• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN, KEBERANIAN MENGAMBIL RESIKO, PRAKTIK INDUSTRI DAN JENIS PEKERJAAN ORANG TUA DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN, KEBERANIAN MENGAMBIL RESIKO, PRAKTIK INDUSTRI DAN JENIS PEKERJAAN ORANG TUA DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA"

Copied!
166
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA PRESTASI BELAJAR MATA

PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN, KEBERANIAN

MENGAMBIL RESIKO, PRAKTIK INDUSTRI DAN JENIS

PEKERJAAN ORANG TUA DENGAN MINAT

BERWIRAUSAHA

Studi Kasus pada Siswa Kelas 3 SMK Negeri 1 Atambua Di Kabupaten Belu

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi

Oleh: Prisila Moru NIM: 091324021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

Kupersembahkan karya ini untuk:

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria pemberi terang dan berkat.

Almarhumah Mamaku yang tercinta, Mama Martha Funan. Bapakku tercinta Salomon Seran. Bapak terima kasih atas segala doa dan dukungannya.

Kakak-kakak dan adik-adikku yang tersayang.

Keluarga besar Uma Kakaluk, Uma Fuk dan Uma Kukun. Keluarga Besar Pendidikan Ekonomi 2009

(5)

MOTTO

Life must go on.

(PRISILA MORU)

Segala yang indah belum tentu baik, tetapi segala yang baik

sudah tentu indah.

Jangan pernah menyerah, perbaiki kesalahan dan teruslah

melangkah.

Jangan tunda sampai besok apa yang bisa dikerjakan hari

ini.

Sabar dalam mengatasi kesulitan dan bertindak bijaksana

dalam mengatasinya adalah sesuatu yang utama.

Keberhasilan bukan final, kegagalan juga bukan fatal.

Hanya kerendahan hati, kesabaran, kesetiaan dan usaha

untuk sebuah komitmen pada visi yang menentukan

(6)
(7)
(8)

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN, KEBERANIAN MENGAMBIL RESIKO, PRAKTIK INDUSTRI DAN JENIS PEKERJAAN ORANG TUA

DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA

Studi Kasus pada Siswa Kelas 3 SMK Negeri 1 Atambua Di Kabupaten Belu

Prisila Moru

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2014

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: hubungan prestasi belajar mata pelajaran kewirausahaan, keberanian mengambil resiko, praktik industri dan jenis pekerjaan orang tua dengan minat berwirausaha pada siswa kelas 3 SMK Negeri 1 Atambua.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian korelasional. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan November-Desember 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas 3 SMK Negeri 1 Atambua, di Kabupaten Belu angkatan 2013-2014 yang berjumlah 120 orang siswa dengan jumlah sampel 92 orang siswa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling purposive. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah korelasi spearman rank dan koefisien kontingensi.

(9)

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN ENTREPRENEURSHIP LEARNING ACHIEVEMENT, RISK TAKING COURAGE, INDUSTRY PRACTICE,

AND PARENTS’ TYPE OF JOB TOWARD THE INTEREST IN ENTREPRENEURSHIP

A Case Study on the 3 Grade Students of SMK Negeri 1 Atambua in Belu District

Prisila Moru Sanata Dharma University

Yogyakarta 2014

This study aimed to determine the relation between entrepreneurship learning achievement, risk taking courage, industry practice, and parents’ type of job toward the interest in entrepreneurship in the 3 grade students of SMK Negeri 1 Atambua.

This research was a correlational research. The data collection was conducted from November to December 2013. The population in this study were the 3 grade students of SMK Negeri 1 Atambua in Belu district year 2013-2014 totaling 120 students with the sample of 92 students. The sampling technique used in this study was purposive sampling. The data collection techniques used in this study was a questionnaire. The data analysis techniques used in this study was Spearman rank correlation and contingency coefficient.

The results showed that: (1) there was no significant relation between entrepreneurship learning achievement toward the interest in entrepreneurship in the 3 grade students of SMK Negeri 1 Atambua, indicated by the probability value of 0,273 > 0,05; (2) there was no significant relatipon between risk taking courage toward the interest in entrepreneurship in the 3 grade students of SMK Negeri 1 Atambua, indicated by the probability value of 0,326 > 0,05; (3) there was no significant relationship with industry practice toward the interest in entrepreneurship in the 3 grade students of SMK Negeri 1 Atambua, indicated by the probability value of 0,196 > 0,05; and (4) there was no significant relationship between parents’ type of job toward the interest in entrepreneurship in the 3 grade students of SMK Negeri 1 Atambua, indicated by the value X2count < X2table with

(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Hubungan antara prestasi belajar mata pelajaran kewirausahaan, keberanian mengambil resiko, praktik industri dan jenis pekerjaan orang tua dengan minat berwirausaha” Studi kasus pada siswa kelas 3 SMK Negeri 1 Atambua di Kabupaten Belu sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi.

