• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNIK PEMBUATAN BERMACAM-MACAM SEDIAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TEKNIK PEMBUATAN BERMACAM-MACAM SEDIAAN"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

TEKNIK PEMBUATAN BERMACAM-MACAM SEDIAAN

Teknik Dasar Pembuatan Potio

Potio atau sirup obat yang diminum dalam pembuatannya pada praformulasi umumnya dilakukan hal-hal berikut :

1. Melarutkan zat aktif dilarutkan dahulu sesuai kelarutannya, kelarutan zat dapat dilihat pada buku standar Farmakope Indonesia III atau FI IV. Bila zat aktif tidak larut, maka perlu dibuat suspensi, pensuspensi yang umum digunakan : Carboxy Methyl Celullose (CMC) 0,5 – 2 % b/v (umumnya 1%), perlakuan terhadap CMC dengan cara ditabur di atas air panas (dua puluh kalinya). Pulvis Gummosus (PGS) 1%, biasanya untuk bahan obat yang kurang berkhasiat keras. Pulvis Gummosus (PGS) 2%, biasanya untuk bahan obat yang berkhasiat keras.

2. Bila sirup mengandung bahan minyak, maka sediaan dibuat emulsi, misalnya: - Minyak ikan (dipakai Pulvis Gummi Arababicum (PGA) 30% dari berat

minyak).

- Minyak jarak (dipakai PGA 1/3 kali berat minyak).

- Parafin cair : sebaiknya dipakai PGA ½ kali jumlahnya, dibuat corpus dulu, baru ditambahkan parafin sedikit-sedikit. SASA (solutio)

- Jika ada sirup, ditimbang ke dalam sirup, sambil diaduk-aduk.

- Jika tidak ada sirup, ditambahkan terakhir ke dalam botol, sambil dikocok. - Succus : digerus dengan air panas secukupnya, jangan terlalu banyak, sulit

menggerusnya.

- Tingtur atau Ekstrak cair : diencerkan dengan air secukupnya, atau langsung dimasukkan ke dalam botol sidikit-sedikit sambil dikocok.

- Ekstrak kental : diencerkan dengan air hangat secukupnya.

- Ekstrak Opii; Pantopon : ditaburkan di atas air sama banyak, diamkan 15 menit, gerus encerkan.

- Iulapium : Iulapium Rubrum (sirup Rhoeados), Iulapium Fuscum (sirup Aurantii) dan Iulapium Album (sirupus simplex).

- Sirup quantum satis (q.s) : jika bahan obat keras diambil 10% (dalam gram), jika obat keras harus ditanyakan jumlahnya.

- Saccharum album = gula : kalau diganti dengan sirupus simplex = 100/65 x jumlah gula

- Sirup : berfungsi menstabilkan “corpus” (suspensi atau emulsi), ditambahkan ke dalam corpus sebelum diencerkan dengan air.

- Jika ada pembasah (wetting agent) : bahan yang tidak larut digerus dulu dengan pembasah, baru digerus dengan zat pensuspensi. Contoh zat pembasah : Gliserol, Propilen Glikol, Sorbitol, Tween.

- Arsen trioksida : diganti dengan solutio Kalii arsenitis sebanyak 100 kalinya. Teknik Dasar Pembuatan Salep

1. Berdasarkan peraturan pembuatan Salep (a) Peraturan Salep Pertama

Zat-zat yang dapat larut dalam campuran lemak dilarutkan kedalamnya, jika perlu dengan pemanasan.

(b) Peraturan Salep Kedua

Bahan-bahan yang dapat larut dalam air, jika tidak ada peraturan-peraturan lain dilarutkan lebih dahulu dalam air, asalkan air yang digunakan dapat diserap seluruhnya oleh basis salep. Jumlah air yang dipakai dikurangi dari basis.

(c) Peraturan Salep Ketiga.

Bahan-bahan yang sukar atau hanya sebagian dapat larut dalam lemak dan air, harus diserbuk lebih dahulu kemudian diayak dengan pengayak B40.

(2)

(d) Peraturan Salep Keempat

Salep-salep yang dibuat dengan jalan mencairkan, campurannya harus digerus sampai dingin.

2. Pada pembuatan salep bila ada bahan obat berupa serbuk, umumnya dikerjakan seperti pada pembuatan pulvis/pulveres. Tambahkan basis salep sama banyaknya, gerus sampai homogen, tambahkan sisa basis, gerus sampai homogen.

