Pada dasarnya kawasan rawan bencana gunungapi dibagi menjadi kawasan rawan bencana terhadap aliran massa dan kawasan rawan bencana terhadap material lontaran. Berdasarkan Peta KRB Gunung Api, kawasan rawan bencana gunung api Gunung Gede di bagi menjadi KRB III, KRB II, dan KRB I.
Kawasan Rawan Bencana III adalah kawasan yang berpotensi tinggi terlanda lahar letusan, aliran lahar (hujan), awan panas, gas racun, lontaran batu dengan ukuran maksimum lebih besar dari 64 mm, dan hujan abu lebat. KRB III terhadap aliran massa digambarkan dengan kawasan berwarna merah tua, dan KRB III terhadap bahaya lontaran digambarkan dengan daerah yang diarsir dengan warna merah dalam lingkaran berdiameter 1,5 km dari sumber erupsi.
Kawasan Rawan Bencana II adalah kawasan yang berpotensi sedang terlanda lahar letusan, awan panas, aliran lava, aliran lahar (hujan), lontaran batu dengan ukuran maksimum 64 mm, dan hujan abu lebat. KRB II terhadap aliran massa digambarkan dengan kawasan berwarna merah muda, dan KRB II terhadap bahaya lontaran digambarkan dengan kawasan yang diarsir dengan warna merah muda diantara lingkaran dengan radius 1,5 km dan radius 5 km.
Kawasan Rawan Bencana I adalah kawasan yang berpotensi terlanda aliran lahar, lontaran batu dengan ukuran maksimum 10 mm dan hujan abu lebat. KRB I terhadap aliran massa digambarkan dengan kawasan berwarna kuning, dan KRB I terhadap bahaya lontaran digambarkan dengan kawasan yang diarsir dengan warna kuning diantara lingkaran dengan radius 5 km dan radius 10 km.
Tidak ada satupun desa yang permukimannya berada di dalam KRB III terhadap aliran massa maupun lontaran batu, namun banyak desa-desa dengan permukimannya berada dalam KRB II dan KRB I baik terhadap aliran massa maupun lontaran batu. Tabel pada halaman-halaman berikut ini adalah daftar desa yang mempunyai permukiman berada dalam kawasan rawan bencana.
Untuk letusan yang sifatnya kecil maka kawasan yang paling berpotensi terlanda produk letusan adalah Kawasan Rawan Bencana III terhadap aliran massa dan kawasan dengan radius 1,5 km dari pusat letusan (kecuali hujan abu bisa turun dimana-mana), oleh karena itu saat terjadi letusan, meskipun sifatnya letusan kecil kawasan tersebut tidak boleh ada aktivitas manusia. Tidak perlu dilakukan evakuasi penduduk karena seluruh permukiman berada di luar KRB III.
Apabila letusan makin membesar dan mengarah ke skenario letusan terburuk, maka produk letusan yang berupa aliran massa seperti awan panas, lahar letusan, aliran lava dan aliran lahar (hujan) berpotensi melanda KRB II bahkan ke KRB I. Karena itu penduduk yang berdiam di permukiman yang masuk dalam KRB harus dievakuasi dengan memprioritaskan penduduk yang berdiam di permukiman-permukiman yang berada dalam KRB aliran massa.
Dalam skenario terburuk tidak semua penduduk sebagaimana tercantum pada tabel harus dievakuasi. Hal ini dikarenakan karena tidak semua dusun/kampung/ permukiman dalam satu desa berada dalam KRB. Namun demikian sebagian besar penduduk Desa Cimacan dan sebagian kecil penduduk Desa Palasari, Ciloto, dan
Sindanglaya yang semuanya termasuk ke dalam Kecamatan Cipanas diprioritaskan harus segera dievakuasi karena ketiga desa tersebut berada dalam KRB II aliran massa dan KRB II bahaya lontaran. Selain itu satu desa di Kecamatan Pacet yaitu Desa Sukatani separuh penduduknya harus dievakuasi karena berada dalam KRB II bahaya lontaran.
Sementara itu desa-desa lain dalam daftar harus dilakukan pemetaan secara detail permukiman-permukiman mana saja yang harus dievakuasi, oleh sebab itu data spasial sampai setingkat kampung/dusun harus terus-menerus diperbaharui.
