• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dasar-Dasar Ilmu Manajemen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Dasar-Dasar Ilmu Manajemen"

Copied!
210
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

Dasar-Dasar Ilmu Manajemen

Astrie Krisnawati, Nenny Ika Putri Simarmata Iskandar Kato, Tiara Widya Antikasari

Candra Mochamad Surya, Hery Pandapotan Silitonga Astri Rumondang Banjarnahor, Sukarman Purba Adhi Prasetio, Mochamad Sugiarto, Martono Anggusti

(5)

Copyright © Yayasan Kita Menulis, 2021 Penulis:

Astrie Krisnawati, Nenny Ika Putri Simarmata Iskandar Kato, Tiara Widya Antikasari

Candra Mochamad Surya, Hery Pandapotan Silitonga Astri Rumondang Banjarnahor, Sukarman Purba Adhi Prasetio, Mochamad Sugiarto, Martono Anggusti

Editor: Abdul Karim & Janner Simarmata Desain Sampul: Devy Dian Pratama, S.Kom.

Penerbit Yayasan Kita Menulis

Web: kitamenulis.id e-mail: press@kitamenulis.id

WA: 0821-6453-7176 IKAPI: 044/SUT/2021

Katalog Dalam Terbitan Hak cipta dilindungi undang-undang

Dilarang memperbanyak maupun mengedarkan buku tanpa Izin tertulis dari penerbit maupun penulis

Astrie Krisnawati., dkk. Dasar-Dasar Ilmu Manajemen

Yayasan Kita Menulis, 2021 xiv; 194 hlm; 16 x 23 cm ISBN: 978-623-342-154-6 Cetakan 1, Juli 2021

I. Dasar-Dasar Ilmu Manajemen II. Yayasan Kita Menulis

(6)

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan Semesta Alam Yang Maha Pengasih dan Penyayang, atas rahmat dan kuasa-Nya penulisan dan penyusunan buku “Dasar-Dasar Ilmu Manajemen” telah dapat diselesaikan dengan baik. Tim Penulis menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada Yayasan Kita Menulis yang telah memberi kesempatan dan mendorong kolaborasi penulisan buku ini, serta memfasilitasi penerbitannya. Ucapan terima kasih juga Tim Penulis sampaikan kepada seluruh pihak yang telah mendukung dan berkontribusi terhadap penyelesaian buku ini.

Ilmu manajemen sangat dibutuhkan dalam menjalankan bisnis maupun dalam menjalankan kehidupan manusia sehari-hari, baik secara individu maupun kelompok. Penguasaan ilmu manajemen yang baik dapat membantu manusia melakukan pekerjaannya secara efektif dan efisien. Implementasi ilmu manajemen yang baik pada organisasi juga akan mendukung keberhasilan organisasi tersebut dalam upaya pencapaian tujuannya.

Buku ini disusun untuk memberi manfaat teoritis bagi para akademisi dan mahasiswa, serta memberi manfaat praktis bagi para pelaku bisnis dan masyarakat umum berupa wawasan dan pengetahuan dasar mengenai ilmu manajemen. Buku ini terdiri dari 11 bab yang berisi pengetahuan dasar ilmu manajemen, yaitu:

Bab 1 Konsep Dasar Ilmu Manajemen Bab 2 Sejarah dan Teori Manajemen Bab 3 Manajemen dan Lingkungannya Bab 4 Fungsi-Fungsi Manajemen Bab 5 Manajemen Strategis

(7)

Bab 6 Perencanaan dan Pengambilan Keputusan Bab 7 Kebijakan dan Hubungan Karyawan Bab 8 Manajemen Konflik dan Negosiasi Bab 9 Manajemen Usaha Kecil

Bab 10 Manajemen Kewirausahaan Bab 11 Manajemen Masa Depan

Tentu saja buku ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, Tim Penulis memohon maaf atas segala kekurangan yang terdapat pada buku ini dan memohon saran dan masukan yang konstruktif demi perbaikan di masa yang akan datang.

Tim Penulis juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada para pembaca. Semoga buku ini dapat membawa kebaikan dan manfaat besar bagi banyak pihak.

Juli 2021 Tim Penulis

(8)

Daftar Isi

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... vii

Daftar Gambar ... xi

Daftar Tabel ... xiii

Bab 1 Konsep Dasar Ilmu Manajemen 1.1 Pendahuluan ... 1

1.2 Pengertian Manajemen ... 1

1.3 Fungsi Manajemen ... 2

1.4 Hierarki Manajemen ... 7

1.4.1 Orang Yang Melakukan Pekerjaan ... 7

1.4.2 First-Line Managers ... 8

1.4.3 Middle Managers ... 8

1.4.4 Senior Managers ... 9

1.4.5 Dewan Direksi ... 9

Bab 2 Sejarah Dan Teori Manajemen 2.1 Teori Manajemen Ilmiah ... 11

2.2 Teori Manajemen Klasik ... 15

2.2.1 Henry Fayol (1841 – 1925) ... 15

2.2.2 Mary Parker Follet (1868 – 1933) ... 16

2.2.3 Chaster I. Barnard (1886 – 1961) ... 16

2.3 Pendekatan Hubungan Manusiawi ... 16

2.4 Hawthorne Studies ... 17

2.5 Pendekatan Manajemen Modern ... 18

2.5.1 Teori Kebutuhan Maslow ... 18

2.5.2 Teori X Dan Teori Y ... 19

(9)

Bab 3 Manajemen Dan Lingkungannya

3.1 Pendahuluan ... 23

3.2 Manajemen Dan Lingkungan Eksternal ... 24

3.3 Manajemen Dan Lingkungan Internal ... 29

3.4 Hubungan Manajemen Dan Organisasi ... 31

3.5 Hubungan Manajemen Dan Globalisasi ... 35

Bab 4 Fungsi- Fungsi Manajemen 4.1 Pendahuluan ... 37

4.2 Perencanaan ... 43

4.2.1 Pengertian Perencanaan ... 43

4.2.2 Tujuan Perencanaan ... 44

4.2.3 Pendekatan Proses Perencanaan ... 45

4.3 Pengorganisasian ... 46

4.3.1 Pengertian Pengorganisasian ... 46

4.3.2 Struktur Organisasi ... 48

4.3.3 Bagan Organisasi ... 50

4.3.4 Kekuasaan, Kewenangan, Dan Tanggung Jawab ... 54

4.4 Pengarahan ... 56 4.4.1 Pengertian Pengarahan ... 56 4.4.2 Prinsip-Prinsip Perintah ... 57 4.4.3 Jenis-Jenis Perintah ... 58 4.5 Pengendalian ... 59 4.5.1 Pengertian Pengendalian ... 59

4.5.2 Standar Operasi Prosedur Pengawasan ... 60

Bab 5 Manajemen Strategik 5.1 Pengertian Strategi ... 63

5.1.1 Jenis Strategi ... 63

5.1.2 Tingkatan Strategi ... 64

5.2 Pengertian Manajemen Strategik ... 65

5.3 Rumusan Manajemen Strategik ... 69

5.4 Faktor-Faktor Kegagalan Manajemen Strategik ... 71

Bab 6 Perencanaan Dan Pengambilan Keputusan 6.1 Pendahuluan ... 73

6.2 Pengertian Perencanaan ... 75

6.3 Fungsi Perencanaan ... 76

(10)

Daftar Isi ix

6.5 Proses Pengambilan Keputusan ... 80

6.6 Kriteria Dalam Pengambilan Keputusan ... 82

6.7 Dasar Dalam Pengambilan Keputusan ... 84

Bab 7 Kebijakan Dan Hubungan Karyawan 7.1 Komunikasi, Hubungan Karyawan Dan Kinerja Karyawan ... 87

7.2 Kepemimpinan Dan Manajemen Hubungan Karyawan ... 90

7.3 Lingkungan Kerja, Kebijakan Dan Hubungan Karyawan ... 93

7.4 Budaya Organisasi Dan Hubungan Karyawan ... 95

Bab 8 Manajemen Konflik Dan Negoisasi 8.1 Pendahuluan ... 101

8.2 Manajemen Konflik Dan Dampak Yang Ditimbulkan ... 103

8.3 Strategi Penanganan Dan Manajemen Konflik ... 107

8.4 Faktor Yang Memengaruhi Manajemen Konflik ... 111

8.5 Pentingnya Negosiasi Dalam Organisasi ... 113

8.6 Tujuan Dan Manfaat Negosiasi ... 116

8.7 Hambatan Dan Pertimbangan Dalam Melakukan Negosiasi ... 118

Bab 9 Manajemen Usaha Kecil 9.1 Definisi Dan Kategori Usaha Kecil ... 121

9.2 Permasalahan Usaha Kecil ... 123

9.3 Implementasi Fungsi Manajemen Pada Usaha Kecil ... 125

9.3.1 Fungsi Planning Pada Usaha Kecil ... 126

9.3.2 Fungsi Organizing Pada Usaha Kecil ... 127

9.3.3 Fungsi Actuating Pada Usaha Kecil ... 128

9.3.4 Fungsi Controlling Pada Usaha Kecil ... 129

Bab 10 Manajemen Kewirausahaan 10.1 Pendahuluan ... 131

10.2 Kewirausahaan ... 133

10.2.1 Konsep Dan Teori Kewirausahaan ... 134

10.2.2 Tahapan Proses Kewirausahaan Dan Hambatannya ... 136

10.3 Manajemen Kewirausahaan ... 138

10.3.1 Manajemen ... 139

(11)

Bab 11 Manajemen Masa Depan

11.1 Pendahuluan ... 145

11.2 Ketika Mesin Melakukan Semuanya ... 147

11.3 Prinsip Sistem Manajemen Mutu Iso 9001: 2015 ... 151

11.4 Manajemen Kedepan ... 157

11.5 Tanggung Jawab Keilmuan. ... 159

11.6 Tantangan Kemanusiaan. ... 161

11.7 Tantangan Yang Dihadapi Ilmu Di Masa Depan. ... 164

11.8 Agama, Ilmu, Dan Masa Depan Manusia ... 166

11.9 Kelimpahan: Temukan Kesempatan 10x Lipat Dengan Mesin Yang Baru Kedepan ... 167

Daftar Pustaka ... 171

(12)