3. Bila dalam salep mengandung bahan-bahan obat tertentu, pengambilan bahan dilakukan dan diambil dengan cara berikut ini :

• Acid Boric : ambil pulveratum.

• Zinci Oxydum : digerus dengan basis panas (basisi dilelehkan, atau mortir dan stamper dipanaskan.

• Cera, Parafin, Cetaceum : dileburkan dengan basis lainnya, dinginkan sambil diaduk-aduk.

• Lanolin : ¾ bagian adepslanae dan ¼ bagian air. • Balsam Peru, Ichtyol : ditambahkan terakhir.

• Krisarobin : dilarutkan dengan cara dileburkan bersama basis.

• Minyak ikan : tidak boleh terkena panas (karena Vitamin A dan Vitamin D di dalamnya akan rusak)

• Protargol : ditaburkan di atas air sama banyak, diamkan 15 menit di tempat gelap, gerus sampai homogen, ditambahkan ke dalam basis salep, gerus sampai homogen.

• Salep Gondopuro (Formularium Nasional) : semua bahan dimasukkan ke dalam pot salep (dari bahan gelas), dileburkan sambil ditutup rapat, dinginkan sambil digoyang-goyang.

Teknik Dasar Pembuatan Serbuk Obat (Pulvis dan Pulveres)

Serbuk obat disebut juga puyer dapat dibagi menjadi serbuk terbagi (Latin: Pulveres) dan serbuk tidak terbagi (Latin: Pulvis). Pembuatannya secara umum dapat dijelaskan berikut ini :

1. Mulai dari yang kasar, jika bahan yang kasar tersebut keras, harus digerus dahulu sampai halus, baru digerus dengan yang lain.

2. Jika semua bahan halus, digerus dari dua bahan yang paling sedikit. Bahan yang sangat sedikit digerus dalam mortir yang dialasi terlebih dahulu SL (Saccharum Lactis) untuk obat dalam atau bahan yang lainnya dan Talk atau Kaolin untuk obat luar.

3. Bila resep mengandung bahan Camphora, Menthol, Thymol, Acid Benzoic, Acid Salicylic : ditetesi etanol (spiritus fortior), kemudian keringkan dengan SL. Catatan : Acetosal tidak perlu ditetesi etanol. Campuran eutektik (campuran Camphor dan Menthol atau dengan Thymol) : masing-masing ditetesi etanol, dikeringkan dengan SL, baru dicampurkan.

4. Garam berair kristal : diganti dengan eksikatusnya.

5. Tingtur dan ekstrak cair : bila kurang dari 2 gram : digerus di mortir panas dengan SL sampai kering, sedangkan lebih dari 2 garam : diuapkan sampai seperti tingtur banyak, dapat diuapkan lagi secukupnya sampai kira-kira sama banyak dengan SL-nya.

6. Ekstrak kental : ditetesi etanol dilutum (= etanol 70%), keringkan dengan SL di mortir panas.

7. Sulfur, Stibii Pentasulfida atau Rifampisina (warna merah kuning, susah hilang dari mortir) : digerus diantara bahan tambahan/inert, seperti SL.

8. Bila dalam pulveres ada tablet : tablet digerus halus, baru dicampurkan dengan bahan lain.

9. Elaeosacchara : Elaeosacchara Lactis dalam pulveres : terdiri dari 2 gram SL dan 1 tetes minyak atsiri.

10. Obat-obat paten yang di”loco” (diganti) : usulkan penggantiannya, kecuali sudah dianggap sinonim.

(3)

11. Dosis Maksimum (DM) lebih dari 80% dan 100% : penimbangan satu per satu, jika diberi paraf dan tanda seru, yang dituliskan tepat dibelakang nama bahannya pada resep.

12. Pengenceran : dengan SL dan Carmin, dengan SVCS tanpa Carmin.

13. Bila mengandung tablet salut : tabletnya ditumbuk halus, kemudian diayak yang halusnya dicampur dengan yang lainnya.

Obat Tidak Tercampurkan

Obat Tidak Tercampurkan, siswa farmasi lebih suka menyingkat dengan O.T.T obat tidak tercampurkan. Padanan katanya kalau dalam bahasa Inggris kira-kira sama dengan Incompatible atau Incompatibility sehingga bisa juga di Indonesiakan menjadi inkompatibel. Maksudnya bila dua atau lebih obat dicampurkan akan saling mempengaruhi obat tersebut, obat tersebut bisa rusak, atau dalam penggunaannya dalam tubuh mungkin efeknya akan saling meniadakan, sinergis atau ataupun mungkin antagonis.

