• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh: Novianti Indrastuti

Sejarah dan Karakteristik Letusan

Marapi merupakan salah satu gunungapi paling aktif di Sumatera Barat, Indonesia. Secara administratif G. Marapi berada di wilayah Kabupaten Tanah Datar dan Agam, Provinsi Sumatera Barat, dan secara geografis puncak G. Marapi berada pada posisi 0° 22’ 47,72” LS dan 100° 28’ 6,71” BT dengan ketinggian puncak 2891 m dpl. G. Marapi telah meletus lebih dari 50 kali sejak akhir abad ke-18. Cara mencapai ke arah puncak ada tiga, yakni dari arah tenggara, baratlaut, dan selatan. Masing-masing untuk pendakian tersebut dimulai dari Pariaman, Sungai Puar, dan Kota Baru.

Informasi Umum

Selain wisata gunungapi, salah satu kota wisata terdekat dengan G. Marapi adalah Bukittinggi yang terletak di bagian timurlaut. Beberapa objek wisata di Bukittinggi antara lain Ngarai Sianok, Jam Gadang, Gua Jepang, Istana Bung Hatta, Museum Perjuangan, dan Kebun Binatang. Semua lokasi objek wisata tersebut berada di dalam kota Bukittinggi dan jaraknya satu sama lain relatif berdekatan, sehingga sangat mudah pencapaiannya.

Marapi merupakan gunungapi tipe stratovolcano dengan daerah puncaknya dicirikan oleh kaldera yang mempunyai beberapa kawah aktif berarah baratdaya – timurlaut. Kawah

di puncak marapi G. Marapi berupa lapangan solfara dan fumarola, yaitu: Kepundan A, Kepundan B, Kepundan C, K. Bungo, K. Tuo, K.Bongsu dan Kawah Verbeek atau

Marapi 39 Kepundan Enga, semuanya merupakan pusat erupsi

dengan lebar lubang antara 175-600 m dan panjang 1.200 m.

Sejarah letusan/aktivitas vulkanik G. Marapi pada periode tahun 1807 – 1950, tercatat 28 kali periode letusan G. Marapi dengan selang waktu kejadian letusan umumnya 1 tahun dan paling lama 27 tahun. Letusan G. Marapi pada 1807 dan 1822 berupa asap hitam-kelabu disertai bara sinar api dan leleran lava. Pada periode 1833 – 1950, secara umum letusannya berupa abu kelabu disertai bara api, terkadang lontaran material pijar dari puncak serta suara gemuruh. Pada 24 April 1871, 16 – 18 Juni 1917 dan 16 September 1917 terjadi hujan abu di Bukitting, tahun 1927 terjadi hujan abu sampai di Padang Panjang. Untuk pada periode 1973-2018, pusat aktivitas letusan berada di Kawah Verbeek, manifestasinya berupa tembusan solfatara/ fumarola. Kadang-kadang terjadi letusan bersifat eksplosif berupa letusan abu, lontaran material pijar dan pasir yang jatuh disekitar puncak/kawah, sebaran abu letusan tergantung arah angin. Aktivitas terkini G. Marapi terjadi

tanggal 2 Mei 2018, G. Marapi mengalami erupsi, kolom letusan berwarna kelabu tebal dengan tinggi mencapai 4000 m di atas puncak.

Karakter letusan G. Marapi berupa letusan secara eksplosif maupun efusif dengan masa istirahat rata-rata 4 tahun. Kegiatannya tidak selalu terjadi pada kawah yang sama, tetapi bergerak membentuk garis lurus dengan arah timur – baratdaya antara Kawah Tuo hingga Kawah Bongsu. Sejak awal tahun 1987 sampai sekarang letusannya bersifat eksplosif dan sumber letusan hanya berpusat di Kawah Verbeek. Letusan disertai suara gemuruh, abu, pasir, lapili dan kadang-kadang juga diikuti oleh lontaran material pijar dan bom vulkanik (Rasyid, 1990).

Prekursor erupsi G. Marapi saat ini pada umumnya apabila terjadi peningkatan kegempaan Tornilo di Stasiun Batupalano (ketinggian 1503 m) yang diikuti meningkatnya data tiltmeter dan RSAM kegempaan, dan mulai terekam swarm Gempa Low Frekuensi dan Gempa Tornilo secara menerus di Stasiun Puncak (ketinggian 2740 m).

Potensi bahaya letusan G. Marapi berdasarkan Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Marapi, dibagi ke dalam tiga tingkatan:

a. Kawasan Rawan Bencana-III (KRB-III), adalah kawasan sumber erupsi, daerah puncak dan sekitarnya yang sangat berpotensi terlanda oleh berbagai macam hasil erupsi dalam bentuk aliran piroklastika, aliran lava, gas vulkanik beracun, jatuhan piroklastik dan lontaran fragmen batuan (pijar). Kawasan ini berada pada radius sekitar 3 km dari pusat erupsi.

b. Kawasan Rawan Bencana-II (KRB-II), adalah kawasan yang berpotensi terlanda awan panas, aliran lava, lahar, lontaran batu (pijar) dan hujan abu lebat. Kawasan ini mencakup daerah dengan radius sekitar 5 km dari pusat erupsi.

c. Kawasan Rawan Bencana-I (KRB-I), adalah kawasan yang berpotensi terlanda lahar/banjir dan kemungkinan dapat terkena perluasan lahar/awan panas serta jatuhan piroklastik. Kawasan ini terletak di sepanjang daerah aliran sungai/di dekat lembah sungai atau di bagian

KRB dan Potensi Ancaman Jiwa

Grafik Interval Letusan G. Marapi

Marapi 41 hilir sungai yang berhulu di daerah puncak, sedangkan

kawasan yang berpotensi terlanda oleh jatuhan abu dan fragmen batuan < 2 cm dalam radius 7 km dari pusat erupsi.