Daftar Gambar

Gambar 1.1: Fungsi Manajemen (POLC) ... 3

Gambar 1.2: Implementasi fungsi manajemen dan berbagai area fungsional perusahaan ... 6

Gambar 1.3: Hirarki manajemen ... 8

Gambar 4.1: Proses Manajemen ... 42

Gambar 4.2: Tahapan Perencanaan ... 44

Gambar 4.3: Profitable Growth Approuch ... 46

Gambar 4.4: Line Organization ... 51

Gambar 4.5: Line and Staff Organization ... 52

Gambar 4.6: Functional Organization ... 52

Gambar 4.7: Bagan Piramida dan Vertikal ... 54

Gambar 4.8: Bagan Horizontal dan Melingkar ... 54

Gambar 4.9: Hubungan Manajemen dan Komunikasi ... 57

Gambar 4.10: Langkah Dasar Proses Pengawasan ... 60

Gambar 9.1: Fungsi manajemen ... 125

Gambar 10.1: Diagram Proses Kewirausahaan ... 137

(13)
(14)

Daftar Tabel

Tabel 4.1: Fungsi Manajemen Menurut para Ahli ... 38 Tabel 10.1: Tahapan Manajemen Kewirausahaan ... 140

(15)
(16)

Bab 1

Konsep Dasar Ilmu Manajemen

1.1 Pendahuluan

Apa yang ada di benak kita saat mendengar kata manajemen? Kemungkinan besar adalah sesosok orang yang sering kita sebut dengan manajer. Namun apa sebenarnya makna dari manajemen dan seperti apa konsep ilmu manajemen sebenarnya? Kita akan membahas mengenai hal tersebut dalam bab pertama dari buku Dasar-dasar Ilmu manajemen ini.

1.2 Pengertian Manajemen

Manajemen memiliki banyak definisi, berikut ini beberapa definisi manajemen yang ada:

1. Henry fayol menyebutkan definisi manajemen sebagai berikut "to manage is to forecast and to plan, to organise, to command, to co-ordinate and to control." (Prasad and Gulshan, 2011)

2. F.W. Taylor mendefinisikan manajemen sebagai "the art of knowing what you want to do and then seeing that is done in the best and cheapest way" (Prasad and Gulshan, 2011)

(17)

3. Definisi manajemen menurut Ralph C. Davis adalah "function of excutive leadership anywhere (Prasad and Gulshan, 2011)

4. E.F.I. Brech menyebutkan bahwa “ management is concerned with seeing that the job gets done: its tasks are centered onplanning and guiding the operations that are going on in the enterprise” (Prasad and Gulshan, 2011)

5. George R. Terry menyebutkan bahwa manajemen adalah “a distinct process consisting of planning, organizing, actuating, and controlling performed to determint and accomplish the objectives by the use of people and resources” (Prasad and Gulshan, 2011)

6. “Management is a multipurpose organ that manages a business and manages manager, and manages worker and work.”. Definisi ini diusulkan oleh P. Drucker (Drucker, 1975)

Banyaknya definisi mengenai manajemen ini karena setiap pembuat definisi memiliki berbagai sudut pandang yang berbeda mengenai manajemen. Dari banyak definisi yang ada tersebut, belum ada definisi manajemen yang diterima secara universal (Tripathi and Reddy, 2006). Manajemen dapat dipandang sebagai sebuah proses yang memiliki beberapa sudut pandang. Beberapa di antaranya adalah:

1. Koordinasi sumber daya 2. Melakukan fungsi manajerial 3. Menentukan tujuan

4. Proses sosial

5. Proses manajemen merupakan siklus

1.3 Fungsi Manajemen

Salah satu cara yang mudah dalam memahami manajemen adalah dengan melihat pekerjaan seorang manajer. Pada umumnya, pekerjaan seorang manajer meliputi berbagai fungsi.

Fungsi-fungsi tersebut adalah (Schermerhorn, 2011; Boddy, 2016): 1. Perencanaan (planning)

(18)

Bab 1 Konsep Dasar Ilmu Manajemen 3

2. Pengorganisasian (organizing) 3. Pengarahan (leading)

4. Pengendalian (controlling)

Perencanaan merupakan fungsi dalam penentuan tujuan dan formulasi rencana, strategi, program, kebijakan, prosedur dan standar yang diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi yang diinginkan. Aktivitas ini merupakan panduan arah bagi seorang manajer dalam pekerjaannya.

Aktivitas perencanaan yang dilakukan seorang manajer meliputi (Boddy, 2016):

1. Memperkirakan tren masa depan

2. Melakukan assessment atas sumber daya 3. Mengembangkan tujuan kinerja

Gambar 1.1: Fungsi Manajemen (POLC)

Untuk mengimplementasikan rencana tersebut, seorang manajer juga memerlukan organisasi dan strukturnya. Secara umum organisasi adalah sekumpulan orang yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan (Schermerhorn, 2011) atau bisa juga dipandang sebagai pengaturan sosial untuk mencapai tujuan dan menghasilkan nilai (value) (Boddy, 2016). Organisasi memberikan kemampuan untuk mengerjakan tugas-tugas yang sulit atau tidak mungkin dilakukan oleh seorang individu. Keberadaan struktur organisasi akan memberikan jenjang komando dan kewenangan agar strategi yang direncanakan dapat dijalankan dengan baik.

(19)

Pengorganisasian terkait erat dengan sumber daya atau masukan yang dialokasikan berbagai unit yang ada dalam perusahaan, termasuk hubungan yang terjadi antara sumber daya tersebut. Fungsi ini akan membuat rencana yang semula masih bersifat abstrak makin mendekati realisasinya dengan menentukan waktu dan usaha yang diperlukan untuk mencapai rencana tersebut. Pengorganisasian merupakan proses mengembangkan struktur di antara sumber daya manusia yang ada, fungsi, dan fasilitas fisik yang diperlukan untuk menjalankan rencana dan mencapai tujuan perusahaan yang sudah ditetapkan.

Fungsi ketiga yaitu pengarahan merupakan aktivitas yang ditujukan untuk menghasilkan usaha dan komitmen. Hal tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu (Boddy, 2016):

1. Memengaruhi (influencing) 2. Memotivasi (motivating)

3. Melakukan komunikasi (communicating)

Dengan melakukan fungsi ini, diharapkan sumber daya manusia yang ada dalam organisasi akan bersedia melakukan tugas mereka sesuai dengan rencana dan tujuan yang sudah ditetapkan.

Fungsi terakhir dari manajemen adalah melakukan pengendalian. Fungsi ini perlu dilakukan untuk memastikan tindakan yang dilakukan sudah sesuai dengan rencana dan tujuan organisasi. Pengendalian merupakan bagian tugas seorang manajer yang terkait dengan pengawasan kemajuan.

Pengendalian ini meliputi beberapa hal penting seperti: 1. Proses pengawasan

2. Penentuan standar 3. Pengukuran

4. Melakukan perbandingan antara hasil aktual dengan standar yang direncanakan

5. Serta tindakan perbaikan yang diperlukan agar deviasi antara rencana dan realisasi dapat diminimalisir.

Kebanyakan ahli setuju bahwa manajemen merupakan jenis aktivitas unik yang tujuan utamanya adalah menyelesaikan tugas melalui orang lain (Tripathi and Reddy, 2006) dan sumber daya lain (Boddy, 2016). Keunikan manajemen

(20)

Bab 1 Konsep Dasar Ilmu Manajemen 5

terletak pada pemanfaatan sumber daya manusia yang memerlukan fungsi kerja sama dan koordinasi dalam pelaksanaannya. Seorang manajer diharapkan dapat mengelola berbagai sumber daya yang ada dalam perusahaan untuk mengubah masukan menjadi luaran yang memiliki nilai.

Beberapa sumber daya yang harus dikelola dalam sebuah organisasi meliputi: 1. Sumber daya manusia (Man)

2. Uang (Money) 3. Metode (Method) 4. Material (Materials) 5. Mesin (Machine)

Agar lebih mudah kita akan mengingatnya dengan 5M. Selain sumber daya tersebut, ada sebuah sumber daya tambahan lain yang penting untuk dikelola untuk saat ini yaitu informasi (O’Brien and Marakas, 2012).

Fungsi manajemen mulai dari perencanaan hingga pengendalian memiliki sifat universal. Fungsi-fungsi tersebut dapat diterapkan pada berbagai bidang. Dalam bisnis, fungsi manajemen tersebut dapat diterapkan pada berbagai area fungsional yang masing-masing memiliki tugas tersendiri terkait sumber daya yang ada dalam perusahaan. Semua area fungsional dalam bisnis bertujuan untuk mengubah input menjadi output.

Area fungsional tersebut meliputi: 1. Pemasaran

2. Sumber daya manusia 3. Operasi/produksi 4. Keuangan

Untuk lebih jelasnya, mari kita lihat contoh kasus berikut. Dalam area fungsional produksi, fungsi-fungsi manajemen yang ada dalam area fungsional tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Seorang manajer pemasaran harus melakukan fungsi-fungsi perencanaan hingga pengendalian atas berbagai strategi dan program yang dilakukan untuk mengubah bahan mentah menjadi produk jadi secara efektif dan efisien. Berbagai aktivitas dan tolok ukur kinerja harus ditentukan pada saat perencanaan dan akan digunakan untuk

(21)

melakukan pengendalian terhadap aktivitas yang dilakukan untuk memenuhi target produksi perusahaan.

