• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gunung Api Indonesia dan Karakteristik Bahayanya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Gunung Api Indonesia dan Karakteristik Bahayanya"

Copied!
232
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Gunung Api Indonesia

dan Karakteristik Bahayanya

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi

Badan Geologi

2020

(4)

Gunung Api Indonesia dan Karakteristik Bahayanya

BAGIAN I: WILAYAH BARAT

Editor:

Hendra Gunawan, Nia Haerani

Tim Penyusun:

Agoes Loeqman, Ahmad Basuki, Cahya Patria, Edi Prantoko, Hilma Alfianti,

Hetty Triastuty, Iyan Mulyana, Kristianto, Kushendratno, Mamay Surmayadi,

M. Nugraha Kartadinata, Novianti Indrastuti, Priatna, Sofyan Primulyana,

Sucahyo Adi, Umar Rosadi, Wilfridus F.S. Banggur

Penata Letak:

Bunyamin

Diterbitkan tahun 2020 oleh

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi

Badan Geologi

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

Alamat:

Jalan Diponegoro No. 57 Bandung 40122

Jawa Barat

(5)

Sambutan iii

Sambutan

Teriring puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, kami menyambut baik penerbitan buku Gunung Api Indonesia dan Karakteristik Bahayanya Bagian I: Wilayah Barat. Buku ini berusaha memberikan informasi kepada masyarakat umum tentang gunung-gunung api yang ada di Indonesia, termasuk di dalamnya pembahasan karakteristik bahaya geologi yang ditimbulkan oleh keberadaan gunung-gunung api tersebut.

Badan Geologi sebagai salah satu institusi di bawah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral memiliki tugas dan fungsi di bidang penelitian dan pelayanan geologi, tentu memiliki kewenangan untuk mengawal penyebarluasan informasi kegeologian ke tengah khalayak banyak. Informasi tersebut meliputi bidang sumber daya geologi, vulkanologi dan mitigasi bencana geologi, air tanah, dan geologi lingkungan, serta survei geologi.

Sebagai upaya penyebarluasan informasi kegeologian, buku ini menjadi salah satu bukti komitmen Badan Geologi untuk terus mengedepankan upaya perlindungan sekaligus turut mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera. Dalam konteks gunung api, Badan Geologi melakukan pemantauan terhadap 69 gunung api aktif tipe A dengan 74 pos pengamatan gunung api yang tersebar di seluruh Indonesia.

Teknologi pemantauannya sekarang sudah kian berkembang. Kini teknologinya sudah berbasis digital. Sebelumnya menggunakan peralatan seismograf analog serta pemantauan visual yang masih mengandalkan kemampuan mata maupun teropong. Demikian pula dengan metodenya. Metodenya pemantauan dipertajam dengan penerapan metode deformasi, kimia, dan lain-lain.

Peningkatan teknologi dan metode pemantauan gunung api terus dilakukan untuk lebih mempertajam akurasi informasinya serta kecepatan penyampaian informasinya yang tentu sangat dibutuhkan oleh semua pihak, yakni pemerintah, masyarakat, akademisi, swasta, maupun pihak luar yang membutuhkannya. Misalnya dengan terobosan yang dilakukan oleh Badan Geologi melalui rilis aplikasi berbasis gadget yang dapat diakses setiap saat oleh masyarakat luas.

(6)

Oleh karena itu, buku Gunung Api Indonesia dan Karakteristik Bahayanya sangat layak dibaca oleh semua kalangan, khususnya bagi pihak-pihak yang berdekatan, berkaitan, dan berkepentingan terhadap keberadaan gunung-gunung api di daerahnya masing-masing.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu tersusun hingga terbitnya buku ini. Semoga buku ini dapat bermanfaat untuk masyarakat luas.

Eko Budi Lelono Kepala Badan Geologi

(7)

Kata Pengantar v

Kata Pengantar

Rasa syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya akhirnya buku Gunung Api Indonesia dan Karakteristik Bahayanya Bagian I: Wilayah Barat dapat diterbitkan. Buku ini bisa menjadi salah satu bukti dari perwujudan tugas Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) sesuai dengan Peraturan Menteri ESDM No. 13 tahun 2016 Pasal 693, yaitu untuk melaksanakan penelitian, penyelidikan, perekayasaan dan pelayanan di bidang vulkanologi dan mitigasi bencana geologi.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa buku ini merupakan salah satu perwujudan dari Peraturan Menteri ESDM tersebut dikarenakan yang disajikan di dalam buku ini berangkat dari hasil-hasil penelitian, penyelidikan, perekayasaan dan pelayanan di bidang vulkanologi dan mitigasi bencana geologi sebelum, tanggap darurat, dan setelah kejadian kebencanaan gunung api di Indonesia.

Di dalam buku Gunung Api Indonesia dan Karakteristik Bahayanya ini berusaha menginventarisasi pelbagai permasalahan yang terkait dengan gunung api di Indonesia dan informasi kebencanaan geologi yang mungkin dapat ditimbulkannya.

Tim penyusun buku ini berupaya memberikan informasi terkait informasi Umum yang melingkupi wilayah tempat gunung api berada; sejarah dan karakteristik letusan yang berisi mengenai catatan-catatan letusan berikut sifat-sifat atau ciri-ciri yang menjadi penanda letusannya; sistem pemantauan gunung api atau strategi mitigasi yang ada dan dikembangkan pada masing-masing gunung api; dan Kawasan Rawan Bencana Gunung api (KRB), peta KRB gunung api, dan potensi ancaman jiwa bila suatu gunung api meletus.

KRB adalah kawasan yang pernah terlanda atau diidentifikasi berpotensi terancam bahaya letusan baik secara langsung maupun tidak. Peta KRB Gunung api yang disusun berdasarkan data geologi, kegunungapian, sebaran permukiman, dan infrastruktur menjadi peta petunjuk tingkat kerawanan yang berpotensi menimbulkan bencana pada suatu kawasan apabila terjadi letusan gunung api.

(8)

Informasi-informasi yang disajikan tim penyusun dan disunting editornya nampak sedapat mungkin ditulis secara ringkas, padat, populer, disertai dengan gambar-gambar yang berkaitan dengan gunung api. Hal tersebut tentu saja dimaksudkan agar kalangan luas dapat lebih mudah memahami informasi dan pesan-pesan yang hendak disampaikan melalui buku ini.

Akhirnya, kami sampaikan penghargaan setinggi-tingginya kepada tim penyusun dan penyunting buku ini serta semua pihak yang telah mendukung dalam penulisan buku, serta membantu dalam proses penerbitannya. Semoga buku ini bermanfaat.

Kasbani

(9)

Daftar Isi vii

Daftar Isi

Sambutan iii

Kata Pengantar v

Daftar Isi vii

1 Peut Sague 1

2 Seulawah Agam 7

3 Bur Ni Telong 15

4 Sorik Marapi 23

5 Sinabung 29

6 Marapi 37

7 Tandikat 45

8 Talang 51

9 Kerinci 57

10 Kaba 63

11 Dempo 69

12 Anak Krakatau 75

13 Gede 83

14 Salak 91

15 Tangkubanparahu 95

16 Papandayan 103

17 Galunggung 109

18 Guntur 117

19 Ciremai 125

20 Slamet 131

21 Dieng 137

22 Sundoro 143

23 Sumbing 149

24 Merapi 155

25 Kelud 165

26 Arjuno-Welirang 181

27 Semeru 187

28 Bromo 195

29 Lamongan 201

30 Raung 207

31 Ijen 213

(10)
(11)

Peut Sague 1

Peut Sague

1

(12)

Peut Sague adalah salah satu dari tiga gunung api strato aktif di wilayah Provinsi Aceh. Peut Sague mempunyai arti gunung api yang mempunyai empat puncak. Dibandingkan dengan dua gunung api lainnya di Aceh, penduduk yang bermukim di lereng dan kakinya boleh

Informasi Umum

dikatakan tidak ada. Secara geografis G. Peut Sague terletak pada 04º55’30” LU dan 96º20’00” BT, sedangkan secara adiministratif masuk dalam wilayah Kecamatan Meureudu Selatan, Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh.

(13)

Peut Sague 3

Sejarah dan Karakteristik Letusan

Kegiatan letusan G. Peut Sague yang tercatat dalam waktu sejarah tidak menunjukkan letusan dahsyat karena hanya disebutkan sebagai tiang asap, sinar api, guguran lava dan suara gemuruh serta suara ledakan termasuk letusan terakhir tahun 2000. Pada tanggal 25 September 1919 tampak asap putih mengepul dari salah satu puncak sebelah barat G. Peut Sague. Pada bulan Maret 1920 dari kejauhan tampak tiang asap membumbung tinggi disertai sinar api berasal dari kawah bagian barat dan timur. Pada bulan Mei 1920 Patroli Belanda melihat gumpalan asap

Interval Letusan G. Peut Sague

yang disertai suara gemuruh dan semburan bara api. Pada bulan Desember 1920 dari kejauhan tampak pada bagian kawah sebelah barat dan barat laut adanya guguran lava disertai hembusan asap, kadangkala terdengar ledakan. Pada tanggal 10 Februari 1979 Pemerintah Daerah TK II Sigli melaporkan bahwa G. Peut Sague mengeluarkan api dan suara gemuruh. Pada awal tahun 2000 laporan dari pilot Garuda yang melalui jalur Banda Aceh-Medan menyatakan telah terjadi letusan di G. Peut Sague dengan ketinggian asap mencapai ± 3 km, dengan warna asap hitam keabuan.

(14)

Berdasarkan potensi bahaya yang mungkin terjadi, kawasan rawan bencana Gunung Api Peut Sague terbagi menjadi 3, yaitu:

a. KRB III

KRB III adalah kawasan yang sering dilanda awan panas, aliran lava, lontaran atau guguran batu pijar dan gas beracun dengan radius lontaran 2 km dari puncak. b. KRB II

KRB II adalah kawasan yang berpotensi dilanda aliran lava, lontaran batu pijar, termasuk hasil letusan freatik, hujan abu lebat, kemungkinan gas racun, awan panas/

KRB dan Potensi Ancaman Jiwa

Tabel Desa terdampak (data Dukcapil 2018)

No Desa Kecamatan Kabupaten KRB PendudukJumlah

1 Keune Geumpang Pidie I 636

2 Leupu Geumpang Pidie I 1336

3 Teu Rucut Mane Pidie I 991

4 Blang Dalam Mane Pidie I 1810

5 Leuuteung Mane Pidie I 2050

6 Mane Mane Pidie I 4334

aliran piroklastik dan longsoran puing vulkanik dengan radius 5 km dari puncak.

c. KRB I

KRB I adalah kawasan yang berpotensi dilanda aliran massa berupa lahar dan lontaran berupa hujan abu serta kemungkinan terkenal lontaran batu pijar dengan radius 8 km dari puncak.