Selama penulisan skripsi ini, penulis telah mendapat bantuan, masukan dan dorongan dari banyak pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam penyusunan skripsi ini, antara lain:

1. Bapak Rohandi, Ph.D selaku, Dekan Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma dan selaku Dosen Pembimbing kedua yang telah meluangkan waktu, sabar dan penuh perhatian memberikan bimbingan, saran dan arahan kepada penulis

3. Bapak Y.M.V. Mudayen, S.Pd., M.Sc selaku Dosen Pembimbing pertama yang telah meluangkan waktu, sabar dan penuh perhatian memberikan dorongan, saran dan arahan kepada penulis.

4. Bapak Dr.C.Teguh Dalyono, M.S selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan dan saran dalam revisi skripsi.

5. Ibu Titin dan seluruh tenaga adminitrasi Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma, Staf dan Karyawan UPT Perpustakaan Universitas Sanata Dharma.

(11)
(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

A. Minat Berwirausaha ... 12

1. Pengertian Minat ... 12

2. Pengertian Wirausaha ... 14

3. Faktor-faktor yang empengaruhi Minat Berwirausaha ... 17

(13)

B. Prestasi Belajar Mata Pelajaran Kewirausahaan ... 23

1. Pengertian Prestasi Belajar ... 23

2. Pengertian Mata Pelajaran Kewirausahaan ... 25

C. Keberanian Mengambil Resiko ... 29

1. Pengertian Keberanian Mengambil Resiko ... 29

2. Pilihan dalam Mengambil Resiko ... 31

3. Perbedaan Persepsi Mengenai Resiko ... 33

D. Praktik Industri ... 34

1. Pengertian Praktik Industri ... 34

2. Pengertian Program Sistem Ganda ... 36

E. Jenis Pekerjaan Orang Tua ... 38

1. Pengertian Jenis Pekerjaan ... 38

2. Pengertian Orang Tua... 39

F. Kerangka Berpikir ... 40

G. Hipotesis ... 43

H. Hasil Penelitian yang Relevan... 44

(14)

2. Visi dan Misi SMK Negeri 1 Atambua ... 68

3. Sistem Pendidikan di SMK Negeri 1 Atambua ... 68

4. Kurikulum Satuan Pendidikan SMK Negeri 1 Atambua ... 70

5. Kekhususan Kurikulum SMK Negeri 1 Atambua... 72

6. Fasilitas SMK Negeri 1 Atambua ... 73

B. Deskripsi Data ... 75

1. Deskripsi Data tentang Prestasi Belajar Mata Pelajaran Kewirausahaan ... 75

2. Deskripsi Data tentang Keberanian Mengambil Resiko ... 77

3. Deskripsi Data tentang Praktik Industri ... 80

4. Deskripsi Data tentang Jenis Pekerjaan Orang Tua ... 82

5. Deskripsi Data tentang Minat Berwirausaha ... 85

C. Analisis Data ... 86

1. Uji Normalitas ... 86

2. Pengujian Hipotesis ... 88

D. Pembahasan ... 97

1. Hubungan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Kewirausahaan dengan Minat Berwirausaha ... 97

2. Hubungan Keberanian Mengambil Resiko dengan Minat Berwirausaha ... 98

3. Hubungan Praktik Industri dengan Minat Berwirausaha ... 99

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Ciri-ciri dan watak kewirausahaan ... 21

Tabel 3.1 Pemberian Skor ... 48

Tabel 3.2 Pemberian Skor ... 48

Tabel 3.3 Instrumen Penelitian ... 49

Tabel 3. 4 Hasil Uji Validitas Variabel Keberanian Mengambil Resiko ... 52

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Variabel Minat Berwirausaha ... 54

Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas ... 56

Tabel 3.7 PAP Variabel Prestasi Belajar Mata Pelajaran Kewirausahaan 58 Tabel 3.8 Mean dan Standar Deviasi Keberanian Mengambil Resiko ... 60

