• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. perusahaan sub sektor makanan dan minuman selama periode

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. perusahaan sub sektor makanan dan minuman selama periode"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Review Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Darta dan Marlina (2019) pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman selama periode 2013-2017 dengan teknik analisis yang digunakan, yaitu uji pemilihan model, uji kelayakan model, uji normalitas, model regresi data panel, dan uji hipotesis.

Hasil penelitian Darta dan Marlina menyatakan bahwa kompensasi manajemen berpengaruh positif terhadap manajemen pajak. Sedangkan, jumlah Dewan Komisaris dan prosentase Komisaris Independen tidak berpengaruh terhadap manajemen pajak.

Penelitian yang dilakukan oleh Sadewo dan Hartiyah (2017) pada perusahaan perbankan konvensional selama periode 2011-2015 dengan teknik analisis yang digunakan, yaitu uji statistik deskriptif, uji asumsi klasik, uji hipotesis, dan uji koefisien determinasi. Hasil penelitian Sadewo dan Hartiyah menyatakan bahwa kompensasi manajemen dan profitabilitas berpengaruh positif terhadap manajemen pajak. Sedangkan, reputasi auditor dan leverage tidak berpengaruh terhadap manajemen pajak.

Penelitian yang dilakukan oleh Yuniati et al (2017) pada perusahaan manufaktur selama periode 2011-2015 dengan teknik analisis yang digunakan, yaitu statistik deskriptif, uji asumsi klasik dan regresi linier berganda. Hasil penelitian Yuniati et al

(2)

10 menyatakan bahwa kepemilikan publik dan komite audit secara parsial tidak berpengaruh terhadap manajemen pajak. Sedangkan, Dewan Direksi secara parsial berpengaruh positif terhadap manajemen pajak. Kepemilikan publik, Dewan Direksi, dan komite audit secara simultan berpengaruh terhadap manajemen pajak.

Penelitian yang dilakukan oleh Manurung dan Krisnawati (2018) pada perusahaan sub sektor perkebunan selama periode 2012-2016 dengan teknik analisis yang digunakan, yaitu statistik deskriptif, regresi data panel, uji simultan F, uji parsial t. Hasil penelitian Manurung dan Krisnawati menyatakan bahwa Dewan Komisaris dan Komisaris Independen tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen pajak. Sedangkan, kompensasi Dewan Komisaris dan Dewan Direksi memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen pajak. Pengaruh Dewan Komisaris, Komisaris Independen, dan kompensasi Dewan Komisaris dan Dewan Direksi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap manajemen pajak.

Penelitian yang dilakukan oleh Ghozali (2017) pada perusahaan manufaktur selama periode 2012-2015 dengan teknik analisis yang digunakan, yaitu statistik deskriptif, regresi berganda, uji model, uji koefisien determinasi. Hasil penelitian Ghozali menyatakan bahwa Dewan Komisaris, Komisaris Independen, kompensasi Dewan Komisaris, dan profitabilitas memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen pajak.

Sedangkan, Komite Audit, CSR, dan ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen pajak.

(3)

11 B. Tinjauan Pustaka

1. Teori Keagenan

Teori agensi adalah teori yang menyatakan pentingnya pemilik perusahaan atau pemilik saham menyerahkan pengelolaan kepada tenaga ahli atau agen yang profesional dan lebih mengerti dalam menjalankan bisnis (Govindarajan, 2005), dalam (Al Ifanda, 2016). Masalah agensi yang muncul dengan adanya manajemen pajak, yaitu adanya perbedaan kepentingan antara pihak prinsipal dan pihak agen. Pihak manajer menginginkan kompensasi ditingkatkan, sedangkan pemegang saham menginginkan biaya pajak ditekankan (Masri & Martani, 2012).

