• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profil Pasien Hepatitis C Di Rsup Haji Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Profil Pasien Hepatitis C Di Rsup Haji Adam Malik Medan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

5

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Histologi Hati

2.1.1 Anatomi Hati

Hati merupakan organ yang paling besar didalam tubuh manusia.9 Hati

memiliki berat 1400 gram.10 Sebagian besar hati terletak disebelah kanan dibawah arcus costalis dexter dan diafragma setengah bagian kanan memisahkan hati dari

pleura, paru-paru, pericardium dan jantung. Hati dikelilingi oleh kapsula fibrosa

dan hanya sebagian kecil yang ditutupi peritoneum.9,10 Dibagian anterior

hatiterdapat lobus dexter yang paling besar dan lobus sinister yang kecil, pada

bagian posteriorlobus dexter terbagi menjadilobus quadratus dan lobus caudatus

oleh adanya vesika biliaris, fissurauntuk ligamentum teres hepatis, vena cava

inferior,dan fissura untuk ligamentum teres venosum.

Pada bagian postoinferior yaitu diantara lobus caudatus dan

quadratusterdapat porta hepatis. Porta hepatis merupakan tempat bermuaranya

arterihepatika (penting untuk oksigenasi),vena porta(membawa darah vena dari

usus halus), dan duktus biliaris.

9

9,11

Bagian atas ujung bebas omentum minus

melekat pada pinggir porta hepatis disini terdapat duktus hepatikus, cabang

dextra serta sinistra arterihepatika, vena portadan serabut saraf simpatis dan

parasimpatis dan juga beberapa kelenjar limfe hati.

Pembuluh–pembuluh darah yang mengalirkan darah hati ialah arterihepatika

(20-30%) dan vena porta (70-80%).

9

11

Hati menghasilkan banyak cairan limfe

yaitu menghasilkan sekitar sepertiga sampai setengah jumlah cairan limfe seluruh

tubuh.9,11 Berikut ini gambar anatomi daripada hepar yang diperlihatkan oleh

(2)

6

Gambar 2.1 Tampak anterior hati12

(3)

7

2.1.2 Histologi Hati

Parenkim hati tersusun atas hepatosit-hepatosit.10Hepatosit merupakan sel

polihedral besar dengan enam atau lebih permukaan memiliki sitoplasma

yangeosinofilik juga memiliki banyak mitokondria dan intinya sferis besar dengan

nukleolus.11 Permukaan setiap hepatositberkontak dengan sinusoid yang

diperantai oleh celah perisinusoid. Diantara dua hepatosit yang berkontak terdapat

kanalikus biliaris. Aliran empedu berlawanan dengan arah aliran darah yaitu dari

pusat lobulus ke bagian perifer. Dari portal perifer, kanalikus biliaris bermuara ke

dalam duktus biliaris yang tersusun atas sel-sel kuboid yang disebut kolangiosit

dan hati juga memiliki jaringan ikat perifer yaitu septum interlobularis.

Terdapat tiga macam pemikiran mengenai stuktur lobulus hati, yaitu: 1)

lobulushati klasik, dengan darah yang melalui hepatosit dari enam area trias porta

hingga vena sentral, 2) lobulus portal, mengalirkan empedu dari hepatosit ke

duktus biliaris , secara kasar berbentuk segitiga dengan vena sentral pada ketiga

lobulus klasik di setiap sudutnya, 3) asinus porta, menyediakan darah

teroksigenasi ke hepatosit.

11,13

11

2.2 Hepatitis

2.2.1 Definisi

Hepatitis dideskripsikan sebagai kerusakan hati dengan gambaran histologi

yang spesifik ditandai dengan adanya inflamasi.1 Hepatits akut dan kronik

dibedakan berdasarkan lamanya penyakit dan kerusakan hati yang diakibatkan

oleh hepatitis. Hepatitis dapat disebabkan oleh virus, autoimun, idiopatik, alkohol

atau penyakit hati yang disebabkan oleh obat maupun toksin dan memperlihatkan

kerusakan jaringan yang sama. 1,10

2.2.2 Histopatologi

Gambaran daripada hepatitis memperlihatkan adanya limfosit disekitar hati

yang sudah nekrotik. Pada keadaan kronis ringan keadaan hati masih dalam batas

normal keadaan selanjutnya tampak parut fokal yang akhirnya memperlihatkan

(4)