Tabel 3.9 Interval Rata-rata Keberanian Mengambil Resiko... 60

Tabel 3.10 PAP Variabel Praktik Industri... 61

Tabel 3.11 Mean dan Standar Deviasi Minat Berwirausaha ... 62

Tabel 3.12 Interval Rata-rata Minat Berwirausaha ... 63

Tabel 3.13 Interpretasi Koefisien Korelasi ... 65

Tabel 3.14 Interpretasi Koefisien Korelasi ... 67

Tabel 4.1 Deskripsi Data Prestasi Belajar Mata Pelajaran Kewirausahaan 76 Tabel 4.2 Deskripsi Data Keberanian Mengambil Resiko ... 77

(16)

Tabel 4.10 Uji Hipotesis Praktik Industri ... 93

Tabel 4.11 Kontingensi Jenis Pekerjaan Orang Tua ... 95

Tabel 4.12 Tabel Penolong Chi Kuadrat ... 95

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Instrumen Penelitian ... 110

Lampiran 2. Validitas dan Reliabilitas ... 117

Lampiran 3. Data Induk Penelitian ... 125

Lampiran 4. Daftar Tabel ... 139

Lampiran 5. Deskripsi Data ... 141

Lampiran 6. Pengujian Hipotesis ... 144

Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian ... 147

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Saat ini banyak dijumpai di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

yang didirikan oleh pemerintah maupun swasta untuk dapat memenuhi

tuntutan masyarakat terlebih dalam dunia industri. Dengan adanya

pertumbuhan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang semakin banyak

diharapkan akan menghasilkan calon tenaga kerja yang semakin terampil,

namun hal ini akan menimbulkan permasalahan yang baru yaitu

penempatan tenaga kerja.

Dari sejumlah calon tenaga kerja yang dihasilkan oleh Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK) ternyata masih banyak yang belum memenuhi

harapan dari pihak industri. Situasi ini lebih diperburuk lagi dengan semakin

banyaknya Sekolah Menengah Atas (SMA) yang tidak dapat melanjutkan

pendidikan ke perguruan tinggi, sehingga hal ini akan menambah jumlah

pencari kerja. Untuk mengatasi permasalahan tersebut ada beberapa

alternatif pemecahannya antara lain dengan memperluas lapangan kerja atau

bisa dengan berwirausaha.

(18)

kerja dengan jumlah lapangan pekerjaan akan membutuhkan waktu yang

sangat lama. Sedangkan jumlah lulusan sekolah sebagai calon tenaga kerja

terus meningkat setiap tahunnya. Menghadapi kenyataan tersebut, Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK) sebagai penyelenggara pendidikan kejuruan

yang siap kerja perlu untuk meningkatkan kualitas lulusan agar mampu

bekerja dan mampu menciptakan usaha sendiri. Salah satu cara adalah

dengan memberikan pendidikan yang sesuai dengan bidang keahliannya

serta menanamkan sikap berwirausaha kepada siswa.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Atambua merupakan

tempat pendidikan formal bagi calon tenaga kerja diharapkan dapat

menghasilkan lulusan yang benar-benar memiliki keterampilan yang

memadai. Dengan demikian mampu mandiri dan mampu menciptakan

lapangan pekerjaan bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain dengan

berwirausaha. Minat berwirausaha merupakan kesediaan untuk bekerja

keras dan tekun untuk mencapai kemajuan usahanya, kesediaan untuk

menanggung macam-macam resiko berkaitan dengan tindakan berusaha

yang dilakukannya, bersedia menempuh jalur dan cara baru, kesediaan

untuk hidup hemat, kesediaan dari belajar yang dialaminya.

Jadi yang dimaksud dengan minat berwirausaha adalah keinginan,

ketertarikan, serta kesediaan untuk bekerja keras atau berkemauan keras

(19)

merasa takut dengan resiko yang akan terjadi, serta berkemauan keras untuk

belajar dari kegagalan.

Adapun pihak kejuruan memberikan pengetahuan yang dibutuhkan

oleh siswa, terutama tentang pendidikan kewirausahaan agar siswa mampu

mengetahui tentang kewirausahaan dengan baik sehingga dapat diarahkan

menuju kemandirian untuk dapat melakukan usaha sendiri. Untuk itu,

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) memberikan mata pelajaran

kewirausahaan pada siswanya. Sebagaimana Suryana (2003:39)

mengungkapkan bahwa menurutnya kemampuan afektif dan kemampuan

kognitif merupakan bagian dari pendekatan kemampuan berwirausaha.