Menurut Eisenhardt (1989) dalam Azizia (2017), teori keagenan dilandasi oleh 3 (tiga) asumsi, yaitu:

a. Asumsi tentang manusia

Asumsi tentang sifat manusia yang menekan bahwa manusia mementingkan diri sendiri (self interest), memiliki keterbatasan rasionalitas (bounded rationality), dan tidak menyukai resiko (risk aversion).

b. Asumsi tentang keorganisasian

Konflik antar anggota, efisiensi sebagai kriteria produktivitas dan adanya Asymmetric Information (AI) antara prinsipal dan agen.

(4)

12 c. Asumsi tentang informasi

Merupakan salah satu kondisi dimana dalam transaksi bisnis, salah satu pihak yang terlibat dalam transaksi memiliki keunggulan dan kelebihan informasi dibandingkan dengan pihak lain.

Menurut Eisenhardt (1989) dalam Irianto (2018) tujuan teori agensi adalah untuk menjawab masalah agensi atau agency problem yang disebabkan karena pihak-pihak yang saling bekerja sama memiliki tujuan yang berbeda. Teori keagenan ditekankan untuk mengatasi dua permasalahan yang dapat terjadi dalam suatu hubungan keagenan, yaitu (a) masalah keagenan yang timbul pada saat tujuan–tujuan prinsipal dan agen yang saling berlawanan. Hal ini sulit bagi prinsipal untuk melakukan verifikasi apakah agent telah melakukan sesuatu secara tepat, (b) masalah pembagian dalam menanggung risiko yang timbul akibat prinsipal dan agen memiliki sikap yang berbeda terhadap resiko.

2. Manajemen Pajak

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang- undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi kemakmuran rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Republik Indonesia Pasal 1 Ayat 1 Nomor 16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU-KUP). Manajemen pajak adalah pengelolaan

(5)

13 kewajiban perpajakan yang menggunakan strategi untuk meminimalkan beban pajak yang dibayarkan. Manajemen pajak merupakan salah satu dari elemen manajemen perusahaan (Sadewo, 2017).

Meminimalisasi pajak merupakan tujuan dari perencanaan pajak atau tax planning. Pandangan ini sangat sempit, karena pajak merupakan salah satu faktor, meskipun merupakan faktor utama, dalam serangkaian biaya dan faktor lainnya yang menghasilkan jumlah yang sering dikenai pajak, yaitu keuntungan dan kekayaan (Irianto, 2018). Contoh sederhana, perusahaan dapat menghindari pajak dengan tidak menghasilkan pendapatan atau memiliki properti, tetapi pada umumnya tidak ada yang ingin mengalami kerugian. Strategi yang dilakukan untuk mereduksi pajak hampir tidak ada yang bebas biaya. Apabila ada hal yang lain, ketika berfokus pada penghematan pajak, manajer tidak berfokus pada peningkatan penjualan, peningkatan kualitas produk, atau memproduksi barang atau pun jasa secara efisien. Tujuan akhir adalah untuk menyeimbangkan manfaat terhadap risiko dan biayanya. Menurut Karayan dan Swenson (2007) strategi penghematan pajak pada umumya terdapat empat kategori, yaitu:

a. Penciptaan (creation)

Creation melibatkan perencanaan dalam memanfaatkan subsidi pajak, seperti memindahkan operasi dalam wilayah hukum yang mengenakan pajak lebih rendah.

(6)

14 b. Perubahan (conversation)

Conversation memerlukan pergantian operasi sehingga

pendapatan atau aset yang pajaknya lebih rendah dapat diproduksi lebih banyak.

c. Waktu (timing)

Timing melibatkan teknik-teknik yang memindahkan jumlah

yang dikenai pajak (dasar pengenaan pajak) kepada periode akuntansi dengan pajak lebih rendah.

d. Pemisahan (splitting)

Teknik Splitting membagi dasar pengenaan pajak berdasarkan dua atau lebih pembayar pajak untuk memanfaatkan keuntungan perbedaan tarif pajak.

3. Kompensasi Manajemen

Kompensasi adalah penghargaan yang diberikan kepada manajer dapat berupa material atau nonmaterial agar termotivasi dalam mencapai tujuan perusahaan. Tujuan diberikan kompensasi, yaitu untuk menyelaraskan kepentingan pemegang saham dengan kepentingan perusahaan (Budiadnyani, 2020).

