PERLINDUNGAN HUKUM ATAS PENARIKAN PAKSA KENDARAAN BERMOTOR DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO.8 TAHUN 1999
TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN (STUDI PADA PT. VERENA MULTI FINANCE )
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat-syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
Oleh :
NIM: 140200211 MUHAMMAD IQBAL
DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2018
ABSTRAK Muhammad Iqbal
*Rosnidar Sembiring
**Aflah
****Mahasiswa, Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum USU
**Dosen Pembimbing I Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum USU
***Dosen Pembimbing II Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum USU
Perkembangan perekonomian Indonesia yang pesat telah menghasilkan berbagai jenis lembaga pembiayaan. Menjamurnya perusahaan pembiayaan tidak terlepas dari suburnya permintaan pembiayaan untuk komsumsi masyarakat atau kredit untuk barang-barang seperti motor dan alat elektronik di Indonesia. Fakta saat ini keberadaan perusahaan pembiayaan banyak yang melakukan pelanggaran hukum atas penarikan paksa kendaraan bermotor yang menjadi objek pembiayaan konsumen, sehingga hal ini sangat meresahkan konsumen. Hal ini terbukti dari banyaknya kasus penarikan paksa yang dilakukan oleh pihak perusahaan pembiayaan atas objek pembiayaan milik debitur, terlebih lagi pada saat ini banyak perusahaan pembiayaan yang menggunakan jasa pihak ketiga (debt Collector) untuk melakukan penarikan paksa dari objek pembiayaan, yang menjadi permasalahan disini adalah bagaimana hak dan kewajiban yang timbul antara kreditur dan debitur dalam perjanjian kredit kendaraan bermotor di PT.
Verena Multi Finance, bagaimana penyelesaian sengketa secara perdata dalam hal terjadi penarikan paksa barang jaminan dalam perjanjanjian kredit kendaraan bermotor, dan bagaimana perlindungan hukum terhadap debitur dalam eksekusi penarikan secara paksa kendaraan bermotor sebagai barang jaminan.
Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitian yuridis normatif bersifat deskriptif yang didukung penelitian empiris yang sifatnya untuk melengkapi data saja.Sumber data yang digunakan adalah data sekunder dan data primer, data sekunder terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier serta ditambah dengan melakukan penelitian kelapangan guna mendukung data sekunder dengan melakukan wawancara terhadap informan.
Kesimpulan dalam skripsi ini, bahwa kedudukan pihak ketiga dalam perjanjian kredit kendaraan pembiayaan konsumen hanyalah sebagai alat bantu dan upaya terakhir perusahaan pembiayaan untuk mengembalikan objek pembiayaan yang tertunggak kreditnya. Penggunaan jasa debt collectorseharusnya tidak perlu diambil oleh pihak perusahaan pembiayaan. Penarikan atas kendaraan bermotor tidak diperbolehkan tanpa alas hak yang benar. Jika debitur wanprestasi atau tidak melaksanakan kewajibannya melunasi kredit, maka berdasarkan alasan syarat batal kreditur dapat menarik kembali barang-barang yang telah diserahkan kepada debitur. Pembatalan itu tidak serta merta dapat dilakukan kreditur.
Pembatalan perjanjian itu harus dinyatakan oleh putusan pengadilan. Tanpa adanya putusan pengadilan maka tidak ada pembatalan, dan tanpa pembatalan oleh kreditur tidak dapat menyita barang yang telah diterima oleh debitur melalui debt collector.
Kata kunci :Eksekusi, Perjanjian Kredit,Kendaraan Bermotor.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala berkat nikmat, karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam atas junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang menjadi sumber inspirasi dalam menjalankan hidup ini.
Menjadi suatu kewajiban bagi setiap mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara untuk menyusun dan menyelesaikan suatu skripsi, dan untuk itu penulis menyusun suatu skripsi yang berjudul “Perlindungan Hukum Bagi Debitur terhadap Penarikan Paksa Kendaraan Bermotor oleh Eksekutor dalam Perjanjian Kredit Kendaraan Bermotor Berdasarkan Undang- Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Studi Pada PT.Muti Verena Finance)”.
Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung untuk memperoleh bahan-bahan yang diperlukan oleh penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini dan dorongan moril maupun materil kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Maka pada kesempatan ini penulisan menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H. M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Saidin, S.H. M.Hum, selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
3. Puspa Melati Hasibuan, S.H. M.Hum, selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
4. Dr. Jelly Leviza, S.H. M.Hum, selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara.
5. Dr. Rosnidar Sembiring, S.H, M.Hum, selaku Ketua Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sekaligus merupakan Dosen Pembimbing I, yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan dalam proses penulisan skripsi ini.
6. Ibu Aflah, S.H, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak membantu memeriksa, memperbaiki kesalahan-kesalahan pada skripsi ini kemudian membimbing dan mengarahkan serta memberi saran dan nasehat kepada penulis selama proses penulisan skripsi ini.
7. Bapak Joko kuswanto selaku Kepala pemasaran PT.Multi Verena Finance yang telah memberikan kesempatan dan waktunya untuk memberikan informasi maupun data yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.
8. Teristimewa penulis sampaikan kepada Ayah dan Mama tercinta Drs.
Taridas dan Dra. Siti rofiah Lubis yang telah mendidik dan membesarkan penulis dengan penuh kasih sayang dan kesabaran serta memberi semangat, motivasi, doa dan dukungan materi kepada penulis selama penulisan.
9. Kepada kakak dan adik-adikku tersayang Suci Novia Lestari spd.dan Muhammad Fahri, M.Fajar Setiawan, M.kurniawan Taro yang memberikan semangat dan motivasi selama ini kepada penulis.
10. Kepada sahabat penulis M.ardian harahap (bocep) yang telah menemani penulis dari awal perkuliahan serta selalu mendukung dan mengingatkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
11. Teman-teman seperjuangan siti afrah afifah, buchori muslim wibowo, andhika prasetya, ananda m.imam, naufal hidayat, fachri husaini,memo bahari sitorus serta teman-teman seangkatan yang telah membantu dan menemani penulis dalam mengerjakan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan sehingga penulisan skripsi ini masih memiliki banyak
kekeliruan.Karenanya, penulis dengan kerendahan hati mengharapkan adanya
kritik dan saran yang membangun demi perbaikan menuju yang lebih baik dan
bermanfaat bagi kita semua, terutama para mahasiswa/i dan kalangan praktisi dibidang hukum.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada semua pihak dan semoga kritik dan saran yang telah diberikan mendapatkan balasan kebaikan berlipat dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu hukum di negara Republik Indonesia.
Medan, juli 2018 Penulis,
MUHAMMAD IQBAL
DAFTAR ISI
ABSTRAKS ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI... v
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penulisan ... 6
D. Manfaat Penulisan ... 6
E. Metode Penelitian ... 7
F. Keaslian Penulisan...10
G. Sistematika Penulisan...10
BAB II HAK DAN KEWAJIBAN YANG TIMBUL ANTARA KREDITUR DAN DEBITURDALAM PERJANJIAN KREDIT KENDARAAN BERMOTOR DI PT. VERENA MULTI FINANCE...13
A. Tinjauan Umum tentang PT. Verena Multi Finance...13
1. Latar Belakang didirikannya dan Visi Misi...13
2. Tujuan didirikannya ...14
3. Struktur Organisasinya...15
B. Hak dan kewajiban Debitur dalam Perjanjian Kredit Kendaraan Bermotor di PT. Verena Multi Finance...16
C. Hak dan kewajiban Kreditur dalam Perjanjian Kredit Kendaraan Bermotor di PT. Verena Multi Finance...18
BAB IIIPENYELESAIAN SENGKETA PERDATA DALAM HAL TERJADI PENARIKAN PAKSA BARANG JAMINAN DALAM PERJANJIAN KREDIT KENDARAAN BERMOTR DI PT. VERENA MULTI FINANCE...21
A. Pengertian Sengketa Perdata...21
B. Pengertian Sengketa Perdata di PT. Verena Multi Financ...24
C. Pengertian Sengketa Perdata Perjanjian Kredit Kendaraan
Bermotor di PT. Verena Multi Finance...32
BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM BAGI DEBITUR DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA DALAM HAL YANG TERJADI PENARIKAN PAKSA BARANG JAMINAN DALAM PERJANJIAN KREDIT KENDARAAN BERMOTOR...36
A. Pelaksanaan Perjanjian kredit Kendaraan Bermotor di PT Multi Verena finance...36
B. Penyelesaian Sengketa Secara perdata dalam Hal Penarikan paksa barang jaminan...43
C. Perlindungan Hukum terhadap debitur dalam eksekusi Penarikan paksa kendaraan Bermotor Sebagai barang Jaminan...47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...61
A. Kesimpulan...61
B. Saran... 63
DAFTAR PUSTAKA...64
LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Dalam kehidupan tidak dipungkiri lagi bahwa setiap manusia memerlukan alat transportasi yang dalam hal ini berupa kendaraan bermotor.Pada era modern seperti saat ini kebutuhan untuk memiliki kendaraan bermotor adalah sesuatu yang berangsur menjadi kebutuhan primer. Hal tersebut didasari akan kegiatan menusia yang semakin dinamis dalam kaitannya untuk menunjang kegiatan ekonomi, pemenuhan kebutuhan hidup, keperluan bisnis, serta berbagai aktivitas sehari-hari lainnya. Dampak dari kebutuhan tersebut berimbas pada adanya peningkatan jumlah kendaraan bermotor yang cukup signifikan khususnya di Indonesia setiap tahunnya. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah kendaraan bermotor yang masih beroperasi di seluruh Indonesia pada tahun 2013 mencapai 104,118,969 unit, naik sebelas persen dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2017 yang hanya 94,373,324 unit. Data tersebut dapat menjadi bukti nyata bahwa setiap tahunnya kebutuhan masyarakat Indonesia akan kendaraan bermotor semakin meningkat.
