• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAKING SHORTENING BERBAHAN MINYAK SAWIT DAN MINYAK INTI SAWIT SERTA APLIKASINYA DALAM PEMBUATAN DONAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAKING SHORTENING BERBAHAN MINYAK SAWIT DAN MINYAK INTI SAWIT SERTA APLIKASINYA DALAM PEMBUATAN DONAT"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAKING SHORTENING BERBAHAN MINYAK SAWIT DAN MINYAK INTI

SAWIT SERTA APLIKASINYA DALAM PEMBUATAN DONAT

melalui tahap pengulenan adonan, fermentasi (pengembangan), pencetakan dan penggorengan (Subagjo, 2007).

Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) telah membuat baking shortening berbahan minyak sawit dan minyak inti sawit serta telah mengaplikasikannya dalam pembuatan produk bakery seperti donat namun, dalam adonannya masih digunakan margarin. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengaplikasikan baking shortening untuk mensubstitusi margarin dalam pembuatan donat. METODOLOGI

Bahan

Bahan yang digunakan dalam pembuatan baking

shortening adalah Refined Bleached Deodrized Palm Oil (RBDPO), Refined Bleached Deodorized Palm Stearin (RBDPS) dan Refined Bleached Deodrized Palm Kernel Oil (RBDPKO) yang diperoleh dari industri

rafinasi dan fraksinasi minyak sawit dan minyak inti sawit di Medan. Bahan dalam pembuatan donat seperti tepung terigu protein tinggi, tepung terigu protein sedang, gula pasir, garam, ragi, susu, margarin, butter, pelembut, kuning telur, baking powder diperoleh dari toko bahan kue di Medan. PENDAHULUAN

Salah satu produk olahan CPO dan PKO yang saat ini dikembangkan adalah shortening. Shortening adalah produk lemak berbentuk semi padat atau padat memiliki sifat plastis (Siahaan et al., 2013) yang dapat digunakan dalam pembuatan produk bakery.

Shortening berfungsi untuk memperbaiki cita rasa,

struktur, tekstur dan memperbesar volume produk bakery.

Donat merupakan salah satu produk bakery yang cukup digemari oleh masyarakat karena bentuk dan rasanya beragam dan dibuat menarik dengan penambahan toping pada lapisan atas permukaan donat. Donat dibuat dengan menggunakan tepung terigu, ragi, gula pasir, garam, susu, air, telur, emulsifier, pengembang dan lemak seperti margarin,

butter atau shortening. Proses pembuatan donat

1 2

Hasrul Abdi Hasibuan, Maulidita Agustina , Rahma Citra Aditya

Penulis yang tidak disertai dengan catatan kaki instansi adalah peneliti pada Pusat Penelitian Kelapa Sawit

Hasrul Abdi Hasibuan( )*

Pusat Penelitian Kelapa Sawit

Jl. Brigjen Katamso No. 51 Medan, Indonesia Email: [email protected]

1

Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala Darussalam, Banda Aceh.

2

Program Studi Teknologi Pangan, Jurusan Teknologi Pertanian, Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh.

Abstrak - Donat dibuat dengan menggunakan tepung terigu, ragi, gula pasir, garam, susu, air, telur, emulsifier, pengembang dan lemak (seperti butter, margarin, shortening atau campurannya). Penelitian ini dilakukan untuk membuat dan mengaplikasikan baking shortening berbahan minyak sawit dan minyak inti sawit dalam pembuatan donat. Baking shortening dibuat dengan menggunakan minyak sawit terafinasi, minyak sawit terafinasi fraksi stearin dan minyak inti sawit terafinasi pada nisbah 75:20:5. Baking shortening digunakan untuk mensubstitusi margarin dan butter komersial dengan 3 perlakuan berdasarkan jumlah penambahannya meliputi 26 g (kontrol), 86 g dan 136 g per 1 kg adonan donat. Produk donat yang diamati adalah pengembangan diameter dan tinggi, kadar lemak, kadar karoten, kadar vitamin E dan uji organoleptik. Donat yang menggunakan baking shortening hasil penelitian ini memberikan sifat fisiko kimia relatif sama dengan kontrol yang mengggunakan margarin dan

butter komersial. Penerimaan oleh panelis pada donat yang menggunakan baking shortening terhadap

kenampakan, warna dan tekstur relatif sama namun rasa dan aromanya relatif lebih rendah dibandingkan dengan menggunakan margarin dan butter komersial.

Kata kunci: baking shortening, donat, minyak sawit, minyak inti sawit

Machado, C.A., C.R.F. Moura., E.E.P de Lemos, S.R.R. Ramos, dan F.E. Rebeiro, dan A.S. Ledo. (2014). Pollen grain viability of coconut accessions at low temperature. Acta

Scientiarum. Maringa 36(2):227-232.