Terdapat masalah atau agency conflict, dimana terjadi ketidak sejalanan antara kepentingan pemilik modal atau prinsipal dengan manajer atau agent. Pemilik modal menghendaki pertambahan kekayaan dan kemakmuran seiring dengan bertambahnya tanggung jawab yang harus dilaksanakan. Sedangkan, manajer juga menginginkan

(7)

15 bertambahnya kesejahteraan berupa memaksimalkan kompensasinya.

Pemberian kompensasi diharapkan dapat mengatasi masalah agensi atau agency conflict yang ada. Kompensasi dapat memberikan insentif jangka

panjang berupa stock option atau memberikan insentif jangka pendek berupa uang (Meilinda, 2013).

4. Corporate Governance

Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) Corporate Governance atau Tata Kelola Perusahaan merupakan

seperangkat peraturan yang mengatur suatu hubungan antara pemegang saham, pihak kreditur, pengurus perusahaan, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan (stakeholder intern dan ekstern lain) yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur atau yang mengendalikan perusahaan.

Munculnya Corporate Governance dikarenakan adanya agency theory dimana kepengurusan suatu perusahaan terpisah dari kepemilikannya (Effendi, 2009). Corporate governance merupakan suatu sistem berupa input, output, proses, dan seperangkat peraturan yang mengatur

hubungan antara beberapa pihak yang memiliki kepentingan, seperti hubungan antara pemegang saham, Dewan Komisaris, dan Dewan Direksi agar tercapainya tujuan perusahaan. Corporate governance memiliki tujuan untuk mengatur hubungan-hubungan dan mencegah adanya kesalahan-kesalahan yang terjadi dan dapat diperbaiki dengan cepat (Manurung, 2018).

(8)

16 Terdapat tiga karakteristik dalam corporate governance, yaitu kompensasi Dewan Komisaris serta Direksi, prosentase Komisaris Independen, dan jumlah Dewan Komisaris. Tugas Dewan Komisaris, yaitu mengoperasikan pengawasan dan memberikan nasehat kepada Dewan Direksi, dan juga melaksanakan strategi perusahaan, mengawasi manajemen, mewajibkan terlaksananya akuntabilitas perusahaan.

Komisaris Independen merupakan satu anggota Dewan Komisaris yang terpilih dan yang tidak tergabung dalam daftar nama pemegang saham pengendali dan anggota lainnya yang terbebas dari hubungan bisnis perusahaan (Darta, 2019).

5. Jumlah Dewan Komisaris

Direksi dan Dewan Komisaris menyusun board manual untuk pertanggungjawaban atas pengelolaan dan kinerja perusahaan yang kompleks, serta memudahkan penulusuran dan menjamin ketaatan terhadap seluruh peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

Dewan Komisaris dipilih oleh pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk mewakili kepentingan pemegang saham. Dewan Komisaris memiliki peran penting dalam keberhasilan implementasi Corporate Governance. Dewan Komisaris harus memiliki komitmen penuh agar implementasi Corporate Governance berjalan dengan lancar sesuai harapan. Menurut UU No. 40 Pasal 1 Butir 6 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Dewan Komisaris merupakan organ perseroan yang memiliki tugas untuk melakukan pengawasan secara

(9)

17 umum atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada Direksi (Effendi, 2009).

Berdasarkan Pasal 110 Undang-Undang Perseroan Terbatas (UUPT) syarat menjadi seorang anggota Dewan Komisaris adalah orang yang cakap melakukan perbuatan hukum, kecuali dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum diangkat menjadi Dewan Komisaris pernah dinyatakan pailit, menjadi anggota direksi atau anggota dewan komisaris yang dinyatakan bersalah karena membuat perseroan pailit, dan dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara atau yang berkaitan dengan sektor keuangan.