Desa yang terdampak KRB sebanyak 6 desa yang tersebar di Kabupaten Pidie. Adapun jiwa yang terancam sebanyak 11.157 jiwa.

(15)

Peut Sague 5 Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung Api Peut Sague.

(16)

Sistem Pemantauan Gunung Api

Gunung Api Peut Sague letaknya jauh dan pencapaiannya sangatlah tidak mudah sehingga G. Peut Sague jarang dikunjungi orang. Meskipun demikian, penyuluhan dan pemahaman tentang gunung api bagi masyarakat perlu dilakukan, bahwa terdapat gunung api yang sewaktu-waktu meletus dan dapat membahayakan serta menimbulkan korban jiwa.

Peta Jaringan Pemantauan G. Peut Sague

Aktivitas vulkanik G. Peut Sague dipantau secara terus-menerus dari Pos Pengamatan Gunungapi Peut sague yang terletak di Desa Mane Kecamatan Mane, kabupaten Pidie, Provinsi Aceh. Saat ini, pemantauan G. Peut Sague menggunakan satu stasiun seismik, hasil pemantauan kegempaan tersebut dilaporkan secara rutin setiap hari ke kantor Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di Bandung melalui aplikasi MAGMA berbasis internet.

(17)

Seulawah Agam 7

Seulawah Agam

2

(18)

Seulawah Agam adalah salah satu dari tiga gunung api strato aktif di wilayah Provinsi Aceh. Secara geografis Gunung Api Seulawah Agam terletak pada 05º25’30” LU

Informasi Umum

dan 95º36’00” BT. Sedangkan secara administratif masuk dalam wilayah Kecamatan Seulimeum, Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh.

(19)

Seulawah Agam 9

Sejarah dan Karakteristik Letusan

Gunung Seulawah Agam sudah diketahui sejak umur pertengahan. Menurut Sapper (1927) telah terjadi letusan normal di kawah parasit pada awal abad 16, sehingga Neumann van Padang mengklasifikasikannya sebagai Gunung Api aktif. Letusan berikutnya terjadi pada kawah Parasit pada 12-13 Januari 1839 yang kemudian dikenal sebagai Kawah Heutz seperti yang diuraikan oleh Volz (1912). Pada tanggal 16 dan 17 Agustus 1975 terdengar suara gemuruh disertai kepulan asap dari puncak.

KRB dan Potensi Ancaman Jiwa

Berdasarkan Potensi bahaya yang mungkin terjadi, kawasan rawan bencana Gunung Api Seulawah Agam menjadi 3, yaitu:

a. KRB III

KRB III adalah kawasan yang sering dilanda awan panas, aliran lava, lontaran atau guguran batu pijar dan gas beracun dengan radius lontaran 2 km dari puncak. b. KRB II

KRB II adalah kawasan yang berpotensi dilanda aliran lava, lontaran batu pijar, termasuk hasil letusan freatik, hujan abu lebat, kemungkinan gas racun, awan panas/

aliran piroklastik dan longsoran puing vulkanik dengan radius 5 km dari puncak.

c. KRB I

KRB I adalah kawasan yang berpotensi dilanda aliran massa berupa lahar dan lontaran berupa hujan abu serta kemungkinan terkenal lontaran batu pijar dengan radius 8 km dari puncak.

Desa yang terdampak KRB sebanyak 42 desa yang tersebar di Kabupaten Aceh Besar. Adapun Jiwa yang terancam sebanyak 26.691 jiwa.

(20)
(21)

Seulawah Agam 11

No Desa Kecamatan Kabupaten KRB PendudukJumlah

1 Ayon Seulimeum Aceh Besar I,II,III 353

2 Pulo Seulimeum Aceh Besar I,II,III 231

3 Meurah Seulimeum Aceh Besar I,II,III 326

4 Lampantee Seulimeum Aceh Besar I,II 480

5 Lamteuba Droe Seulimeum Aceh Besar I,II 1189

6 Iboh Tanjong Seulimeum Aceh Besar I,II,III 341

7 Lampanah Seulimeum Aceh Besar I 379

8 Lambada Seulimeum Aceh Besar I 1362

9 Ujong Keupula Seulimeum Aceh Besar I 911

10 Iboh Tunong Seulimeum Aceh Besar I 390

11 Ateuk Seulimeum Aceh Besar I 433

12 Lam Apeng Seulimeum Aceh Besar I, II 606

13 Blang Tingkeum Seulimeum Aceh Besar I 770

14 Meunasah Baro Seulimeum Aceh Besar I,II 403

15 Alue Rindang Seulimeum Aceh Besar I 883

16 Alue Gentong Seulimeum Aceh Besar I 447

17 Jawie Seulimeum Aceh Besar I 97

18 Buga Seulimeum Aceh Besar I 515

19 Gampong Seulimeum Seulimeum Aceh Besar I 564

20 Lamjruen Seulimeum Aceh Besar I 404

21 Gampong Raya Seulimeum Aceh Besar I 189

(22)

No Desa Kecamatan Kabupaten KRB PendudukJumlah

22 Kayee Adang Seulimeum Aceh Besar I 311

23 Seunebok Seulimeum Aceh Besar I 983

24 Lampisang Tunong Seulimeum Aceh Besar I 779

25 Pinto khop Seulimeum Aceh Besar I 133

26 Mangeu Seulimeum Aceh Besar I 293

27 Batee lhee Seulimeum Aceh Besar I 381

28 Meunasah Tunong Seulimeum Aceh Besar I 595

29 Beureunut Seulimeum Aceh Besar I 318

30 Ujong Mesjid Lampanah Seulimeum Aceh Besar I 276

31 Leungah Seulimeum Aceh Besar I 626

32 Bayu Seulimeum Aceh Besar I 398

33 Lon Asan Lembah Seulawah Aceh Besar I 636

34 Saree Aceh Lembah Seulawah Aceh Besar I,II,III 2056

35 Desa tauladan Lembah Seulawah Aceh Besar I,II 1086

36 Lamtamot Lembah Seulawah Aceh Besar I,II,III 1834

37 Lambaro Tunong Lembah Seulawah Aceh Besar I 456

38 Paya keureleh Lembah Seulawah Aceh Besar I 536

39 Lon Baroh Lembah Seulawah Aceh Besar I 433

40 Suka Damai Lembah Seulawah Aceh Besar I,II,III 2442

41 Meusale Indrapuri Aceh Besar I 383

(23)

Seulawah Agam 13

Sistem Pemantauan Gunung Api

Aktivitas vulkanik G. Seulawah Agam dipantau secara terus-menerus dari Pos PGA Seulawah Agam di Desa Lambaro Tunong, Kecamatan Lembah Seulawah, Kabupaten Aceh Besar. Saat ini pemantauan G. Seulawah Agam menggunakan dua stasiun seismic.

Hasil pemantauan kegempaan tersebut dilaporkan secara rutin setiap hari ke kantor Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di Bandung melalui aplikasi MAGMA berbasis internet.

Peta Jaringan Pemantauan G. Seulawah Agam.

(24)
(25)

Bur Ni Telong 15

Bur Ni Telong

3

(26)

Untuk memantau kegiatan G. Bur Ni Telong secara terus-menerus, maka sejak 18 Agustus 1998 dibangun Pos Pengamatan Gunungapi di Desa Kute Lintang, Kecamatan Bukit yang mulai dioperasikan pada 15 Oktober 1998. Kegiatan G. Bur Ni Telong dipantau secara menerus baik secara visual dan kegempaan dari Pos Pengamatan G. Bur Ni Telong.

G. Bur Ni Telong merupakan gunungapi termuda yang terdapat di dalam suatu kompleks gunungapi tua yang terdiri dari G. Salah Nama, G. Geureudong dan G. Pepanji. Penyebaran produk letusan G. Bur Ni Telong sebagian besar ke arah selatan, tenggara dan baratdaya, terdiri dari aliran piroklastik (awan panas), jatuhan piroklastik dan lava. Sebagian besar lava tersingkap di daerah puncak dan di

Informasi Umum

lereng barat dan selatan bagian atas dengan komposisi andesitik dasitik. Pada umumnya lava di bagian lereng bersifat andesitik, sedangkan di daerah puncak (kawah) umumnya dasitik (Suhadi dkk, 1994). Aliran piroklastik mempunyai sebaran yang cukup luas di sekitar lereng terutama di bagian baratdaya, adapun jatuhan piroklastik tersingkap di lereng selatan dan baratdaya umumnya menumpang diatas aliran piroklastika.

Pemantauan kegiatan aktivitas vulkanik G. Bur Ni Telong menggunakan Seismograf Kinemetrics model PS-2 dengan sistim RTS. Gempa-gempa yang terekam didominasi oleh gempa tektonik, sedangkan gempa vulkanik sangat jarang terjadi.

(27)

Bur Ni Telong 17

Sejarah dan Karakteristik Letusan

Aktivitas vulkanik Gunungapi Bur Ni Telong tercatat sejak 1837, Akhir September 1837 terjadi beberapa kali letusan dan gempa bumi yang menyebabkan banyak kerusakan (Wichmann, 1904). Neuman van Padang (1951) menganggap sebagai letusan normal kawah pusat, Wichmann (1904), letusan terjadi tanggal 12 - 13 Januari 1839 dengan abu letusan mencapai P. We, 14 April 1856, letusan dari kawah pusat (Neuman van Padang, 1951) material yang dimuntahkannya berupa abu dan batu. Neuman van Padang (1951) menulis bahwa di bulan Desember 1919 terjadi letusan normal dari kawah pusat, 7 Desember 1924, Nampak 5 buah tiang asap tanpa diikuti satu letusan (Neuman van Padang, 1951).