1Selain kebutuhan manusia akan kendaraan bermotor, kebuthan-kebutuhan manusia dibidang lainnya pun ikut meningkat, hal ini menimbulkan kemungkinan biaya yang harus dikeluarkan dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak dapat dibayarkan secara tunai dan lunas pada saat itu juga. Kebanyakan
1BPS, Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut Jenis Tahun 1987- 2013, http://ww.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1413, diakses pada 14 Oktober 2016
orang akhirnya memilih untuk memanfaatkan fasilitas pembayaran secara berangsur (kredit). Kredit sebagai salah satu aktifitas ekonomi yang berkembang pesat di Indonesia telah memberi berbagai kemungkinan guna mempermudah lalu lintas ekonomi di berbagai sector, sebagai contoh adalah kredit pembelian kendaraan bermotor.
2Perjanjian kredit tersebut dapat dikatakan tumbuh dan berkembang subur di indonesia. Namun, pertumbuhan tersebut tidaklah disertai dengan perkembangan perangkat peraturan secara memadai. Di Indonesia perjanjian kredit ini belum diatur dalam suatu Undang-Undang tersendiri,sehingga dalam
Perjanjian kredit ini dapat terjadi apabila ada pembeli yang ingin mebeli suatu barang namun uangnya tidak cukup membayar secara kontan, akan tetapi di sisi lain penjual juga mengharap barang yang dijualnya laku dan penjual juga dapat menyerahkan barang yang diinginkan pembeli, dengan mewajibkan kepada pembeli untuk tetap membayar sisa harga barang tersebut dengan cara mengangsur.
Menyoroti jual beli angsuran atau kredit, pranata ini merupakan jawaban bagi calon pembeli yang tidak cukup dananya pada saat mereka membutuhkan sesuatu barang.Melalui pranata ini barang yang dibutuhkan dan hak milik atas barang tersebut dapat diperoleh sekaligus oleh konsumen, tanpa harus membayar harganya sekaligus.Pada saat pembayaran pertama, terjadi dua peristiwa secara bersama, secara De facto barang beralih dan secara De jure hak kepemilikan juga beralih.
2Yuzrizal, Aspek Pidana dalam Undang-Undang No.42 Tahun 1999 Tentang jaminan Fidusia, Malang, MNC Publishing, 2015, hal.1.
praktek sering timbul masalah-masalah yang berkaitan dengan lembaga kredit tersebut. Karena tidak diatur dalam perundang-undangan, baik Kitab Undang- Undang Hukum Perdata maupun Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) keduanya didasarkan pada praktek sehari-hari dan putusan pengadilan (Jurisprudensi).
3Sistem yang dipergunakan oleh Kitab Undang-Undang Hukum Perdata atau Burgerlijk Wetboek yang selanjutnya disebutkan BW adalah sistem terbuka, artinya diakui adanya asas kebebasan berkontrak, seperti tercantum dalam pasal 1338 BW. Berdasarkan asas tersebut, para pihak dapat mengadakan persetujuan- persetujuan yang sama sekali tidak diatur dalam BW ataupun KUHD.Namun ketentuan-ketentuan umum Buku III titel 1 s/d IV tetap berlaku, misalnya mengenai sahnya suatu perjanjian pasal 1320 dan pasal 1338 yang berhubungan dengan BW buku III yaitu sistem terbuka atau asas kebebasan berkontrak.
4dimana dalam pasal 1338 KUHPerdata, yang menyatakan bahwa semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.
53 J.Satrio,Hukum Perjanjian, Bandung, Alumni,1992.
4 Sri Gambir Melati, Beli sewa sebagai perjanjian tak bernama Pandangan Masyarkat dan Sikap mahkamah agung,Bandung, Alumni,1999,Hal 3.
5 Subekti, Hukum Perjanjian. Jakarta,PT.Intermasa,1992,Hal 37.
dalamstandard form contract pembeli disodori perjanjian dengan
syarat-syarat yang ditetapkan sendiri oleh penjual, sedangkan pembeli hanya
dapat mengajukan perubahan pada hal-hal tertentu, umpamanya tentang harga
,tempat penyerahan barang dan cara pembayarannya, dimana hal ini pun bila
dimungkinkan oleh penjual.
Mengenai perjanjian kredit tersebut dapat kita jumpai pada dunia perdagangan kendaraan bermotor.Didalam perdagangan kendaraan bermotor, peristiwa kredit sering terjadi.Hal ini disebabkan karena harga kendaraan bermotor yang relative mahal. Dalam hal ini sebagai jaminan bahwa pembeli tetap akan melunasi sisanya secara mengangsur, maka bukti kepemilikan kendaraan bermotor (BPKB) belum diserahkan kepada pembeli. Selama harga belum dilunasi, maka pembeli tidak berhak memindahkan kepemilikan kendaraan bermotor itu kepada pihak lain, pembeli berhak untuk memindahkan kepemilikan kendaraan bermotor lunas dan BPKB telah diserahkan kepada pembeli.Dalam kredit kendaraan bermotor, sisa harga sepeda motor yang belum dibayar dapat dikenakan bunga tertentu, sesuai dengan suku bunga yang telah ditentukan oleh pihak penjual, atas persetujuan pihak pembeli. Dalam perjanjian kredit ini sering halnya salah satu pihak melakukan wanprestasi, yang secara umum artinya adalah pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat pada waktunya atau dilakukan tidak menurut selayaknya.
6Semua yang telah disepakati antara penjual dan pembeli sepeda motor ini menjadi hak dan Kewajiban masing-masing pihak dan bersifat mengikat. Dengan demikian apabila salah satu pihak lalai melaksanakan kewajibannya atau melakukan wanprestasi, maka pihak lain dapat menuntutnya di muka hakim, agar
Dalam hal ini pembeli dapat melakukan wanprestasi berupa terlambat membayar, tidak membayar sama sekali, atau mengalihkan kepemilikan sepeda motor sebelum angsuran lunas maka dapat dikenakan sanksi sesuai dengan kesepakatan yang tertuang dalam perjanjian kredit.
6 Yahya harahap, Segi-segi hukum perjanjian,Bandung ,Alumni,1986,hal 60.
pihak yang wanprestasi bertanggung jawab memenuhi kewajiban atau prestasinya tersebut yang dapat disertai dengan tuntutan ganti rugi menurut hukum.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti terdorong dan tertarik untuk mengangkat dan menjadikannya sebuah penulisan skripsi dengan judul
“Perlindungan Hukum Atas Penarikan Paksa Kendaraan Bermotor Ditinjau dari Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen”( Studi pada PT. Verena Multi Finance)
B. Permasalahan
Rumusan masalah dalam suatu penelitian sangatlah penting karena rumusan masalah ini memberikan arahan yang penting dalam membahas masalah yang diteliti, sehingga penelitian dapat dilakukan secara sistematis dan terarah sesuai dengan sasaran yang ditentukan. Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka peneliti merumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. Bagaimana hak dan kewajiban yang timbul antara kreditur dan debitur dalam perjanjian kredit kendaraan bermotor di PT. Verena Multi Finance?
2. Bagaimana penyelesaian Sengketa Secara Perdata Dalam hal terjadi Penarikan paksa Barang jaminan dalam Perjanjian Kredit kendaraan Bermotor ?
3. Bagaimana perlindungan Hukum terhadap debitur dalam eksekusi Penarikan secara Paksa Kendaraan Bermotor Sebagai barang Jaminan ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan dimuka, maka penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana hak dan kewajiban yang timbul antara kreditur dan debitur dalam perjanjian kredit kendaraan bermotor di PT.
Verena Multi Finance .
2. Untuk Mengetahui bagaimana penyelesaian Sengketa Secara Perdata Dalam hal terjadi Penarikan paksa Barang jaminan dalam Perjanjian Kredit kendaraan Bermotor.
3. Untuk Mengetahui bagaimana perlindungan Hukum terhadap debitur dalam eksekusi Penarikan secara Paksa Kendaraan Bermotor Sebagai barang Jaminan.