Norziha, A., M. Marhalil, A.M. Fadila, Y. Zulkifli, I. Maizura, A.m. Din, N. Rajanaidu, dan A. Kushairi. (2017). Long-term Storage of oil palm g e r m p l a s m z y g o t i c e m b r y o u s i n g cryopreservation. Journal of Oil Palm Research 29(4):541-547.

Palanyandy, S.R., S. Gantait., S. Subramanlam, dan U.R. Sinniah. (2020). Cryopreservation of oil palm (Elaeis guineensis Jacq.) polyembryoids via encapsulation-desiccation. 3 Biotech (2020)10.9:1-10.

Prakash, K., K.S. Kumar., dan R. Chaudhury. (2019). Cryopreservation of kernel and zygotic embryos of oil palm (Elaeis guineensis Jacq.).

Journal of Plantation Crops 47(1):16-23.

Rajanaidu, N dan M.M. Ainul. (2013). Chapter 10: Conservation of oil palm and coconur genetic resources. Conservation of Tropical Plant Species. Springer Science and Business Media, New York.

Reed, B.M. (2011). Choosing and applying cryopreservation protocols to new plant species or tissues. Acta Horticulturae 908:363-372. Tandon, R., R. Chaudhury, dan K.R. Shivanna. (2007).

Cryopreservation of oil palm pollen. Current

(2)

Tabel 3. Komposisi asam lemak dan titik leleh baking shortening

Komposisi asam lemak (%) Nilai

C6:0 0,01 C8:0 0,2 C10:0 0,2 C12:0 2,4 C14:0 1,6 C16:0 46,1 C16:1 0,0 C18:0 4,2 C18:1 cis 36,5 C18:2 cis 8,0 C18:3 0,5 C20:0 0,1 C20:1 0,0 Titik leleh (°C) 40,0

Bahan untuk analisa yang digunakan dalam pengujian mutu produk meliputi metanol dan heksan diperoleh dari suplier lokal E Merck di Medan.

Pembuatan Baking shortening

Baking shortening dibuat dengan menggunakan RBDPO, RBDPS dan RBDPKO pada nisbah 75:20:5. Pembuatan baking shortening mengadopsi prosedur Hasibuan dan Hardika (2015) dan Hasibuan dan Magindrin (2015). Bahan baku dicampur kemudian dipanaskan pada suhu 55 – 60°C dan diaduk hingga homogen. Campuran ditekstur dalam alat texturing dengan kondisi didinginkan pada suhu 3 – 5°C sambil diaduk selama 30 – 45 menit. Produk yang dihasilkan ditentukan mutunya meliputi kadar asam lemak bebas (ALB), bilangan peroksida dan kadar air serta sifat fisiko kimianya meliputi titik leleh dan komposisi asam lemak dengan menggunakan metode standar MPOB

(MPOB, 2004). Pembuatan Donat

Donat dibuat dengan formula yang dimiliki oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) seperti yang disajikan pada Tabel 1. Bahan baku dicampurkan dalam mixer hingga kalis. Selanjutnya adonan difermentasi selama 15 menit dan ditimbang sebanyak 20 g (sebanyak 6 sampel diberi tanda dan diukur tinggi dan diameternya sebelum difermentasi) kemudian difermentasi pada suhu 55°C selama 1 jam. Adonan yang telah mengembang digoreng pada suhu penggorengan 160°C hingga diperoleh produk berwarna kuning keemasan (sebanyak 6 sampel bertanda diukur tinggi dan diameternya setelah digoreng). Donat dianalisa fisiko kimianya meliputi kadar lemak, kadar karoten dan kadar vitamin E dengan mengacu pada metode standar MPOB (MPOB, 2004) serta uji organoleptik.

Perlakuan Formula

C 1 (kontrol) Formulasi PPKS sebagai kontrol dengan penggunaan baking shortening

26 g/kg adonan

C 2 Formulasi PPKS tanpa penambahan margarin dengan penggunaan

baking shortening 86 g/kg adonan

C 3 Formulasi PPKS tanpa penambahan margarin dan butter (shortening

seluruhnya) dengan penggunaan baking shortening 136 gr/kg adonan

Tabel 1. Formulasi donat

Uji Organoleptik

Uji organoleptik dilakukan pada 25 orang panelis agak terlatih terhadap kesukaan produk donat meliputi kenampakan, warna, aroma, tekstur, dan rasa dengan penilaian pada skala hedonik yaitu 1 (tidak suka), 2 (agak tidak suka), 3 (netral), 4 (agak suka) dan 5 (suka).