Berdasarkan data sebaran penduduk di Kawasan Rawan Bencana (KRB) G. Marapi tahun 2018, terdapat sekitar 7 Kecamatan, 14 Nagari dan 20 Jurong dengan total jumlah

penduduk 43489 jiwa (lihat tabel) yang masuk ke dalam wilayah KRB I, II, dan III G. Marapi.

Potensi bahaya G. Marapi saat ini yaitu berupa erupsi abu disertai lontaran material/pasir yang melanda wilayah dengan radius 3 km dari pusat erupsi Kawah Verbeek, yaitu daerah yang termasuk di dalam KRB III.

No Kabupaten Kecamatan Nagari Jorong KRB PendudukJumlah

1 Agam Sungai Puar Sariak Pasa Kubang Tabek I 495

2 Agam Sungai Puar Sariak Suntiang I 236

3 Agam Sungai Puar Sariak Baruah Mudiak I 288

4 Agam Sungai Puar Sariak Dadok I 163

5 Agam Sungai Puar Sariak Lukok I 274

6 Agam Sungai Puar Sariak Sariah Ateh I 30

7 Agam Sungai Puar Batu Balano Simpang III I 1165

8 Agam Sungai Puar Batu Balano Simpang IV I 695

9 Agam Sungai Puar Batu Balano Padang Tarok I 503

10 Agam Sungai Puar Batu Balano Aceh Baru I 404

11 Agam Sungai Puar Sungai Puar Limo Kampuang I 2371

12 Agam Sungai Puar Sungai Puar Kapalo Koto I 2962

13 Agam Sungai Puar Sungai Puar Tangah Koto I 1342

14 Agam Canduang Bukik Batabuah Gobah I 2488

15 Agam Canduang Bukik Batabuah Batang Selasih I 3546

16 Agam Canduang Lasi Pasanehan I 300

17 Agam Canduang Lasi Lasi Mudo I 954

18 Agam Canduang Lasi Lasi Tuo I 394

19 Tanah Datar Sepuluh Koto Koto Baru - I 2483

20 Tanah Datar Sepuluh Koto Aie Angek - I 3009

21 Tanah Datar Sepuluh Koto Koto Laweh Batu Panjang I 532

22 Tanah Datar Sepuluh Koto Koto Laweh Kepala Koto I 527

23 Tanah Datar Sepuluh Koto Koto Laweh Kandang Diguguk I 612

24 Tanah Datar Sepuluh Koto Panyalaian Kubu Diateh I 1095

25 Tanah Datar Sepuluh Koto Panyalaian Koto Subarang I 1277

26 Tanah Datar Sepuluh Koto Paninjauan Balai Satu I 1061

27 Tanah Datar Sepuluh Koto Paninjauan Hilie Balai I 2715

Marapi 43

No Kabupaten Kecamatan Nagari Jorong KRB PendudukJumlah

28 Tanah Datar Pariaman Sungai Jambu Sungai Jambu I 1650

29 Tanah Datar Pariaman Sungai Jambu Bulan Sariak Jambak Ulu I 745

30 Tanah Datar Pariaman Sungai Jambu Batur I 570

31 Tanah Datar Pariaman Sungai Jambu Labuatan I 635

32 Tanah Datar Pariaman Pariaman Pariangan I 1922

33 Tanah Datar Pariaman Pariaman Padang Panjang I 1651

34 Tanah Datar Pariaman Pariaman Guguk I 868

35 Tanah Datar Batipuh Andaleh Jirek I 363

36 Tanah Datar Batipuh Andaleh Koto Ganting I 635

37 Tanah Datar Batipuh Andaleh Subarang I 585

38 Tanah Datar Batipuh Sabu Kampung XI I 627

39 Tanah Datar Batipuh Sabu Subarang I 743

40 Tanah Datar Batipuh Sabu Pakan Akad I 574

Strategi Mitigasi

Pemantauan aktivitas vulkanik G. Marapi dilakukan dari Pos Pengamatan Gunungapi Marapi, yang berlokasi di Jl. Prof. Hazairin No 168, Bukittinggi, Sumatera Barat, yang berjarak sekitar 13 km dari kawah/puncak G. Marapi arah barat laut. Metode pemantauannya adalah metoda visual dan instrumental.

Pengamatan visual dipantau secara menerus dari Pos Pengamatan G. Marapi yang meliputi pengamatan tinggi, warna, tekanan asap abu letusan dan arah penyebarannya.

Hembusan asap kawah G. Marapi berwarna putih sedang hingga tebal, dengan ketinggian 50 – 150 m. Pos Pengamatan G. Marapi berlokasi di Batang Agam, Jl. Prof. Hazairin 168, Bukittinggi dengan koordinat 00°18’46,64” LS, 100°22’08,53” BT, tinggi: 924 mdpl.

Aktivitas vulkanik G. Marapi dipantau menerus dengan menggunakan 9 stasiun seismik. Empat stasiun seismik milik PVMBG, yaitu Stasiun BTPL, Stasiun PACT, Stasiun LASI, dan Stasiun SABU, sedangkan 5 stasiun merupakan

stasiun dari kerja sama antara EOS (Earth Observatory of Singapore) dan PVMBG yaitu Stasiun PCAK, Stasiun KUBU, Stasiun GGSL, Stasiun PAUH, dan Stasiun TNGK. Pemantauan ke arah puncak gunung dilakukan secara

visual dengan menggunakan CCTV yang terpasang di puncak G. Marapi sejak tanggal 27 September 2019. Peta sistem pemantauan G. Marapi dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Tandikat 45

Tandikat7