• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh: Ahmad Basuki

Legenda Sangkuriang dan sejarah cekungan Bandung sangat melekat dengan salah satu gunungapi yang berada di bumi parahiyangan ini. Berada sekitar 20 km di utara Kota Bandung, Gunung Tangkubanparahu terlihat seperti perahu terbalik dengan ketinggian puncak mencapai 2084 m di atas permukaan laut, atau 1300 m di atas dataran tinggi Bandung. Tubuh Gunung Tangkubanparahu sendiri berada dalam wilayah Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Subang, dan Kabupaten Purwakarta Provinsi Jawa Barat. Gunungapi Tangkubanparahu muncul di tengah Kaldera Sunda pada 90.000 tahun yang lalu. Dari aktivitas vulkaniknya sejak dulu ini akhirnya muncullah kawah-kawah aktif yang membentang dalam arah barat-timur.

Informasi Umum

Keindahan bentuk kawah dengan aktivitas vulkaniknya menjadi daya tarik wisata bagi masyarakat di Jawa Barat. Pengunjung dapat menikmati panorama alam berupa bentangan Kawah Ratu, Kawah Upas, Kawah Baru, beserta sisa dinding kawah Pangguyangan Badak dari bibir Kawah Ratu sebelah timur. Masyarakat juga dapat menikmati aktivitas vulkanik berupa semburan mata air panas, dan bualan fumarola dari Kawah Domas. Selain kawah-kawah tersebut, Gunung Tangkubanparahu memiliki beberapa kawah lainnya seperti Kawah Badak, Kawah Jarian, Kawah Jurig, dan Kawah Orok. Semua lokasi kawah tersebut berada dalam Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Tangkubanparahu.

Tangkubanparahu 97

Sejarah dan Karakteristik Letusan

Sejarah Gunung Tangkubanparahu tidak bisa dilepaskan dari sejarah Gunungapi Sunda yang aktif sekitar 210 ribu tahun yang lalu. Gunung Tangkubanparahu pada saat ini dianggap fase termuda yang merupakan kelanjutan dari sistem vulkanik Gunungapi Sunda - Tangkubanparahu. Sejak kemunculannya 90.000 tahun yang lalu, Gunung Tangkubanparahu mengalami beberapa kali erupsi, baik berupa erupsi efusif maupun eksplosif. Hal ini terlihat dari adanya perselingan antara endapan tepra dengan aliran lava. Hasil radiocarbon dating dari lapisan tephra yang ada di Gunung Tangkubanparahu menunjukkan pernah terjadi erupsi pada 8020 dan 7500 tahun sebelum Masehi. Namun catatan sejarah pada masa kini baru mencatat terjadinya erupsi pada 11 Oktober 1826 dengan indeks kekuatan letusan (VEI) 2.

Seiring berjalannya waktu, Gunung Tangkubanparahu tumbuh dan mengalami erupsi beberapa kali dalam interval waktu 2 - 50 tahun sekali. Erupsi yang terjadi umumnya berupa erupsi freatik atau berupa erupsi abu dan batu dari Kawah Ratu dengan indeks kekuatan letusan berkisar antara VEI=1 hingga VEI=2 atau setara dengan erupsi dengan ketinggian kolom abu sekitar 0,1 km hingga 5 km. Erupsi magmatik diperkirakan pernah terjadi pada tahun 1910. Erupsi dari kawah lainnya, misalnya kawah Domas pernah terjadi pula pada tanggal 1 April 1829, sedangkan dari Kawah Baru terjadi pada Januari 1957. Kejadian erupsi di Gunung Tangkuban dalam catatan sejarahnya tidak pernah menimbulkan korban jiwa.

Pada tahun 2019, Gunung Tangkubanparahu kembali mengalami erupsi berupa letusan abu menerus yang berlangsung hingga berbulan-bulan. Perioda erupsi ini diawali dengan terjadinya erupsi freatik dari Kawah Ratu pada tanggal 26 Juli 2019. Kolom abu mencapai ketinggian hingga 200 m di atas puncak dan menyebabkan hujan abu lebat dalam radius 500 m dari pusat erupsi. Selanjutnya pada tanggal 2 Agustus hingga 17 September 2019 kolom abu keluar terus-menerus dengan tinggi mencapai 10 - 180 m di atas dasar kawah. Erupsi ini tidak menimbulkan korban jiwa namun menimbulkan hujan abu lebat di sekitar Kawah Ratu. Kawasan TWA Gunung Tangkubanparahu pun di tutup selama lebih dari 2 bulan.