D. Manfaat Penulisan
Dari tujuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti pada khususnya dan pembaca pada umumnya. Manfaat yang ingin diharapkan dari penellitian ini antara lain :
1. Manfaat secara teoritis
Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan masukkan pemikiran dibidang ilmu pengetahuan hukum, khususnya pengetahuan ilmu hukum ekonomi.Selain itu, diharapkan juga dapat menjadi refrensi bagi penelitian selanjutnya.
2. Manfaat secara praktis
Secara praktis diharapkan agar penulisan skripsi ini dapat menjadi bahan masukan bagi masyarakat dan para pihak yang berperan serta yang diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan perannya dalam memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada debitur dalam setiap proses transaksi kredit pembiayaan konsumen yang terjadi di Indonesia.
E. Metode Penelitian
Bambang sungguno menyatakan bahwa dalam penulisan sebuah karya ilmiah ada 2 (dua) metode penelitian, yaitu ;
a. Penelitian yuridis normatif disebut juga dengan penelitian hukum dokrinal karena peneliltian ini dilakukan atau ditujukan hanya kepada peraturan-peraturan yang tertulis dan bahan hukum yang lain.
Penelitian hukum ini juga disebut sebagai penelitian kepustakaan ataupun studi dokumen disebabkan penelitian ini lebih banyak dilakukan terhadap data yang bersikap sekunder yang ada di perpustakaan. Penelitian kepustakaan demikian dapat pula dikatakan dapat pula dikatakan sebagai lawan dari penelitian empiris (penelitian lapangan).
7b. Penelitian yuridis empiris disebut juga dengan penelitian hukum non dokrinal karena penelitian ini berupa studi-studi empris untuk menemukan teori-teori mengenai proses terjadinya dan mengenai
7 Bambang Sunggono, metode penelitian hukum, Jakarta,Raja Grafindo Persada, 2007,hal.8.
proses bekerjanya hukum di dalam masyarakat, atau yang disebut juga sebagai socio legal research.
8Adapun metode penelitian yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini metode penelitian hukum normatif dan penelitian hukum empiris yaitu dengan pengumpulan data sesuai studi pustaka (library research) dan penelitian lapangan.
1. Sumber Data
Data dalam penelitian merupakan data sekunder yang diperoleh dari : a. Bahan hukum Primer, yaitu norma atau kaedah dasar, bahan hukum
yang mengikat seperti Kitab Undang-Undang Hukum Perdata maupun peraturan-peraturan lain yang berkaitan dengan kebijakan hukum perdata dalam peraturan perundang-undangan di indonesia.
b. Bahan Hukum Sekunder, yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti Undang Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Undang-Undang Nomor 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, Peraturan Menteri Keuangan No.130/PMK.010/2012 tentang Pendaftaran Jaminan Fidusia bagi Pembiayaan yang melakukan Pembiayaan Konsumen untuk Kendaraan Bermotor dengan Pembebanan Jaminan Fidusia, dan lain-lain.
c. Bahan hukum tersier, yakni bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Inggris-Indonesia, kamus Hukum,
8 Ibid.,hal.43.
Ensiklopedia, karya Ilmiah para sarjana, Majalah, Surat kabar, Internet, dan lain-lain.
2. Metode pengumpulan data
Untuk memperoleh suatu kebenaran ilmiah dalam penulisan skripsi, maka digunakan metode pengumpulan data dengan cara studi kepustakaan, yaitu mempelajari dan menganalisis secara sistematis digunakan buku-buku, surat kabar, makalah ilmiah, majalah, internet, peraturan perundang-undangan dan bahan-bahan lain yang berhubungan dengan materi yang dibahas dalam skripsi ini.
93. Analisis data
Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan (library research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau yang disebut data sekunder. Adapun data sekunder yang digunakan dalam penulisan ini antara lain berasal dari buku-buku baik koleksi pribadi maupun dari perpustakaan, artikel-artikel yang berkaitan dengan objek penelitian, dokumen-dokumen pemerintah, termasuk peraturan perundang-undangan.
Disamping itu ada pun metode pengumpulan data yang lain yaitu data primer, data yang diperoleh langsung dari objek penelitian seperti Wawancara, dan sebagainya.
Data sekunder yang telah diperoleh kemudian dianalisa secara kualitatif yaitu semaksimal mungkin memakai bahan-bahan yang ada yang berdasarkan
9Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum , Jakarta, 1986, hal 24.
asas-asas, pengertian serta sumber-sumber hukum yang ada dan menarik kesimpulan dari bahan yang ada tersebut.
F. Keaslian Penulisan
Penulisan skripsi yang berjudul “Perlindungan Hukum terhadap Eksekusi Penarikan Paksa Kendaraan Bermotor oleh Eksekutor Terhadap Debiturnya dalam Perjanjian Kredit Kendaraan Bermotor Berdasarkan Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang perlindungan Konsumen ( studi pada PT. Verena multi Finance) adalah hasil pemikiran sendiri. Skripsi ini menurut sepengetahuan, belum ada yang membuat. Kalaupun ada seperti judul skripsi yang hampir sama, namun dapat diyakinkan bahwa substansi pembahasannya berbeda. Dengan demikian keaslian Penulisan Skripsi ini dapat dipertangggung jawabkan secara moral dan ilmiah.
Pengujian tentang kesamaan dan keaslian judul yang diangkat di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara juga telah dilakukan dan dilewati, maka ini juga dapat mendukung tentang Keaslian Penulisan.
G. Sistematika penulisan
Untuk lebih memudahkan menguraikan pembahasan masalah skripsi ini, maka penyusunan dilakukan secara sistematis. Skripsi ini terbagi lima bab, yang gambarannya sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam Bab ini akan diuraikan tentang uraian umum seperti
penelitian pada umumnya yaitu, latar belakang masalah,
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan serta sistematika penulisan.
BAB II HAK DAN KEWAJIBAN YANG TIMBUL ANTARA
KREDITUR DAN DEBITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT KENDARAAN BERMOTOR DI PT. VERENA MULTI FINANCE
Dalam Bab ini akan diuraikan pembahasan tentang tinjauan umum tentang PT. Verena Multi Finance berisi latar belakang didirikannya dan Visi Misi, Tujuan didirikannya, Struktur Organisasinya, hak dan kewajiban debitur dalam perjannjian kredit kendaraan bermotor di PT. Verena Multi Finance,hak dan kewajiban kreditur dalam perjannjian kredit kendaraan bermotor di PT. Verena Multi Finance,
BAB III PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA DALAM
HAL TERJADI PENARIKAN PAKSA BARANG JAMINAN DALAM PERJANJIAN KREDIT KENDARAAN BERMOTOR DI PT. VERENA MULTI FINANCE
Dalam Bab ini akan diuraikan pembahasan tentang pengertian sengketa, pengertian sengketa perdata di PT.
Verena Multi Finance, pengertian sengketa perdata
Perjanjian Kredit Kendaraan Bermotor di PT. Verena Multi Finance.
BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM BAGI DEBITUR DALAM
PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA DALAM
HAL TERJADI PENARIKAN PAKSA BARANG
JAMINAN DALAM PERJANJIAN KREDIT KENDARAAN BERMOTOR
Dalam bab ini akan dibahas mengenai pelaksanaan perjajian, penyelesaian sengketa secara perdata dalam hal penarikan paksa barang jaminan, perlindungan hukum terhadap debitur dalam eksekusi penarikan paksa kendaraan bermotor sebagai barang jaminan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini adalah bab penutup, yang merupakan bab terakhir
dimana akan diberikan kesimpulan dan saran mengenai
permasalahan yang dibahas.
BAB II
HAK DAN KEWAJIBAN YANG TIMBUL ANTARA KREDITUR DAN DEBITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT KENDARAAN
BERMOTOR DI PT. VERENA MYLTI FINANCE
A. Tinjauan Umum tentang PT. Multi Verena Finance 1. Latar belakang didirikannya
PT. Multi verena Finance tbk memulai usaha pembiayaan konsumen untuk kepemilikan mobil baru dan bekas pada tahun 2003. Pada saat itu, papenderi Verena mempunyai keyakinan bahwa pasar pembiayaan otomotif akan bertumbuh sangat besar dan berkomitmen untuk mengembangkan Verena menjadi salah satu perusahaan pembiayaan ternama di Indonesia. Menyadari portofolio pembiayaan otomotif yang semakin besar, Verena perlu melakukan diversifikasi pemportofolio pembiayaan untuk menyeimbangkan risiko.
10Setelah melalui pemikiran yang matang dan mendapat dukungan dari pemegang dan dukungan dari pemegang saham, manajemen Verena memutuskan untuk memasuki usaha pembiayaan sewa guna usaha untuk alat berat dan mesin.