2. Setelah itu, manajer akan melakukan pengorganisasian, misalnya dengan mendelegasikan atau memberikan tugas ke karyawan yang ada di jenjang organisasi lebih rendah.

3. Dalam pelaksanaannya, seorang manajer harus mampu melakukan fungsi kepemimpinan agar semua anggota organisasi bersedia melakukan tugasnya dengan baik.

4. Pada fungsi terakhir yaitu pengendalian, manajer harus melakukan pengawasan atas pencapaian kinerja berdasarkan tolok ukur kinerja yang sudah ditetapkan pada tahap perencanaan. Jika terjadi deviasi dalam pencapaian target produksi, maka seorang manajer harus melakukan tindakan korektif untuk mencapai target yang sudah ditetapkan di awal tersebut.

Gambar 1.2: Implementasi fungsi manajemen dan berbagai area fungsional

(22)

Bab 1 Konsep Dasar Ilmu Manajemen 7

1.4 Hierarki Manajemen

Seiring dengan semakin besarnya sebuah organisasi, maka kebutuhan akan jumlah manajer juga akan bertambah. Hal ini karena adanya keterbatasan dalam kemampuan pengendalian yang bisa dilakukan oleh seseorang. Secara umum, tingkatan dalam manajemen dapat dibagi menjadi lima tingkat sebagai berikut (Boddy, 2016):

1. Dewan Direksi 2. Senior Manager 3. Middle Manager 4. First-line Manager

5. Orang yang melakukan pekerjaan

Gambar 1.3 menunjukkan tingkatan yang umum ada dalam organisasi. Selain itu gambar tersebut juga menunjukkan jenis koordinasi apa yang dilakukan. Dari tingkat atas ke bawah pada umumnya memberikan instruksi, acuan, petunjuk dan juga pertanyaan mengenai kondisi operasional misalnya. Arah sebaliknya lebih banyak memberikan laporan baik berupa informasi maupun berupa masalah yang dialami dalam operasional. Gambar ini juga menunjukkan bahwa tingkatan manajemen ini memiliki bentuk seperti piramida. Semakin tinggi, maka semakin sedikit jumlah pemegang posisinya.

1.4.1 Orang yang Melakukan Pekerjaan

Di bagian paling bawah adalah orang-orang atau karyawan yang benar-benar melakukan pekerjaan sesuai fungsi masing-masing. Mereka bertanggung jawab untuk mengerjakan secara langsung baik secara fisik maupun mental pekerjaan atau tugas yang diperlukan untuk membuat dan memberikan produk dan layanan.

Orang-orang yang berada pada tingkat ini bervariasi mulai dari staf kebersihan, penjaga toko, knowledge workers yang bertugas untuk melakukan pekerjaan yang memerlukan keahlian pengetahuan tertentu seperti analis bisnis, pilot dan lain-lain. Aktivitas orang-orang tersebut dalam beberapa aspek juga merupakan pekerjaan manajerial meskipun terbatas. Mereka perlu merencanakan pekerjaan mereka, membagi tugas dengan karyawan lain, memimpin anggota tim dalam kerja kelompok dan melakukan pengendalian atas pencapaian timnya.

(23)

1.4.2 First-line Managers

Manajer di tingkat ini pada umumnya melakukan pengawasan terhadap orang-orang yang langsung bekerja. Terkadang tingkat ini juga dikenal dengan istilah supervisor atau pengawas. Manajer di tingkat ini biasanya langsung terkait dengan aktivitas organisasi sehari-hari. Tugas mereka adalah memberikan arahan dan dukungan atas aktivitas harian sekelompok pekerja.

Manajer di tingkat ini melakukan proses pengawasan, membuat laporan dan berusaha meningkatkan kinerja dalam organisasi dalam mencapai tujuannya. Mereka mengalokasikan dan melakukan koordinasi dalam pekerjaan, mengawasi kecepatan pekerjaan, membantu jika ada masalah yang dialami para pekerja dan melakukan koordinasi dengan middle manager jika terdapat masalah operasional.

Gambar 1.3: Hirarki manajemen

Contoh manajer pada tingkatan ini adalah supervisor sales, koordinator lapangan, manajer dalam sebuah kantor cabang, dan lain-lain. Tantangan bagi manajer pada tingkat ini adalah ketika bekerja dengan seorang karyawan yang sangat terampil dan memiliki pandangan berbeda dalam melakukan suatu pekerjaan.

1.4.3 Middle Managers

Di atas first-line manager, terdapat middle managers atau manajer tingkat menengah. Tugas mereka adalah melakukan supervisi terhadap first-line manager. Manajer di tingkat ini bertugas untuk memastikan bahwa para

(24)

Bab 1 Konsep Dasar Ilmu Manajemen 9

supervisor melakukan pekerjaan mereka sesuai dengan kebijakan dan aturan yang ada dalam organisasi. Mereka bertugas untuk:

1. Menerjemahkan strategi perusahaan menjadi tugas-tugas operasional 2. Menjadi perantara antara visi manajer senior dengan kenyataan

operasional yang terjadi

3. Menerjemahkan dan mengusulkan perubahan kebijakan di tingkat yang lebih tinggi agar sesuai dengan kondisi di lapangan

4. Membantu mengembangkan strategi organisasi dengan cara memberikan informasi tentang harapan pelanggan

Tantangan bagi manajer di tingkat ini adalah ketika mereka meyakini bahwa keputusan senior manager memiliki kelemahan atau ketika mereka tidak diperhatikan atas kontribusi yang sudah dilakukan.

1.4.4 Senior Managers

Manajer di tingkat ini diharapkan dapat meyakinkan manajer di bawahnya maupun pihak eksternal terkait. Tugas mereka meliputi:

1. Memastikan manajer di bawahnya dan pemasok untuk mengikuti rencana yang sudah disepakati

2. Menyarankan inovasi 3. Memastikan pasokan 4. Dan lain-lain.

1.4.5 Dewan Direksi

Secara umum, tugas dewan direksi adalah mengelola bisnis. Dewan direksi ini biasanya dipimpin oleh seorang direktur utama. Tugas dewan direksi meliputi: 1. Membuat strategi dan kebijakan perusahaan

2. Mengelola hubungan dengan institusi dan pihak di luar organisasi (seperti pemilik saham, media, dan stake holder lainnya)

3. Melakukan keputusan dengan melihat perkembangan di masa depan 4. Mengembangkan budaya perusahaan

(25)
(26)

Bab 2

Sejarah dan Teori Manajemen

2.1 Teori Manajemen Ilmiah

Gerakan manajemen ilmiah dimulai sekitar akhir abad yang lalu saat pekerja di Amerika dan Eropa mencari dan mengembangkan cara-cara baru untuk mengelola suatu perusahaan. Berikut merupakan beberapa variabel yang diperhatikan dalam manajemen ilmiah yaitu:

1. Pentingnya peran manajer dalam menggerakkan dan meningkatkan produktivitas perusahaan

2. Mengangkat calon tenaga kerja harus sesuai dengan persyaratan-persyaratan yang telah ditetapkan oleh organisasi

3. Lebih memperhatikan kesejahteraan pegawai 4. Fokus pada produktivitas kerja

Peran seorang manajer sangat penting dalam menetapkan kebijaksanaan di perusahaan. Manajer diharapkan dapat membuat suatu keputusan penting terkait cara kerja, kondisi kerja, standar kerja, tanggung jawab terhadap kesejahteraan karyawan dan aspek lainnya. Manajemen ilmiah fokus pada meningkatkan produktivits kerja perusahaan dengan cari meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja.

(27)

Manajer melakukan pembagian kerja kepada tenaga kerja dengan tujuan untuk mengkonsentrasikan tenaga kerja pada pekerjaannya masing-masing yang akhirnya dapat meningkatkan keterampilan kerja karyawan yang bersangkutan dan menambah efisiensi kerjanya. Upah atau gaji karyawan juga menjadi perhatian bagi manajer di mana metode yang digunakan untuk menghitung upay harus dikaitkan dengan produktivitas kerja. Pendekatan ini disebut dengan metode pemberian insentive.

Berikut merupakan beberapa teori ilmiah menurut beberapa tokoh yaitu: 1. Robert Owen (1771-1858)

Robert Owen adalah seorang manajer di beberapa pabrik pemintal kapas di New Lanark Scotlandia pada tahun 1800an. Ia menekankan pentingnya peranan sumber daya manusia sebagai kunci keberhasilan suatu perusahaan. Khususnya jabatan manajer yang harus berfungsi sebagai reformis atau pembawa pembaharuan di organisasi (Priyono, 2007).

Robert Owen menjadi perintis manajemen ilmiah. Ia digerakkan oleh kondisi yang ia temukan di tempat kerja di mana kondisi kerja dan kehidupan pekerja di saat itu sangat buruk. Persyaratan kerja juga belum memadai. Pada saat itu, mempekerjakan anak di bawah umur yaitu usia lima (5) tahun adalah hal yang umum terjadi. Selain itu, standar jam kerja dalam satu (1) hari adalah 13 jam. Oleh karena itu, Robert Owen mengemukakan gagasan untuk memperbaiki kondisi kerja dan persyaratan kerja seperti pengurangan jam kerja menjadi 10.5 jam per hari.

Robert Owen juga melakukan pembatasan usia tenaga kerja minimal 10 tahun, membangun swalayan di dalam perusahaan untuk memudahkan pekerja untuk membeli kebutuhan sehari-hari dengan harga yang lebih murah serta menyusun prosedur kerja yang lebih efisien untuk meningkatkan produktivitas kerja. Robert Owen melakukan perbaikan kondisi kerja, memperhatikan kesejahteraan karyawan dengan tujuan agar produktivitas perusahaan semakin meningkat.