Berdasarkan pendapat tersebut, menunjukkan bahwa seorang wirausaha

memerlukan pengetahuan tentang kewirausahaan itu sendiri. Pada siswa,

penguasaan pengetahuan tersebut dapat dilihat melalui prestasi belajar mata

pelajaran kewirausahaan.

Selain itu, tumbuhnya minat berwirausaha juga tidak lepas dari

status sosial ekonomi keluarga. Dalam realita yang ada saat ini, orang tua

cenderung lebih mendukung dan mengarahkan anaknya untuk bekerja di

sebuah instansi pemerintah atau pegawai negeri dengan anggapan bahwa

anak mereka akan memiliki masa depan yang jelas dan lebih baik. Siswa

(20)

yang berbeda pula. Siswa cenderung memiliki kecenderungan berpikir

untuk mengikuti jejak dari orang tua mereka.

Jenis pekerjaan orang tua dapat mempengaruhi minat berwirausaha

pada diri seorang anak. Siswa yang orang tuanya memiliki pekerjaan yang

gengsinya tinggi dalam masyarakat, misalnya pegawai negeri cenderung

akan menanamkan sikap-sikap yang positif terhadap anaknya (tidak takut

gagal, tidak putus asa, selalu berusaha lebih baik, dll) dibandingkan dengan

pekerjaan orang tua siswa yang gengsinya rendah dalam masyarakat.

Sikap-sikap ini dapat menumbuhkan minat berwirausaha pada diri seorang anak.

Namun, di dalam masyarakat kita sering menjumpai orang tua yang

berprofesi sebagai pegawai negeri dan menginginkan anaknya menjadi

seperti mereka.

Faktor intern yang dapat mempengaruhi minat seseorang untuk

berwirausaha, salah satunya adalah keterampilan yang dimiliki siswa. Pada

kenyataannya, keterampilan yang dimiliki oleh para siswa SMK Negeri 1

Atambua berbeda-beda. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil prestasi belajar

kejuruan yang berbeda-beda, sehingga minat berwirausaha juga berbeda.

Pada umumnya seorang yang senang dengan pelajaran tertentu akan

menghasilkan prestasi belajar yang baik, karena itu ia akan lebih cenderung

memilih pekerjaan yang berkaitan erat dengan pelajaran yang disenangi,

(21)

prestasi yang tinggi, dapat membawa siswa dalam berkreativitas dan

berusaha sehingga menimbulkan minat untuk berwirausaha.

Ada juga praktik kerja lapangan (PKL) di dunia industri/dunia

usaha dapat menjadi sarana bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan

yang dimilikinya. Disinilah mereka dilatih, baik itu keterampilan yang

berhubungan dengan kompetensinya maupun kepribadiannya, seperti

percaya diri, tanggung jawab, disiplin, kerjasama, cepat tanggap, tekun dan

ulet.

Selain itu, keterampilan dalam mengelola usaha kecil misalnya

koperasi siswa dan mata pelajaran kewirausahaan juga menjadi sarana bagi

siswa untuk dapat mengembangkan bakat terutama yang berhubungan

dengan minatnya dalam dunia wirausaha. Di sana mereka dilatih untuk

mengelola koperasi siswa serta dalam mata pelajaran kewirausahaan,

mereka dilatih untuk membuat dan menawarkan barang dagangan, dengan

adanya rasa ketertarikan, perasaan senang, dan keinginan untuk terlibat

didalamnya, maka diharapkan hal tersebut dapat menimbulkan minat

berwirausaha bagi siswa.

Seorang wirausaha bukanlah seorang pengambil resiko secara

sembarangan, melainkan seorang yang mengambil resiko yang

(22)

berbeda-beda. Untuk suatu masalah dengan tingkat resiko yang sama akan

disikapi berbeda-beda oleh setiap orang. Ada yang dapat menanggung

sejumlah beban dengan tingkat resiko dan ketidakpastian yang tinggi secara

santai, sementara orang lain merasa tidak nyaman. Kebanyakan dalam hidup

ini orang berusaha untuk menghindar dari resiko atau takut menghadapi

resiko, mereka berpikir bahwa hidup ini akan sangat menyenangkan bila

tanpa resiko sehingga terasa aman dan nyaman. Namun, tanpa disadari hal

itu dapat membuat mereka terus terperangkap dalam ketidaknyamanan

karena ketidakpastian. Salah satu yang pasti dalam hidup ini adalah

perubahan. Perubahan sudah pasti disertai dengan resiko.

Dari pengalaman pelaksanaan praktik industri, maka akan muncul

ketertarikan untuk berwirausaha dan menjadi seorang wirausahawan yang

tangguh. Wirausahawan adalah orang yang berjiwa berani dalam

mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan.