G. Bur Ni Telong dapat dicapai dengan pesawat udara dari Jakarta - Medan - Bener Meriah, dari Bandara Bener Meriah (Rembele) dilanjutkan menuju Pos PGA Bur Ni Telong terletak di Desa Kute Lintang, Kecamatan Bukit, kurang lebih memakan waktu 15 menit. Puncak G. Bur Ni Telong dapat dicapai dari dua arah, yaitu dari lereng tenggara via Kampung Sentral dan dari lereng baratdaya via Bandar Lampahan. Umumnya orang melakukan pendakian melalui lereng baratdaya, dari Desa Bandar Lampahan dibutuhkan waktu sekitar 3 - 4 jam untuk mencapai puncak G. Bur Ni Telong.

Tahun Keterangan

1837 terjadi beberapa kali letusan dan gempa bumi yang menyebabkan banyak kerusakan

1839 Letusan terjadi tanggal 12 - 13 Januari 1839 dengan abu letusan mencapai P. We.

1856 Letusan dari kawah pusat material yang dimuntahkannya berupa abu dan batu.

1919 terjadi letusan normal dari kawah pusat

1924 Nampak 5 buah tiang asap tanpa diikuti satu letusan

Aktivitas vulkanik Gunungapi Bur Ni Telong

(28)

No Desa Kecamatan KRB PendudukJumlah

1 Rejewali Ketol I 755

2 Buter Ketol I 552

3 Pondok Balik Ketol I 730

4 Segene Balik Kute Panang I 347

5 Blang Paku Wih Pesam I 95

6 Suka Makmur Wih Pesam I/II 105

Tabel Demografi KRB G. Bur Ni Telong (Ducapil, 2018) Meskipun kegiatan G. Bur Ni Telong saat ini hanya fumarola yang berasap tipis dan lemah, namun bukan berarti bahwa gunung tersebut tidak berbahaya dan tidak akan meletus kembali. Untuk mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan bahaya yang ditimbulkannya perlu dipersiapkan peta kawasan rawan bencananya.

Kawasan Rawan Bencana (KRB) G. Bur Ni Telong terbagi 3 kawasan yaitu:

1. Kawasan Rawan Bencana III, sangat berpotensi terancam awanpanas guguran/awanpanas letusan, gas racun, dan guguran lava, aliran lava serta lontaran batu pijar (diameter > 6 cm). Kawasan ini meliputi radius 3 km dari kawah aktif.

2. Kawasan rawan bencana II adalah kawasan yang berpotensi terlanda awan panas, aliran lava, lontaran atau guguran batu (pijar), hujan abu lebat, hujan Lumpur (panas), aliran lahar dan gas beracun. Kawasan rawan bencana II ini dibedakan menjadi dua yaitu, Kawasan rawan bencana terhadap aliran masa berupa awan panas, aliran lava dan aliran lahar, Kawasan rawan bencana terhadap material lontaran dan jatuhan

KRB dan Potensi Ancaman Jiwa

seperti lontaran batu (pijar), hujan abu lebat dan hujan lumpur (panas). G. Bur Ni Telong diperkirakan tidak akan menghasilkan guguran batu (pijar), hujan Lumpur (panas) maupun gas beracun, karena ketiga jenis produk gunungapi ini sering tergantung pada karakteristik gunungapi tersebut, yang mana berdasarkan sejarah letusannya ketiga jenis produk tersebut tidak tercatat. Kawasan ini meliputi radius 5 km dari kawah aktif.

3. Kawasan Rawan Bencana I adalah kawasan yang berpotensi terlanda lahar/banjir dan tidak menutup kemungkinan dapat terkena perluasan awan panas dan aliran lava. Kawasan ini dibedakan menjadi dua, yaitu: Kawasan rawan bencana terhadap aliran ma berupa lahar/banjir dan kemungkinan perluasan awan panas dan aliran lava. Kawasan ini terletak di dekat lembah atau bagian hilir sungai yang berhulu di daerah puncak. Kawasan rawan bencana terhadap jatuhan berupa hujan abu tanpa memperhatikan arah tiupan angin dan kemungkinan dapat terkena lontaran abtu (pijar). Kawasan ini meliputi radius 8 km dari kawah aktif dan daerah aliran sungai yang berhulu dari G. Bur Ni Telong.

(29)

Bur Ni Telong 19

No Desa Kecamatan KRB PendudukJumlah

7 Bener Ayu Wih Pesam I 101

8 Simpang Antara Wih Pesam I 202

9 Kebun Baru Wih Pesam I 1200

(30)

No Desa Kecamatan KRB PendudukJumlah

10 Cinta Damai Wih Pesam I 124

11 Lut Kucak Wih Pesam I 402

12 Karang Rejo Wih Pesam I 327

13 Jamur Ujung Wih Pesam I 323

14 Wonosobo Wih Pesam I/II 405

15 Gegerung Wih Pesam I 203

16 Wih Pesam Wih Pesam II 76

17 Simang Balek Wih Pesam II/III 137

18 Suka Makmur Timur Wih Pesam II 149

19 Cekal Baru Timang Gajah I 511

20 Kulem Para Kanis Timang Gajah I 225

21 Timang Rasa Timang Gajah I/II 110

22 Fajar Harapan Timang Gajah II 664

23 Kampung Baru 76 Timang Gajah II 547

24 Damaran Baru Timang Gajah II/III 624

25 Bandar Lampahan Timang Gajah II 1079

26 Mude Benara Timang Gajah II 422

27 Karang Jadi Timang Gajah II 725

28 Lampahan Timur Timang Gajah II 602

29 Lampahan Barat Timang Gajah I 352

30 Lampahan Timang Gajah II 541

31 Rembune Timang Gajah II/III 362

32 Pantai Pendiangan Timang Gajah II/III 1120

33 Pantai Lues Gajah Putih I/II 608

34 Bintang Bener Permata II 1051

35 Bener Pepanyi Permata II/III 1585

36 Gele Semayang Bandar I 206

37 Suku Wih Ilang Bandar I 493

(31)

Bur Ni Telong 21

No Desa Kecamatan KRB PendudukJumlah

39 Hakim Tunggul Naru Bukit I/II 384

40 Rembele Bukit I/II 650

41 Blang Tampu Bukit I 702

42 Ujung Bersah Bukit I 1575

43 Kute Tanyung Bukit I 453

44 Surele Kayu Bukit I 544

45 Tingkem Benyer Bukit I 128

46 Bale Atu Bukit I 377

47 Blang Sentang Bukit I 1488

48 Kute Lintang Bukit II/III 710

49 Sedie Jadi Bukit II/III 305

50 Waq Pondok Sayur Bukit II/III 421

51 Panji Mulia I Bukit I/II 553

52 Panji Mulia Ii Bukit I/II 886

53 Mupakat Jadi Bukit I 226

54 Belang Ara Bukit I 619

55 Muluem Bukit I 198

56 Godang Bukit I 242

57 Bujang Bukit I/II 1083

58 Kenawat Redelong Bukit I 1438

59 Ujung Gele Bukit I 639

60 Paya Gajah Bukit I 1779

61 Blang Sentang Bukit I 1488

62 Reje Guru Bukit I 692

63 Delung Asli Bukit I 406

64 Delung Tue Bukit I 425

65 Uring Bukit I 342

66 Babussalam Bukit I/II 1654

67 Kute Kering Bukit I 453

Keterangan:

*Peta KRB G. terdiri dari tiga Kawasan yang yang telah dire-visi (2015) dengan data jumlah penduduk bersumber dari data Ditjen Dukcapil, Kement-erian Dalam Negeri (2018

(32)

Dalam upaya mitigasi bencana gunungapi Bur Ni Telong, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi telah melakukan:

1. Sosialisasi kepada masyarakat yang berada dalam kawasan rawan bencana

2. Koordinasi dengan aparat daerah setempat dan institusi terkait lainnya serta pada masyarakat.

Sistem Pemantauan

3. Pemantauan secara visual dilakukan dengan mengamati kondisi puncak/kawah dengan bantuan peralatan, yaitu: Kamera digital, teropong.

4. Pemantauan secara instrumental, meliputi pemantauan kegempaan menggunakan seismometer dan saat ini telah dipasang di 1 stasiun permanen.

(33)

Sorik Marapi 23

Sorik Marapi

4

(34)

Sorik Marapi merupakan salah satu gunungapi aktif tipe A di Indonesia yang mempunyai danau kawah dengan airnya yang bersifat asam di bagan puncaknya. Secara administrasi, Sorik Marapi termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara. Posisi geografis puncak 0°41’11.72”LS dan 99°32’13,09” BT serta ketinggian 2145 m dpl (di atas muka laut). Pos Pengamatan Gunung Sorik Marapi berada di Desa Sibanggor Tonga, Kecamatan Puncak Sorik Marapi, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara.

Dari kajian geologi, kemunculan G. Sorik Marapi diduga berhubungan dengan aktivitas Sesar Besar Sumatera (Semangko) yang berarah barat laut – tenggara. Di sekitar

Informasi Umum

tubuh gunungapi ini banyak terdapat manifestasi aktivitas vulkanik berupa solfatara/fumarola, kolam lumpur (mud pool), dan mata air panas, diantaranya Mata Air Panas Binanga, Sopotinjak, Purba Julu, Roburan Dolok-1, Roburan Dolok-3, Sibanggor Tonga-1 dan Sibanggor Tonga-2. Mata Air Panas Roburan Dolok-2 dan Mata Air Panas Sampuraga. Suhu solfatara di puncak Kawah sangat bervariasi antara 90°C- 249°C.

Gunung Sorik Marapi merupakan gunungapi yang produk erupsinya berkomposisi andesitik hingga andesitik basaltik, merupakan komposisi yang umum ditemukan di gunung-gunung berapi yang berada di jalur busur Sunda.

(35)

Sorik Marapi 25

Sejarah dan Karakteristik Letusan

Catatan sejarah letusan Sorik Marapi tidak begitu banyak, yaitu tahun 1830, 1879, 1892, 1893, 1917 dan 1970. Karakter letusan pada umumnya berupa letusan freatik berupa abu disertai lontaran batu, atau semburan lumpur dari kawah pusat karena adanya air danau kawah. Tahun 1830 dan 1879 terjadi letusan fretik dari kawah pusat menghasilkan abu, lumpur, dan lontaran material berukuran bomb. Pada 21 Mei 1892 terjadi letusan yang mengakibatkan timbulnya 2 buah lubang di kawah puncak. Endapan letusan ini telah menimbulkan lahar yang menelan korban jiwa 180 orang di Desa Sibangor, Pada Bulan Januari 1893 terjadi letusan

freatik berupa lumpur dan lontaran batu dari fumarola Sibangor Julu. Pada tanggal 20 Mei 1917 terjadi letusan freatik berupa abu selama 3 jam, disertai dentuman hebat terdengar sampai Kotanopan. Dan terakhir pada tahun 1970 terjadi letusan freatik berupa abu. Tahun 1987 terjadi peningkatan temperatur di solfatar Sibangor Julu dari 95°C menjadi 119° C yang diikuti oleh semburan lumpur panas. Kondisi saat ini, seringkali terjadi peningkatan temperatur pada solfatara di tubuh G. Sorik Marapi, serta sering diikuti oleh peningkatan kegempaan.