No Kabupaten Kecamatan Desa AliranKRB II KRB I PendudukJumlah
Massa LontaranBatu MassaAliran LontaranBatu
1 Cianjur Cipanas Sindanglaya x √1 √1 √4 17.263
2 Cianjur Cipanas Cimacan √3 √1 √1 √4 19.561
3 Cianjur Cipanas Palasari √1 x x √4 11.870
4 Cianjur Cipanas Ciloto √1 x x √4 9.462
5 Cianjur Pacet Sukatani x √2 x √4 12.809
6 Cianjur Pacet Cipendawa x x √1 √4 20.057
7 Cianjur Pacet Ciherang x x √1 √4 16.954
8 Cianjur Pacet Ciputri x x √1 √4 11.173
9 Cianjur Cugenang Galudra x x x √4 4.348
10 Cianjur Cugenang Sukamulya x x x √4 5.710
11 Cianjur Cugenang Nyalindung x x x √4 5.008
12 Cianjur Cugenang Mangunkerta x x x √2 6.817
13 Cianjur Cugenang Sarampad x x √1 √2 7.270
14 Cianjur Cugenang Padaluyu x x x √2 7.950
15 Cianjur Cugenang Talaga x x x √2 5.917
16 Cianjur Cugenang Cibeureum x x √1 √4 8.946
17 Cianjur Cugenang Cirumput x x x √2 6.691
18 Cianjur Warungkondang Bunikasih x x √1 √2 5.890
19 Cianjur Warungkondang Tegalega x x √1 √2 4.953
20 Cianjur Warungkondang Mekarwangi x x x √1 5.517
Gede 89 Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung Api Gede.
No Kabupaten Kecamatan Desa AliranKRB II KRB I PendudukJumlah Massa LontaranBatu MassaAliran LontaranBatu
21 Cianjur Gekbrong Kebonpeuteuy x x √1 √2 6.759
22 Cianjur Gekbrong Gekbrong x x x √2 8.213
23 Sukabumi Sukalarang Titisan x x √1 √1 10.706
24 Sukabumi Sukalarang Sukalarang x x x √2 9.468
25 Sukabumi Sukalarang Sukamaju x x x √2 6.122
26 Sukabumi Sukaraja Margaluyu x x x √2 6.732
27 Sukabumi Sukaraja Selawi x x x √1 7.746
28 Sukabumi Sukaraja Langensari x x √1 √1 9.746
29 Sukabumi Sukaraja Cisarua x x x √3 7.267
30 Sukabumi Sundajaya Girang Sundajaya Girang x x x √1 8.316
31 Sukabumi Perbawati Perbawati x x √1 √1 7.222
32 Sukabumi Kadudampit Undrusbinangun x x x √1 4.851
33 Sukabumi Kadudampit Cipetir x x x √1 5.556
34 Sukabumi Kadudampit Sukamaju x x x √1 7.858
35 Sukabumi Kadudampit Gedepangrango x x x √3 6.733
36 Sukabumi Kadudampit Sukamanis x x x √1 6.055
37 Bogor Cisarua Tugu Selatan x x x √2 18.447
38 Bogor Cisarua Cibeureum x x x √1 14.608
Catatan:
x Tidak ada permukiman dalam KRB
√1 Desa dengan jumlah permukiman sebagian kecil dalam KRB √2 Desa dengan jumlah permukiman separuhnya dalam KRB √3 Desa dengan jumlah permukiman sebagian besar dalam KRB √4 Desa dengan jumlah permukiman seluruhnya dalam KRB
Salak 91
Salak14
Sejarah dan Karakteristik Letusan
Kompleks Gunung Salak merupakan deretan pegunungan di dataran tinggi Bogor yang terdiri atas G. Salak, G. Perbakti, dan G. Ipis. Aktivitas vulkanisnya yang terjadi pada 1515 yang menghasilkan terbentuknya kubah lava yang membentuk G. Sumbul diarah baratlaut pada puncaknya. Aktivitas letusan berikutnya terjadi pada 5 Januari 1699 yang diyakini merupakan suatu letusan besar yang bersifat magmatik, akan tetapi catatan detail mengenai letusan ini tidak ada. Aktivitas vulkaniknya pada periode 1780 hingga 1919 diyakini merupakan suatu letusan freatik yang terpusat di Kawah Ratu. Letusan pada 1935 dan 1938 tercatat merupakan suatu letusan yang bersifat freatik yang berpusat di Kawah Cikuluwung Putri.