Dengan adanya ketertarikan untuk berwirausaha, maka akan dapat

menciptakan lapangan kerja.

Berkaitan dengan hal-hal yang telah dipaparkan diatas, penulis

tertarik untuk meneliti siswa SMK Negeri 1 Atambua di Kabupaten Belu

tentang “Hubungan antara Prestasi Belajar Mata Pelajaran Kewirausahaan,

(23)

Tua dengan Minat Berwirausaha”. Studi Kasus pada siswa kelas 3 SMK

Negeri 1 Atambua di Kabupaten Belu.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah ada hubungan yang signifikan prestasi belajar mata pelajaran

kewirausahaan dengan minat berwirausaha pada siswa kelas 3 SMK

Negeri 1 Atambua di Kabupaten Belu?

2. Apakah ada hubungan yang signifikan keberanian mengambil resiko

dengan minat berwirausaha pada siswa kelas 3 SMK Negeri 1 Atambua

di Kabupaten Belu?

3. Apakah ada hubungan yang signifikan praktik industri dengan minat

berwirausaha pada siswa kelas 3 SMK Negeri 1 Atambua di Kabupaten

Belu?

4. Apakah ada hubungan yang signifikan jenis pekerjaan orang tua dengan

minat berwirausaha pada siswa kelas 3 SMK Negeri 1 Atambua di

(24)

C.Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan

penelitian adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui hubungan yang signifikan prestasi belajar mata

pelajaran kewirausahaan dengan minat berwirausaha pada siswa kelas 3

SMK Negeri 1 Atambua di Kabupaten Belu.

2. Untuk mengetahui hubungan yang signifikan keberanian mengambil

resiko dengan minat berwirausaha pada siswa kelas 3 SMK Negeri 1

Atambua di Kabupaten Belu.

3. Untuk mengetahui hubungan yang signifikan praktik industri dengan

minat berwirausaha pada siswa kelas 3 SMK Negeri 1 Atambua di

Kabupaten Belu.

4. Untuk mengetahui hubungan yang signifikan jenis pekerjaan orang tua

dengan minat berwirausaha pada siswa kelas 3 SMK Negeri 1 Atambua

di Kabupaten Belu.

D.Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan penulis dan dapat

digunakan untuk mentransformasikan ilmu yang didapat di bangku

(25)

b. Menjadi bahan acuan bagi peneliti lain yang berminat meneliti tentang

permasalahan yang terakait dengan penelitian ini.

c. Memberikan informasi dalam mengembangkan teori yang berkaitan

dengan wirausaha.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

Memberikan masukan bagi siswa agar mampu mengambil

langkah-langkah yang tepat dalam upaya meningkatkan perhatian pada bidang

kewirausahaan yang berguna praktis untuk kehidupannya sehingga

mendorong minat untuk berwirausaha.

b. Bagi Guru

Penelitian ini dapat memberikan masukan dalam langkah-langkah

yang tepat untuk membantu peningkatan program pengajaran

kewirausahaan agar dapat meningkatkan minat berwirausaha siswa.

c. Bagi pengelola pendidikan kejuruan

Penelitian ini membantu memberikan informasi yang bermanfaat

sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil kebijakan sekolah

(26)

E.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

a. Prestasi Belajar Mata Pelajaran Kewirausahaan (X1)

b. Keberanian Mengambil Resiko (X2)

c. Praktik Industri (X3)

d. Jenis Pekerjaan Orang Tua (X4)

Minat Berwirausaha (Y).

2. Definisi Operasional

a. Prestasi Belajar Mata Pelajaran Kewirausahaan adalah hasil belajar

selama 3 (tiga) tahun yang dinyatakan dalam nilai rapor semester 5

(lima).

Indikatornya : Nilai mata pelajaran kewirausahaan semester 5 (lima).

b. Keberanian Mengambil Resiko adalah seberapa besar kemampuan

dan kreativitas seseorang dalam menyelesaikan besar kecilnya suatu

resiko yang diambil untuk mendapatkan penghasilan yang diharapkan.

Indikatornya :

1) Suka pada tantangan

2) Berani mengambil resiko

(27)

c. Praktik Industri adalah kerja lapangan yang dilakukan siswa dalam

rangka menerapkan teori yang telah dipelajari selama 5 (lima)

semester.

Indikatornya : nilai praktik industri

d. Jenis Pekerjaan Orang Tua adalah profesi atau usaha atau vokasi yang

dilakukan seseorang secara rutin dengan tujuan untuk memperoleh

penghasilan/pendapatan (income).