8

jaringan ikat.Perbedaan hepatitis akut dan kronis seperti pada kasus inflamasi

pada umumnya adalah sel radang yang mendominasi pada keadaan akut sel

radang yang mendominasi adalah sel neutrofil dan pada keadaan kronis sel radang

yang mendominasi adalah sel mononukleus.1,10

2.3 Hepatitis C

2.3.1 Virus Hepatitis C

HCV adalah adalah virus penyebab hepatitis C yang merupakan virus RNA

rantai tunggal masuk dalam family flavivridae.4 Hepatitis C memiliki 6 subklas

genotipe yang didasarkan pada sekuen genetiknya.1 Karena lemahnya ketepatan

replikasi RNA maka seseorang yang terkena virus akan membawa banyak varian

HCV yang disebut sebagai varian pura-pura (quasispecies). Genotipe HCV dalam

progresi penyakit hati salah satu hal yang kontroversial. Hepatitis C merupakan

virus yang bisa bertahan diluar tubuh pada temperatur ruangan serta lingkungan

bebas selama 3 minggu. Sampai sekarang karena varibilitas dari hepatitis C masih

susah untuk mengembangkan vaksin HCV.1,4

2.3.2 Epidemiologi Hepatitis C

Infeksi hepatitis C dilaporkan terdapat 170 juta kasus diseluruh dunia

.Berdasarkan data yang ada genotipe terbanyak dari hepatitis C ialah genotipe 1

sekitar 46,2%, lebih sepertiga dari kasus genotipe 1 terdapat di Asia Timur.

Hepatitis C terbanyak kedua ialah disebabkan oleh genotipe 3 sekitar 30.1%, tiga

perempat kasus genotipe 3 di Asia Utara. Genotipe 5 diperkirakan merupakan

genotipe yang tersedikit yaitu hanya <1%. Genotipe 2,4,6 adalah yang genotipe

tersering yang menimbulkan kasus hepatitis persisten sekitar 9,1%, 8.3%. dan

5.4%. Asia Timur adalah yang terbanyak untuk genotipe 2 dan genotipe 6. Kasus

hepatitis C genotipe 2 dan 4 banyak terjadi di Afrika utara dan Timur Tengah.14

Dilaporkan bahwa prevalensi hepatitis C di Indonesia pada tahun 2010-2011

dari jumlah 1.825.823 sampel terdapat 29.480 orang yang positif HCV, kelompok

(5)

9

kelamin laki-laki. Di Indonesia dilaporkan bahwa koinfeksi antara HIV dengan

HCV memiliki hubungan yang erat dan ditemukan jarang koinfeksi antar HCV

dan HBV.5

2.3.3 Transmisi Hepatitis C

Resiko tertinggi berkaitan dengan transfusi darah. Selain itu, HCV dapat secara

sporadik atau tidak diketahui asalnya. Resiko penularan dari ibu ke anak

dilaporkan jarang dan dilaporkan pula terjadi infeksi HCV pada tindakan-tindakan

medis seperti endoskopi, perawatan gigi, dialysis maupun operasi. Penularan

HCV melalui saliva dan kontak-kontak lain diketahui sangat tidak

efisien.4 Adanya koinfeksi HIV dengan HCV meningkatkan kemungkinanan

penularan HCV melalui kontak seksual dibandingkan dengan infeksi HCV

saja. 15

2.3.4 Patogenesis Hepatitis C

Patogenesis HCV masih belum jelas. Namun, beberapa bukti menunjukan

bahwa kerusakan hati disebabkan oleh reaksi imunologis. Salah satu contoh ialah

protein core yang ditenggarai dapat menimbulkan reaksi pelepasan radikal bebas

pada mitokondria dan mampu berinteraksi pada mekanisme signaling dalam inti

sel terutama berkaitan dengan penekanan reaksi imunologis dan

apoptosis.4 Diduga peran yang paling penting ialah peran reaksi imun selular. Reaksi cytotoxic T-cell (CTL) spesifik yang kuat diperlukan untuk terjadinya

eliminasi menyeluruh HCV pada infeksi akut. Pada fase kronik, reaksi CTL yang

relatif lemah masih mampu merusak sel-sel hati dan melibatkan respon inflamasi

tetapi tidak mampu menekan virus ataupun evolusi genetik HCV,hal ini dikaitkan

dengan aktivitas dari limfosit sel T-helper (Th) spesifik HCV perpindahan Th1

menjadi Th2 menimbulkan kelemahan CTL. Dimana peran CD4+ dan CD8+

berperan penting pula dalam melakukan reaksi imunologis yang kuat .