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Baking shortening

Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan

baking shortening adalah RBDPO, RBDPS dan

RBDPKO sesuai dengan Hasibuan dan Magindrin (2015) pada rasio 75:20:5. RBDPO merupakan

produk yang dihasilkan dari rafinasi CPO yang memilik asam lemak bebas dan kadar karoten yang rendah sehingga berwarna kuning pucat dan pada suhu ruang akan membentuk dua fase yaitu fraksi cair (olein) dan fraksi padat (stearin) dengan titik leleh berkisar antara 33,0 – 39,0°C. RBDPS merupakan minyak yang diperoleh dari fraksinasi RBDPO dan merupakan fraksi padat. Pada suhu ruang, RBDPS berbentuk padat dengan titik leleh cukup tinggi yaitu 48,8 – 57,6°C. RBDPKO merupakan produk hasil rafinasi dari PKO dan memiliki asam lemak bebas yang rendah dan pada suhu ruang berbentuk cair dengan titik leleh 27,2 – 28,6°C (Hasibuan dan Siahaan, 2013).

Umumnya, dalam pembuatan shortening digunakan RBDPS sebagai lemak yang dapat

memberikan tekstur semi padat hingga padat pada produk shortening bebas lemak trans. Hassan et al., (2016) melaporkan RBDPS ditambahkan ke dalam shortening komersial hingga 25% menghasilkan produk kue dengan karakteristik mirip dengan tanpa penambahan RBDPS. Sebagai tambahan, Silow et al., (2016) melaporkan pembuatan puff pastry shortening berkadar asam

lemak trans rendah dari campuran antara RBDPS dan rapeseed oil. Campuran antara RBDPS dan high

oleic safflower oil juga menghasilkan produk shortening bebas lemak trans (Buitimea-Cantúa et

al. 2017).

Baking shortening yang dibuat pada penelitian

ini memiliki mutu dan karakteristik sifat fisiko kimia seperti disajikan pada Tabel 2 dan Tabel 3. Tabel 2. Mutu baking shortening

Parameter Nilai ± standar deviasi

Kadar ALB (%) 0,30 ± 0,003

Bilangan peroksida (mgeq/kg) 2,60 ± 0,109

(3)

Tabel 3. Komposisi asam lemak dan titik leleh baking shortening

Komposisi asam lemak (%) Nilai

C6:0 0,01 C8:0 0,2 C10:0 0,2 C12:0 2,4 C14:0 1,6 C16:0 46,1 C16:1 0,0 C18:0 4,2 C18:1 cis 36,5 C18:2 cis 8,0 C18:3 0,5 C20:0 0,1 C20:1 0,0 Titik leleh (°C) 40,0

Bahan untuk analisa yang digunakan dalam pengujian mutu produk meliputi metanol dan heksan diperoleh dari suplier lokal E Merck di Medan.

Pembuatan Baking shortening

Baking shortening dibuat dengan menggunakan RBDPO, RBDPS dan RBDPKO pada nisbah 75:20:5. Pembuatan baking shortening mengadopsi prosedur Hasibuan dan Hardika (2015) dan Hasibuan dan Magindrin (2015). Bahan baku dicampur kemudian dipanaskan pada suhu 55 – 60°C dan diaduk hingga homogen. Campuran ditekstur dalam alat texturing dengan kondisi didinginkan pada suhu 3 – 5°C sambil diaduk selama 30 – 45 menit. Produk yang dihasilkan ditentukan mutunya meliputi kadar asam lemak bebas (ALB), bilangan peroksida dan kadar air serta sifat fisiko kimianya meliputi titik leleh dan komposisi asam lemak dengan menggunakan metode standar MPOB

(MPOB, 2004). Pembuatan Donat

Donat dibuat dengan formula yang dimiliki oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) seperti yang disajikan pada Tabel 1. Bahan baku dicampurkan dalam mixer hingga kalis. Selanjutnya adonan difermentasi selama 15 menit dan ditimbang sebanyak 20 g (sebanyak 6 sampel diberi tanda dan diukur tinggi dan diameternya sebelum difermentasi) kemudian difermentasi pada suhu 55°C selama 1 jam. Adonan yang telah mengembang digoreng pada suhu penggorengan 160°C hingga diperoleh produk berwarna kuning keemasan (sebanyak 6 sampel bertanda diukur tinggi dan diameternya setelah digoreng). Donat dianalisa fisiko kimianya meliputi kadar lemak, kadar karoten dan kadar vitamin E dengan mengacu pada metode standar MPOB (MPOB, 2004) serta uji organoleptik.

Perlakuan Formula

C 1 (kontrol) Formulasi PPKS sebagai kontrol dengan penggunaan baking shortening

26 g/kg adonan

C 2 Formulasi PPKS tanpa penambahan margarin dengan penggunaan

baking shortening 86 g/kg adonan

C 3 Formulasi PPKS tanpa penambahan margarin dan butter (shortening

seluruhnya) dengan penggunaan baking shortening 136 gr/kg adonan

Tabel 1. Formulasi donat

Uji Organoleptik

Uji organoleptik dilakukan pada 25 orang panelis agak terlatih terhadap kesukaan produk donat meliputi kenampakan, warna, aroma, tekstur, dan rasa dengan penilaian pada skala hedonik yaitu 1 (tidak suka), 2 (agak tidak suka), 3 (netral), 4 (agak suka) dan 5 (suka).