Gunung Salak merupakan salah satu gunung api yang terdapat di Jawa Barat yang secara administratif masuk ke dalam wilayah Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor. PVMBG memasukkan Gunung Salak ke dalam Gunung Api Tipe A yang berarti bahwa rekam jejak aktivitas vulkaniknya pernah meletus sekurang-kurangnya satu kali dalam kurun waktu antara tahun 1600 hingga sekarang. Gunung Api Salak merupakan gunung api berbentuk stratovolcano dengan tipe kerucut berupa cinder cone dimana kompleks kerucut gunung api nya terletak pada kaki gunungnya. Secara geografis berada pada 6,72º LS dan 106,73º BT dengan puncak tertinggi berada pada 2211 mdpl. Pada puncaknya terdapat Kawah Ratu, Kawah Cikuluwung Putri dan Kawah Hirup yang merupakan daerah solfatara.
Informasi Umum
Interval erupsi G. Salak berdasarkan catatan sejarah.
Salak 93 Berdasarkan bentuk ancaman, sejarah dan sebaran produk
letusan, maka Kawasan Rawan Bencana G. Salak dibagi menjadi sebagai berikut:
1. Kawasan Rawan Bencana I
Kawasan Rawan Bencana I pada peta digambarkan dengan warna kuning, untuk arsiran lingkaran menunjukkan potensi bahaya lontaran batu pijar berukuran kecil dan jatuhan material piroklastik berukuran halus (hujan abu) dengan radius ± 5 km dari pusat erupsi. Sedangkan untuk ancaman aliran akan berupa landaan lahar hujan. Aliran lahar ini akan melalui sungai-sungai yang berhulu di lereng-lereng puncak Gunung Salak. Pemukiman penduduk yang berpotensi terlanda aliran lahar merupakan pemukiman penduduk yang dilalui oleh aliran sungai-sungai tersebut.
Nama Sungai Desa Terdampak
Ciapus Tamansari (12929 jiwa), Pasireurih (12483 jiwa), Sukaresmi (11197 jiwa), Ciapus (21411 jiwa)
Cihideung Gunung mulya (6366 jiwa), Situdaun (8707 jiwa), Neglasari (9353 jiwa) Cinangneng Tapos (8397 jiwa), Tapos II (7079
jiwa), Cibitung Tengah (10018 jiwa), Gunungbunder II (7775 jiwa), Gunungbunder I (7803 jiwa), Cibening (11743 jiwa)
KRB dan Potensi Ancaman Jiwa
2. Kawasan Rawan Bencana II
Kawasan ini berpotensi terlanda jatuhan piroklastik lebat, lontaran batu pijar dengan radius 3 km dari kawah pusat. Sementara untuk produk material aliran, berpotensi terlanda aliran piroklastik, aliran lava, base surge dan gas beracun. Pemukiman penduduk yang berpotensi terlanda di antaranya Desa Gunungsari (12919 jiwa), Desa Gunungbunder (7775 jiwa). Sebagai catatan perlu untuk memastikan bahwa tidak semua dusun dalam desa-desa tersebut akan berdampak secara langsung, melainkan dusun yang terdekat ke arah pusat kawah.
3. Kawasan Rawan Bencana III
Zona rawan material lontaran berada pada radius 1,5 km dari pusat erupsi berpotensi terlanda lontaran batu pijar lebat dan gas beracun. Potensi landaan aliran massa berupa aliran piroklastik, aliran lava. Pada Kawasan ini tidak terdapat pemukiman penduduk.
Sistem Pemantauan
Pos Pemantauan Gunung Salak terletak di Kampung Babakansari Desa Benda Kecamatan Benda, Kabupaten Sukabumi. Pengamatan seismik menggunakan 3 stasiun seismometer jenisL 4C, yaitu Stasiun Pasir reungit, Pasirtengah, dan Stasiun Seismik Cibatok.
Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Salak
Tangkubanparahu 95