16

Sitokin-sitokin pro-inflamasi seperti TNF-�,TGF-�1 akan menyebabkan

rekrutmen sel-sel inflamasi yang lain dan aktivitas daripada sel stelata di ruang

disse hati.

1,4,16

4

(6)

10

Gambar 2.3 Gambar patogenesis hepatitis C17

2.3.5 Perjalanan Penyakit

Masa inkubasi virus hepatitis C rata-rata 6-12 minggu. Penderita hepatitis C

akut biasanya sekitar 75% asimptomatik sehingga sering tidak terdeteksi. HCV

RNA dapat dideteksi dalam darah beberapa hari sampai 8 minggu .Peningkatan

aminotransferase serum terlihat pada minggu ke 2 sampai ke 12. Antibodi HCV

terbentuk dalam beberapa minggu hingga beberapa bulan namun tidak dapat

memberikan imunitas yang efektif. Pada akhirnya infeksi akut akan menjadi

kronis sekitar 70-80%, resolusi dari penyakit ini hanya 15% namun untuk menjadi

hepatitis fulminan dilaporkan sangat jarang.1,4 Progresifitas dari HCV dipengaruhi oleh banyak faktor seperti koinfeksi HIV mempengaruhi dari perjalanan penyakit

dari infeksi HCV .Koinfeksi pasien imunodefisiensi (CD4count<200 sell/mm3)

meningkatkan progresifitas HCV.17 Pada pasien hepatitis C kronis yang

mengalami resistensi insulin meningkatkan progresifitas fibrosis hati.18 Hal-hal yang mempengaruhi daripada progresifitas dari hepatitis C dibagi menjadi faktor

(7)

11

Tabel 2.1Faktor yang mempengaruhi progresifitas hepatitis C

Nonmodifiable factors

19

Potentially modifiable factors Age at acquisition of infection

Duration of infection Male sex

Race

Host genetic factors Viral genotype

ALT level

Activity on liver biopsy Alcohol consumption

Coinfection with HBV or HIV Coinfection with schistosomiasis Metabolic factors (steatosis, insulin resistance)

Cigarette smoking Daily cannabis use Iron overload

2.3.6 Diagnosa Hepatitis C

Mengingat mahalnya pemeriksaan RNA HCV maka pemeriksaan ini

dilakukan pada yang dicurigai menderita hepatitis C atau yang anti-HCV positif

pada sebagian kecil penderita hepatitis C terutama yang sistem imunnya menurun

antibodi HCV tidak akan ditemukan.

• Penegakan diagnosa hepatitis C menurut EASL:

5

- Anti-HCV sebagai pemeriksaan pertama untuk infeksi HCV.

- Pada immunocompromised atau diduga infeksi akut hepatitis C maka

dilakukan pemeriksaan HCV RNA beberapa kali untuk menghindari

false positive.

- Jika anti-HCV antibodi terdeteksi maka pemeriksaan HCV RNA harus

dilakukan dengan metode sensitif molekuler.

- Jika HCV positif , HCV RNA negatif maka dilakukan pemeriksaan

ulang 3 bulan kemudian.

- Pada hepatitis C kronis memiliki alur diagnosa yang sama namun

didapati adanya tanda hepatitis kronis baik secara biologis maupun

(8)

12

- Skrining hepatitis dilakukan pada populasi yang termasuk dalam

daerah atau populasi yang dianggap sering terkena hepatitis C. Skrining

harus berdasarkan dari antibodi anti-HCV.Diagnosa cepat dapat

dilakukan sebagai ganti EIA klasik untuk fasilitas antibody anti-HCV

skrining dan meningkat untuk pengobatan.

Hepatitis C dikatakan kronis bila sudah berlangsung selama lebih atau

sama dengan 6 bulan ditandai dengan hasil positif pada 2 kali

pemeriksaan.