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Baking shortening

Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan

baking shortening adalah RBDPO, RBDPS dan

RBDPKO sesuai dengan Hasibuan dan Magindrin (2015) pada rasio 75:20:5. RBDPO merupakan

produk yang dihasilkan dari rafinasi CPO yang memilik asam lemak bebas dan kadar karoten yang rendah sehingga berwarna kuning pucat dan pada suhu ruang akan membentuk dua fase yaitu fraksi cair (olein) dan fraksi padat (stearin) dengan titik leleh berkisar antara 33,0 – 39,0°C. RBDPS merupakan minyak yang diperoleh dari fraksinasi RBDPO dan merupakan fraksi padat. Pada suhu ruang, RBDPS berbentuk padat dengan titik leleh cukup tinggi yaitu 48,8 – 57,6°C. RBDPKO merupakan produk hasil rafinasi dari PKO dan memiliki asam lemak bebas yang rendah dan pada suhu ruang berbentuk cair dengan titik leleh 27,2 – 28,6°C (Hasibuan dan Siahaan, 2013).

Umumnya, dalam pembuatan shortening digunakan RBDPS sebagai lemak yang dapat

memberikan tekstur semi padat hingga padat pada produk shortening bebas lemak trans. Hassan et al., (2016) melaporkan RBDPS ditambahkan ke dalam shortening komersial hingga 25% menghasilkan produk kue dengan karakteristik mirip dengan tanpa penambahan RBDPS. Sebagai tambahan, Silow et al., (2016) melaporkan pembuatan puff pastry shortening berkadar asam

lemak trans rendah dari campuran antara RBDPS dan rapeseed oil. Campuran antara RBDPS dan high

oleic safflower oil juga menghasilkan produk shortening bebas lemak trans (Buitimea-Cantúa et

al. 2017).

Baking shortening yang dibuat pada penelitian

ini memiliki mutu dan karakteristik sifat fisiko kimia seperti disajikan pada Tabel 2 dan Tabel 3. Tabel 2. Mutu baking shortening

Parameter Nilai ± standar deviasi

Kadar ALB (%) 0,30 ± 0,003

Bilangan peroksida (mgeq/kg) 2,60 ± 0,109

(4)

dimana donat C2 menyerap minyak relatif banyak. Menurut Muchtadi dan Sugiyono (2013), selain sebagai media pemindah panas, minyak goreng juga akan terbawa ke dalam produk gorengan dalam jumlah tertentu. Oleh karena itu, jumlah minyak di dalam wajan selama penggorengan akan berkurang setiap kali digunakan untuk menggoreng. Kadar vitamin E dan karoten lemak pada donat disajikan pada Tabel 5 yang secara umum relatif tidak berbeda untuk ketiga formulasi.

Uji organoleptik

Tabel 6 menunjukkan penerimaan panelis

KESIMPULAN

Pembuatan donat dengan menggunakan baking

shortening berbahan minyak sawit dan minyak inti

sawit dapat dilakukan dengan mutu dan penerimaan oleh panelis terhadap kenampakan, warna dan tekstur relatif sama, namun rasa dan aromanya relatif rendah dibandingkan dengan menggunakan margarin dan

butter komersial.

DAFTAR PUSTAKA

Azis, A. A., Mahmoud, Roselina, K., Boo, H. C., Nyuk, L. C., & Che Man, Y. B. (2011). Rheological, chemical and DSC thermal characteristics of different types of palm oil/palm stearin-based shortening. International Food Research

Journal, 18, 189-200.

Badan Standardisasi Nasional. (2012). Minyak

Goreng. SNI 7709:2012.

Buitimea-Cantúa, N. A., Salazar-Garcia, M. G.,

Vidal-Quintanar, R. L., Serna-Saldivar, S. O., Ortega-Ramirez, R., & Buitimea-Cantúa, G. V. (2017). Formulation of zero trans crystalized fats produced from palm stearin and high oleic safflower oil blends. Journal of Food Quality. https://doi.org/10.1155/2017/1253976

Hasibuan, H. A., Siahaan, D., & Sunarya. (2012). Kajian karakteristik minyak inti sawit Indonesia dan produk fraksinya terkait dengan amandemen standar Codex. Jurnal

Standardisasi, 14, 98-104.

Hasibuan, H. A., Siahaan, D., & Sunarya. (2012). Kajian karakteristik minyak inti sawit Indonesia dan produk fraksinya terkait dengan amandemen standar Codex. Jurnal

Standardisasi, 14, 98-104.

Hasibuan, H. A., & Siahaan, D. (2013). Karakteristik

CPO, Minyak Sawit dan Fraksinya. Seri buku

saku 31, Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan.