(36)

Kawasan Rawan Bencana Gunungapi (KRB) adalah kawasan yang pernah terlanda atau diidentifikasi berpotensi terancam bahaya erupsi baik secara langsung maupun tidak langsung. Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi merupakan peta petunjuk tingkat kerawanan yang berpotensi menimbulkan bencana pada suatu kawasan apabila terjadi erupsi gunungapi. Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi disusun berdasarkan data geologi, kegunungapian, sebaran permukiman, dan infrastruktur. Peta ini memuat informasi tentang jenis bahaya gunungapi, daerah rawan bencana, arah/jalur penyelamatan diri dan lokasi pengungsian. Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Lamongan hanya berlaku dengan syarat-syarat: erupsi terjadi di kawah pusat, arah erupsi kurang lebih tegak lurus, tidak terjadi pembentukan kaldera, morfologi puncak gunungapi relatif tidak berubah. Sehingga apabila terjadi erupsi/kegiatan baru yang menyimpang atau lebih besar dari erupsi/kegiatan normal maka Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi direvisi kembali.

Di Sorik Marapi, Kawasan Rawan Bencana III (KRB III) merupakan kawasan yang sangat berpotensi terlanda aliran piroklastik (awan panas), aliran lava, aliran lahar, lontaran batu (pijar), serta hujan abu lebat. Di KRB III yang sangat berpotensi terancam oleh material aliran berada di daerah puncak serta kaki gunung hingga ketinggian sekitar 1600 m dari puncak, dengan radius 1 km hingga 3 km.

Di KRB III sangat berpotensi tertimpa oleh lontaran batu (pijar) berdiameter lebih dari 64 mm hingga radius 1,5 km dari puncak. Di wilayah KRB III ini tidak terdapat pemukiman penduduk.

Kawasan Rawan Bencana II (KRB II) merupakan kawasan yang berpotensi terlanda perluasan aliran lava, guguran lava, lahar, lontaran batu (pijar, serta hujan abu (lebat).

KRB dan Potensi Ancaman Jiwa

Di KRB II yang berpotensi terancam oleh material aliran merupakan perluasan dari daerah KRB III meliputi kaki gunung hingga ketinggian sekitar 1000 m dari puncak. Beberapa pemukiman yang berpotensi terlanda oleh material aliran yaitu Desa Hutabaringin Julu, Desa Huta Baringin, Desa Sibanggor Julu, Desa Huta Lombang, Desa Tanabato, Desa Pagaran Gala-Gala, dan Desa Bulu Soma. Di KRB II yang berpotensi tertimpa oleh lontaran batu (pijar) berdiamater maksimum 64 mm hingga radius 6 km dari puncak. Desa-desa yang berpotensi tertimpa oleh lontaran batu, yaitu: Hutabaringin Julu, Huta Baringin, Sibanggor Julu, Huta Lombang, Tanabato, Pagaran Gala-Gala, Sopotinjak, Bulu Soma, Huta Baru, Sibangor Jae, Huta Julu, Huta Raja, Hutana Male, dan Desa Tarlola. Berdasarkan data dari Disdukcapil tahun 2018, total jumlah penduduk yang bermukim di desa-desa tersebut adalah 9.049 orang atau 2.217 kepala keluarga.

Kawasan Rawan Bencana I (KRB I) merupakan kawasan yang berpotensi terlanda aliran lahar, lontaran batu, serta hujan abu. Wilayah pemukiman yang berpotensi terlanda aliran lahar merupakan desa-desa yang yang dilalui oleh aliran dari sungai-sungai yang berhulu di puncak atau sekitar puncak, diantara Batang Binanga, Batang Roburan, Batang Pancur, Batang Sibanggor, Batang Namilas, Batang Sitinjak, Batang Sipalis, Batang Antunu, dan Batang Sampean. Desa-desa yang dilalui oleh aliran sungai tersebut diantaranya: Desa Hutabaringin Julu, Desa Huta Baringin, Desa Sibanggor Julu, Desa Huta Lombang, Desa Tanabato, Desa Pagaran Gala-Gala, Desa Bulu Soma, Desa Huta Baru, Desa Sibangor Jae, Desa Huta Julu, Desa Huta Raja, Desa Hutana Male, dan Desa Tarlola.

Di Kawasan Rawan Bencana I (KRB I) yang berpotensi terlanda oleh lontaran batu berdiameter kurang dari

(37)

Sorik Marapi 27 10 mm hingga radius 8 km dari puncak. Untuk material

lontaran yang berukuran lebih kecil seperti abu dan lapili halus maka arah sebarannya nya akan lebih bergantung kepada arah dan kecepatan angin. Berdasarkan data

dari Disdukcapil tahun 2018, total jumlah penduduk yang bermukim di desa-desa tersebut adalah 11.063 orang atau 2714 kepala keluarga.

(38)

Strategi Mitigasi

Salah satu strategi upaya mitigasi bencana gunungapi, selain membuat peta kawasan rawan bencana juga melakukan pemantauan aktivitas atau gejala peningkatan aktivitas gunungapinya. Khususnya di Sorik Marapi, telah dilakukan pemantauan aktivitas kegempaan secara kontinyu melalui peralatan pencatat gempa atau seismograf dengan sistem analog. Terdapat 2 Stasiun seismik yang dipasang di tubuh G. Sorik Marapi, yaitu stasiun seismik SBGJ sistem

analog menggunakan seismometer tipe L4C di pasang di wilayah Desa Sibanggor Julu (koordinat 0°42’26,40” LU 99°33’49,38” BT, Elevasi 1084 m), dan Stasiun seismik HTBR sistem analog menggunakan seismometer tipe L4C di pasang di wilayah Desa Huta baringin (koordinat 0°41’5,05” LU 99°34’55,03” BT, Elevasi 1074 m). Pemantauan lainnya yaitu pengamatan kondisi asap di puncak yang dilakukan secara visual dari pos pengamatan gunungapi.

Pos Pengamatan G. Sorik Marapi.

(39)

Sinabung 29

Sinabung

5

(40)

Sebelum erupsi pada tahun 2010, Sinabung diklasifikasikan ke dalam gunungapi tipe B, yaitu gunungapi yang tidak punya catatan sejarah letusan sejak tahun 1600. Namun pada tanggal 27 Agustus 2010 pukul 18.15 WIB terjadi erupsi freatik sehingga G. Sinabung diklasifikasikan sebagai gunungapi tipe A. Secara geografis, G. Sinabung terletak pada posisi koordinat 3°10’ LU dan 98°23,5’ BT, dengan ketinggian puncak 2460 m dpl. Secara administratif G. Sinabung masuk ke dalam wilayah Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara dan diamati secara visual dan

Informasi Umum

instrumental dari Pos Pengamatan Gunungapi (PGA) yang berada di Desa Ndokum Siroga, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.

Pemantauan G. Sinabung dimulai pada 28 Agustus 2010, setelah terjadi erupsi pertama tanggal 27 Agustus 2010 yang sebelumnya gunung ini tidak dipantau secara kontinyu. Pos Pemantauan permanen dimulai pada bulan September 2012.

(41)

Sinabung 31

Sejarah dan Karakteristik Letusan

Sebelum letusan tahun 2010, letusan-letusan masa lalu G. Sinabung tidak tercatat dalam sejarah sehingga sebelum tahun 2010 G. Sinabung diklasifikasikan sebagai gunungapi aktif tipe B. Berdasarkan Peta Geologi Gunungapi Sinabung, batuan termuda yang ditemukan berupa endapan aliran piroklastik di bagian tenggara puncak sekarang dengan umur sekitar 1200 tahun y.l atau 800 – 900 A.D (Prambada, 2010).

Aktivitas G. Sinabung sebelum Agustus 2010 yang mencirikan bahwa G. Sinabung aktif adalah manifestasi solfatara, baik di daerah sekitar kawah maupun puncak yang mengisi bagian lembah, dinding, dan dasar kawah lama maupun di sekitar lembah sungai bagian timur dan tenggara dengan jarak lebih kurang 300 m ke arah puncak, sedangkan di bagian selatan terdapat tiga buah kelompok yang bentuknya memanjang di sepanjang lembah sungainya. Namun letusan tahun 2010 menjadikan

G. Sinabung digolongkan menjadi gunungapi aktif tipe A. Aktivitas G. Sinabung sepanjang tahun 2010-2019. Sejak tanggal 27 Agustus hingga 30 Agustus 2010, terjadi beberapa kali erupsi dengan tinggi kolom abu vulkanik berkisar 500 - 1.500 m, tahun 2011 - 2012 Sinabung memasuki fase istirahat dan aktivitas erupsi diawali kembali tanggal 15 September 2013 dan terus berlangsung erupsi yang disertai oleh awanpanas guguran dan letusan hingga tanggal 9 Juni 2019 dengan tinggi kolom abu vulkanik berkisar 500 - 7.000 m dari puncak dan awanpanas guguran/ letusan berkisar 750 - 4.900 m dari puncak. Setelah tanggal 9 Juni 2019 hingga April 2020 tidak terjadi lagi erupsi. Karakter erupsi G. Sinabung adalah eksplosif dan efusif dengan VEI antara 2 – 3. Erupsi yang diawali dengan pertumbuhan kubah lava dan diikuti oleh awanpanas guguran dan erupsi eksplosif dan dibarengi oleh awanpanas letusan, arah aliran awan panas dominan ke arah selatan, tenggara dan timur.