Bila dikelompokkan OTT ini secara umum adalah :

1. OTT Secara Fisik : Serbuk harus diserahkan dalam keadaan kering, tidak boleh basah. Misal dalam R/ ada campuran camphora dan menthol, maka serbuk akan basah. Cara mengatasinya : masing-masing dicampur dulu dengan zat “inert” baru keduanya dicampur.

2. OTT Secara Kimia : Terjadi reaksi kimiawi, misalnya pada tetes mata yang mengandung argentum proteinikum dan cocain hidrochlorida, akan terjadi endapan, maka diusulkan salah satu dikeluarkan.

3. OTT Secara Farmakologi : Ada dua atau lebih efek yang saling bertentangan (antagonis), maka salah satu diusulkan untuk dikeluarkan, kecuali resep standar misal dalam R/ ada luminal dan kafein :

a. Harus ditanyakan kepada dokter yang menulis resep itu, atau usul, bila :  Khasiatnya berubah

 Bila obat itu tercampur akan terbentuk zat-zat lain yang lebih beracun  Secara farmakologis tidak tersatukan, misal dalam satu resep

mengandung luminal (sedativum) dan coffeinum (stimulansia), harus ditanyakan apakah salah satu dikeluarkan atau memang dokter menghendaki demikian.

b. Tidak usah ditanyakan kepada dokter, cukup dibuat secara “lege artis”, misalnya dalam pembuatan serbuk menjadi basah bila dicampur (misalnya camphora dan menthol).

Pengenceran Padat dan Cair Dalam Resep

1. Pengenceran bahan dalam mengerjakan resep biasanya kalau bahan obat yang akan ditimbang kurang dari 50 mg, karena penimbangan bi bawah 50 mg kurang akurat maka dilakukan pengenceran supaya bahan obat yang jumlahnya kecil dosisnya dapat tetap dijaga.

2. Misalnya bila dalam resep kita hendak menimbang Diazepam 20 mg. Timbang Diazepam 50 mg, bisa ditambahkan zat warna sedikit (untuk melihat kehomogenan campuran obat nanti), seperti carmin, ditambah saccharum lactis 2.450 mg. Dalam mortir, gerus saccharum lactis sebagian, tambahkan Diazepam, zat warna (carmin), gerus hingga homogen (warna merah merata), tambahkan sisa saccharum lactis sedikit demi sedikit sambil digerus sampai homogen. Dari campuran ini ditimbang = 1.000 mg Untuk

(4)

Diazepam 20 mg = 20/50 x 2.500 mg = 1.000 mg Dari campuran 1.000 mg ini mengandung 20 mg Diazepam dari hasil pengenceran Diazepam dalam saccharum lactis ini yaitu 1.000 mg (1:50). Pegngenceran bisa dilakukan dengan perbandingan 10 kali, 30 kali, 50 kali. Hasil pengenceran dari serbuk ini sebaiknya paling sedikit 200 mg.

3. Pengenceran untuk obat dalam sediaan cair : Sebaiknya diencerkan dalam pelarut yang sesuai atau pembawa lainnya seperti air bila pembawanya air sebagai pelarut. Misal menimbang Vitamin B1 (Thiamin HCl) 10 mg. Vitamin B1 ini larut dalam air, jadi timbang Vitamin B1 sebanyak 50 mg, dilarutkan dalam air hingga 10 mL. Untuk 10 mg Vitamin B1, diambil dari campuran larutan sebanyak : 10/50 x 10 mL = 2 mL Jadi dalam campuran 2 mL ini mengandung 10 mg Vitamin B1 hasil pengenceran dengan perbandingan = 1 : 200.

Singkatan yang Sering Dijumpai Dalam Resep

1. S. bdd. Cth 1 = S.2 dd cth 1 = Signa bis de die cochlear theae 1 = bid. = bis in die = Sehari 2 x 1 sendok teh

2. S. tdd c 1 = S. 3 dd c 1 = signa ter de dic cochlear = sehari 3 x1 sendok makan 3. S.4 dd p 1 = signa quarter de die pulvis 1 = sehari 4 x 1 bungkus

4. S.5 dd p II = sigma quinquis de die pulpvis I = sehari 6 x 1 bungkus 5. S.6 dd pI = signa sexies de die pulvis I = sehari 6 x 1 bungkus

6. S. bid p I = signe bis in die pulvis II ante coenam = sehari 2 x 2 bungkus sebelum makan

7 S. o. h. cth = sigma omni hora cochlear = tiap jam satu sendo teh

8. s. o. b. c I = s. o 2 hc = sigma omni bihorio cochlear = tiap 2 jam satu sendok makan.