Hasibuan, H. A., & Hardika, A. P. (2015). Formulasi

terhadap produk donat. Penilaian kenampakan, warna dan tekstur donat C2 dan C3 tidak berbeda nyata dengan C1 (kontrol) dengan penilaian sebesar 3,80 – 4,17 (kenampakan), 3,7 – 4,0 (warna) 3,40 – 3,93 (tekstur). Nilai tersebut memiliki tingkat penilaian berkisar antara netral hingga suka. Sementara itu, penilaian rasa dan aroma C2 dan C3 berbeda nyata dengan C1. Hal ini disebabkan oleh berbedanya bahan baku yaitu adanya penggunaan margarin dan atau

butter. Margarin merupakan campuran lemak dan

air yang memiliki citarasa asin dan aroma yang menarik sementara baking shortening tidak memiliki rasa dan aroma.

Lemak pada produk donat diperoleh dari margarin, butter, baking shortening, susu dan kuning telur. Kadar lemak pada donat untuk semua perlakuan berkisar antara 31,0 – 38,6% (Tabel 5). Rendahnya kadar lemak pada sampel C1 (kontrol) disebabkan oleh adonan donat mengandung

margarine yang cukup banyak dibandingkan C2 dan C3. Margarin terbuat dari campuran lemak dan air dengan kadar air umumnya sebesar 15 – 16 % (Hasibuan dan Hardika, 2015). Sampel C2 mengandung kadar lemak yang cukup tinggi hal ini diduga disebabkan oleh proses penggorengan

Sampel

Sebelum proofing Setelah proofing Setelah penggorengan

Diameter (cm) Tinggi (cm) Diameter (cm) Tinggi (cm) Diameter (cm) Tinggi (cm) C1 3,6 2,9 C2 3,6 2,8 C3 3,7 2,5 2,4 2,6 6,6 6,5 6,7 3,5 3,6 4,2 6,3 6,0 6,5 3,0

Tabel 4. Pengembangan diameter dan tinggi donat

Tabel 5. Kandungan zat gizi pada donat

Perlakuan Parameter

Tekstur Warna Rasa Aroma Kenampakan

C1 3,93 a 3,70 a 3,60 a 3,70 a 3,83 a

C2 3,87 a 3,90 a 2,70 b 2,80 b 3,80 a

C3 3,40 a 4,00 a 2,90 b 2,77 b 4,17 a

Tabel 6. Data uji organoleptik donat ALB, bilangan peroksida dan kadar air baking

shortening cukup memenuhi standar nasional

Indonesia dengan sebagai pembanding produk minyak goreng (SNI 7709: 2012) dengan ALB ( ma k s imu m 0 , 3 %) , b ila n g a n p e r o k s id a (maksimum 10 mgeq/kg) dan air (maksimum 0,1%) (Badan Standardisasi Nasional, 2012). Baking shortening mengandung asam laurat dan asam miristat masing-masing sebesar 2,4 dan 1,6% (Tabel 3) yang berasal dari minyak inti sawit. Minyak inti sawit mengandung asam laurat dan asam miristat masing-masing sebesar 47,6 – 54,3% dan 14,3 – 17,1% (Hasibuan et al., 2012; Hasibuan dan Siahaan, 2013). Baking shortening juga mengandung asam palmitat dan asam oleat masing-masing sebesar 46,1% dan 36,6% yang dimiliki oleh fraksi minyak sawit dari RBDPO dan RBDPS (Hasibuan dan Siahaan, 2013). Menurut Azis et al., (2011) bahwa asam lemak yang umum

terdapat pada shortening adalah asam palmitat dan asam oleat. Campuran antara RBDPO, RBDPS dan RBDPKO pada rasio 75:20:5 menyebabkan titik leleh pada baking shortening sebesar 40°C (Tabel 3).

Mutu Produk Donat

Volume pengembangan adonan ditentukan dengan kenaikan tinggi dan diameter produk donat sebelum proofing, setelah proofing dan setelah penggorengan. Tabel 4 menunjukkan kenaikan diameter dan tinggi pengembangan donat dan secara umum, penggunaan baking

shortening untuk menggantikan margarin dan butter menghasilkan diameter dan tinggi

pengembangan donat yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan margarin atau butter komersial.

(ppm)

Sampel Lemak (%) Vitamin E pada lemak Karoten pada lemak

(ppm)

C1 31,0 38,43 10,14

C2 38,6 38,43 10,19

(5)

dimana donat C2 menyerap minyak relatif banyak. Menurut Muchtadi dan Sugiyono (2013), selain sebagai media pemindah panas, minyak goreng juga akan terbawa ke dalam produk gorengan dalam jumlah tertentu. Oleh karena itu, jumlah minyak di dalam wajan selama penggorengan akan berkurang setiap kali digunakan untuk menggoreng. Kadar vitamin E dan karoten lemak pada donat disajikan pada Tabel 5 yang secara umum relatif tidak berbeda untuk ketiga formulasi.

