilaku menyimpang berat

seperti antisosial (Muhhibin Syah, 1984:138).

Menurut Slameto (2010:61) Mendidik anak dengan cara memanjakannya

adalah cara mendidik yang tidak baik. Orang tua yang terlalu kasihan terhadap

anaknya tidak sampai hati memaksa anak untuk belajar, bahkan membiarkan

saja jika anaknya tidak belajar dengan alasan segan, adalah tidak benar, karena

jika hal itu dibiarkan berlarut-larut anak menjadi nakal, berbuat seenaknya

saja, pastilah belajarnya menjadi kacau.

Disinilah bimbingan dan penyuluhan memegang peranan yang penting.

Anak/siswa yang mengalami kesukaran dapat ditolong dengan memberikan

bimbingan belajar yang sebaik-baiknya. Tentu saja keterlibatan orang tua akan

sangat mempengaruhi keberhasilan bimbingan tersebut (Slameto, 2010:62).

1. Macam-macam Perhatian

Macam-macam perhatian menurut Sumadi Suryabrata (1984:16)

antara lain:

a. Berdasarkan intensitasnya yaitu banyak sedikitnya kesadaran yang

menyertai suatu aktivitas, dibedakan:

1) Perhatian intensif

(58)

b. Berdasarkan cara timbulnya dibedakan menjadi:

1) Perhatian spontan adalah perhatian yang timbul tanpa sengaja

atau dapat dikatakan perhatian tidak sengaja.

2) Perhatian sekehendak adalah perhatian yang timbul karena

perhatian tersebut disengaja.

c. Berdasarkan luasnya objek yang dikenai perhatian, dibedakan

menjadi:

1) Perhatian terpencar yaitu perhatian yang pada suatu saat dapat

tertuju pada bermacam-macam objek.

2) Perhatian terpusat yaitu perhatian yang pada suatu saat hanya

dapat tertuju pada objek yang terbatas.

2. Konsep Perhatian Orang Tua

Grolnick dikutip oleh Syaiful Bahri (2011: 233) menyampaikan 3

konsep bentuk perhatian orang tua, antara lain:

a. Perhatian dalam bentuk keterlibatan perilaku orang tua, yang mengacu

pada sikap dan tindakan orang tua yang mewakili kepentingan

publik dalam pendidikan anak mereka, seperti menghadiri open house

atau kegiatan sukarela di sekolah.

b. Perhatian dalam bentuk keterlibatan pribadi, yang mencakup cara

interaksi orang tua-anak melalui komunikasi positif tentang pentingnya

(59)

c. Perhatian dalam bentuk keterlibatan kognitif atau intelektual, yang

mengacu pada perilaku yang mendukung pengembangan keterampilan

dan pengetahuan anak-anak, seperti membaca buku dan pergi ke

museum.

Halim Malik (2011) menjelaskan macam-macam perhatian orang

tua dapat direalisasikan melalui berbagai bentuk kegiatan, seperti berikut

ini:

a. Mengontrol waktu belajar dan cara belajar anak Di masa sekarang

dunia hiburan yang sangat menarik bagi anak/remaja tersebar di

mana-mana. Acara-acara televisi, VCD, play station dan permainan

lain dapat dengan mudah dijumpai dan dinikmati anak-anak dan

remaja. Oleh sebab itu, orang tua harus mengarahkan anak-anaknya

dengan bijaksana mengenai pengaturan waktu, kapan boleh bermain,

dan kapan harus belajar. Anak-anak harus ditanamkan sejak dini

belajar secara rutin, tidak hanya sewaktu ada PR atau ulangan saja.

Adakalanya orang tua perlu memeriksa buku-buku anaknya, baik

catatan ataupun buku latihan dan tugas. Seringkali dijumpai oleh

guru di sekolah adanya siswa yang tidak punya buku catatan,

walau ada dipakai untuk mencatat macam-macam pelajaran di buku

yang sama. Jika orang tua rajin memeriksa buku-buku sekolah

anaknya, tentu hal seperti ini tidak terjadi karena orang tua dapat

(60)

sekolah atau tidak, dan melakukan tindakan yang tepat untuk

mengatasinya sendiri.

b. Memantau perkembangan kemampuan akademik anak Hal ini dapat

dilakukan dengan memeriksa nilai-nilai ulangan harian dan tugas

anak. Jika ada keganjilan, seperti tidak dikembalikannya hasil ulangan

atau suatu pelajaran tidak pernah ada ulangan hariannya menurut

pengakuan si anak, maka orang tua berhak menanyakan kepada guru

di sekolah. Demikian pula jika ada keganjilan masalah nilai, orang tua

berhak menanyakannya pada guru di sekolah untuk mendapatkan

gambaran yang tepat mengenai kemampuan dan sikap anak pada

pelajaran tersebut.

c. Memantau perkembangan kepribadian (sikap, moral, tingkah laku) Hal

ini dapat dilakukan dengan melakukan kunjungan ke sekolah dan

berkomunikasi dengan wali kelas atau gurunya, untuk menanyakan

persentase kehadiran, apakah pernah membolos pada jam pelajaran

tertentu, tingkah lakunya misalnya apakah pernah melanggar

peraturan sekolah, bagaimana sikapnya terhadap guru, bagaimana

keaktifannya di kelas, dan sebagainya. Dengan adanya keaktifan

orang tua seperti ini maka siswa yang bermasalah di sekolah

dapat segera ditangani dengan bantuan orang tua, sehingga

masalahnya tidak berlarut-larut yang akan berdampak buruk bagi

(61)

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Tabel 3.4  Operasional Variabel Kebiasaan Belajar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara bimbingan orang tua, motivasi belajar siswa, dan status sosial ekonomi keluarga dengan prestasi

Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa memang ada hubungan positif antara tingkat pendidikan orang tua, prestasi belajar siswa, dan motivasi belajar

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) ada pengaruh positif dan signifikan kompetensi guru ekonomi terhadap motivasi belajar siswa kelas XII IPS SMA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara: (1) motivasi belajar dengan prestasi belajar akuntansi siswa, (2) disiplin belajar dengan prestasi

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan positif antara : 1) prestasi belajar siswa dengan minat memilih jurusan di SMA, 2) motivasi belajar siswa

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) hubungan antara prestasi belajar dan minat memilih jurusan di SMA; (2) hubungan antara motivasi belajar dan minat memilih jurusan di

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan positif antara : 1) prestasi belajar siswa dengan minat memilih jurusan di SMA, 2) motivasi belajar siswa

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara: (1) motivasi belajar dengan prestasi belajar akuntansi siswa, (2) disiplin belajar dengan prestasi