(28)

Bab 2 Sejarah dan Teori Manajemen 13

2. Charles Babbage (1792-1971)

Charles Babbage adalah seorang profesor matematika yang memberikan perhatian pada cara kerja di pabrik agar lebih efisien. Babbage melakukan pembagian kerja di pabrik berdasarkan jenis-jenis keterampilan. Setiap pekerja dituntut untuk bertanggung jawab pada satu tugas khusus sesuai dengan spesialisasinya dari keseluruhan tugas yang ada di pabrik.

3. Frederick W. Taylor

Frederick W. Taylor dikenal sebagai Bapak Manajemen. Titik awal dari pelaksanaan manajemen ilmiah dimulai dari hasil penelitian Frederick W Taylor mengenai waktu kerja (time and motion studies) di perusahaan tempat ia bekerja yaitu Midvales Stell. Frederick W. Taylor membagi-bagi pekerjaan menjadi beberapa bagian dan menyusun prosedur kerja yang efektif dan efisien.

Frederick W. Taylor menekankan bahwa waktu penyelesaian pekerjaan dapat dikorelasikan dengan upah yang diberikan, yaitu semakin cepat atau semakin tinggi prestasi kerja dalam menyelesaikan pekerjaannya, makan akan semakin tinggi upah yang diterimanya. Pendekatan ini disebut sebagai sistem upah diferensiasi (differensial rate system). Produktivitas, kualitas kerja, semangat kerja dan upah dapat ditingkatkan dengan memberikan pendidikan keterampilan kepada tenaga kerja, melakukan rotasi kerja, memberikan waktu istirahat kepada pekerja dan memberikan sistem pengupahan deferensial.

Berikut merupakan empat prinsip manajemen menurut Frederick W. Taylor:

a. Pengembangan metode-metode ilmiah dalam manajemen pada setiap pekerjaan

b. Seleksi ilmiah untuk karyawan agar karyawan bertanggung jawab atas tugas yang diberikan

c. Pendidikan dan pengembangan ilmiah bagi karyawan d. Kerjasama yang baik antara manajemen dan tenaga kerja

(29)

4. Henry L. Gantt (1861 – 1919)

Henry L. Gantt memiliki tujuan untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi dan efektivitas kerja dengan cara memberikan upah dan insentif yang sesuai. Henry L Gantt memiliki gagasan yang mirip dengan Taylor antara lain:

a. Menekankan pada kerjasama yang saling menguntungkan antara manajer dan karyawan

b. Menekankan pada metode seleksi yang ilmiah untuk menentukan tenaga kerja yang tepat untuk bekerja di perusahaan

c. Menekankan pada pelaksanaan sistem bonus dan pengaturan pekerjaan. Henry L Gantt menolak sistem upah diferensial yang dianggap kurang berpengaruh terhadap motivasi kerja karyawan. Ia kemudian mengemukakan gagasan pemberian upah per hari di mana pekerja yang menyelesaikan tugasnya dalam sehari akan diberikan bonus sebesar 50 sen dollar untuk hari itu. Sistem bonus ini juga berlaku bagi para mandor yang anak buahnya dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

d. Penggunaan instruksi kerja yang terperinci

5. Frank Gilberth (1968 - 1924 ) dan Lilian M. Gilberth (1878 – 1972) Frank Gilberth merupakan pelopor pengembangan studi gerak dan waktu. Lilian M. Gilberth menekankan pentingnya memperhatikan aspek manusia dalam pekerjaan yang mencakup proses seleksi, penempatan dan pelatihan.

6. Herrington Emerson (1853 – 1931)

Herrington Emerson menyebutkan bahwa masalah terkait pemborosan dan in-efesiensi menjadi penyakit yang menganggu sistem manajemen di dalam industri. Ia mengemukakan 12 prinsip sebagai berikut: a. Tujuan dirumuskan dengan jelas

b. Kegiatan yang dirumuskan masuk akal

c. Tersedianya tenaga kerja yang cakap dan terampil d. Disiplin kerja

e. Pemberian balas jasa yang adil

(30)

Bab 2 Sejarah dan Teori Manajemen 15

g. Adanya perencanaan urutan kerja

h. Adanya standar, jadwal, dan metode di setiap kegiatan i. Kondisi kerja yang terstandarisasi

j. Operasi yang terstandarisasi

k. Adanya instruksi yang terstandarisasi l. Adanya balas jasa efisien-rencana insentif

Manajemen ilmiah memberikan kontribusi mengenai pentingnya desain kerja dan peletakan dasar profesionalisme organisasi dalam meningkatkan produktivitas dan efisiensi kerja. Salah satu yang menjadi keterbatasan dari teori manajemen ilmiah adalah kurang memperhatikan aspek kepribadian tenaga kerja dan kepuasan kerjanya, sementara kedua hal ini menjadi faktor penting yang harus diperhatikan untuk meningkatkan produktivitas.

2.2 Teori Manajemen Klasik

Berikut merupakan beberapa tokoh dalam teori manajamen klasik:

2.2.1 Henry Fayol (1841 – 1925)

Henry Fayol adalah seorang industriawan Perancis yang dikenal sebagai Bapak Manajemen Operasional (Tompkins, J, 2005). Henry Fayol mengemukakan bahwa di dalam perusahaan industri, kegiatan kerja yang dilaksanakan oleh manajemen dapat dibagi atas beberapa kelompok tugas yaitu:

1. Teknik produksi dan manufakturing produk

Yaitu kegiatan memproduksi dan membuat produk, kegiatan ini meliputi merencanakan dan mengorganisir produk

2. Komersial

Yaitu kegiatan membeli bahan-bahan yang dibutuhkan dan menjual barang hasil produksi

3. Finansial

Meliputi kegiatan pembelanjaan, dimulai dari mencari modal dan menggunakan modal tersebut

(31)

4. Keamanan perlindungan karyawan

Kegiatan yang dilakukan untuk menjaga keselamatan kerja dan aset yang dimiliki oleh perusahaan

5. Akuntansi

Meliputi kegiatan mencatat, menghitung, mengkalkulasi biaya yang dilaksanakan, menghitung keuntungan yang diperoleh, mencatat hutang-hutang yang menjadi kewajiban perusahaan, dan menyusun laporan rugi laba

6. Tugas Manajerial

Melaksanakan fungsi-fungsi yang ada di manajemen

2.2.2 Mary Parker Follet (1868 – 1933)

Ia menyebutkan bahwa suatu organisasi dianggap sebagai suatu komunitas di mana manajer dan karyawan bekerja secara harmonis, tanpa salah satu pihak menguasai pihak yang lain serta mampu menyelesaikan segala perbedaan dan permasalahan yang ada melalui diskusi. Ia juga menyatakan bahwa tugas manajer adalah membantu karyawan di dalam organisasi untuk saling bekerja sama untuk mencapai tujuan yang sama.

2.2.3 Chaster I. Barnard (1886 – 1961)

Chaster I Barnard merupakan pelopor dalam penggunaan pendekatan sistem dalam pengelolaan organisasi. Ia memandang organisasi sebagai suatu sistem kegiatan yang diarahkan pada tujuan. Ia menyebutkan fungsi utama manajemen adalah merumuskan tujuan dan menyediakan sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut. Selain itu, ia juga menyebutkan pentingnya komunikasi untuk mencapai tujuan kelompok

2.3 Pendekatan Hubungan Manusiawi

Perkembangan berikutnya dalam manajemen dimulai sejak 1930 dan menjadi populer pada tahun 1950-an di mana manajemen mulai memberikan perhatian pada hubungan kemanusiaan dengan karyawan. Pandangan ini muncul sebagai dampak dari kritikan yang diberikan kepada sistem manajerial sebelumnya yaitu manajemen yang berorientasi pada tugas (klasik) yang dianggap memiliki

(32)

Bab 2 Sejarah dan Teori Manajemen 17

kelemahan. Antara lain, manajemen yang bergaya ortodoks dan otokratis dianggap menyebabkan pekerjaan menjadi monoton dan membosankan sehingga menimbulkan stres bagi karyawan dan menurunkan produktivitas. Pendekatan Hubungan manusiawi menyatakan bahwa pada dasarnya manusia bersifat sosial dan ingin mengaktualisasikan dirinya. Setiap individu selalu berusaha untuk memuaskan kebutuhan sosialnya, memberikan reaksi atas tekanan dari kelompok dan berusaha memenuhi kebutuhan pribadi. Ada berbagai teori yang dikenal pada pendekatan hubungan manusiawi.

2.4 Hawthorne Studies

Elton Mayo dan rekan-rekannya melakukan penelitian terkait kondisi kerja secara fisik dan produktivitas. Mereka menyimpulkan bahwa ada dua faktor yang penting diperhatikan untuk meningkatkan produktivitas, yaitu: (1) Suasana kelompok, di mana para pekerja saling menciptakan hubungan sosial yang mendukung serta bersama-sama ingin melakukan pekerjaan dengan baik, (2) Pengawasan yang lebih partisipatif. Di dalam penelitian yang dilakukan tersebut, para pekerja merasa dianggap penting, diberikan banyak informasi dan sering dimintai pendapat. Kedua hal ini ternyata ditemukan dapat meningkatkan produktivitas kerja (Miles, R., 1965)

Hasil lainnya dari penelitian ini adalah beralihnya perhatian manajer dari hal-hal yang berkaitan dengan teknis dan struktural seperti dalam pendekatan klasik kepada hal-hal yang berkaitan dengan sosial dan kemanusiaan sebagai kunci produktivitas. Penelitian ini menekankan pentingnya kelompok kerja. Perasaan, sikap dan hubungan antar sesama karyawan menjadi faktor yang sangat penting untuk diperhatikan oleh manajemen. Pendekatan hubungan manusiawi menganggap bahwa segala bentuk perhatian yang diberikan kepada karyawan akan memberikan keuntungan kepada perusahaan. Manajer juga diharapkan untuk memberikan perhatian kepada proses kelompok disamping perhatian kepada masing-masing karyawan secara individual.