Uji organoleptik

Tabel 6 menunjukkan penerimaan panelis

KESIMPULAN

Pembuatan donat dengan menggunakan baking

shortening berbahan minyak sawit dan minyak inti

sawit dapat dilakukan dengan mutu dan penerimaan oleh panelis terhadap kenampakan, warna dan tekstur relatif sama, namun rasa dan aromanya relatif rendah dibandingkan dengan menggunakan margarin dan

butter komersial.

DAFTAR PUSTAKA

Azis, A. A., Mahmoud, Roselina, K., Boo, H. C., Nyuk, L. C., & Che Man, Y. B. (2011). Rheological, chemical and DSC thermal characteristics of different types of palm oil/palm stearin-based shortening. International Food Research

Journal, 18, 189-200.

Badan Standardisasi Nasional. (2012). Minyak

Goreng. SNI 7709:2012.

Buitimea-Cantúa, N. A., Salazar-Garcia, M. G.,

Vidal-Quintanar, R. L., Serna-Saldivar, S. O., Ortega-Ramirez, R., & Buitimea-Cantúa, G. V. (2017). Formulation of zero trans crystalized fats produced from palm stearin and high oleic safflower oil blends. Journal of Food Quality. https://doi.org/10.1155/2017/1253976

Hasibuan, H. A., Siahaan, D., & Sunarya. (2012). Kajian karakteristik minyak inti sawit Indonesia dan produk fraksinya terkait dengan amandemen standar Codex. Jurnal

Standardisasi, 14, 98-104.

Hasibuan, H. A., Siahaan, D., & Sunarya. (2012). Kajian karakteristik minyak inti sawit Indonesia dan produk fraksinya terkait dengan amandemen standar Codex. Jurnal

Standardisasi, 14, 98-104.

Hasibuan, H. A., & Siahaan, D. (2013). Karakteristik

CPO, Minyak Sawit dan Fraksinya. Seri buku

saku 31, Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan.

Hasibuan, H. A., & Hardika, A. P. (2015). Formulasi

terhadap produk donat. Penilaian kenampakan, warna dan tekstur donat C2 dan C3 tidak berbeda nyata dengan C1 (kontrol) dengan penilaian sebesar 3,80 – 4,17 (kenampakan), 3,7 – 4,0 (warna) 3,40 – 3,93 (tekstur). Nilai tersebut memiliki tingkat penilaian berkisar antara netral hingga suka. Sementara itu, penilaian rasa dan aroma C2 dan C3 berbeda nyata dengan C1. Hal ini disebabkan oleh berbedanya bahan baku yaitu adanya penggunaan margarin dan atau

butter. Margarin merupakan campuran lemak dan

air yang memiliki citarasa asin dan aroma yang menarik sementara baking shortening tidak memiliki rasa dan aroma.

Lemak pada produk donat diperoleh dari margarin, butter, baking shortening, susu dan kuning telur. Kadar lemak pada donat untuk semua perlakuan berkisar antara 31,0 – 38,6% (Tabel 5). Rendahnya kadar lemak pada sampel C1 (kontrol) disebabkan oleh adonan donat mengandung

margarine yang cukup banyak dibandingkan C2 dan C3. Margarin terbuat dari campuran lemak dan air dengan kadar air umumnya sebesar 15 – 16 % (Hasibuan dan Hardika, 2015). Sampel C2 mengandung kadar lemak yang cukup tinggi hal ini diduga disebabkan oleh proses penggorengan

Sampel

Sebelum proofing Setelah proofing Setelah penggorengan

Diameter (cm) Tinggi (cm) Diameter (cm) Tinggi (cm) Diameter (cm) Tinggi (cm) C1 3,6 2,9 C2 3,6 2,8 C3 3,7 2,5 2,4 2,6 6,6 6,5 6,7 3,5 3,6 4,2 6,3 6,0 6,5 3,0

Tabel 4. Pengembangan diameter dan tinggi donat

Tabel 5. Kandungan zat gizi pada donat

Perlakuan Parameter

Tekstur Warna Rasa Aroma Kenampakan

C1 3,93 a 3,70 a 3,60 a 3,70 a 3,83 a

C2 3,87 a 3,90 a 2,70 b 2,80 b 3,80 a

C3 3,40 a 4,00 a 2,90 b 2,77 b 4,17 a

Tabel 6. Data uji organoleptik donat ALB, bilangan peroksida dan kadar air baking