(42)

Kawasan Rawan Bencana (KRB) G. Sinabung terbagi 3 kawasan, yaitu:

a. Kawasan Rawan Bencana III, sangat berpotensi terancam awanpanas guguran/awanpanas letusan, gas racun, dan guguran lava, aliran lava serta lontaran batu pijar (diameter > 6 cm). Kawasan ini meliputi radius 3 km dari kawah aktif.

b. Kawasan Rawan Bencana II, berpotensi terancam awanpanas guguran/awanpanas letusan, gas racun, guguran lava, aliran lava, serta lontaran batu pijar (diameter 1-6 cm). Kawasan ini meliputi radius 5 km dari kawah aktif.

c. Kawasan Rawan Bencana I, berpotensi terancam

KRB dan Potensi Ancaman Jiwa

terlanda lahar hujan, perluasan awanpanas, hujan abu, dan material pijar (diameter < 1 cm). Kawasan ini meliputi radius 7 km dari kawah aktif.

Demografi

1. Jumlah Penduduk yang berada dalam KRB I, II, dan III (Tahun 2018): 41.906 Jiwa, terdiri dari 36 Desa dan 4 Kecamatan, 1 Kabupaten.

2. Kecamatan Tiganderget 15.980 jiwa (KRB I/II/III) 3. Kecamatan Payung 6.770 jiwa (KRB I/II/III)

4. Kecamatan Simpang Empat 9.535 jiwa (KRB II/III) 5. Kecamatan Naman Teran 9.621 jiwa (KRB II/III) Gunungapi Sinabung secara administratif terletak di

Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Koordinat geografis daerah puncak terletak pada 03°10’ LU dan 98° 23,5’ BT dengan titik tertinggi 2460 m dpl.

G. Sinabung dapat dicapai dengan pesawat udara dari Jakarta menuju Medan selama 2,5 jam dan kemudian melalui jalan darat selama lebih kurang 3 jam menuju Pos

Pengamatan G. Sinabung yang terletak di Desa Ndokum Siroga, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo atau lebih kurang 7 km dari ibukota Kabupaten, Kabanjahe. untuk mencapai puncak G. Sinabung jalur pendakian yang umum digunakan dari arah utara, yaitu dari Danau Lau Kawar dengan jalur yang jelas (sebelum erupsi) dapat dicapai dengan waktu 4-5 jam.

Tabel Demografi KRB G. Sinabung (BPS, 2018)

No Desa Kecamatan KRB Jumlah Penduduk

1 Susuk Tiganderket II 1582

2 Temburuan Tiganderket II 384

3 Sukatendel Tiganderket II/III 1354

4 Jandimeriah Tiganderket III 1342

5 Tiganderket Tiganderket II/III 2054

(43)

Sinabung 33 Peta perkiraan zona bahaya G. Sinabung.

(44)

No Desa Kecamatan KRB Jumlah Penduduk

7 Mardinding Tiganderket III 975

8 Perbaji Tiganderket III 589

9 Batukarang Tiganderket I/II 5371

10 Tanjung Merawa Tiganderket I/II 1314

11 Kutakepar Tiganderket II/III 196

12 Rimo Kayu Payung I/II/III 780

13 Cimbang Payung I/II 312

14 Payung Payung II/III 2113

15 Ujung Payung Payung II/III 376

16 Guru Kinayan Payung III 2666

17 Suka Meriah Payung III 523

18 Tiga Pancur Simpang Empat II 1081

19 Berastepu Simpang Empat II/III 2585

20 Pintimbesi Simpang Empat II 323

21 Beganding Simpang Empat II 1869

22 Sirumbia Simpang Empat II 599

23 Jeraya Simpang Empat II 740

24 Gamber Simpang Empat III 624

25 Kuta Tengah Simpang Empat II/III 680

26 Perteguhan Simpang Empat II 889

27 Torong Simpang Empat II 145

28 Bekerah Naman Teran III 391

29 Simacem Naman Teran III 489

30 Kuta Tonggal Naman Teran II/III 393

31 Sukandebi Naman Teran II 1014

32 Sukatepu Naman Teran II 761

33 Sukanalu Naman Teran II/III 1273

34 Sigarang-Garang Naman Teran III 1627

35 Kutarayat Naman Teran II/III 2440

(45)

Sinabung 35

Sistem Pemantauan Gunungapi

Dalam upaya mitigasi bencana gunungapi Sinabung, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi telah melakukan:

1. Sosialisasi kepada masyarakat yang berada dalam kawasan rawan bencana

2. Koordinasi dengan aparat daerah setempat dan institusi terkait lainnya serta pada masyarakat.

3. Pemantauan secara visual dilakukan dengan mengamati kondisi puncak/kawah/kubah lava dengan bantuan peralatan, yaitu: CCTV di 4 stasiun (Pos MGA, KBYK, LKWR, Ojolali), Kamera digital, dan rangefinder.

4. Pemantauan secara instrumental meliputi:

a. Kegempaan: Pemantauan kegempaan

menggunakan seismometer dan saat ini telah dipasang di 5 stasiun permanen yang mengelilingi tubuh G. Sinabung, serta satu stasiun di luar tubuh G. Sinabung.

b. Deformasi: Pengukuran deformasi dengan peralatan Total Station (EDM), GPS kontinyu dan Tilt Meter. c. Geokimia: Pengamatan geokimia dengan cara

pengukuran multigas kontinyu di tiga stasiun.

(46)
(47)

Marapi 37

Marapi

6

(48)

Sejarah dan Karakteristik Letusan

Marapi merupakan salah satu gunungapi paling aktif di Sumatera Barat, Indonesia. Secara administratif G. Marapi berada di wilayah Kabupaten Tanah Datar dan Agam, Provinsi Sumatera Barat, dan secara geografis puncak G. Marapi berada pada posisi 0° 22’ 47,72” LS dan 100° 28’ 6,71” BT dengan ketinggian puncak 2891 m dpl. G. Marapi telah meletus lebih dari 50 kali sejak akhir abad ke-18. Cara mencapai ke arah puncak ada tiga, yakni dari arah tenggara, baratlaut, dan selatan. Masing-masing untuk pendakian tersebut dimulai dari Pariaman, Sungai Puar, dan Kota Baru.

Informasi Umum

Selain wisata gunungapi, salah satu kota wisata terdekat dengan G. Marapi adalah Bukittinggi yang terletak di bagian timurlaut. Beberapa objek wisata di Bukittinggi antara lain Ngarai Sianok, Jam Gadang, Gua Jepang, Istana Bung Hatta, Museum Perjuangan, dan Kebun Binatang. Semua lokasi objek wisata tersebut berada di dalam kota Bukittinggi dan jaraknya satu sama lain relatif berdekatan, sehingga sangat mudah pencapaiannya.

Marapi merupakan gunungapi tipe stratovolcano dengan daerah puncaknya dicirikan oleh kaldera yang mempunyai beberapa kawah aktif berarah baratdaya – timurlaut. Kawah

di puncak marapi G. Marapi berupa lapangan solfara dan fumarola, yaitu: Kepundan A, Kepundan B, Kepundan C, K. Bungo, K. Tuo, K.Bongsu dan Kawah Verbeek atau

(49)

Marapi 39 Kepundan Enga, semuanya merupakan pusat erupsi

dengan lebar lubang antara 175-600 m dan panjang 1.200 m.

Sejarah letusan/aktivitas vulkanik G. Marapi pada periode tahun 1807 – 1950, tercatat 28 kali periode letusan G. Marapi dengan selang waktu kejadian letusan umumnya 1 tahun dan paling lama 27 tahun. Letusan G. Marapi pada 1807 dan 1822 berupa asap hitam-kelabu disertai bara sinar api dan leleran lava. Pada periode 1833 – 1950, secara umum letusannya berupa abu kelabu disertai bara api, terkadang lontaran material pijar dari puncak serta suara gemuruh. Pada 24 April 1871, 16 – 18 Juni 1917 dan 16 September 1917 terjadi hujan abu di Bukitting, tahun 1927 terjadi hujan abu sampai di Padang Panjang. Untuk pada periode 1973-2018, pusat aktivitas letusan berada di Kawah Verbeek, manifestasinya berupa tembusan solfatara/ fumarola. Kadang-kadang terjadi letusan bersifat eksplosif berupa letusan abu, lontaran material pijar dan pasir yang jatuh disekitar puncak/kawah, sebaran abu letusan tergantung arah angin. Aktivitas terkini G. Marapi terjadi

tanggal 2 Mei 2018, G. Marapi mengalami erupsi, kolom letusan berwarna kelabu tebal dengan tinggi mencapai 4000 m di atas puncak.

Karakter letusan G. Marapi berupa letusan secara eksplosif maupun efusif dengan masa istirahat rata-rata 4 tahun. Kegiatannya tidak selalu terjadi pada kawah yang sama, tetapi bergerak membentuk garis lurus dengan arah timur – baratdaya antara Kawah Tuo hingga Kawah Bongsu. Sejak awal tahun 1987 sampai sekarang letusannya bersifat eksplosif dan sumber letusan hanya berpusat di Kawah Verbeek. Letusan disertai suara gemuruh, abu, pasir, lapili dan kadang-kadang juga diikuti oleh lontaran material pijar dan bom vulkanik (Rasyid, 1990).

Prekursor erupsi G. Marapi saat ini pada umumnya apabila terjadi peningkatan kegempaan Tornilo di Stasiun Batupalano (ketinggian 1503 m) yang diikuti meningkatnya data tiltmeter dan RSAM kegempaan, dan mulai terekam swarm Gempa Low Frekuensi dan Gempa Tornilo secara menerus di Stasiun Puncak (ketinggian 2740 m).

(50)

Potensi bahaya letusan G. Marapi berdasarkan Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Marapi, dibagi ke dalam tiga tingkatan:

a. Kawasan Rawan Bencana-III (KRB-III), adalah kawasan sumber erupsi, daerah puncak dan sekitarnya yang sangat berpotensi terlanda oleh berbagai macam hasil erupsi dalam bentuk aliran piroklastika, aliran lava, gas vulkanik beracun, jatuhan piroklastik dan lontaran fragmen batuan (pijar). Kawasan ini berada pada radius sekitar 3 km dari pusat erupsi.

b. Kawasan Rawan Bencana-II (KRB-II), adalah kawasan yang berpotensi terlanda awan panas, aliran lava, lahar, lontaran batu (pijar) dan hujan abu lebat. Kawasan ini mencakup daerah dengan radius sekitar 5 km dari pusat erupsi.

c. Kawasan Rawan Bencana-I (KRB-I), adalah kawasan yang berpotensi terlanda lahar/banjir dan kemungkinan dapat terkena perluasan lahar/awan panas serta jatuhan piroklastik. Kawasan ini terletak di sepanjang daerah aliran sungai/di dekat lembah sungai atau di bagian

KRB dan Potensi Ancaman Jiwa

Grafik Interval Letusan G. Marapi

(51)

Marapi 41 hilir sungai yang berhulu di daerah puncak, sedangkan

kawasan yang berpotensi terlanda oleh jatuhan abu dan fragmen batuan < 2 cm dalam radius 7 km dari pusat erupsi.