20

21

2.3.7 Penatalaksaan Hepatitis C

Penilaian yang dilakukan sebelum pengobatan MenurutEASL:

• Melihat dari penyebab lain penyakit hati.

• Melihat kemungkinan lain penyebab lain penyakit hati kronis atau

faktor yang bisa mempengaruhi progresifitas penyakit hati .

Menilai dari keparahan penyakit hati.20

Tabel 2.2 Pilihan obat untuk pasien hepatitis 20

Efek samping pengobatan hepatitis C dapat disebabkan oleh ribavirin maupun

interferon. Efek samping yang disebabkan ribavirin ialah anemia sedangkan yang

biasanya disebabkan oleh interferon ialah trombositopenia, neutropenia, depresi,

(9)

13

pasien hepatitis C yang mendapatkan pengobatan interferon dan ribavirin secara

berkala untuk melihat efek samping pengobatan. 4

Pengobatan di Indonesia

Berdasarkan Peraturan Kementrian Kesehatan Indonesia nomor 53 tahun

2015 :

Pengobatan hepatitis C dilakukan di rumah sakit yang dianggap mampu

menangani hepatitis C. Sebelumnya, pada penderita hepatitis C dilakukan

pemeriksaan terhadap kemungkinan adanya koinfeksi ataupun penyakit komorbid

lain. Pada fase akut, dapat ditunda pengobatan sekitar 8-16 minggu untuk

menunggu terjadinya resolusi spontan terutama pada yang simptomatik.

Pemberian Peg-IFN� dapat diberikan pada fase akut. Kombinasi Peg-IFN� dan

ribavirin pada fase akut dianggap tidak perlu karena tidak meningkatkan

pencapaian SVR.Lama pengobatan tergantung daripada genotipe VHC untuk

genotipe tipe 1 selama 24 minggu sedangkan genotipe tipe 2 dan 3 selama 12

minggu. Obat yang digunakan untuk hepatitis C kronis adalah Peg-IFN� dan

ribavirin. Dosis sofosbuvir adalah satu kali 400 mg/hari dalam kombinasinya

dengan RBV atau Peg-IFN�. Perlu penyesuaian pada gangguan ginjal berat

(eGFR<30ml/menit/1.73m2).

Penyakit kronis hepatitis C di Indonesia didominasi oleh GT-1b. Dimana menurut

standard of care (SOC) adalah kombinasi peginterferon-�2a atau 2b dengan

ribavirin. Konsesus dan rekomendasi seluruh obat generik oral yang tersedia di

Indonesia :

8

1. Di Indonesia, Infeksi hepatitis C kronis diterapi dengan standard terapi

yang konsisten dengan penginterferon dan ribavirin.

2. Boceprevir mungkin bisa digunakan untuk standard terapi jika tidak ada

atau hanya parsial respon terhadap standard terapi.

3. Sofosbuvir mungkin hanya digunakan untuk kombinasi dipasien HCV

(10)

14

4. Selanjutnya, akan ada kombinasi yang baru dari agen DAA yang mungkin

digunakan atau mengganti penggunaan penginterferon sebagai terapi

untuk infeksi kronis HCV diseluruh genotipe.

Terdapat perbedaan rekomendasi pengobatan hepatitis C diberbagai negara.

Berikut ini beberapa rekomendasi pilihan pengobatan hepatitis C menurut

AASLD , APASL, DAN EASL :

(11)

15

Tabel 2.3 Pilihan Pengobatan Hepatitis C

PILIHA N OBAT

American Association for the study of Liver Diseases (AASLD)

Asian Pasiffic Association for the study of Liver (APASL )

23

European Association for the study of Liver (EASL) sofosbuvir dan simesprevir yang diminum setiap hari lama pemberian bergantung dari sirosis (16-24minggu) atau tidak (12minggu).

Penggunaan interferon pada pilihan pengobatan genotipe 1 sudah tidak dipakai lagi

Kombinasi antar sofosbuvir dan ribavirin dimana ribavirin dosisnya bergantung dari berat badan lama pemberian bergantung dari sirosis (16-24minggu ) atau tidak (12 minggu).

Kombinasi antar sofosbuvir dan ribavirin dimana ribavirin dosisnya bergantung dari berat badan dan pengeinterferon pada pasien yang interferion-eligible selama 12 minggu

Atau kombinasi antara sofosbuvir dan ribavirin bergantung dosis pada pasien yang tidak berhak selama 24 minggu.