shortening cukup memenuhi standar nasional

Indonesia dengan sebagai pembanding produk minyak goreng (SNI 7709: 2012) dengan ALB ( ma k s imu m 0 , 3 %) , b ila n g a n p e r o k s id a (maksimum 10 mgeq/kg) dan air (maksimum 0,1%) (Badan Standardisasi Nasional, 2012). Baking shortening mengandung asam laurat dan asam miristat masing-masing sebesar 2,4 dan 1,6% (Tabel 3) yang berasal dari minyak inti sawit. Minyak inti sawit mengandung asam laurat dan asam miristat masing-masing sebesar 47,6 – 54,3% dan 14,3 – 17,1% (Hasibuan et al., 2012; Hasibuan dan Siahaan, 2013). Baking shortening juga mengandung asam palmitat dan asam oleat masing-masing sebesar 46,1% dan 36,6% yang dimiliki oleh fraksi minyak sawit dari RBDPO dan RBDPS (Hasibuan dan Siahaan, 2013). Menurut Azis et al., (2011) bahwa asam lemak yang umum

terdapat pada shortening adalah asam palmitat dan asam oleat. Campuran antara RBDPO, RBDPS dan RBDPKO pada rasio 75:20:5 menyebabkan titik leleh pada baking shortening sebesar 40°C (Tabel 3).

Mutu Produk Donat

Volume pengembangan adonan ditentukan dengan kenaikan tinggi dan diameter produk donat sebelum proofing, setelah proofing dan setelah penggorengan. Tabel 4 menunjukkan kenaikan diameter dan tinggi pengembangan donat dan secara umum, penggunaan baking

shortening untuk menggantikan margarin dan butter menghasilkan diameter dan tinggi

pengembangan donat yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan margarin atau butter komersial.

(ppm)

Sampel Lemak (%) Vitamin E pada lemak Karoten pada lemak

(ppm)

C1 31,0 38,43 10,14

C2 38,6 38,43 10,19

(6)

dan pengolahan margarin menggunakan fraksi minyak sawit pada skala industri kecil serta aplikasinya dalam pembuatan bolu gulung.

Jurnal Agritech, 35, 377-386.

Hasibuan, H. A., & Magindrin. (2015). Pengembangan proses pengolahan shortening berbahan minyak sawit pada skala industri kecil kapasitas 50 kg/batch. Warta Hasil Penelitian Industri, 32, 24-32.

Hassan, C. Z., Agbaje, R., & Fauzi, A. H. B. M. (2016). The effects of fat substitution using palm stearin on the colorimetric and sensorial characteristics of cake. IOSR Journal of Environmental

Science, Toxicology and Food Technology ( I O S R - J E S T F T ) , 1 0 , 5 2 - 5 6 .

https://doi.org/10.9790/2402-10215256

MPOB. (2004). MPOB Test Method: A Compendium of

Test on Palm Oil Products, Palm Kernel

Products, Fatty Acids, Food Related Products and Others. Malaysia.

Muchtadi, T. R., & Sugiyono. (2013). Prinsip dan

Proses Teknologi Pangan. Alfabeta. Bandung.

Siahaan, D., Sianipar, N., & Manurung, H. (2013). Pengembangan proses pembuatan pastry

shortening berbahan baku fraksi-fraksi minyak

kelapa sawit. Warta Pusat Penelitian Kelapa

Sawit, 1, 25-36.

Silow, C., Zannini, E., & Arendt, E. K. (2016). Impact of low trans fat compositions on the quality of conventional and fat reduced puff pastry.

Journal Food Science Technology, 53,

2117-2126. https://doi.org/10.1007/s13197-016-2186-z

Subagjo, A. (2007). Manajemen Pengolahan Kue dan

Roti. Yogyakarta. Graha Ilmu.

PERTUMBUHAN TANAMAN KELAPA SAWIT PADA LAHAN DENGAN

TANAMAN PENUTUP TANAH

MUCUNA BRACTEATA YANG TIDAK

TERAWAT DAN ALANG-ALANG (

IMPERATA CYLINDRICA)

sesuai dengan standar terutama pada fase tanaman belum menghasilkan (TBM) memegang peranan penting dalam pencapaian produktivitas yang berkelanjutan. Salah satu kegiatan kultur teknis di TBM yang terkadang sering diabaikan adalah pemeliharaan tanaman penutup tanah (land cover

crop).

Tanaman penutup tanah memiliki peranan penting pada proses penghancuran agregat oleh hujan dan menurunkan aliran permukaan. Penggunaan tanaman penutup tanah terutama yang berasal dari legume atau

leguminosa cover crop (LCC) merupakan salah satu

cara yang tepat untuk memperbaiki atau menjaga kesuburan tanah dengan cara meningkatkan ketersediaan bahan organik dan nitrogen dalam tanah. Selain itu, LCC juga berperan dalam menekan pertumbuhan gulma (Saputra dan Wawan, 2017). Salah satu penentu keberhasilan perbaikan lahan adalah dengan pemilihan jenis LCC yang tepat. Terdapat beberapa jenis LCC yang sering dibudidayakan di perkebunan kelapa sawit yaitu PENDAHULUAN

Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu jenis tanaman yang menduduki posisi penting di Indonesia. Hal ini disebabkan karena kelapa sawit merupakan salah satu komoditi non-migas penyumbang devisa terbesar di Indonesia (Astrini, 2014). Selain itu, tanaman kelapa sawit juga merupakan penghasil minyak nabati dengan nilai ekonomi terbesar per hektar dibandingkan tanaman penghasil minyak nabati lainnya (Nasution et al., 2014). Saat ini, upaya untuk menjamin kestabilan produksi kelapa sawit dilakukan dengan cara penerapan teknologi budidaya yang baik (good agricultural practices) yang termasuk di dalamnya kegiatan kultur teknis. Kultur teknis yang

1

Muhdan Syarovy*, Heri Santoso dan Deby Setyany Sembiring

Penulis yang tidak disertai dengan catatan kaki instansi adalah peneliti pada Pusat Penelitian Kelapa Sawit

Muhdan Syarovy( )*

Pusat Penelitian Kelapa Sawit

Jl. Brigjen Katamso No. 51 Medan, Indonesia Email: [email protected]

1

Mahasiswa Universitas Gadjah Mada.

Abstrak - Mucuna bracteata (MB) merupakan salah satu jenis tanaman penutup tanah (cover crop) yang banyak digunakan di perkebunan kelapa sawit. Tanaman ini memiliki kelebihan diantaranya mampu memproduksi biomasa yang banyak, mengandung N lebih tinggi, berumur panjang, tahan terhadap naungan dan memiliki pertumbuhan yang cepat. Namun demikian, apabila pemeliharaan MB tidak dilakukan sesuai standar maka akan mengganggu pertumbuhan tanaman kelapa sawit. Hal ini karena sifat MB yang akan tumbuh menjalar dan melilit apapun yang ada disekitarnya. Bahkan, pada beberapa kasus tanaman kelapa sawit dapat mati akibat tanaman tidak mendapatkan ruang tumbuh dan cahaya yang cukup untuk melakukan aktivitas fotosintesis. Disisi lain, areal tanaman kelapa sawit yang tidak ditanam cover crop akan mengakibatkan pertumbuhan gulma terutama alang-alang menjadi tidak terkendali. Selain itu, gulma alang-alang-alang-alang dapat menghasilkan senyawa alelopati yang berdampak buruk bagi pertumbuhan kelapa sawit. Tulisan ini bertujuan untuk membandingkan pertumbuhan kelapa sawit tanpa pemeliharaan MB dan tanaman kelapa sawit yang seluruh arealnya didominasi oleh pertumbuhan gulma alang-alang. Studi kasus penelitian ini dilakukan di salah satu kebun di Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan yang tidak melakukan kegiatan kultur teknis sesuai standar termasuk pemupukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman kelapa sawit pada lahan dengan tanaman penutup tanah MB walaupun tanpa pemeliharaan memiliki pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan pada areal dengan tanaman penutup tanah alang-alang. Hal ini tercermin dari kondisi visual dan pertumbuhan vegetatif tanaman.

Gambar

Tabel 3. Komposisi asam lemak dan titik leleh baking shortening
Tabel 2. Mutu baking shortening
Tabel 4. Pengembangan diameter dan tinggi donat
Tabel 4. Pengembangan diameter dan tinggi donat

Referensi

Dokumen terkait

Sampel yang diperiksa dalam penelitian ini yaitu Cocoa Butter Substitute (CBS) yang terdiri dari minyak inti sawit terhidrogenasi (Hydrogenated Palm Kernel Oil, HPKO), minyak

Gliserolisis terhadap minyak inti sawit menggunakan katalis NaOCH3 akan menghasilkan gliserolat dalam bentuk campuran monogliserida, diagliserida, dan trigliserida yang

Hasil rata – rata yang diperoleh dari penetapan kadar asam lemak bebas pada minyak kelapa murni adalah 0,2320% sedangkan kadar asam lemak bebas pada minyak inti sawit yang

Philipus Sembiring: Biokonversi Limbah Pabrik Minyak Inti Sawit Dengan Phanerochaete Chrysosporium..., 2006... Philipus Sembiring: Biokonversi Limbah Pabrik Minyak Inti Sawit

PADA PROSES PEMBUATAN SURFAKTAN DIETANOLAMIDA BERBASIS ASAM LEMAK DARI MINYAK INTI

Mengingat buah dapat dikatakan satu - satunya bagian pohon kelapa sawit yang mengandung produk yang bernilai ekonomi, yaitu minyak kelapa sawit dan minyak inti kelapa sawit,

Judul : Pengaruh Waktu Penyimpanan Inti Sawit Terhadap Kadar Asam Lemak Bebas (%ALB) Pada Minyak Inti Sawit Di PTPN III Kebun Rambutan-Tebing Tinggi. Kategori :

Kata Kunci : Minyak Sawit Mentah, Optimasi, Sistem Pakar Kabur, Random Direct Search Pendahuluan Proses pengolahan minyak sawit mentah dan inti sawit dibagi dalam enam stasiun