Berdasarkan data sebaran penduduk di Kawasan Rawan Bencana (KRB) G. Marapi tahun 2018, terdapat sekitar 7 Kecamatan, 14 Nagari dan 20 Jurong dengan total jumlah

penduduk 43489 jiwa (lihat tabel) yang masuk ke dalam wilayah KRB I, II, dan III G. Marapi.

Potensi bahaya G. Marapi saat ini yaitu berupa erupsi abu disertai lontaran material/pasir yang melanda wilayah dengan radius 3 km dari pusat erupsi Kawah Verbeek, yaitu daerah yang termasuk di dalam KRB III.

(52)

No Kabupaten Kecamatan Nagari Jorong KRB PendudukJumlah

1 Agam Sungai Puar Sariak Pasa Kubang Tabek I 495

2 Agam Sungai Puar Sariak Suntiang I 236

3 Agam Sungai Puar Sariak Baruah Mudiak I 288

4 Agam Sungai Puar Sariak Dadok I 163

5 Agam Sungai Puar Sariak Lukok I 274

6 Agam Sungai Puar Sariak Sariah Ateh I 30

7 Agam Sungai Puar Batu Balano Simpang III I 1165

8 Agam Sungai Puar Batu Balano Simpang IV I 695

9 Agam Sungai Puar Batu Balano Padang Tarok I 503

10 Agam Sungai Puar Batu Balano Aceh Baru I 404

11 Agam Sungai Puar Sungai Puar Limo Kampuang I 2371

12 Agam Sungai Puar Sungai Puar Kapalo Koto I 2962

13 Agam Sungai Puar Sungai Puar Tangah Koto I 1342

14 Agam Canduang Bukik Batabuah Gobah I 2488

15 Agam Canduang Bukik Batabuah Batang Selasih I 3546

16 Agam Canduang Lasi Pasanehan I 300

17 Agam Canduang Lasi Lasi Mudo I 954

18 Agam Canduang Lasi Lasi Tuo I 394

19 Tanah Datar Sepuluh Koto Koto Baru - I 2483

20 Tanah Datar Sepuluh Koto Aie Angek - I 3009

21 Tanah Datar Sepuluh Koto Koto Laweh Batu Panjang I 532

22 Tanah Datar Sepuluh Koto Koto Laweh Kepala Koto I 527

23 Tanah Datar Sepuluh Koto Koto Laweh Kandang Diguguk I 612

24 Tanah Datar Sepuluh Koto Panyalaian Kubu Diateh I 1095

25 Tanah Datar Sepuluh Koto Panyalaian Koto Subarang I 1277

26 Tanah Datar Sepuluh Koto Paninjauan Balai Satu I 1061

27 Tanah Datar Sepuluh Koto Paninjauan Hilie Balai I 2715

(53)

Marapi 43

No Kabupaten Kecamatan Nagari Jorong KRB PendudukJumlah

28 Tanah Datar Pariaman Sungai Jambu Sungai Jambu I 1650

29 Tanah Datar Pariaman Sungai Jambu Bulan Sariak Jambak Ulu I 745

30 Tanah Datar Pariaman Sungai Jambu Batur I 570

31 Tanah Datar Pariaman Sungai Jambu Labuatan I 635

32 Tanah Datar Pariaman Pariaman Pariangan I 1922

33 Tanah Datar Pariaman Pariaman Padang Panjang I 1651

34 Tanah Datar Pariaman Pariaman Guguk I 868

35 Tanah Datar Batipuh Andaleh Jirek I 363

36 Tanah Datar Batipuh Andaleh Koto Ganting I 635

37 Tanah Datar Batipuh Andaleh Subarang I 585

38 Tanah Datar Batipuh Sabu Kampung XI I 627

39 Tanah Datar Batipuh Sabu Subarang I 743

40 Tanah Datar Batipuh Sabu Pakan Akad I 574

Strategi Mitigasi

Pemantauan aktivitas vulkanik G. Marapi dilakukan dari Pos Pengamatan Gunungapi Marapi, yang berlokasi di Jl. Prof. Hazairin No 168, Bukittinggi, Sumatera Barat, yang berjarak sekitar 13 km dari kawah/puncak G. Marapi arah barat laut. Metode pemantauannya adalah metoda visual dan instrumental.

Pengamatan visual dipantau secara menerus dari Pos Pengamatan G. Marapi yang meliputi pengamatan tinggi, warna, tekanan asap abu letusan dan arah penyebarannya.

Hembusan asap kawah G. Marapi berwarna putih sedang hingga tebal, dengan ketinggian 50 – 150 m. Pos Pengamatan G. Marapi berlokasi di Batang Agam, Jl. Prof. Hazairin 168, Bukittinggi dengan koordinat 00°18’46,64” LS, 100°22’08,53” BT, tinggi: 924 mdpl.

Aktivitas vulkanik G. Marapi dipantau menerus dengan menggunakan 9 stasiun seismik. Empat stasiun seismik milik PVMBG, yaitu Stasiun BTPL, Stasiun PACT, Stasiun LASI, dan Stasiun SABU, sedangkan 5 stasiun merupakan

(54)

stasiun dari kerja sama antara EOS (Earth Observatory of Singapore) dan PVMBG yaitu Stasiun PCAK, Stasiun KUBU, Stasiun GGSL, Stasiun PAUH, dan Stasiun TNGK. Pemantauan ke arah puncak gunung dilakukan secara

visual dengan menggunakan CCTV yang terpasang di puncak G. Marapi sejak tanggal 27 September 2019. Peta sistem pemantauan G. Marapi dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

(55)

Tandikat 45

Tandikat

7

(56)

Tandikat (Tandikai, Tandike) merupakan gunungapi aktif tipe A, berbentuk strato dengan beberapa kawah di puncaknya. Secara administratif G. Tandikat berada di wilayah Kabupaten Padang Pariaman dan Agam, Provinsi Sumatera Barat, sementara posisi geografis puncaknya berada pada 0º25’57,30” LS dan 100º19’01,69” BT, dengan tinggi puncak dari permukaan laut mencapai 2438 m atau 1740 m dari dataran tinggi Minangkabau.

Gunungapi Tandikat memiliki berbagai sumber daya yang dapat dimanfaatkan, selain produk hasil erupsi masa lampau yang dapat digunakan sebagai bahan galian golongan C untuk bahan bangunan serta adanya potensi sumber daya panasbumi, di sekitar G. Tandikat ini terdapat pula kawasan perkebunan, beberapa mata air panas, air terjun, kawasan hutan lindung yang berfungsi sebagai tempat cadangan

Informasi Umum

airtanah, yang dapat dikembangkan untuk wisata alam dan argowisata.

Aktivitas erupsi G. Tandikat tercatat 2 kali dalam sejarah, yaitu pada tahun 1889 dan 1914, berdasarkan data diatas, terlihat bahwa gunungapi ini sudah lama tidak menunjukkan peningkatan aktivitasnya, untuk itu perlu dilakukan pemantauan terus-menerus.

Salah satu akses menuju G. Tandikat adalah melalui Kota Padang, setelah melewati Pos PGA Tandikat yang berada di Jorong Sikadunduang Singgalang kecamatan X koto, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat (0º 25’ 8.82” LS dan 100º 22’ 2.4” BT), perjalanan menuju kompleks solfatar dan fumarol G. Tandikat yang berada di puncak G. Tandikat ditempuh dengan jalan kaki selama 5-6 jam.

Peta lokasi G. Tandikat, Sumatera Barat. G. Tandikat adalah gunungapi kembar dengan G. Singgalang, yang tumbuh diatas granit tua, sekis dan batu gamping dari Bukit Bari-san, juga merupakan bagian dari 3 puncak gunung di dataran tinggi minangkabau yang dikenal dengan Puncak Tri Arga (yaitu Singgalang, Marapi dan Tandikat).

(57)

Tandikat 47

Sejarah dan Karakteristik Letusan

Aktivitas erupsi G. Tandikat tercatat sebanyak 2 kali, yaitu pada tahun 1889 dan 1914. Tidak ada laporan korban jiwa, dan berdasarkan produk yang dihasilkan G. Tandikat, tidak ditemukan adanya endapan piroklastik jatuhan, hanya ditemukan aliran piroklastik dan aliran lava. Data erupsi yang tercatatpun hanya abu yang tipis dan tampak di sekitar kawah. Karakter erupsinya cenderung bertipe letusan strombolian dan aliran lava yang terkadang menghasilkan pula aliran piroklastik.

Dari rangkaian sejarah erupsi diatas, terlihat bahwa G. Tandikat memiliki periode erupsi 15 tahun dan pasca erupsi

Tahun Keterangan

1889 19 Februari, Di puncak G. Tandikat terlihat tiang asap dan nyala api dan juga terasa getaran gempa yang diiringi suara letusan. Sampai tanggal 17 April tiang asap masih terlihat kadang disertai oleh hujan abu. Kegiatan yang terjadi pada tahun ini bergantian dengan kegiatan letusan yang terjadi di G. Marapi, Bukittinggi.

1914 31 Mei, Administratur Veen (Natuurk. Tijdschr. Nederl. Ind. 1915, p 188) mengatakan telah terjadi leleran lava yang mengalir hanya di bagian puncak saja. Tetapi menurut

Kemmerling (1921, p.21) yang terjadi bukan leleran lava tetapi hanya lontaran bom gunungapi.

Strategi Mitigasi

Tandikat di masa mendatang maka kegiatan pemantauan aktivitas G. Tandikat harus dilakukan baik secara visual maupun instrumental dengan bermacam metoda. Pemantauan visual meliputi kondisi cuaca, tinggi asap, sementara metoda seismic (kegempaan) dilakukan secara menerus dari Pos Pengamatan Gunungapi Tandikat, pada posisi 0º 25’ 8,82” LS dan 100º 22’ 2,4” BT di Jorong Sikadungduang, Desa Ganting, Kecamatan X Koto, Kabupaten Tanah Datar. Peralatan permanen yang digunakan untuk memonitor kegempaan G. Tandikat selama 24 jam terdiri dari satu unit seismograf PS-2, dengan sensor seismometer ditempatkan pada tubuh G. Tandikat (Sta. TDK) pada posisi stasiun 0º 25’ 44,3” LS dan 100º 21’ 18,8” BT, di ketinggian 1279 m dpl.