Kombinasi antara ledispasvir atau sofosbuvir , kombinasi antara paritaprevir / ritonavir / ombitasvir dan ribavirin yang dosisnya bergantung berat badan.

Pilih pertama yaitu ledispavir dan sofosbuvir selama 12 minggu Dengan alternative pada pasien yang memnuhi syarat untuk pemakaian interferon maka Peg-IFN� setiap minggunya dengan sobosbuvir dan ribavirin dosis bergantung berat badan setiap hari.

Bila dalam suatu negara dapat didapatkan DAAs maka penggunaan semua oral treatment menjadi pilihan namun bila tidak ada atau terbatasnya DAA maka penggunaa penginterferon ditambah dengan ribavirin menjadi pilihan yang dapat dikombinasikan dengan DAA.

Kombinasi antara sofosbuvir dan ribavirin pilihan kedua yaitu daclatasvir dan sofosbuvir yang direkomendasikan pada pasien yang tidak toleransi terhadapat ribavirin dan jika tidak toleransi terhadap ribavirin maka ledipasvir dan sofosbuvir.

Kombinasi antar sofosbuvir dan ribavirin dimana ribavirin dosisnya bergantung dari berat badan lama pemberian selama 24 minggu dimana APASL merekomendasi daclatasvir dan sofosbuvir sebagai alternatif dimana pemberian melihat sirosis (24 minggu ) atau tidak yang dapat kombinasikan dengan ribavirin bila sirosis.

Pilihan pengobatan bergantung daripada sirosis atau tidaknya

Bila pasien sirosi maka yang menjadi pilhan ialah:

-Kombinasi antara sofosbuvir dan ledipasvir dalam satu table.

-Kombinasi antara sofosbuvir dan velpatasvir.

-Kombinasi dari ombitasvir , pariprevir dan ritonavir .

Semua pilihan pengobatan diberikan selama 12 minggu

Dibagi menjadi :

-Pasien dengan sirosis: pengobatan selama 12 minggu dengan kombinasi antara sofosbuvir dan velpatasvir/ledispisvir/daclatasvir -pasien dengan kompensasi sirosis: pengobatan selama 12 minggu dengan kombinasi sofosbuvir dan velpastavir /ledispasvir / daclastavir

atau selama 24 minggu dengan kombinasi sofosbuvir dan ledispasvir/ daclatsvir.

Pengobatan dapat menggunakan interferon maupun tanpa interferon

Dimana bila menggunakan interferon terdapat dua pilihan yaitu :

-penginterferon sekali seminggu ditambahkan dengan ribavirin setiap harinya

-penginterferon sekali seminggu ditambahkan dengan ribavirin dan simesprevir setiap hari tanpa interferon atau bebas interferon maka terdapat dua juga pilihannya yaitu :

-sofosbuvir dan ledispasvir dalam dosis tunggal sekali sehari.

-ombitasvir, pariraprevir dan ritonavir dalam tablet single dan dasabuvir.

Kombinasi antar sofosbuvir dan ribavirin dimana ribavirin dosisnya bergantung dari berat badan lama pemberian bergantung dari sirosis (16-24minggu ) atau tidak (12 minggu).

Terdapat 3 pilihan pengobatan yaitu : -penginterferon alfa setiap minggu , di kombinasikan dengan ribavirin yang dosisnya disesuaikan dengan berat badan pilihan ini digunakan untuk pasien sofosbuvir dan ribavirin

-sofosbuvir dan ribavirin pilihan ini menjadi lini pertama namun pilihan ini sering gagal mencapai svr pada pasien dengan riwayat sirosis

-bila tanpa sirosis maka pilihan pengobatanya ialah sofosbuvir dan daclastasvir tanpa menggunakan interferon

Penggunaan ribavirin dan interferon menjadi satu-satu pilihan yang dapat dilakukan dilapangan walaupun terdapat pilihan lain yang tanpa interferon didalam pilihan pengobatan.

Dibagi menjadi :

Dengan memakai interferon :

Peg-IFN� setiap minggu dan kombinasi anatara sofosbuvir dan ribavirin dosis bergantung berat badan

Tanpa interferon atau bebas interferon : Kombinasi anatara sofobuvir dan ledipasvir/daclatasvir .