Keputusan ini dilandaskan oleh daya tahan penguasa kecil dan atau menengah Indonesia yang telah teruji dalam menghadapi beberapa krisis ekonomi baik domestik maupun dunia. Selain itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stabil dan permintaan komoditas yang tinggi mendorong naiknya permintaan alat berat
10Joko Kuswanto, Kepala Pemasaran
PT. Verena multi Finance
, wawancara pribadi, medan, senin, 28 Mei 2018, Pukul 10.30.14
dari pengusaha lokal di sektor pertambangan, perkebunan, dan kehutanan serta pembangunan infrastruktur. Dalam usianya yang hampir 13 Tahun, Verena telah membangun keahlian dalam bisnis pembiayaan konsumen dan sewa guna usaha sehingga cukup disegani oelh para kompetitor. Keahlian ini merupakan hasil kerja keras seluruh manajemen dan karyawan Verena dalam membentuk citra perusahaan yang mudah dalam pengajuan pembiayaan, cepat dalam melayani konsumen dan mitra usaha, serta aman dalam penyimpanan jaminan pembiayaan.
Verena selalu berupaya melakukan perluasan jaringan di lokasi strategis yang mempunyai pertumbuhan ekonomi yang sehat dan industri unggulan. Prinsip kehati-hatian, sumber daya manusia yang kompeten, hubungan yang erat dengan mitra usaha, pelayanan pelanggan yang berkualitas, teknologi informasi yang terkini dan tepat guna, serta kerjasama manajeman yang solid beserta kerja keras seluruh karyawan untuk senantiasa meningkatkan kinerja menjadikan Verena siap menghadapi tantangan masa depan untuk terus tumbuh dan berkembang secara sehat dan berkelanjutan.
112. Tujuan Didirikannya dan Visi dan Misi
Seuai anggaran Dasar Perusahaan dalam pernyataan Keputusan Rapat Umum pemegang saham Tahunan PT. Verena Multi Finance Tbk Nomor:88 tahun 2015, maksud dan tujuan perseroan adalah menjalankan usaha sebagai perusahaan pembiayaan dengan jenis pembiayaan dengan jenis pembiayaan antara lain ; Investasi, Modal kerja, Multiguna, Sewa Operasi.
11Joko Kuswanto, Kepala Pemasaran
PT. Verena multi Finance
, wawancara pribadi, medan, senin, 28 Mei 2018, Pukul 10.30.15
Visi Verena adalah menjadi perusahaan pembiayaan yang kuat dan memberikan Nilai lebih bagi stakeholder. Dengan Misi mengembangkan Sumber daya manusia yang kompeten dan teknologi informasi yang tepat guna.
Memberikan pelayanan prima kepada pelanggan dalam bentuk pembiayaan komsumtif atau produktif dengan jaminan atau produktif dengan jaminan otomotif atau properti serta didukung jaringan kerja yang luas dan mitra kerja terpecaya.
3. Struktur Organisasinya
B. Hak dan Kewajiban Debitur dalam Perjanjian Kredit Kendaraan Bermotor di PT. Verena Multi Finance
1. Hak debitur
16
a. Debitur berhak untuk mendapatkan sejumlah pinjaman/kredit dari kreditur untuk kelancaran usahanya dan dapat tetap mempergunakan benda jaminan fidusia tanpa mengurangi hak kreditur untuk menguasai benda tersebut.
b. Debitur berhak menggunakan barang tetapi dilarang menjual, mengalihkan meminjamkan, menyewakan, menjaminkan atau menyerahkan penguasaan atau penggunaan atas barang kepada pihak lain dengan jalan apapun juga tanpa persetujuan secara tertulis dari kreditur, dan apabila debitur tidak melaksanakan ketentuan tersebut, maka debitur bersedia dituntut sesuai hukum yang berlaku di Negara Indonesia.
122. Kewajiban debitur
a. Menyerahkan kepada kreditur semua surat bukti kepemilikan atau surat-surat lain atas benda jaminan atas biaya sendiri dan tanpa syarat segera dan seketika setelah ada permintaan dari kreditur secara tertulis.
Memelihara benda jaminan dengan sebaik-baiknya dan memperbaiki/membetulkan segala kerusakan atas biaya sendiri, mengganti dengan benda jaminan yang sama atau sekurang-kurangnya sama nilainya jika benda jaminantersebut rusak atau tidak dapat dipergunakan sama sekali.
b. Memperlihatkan benda jaminan tersebut apabila penerima fidusia (kreditur) atau kuasanya akan melihatnnya.
12Joko Kuswanto, Kepala Pemasaran
PT. Verena multi Finance
, wawancara pribadi, medan, senin, 28 Mei 2018, Pukul 10.30.17
c. Membayar angsuran pokok dan bunga yang harus dibayar debitur kepada kreditur, maksimal pada tanggal yang sama setiap bulan berikutnya atau setiap ulang pencairan kredit melalui rekening/tabungandebitur.
d. Atas jaminan kredit tersebut dan jiwa debitur diharuskan oleh kreditur untuk diasuransikan oleh debitur terhadap segala bahaya yang dianggap perlu oleh kreditur dan kepada perusahaan asuransi yang ditunjuk/disetujui oleh kreditur, dengan jumlah yang ditetapkan sendiri oleh bank.
e. Menjamin bahwa benda jaminan tersebut adalah miliknya sendiri dan tidak sedang dijaminkan untuk suatu utang atau dijaminkan untuk suatu pertanggung atau dibeban dengan ikatan lain berupa apapun bebas dari sitaan dan tidak dalam sengketa. Hal ini dibuktikan dengan surat bukti kepemilikan atau surat-surat lain atas benda jaminan.
f. Apabila debitur tidak dapat memenuhi kewajibannya sebagaimana mestinya, diwajibkan untuk menyerahkan benda jaminan yang dipinjamkan kepada kreditur.
13C. Hak dan Kewajiban Kreditur dalam Perjanjian Kredit Kendaraan Bermotor di PT. Verena Multi Finance
1. Hak Kreditur
a. Apabila dalam batas waktu berlakunya kredit, debitur belum melunasi secara seksama dan secepatnya seluruh jumlah kredit berikut bunga
13Joko Kuswanto, Kepala Pemasaran
PT. Verena multi Finance
, wawancara pribadi, medan, senin, 28 Mei 2018, Pukul 10.30.18
dan biaya-biaya lainnya, maka kreditur berhak memperhitungkan denda (penalty Overdue) terhadap debitur 5% (lima persen) setiap bulan dari seluruh kewajiban debitur, dihitung secara harian.
b. Apabila debitur tidak dapat melunasi kewajiban/utangnya maka kreditur berhak penuh menagih dan menerima uang ganti kerugian tersebut untuk membayar hutang debitur kepada kreditur berikut bunga, biaya-biaya lainnya, sedangkan kelebihannya akan dibayarkan kepada debitur, tanpa kreditur berkewajiban untuk membayar bunga/kerugian sesuatu apapun atas sisa uang tersebut.
c. Kreditur berhak untuk menuntut pelaksanaan eksekusi atau mengajukan tuntutan hukum terhadap debitur berdasarkan perjanjian.
2. Kewajiban kreditur
a. Kreditur berkewajiban untuk menyerahkan sejumlah uang yang telah diperjanjikan berdasarkan perjanjian kredit yang telah disepakati atas jaminan yang diberikan oleh debitur, dan diterima oleh debitur sesuai dengan waktu dan jumlah yang telah disepakat
b. Kreditur berkewajiban untuk mendaftarkan objek jaminan fidusia ke kantor panitera Fidusia dengan semua biaya pendaftaran ditanggung oleh debitur dan berkewajiban untuk mengajukan perubahan mengenai hal-hal yang tercantum dalam sertifikat jaminan fidusia.
14c. a Undang-Undang jaminan fidusia eksekusi dialkukan dengan cara pelaksanaan title eksekutorial, oleh karena itu dibutuhkan pengamanan
14Joko Kuswanto, Kepala Pemasaran
PT. Verena multi Finance
, wawancara pribadi, medan, senin, 28 Mei 2018, Pukul 10.30.19
pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia dari kepolisian Negara Republik
Indonseia yang sudah diatur dalam Perkap No. 8 Tahun 2011.
BAB III
PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA DALAM HAL TERJADI PENARIKAN PAKSA BARANG JAMINAN DALAM PERJANJIAN KREDIT KENDARAAN BERMOTOR DI PT. VERENA MULTI FINANCE
A. Pengertian Sengketa Perdata
Sengketa tidak lepas dari suatu konflik, dimana ada sengketa pasti disitu ada konflik.Begitu banyak konflik dalam kehidupan sehari-hari entah konflik kecil ringan bahkan konflik yang besar dan berat.Hal ini dialami oleh semua kalangan, karena hidup ini tidak terlepas dari permasalahan.Tergantung bagaimana kita menyikapinya.Kenapa harus mempelajari tentang sengketa itu dan bagaimana penyelesainnya.