Pendekatan ini menekankan bahwa setiap manusia ternyata memiliki kebutuhan yang beraneka ragam dan mengalami perubahan yang sangat cepat. Sehingga tidak ada pendekatan manajemen yang dinilai 100 % akan berhasil digunakan dalam mengelola sumber daya manusia. Namun demikian, pendekatan ini

(33)

mengakui gagasan yang dikemukakan sebelumnya yaitu teori manajemen klasik juga sangat penting.

2.5 Pendekatan Manajemen Modern

Manajemen modern dibangun atas dua konsep utama yaitu teori perilaku organisasi (organizational behaviour) dan manajamen kuantitatif (management science).

Teori Perilaku Organisasi

Teori ini mengemukakan tiga tingkatan kelompok perilaku yaitu (1) perilaku individu (2) perilaku antar kelompok (3) perilaku antar kelompok sosial. Berikut beberapa teori yang termasuk dalam pendekatan manajemen modern:

2.5.1 Teori Kebutuhan Maslow

Menurut Abraham Maslow, kebutuhan manusia diatur secara bertingkat atau berurutan dari kebutuhan paling dasar hingga kebutuhan tertinggi. Kebutuhan ini disusun sehingga membentuk piramida. Kebutuhan seseorang bergerak dari tingkat yang paling bawah menuju ke atas (Lowery, Richard, 1999). Hirarki kebutuhan Maslow dijabarkan sebagai berikut:

1. Kebutuhan Fisiologis merupakan kebutuhan yang paling awal, mencakup kebutuhan untuk hidup, seperti kebutuhan untuk makanan, minuman, pakaian dan tempat tinggal. Setiap individu akan berupaya keras untuk memenuhi kebutuhan ini, kemudian dapat naik pada kebutuhan berikutnya

2. Kebutuhan rasa aman menjadi kebutuhan berikutnya yang ingin dipenuhi individu setelah kebutuhan fisiologis terpenuhi. Kebutuhan rasa aman mencakup keamanan secara ekonomi dan sosial yaitu rasa aman dari ancaman akan kehilangan pekerjaan atau penghasilan 3. Kebutuhan sosial dan kasih sayang merupakan kebutuhan individu

untuk mendapatkan kasih sayang dari orang lain seperti teman dekat, saudara ataupun pasangan

4. Kebutuhan penghargaan yaitu kebutuhan seseorang untuk

(34)

Bab 2 Sejarah dan Teori Manajemen 19

akan melaksanakan pekerjaan dengan baik walaupun pekerjaan tersebut dirasakan sulit dan berat untuk dilakukan. Untuk memotivasi individu yang berada pada tingkatan ini adalah dengan memberikan penghargaan-penghargaan ataupun program peningkatan pengetahuan dan keterampilan kepada karyawan tersebut.

5. Kebutuhan aktualisasi diri merupakan tingkat kebutuhan tertinggi menurut Maslow. Kebutuhan ini berhubungan dengan keinginan individu untuk memberikan yang terbaik bagi orang lain, memikirkan kesejahteraan bagi orang banyak dan tidak lagi fokus pada kepentingan atau keuntungan diri sendiri

Dengan memahami posisi karyawan pada tingkatan mana di hirarki Maslow akan memudahkan perusahaan atau manajerial untuk memotivasi pekerja.

2.5.2 Teori X dan Teori Y

Teori X dan Teori Y dikembangkan oleh Douglas McGregor berdasarkan pemahaman bahwa manusia memiliki sifat-sifat yang saling bertentangan dan ekstrim seperti sifat lemah lembut, penyayang, simpatik. Di sisi lain ada yang memiliki sifat kasar, suka membenci, mengganggu orang lain. Dari dua sifat ini kemudian dikembangkan dua teori yaitu teori x dan teori y.

Teori x menyebutkan bahwa pekerja dianggap memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

1. Karyawan tidak suka diarahkan

2. Karyawan cenderung menghindari tanggung jawab

3. Karyawan tidak memiliki ambisi atau keinginan untuk berprestasi 4. Karyawan memiliki sifat pasif

Oleh karena sifat-sifat yang dijelaskan di atas, maka manajer merasa perlu untuk melakukan tindakan-tindakan berikut ini antara lain:

1. Karyawan harus dipaksa untuk bekerja dan diberikan peraturan yang sangat ketat

2. Karyawan perlu diberikan perintah dan diberikan ancaman 3. Karyawan harus diawasi secara ketat

(35)

Berdasarkan teori y, para manajer menganggap bawahannya memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

1. Manajer meminimalisir pemberian peraturan dan pengawasan yang ketat

2. Karyawan bekerja berdasarkan goal atau sasaran yang ingin dicapai (manajemen objective)

3. Pengambilan keputusan dilakukan secara demokratis 4. Dalam bekerja, karyawan mengutamakan partisipasi

Tokoh lainnya yang berada pada pendekatan manajemen modern adalah: 1. Frederich Herzberg dengan teori dua faktor

2. Robert Blake dan Jane Mouton yang menjelaskan lima gaya kepemimpinan dengan kondisi manajerial (managerial grid)

3. Chris Argyris yang memandang organisasi sebagai sistem sosial atau sistem hubungan antar budaya

4. Edgar Schein yang meneliti mengenai dinamika kelompok di dalam organisasi

5. Fred Fiedler mengenai pendekatan contingency pada kepemimpinan Pendekatan perilaku ini fokus pada beberapa hal penting berikut di bawah ini yaitu:

1. Pendekatan yang dilakukan manajer dalam melakukan pengawasan di suatu organisasi harus disesuaikan dengan situasi

2. Sangat dibutuhkan pendekatan motivasional untuk meningkatkan komitmen pekerja dalam mencapai tujuan organisasi

3. Aktivitas manajerial harus dilakukan secara sistematik dan dilaksanakan dengan pertimbangan yang seksama

4. Manajer harus diberikan pelatihan dan pendidikan untuk memahami prinsip-prinsip dan konsep manajerial

5. Organisasi harus membangun iklim yang mendatangkan kesempatan bagi karyawan untuk memuaskan kebutuhan setiap karyawan

6. Unsur manusia atau tenaga kerja menjadi salah satu kunci penting keberhasilan suatu organisasi

(36)

Bab 2 Sejarah dan Teori Manajemen 21

7. Komitmen karyawan dapat ditingkatkan melalui partisipasi dan keterlibatan para karyawan

8. Pekerjaan setiap karyawan harus didesain dengan baik dengan memperhatikan kepuasan kerja karyawan.

2.6 Pendekatan Manajemen Sistem

Terbuka

Pada tahun 1950an, pendekatan open system mulai menggantikan pendekatan natural system yang selama ini menjadi pendekatan yang mendominasi analisis organisasi. Kedua pendekatan ini memandang organisasi sebagai suatu organisme yang terus mengimpor sumber daya dari lingkungan mereka agar tetap layak. Kedua pendekatan ini mengakui bahwa kekuatan lingkungan membentuk struktur dan perilaku dari system organisasi. Pada pendekatan open system, manajemen dipandang sebagai suatu sistem terbuka yang berinteraksi dengan lingkungannya dalam proses mengubah input atau masukan sumber daya menjadi output atau keluaran produk (barang dan jasa).

Meskipun demikian, kedua perspektif tersebut memiliki sedikit perbedaan yaitu: Pertama, para pakar natural system lebih tertarik pada analisis tingkat mikro dan mendefinisikan organisasi sebagai suatu system sosial. Misalnya Mayo dan Barnard fokus pada bagaimana menjaga keseimbangan internal. Sementara para ahli sistem terbuka lebih fokus pada pertukaran dengan lingkungan dan bagaimana menjaga keseimbangan eksternal.

Para pakar natural system menggambarkan organisasi sebagai sistem sosial yang terdiri dari anggota yang sebagian disatukan oleh tujuan bersama mereka, maka ahli open system menggambarkan organisasi sebagai gabungan atau koalisi dari internal dan eksternal yang bersaing melawan kekuatan eksternal organisasi (Scott, W. Richard,. 1998).

Kedua, para ahli natural system menggambarkan upaya yang cenderung pasif oleh organisasi untuk beradaptasi dengan kekuatan lingkungan, sedangkan ahli teori open system cenderung digambarkan memberikan upaya agresif untuk menyesuaikan lingkungan dengan kebutuhan organisasi. James D. Thomson menyebutkan bahwa organisasi bukanlah suatu organisme yang diterpa

(37)

kekuatan yang tidak pasti dan berjuang untuk mencapai keseimbangan, tetapi juga rasional, selalu berusaha untuk mencapai tujuan dan tetap bertahan. Perubahan ini menekankan lahirnya cara berpikir yang baru mengenai kinerja organisasi. Organisasi yang berhasil adalah organisasi yang paling baik dalam mengatasi lingkungannya dengan menemukan kecocokan optimal antar karakteristik organisasi, kekuatan lingkungan dan apa yang ingin dicapai. Sudut pandang ini menekankan bahwa perubahan dan stabilitas tidak dikotomis. Untuk tetap bertahan, organisme harus menjaga stabilitas dalam menghadapi setiap perubahan dan mengubah perilaku demi tercapainya stabilitas.

(38)

Bab 3

Manajemen dan Lingkungannya

3.1 Pendahuluan

Kegiatan dalam manajemen suatu organisasi atau perusahaan tidak hanya memusatkan pada kegiatan di dalam lingkungan (intern) organisasi, tetapi juga memperhatikan pengaruh lingkungan luar (extern) organisasi. Seorang manajer dalam memanajemen perusahaan atau organisasi harus mempunyai kemampuan mengidentifikasi, menganalisis, mengevaluasi, mendiagnosa, dan bereaksi secara cepat terhadap kekuatan, kesempatan, peluang, maupun ancaman lingkungan yang memengaruhi kegiatan perusahaan atau organisasi. Lingkungan adalah segala sesuatu di luar dari manajemen atau organisasi yang terdiri dari variabel-variabel yang bisa saja secara tidak langsung memengaruhi manajemen secara positif dan juga bisa secara negatif. Defenisi ini menggambarkan tentang luasnya cakupan sebuah aktivitas manajemen dan bahkan bisa dikatakan tidak terbatas. Lingkungan umum (general environment), disebut juga lingkungan yang tidak berpengaruh langsung kepada organisasi (indirect environment) yaitu serangkaian dimensi dan kekuatan yang luas yang berada di sekitar organisasi yang menciptakan keseluruhan konteks organisasi. Meskipun Lingkungan umum tidak memengaruhi organisasi secara langsung, namun harus tetap diperhitungkan dalam pengambilan keputusan organisasi. Lingkungan umum terdiri dari dimensi ekonomi, teknologi, social budaya, politik-hukum, dan internasional.