Pemantauan lainnya dilakukan secara temporer, misalnya pengukuran suhu solfatara dan fumarola, pengukuran

deformasi, pengukuran metoda geolistrik, pengukuran geomagnit dan pengukuran metoda geokimia gas dan air. terakhir pada 1914 hingga kini belum menunjukkan adanya peningkatan aktivitas.

Peta lokasi Pos PGA dan Stasiun Seismik G. Tandikat, Sumatera Barat.

(58)

KRB dan Potensi Ancaman Jiwa

Untuk mengantisipasi terjadinya erupsi G. Tandikat, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi telah membuat Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB), yang identik dengan peta daerah bahaya gunungapi, merupakan peta petunjuk yang menggambarkan tingkat kerawanan bencana suatu daerah bila terjadi letusan gunungapi. Peta KRB biasanya disusun berdasarkan sejarah erupsi, kondisi geologi, demografi, dan perkiraan/model kejadian erupsi yang akan datang, sehingga dalam peta ini kita dapat memperoleh informasi mengenai jenis dan tipe bahaya gunungapi, kawasan rawan bencana, arah pengungsian, lokasi pengungsian dan pos-pos penanggulangan bencana. Peta KRB G. Tandikat dibagi kedalam tiga kawasan rawan bencana, yaitu:

1. KRB III adalah kawasan yang selalu terancam aliran awan panas, aliran lava, guguran lava, lontaran batu (pijar), dan/atau gas beracun, serta hujan abu lebat. Kawasan ini meliputi daerah pucak dan sekitarnya (radius 2 km). Tercatat 4 desa berada dalam KRB III ini, yaitu: Singgalang, Tandikek, Tandikek Utara, dan Malalak Selatan.

2. KRB II adalah kawasan yang berpotensi terlanda aliran awan panas, aliran lava, lontaran batu pijar dan/atau guguran lava, dan hujan abu lebat, serta lahar hujan (radius 5 km). Tercatat 6 desa berada dalam KRB II ini, yaitu: Singgalang, Guguak, Tandikek, Tandikek Utara, Malalak Selatan dan Malalak timur.

3. KRB I adalah kawasan yang berpotensi terlanda lahar hujan, lontaran batu pijar dan hujan abu. (radius 8 km serta sepanjang sungai-sungai yang berhulu dari puncak G. Tandikat).

Desa yang diperkirakan terdampak erupsi G. Tandikat pada Peta KRB sebanyak 18 desa yang yang tersebar di 4 Kabupaten dengan jumlah jiwa yang terancam sebanyak

96.006 jiwa. (khusus untuk KRB I, kemungkinan jumlah penduduk terdampak berkurang, mengingat tidak semua wilayah desa di KRB I terlewati oleh aliran sungai).

G. Tandikat.

(59)

Tandikat 49 Peta Kawasan Rawan Bencana G. Tandikat.

(60)

No Kabupaten Kecamatan Desa PendudukJumlah KRB

III II I

1 Tanah Datar X Koto Singgalang 9184 √ √ √

2 Kota Padang Panjang Padang Panjang Barat Silaing Bawah 5858 √

3 Kota Padang Panjang Padang Panjang Barat Silaing Atas 2603 √

4 Padang Pariaman 2XII Kayu Tanam Guguak 5336 √ √

5 Padang Pariaman 2XII Kayu Tanam Kapalo Hilalang 6555 √

6 Padang Pariaman 2XII Kayu Tanam Kayu Tanam 9436 √

7 Padang Pariaman 2XII Kayu Tanam Anduriang 3930 √

8 Padang Pariaman Patamun Tandikek 3871 √ √ √

9 Padang Pariaman Patamun Tandikek Utara 2677 √ √ √

10 Padang Pariaman Patamun Sungai Durian 5073 √

11 Padang Pariaman V Koto Tmur Gunung Padang Alai 6482 √

12 Padang Pariaman Padang Sago Batu Kalang 2537 √

13 Padang Pariaman Padang Sago Koto Baru 1960 √

14 Padang Pariaman VII Koto Sungai Sariak Sungai Sariak 15532 √

15 Padang Pariaman 2XII Enam Lingkuang Sicincin 6754 √

16 Agam Malalak Malalak Selatan 2753 √ √ √

17 Agam Malalak Malalak Timur 2826 √ √

18 Agam Malalak Malalak Barat 2639 √

(61)

Talang 51

Talang

8

(62)

Talang merupakan salah satu gunungapi aktif di Sumatera, yang secara administrasi termasuk wilayah Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat. Gunungapi ini memiliki elevasi tertinggi 2.597 m di atas permukaan laut. Catatan sejarah geologi yang tergambarkan dalam peta Geologi Gunungapi Talang memperlihatkan Gunungapi Talang

Informasi Umum

sebagai gunungapi strato yang tersusun atas perselingan endapan piroklastika dan lava. Endapan aliran piroklastika mengandung batuapung dengan volume dan pelamparan yang luas menunjukan bahwa Gunungapi Talang pada masa lampau pernah mengalami letusan berskala besar.

(63)

Talang 53

Sejarah dan Karakteristik Letusan

Talang merupakan gunungapi Tipe A. Dalam catatan sejarah kehidupan manusia, Talang tercatat pernah meletus, sedikitnya, 11 kali sejak tahun 1833 hingga 2007. Berdasarkan catatan sejarah ini, jeda antar letusan terpendek adalah 1 tahun, sedangkan terpanjang adalah 80 tahun. Gunungapi Talang cenderung selalu memperlihatkan karakteristik letusan eksplosif melalui kawah pusat, kawah parasit, atau melalui sistem rekahan. Selain itu, catatan geologi menunjukkan Gunungapi Talang masa lampau pernah mengalami letusan berskala besar yang berpotensi mengalami perulangan pada masa yang akan datang.

Sistem Pemantauan Gunung Api

Pemantauan Gunungapi Talang dilakukan secara kontinyu melalui peralatan pencatat gempa dan deformasi, serta menempatkan Pos Pengamatan Gunungapi Talang di Desa Kersik Tuo, Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Talang., Provinsi Jambi. Transmisi data monitoring dilakukan secara telemetri dari lokasi alat di lapangan ke Pos Gunungapi Talang dan melalui VSAT (Very Small Aperture Terminal) sebagai sistem transmisi data berbasis sinyal satelit dari Gunungapi Talang terkirim langsung ke Kantor Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di Bandung secara real-time. Peningkatan teknologi sistem monitoring gunungapi dapat meningkatkan kualitas pemahaman proses aktvitas vukanisme gunungapi sehingga pengambilan keputusan penangan krisis gunungapi dapat lebih cepat dilakukan.

Sistem jaringan peralatan monitoring Gunungapi Talang Sejarah letusan Gunungapi Talang.

(64)

Kawasan Rawan Bencana dan Potensi Ancaman Jiwa

Kawasan Rawan Bencana (KRB) merupakan kawasan yang pernah terlanda dan diidentifikasi berpotensi terancam bahaya letusan pada masa yang akan datang. Sebagai gunungapi tipe A yang masih aktif, Talang memiliki potensi bahaya letusan, maka Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi menerbitkan Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Talang. Berdasarkan potensi ancamannya, KRB Talang dibagi menjadi tiga, secara bertingkat dari tinggi ke rendah, yaitu Kawasan Rawan Bencana III, II, dan I.

Kawasan Rawan Bencana III

KRB III merupakan kawasan yang selalu terancam aliran awan panas, lava, gas racun, dan hujan abu lebat yang disertai lontaran batu pijar dalam radius 2 km dari pusat letusan jika terjadi letusan. KRB III Talang terkonsentrasi di kawasan puncak yang tidak memiliki pemukiman dan aktivitas manusia secara permanen.

Kawasan Rawan Bencana II

KRB II merupakan kawasan yang berpotensi terlanda aliran awan panas, lava, lahar hujan, dan hujan abu lebat yang disertai lontaran batu dalam radius 5 km dari pusat letusan. KRB II Talang cenderung memperlihatkan zona perluasan ke lereng utara, timur laut, timur dalam jangkauan terjauh

sekitar 8 km dari pusat erupsi di bagian puncak. Terdapat pemukiman dan aktivitas manusia secara permanen yang terancam bahaya di Desa Bukit Sileh dan Batu Bajanjang, Kecamatan Lembang Jaya di dalam KRB II Talang. Jumlah penduduk di desa tersebut (Kecamatan Lembang Jaya Dalam Angka 2019) adalah 8.942 jiwa.

Kawasan Rawan Bencana I

KRB I merupakan kawasan yang berpotensi terlanda lahar, dan hujan abu lebat serta lontaran batu dalam radius 8 km dari pusat letusan. KRB I yang berasal dari potensi ancaman lahar berada disepanjang alur sungai yang berhulu di kawasan puncak dan mengalir ke lereng bawah bagian barat, barat laut, dan utara yang meliputi wilayah administrasi Kecamatan Lembang Jaya, Gunung Talang, Kubung, Danau Kembar, Bukit Sundi, Kabupaten Solok. Selain itu, zona landaan lahar berada pada wilayah Kecamatan Lubuk Sikarah dan Tanjung Harapan, Kota Solok. Data kependudukan di wilayah administrasi tersebut (Kabupaten Solok Dalam Angka 2019 dan Kota Solok Dalam Angka 2019) adalah 252.029 jiwa (lihat tabel). Meskipun demikian, perkiraan jumlah penduduk di KRB I Gunungapi Talang yang rawan terhadap landaan lahar adalah sekitar 12.600 jiwa.

No Kabupaten/Kota Kecamatan Desa Populasi (jiwa) KRB

1 Kabupaten Solok Lembang Jaya Bukit Sileh 4594 II

2 Kabupaten Solok Lembang Jaya Batu Janjang 4348 II

3 Kabupaten Solok Lembang Jaya Danau Kembar 27089 I

4 Kabupaten Solok Lembang Jaya - 20055 I

(65)

Talang 55 Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Talang, Sumatera Barat

(66)

No Kabupaten/Kota Kecamatan Desa Populasi (jiwa) KRB

5 Kabupaten Solok Gunung Talang - 50719 I

6 Kabupaten Solok Bukit Sundi - 23581 I

7 Kabupaten Solok Kubung - 60809 I

8 Kota Solok Lubuk Sikarah - 38350 I

(67)

Kerinci 57

Kerinci

9

(68)

Kerinci merupakan salah satu gunungapi aktif di Sumatera, yang secara administrasi termasuk wilayah Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi, dan Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat. Dengan elevasi puncak 3840 m di atas permukaan laut dan lebar bentangan tubuhnya yang mencapai 18 km, Kerinci merupakan gunungapi tertinggi dan terbesar di Indonesia. Dalam konteks geologi, gunungapi dengan dimensi tubuhnya yang besar dapat merepresentasikan kompleksitas sejarah dan dinamika vulkanismenya.