15Menurut Sarjita, sengketa pertanahan adalah : “perselisihan yang terjadi antara dua pihak aau lebih yang merasa atau dirugikan pihak-pihak tersebut untuk Pengertian sengketa dalam Kamus Bahasa Indonesia adalah pertentangan atau konflik.Konflik berarti adanya oposisi atau pertentangan antara orang-orang, kelompok-kelompok, atau organisasi-organisasi terhadap satu objek permasalahan. Menurut Winardi, pertentangan atau konflik yang terjadi antara individu-individu atau kelompok-kelompok yang mempunyai hubungan atau kepentingan yang sama atas suatu objek kepemilikan, yang menimbulkan akibat hukum antara satu dengan yang lain.
15http://yuarta.blongspot.com/2011/03/definisi-sengketa.html (diakses tanggal 12 Juli 2015)
21
penggunaan dan penguasaan hak atas tanahnya, yang diselesaikan melalui musyawarah atau melalui pengadilan.
16Sedangkan menurut Ali Achmad berpendapat : Sengketa adalah pertentangan antara dua pihak atau lebih yang berawal dari persepsi yang berbeda tentang suatu kepentingan atau hak yang dapat menimbulkan akibat hukum bagi keduanya.
17Macam-macam penyelesaian sengketa pada awalnya, bentuk-bentuk penyelesaian sengeketa yang dipergunakan selalu berorientasi pada bagaimana supaya memperoleh kemenangan (seperti peperangan, perkelahian bahkan lembaga pengadilan). Oleh karena kemenangan yang menjadi tujjuan utama, para
Dari kedua pendapat diatas maka dapat dikatakan bahwa sengketa adalah perilaku pertentangan antara dua orang atau lebih yang dapat menimbulkan suatu akibat hukum dan karenanya dapat diberi sanksi hukum bagi salah satu diantara keduanya.
Munculnya sengketa jika salah satu pihak menghendaki pihak lain untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu tetapi pihak lainnya menolak berlaku demikian.
Pencarian berbagai jenis proses dan metode untuk menyelesaian sengketa yang muncul adalah sesuatu yang urgent dalam masyarakat. Para ahli non hukum banyak menyeluarkan energi dan inovasi untuk mengekspresikan berbagai model penyelesain sengketa (dispute resolution).Berbagai model penjelasan sengketa baik formal maupun informal, dapat dijadikan acuan untuk menjawab sengketa yang mungkin timbul asalkan hal itu mambawa keadilan dan kemaslahatan.
16 Sarjita, Teknik dan Strategi Penyelesaian Sengketa Pertanahan, yogyakarta, Tugojogja Pustaka, 2005, hal 8.
17 Ali. Achmad Chomzah, Seri Hukum Pertanahan III Penyelesaian Sengketa Hak Atas Tanah dan Seri Hukum Pertanahan IV Pengadaan Tanah Instansi Pemerintah, Jakarta,Prestasi Pustaka, 2003,hal 14
22
pihak cenderung berupaya menggunakan berbagai cara untuk mendapatkannya, sekalipun melalui cara-cara melawan hukum. Akibatnya, apabila satu pihak memperoleh kemenangan tidak jarang hubungan diantara pihak-pihak yang bersengketa menjadi buruk, bahkan berubah menjadi permusuhan.Dalam perkembangannya, bentuk-bentuk penyelesaian yang berorientasi pada kemenangan tidak lagi menjadi pillihan utama, bahkan sedapat mungkin dihindari.Pihak –pihak lebih mendahulukan kompromi dalam setiap penyelesaian sengketayang muncul diantara mereka, dengan harapan melalaui kompromi tidak ada pihak yang merasa dikalahkan/dirugikan.
Upaya manusia untuk menemukan cara-cara penyelesaian sengketa yang lebih mendahulukan kompromi, dimulai pada saat melihat bentuk-bentuk penyelesaian yang dipergunakan pada ssat itu (terutama lembaga peradilan) menunjukkan berbagai kelemahan/kekurangan, seperti : baiaya tinggi, lamanya proses pemeriksaan, dan sebagainya. Akibatnya semakin meningkatnya efek negatif dari lembaga pengadilan, maka pada permulaan tahun 1970-an mulailah muncul sauatu lembaga peradilan pengamat hukum dan akademisi Amerika Serikat untuk mulai memperhatikan bentuk-bentuk penyelesaian sengketa.
Laura Nader dan Henry F. Todd membedakan konflik dan sengketa melalui proses bersengketa (disputing process), sebagai berikut :
181. Tahap pra-konflik atau tahap keluhan, yang mengacu kepada keadaan atau kondisi yang oleh seseoarang atau suatu kelompok dipersepsikan sebagai hakl yang tidak adil dan alasan-alasan atau dasar-dasar dari adanya
18http://sofian-memandang.blongspot.co.id/2015/03/perbedaan-konflik-dan-sengketa.html (diakses tanggal 2 November 2015 )
23
perasaan itu. Pelanggaran terhadap rasa keadilan itu dapat bersifat nyata atau imajinasi saja, yang terpenting pihak itu merasakan haknya dilanggar atau diperlakukan dengan salah.
2. Tahap konflik (conflict), ditandai dengan keadaan dimana pihak yang merasa haknya dilanggar memilih jalan konfrontasi, melemparkan tuduhan kepada pihak pelanggar haknya atau memberitahukan kepada pihak lawannya tentang keluhan itu. Pada tahap ini kedua belah pihak sadar mengenai adanya perselisihan pandangan antar mereka.
3. Tahap sengketa (dispute), dapat terjadi karena konflik mengalami eksalasi berhubung karena adanya konflik itu dikemukakan secara umum. Suatu sengketa hanya terjadi bila pihak yang mempunyai keluhan telah meningkatkan perselisihan pendapat dari pendekatan menjadi hal yang memasuki bidang publik. Hal ini dilakukan secara sengaja dan aktif dengan maksud supaya ada sesuatu tindakan mengenai tuntutan yang diinginkan.
B. Pengertian Sengketa perdata di PT. Verena Multi Finance
Menurut hasil wawancara dengan Bapak Joko Kuswanto selaku KepalaPemasaran PT. Verena Multi Finance cabang kota medan penyelesaian kredit macet dalam kontrak pembiayaan konsumen dapat ditempuh dengan dua cara yaitu dengan cara non litigasi dan litigasi. Upaya-Upaya Penyelesaian dengan jalan non litigasi dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain :
1. Upaya Preventif
24
Gambaran umum mengenai tindakan untuk mengantisipasi munculnya kredit macet yang dilakukan oleh PT. Verena Multi Finance cabang kota Medan adalah dari semua persyaratan-persyaratan administrasi aplikasi pembiayaan dan tindakan survey yang dilakukan oleh Credit Marketing Officer (CMO) dan bagian surveyor, seharusnya akan terlihat tingkat kemampuan keuangan pemohon, namun selain dari tindakan itu PT.
Verena Multi Finance juga melakukan foto terlebih dahulu terhadap kendaraan bermotor roda empat yang akan dibiyai, cek terhadap Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB) juga dilakukan di Polisi Daerah (Polda) khususnya untuk kendaraan berkas untuk mengetahui apakah BPKB tersebut benar atau tidak.
2. Early warning
Upaya awal yang dilakukan PT. Verena Multi Finance dalam menangani kredit macet yang dilakukan oleh debitur wanpretasi adalah memberikan surat peringatan sebanyak 3 (tiga) kali dalam jangka waktu satu bulan dengan tujuan meminta tanggung jawab an itikad baik menyelesaikan kewajiban pembayaran pokok angsuran dan/atau bunnga. Perincian pemberian surat peringatan (somasi) meliputi :
a. Kirimkan SOMASI I dengan disertai undangan untuk datang ke kantor.
Pertama Operationdepartemen memberitahukan kepada
Collectiondepartemen untuk melakukan penagihan angsuran kerumah
debitur dengan diberi surat peringatan (somasi) dan form surveyulang guna
memastikan apakah kesalahan tersebut terjadi karena faktor kesalahan
25
debitur yang bersangkutan. Hasil survey ulang dilaporkan kepada Marketing Departemend. Apabila kesalahan karena faktor internal maka diteruskan kepada Operation Departemen untuk diberikan sanksi yang sesuai dengan peraturan perusahaan. Apabila kesalahan merupakan kesalahan debitur maka akan ditindaklanjuti oleh bagian Collection.
b. Apabila tidak ada respon baik maka kirimkan SOMASI II dengan disertai undangan untuk datang ke kantor . dalam hal ini, Operation Departemenharus menganalisa penyebab keterlambatan pembayaran angsuran, termasuk polisi mobil dan keberadaan debitur apakah masih merada di tempat tinggalnya.
c. Apabila tidak ada respon maka kirimkan SOMASI III dengan disertai undangan untuk datang ke kantor. Hal ini merupakan peringatan bagi team Collection harus melakukan kunjungan yang lebih intensif untuk mengecek lebih lanjut keberadaan debitur dan posisi mobil. Operation Departemen harus mengecek secara jelas siapa yang menerima surat peringatan tersebut.