(39)

Dalam kenyataannya memang sulit ditetapkan dengan pasti sejauhmana suatu manajemen membatasi ruang lingkup dari elemen-elemen lingkungan yang membawa implikasi manajerial pada aktivitas organisasinya. Lingkungan manajemen ini adalah elemen yang terbuka untuk sebuah lingkungan. Perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan organisasi memerlukan perhatian dari manajer karena bisa memberikan dampak yang besar bagi perkembangan organisasi. Kegiatan organisasi akan merubah lingkungan, dan juga sebaliknya, lingkungan akan mendorong perubahan pada organisasi. Kekuatan pengaruh suatu lingkungan (dengan elemen-elemennya) terhadap organisasi akan menciptakan perubahan strategi dan dalam cara bagaimana strategi organisasi diterapkan. Hal ini berdasarkan sudut pandang supra sistem lingkungan sebagai bagian dari organisasi. Organisasi atau perusahaan tentunya senantiasa menghadapi lingkungan yang turut memengaruhi keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Rohman (2019) mengatakan bahwa secara umum, lingkungan suatu organisasi atau perusahaan dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu lingkungan umum dan khusus. Kedua lingkungan ini selanjutnya akan diuraikan secara singkat kaitannya dengan organisasi atau perusahaan.

3.2 Manajemen dan Lingkungan

Eksternal

Lingkungan internal memberikan gambaran bahwa perusahaan memiliki kekuatan (strengths) atau kelemahan (weakness) di bidang manajemen produksi, operasi pemasaran dan distribusi, organisasi sumber daya manusia, keuangan dan akuntansi. Sedangkan lingkungan eksternal adalah analisis yang tersusun dari sekumpulan-sekumpulan kekuatan-kekuatan yang timbul dan berada di luar jangkauan serta biasanya terlepas dari situasi operasional perusahaan (Suparyana, Nabilah and Sukanteri, 2020).

Lingkungan eksternal manajemen menurut Purhadi dalam (Arifin et al., 2013) terdiri dari:

1. Lingkungan Umum, meliputi ekonomi, politik, hu- kum, sosio kultural (budaya), teknologi, dimensi internasional (seperti globalisasi dan paham ekonomi), dan kondisi lingkungan alam.

(40)

Bab 3 Manajemen dan Lingkungannya 25

2. Lingkungan Khusus (Tugas), meliputi pemilik (stock- holder), customer, klien, pemasok (suplier), pesaing, suplai tenaga kerja, badan pemerintah, lembaga keuangan, media, dan serikat pekerja.

Hartanto dalam Mardiyono (2010) mengemukakan bahwa gejolak yang dihadapi manajemen dunia bisnis bukan saja terjadi karena perubahan pada lingkungan bisnis eksternalnya, tetapi juga perkembangan dan perubahan internalnya dari masing-masing perusahaan. Perubahan pada lingkungan ekternal berkisar pada perkembangan atas kebutuhan masyarakat, pelanggan, perubahan tatanan ekonomi, perubahan demografi, perubahan mobilitas sosial dan geografik. Sebaliknya perubahan dalam lingkungan internal timbul karena dua kekuatan yaitu (1) kesadaran baru manajemen tentang respon strategik yang perlu mereka ambil untuk menghadapi perubahan yang terjadi di lingkungan ekternalnya disebut perubahan strategi dan (2) timbul dan pendewasaan perusahaan. Bahkan ditambahkan bahwa perusahaan dapat mencapai keunggulan bersaing jika kemampuan manajemen berkreasi dan mengimplementasikan sebuah strategi yang tahan akan persaingan imitasi dan mampu menciptakan persaingan dalam jangka waktu lama. Perencanaan strategi dipengaruhi oleh faktor manajerial, faktor lingkungan dan kultur organisasi merupakan suatu yang kritikal, namun penelitian empiris yang berkenaan dengan paradigma tersebut masih sedikit.

Manajemen organisasi manapun akan selalu berinteraksi dengan lingkungan eksternalnya baik organisasi kecil maupun yang besar, baik sifatnya non profit maupun profit seperti perusahaan. Wattimena (2017) mengatakan bahwa dalam bisnis era saat ini di dunia, suatu perusahaan tentu akan dipengaruhi oleh lingkungan eksternal di mana perusahaan tersebut beroperasi. Hal ini berlaku untuk semua perusahaan yang beroperasi. Perusahaan tersebut akan berinteraksi dengan lingkungan eksternal perusahaan tersebut dan beradaptasi untuk membentuk sistem pengendalian manajemen yang tepat dan sesuai dengan lingkungan eksternalnya. Ini dilakukan agar perusahaan dapat bertahan dan menjalankan strategi perusahaan untuk dapat mencapai tujuan perusahaan. Salah satu pengaruh langsung dari lingkungan eksternal adalah terhadap suatu budaya dari organisasi. Budaya organisasi akan beradaptasi seiring dengan interaksinya dengan lingkungan eksternal. Namun tentu lingkungan eksternal tiap perusahaan berbeda dan menyajikan pengaruh yang berbeda pula terhadap suatu perusahaan. selain itu sistem pengendalian manajemen perusahaan terbentuk dari adaptasi terhadap budaya organisasi.

(41)

Lingkungan eksternal sebuah manajemen tidak diabaikan karena secara langsung berhubungan langsung dengan sistem dalam sebuah manajemen, baik manajemen organisasi non-profit maupun profit seperti organisasi dalam bentuk perusahaan bisnis. Riyanto (2018) mengatakan bahwa lingkungan bisnis yang dihadapi perusahaan perlu dianalisis, maksudnya adalah untuk mencoba mengidentifikasi peluang (opportunities) bisnis yang perlu dengan segera mendapat tanggapan dan perhatian eksekutif, dan disaat yang sama diarahkan untuk mengetahui ancaman (threats) bisnis yang perlu mendapatkan antisipasi. Untuk itu dalam analisis lingkungan bisnis, manajemen berusaha untuk mengidentifikasi sejumlah variabel pokok yang berada di luar kendali perusahaan yang diperkirakan memiliki pengaruh nyata. Analisis lingkungan bisnis berusaha mengetahui implikasi manajerial (managerial implications) yang ditimbulkan baik langsung maupun tak langsung dari berbagai faktor eksternal yang telah diidentifikasi berpengaruh pada prospek perusahaan. Diharapkan manejemen akan memiliki gambaran yang jelas dalam menyiapkan strategi bisnis yang diperlukan untuk mengantisipasi implikasi manajerial yang ditimbulkan oleh lingkungan bisnis.

Perubahan dalam semua segi kehidupan manusia termasuk lingkungan eksternal bisnis di masa depan akan terjadi dengan demikian cepat dan menyeluruh sehingga intensitas perubahan yang sudah dialami selama ini akan tampak seperti pengalaman orang yang berjalan-jalan di taman. Jika pandangan tersebut diterima oleh kalangan manajemen, berarti tanggung jawab yang berat dan harus dipikul oleh para pengambil keputusan strategik adalah untuk menjamin bahwa perusahaan yang mereka pimpin mampu tidaknya bertahan sehingga memiliki sikap antisipatif dan adaptif sedemikian rupa dan siap untuk memanfaatkan perubahan yang sedang terjadi itu sebagai peluang untuk bertumbuh dan meraih keuntungan. Pengambil keputusan strategik perlu memiliki dan mengembangka keterampilan dalam memperkirakan dan meramalkan perubahan yang akan terjadi pada lingkungan eksternalnya. Keterampilan yang dimaksud berkaitan erat dengan kemampuan memanfaatkan peluang mengenali berbagai kendala yang diperkirakan akan dihadapi (Widya, 2020).

Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman yang mungkin membawa dampak nyata terhadap perusahaan, lingkungan kerja, dan yang tidak berhubungan langsung (lingkungan sosial). Interaksi antara kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman menjadi penyusunan dalam penggunaan analisis SWOT sebagai bagian dari rencana strategik. Dengan analisis ini, para manajer dalam melihat secara objektif perusahaan dan lingkungan tempat

(42)