(12)

16

2.3.8 Sustained Virologic Response ( SVR)

Sustained Virologic Response ( SVR ) didefinisikan sebagai aviremia 24 mingggu

setelah komplitnya dari antiviral terapi untuk virus hepatitis C kronis . Di analisa

dari kemampuan bertahan hidup,insiden relapse lambat didapati sangat rendah

(<1%). Histologi regresi dari nekroinflamasi dan fibrosis didemontrasikan dalam

sampel biopsi hati pada pasien yang mencapai SVR. Yang lebih penting ialah

pasien yang mencapai SVR memiliki prognosis yang baik walaupun dengan

sirosis; pasien yang mencapai SVR mempunyai komplikasi karena penyakit hati

mempunyai hasil yang signifikan lebih kecil, kecil kejadian hepatoselluler

karsinoma dan lebih sedikit kematian karena penyakit hati.24 Penilaian pengobatan

biasanya dilakukan 6 bulan setelah pengobatan dilakukan.4 Untuk terapi

penggunaan Peg-IFN � dan ribavirin memperlihatkan hasil yang kurang

memuaskan pada genotipe tipe 1 hanya sekitar 45-50% pasien yang berhasil

mencapai SVR namun untuk genotipe tipe 2 dan 3 memperlihatkan hasil yang

memuaskan yaitu sekitar 80% mencapai SVR.

Tujuan terapi menurut EASL adalah untuk menyembuhkan infeksi HCV

untuk mencegah daripada hepatitis sirosis, dekompresi daripada sirosis,

karsinoma hepatoselluler , manifestasi ekstra hepatis yang berat serta kematian.

Tujuan akhir dari pengobatan adalah tidak terdeteksinya HCV RNA pada

sensitive assay (dibawah atau sama dengan 15 IU/ml) 12 minggu (SVR12) dan 24

minggu (SVR24) setelah pengobatan dihentikan.

8

Pengobatan bila menggunakan triple regimen memperlihatkan hasil yang

memuaskan, yaitu dalam periode 48 minggu setelah pengobatan tidak ada satu

pun kasus yang relaps. Diharapkan bahwa dengan penambahan DAA dapat

membantu dalam pengobatan hepatitis C dan hasilnya lebih memuaskan lagi .

20

Prognosis HCV dipengerahui komorbiditas penyakit hepatitis C. Perlunya

strategi untuk menangani dan mengkontrol dari kormorbiditas dari hepatitis C

untuk mendapatkan hasil dari pengobatan.

24

Gambar

Gambar 2.2 Tampak visceral hati12
Gambar 2.3 Gambar patogenesis hepatitis C17
Tabel  2.1Faktor yang mempengaruhi progresifitas hepatitis C19
tablet single dan dasabuvir.

Referensi

Dokumen terkait

Rokok mengandung zat kimia seperti nikotin, karbon monoksida, ammonia, formaldehida, tar dan lain-lain. Bahan aktif utama adalah nikotin yang memberi efek akut dan tar memberi

terdapatnya perbedaan berat badan pada pasien karsinoma nasofaring sebelum dan sesudah radioterapi, dimana pengobatan radioterapi mengakibatkan penurunan berat badan

Perdarahan obstetri yang terjadi pada kehamilan trimester ketiga dan yang terjadi setelah anak atau plasenta lahir pada umumnya adalah perdarahan yang berat, dan

Faktor resiko utama dapat dibagi kepada dua kelompok yaitu faktor resiko utama yang tidak dapat dimodifikasi yang terdiri dari usia, jenis kelamin dan genetik.. Kelompok kedua

Kesimpulan : Profil pasien sindroma koroner akut (SKA) didapati yang terbanyak dengan diagnosa STEMI dan faktor resiko yang paling banyak terdapat pada pasien adalah

Dari statistik yang diperoleh dari Sumatera Utara tidak jelas dan belum ada data profil pasien penyakit jantung koroner di Sumatera Utara maka peneliti ingin melakukan

Stress Reduction Prolong Life in Women with Coronary Disease:The Stockholm Women’s Intervention Trial for Coronary Heart Disease (SWITCHD), 2009.. Early Menopause Predicts

Besar biaya yang diperlukan untuk melakukan penelitian ini adalah sebesar Rp.612.000.-.. Dengan rincian