3. Upaya Untuk melakukan negosiasi
Apabila surat peringatan 1 (satu) samapi terakhir sudah sampai ditangan
debitur, tetapi dalam jangka waktu lebih dari 3 (tiga) bulan tidak ada respon dari
debitur untuk membayar angsuran pokok hutang dan bunga serta kendaraan
bermotor roda empat masih ditangan debitur, maka Operation
Departemenmengeluarkan surat tegas penarikan (STP) untuk kendaraan bermotor
roda empat sebagai dasar debt Collectormelakukan penarikan. Hal ini dilakukan
oleh PT. Verena Multi Finance sebagai pengamanan aset (penitipan unit) selama
26
dua minggu. Proses penarikan dilakukan dengan pendekatan yang baik terhadap debitur., apabila tidak dapat dilakukan pendekatan kepada debitur maka akan dilakukan negosiasi secara kekeluargaan dan bila perlu melibatkan RT dan RW atau Kepala Desa. Selanjutnya, apabila debitur dalam jangka waktu dua minggu tidak segera membayar angsuran pokok hutang dan bunga yang sudah jatuh tempotersebut maka akan dilakukan proses pelelangan disertai dengan surat pemberitahuan lelang terhadap debitur.
Dalam hal ini melaksanakan upaya-upaya untuk menyelesaikan kredit macet tersebut tidak dapat dipungkiri terdapat hambatan-hambatan yang menganggu atau menghembat upaya yang dilakukan oleh perusahaan pembiayaan konsumen yaitu PT. Verena Multi Finance cabang Kota Medan, hambatan- hambatan tersebut meliputi hambatan normatif, hambatan internal maupun eksternal.
Hambatan normatif adalah hambatan yang timbul dari peraturan
memgenai lembaga pembiayaan dan perjanjian pembiayaan konsumen uyang
berlaku.Peraturan mengenai lembaga pembiayaan tersebut dikaitkan dengan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun1999 tentang Perlindungan Konsumen.Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen ini berlaku apabila
perusahaan pembiayaan perundang-perundangan secara perdata yang dapat
merugikan konsumen. Pada pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen, menyatakan terdapat 8 negatif list klausula
baku yang dilarang bagi pelaku usaha untuk diterapkan pada konsumen
diantaranya yaitu.
27
a. Menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha.
b. Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali uang yang dibayarkan atas barang dan/atau jasa yang dibeli oleh konsumen.
c. Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali barang dan/atau jasa yang dibeli oleh konsumen.
d. Menyatakan pemberian kuasa dari konsumen kepada pelaku usaha baik secara langsung maupun tidak langsung untuk melakukan segala tindakan sepihak yang berkaitan dengan barang yang dibeli oleh konsumen secara berangsur.
e. Mengatur perihal pembutian atas hilangnya kegunaan barang atau pemanfaatan jasa yang dibeli konsumen.
f. Memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa.
g. Menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa aturan baru, tambahan lanjutan yang dibuat sepihak oleh pelaku usaha dalam masa konsumen memanfaatkan jasa yang dibelinya ; dan
h. Menyatakan bahwa konsumen memberi kuasa kepada pelaku usaha untuk pembebanan hak tanggungan, hak gadai, atau hak jaminan terhadap barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran.
19Menurut hasil penelitian yang penulis peroleh bahwa pada perjanjian pembiayaan konsumen yang dibuat oleh pihak kreditur dan debitur tersebut tidak
19Joko Kuswanto, Kepala Pemasaran
PT. Verena multi Finance
, wawancara pribadi, medan, senin, 28 Mei 2018, Pukul 10.30.28
terdapat pelanggaran –pelanggaran negatif list yang tercantum dalam Undang- Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.Hal ini terlihat dari itikad baik dari PT. Verena Multi Finance dalam pelaksanaan perjanjian pembiayaan konsumen. PT. Verena Multi Finance telah memenuhi pasal 4 Undang-Undang No 8 Tahun 1999 tentang perlindungan Konsumen bahwa pihak perusahaan pembiayaan sebelum mengadakan kontrak perjanjian tersebut telah menjelaskan isi dari perjanjian pembiayaan pembiayaan konsumen apabila debitur yang akan mengadakan aplikasi kredit memahami isi yang tercantum dalam perjanjian.
Ditinjau dari asas kebebasan berkontrak bahwa perjanjian pembiayaan konsumen tersebut sudah selesai dengan batasan-batasan yang ada didalam asas kebebasan berkontrak yaitu tidak bertentangan dengan Undang-Undang, ketertiban umum dan kesusilaan sehingga pelaksanaan perjanjian pembiayaan pembiayaan konsumen tersebut sesuai dengan asas kebabasan berkontrak yang bertanggung jawab. Hal ini dapat dilihat dari fase pra kontraktual bahwa PT.
Verena Multi Finance setelah menjelaskan isi dari perjanjian baku tersebut telah
menawarkan kepada konsumen apakah konsumen bersedia menandatangani
perjanjian pembiayaan konsumen bersedia menandatangani perjanjian pembiyaan
konsumen tersebut atau tidak. Apabila konsumen tidak bersedia menandatangani
kontrak pembiayaan dan tidak menyetujui isi kontrak pembiayaan tersebut maka
PT. Verena Multi Finance tidak memaksa debitur untuk menandatangani dan
debitur bebas untuk menggunakan hak nya tersebut sehingga tidak melanggar
29
hak-hak yang terdapat dalam Pasal 4 Undang-Undang nomor 8 Tahun 1999 tennag perlindungan Konsumen.
Selain itu, ditinjau dari asas proporsinalitas bahwadalam melaksanakan perjanjian harus ada keseimbangan hak dan kewajiban masing-masing phak sesuai dengan yang diperjanjikan.Asas keseimbangan menghendaki kedua pihak untuk memenuhi dan melaksanakan perjanjian konsumen tersebut.Kreditur mempunyai kekuatan untuk menuntut pelunasan prestasi melalui kekayaan debitur, selain itu kreditur memikul beban untuk melaksanakan perjanjian itu dengan itikad baik.Dapat dilihat bahwa kedudukan kreditur yang kuat diimbangi dengan kewajibannya untuk memperhatikan itikad baik, sehingga kedudukan kreditur dan debitur seimbang.Asas proporsionalitas sangat beriorientasi pada konteks hubungan dan kepentingan para pihak, yaitu antara hak dan kewajiban para pihak harus sesuai dengan proporsi atau bagiannya.
Apabila dalam pelaksanaan perjanjian pembiayaan konsumen yang ditinjau
dari asas kebebasan berkontrak, asas keseimbangan, dan asas proporsionalitas
masih ada penyimpangan dan bertentangan dengan Undang-Undang Nomor
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, maka perjanjian pembiayaan
konsumen tersebut akan batal demi hukum, dan kreditur dapat dikenakan Pasal
1465 KUHPerdata karena merupakan perbuatan melawan hukum. Namun dari
hasil penelitian yang penulis peroleh bahwa perjanjian pembiayaan konsumen
yang dibuat oleh pihak PT. Verena Multi Finance dan telah disetujui serta
ditandatangani debitur tidak demikian adanya. Bahwa perjanjian yang disepakati
kedua belah pihak sudah mengacu pada asas kebebasan berkontrak, asas
30
keseimbangan, dan asas proporsionalitas serta tidak bertentangan dengan Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Ditinjau dari peraturan mengenai lembaga pembiayaan lembaga pembiayaan konsumen yang dikaitkan dengan peraturan kapolri Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pengamanan Ekseskusi Jaminan Fidusia, bahwa perturan kapolri nomor 8 Tahun 2011tentang pengamanan Eksekusi Jaminan Fidusia tersebut sudah sesuai dengan perturan mengenai lembaga pembiayaan. Serta hukum administrasi Peraturan Kapolri nomor 8 Tahun 2011 tentang pengamana eksekusi Jaminan fidusia tersebut telah memberikan perlindungan hukumyang kuat bagi kreditur dalam hal proses eksekusi dan memperlancar proses eksekusi sesuai dengan Pasal 29 Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Selain itu, didalam pasal 1238 KUHPerdata mengenai adanya surat peringatan yang diberikan oleh debitur sudah memberikan dasar hukum yang kuat bagi Peraturan Kapolri tersebut.
20C. Pengetian Sengketa Perdata Perjanjian Kredit di PT. Verena Multi Finance
Perjanjian yang dibuat para pihak akan mengikat mereka untuk mematuhinya sesuai dengan asas mengikatnya kontrak atau asas Pacta Sun Servandayang berarti bahwa suatu kontrak yang dibuat secara sah oleh oleh para pihak mengikat para pihak tersebut secara penuh sesuai isi kontrak tersebut.