Pemantauan aktivitas vulkanik Gunungapi Tangkubanparahu dilakukan dari Pos Pengamatan Gunungapi (POS PGA) yang berada di di Desa Cikole, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Lokasi ini berada sekitar 300 m dari pintu masuk kawasan Taman Wisata Alam Gunung Tangkubanparahu. Selain sebagai tempat bekerja bagi petugas pengamat gunungapi, Pos PGA juga merupakan tempat pengumpulan dan pengolahan data aktivitas vulkanik Gunung Tangkubanparahu.

Data visual dan instrumental diperoleh dari peralatan pemantau yang terpasang, baik di bibir kawah maupun tubuh Gunung Tangkubanparahu. Hingga saat ini terpasang 1 CCTV yang berada di bibir Kawah Ratu untuk merekam

Sistem Pemantauan Gunung Api

Tahun Lokasi Erupsi VEI

11 Okt 1826 2

1 Apr 1829 Kawah Ratu dan Kawah Domas 2

27 Mei 1846 Kawah Ratu 2

22 Mei 1896 Kawah Baru 2

7 Apr 1910 Kawah Ratu 2

1 Mar 1926 Kawah Ecoma 1

20 Mei 1929 Kawah Ecoma 0

4 Juli 1952 Kawah Ecoma 1

16 Jan 1957 Kawah Baru 1

16 Jul 1967 Kawah Ecoma 1

20 Jul 1969 Kawah Ecoma 1

14 Sep 1983 Kawah Ratu 1

1992 Kawah Ratu 1

4 Mar 2013 Kawah Ratu 1

5 Okt 2013 Kawah Ratu 1

26 Juli 2019 Kawah Ratu 1

Sejarah erupsi Gunung Tangkubanparahu

Interval letusan Gunung Tangkubanparahu

Tangkubanparahu 99 secara visual aktivitas kawah Ratu serta hembusannya. Empat stasiun kegempaan telah terpasang dengan sebaran 2 stasiun berada di puncak (Stasiun RTU dan TOW) dan 2 stasiun berada di kaki gunung sebelah timur dan timur laut (stasiun POS dan CTR). Untuk mengukur perubahan yang terjadi pada tubuh gunungapi maka dilakukan pengukuran jarak miring antar titik di Kawah Ratu dengan metoda EDM (elektro distance measurement).

Untuk menambah keakuratan metoda deformasi, dipasang pula peralatan GPS kontinyu di Bibir Kawah Ratu sebelah timur (stasiun SUCI) dan sebelah selatan (Stasiun ITBR). Sementara itu pemantauan visual secara langsung serta pengukuran suhu bualan fumarola dan solfatara di Kawah Domas dilakuan secara periodik oleh petugas pengamat Gunungapi Tangkubanparahu.

Kawasan Rawan Bencana dan Potensi Ancaman Jiwa

Sebagai salah satu gunungapi yang masih aktif, Gunung Tangkubanparahu masih berpotensi untuk mengalami erupsi kembali. Berdasarkan sejarah letusannya, ancaman yang timbul pada saat ini adalah berupa hujan abu lebat/ lumpur panas di sekitar kawah, lontaran batu (pijar) dan aliran lahar. Oleh karena itu dibuatlah peta kawasan rawan bencana yang memuat wilayah-wilayah di sekitar Gunung Tangkubanparahu yang diduga akan terlanda oleh produk letusan dari Gunung Tangkubanparahu. Wilayah tersebut terbagi dalam Kawasan Rawan Bencana (KRB) III, KRB II, dan KRB I yang meliputi 6 wilayah kabupaten dan kota, yaitu Kabupaten Subang, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Bandung, Kota

Bandung, dan Kota Cimahi. Secara keseluruhan terdapat sekitar 17 kecamatan dan 52 desa yang masuk dalam wilayah KRB Gunung Tangkubanparahu.

Kawasan Rawan Bencana III sebagai wilayah yang terdekat dengan Kawah Ratu berada dalam wilayah 3 kecamatan yaitu Kecamatan Ciater (Desa Ciater), Kecamatan Sagala Herang(Desa Sagala Herang Kaler) dan Kecamatan Lembang (Desa Sukajaya, Desa Cikahuripan, dan Desa Jayagiri). Kawasan ini berada dalam radius 1 km dari Kawah Ratu. Meskipun tidak berpenghuni, namun aktivitas masyarakat di kawasan ini sangat tinggi terutama pengunjung wisata dan pedagang. Seperti diketahui Peta lokasi stasiun seismik (segitiga biru), GPS (segitiga

jumlah pengunjung Gunung Tangkubanparahu pada tahun 2014 mencapai 1.884.844 pengunjung. Jika terjadi erupsi, kawasan ini akan selalu terancam oleh hujan abu lebat, lumpur panas dan lontaran material pijar.