Bab 3 Manajemen dan Lingkungannya 27

beroperasi serta menunjukkan adanya isu- isu mendasar untuk mencapai keberhasilan perusahaan pada masa yang akan datang. Menurut Rahman and Nurleli (2019) keunggulan kompetitif adalah suatu capaian posisi perusahaan yang mampu untuk mengungguli pesaing- pesaingnya. Lingkungan eksternal dan aliansi stratejik akan sangat memengaruhi keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif akan dapat dicapai apabila perusahaan mampu untuk menangani lingkungan eksternal dan menerapkan aliansi stratejik dengan baik. Perkembangan dan kemajuan zaman hari ini secara langsung memaksa manajemen untuk adaptif terhadap setiap perubahan, baik perubahan dari lingkungan internal maupun dari lingkungan eksternal. Tidak jarang dengan perubahan yang terjadi secara signifikan banyak manajemen sebuah organisasi yang sulit adaptif dan menjadi tidak produktif, serta akhirnya tidak dapat mencapai keberhasilan. Banyak faktor yang menjadi penghambat bagi organisasi untuk maju dan berkembang. Hasil penelitian Wardani (2018) menegaskan bahwa Beberapa faktor yang menyebabkannya, yaitu: (1) Pemimpin hanya sibuk dengan kepentingan lain dan mengindahkan kepentingan yang penting untuk kemajuan organisasi; (2) Adanya kegagalan dalam membuat sebuah produk kebijakan dan menghambat pada pelayanan terhadap pelanggan; (3) Kurang adaptifnya perusahaan terhadap kemajuan dan perubahan lingkungan eksternal suatu organisasi; (4) Semangat kerja yang rendah dan ditunjukkan oleh rendahnya produktivitas dari pegawai; (5) Penggunaan sumber daya menjadi terpecah karena tidak fokus terhadap program dan kegiatan yang menjadi priorotas; dan (6) Pertanggungjawaban yang tidak jelas menyebabkan beberapa program organisasi menjadi tersendat. Lingkungan eksternal dan aliansi stratejik akan sangat memengaruhi keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif akan dapat dicapai apabila perusahaan mampu untuk menangani lingkungan eksternal dan menerapkan aliansi strategik dengan baik. Menurut Agustina and Rahadi (2020) dalam menciptakan suasana yang baik untuk sumber daya manusia di dalam suatu organisasi atau perusahaan, suatu perusahaan harus mengutamakan dan menciptakan lingkungan yang baik dan nyaman, serta memperhatikan proses kinerja karyawan sesuai dengan beban kerja yang ada di dalam suatu organisasi, menjalin komunikasi antara pimpinan organisasi dengan kinerja karyawan dan hubungan antar bagian dalam organisasi. Karena hal tersebut mampu memberikan suasana yang positif dan tentunya salah satu modal penting bagi suatu organisasi atau perusahaan.

(43)

Teori dan model perubahan organisasi, menunjukkan bahwa perubahan organisasi membutuhkan berbagai pendekatan dengan tujuan agar pihak manajemen organisasi tetap dapat mempertahankan kinerja sebagai akibat dari perubahan lingkungan, teknologi maupun social budaya dan ekonomi secara keseluruhan. Mengingat pentingnya perubahan dalam organisasi maka dibutuhkan sebuah pendekatan yang mengarah pada keberhasilan organisasi dalam program perubahan (Farid et al., 2020). Jika pendekatannya baik dan benar sesuai dengan kondisi manajemen dalam organisasi maka bisa dipastikan akan memberi pengaruh signifikan. Dinamika yang terjadi pada lingkungan luar manajemen merupakan sebuah power yang harus dihadapi oleh manajemen sebuah organisasi yang sifatnya tantangan sekaligus peluang bagi manajemen untuk berinovasi dan mencari sebuah solusi yang tepat. Perubahan yang cepat dalam lingkungan manajemen merupakan kekuatan eksternal yang mengakibatkan transformasi dalam sebuah manajemen. Pada dasarnya, tujuan utama dari transformasi tersebut adalah merubah struktur organisasi agar menjadi lebih fleksibel dan mampu bersaing, dengan tingkat structural yang lebih kecil, serta jumlah manajer dan karyawan yang lebih sedikit.

Setiap perusahaan atau industri dihadapkan pada perubahan lingkungan bisnis yang sangat cepat dan kompetitif.Perusahaan bersaing dalam menciptakan kondisi yang memungkinkan untuk dapat bersaing secara baik di pasar, baik di lingkup domestik maupun di pasar internasional.Agar dapat bersaing dan unggul, maka salah satu solusi yang harus dilakukan oleh perusahaan industri adalah mengadopsi dan menerapkan praktek pengelolaan operasi perusahaan yang terbaik. Hal ini akan membantu mereka dalam mengidentifikasi perubahan-perubahan dalam lingkungan yang dinamis dan merespon secara proaktif perubahan tersebut melalui perbaikan terus-menerus fungsi operasinya untuk mencapai kinerja superior (Dauhan, 2013). Satu hal yang sangat berarti dalam meningkatkan kinerja menghadapi tantangan persaingan tersebut adalah melalui perbaikan berkelanjutan pada aktivitas bisnis yang terfokus pada konsumen, meliputi keseluruhan organisasi dan penekanan pada fleksibilitas dan kualitas.Oleh karena itu, kualitas dan pengelolaannya dikaitkan dengan perbaikan berkelanjutan dilakukan oleh banyak perusahaan agar dapat mendorong peningkatan pasar dan memenangkan persaingan. Perusahaan yang tidak mengelola perubahan tersebut akan ketinggalan dan secara bertahap akan mengalami kemunduran.

Para manajer sebagai top leader sebuah manajemen harus selalu berfikir keras mencari jalan atau inisiatif dalam menghadapi perubahan atau dinamika lingkungan eksternalnya demi kelangsungan manajemen yang dipimpinnya.

(44)

Bab 3 Manajemen dan Lingkungannya 29

Salah satu upaya yang muncul karena desakan lingkungan eksternal adalah Inkubasi Bisnis. Menurut Septiana Ayu (2015), Inkubasi Bisnis merupakan tuntutan dari the new economy global, yang terjadi karena adanya perubahan yang cepat dan signifikan di bidang teknologi, telekomunikasi, dan digitalisasi; adanya deregulasi dan globalisasi. Perubahan tersebut memaksa adanya

perubahan pada setiap pelakunya mulai dari skala negara,

perusahaan/organisasi, dan individu. Inkubasi Bisnis adalah proses pembinaan bagi usaha kecil dan atau pengembangan produk baru yang dilakukan oleh inkubator bisnis dalam hal penyediaan sarana dan prasarana usaha, pengembangan usaha dan dukungan manajemen serta teknologi. Sedangkan inkubator bisnis adalah lembaga yang bergerak dalam bidang penyediaan fasilitas dan pengembangan usaha, baik manajemen maupun teknologi bagi usaha kecil dan menengah untuk meningkatkan dan mengembangkan kegiatan usahanya dan atau pengembangan produk baru agar dapat berkembang menjadi wirausaha yang tangguh dan atau produk baru yang berdaya saing dalam jangka waktu tertentu.

3.3 Manajemen dan Lingkungan Internal

Selain limgkungan eksternal manajemen maka terdapat lingkungan internal sangat penting mendapat perhatian. Lingkungan dalam (internal) manajemen menurut Purhadi dalam (Arifin et al., 2013) terdiri dari: a. Manusia (specialized dan manajerial personal). b. Finansial (sumber, alokasi, dan control dana). c. Fisik (gedung, kantor, dll). d. Sistem dan Teknologi. e. Sistem Nilai dan Budaya Organisasi. Lingkungan internal adalah lingkungan yang di dalamnya manajemen beserta personalitasnya beraktivitas menjalankan tupoksi masing-masing sehingga semua sistem yang berjalan di dalamnya harus terkendali dan menjamin keberlangsungan manajemen. Menurut Mulyadi dalam Fitria (2014) menjelaskan bahwa pengendalian internal adalah sistem pengendalian internal yang meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi.

Pengendalian internal menurut Wintari and Suardana (2018) merupakan suatu proses yang dijalankan oleh eksekutif yang didesain untuk memberikan keyakinan yang memadai tentang pencapaian tiga tujuan yang terdiri atas keandalan laporan keuangan di mana pengendalian internal ditujukan untuk

(45)

memberikan keyakinan memadai bahwa laporan keuangan harus disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi di Indonesia, kepatuhan terhadap hukum, dan peraturan yang berlaku serta efektivitas dan efisiensi operasi. Pengendalian internal merupakan salah satu unsur dalam mempertahankan organisasi dan bahkan menjadi unsur penting dalam berkompetisi. Selanjutnya Rahman and Nurleli (2019) mengatakan keunggulan kompetitif adalah suatu capaian posisi perusahaan yang mampu untuk mengungguli pesaing- pesaingnya. Lingkungan eksternal dan aliansi stratejik akan sangat memengaruhi keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif akan dapat dicapai apabila perusahaan mampu untuk menangani lingkungan eksternal dan menerapkan aliansi stratejik dengan baik.

Manajemen sebagai sebuah sistem harus selalu berupaya dalam meningkatkan kapasitas organisasinya termasuk peningkatan sumber daya manusia, peningkatan sarana dan prasarana demi peningkatan kinerja maupun pengembangan organisasi. Menurut Purhantara (2009) upaya pengembangan organisasi lebih dititikberatkan pada kemampuan mengolah informasi atas pengaruh lingkungan internal dan eksternal, mendiagnosa penyakit organisasi, dan kemampuan memberikan treatment dengan mengacu pada potensi yang dimiliki organisasi. Oleh karenanya, seseorang yang memusatkan perhatian dalam menciptakan pengembangan organisasi harus memperhatikan elemen-elemen kreativitas indidividu yang dimiliki oleh organisasi. Pekerjaan ini dipusatkan pada proses pemikiran cerdas yang meliputi tingkatan atau taraf-taraf seperti: gambaran terhadap masalah, pengumpulan informasi, pemikiran yang intensif, berbagai hambatan, kesetiaan dan penerangan. Suatu cara untuk menciptakan kreativitas haruslah menghasilkan gagasan cerdas bagi organisasi. Gagasan cerdas ini dapat memungkinkan organisasi mengemukakan tujuan strategisnya yang lebih efisien, atau untuk meningkatkan tujuan baru yang memberikan suatu hubungan yang lebih aktif dengan lingkungan.