Tugas utama dari Dewan Komisaris adalah memberikan nasihat kepada Direksi serta mengawasi kebijakan Direksi dalam menjalankan perseroan (Santoso & Rahayu, 2018). Menurut teori agensi, yang bertindak sebagai wakil dari pemegang saham atau prinsipal adalah Dewan Komisaris. Dewan Komisaris memiliki kewajiban serta tanggung jawab kepada prinsipal untuk mengawasi dan mengontrol kinerja perusahaan, sehingga tercapai tujuan perusahaan tetap sejalan dengan tujuan prinsipal. Untuk memaksimalkan kepentingan tersebut, perusahaan perlu meningkatkan kinerjanya, yaitu dengan cara Dewan Komisaris melakukan manajemen pada pajak perusahaan yang juga merupakan tugas utama dari Dewan Komisaris (Damanik & Mu'id, 2019).

(10)

18 6. Prosentase Komisaris Independen

Komisaris Independen adalah komisaris yang tidak memiliki hubungan apapun dengan perusahaan dan bersifat netral. Menurut Peraturan Bursa Efek Butir 1-a dan butir 2-a, jumlah Komisaris Independen suatu perusahaan secara proposional harus sebanding dengan jumlah saham yang dimilki oleh pihak yang bukan pemegang saham pengendali, dengan ketentuan bahwa jumlah Komisaris Independen sekurang-kurangnya 30% dari semua jumlah Dewan Komisaris.

Komisaris Independen dilarang memiliki hubungan afiliasi dengan pemegang saham pengendali, Direktur, ataupun komisaris lainnya (Effendi, 2009). Pengawasan jalannya manajemen pajak perusahaan dapat dikontrol dengan adanya Komisaris Independen dalam Dewan Komisaris. Komisaris Independen diharapkan dapat mencegah perusahaan untuk melakukan tindakan penggelapan pajak atau tax evasion (Damanik & Mu'id, 2019).

C. Perumusan Hipotesis

1. Pengaruh Kompensasi Manajemen terhadap Manajemen Pajak

Kompensasi manajemen merupakan suatu kegiatan merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan serta mengembangkan sistem dan mekanisme kompensasi dalam suatu organisasi sehingga terbentuk suatu keseimbangan penerimaan antara individu dan organisasi (Sadewo, 2017). Tujuan adanya kompensasi adalah untuk menyelaraskan kepentingan antara pemegang saham dengan kepentingan pengelola

(11)

19 perusahaan (Amri, 2017). Apabila kompensasi yang diberikan kepada manajemen sesuai dengan ketentuan, maka akan menjadi sebuah mekanisme penerapan manajemen pajak yang akan berpengaruh pada nilai perusahaan secara global (Darta, 2019). Sadewo dan Hartiyah (2017) menyatakan bahwa kompensasi manajemen berpengaruh positif terhadap manajemen pajak. Dari uraian tersebut, maka hipotesis yang hendak diajukan adalah sebagai berikut :

𝑯𝟏 : Kompensasi manajemen berpengaruh positif terhadap manajemen pajak.

2. Pengaruh Prosentase Komisaris Independen terhadap Manajemen Pajak Karakteristik corporate governance sebuah perusahaan, yaitu memastikan bagaimana perusahaan mengaplikasikan manajemen pajak.

Terdapat tiga karakteristik yang tergolong ke dalam corporate governance, yaitu pertama jumlah kompensasi Dewan Komisaris serta

Direksi, kedua persentase Komisaris Independen dan ketiga jumlah Dewan Komisaris. Berdasarkan penelitian Ghozali (2017) menyatakan bahwa prosentase Komisaris Independen memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen pajak. Sedangkan, Komite Audit, CSR, dan ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen pajak. Dari uraian tersebut, maka hipotesis yang hendak diajukan adalah sebagai berikut :

𝑯𝟐 : Prosentase Komisaris Independen memiliki pengaruh yang positif terhadap manajemen pajak.