Selanjutnya jika erupsi Gunung Tangkubanparahu semakin menguat maka potensi bencana akan semakin meluas. Wilayah dalam radius 5 km dari Kawah Ratu atau berada dalam KRB II akan berpotensi terlanda hujan abu lebat atau lontaran material pijar. Terdapat sekitar 7 kecamatan yang terdiri atas 17 desa yang wilayahnya berada dalam kawasan

ini. Dengan demikian terdapat sekitar 161.863 jiwa yang berpotensi terdampak di dalam kawasan ini.

Kawasan Rawan Bencana I merupakan wilayah-wilayah yang memiliki aliran sungai yang diperkirakan akan terlanda oleh aliran lahar dari erupsi Gunung Tangkubanparahu. Terdapat sekitar 17 kecamatan dengan 51 desa yang wilayahnya berada dalam kawasan rawan bencana ini atau sekitar 596.774 jiwa berpotensi terancam oleh aliran lahar ini.

Tangkubanparahu 101

No Kabupaten Kecamatan Desa PendudukJumlah KRB

I II III

1 Subang Ciater Ciater 5621

2 Subang Ciater Nagrak 2228

3 Subang Ciater Cibeusi 2864

4 Subang Ciater Cibitung 2984

5 Subang Ciater Sanca 4727

6 Subang Ciater Palasari 6708

7 Subang Jalan Cagak Sarireja 3767

8 Subang Kasomalang Sindangsari 7662

9 Subang Kasomalang Cimanglid 3569

10 Subang Kasomalang Pasanggrahan 5554

11 Subang Kasomalang Bojongloa 4081

12 Subang Kasomalang Kasomalang Kulon 7415

13 Subang Cisalak Darmaga 3753

14 Subang Sagala Herang Sagalaherang kaler 6009

15 Subang Sagala Herang Sukamandi 2816

16 Subang Sagala Herang Dayeuhkolot 4960

17 Subang Sagala Herang Leles 3527

18 Subang Sagala Herang Curug agung 3867

19 Subang Serang Panjang Cinta mekar 2546

20 Subang Serang Panjang Cijengkol 5381

21 Subang Serang Panjang Cikujang 4282

22 Subang Serang Panjang Cipancar 5438

23 Purwakarta Wanayasa Babakan 3853

24 Purwakarta Bojong Cihanjawar 2274

25 Purwakarta Bojong Pasangrahan 2388

26 Bandung Barat Parongpong Karyawangi 11257

27 Bandung Barat Parongpong Cihanjuang Rahayu 14244

No Kabupaten Kecamatan Desa PendudukJumlah KRB

I II III

28 Bandung Barat Parongpong Cihanjuang 21107

29 Bandung Barat Parongpong Cihideung 17846

30 Bandung Barat Parongpong Cigugur Girang 19585

31 Bandung Barat Parongpong Ciwaruga 21923

32 Bandung Barat Cisarua Kertawangi 13217

33 Bandung Barat Cisarua Pada Asih 7236

34 Bandung Barat Lembang Sukajaya 12831

35 Bandung Barat Lembang Cikahuripan 13214

36 Bandung Barat Lembang Jayagiri 21151

37 Bandung Barat Lembang Cikole 14598

38 Bandung Barat Lembang Cibogo 12878

39 Bandung Barat Lembang Gudang Cikahuripan 15250

40 Bandung Barat Lembang Langensari 14488

41 Bandung Barat Lembang Wangunharja 9444

42 Bandung Barat Lembang Cibodas 12535

43 Bandung Barat Lembang Mekarwangi 5644

44 Bandung Cimenyan Ciburial 12009

45 Kota Bandung Sukasari Isola 13770

46 Kota Bandung Sukasari Geger Kalong 27722

47 Kota Bandung Sukasari Sarijadi 25285

48 Kota Bandung Cidadap Ciumbuleuit 20789

49 Kota Bandung Coblong Dago 29998

50 Kota Cimahi Cimahi Utara Citeureup 40369

51 Kota Cimahi Cimahi Utara Cibabat 57503

Papandayan 103

Papandayan16