Lestari (2011) mengatakan analisis lingkungan internal adalah proses di mana perencanaan stategi mengkaji faktor-faktor internal perusahaan untuk menentukan di mana perusahaan memiliki kelemahan dan kekuatan sehingga dapat mengelola peluang secara efektif dalam menghadapi ancaman yang terdapat dalam lingkungan. Sebelum perusahaan melakukan kegiatan hendaknya mawas diri dalam mengkaji kekuatan dan kelemahan diri sebelum menentukan atau mengubah tujuan dan menggariskan tindakan pencapaian tujuan yang merupakan konsekuensi logis yang perlu ditempuh perusahaan agar lancar dalam operasinya. Dalam menganalisa lingkungan internal ada beberapa unsur yang dianalisis yaitu: 1) sumber daya perusahaan adalah segala sesuatu

(46)

Bab 3 Manajemen dan Lingkungannya 31

yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan guna mendukung perkembangan perusahaan, diantaranya sumber daya manusia, sumber daya produksi, sumber daya keuangan, pemasaran serta penelitian dan pengembangan. Untuk menciptakan keunggulan bersaing apalagi yang berkesinambungan, manajemen harus mampu menggabungkan seluruh sumber daya yang dimiliki sehingga menghasilkan kemampuan yang akhirnya menjadi sumber bagi kompetensi inti. Sumber daya perusahaan ini dibedakan menjadi dua yaitu sumber daya berwujud dan tidak berwujud. 2) Kapabilitas adalah kapasitas perusahaan untuk menggunakan sumber daya yang diintegrasikan dengan tujuan untuk mencapai tujuan akhir yang diinginkan.

Analisis lingkungan internal memberikan gambaran bahwa perusahaan memiliki kekuatan (strengths) atau kelemahan (weakness) di bidang manajemen produksi, operasi pemasaran dan distribusi, organisasi sumber daya manusia, keuangan dan akuntansi. Adapun tujuan dilakukannya analisis internal adalah untuk mendapatkan faktor kekuatan yang akan digunakan dan faktor kelemahan yang akan diantisipasi keberadaanya. Analisis lingkungan eksternal adalah analisis yang tersusun dari sekumpulan- sekumpulan kekuatan-kekuatan yang timbul dan berada di luar jangkauan serta biasanya terlepas dari situasi operasional perusahaan (Suparyana, Nabilah and Sukanteri, 2020).

Diantara unsur lingkungan internal manajemen sebuah organisasi adalah iklim organisasi secara internal. Menurut Salianto (2017) iklim organisasi merupakan pemaknaan atau persepsi dan interpretasi terhadap pengalaman-pengalaman yang dirasakan karyawan selama bekerja di sebuah organisasi atau perusahaan yang berhubungan dengan lingkungan psikologis dan sosialnya. Perilaku organisasi baik secara positif maupun negatif yang dipengaruhi oleh iklim organisasi seperti ruang kerja yang tidak baik, hubungan atasan dan bawahan yang konflik, dan birokrasi yang kaku dapat menimbulkan sikap negatif. Iklim organisasi merupakan persepsi anggota organisasi mengenai dimensi-dimensi iklim organisasi.

(47)

3.4

Hubungan

Manajemen

dan

Organisasi

Hubungan manajemen dan organisasi merupakan hal yang mendasar karena organisasi tidak akan dapat mencapai tujuannya tanpa adanya manajemen yang membuat sebuah sistem kerja di dalam organisasi. Sehingga manajemen secara otomatis harus memperhatikan kelancaran seluruh aspek dalam organisasi termasuk iklim atau suasana kerja di dalamnya.

Iklim organisasi merupakan persepsi anggota organisasi (secara individual dan kelompok) dan mereka yang secara tetap berhubungan dengan organisasi (misalnya pemasok, konsumen, konsultan, dan kontaktor) mengenai apa yang ada atau yang terjadi di lingkungan internal organisasi secara rutin, yang memengaruhi sikap dan perilaku organisasi. Iklim organisasi ini cenderung bersifat relatif sementara dan dapat berubah dengan cepat. Sehingga dibutuhkan kemampuan karyawan dalam menerapkan penyesuaian dengan perubahan- perubahan yang terjadi pada organisasinya. Ketika individu tersebut mampu menyesuaikan diri dengan iklim organisasi di mana dia bekerja maka mampu menjadi salah satu faktor pembentuk perilaku Organizational Citizenship

Behavior (Wirawan dalam Tiwa, 2020). Keadaan lingkungan atau iklim

organisasi suatu perusahaan dapat berpengaruh terhadap Organizational

Citizenship pada karyawan. Organizational Citizenship Behavior didefinisikan

sebagai tingkat kontribusi karyawan melebihi peran yang seharusnya dalam perusahaan.

Arggis & Kaplan dalam Widijanto (2010) menyebutkan studi tentang implementasi ide baru dalam manajemen organisasi telah lama dilakukan penelitian baik oleh para akademisi maupun oleh praktisi. Proses manajemen perubahan ditujukan untuk menjawab bagaimana mengatasi hambatan untuk implementasi ide baru, dalam tulisan itu disebutkan bahwa ada beberapa hal yang dapat menentukan keberhasilan penetapan ide baru yaitu, pertama, ide baru itu harus secara teori dapat didemonstrasikan bahwa hal itu valid, bark secara internal maupun eksternal, kedua, diadakan pendidikan yang memadai bagi pelaksana, dan yang ketiga adalah sponsorship. Jika proses im berhasil maka: 1) partisipan akan belajar untuk memahami ide yang baru. 2) Partisipan percaya bahwa ide tersebut benar dan berguna, 3) management dapat mendorong dalam penerapan ide baru tersebut.

(48)

Bab 3 Manajemen dan Lingkungannya 33

Manajer menurut Kristiana (2012) adalah seorang yang memiliki tanggung jawab seluruh bagian pada suatu perusahaan atau organisasi. Manajer memimpin beberapa unit bidang fungsi pekerjaan yang mengepalai beberapa. Pada perusahaan yang berskala kecil mungkin cukup diperlukan satu orang manajer umum, sedangkan pada perusahaan atau organisasi yang berkaliber besar biasanya memiliki beberapa orang manajer umum yang bertanggung-jawab pada area tugas yang berbeda-beda. Peranan manajer dalam mengelola konflik organisasi adalah Sebagai pembuat keputusan, dengan adanya hal yang dilakukan dalam memecahkan konflik yang terjadi maka organisasi melalui manajer dapat mengambil keputusan untuk memberikan hal yang perlu dilakukan; Sebagai motivator, manajer dapat memengaruhi motivasi kerja yang dimiliki oleh karyawan dengan memberikan dorongan, bimbingan, dan pengarahan kepada karyawan; dan. Sebagai mediator dalam menyelesaikan konflik di dalam organisasi.

Seorang manajer harus mampu memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan bawahanya dengan baik, karena tugas utama seorang manajer adalah "memerintah" bawahanya namun tentunya dengan cara-cara yang baik pula, selain itu seorang manajer juga harus mampu untuk memotivasi bawahannya agar mau untuk bekerja dengan lebih baik lagi demi tercapainya tujuan sebuah organisasi atau perusahaan, dan kemampuan untuk memotivasi orang lain ini yang sulit dicari karena kemampuan ini lahir dari dalam diri seorang manajer sendiri bukan didapat dari pelajaran atau bangku kuliah sekalipun. Seorang manajer yang baik adalah manajer yang mampu untuk berkomunikasi dan memotivasi bawahan atau karyawannya dengan baik serta mau dan mampu untuk mendengarkan apresiasi, keluhan dan saran dari bawahan, semua hal itu harus dilakukan demi tercapainya tujuan dari perusahaan atau organisasi yang sedang dia naungi (Putri, 2019).

Manajer membutuhkan komitmen organisasi dari personal yang dipimpinnnya untuk menyakinkan diri dan manajemen dalam melangsungkan perjalanan organisasi menuju tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Ekaningsih (2012), komitmen organisasi ialah sikap karyawan yang tertarik dengan tujuan, nilai dan sasaran organisasi yang ditunjukan dengan adanya penerimaan individu atas nilai dan tujuan organisasi serta memiliki keinginan untuk berafiliasi dengan organisasi dan kesediaan bekerja keras untuk organisasi sehingga membuat individu betah dan tetap ingin bertahan di organisasi tersebut demi tercapainya tujuan dan kelangsungan organisasi. Menurut bagi individu dengan komitmen organisasi tinggi, pencapaian tujuan organisasi merupakan hal penting.

Gambar

Gambar 1.1: Fungsi Manajemen (POLC)
Gambar 1.2: Implementasi fungsi manajemen dan berbagai area fungsional  perusahaan
Gambar 1.3: Hirarki manajemen
Tabel 4.1: Fungsi Manajemen Menurut para Ahli (Firmansyah M. Anang dan  Mahardika W. Budi, 2018)
+7

Referensi

Dokumen terkait

mengelola sumber daya manusia, melakukan aktivitas-aktivitas dan fungsi-fungsi manajemen sumber daya manusia dan dapat bertindak sesuai dengan konsep-konsep dalam upaya pengembangan

operasional dalam organisasi bisnis yang mencakup manajemen sumber daya manusia, manajemen produksi atau operasi,manajemen pemasaran, dan manajemen keuangan3.  Organisasi

Bahwaguru adalah sebagai sumber daya manusia dalam menjalankan tugas proses pembelajaran terhadap peserta didik sesuai dengan tugas pokok dan fungsi sesuai dengan peraturan

Sesuai dengan pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia yang telah dirumuskan diatas, maka kegiatan-kegiatan pengelolaan sumber daya manusia di dalam suatu organisasi dapat

Jika dilihat dari fungsi rekruitmen, seorang manajer sumber daya manusia akan bertujuan untuk memperoleh jenis dan jumlah tenaga atau sumber daya manusia yang tepat, sesuai dengan

Manajemen sumber daya manusia memiliki fungsi yang penting pada sebuah organisasi untuk mengatur orang didalamnya agar dapat mencapai tujuan dari organisasi

Manajemen sumber daya manusia diperlukan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna sumber daya dalam organisasi, dengan tujuan untuk memberikan kepada organisasi suatu

Untuk dapat melakukan berbagai kegiatan, manajemen sumber daya manusia harus sudah mengetahui keseluruhan tugas yang ada dalam organisasi berikut dengan rincian