(12)

20 3. Pengaruh Dewan Komisaris terhadap Manajemen Pajak

Menurut Zehnder (2000) dalam Manurung (2018) Dewan Komisaris merupakan wakil dari para pemegang saham yang berfungsi mengawasi pengelolaan perusahaan yang dilakukan oleh manajemen dan mencegah pengendalian yang terlalu banyak di tangan manajemen. Adanya hubungan antara jumlah Dewan Komisaris dengan keefektifan fungsi pengawasan. Perusahaan yang berukuran besar dan memiliki struktur yang kompleks akan maksimal kinerjanya, apabila jumlah Dewan Komisaris semakin banyak, karena semakin besar perusahaan maka semakin banyak membutuhkan penasihat. Menurut Darta (2017) Dewan Komisaris memiliki tugas mengoperasikan pengawasan dan memberikan nasehat kepada Dewan Direksi, dan menjamin terlaksananya strategi perusahaan, serta mengawasi manajemen dan mewajibkan terlaksananya akuntabilitas di dalam sebuah perusahaan. Ghozali (2017) menyatakan bahwa jumlah Dewan Komisaris memiliki berpengaruh terhadap manajemen pajak. Dari uraian tersebut, maka hipotesis yang hendak diajukan adalah sebagai berikut :

𝑯𝟑 : Jumlah Dewan Komisaris memiliki pengaruh yang positif terhadap manajemen pajak.

D. Kerangka Pemikiran

Penelitian bertujuan untuk melihat pengaruh kompensasi manajemen, prosentase Komisaris Independen, dan jumlah Dewan Komisaris terhadap manajemen pajak pada perusahaan sektor industri

(13)

21 barang dan konsumsi selama periode 2017-2019. Menurut teori agensi, yang bertindak sebagai agen adalah manajemen, sedangkan yang bertindak sebagai prinsipal adalah pemegang saham. Apabila dikaitkan dengan penelitian ini, yang bertindak sebagai agen adalah Dewan Komisaris dan Komisaris Independen, sedangkan yang bertindak sebagai prinsipal adalah pemegang saham. Kompensasi yang diberikan kepada manajemen merupakan alat yang digunakan oleh pihak prinsipal untuk menggerakkan pihak agen atau pihak manajemen untuk bekerja dengan lebih baik dan dapat meningkatkan reputasi manajemen dalam mengelola pajaknya.

Kerangka pemikiran yang menggambarkan hubungan antara variabel independen dan dependen dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Kompensasi Manajemen (𝑋1)

Jumlah Dewan Komisaris (𝑋3)

Manajemen Pajak (Y) Prosentase Komisaris

Independen (𝑋2)

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 2.17 Skema Penelitian Visualisasi Tri-Helical Staic Mixer [31] Dari penelitian yang dilakukan, disimpulkan bahwa visualisasi aliran dalam tri-helical dapat

Banyak penelitian menunjukan bahwa meningkatnya jarak tempuh latihan pada pelari wanita mempunyai hubungan yang hampir linier dengan kejadian amenorrhoea bila jarak tempuh

Berdasarkan kepada pertumbuhan ekonomi yang berlaku diberbagai negara dapat disimpulkan bahwa faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan dan pembangunan suatu negara adalah:

Bila dalam suatu perkara pidana, seorang tersangka atau terdakwa diragukan kondisi kesehatan jiwanya saat ia melakukan perbuatan pidana, maka yang berwenang dalam

Keluarkan cake dari ring lalu lapisi dengan chocolate modeling white yang sudah diberi warna dasar sesuai selera.. Untuk membuat lukisan pada Cake lihat Tip

Karena dengan tak pernah absenya Mischief Denim dalam event tahunan tersebut di tambah dengan merupakan salah satu produk jeans lokal yang memiliki followers Instagram terbanyak

generator sesuai langkah (7.1) kemudian menerapkan tegangan ke benda uji masing-masing 15 kali tembakan tegangan untuk setiap konfigurasi pengujian dan pada setiap

3HPEHODMDUDQ WXWRULDO \DQJ GLPDNVXG GDODP NHJLDWDQ LQL DGDODK GLPDQD SHPEHODMDUDQ GLODNXNDQ VHFDUD PDQGLUL XQWXN PDWHULPDWHUL \DQJ