Informasi Umum

Catatan sejarah geologi yang tergambarkan dalam peta Geologi Gunungapi Kerinci memperlihatkan Gunungapi Kerinci sebagai gunungapi strato yang tersusun atas perselingan endapan piroklastika dan lava. Endapan aliran piroklastika mengandung batuapung dengan volume dan pelamparan yang luas menunjukkan bahwa Gunungapi Kerinci pada masa lampau pernah mengalami letusan berskala besar.

(69)

Kerinci 59

Sejarah dan Karakteristik Letusan

Kerinci merupakan gunungapi Tipe A. Dalam catatan sejarah kehidupan manusia, Kerinci tercatat pernah meletus sedikitnya 22 kali sejak tahun 1838 hingga 2019. Gunungapi Kerinci cenderung selalu memperlihatkan karakteristik letusannya berskala kecil dan tidak menerus dengan frekuensi relatif sering. Meskipun demikian, catatan geologi menunjukkan Gunungapi Kerinci masa lampau pernah mengalami letusan berskala menengah dan besar yang berpotensi mengalami perulangan pada masa yang akan datang.

Pemantauan Gunungapi Kerinci dilakukan secara kontinyu melalui peralatan pencatat gempa dan deformasi, serta menempatkan Pos Pengamatan Gunungapi Kerinci di Desa Kersik Tuo, Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Transmisi data monitoring dilakukan secara telemetri dari lokasi alat di lapangan ke Pos Gunungapi Kerinci dan melalui VSAT (Very Small Aperture Terminal) sebagai sistem transmisi data berbasis sinyal satelit dari Gunungapi Kerinci terkirim langsung ke Kantor Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di Bandung secara real-time. Peningkatan teknologi sistem monitoring gunungapi dapat meningkatkan kualitas pemahaman proses aktivitas vukanisme gunungapi sehingga pengambilan keputusan penanganan krisis gunungapi dapat lebih cepat dilakukan.

Sistem Pemantauan Gunung Api

Sejarah letusan G. Kerinci.

(70)

Kawasan Rawan Bencana dan Potensi Ancaman Jiwa

Kawasan Rawan Bencana (KRB) merupakan kawasan yang pernah terlanda dan diidentifikasi berpotensi terancam bahaya letusan pada masa yang akan datang. Sebagai gunungapi tipe A yang masih aktif, Kerinci memiliki potensi bahaya letusan, maka Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi menerbitkan Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Kerinci. Berdasarkan potensi ancamannya, KRB Kerinci dibagi menjadi tiga, secara bertingkat dari tinggi ke rendah, yaitu Kawasan Rawan Bencana III, II, dan I.

Kawasan Rawan Bencana III

KRB III merupakan kawasan yang selalu terancam aliran awan panas, lava, gas racun, dan hujan abu lebat yang disertai lontaran batu pijar dengan diameter 64 mm dalam radius 3 km dari pusat letusan jika terjadi letusan. KRB III Kerinci terkonsentrasi di kawasan puncak yang tidak memiliki pemukiman dan aktivitas manusia secara permanen.

Kawasan Rawan Bencana II

KRB II merupakan kawasan yang berpotensi terlanda aliran awan panas, lava, lahar hujan, dan hujan abu lebat yang disertai lontaran batu dengan diameter 20 mm dalam

radius 6 km dari pusat letusan. KRB II Kerinci cenderung memperlihatkan sebagai zona perluasan KRB III ke arah utara, timur laut, timur, dan tenggara dalam jangkauan terjauh sekitar 7 km dari pusat erupsi di bagian puncak. Tidak ada pemukiman dan aktivitas manusia secara permanen di dalam KRB II Kerinci.

Kawasan Rawan Bencana I

KRB I merupakan kawasan yang berpotensi terlanda lahar, dan hujan abu lebat serta lontaran batu dengan diameter 10 mm dalam radius 8 km dari pusat letusan. KRB I yang berasal dari potensi ancaman lahar berada di sepanjang alur sungai yang berhulu di kawasan puncak dan mengalir ke lereng bawah bagian barat laut, utara, timur, tenggara, dan selatan. Zona potensi ancaman lahar terhadap populasi manusia berada di lereng bagian selatan – tenggara dalam wilayah administrasi Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci. Terdapat enam desa yang diperkirakan terancam bahaya aliran lahar, yaitu Desa Batang Sangir, Kersik Tuo, Sungai Sampun, Batuhampar, Bedeng Delapan, dan Sungai Kering. Jumlah penduduk di desa tersebut (lihat tabel) adalah 8.562 jiwa (Kecamatan Kayu Aro Dalam Angka 2018 dan 2019).

No Kabupaten Kecamatan Desa Jumlah Penduduk KRB

1 Kerinci Kayu Aro Batang Sangir 2497 I

2 Kerinci Kayu Aro Kersik Tuo 2700 I

3 Kerinci Kayu Aro Sungai Sampun 367 I

4 Kerinci Kayu Aro Batuhampar 1173 I

5 Kerinci Kayu Aro Bedeng Delapan 1279 I

6 Kerinci Kayu Aro Sungai Kering 546 I

(71)

Kerinci 61 Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Kerinci, Sumatera Barat - Jambi

(72)
(73)

Kaba 63

Kaba

10

(74)

Gunungapi Kaba merupakan gunungapi aktif yang berada di Bengkulu. Secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Curup, Kabupaten Rejang Lebong, Propinsi Bengkulu, sedangkan secara geografi puncaknya terletak pada 102º 37’ BT dan 3º31’ LU dengan ketinggian 1952 m dpl.

Di G. Kaba sedikitnya terdapat 8 titik erupsi yang dapat ditelusuri dari bentuk kawah, sisa-sisa dinding kawah/

Informasi Umum

kaldera dan kerucut vulkanik. Kawah-kawah dipuncak tersebut adalah Kaba Lama, Kaba Baru, Sumur letusan 1940 Kawah Baru, Vogelsang I, lubang letusan 1951 (Vogelsang II). Pusat erupsinya sering berpindah-pindah, jejak perpindahan titik-titk erupsi tersebut memebentuk kelurusan baratdaya – timurlaut. Karakter letusannya bersifat magmatik eksplosif, menghasilkan hujan abu serta disertai awan panas dan leleran lava.

(75)

Kaba 65

Sejarah dan Karakteristik Letusan

Sejarah letusan G. Kaba pertama kali tercatat pada tahun 1883. Letusan freatomagmatik pada tahun 1883 ini menghilangkan salah satu danau kawah sehingga menimbulkan banjir dan menyebabkan korban jiwa sebanyak 126 orang. Tahun 1845 terjadi letusan serupa dan memakan korban jiwa sebanyak. Sejak saat itu, 19 kali letusan telah terjadi tetapi tidak menimbulkan korban jiwa. Letusan terakhir terjadi tahun 1952. Adapun Interval letusan paling cepat satu tahun dan paling lama 20 tahun. Karakter erupsi G. Kaba adalah letusan magmatik yang bersifat eksplosif, menghasilkan hujan abu serta disertai awan panas dan leleran lava. Lama waktu letusan cukup panjang, bahkan pernah terus menerus selama setahun. Pusat erupsi sering berpindah. Letusan freatik dan freatomagmatik sering terjadi, terlebih dengan keadaan kawah yang mudah menampung air hujan membentuk danau kawah.

Sejarah erupsi G. Kaba.

(76)

Pemantauan aktivitas vulkanik G. Kaba dilakukan dari Pos Pengamatan G. Kaba yang terletak di Desa Sumber Urip, Kecamatan Selupu Rejang, Kab. Rejang Lebong. Pemantauan aktivitas vulkanik terus-menerus dilakukan baik secara visual dari Pos PGA Kaba maupun secara

Sistem Pemantauan Gunungapi

kegempaan dengan memasang 2 stasiun seismik di bagian puncak gunung. Hasil pemantauan kegempaan tersebut dilaporkan secara rutin setiap hari ke kantor Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di Bandung melalui aplikasi MAGMA berbasis internet.

Gambar

Tabel Desa terdampak (data Dukcapil 2018)
Tabel Desa terdampak (data Dukcapil 2018)
Tabel Demografi KRB G. Bur Ni Telong (Ducapil, 2018) Meskipun kegiatan G. Bur Ni Telong saat ini hanya fumarola  yang berasap tipis dan lemah, namun bukan berarti bahwa  gunung tersebut tidak berbahaya dan tidak akan meletus kembali
Tabel Demografi KRB G. Sinabung (BPS, 2018)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa limbah kakao basah dan kering serta takaran berbeda tidak nyata terhadap nilai C/N kompos.Walaupun tidak berpengaruh nyata,

menguraikan tes DNA, kemudian empat orang saksi dalam pembuktian jarimah zina, serta menganalisis Pasal 44 Qanun Nomor 6 Tahun 2014 tentang Hukum Jinayat yang

ceramah, diskusi, latihan Ketepatan memilih peralatan pemotretan yang digunakan untuk menghasilkan gambar yang

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara pendidikan, pengetahuan, sikap, ketersediaan sarana, pedoman/SOP hand hygiene, lama bekerja, supervisi kepala ruangan

[r]

Dikarenakan mengalami peningkatan, maka akun piutang usaha akan didebit dan akun pendapatan jasa dikredit karena merupakan pendapatan yang masih harus diterima.. Maka ayat jurnal

Petugas Gizi -Menentukan sasaran -Membuat perencanaan -Pengadaan Bahan PMT -Koordinasi &amp; komunikasi dengan Linprog – linsek -Pelaksanaa Kegiatan -Monev Pemberian PMT dan

Dalam festival yang diselenggarakan oleh SMAN 3 Purworejo itu group Nasyid Saka Kustik SMK Kesehatan Purworejo menjadi juara dalam kategori nasyid musik.. Kepala SMK Kesehatan