2120Joko Kuswanto, Kepala Pemasaran
PT. Verena multi Finance
, wawancara pribadi, medan, senin, 28 Mei 2018, Pukul 10.30.21Handri Raharjo, Hukum Perjanjian di Indonesia, Pustaka Yustisia, jakarta, 2009, hal.38.
hal
tersebut juga terdapat dalam pasal 1338 KUHPerdata yang menyebutkan bahwa
31
“semua persetujuan yang dibuat sesuai dengan Undang-Undang berlaku sebagai Undang-Undang bagi mereka yang membuatnya. Persetujuan ini tidak dapat ditarik kembali selain dengan kesepakatan kedua belah pihak, atau karena alasan- alasan yang ditentukan oleh Undang-Undang .persetujuan harus dilaksanakan denga iktikad baik.” Akan tetapi pada kenyataannya tidak selalu sesuai dengan apa yang diharapkan seperti masih banyak terjadi kasus wanprestasi yang memerlukan upaya penyelesaian guna menyelesaikan wanprestasi tersebut. Dalam hukum Indonesia dikenal ada dua cara penyelesaian sengketa wanprestasi yaitu melalui jalur Litigasi dan Jalur non- Litigasi. Penyelesaian sengketa melalui jalur non litigasi merupakan penyelesaian perkara hukum yang dilakukan di luar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, atau konsultasi.
22Sedangkan penyelesaian sengketa melalui jalur litigasi adalah suatu pola penyelesaian sengketa yang diselesaikan oleh pengadilan.
23Berdasarkan penjelasan dari penjelasan dari Bapak Joko Kuswanto selaku Kepala Pemasaran di PT. Verena Multi Finance bahwa pada tahun 2018, terdapat 50 debitur yang dinyatakan telah melakukan wanprestasi. penyelesaian wanprestasi pada PT. Verena Multi Finance Kota Medan adalah dengan langkah- langkah sebagai berikut :Pihak PT. Verena Multi Finance melakukan Negosiasi dengan pihak debitur yang melakukan cidera janji untuk mengetahui alasan yang menyebabkan debitur kesulitan untuk melakukan kewajibannya terhadap PT.
22 Salmi, dan Rahadi, Alternatif Penyelesaian Sengketa dalam Sengketa Transaksi Elektronik (E-Commerce). Jurnal Dinamika Hukum, 2013, hal. 127.
23 Susanti Adi Nugroho, Penyelesaian Sengketa Arbitrase dan Penerapan Hukumnya,Prenadamedia Grup, Jakarta, 2015,hal, 15.
32
Verena Multi Finance dan mencoba memberikan solusi agar debitur dapat keluar dari masalahnya tersebut.
1. Jika setelsh diperingati debitur masih saja tetap tidak memenuhi prestasinya maka pihak PT.Verena Multi Finance Kota Medan akan mengambil langkah tegas dengan memberikan sanksi berupa denda keterlambatan membayar angsuran sesuai dengan kesepakatan bersama pada Pasal 6 Perjanjian Pembiayaan Multi Guna tentang denda keterlambatan pada PT. Verena Multi Finance yang menyatakan bahwa
“untuk setiap hari keterlambatan pembayaran yang dilakukan oleh debitur kepada kreditur atas angsuran atau kewajiban-kewajiban lain yang ditetapkan perjanjian ini, debitur wajib membayar denda keterlambatan 0,4% perhari. Dari jumlah yang seharusnya dibayar, berdasarkan perhitungan satu tahun adalah 360 hari. Denda tersebut dapat ditagih seketika dan sekaligus tanpa diperlukan teguran lebih lanjut dari kreditur ataupun intansi yang berwajib”.
2. Jika debitur masih tetap tidak menanggapinya maka pihak PT. Verena
Multi Finance akan mengirimkan somasi atau surat peringatan 1, apabila
tidak ditanggapi kemudian dikirmkan somasi atau surat peringatan 2, dan
jika masih tidak diindahkan maka akan dikirimkan somasi atau surat
peringatan terakhir (SPT). Apabila somasi terakhir tersebut juga tidak
ditanggapi maka pihak PT. Verena Multi Finance akan melakukan
eksekusi atau penyitaan Mobil yang menjadi objek pembiayaan yang
berada ditangan Debitur. Untuk melakukan penyitaan pihak PT. Verena
33
Multi Finance menggunakan jasa DebtCollector internal atau Debt Collector eksternal perusahaan, tergantung dari kerumitan nasahab yang dihadapi. Setelah objek pembiayaan disita, pihak PT. Verena Multi Finance akan melakukan pelelangan terhadap objek pembiayaan tersebut.
Proses pelelangan tersebut dilakukan di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan lelang Kota Medan bertujuan untuk menutup sisa hutang dari debitur tersebut.
24Dari hasil wawancara diatas, penyelesaian wanprestasi pada PT. Verena Multi Finance dilakukan melalui jalur Non Litigasi karena pihak PT. Verena Multi Finance melakukan Negosiasi dengan pihak debitur untuk mengetahui sebab dari debitur wanprestasi. setlah itu jika debitur tetap tidak menanggapi, maka pihak debitur akan diberikan somasi atau surat peringatan sebanyak 3 kali.
Tetapi jika dengan cara tersebut debitur masih saja tidak memenuhi kewajiban selanjutnya akan dilakukan proses penyitaan jaminan oelh PT. Verena Multi Finance dan dilakukan proses lelang di kantor pelayanan kekayaan Negara dan lelang Kota Medan.
24Joko Kuswanto, Kepala Pemasaran
PT. Verena multi Finance
, wawancara pribadi, medan, senin, 28 Mei 2018, Pukul 10.30.BAB IV
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI DEBITUR DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA DALAM HAL TERJADI PENARIKAN PAKSA
BARANG JAMINAN DALAM PERJANJIAN KREDIT KENDARAAN BERMOTOR
A. Pelaksanaan Perjajian Kredit Kendaraan Bermotor di PT.Verena Multi Finance
Perjanjian kredit sepeda motor anatar PT. Verena multi Finance dengan Konsumen/pembeli adalah perjanjian baku sepihak. Perjanjian baku sepihak.
Perjanjian kredit sepeda motor ini merupakan perjanjian yang hanya dibuat oleh
PT. Verena multi Finance, konsumen/pembeli yang tergabung menjadi
konsumen/pembeli hanya menerima atau menolak perjanjian tersebut. Dalam
transaksi bisnis dengan memakai perjanjian baku, sangat terbuka kemungkinan
bagi pihak pelaku usaha untuk melakukan pembatasan atau penghapusan
tanggung jawab. Dalam arti, bahwa pelaku usaha dapat menentukan sendiri
ketentuan-ketentuan tentang pengalihan tanggung jawab dan/atau resiko, dari
pihak pelaku usaha (exonorent) kepada pihak adherent, dalam sebagain dari
beberapa syarat baku yang ditetapkan sepihak itu. Syarat semacam itu dalam
hukum disebut dengan istilah exoneratie clause (Klausa eksonerasi), yaitu syarat
35
dalam suatu perjanjian dimasa satu pihak membebaskan diri dari tanggung jawab yang dibebankan kepadanya
25Hasil penelitian dilapangan, perjanjian dilaksanakan setelah kedua belah pihak menyetujui dan menandatangani perjanjian kredit kendaraan bermotor.
Perjanjian kredit sepeda motor dilakukan dengan jangka waktu sepuluh bulan.
Pelaksanaan suatu perjanjian pada dasarnya selalu berupa pemenuhan kewajiban dan perolehan hak secara timbal balik antara pihak-pihak.Tujuan perjanjian terpengaruh dengan adanya kewajiban yang tidak dipenuhi
.
Kredit kendaraan bermotor/Kredit kendaraan bisnis selalu mempunyai resiko, oleh sebab itu dilakukan perjanjian kredit kendaraan antara perusahaan penjual dengan para konsumen/pembeli.Perusahaan mengikatkan diri dengan konsumen/pembeli untuk membuat sebuah perjanjian kredit kendaraan bermotor (kredit kendaraan).Didalam perjanjian kredit kendaraan bermotor terdapat kesepakatan antara pihak-pihak yang ingin mengadakan kredit kendaraan bermotor, maka perjanjian kredit kendaraan bermotor menimbulkan hak dan kewajiban, dimana para pihak yang dimaksud harus dengan sungguh-sungguh melaksanakannya.Perjanjian kredit kendaraan bermotor sebagai perjanjian timbal balik.Demi menghindari resiko yang timbul maka dalam isi perjanjian telah dicantumkan beberapa pasal yang sifatnya mencegah sengketa diantara kedua belah pihak dan sudah disosialisasikan sebelumnya pada para konsumen/pembeli.
26
25 Paulus J. Soepratignja, Teknik Pembuatan akta Kontrak, Yogyakarta, UAJ, 2006, Hal.12.
26 Abdul kadir Muhammad, Hukum Perikatan, Bandung, Citra Aditya Bakti, 2010, hal.310.
.Hak dan kewajiban
para pihak dapat dilihat pada pasal 3 dan 4 Perjanjian Kredit kendaraan bermotor.
36
Pihak yang dirugikan memilikji hak untuk membatalkan atau memutuskan perjanjian, tergantung isi klausul yang terdapat dalam perjanjian kredit sepeda motor.Suatu perjanjian dapat mencapai tujuan atau tidak, tergantung pada pemenuhan kewajiban dari masing-masing pihak.