9. s. o tr.. h. c I = s. o 3 hc = sigma omni thrihorib cochlear = tiap 3 jam satu sendok makan

10. s.o. 4 h. c I = sigma omnibus quattuor horis cochlear = tiap 4 jam satu sendok makan

11. s.o.5 h. c I = omnibus quinque horis cochlear = tiap 5 jam 1 sendokl makan 12. s. 3 – 4 dd loz I = sigma 3-4 de die lozenges I = sehari 3-4 kali 1 tablet hisap 13. s.o.s applic = sie opus sit appilcandum = dipakai bila perlu

14. s.n.s = sigma nas sic = jika perlu

15. s.h. s CI = sigma hora somni cochlear I = pada waktu hendak tidur 1 sendok makan

16. s.em.et v gtt II as = sigma mane et vespere guttae II auris sinistra = pagi dan malam masing-masing 2 tetes pada kuping kiri/ telinga ad = augris dextaa = kuping kanan/ telinga kanan m = mane = pagi hari v = vespere = malam hari 17.s.m supp I = tiap pagi 1 buah

18 s.v. applic = digunakan malam hari

19. s.3 dd p II ½ hpc = sigma terde die pulpis II ½ hora post coenam = sehari 3 x 2 bungkus setengah jam sesudah makan

20. s. mix. Agitanda = campuran kocok

21. S.u.c =sigma usus cognitus = pemakain diketahui 22. s.u.n = sigma usus notus = pemakaian diketahui 23. s. u e = sigma usus externus = pemakain luar

24. m.d.e pulv. ads = misce da signa pulv adspersorius = campurlah, serahkan dan tandailah serbuk tabur/ bedak tabur

25. s.p. r. n = sigma pro renata = kadang-kadang, apabila perlu

(5)

27. d.i.d = da in dim = da in dimido = berilah ½ nya 28. da pars tertia = dibuat 1/3 nya

29. das pars quarta = dibuat ¼ nya 30. da pars quinta = dibuat 1/5 nya 31. da pars sexta = dibuat 1/6 nya

32. da in duplo/ d.i.2plo = dibuat 2 kalinya 33. da in triplo/ di. 3 plo = dibuat 3 kalinya 34. a, aa = ana = masing-masing

35. add = adde = tambahkan

36. s. haust. = signa haustus = diminum sekaligus habis - hand lotion = lotio untuk tangan

- gargarisma = obat kumur sampai ke tengorokan - Colutio oris = collutorium = obat kumur / cuci mulut - Acne cream = kream jerawat

- Linimentum/ lin = obat gosok - Rhino guttae = obat tetes hidung - naristillae = obat semprot/cuci hidung

Referensi

Dokumen terkait

Kadar COD dalam air limbah akan diserap karbon aktif yang mempunyai suatu gaya gabung dengan bahan organik, hal tersebut dapat digunakan untuk meremoval bahan

Sampel tidak mampu larut dengan air laut sehingga digunakan DMSO untuk melarutkannya (Kamilah, 2010). Sampel yang telah dilarutkan dengan DMSO diencerkan dengan

- Kosolven : pelarut organik tercampur air yg digunakan dlm formulasi sed.cair, utk meningkatkan kelarutan obat yg sukar larut. - Kosolvensi: teknik

Zat yang tidak larut dicampur dengan sedikit basis Zat yang tidak larut dicampur dengan sedikit basis atau dengan salah satu bahan bembantu, kemudian atau dengan salah satu

Beberapa bahan dasar salep yang dapat menyerap, bahan dasar yang mudah dicuci dengan air dan bahan dasar larut dalam air dapat digunakan untuk obat yang larut dalam air.. Bahan

Pada uji kelarutan hampir semua bahan atau sampel dilarutkan menggunakan pelarut eter, air, dan kloroform lebih cepat larut menggunakan

2 fase, kemampuan zat aktif larut dan diserap oleh fase luar, laju perlintasan zat aktif (fs dalam → luar , ≈ abs.).

Sampel tidak mampu larut dengan air laut sehingga digunakan DMSO untuk melarutkannya (Kamilah, 2010). Sampel yang telah dilarutkan dengan DMSO diencerkan dengan