Perjanjian kredit sepeda motor PT. Verena multi Finance dengan konsumen/pembeli merupakan salah satu contoh perjanjian tertulis mengenai kredit sepeda motor di PT. Verena multi Finance. Perjanjian tersebut membahas tentang kredit kendaraan bermotor antara perusahan dengan konsumen/pembeli yang menggunakan pembeli secara kredit, PT. Verena multi Finance sebagai perusahaan penjual dan konsumen/pembeli. Pelaksanaan perjanjian kredit sepeda motor tersebut telah dilaksanakan dengan baik dan telah sesuai dengan isi perjanjian yang mereka tandatangani.m
Suatu perjanjian yang dibuat secara sah artinya tidak bertentangan dengan
Undang-Undang mengikat kedua belah pihak.Perjanjian itu pada umumnya tidak
dapat ditarik kembali kecuali dengan persetujuan tertentu dari kedua belah pihak
atau berdasarkan alasan yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang. Ada
keleluasan dari pihak yang berkepentingan untuk meberlakukan hukum perjanjian
yang termuat dalam buku III KUHPerdata tersebut, yang juga sebagai hukum
pelengkap ditambah pula dengan asas kebebasan berkontrak tersebut
memungkinkan para pihak dalam prakteknya untuk mengadakan perjanjian yang
sama sekali tidak terdapat didalam KUHPerdata maupun KUHD, dengan
demikian oleh Undang-Undang diperbolehkan untuk membuat perjanjian yang
harus dapat berlaku bagi para pihak yang membuatnya. Apabila dalam perjanjian
37
terdapat hal-hal yang tidak ditentukan, hal-hal tunduk pada ketentuan undang- undang.
PT. Verena multi Finance dalam memberikan kredit pada harus memperhatikan persetujuan perjanjian yang disepakati kedua belah pihak secara tertulis, selain itu adanya objek perjanjian yang mewajibkan pihak debitur untuk membayar angsuran beserta bunganya dalam jangka waktu tertentu. Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa hubungan hukum antara pemberi kredit dalam hal ini PT. Verena multi Finance (Kreditur) dan penerima kredit (Konsumen) didasarkan pada perjanjian kredit jual beli sepeda motor yang lazimnya berbentuk standart contract
27Pelaksanaan perjanjian kredit jual beli yang dilakukan oleh PT. Verena multi Finance telah memenuhi syarat-syarat perjanjian sebagaimana yang telah diatur dlam pasal 1320 KUHPerdata, yaitu adanya kesepakatan antara kosumen dan PT. Verena multi Finance untuk membuat suatu perjanjian yaitu kendaraan
.
Setelah perjanjian kredit dilaksanakan, disetujui dan ditandatangani oleh kedua belah pihak, maka timbullah hubungan hukum yang menimbulkan hak dan kewajiban para pihak. Dengan kata lain mereka terikat oleh perjanjian kredit tersebut, yaitu antara pemberi kredit dalam hal ini pihak PT. Verena multi Finance dan konsumen (pembeli). Dalam hal ini batasan tentang definisi perjanjian diatur dalam pasal 1313 KUHPerdata yang berbunyi : “Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan yang mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.”
27Joko Kuswanto, Kepala Pemasaran
PT. Verena multi Finance
, wawancara pribadi, medan, senin, 28 Mei 2018, Pukul 10.30.38
roda dua, adanya kecakapan hukum dari pihak dan perjanjian pembiayaan kendaraan bermotor roda dua tersebut dilaksanakan berdasarkan suatu sebab yang halal, sehingga konsumen tidak akan dirugikan.
28Semua perjanjian kredit, termasuk dalam perjanjian kredit kendaraan bermotor diterangkan bahwa peralihan hak kepemilikan barang baru terjadi pada hari pembayaran kredit bulan terakhir atau apabila dilakukan pelunasan harga barang sebelum waktu yang ditentukan berakhir. Selama harga barang belum dibayar lunas, maka barang yang menjadi objek perjanjian, misalnya kendaraan bermotor, tetap berstatus barang sewa yang hak kepemilikannya dipegang oleh si penjual, walaupun semua surat-surat dan Bukti Pemilikan Kendaraaan Bermotor (BPKB) adalah atas nama pribadi, sehingga status pembeli adalah penyewa, agar pembeli tidak dapat menjual atau memindahtangankan barang tersebut dalam bentuk apapun kepada pihak lain, tetapi dalam perjanjian juga disebutkan hal yang
Berdasarkan perjanjian kredit jual beli yang dilakukan oleh PT. Verena multi Finance sebenarnya merupakan perjanjian timbal balik atau perjanjian baku.
Dapat diaktakan perjanjian baku karena dalam perjanjian kredit jual beli kendaraan bermotor roda dua tersebut terdapat hak dan kewajiban dari kedua belah pihak yaitu PT. Verena multi Finance selaku kreditur dan pihak konsumen selaku debitur. PT. Verena multi Finance maupun pihak konsumen berkewajiban mentaati isi perjanjian kredit jual beli yang telah disepakati bersama.Hak konsumen atas kepemilikan kendaraan bermotor roda dua.
28Joko Kuswanto, Kepala Pemasaran
PT. Verena multi Finance
, wawancara pribadi, medan, senin, 28 Mei 2018, Pukul 10.30.39
dapat diaktakan berlawanan, yaitu pada saat bersamaan dengan lunasnya pembayaran angsuran seluruhnya, maka pembeli akan menjadi pemilik.
Klausula tersebut menunjukkan adanya sikap pengamanan (security) yang berlebihan dari penjual terhadap kemungkinan terjadinya peralihan hak dari barang ototmotif yang merupakan barang kredit.Berdasarkan harga kredit yang dibebankan kepada pembeli pada setiap bulan yang tercantum dalam perjanjian, harga dapat dikatakan termasuk tinggi/besar untuk ukuran harga jual, sehingga dapat diasumsikan bahwa harga kredit bukanlah harga jual kontan melainkan harga jual yang dicicl pembayarannya.
29Perjanjian kredit kendaraan bermotor yang penulis teliti, bentuk perjanjian adalah akta dibawah tangan, dalam hal ini kekuatan pembuktian akta dibawah tangan biasa tidak sama dengan akta otentik. Akta otentik mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna dari pada akta dibawah tangan. Akta dibawah tangan kekuatan pembuktiannya akan sangat tergantung pada kebenaran atas pengakuan atau penyangkalan para pihak atas isi dari akta masing-masing tanda tangannya.
Apabila suatu akta dibawah tangan diakui isi dan tandatangannya oleh masing- masing pihak, maka kekuatan pembuktiannya hampir sama dengan akta otentik, perbedaanya terletak pada kekuatan pembuktian keluar, yang tidak secara otomatis dimiliki oleh akta dibawah tangan. Akta dibawah tangan ini seperti sebagaimana dimaksud dalam pasal 1880 KUPerdata tidak akan dapat mempunyai kekuatan pembuktian keluar terhadap pihak ketiga terkecuali sejak hari dibubuhi pernyataan oleh seorang notaris, oleh sebab itu sebaiknya perjanjian kredit
29Joko Kuswanto, Kepala Pemasaran
PT. Verena multi Finance
, wawancara pribadi, medan, senin, 28 Mei 2018, Pukul 10.30.40
kendaraan bermotor antara PT. Verena multi Finance dengan konsumen/pembeli tidak berbentuk akta dibawah tangan yang hanya ditandatangani oelh kedua belah pihak tetapiseharusnya didaftarkan pada notaris sehingga bentuk perjanjian kredit sepeda motor adalah akta waarmerken.
Selanjutnya, dalam klausa lain dalam perjanjian kredit kendaraan bermotor disebutkan, bahwa apabila pembeli lalai (wanprestasi) dalam membayar angsuran, maka kendaraan bermotor tersebut diambil kembali oleh penjual dan dijual dengan harga pasaran. Hasil penjualan tersebut akan digunakan untuk melunasi angsuran-angsuran, denda-denda yang belum dibayar oleh pembeli, maupun biaya-biaya yang dikeluarkan penjual untuk pengambilan kembali kendaraan tersebut. Apabila dari hasil penjualan masih ada kekurangan, maka pembeli wajib melunasi sisanya, sebaliknya apabila ada kelebihan, maka kelebihan tersebut akan diserahkan kepada pembeli.
30Berdasarkan isi klausula dapat diasumsikan bahwa perjanjian tersebut merupakan perjanjian jual beli, karena uang-uang angsuran tetap diperhitungkan.
Pengaturan mengenai resiko dalam perjanjian kredit menentukan bahwa pembeli menanggung sepenuhnya resiko yang dihadapi, bahkan dalam klausula perjanjian disebuutkan bahwa apabila terjadi sesuatu pada barang kendaraan bermotor baik seluruh ataupun sebagian yang menyebabkan musnahnya barang karena sebab apapun, termasuk pada keadaan memaksa (overmacht) sekalipun, pembeli wajib membayar kerugian kepada penjual sejumlah harga yang disesuaikan dengan nilai
30Joko Kuswanto, Kepala Pemasaran