Indikatornya : Jenis Pekerjaan Orang Tua.

e. Minat Berwirausaha adalah kecenderungan hati dalam diri subjek

untuk tertarik menciptakan suatu usaha yang kemudian

mengorganisasi, mengatur, menanggung resiko dan mengembangkan

usaha yang diciptakan tersebut.

Indikatornya adalah:

1) Ketertarikan untuk berwirausaha.

2) Hasrat untuk merintis usaha.

3) Keinginan atau dorongan untuk terlibat dalam kegiatan

berwirausaha.

(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Minat Berwirausaha

1. Pengertian Minat

Jika seseorang mengerjakan sesuatu diawali dengan minat,

maka akan memperoleh hasil yang baik daripada yang tidak memiliki

minat dalam mengerjakan sesuatu. Definisi minat menurut Slameto

(2003:14) adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu

hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah

penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan dunia dari

luar diri. Semakin kuat atau semakin dekat hubungan tersebut semakin

besar minat.”

Minat menurut Winkel (1997:30) adalah kecenderungan yang

menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal

tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang tersebut.

Sedangkan menurut Masidjo (1995:52) minat adalah suatu

kecenderungan yang agak menetap dalam diri subjek dimana ia merasa

(29)

Menurut Nurkhan (2005:14) Minat adalah perasaan tertarik atau

berkaitan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Pada

dasarnya minat merupakan penerimaan hubungan antara diri sendiri

dengan sesuatu dari luar pribadi. Menurut Chaplin (2006:255) minat

adalah suatu keadaan atau suatu motivasi yang menuntun tingkah laku

menuju satu arah (sasaran) tertentu.

Dari definisi minat tersebut, dapat disimpulkan bahwa minat

merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan

apa saja yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Bila

seseorang melihat apa yang memberi kepuasan baginya, ia merasa

tertarik untuk menekuninya, kegiatan yang memberi kepuasan

menyebabkan minat tetap tinggi pada minat tersebut.

Minat merupakan salah satu faktor pokok untuk meraih

kesuksesan dalam studi. Secara lebih rinci arti penting minat dalam

kaitannya dengan pelaksanaan studi adalah:

a. Minat melahirkan perhatian yang serta merta

b. Minat memudahkan terciptanya konsentrasi

c. Minat mencegah gangguan pengaruh dari luar

d. Minat mempererat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan

(30)

Menurut Winkel (1997:27-28) minat digolongkan menjadi dua

jenis

1. Minat secara intrisik

Minat secara intrinsik merupakan minat yang berdasarkan suatu

dorongan yang secara mutlak timbul dalam individu tanpa pengaruh

dari luar seperti sikap, persepsi, prestasi belajar, bakat, jenis kelamin,

intelegensi, dan sebagainya.

2. Minat secara ekstrinsik

Minat secara ekstrinsik merupakan minat yang berdasarkan suatu

dorongan atau pengaruh dari luar individu, seperti status sosial

ekonomi orang tua, minat orang tua, minat teman sebaya, lingkungan,

dan sebagainya. Minat tidak dibawa sejak lahir melainkan dibentuk

dan berkembang melalui proses pendidikan, sosialisasi, dan proses

interaksi di sekolah, masyarakat, dan dalam keluarga.

2. Pengertian Wirausaha

Wirausaha adalah seseorang yang memutuskan untuk memulai

suatu bisnis sebagai pewaralaba (franchisor) menjadi terwaralaba

(franchisee), memperluas sebuah perusahaan, membeli perusahaan yang

sudah ada atau barangkali meminjam uang untuk memproduksi suatu

produk baru atau menawarkan suatu jasa baru, serta merupakan manajer

(31)

Istilah wirausaha sebagai padanan entrepreneur dapat dipahami

dengan mengurai istilah tersebut menjadi sebagai berikut:

Wira = utama, gagah, luhur, berani, teladan, dan pejuang.

Usaha = penciptaan kegiatan dan atau berbagai aktivitas bisnis.

Identik dengan wiraswasta, yang berarti :

Wira = utama, gagah, luhur, berani, teladan, dan pejuang.

Swa = sendiri.

Sta = berdiri

Swasta = berdiri di atas kaki sendiri, atau dengan kata lain berdiri di atas

kemauan dan atau kemampuan sendiri.

Dapat disimpulkan bahwa berkewirausahaan adalah hal-hal atau

upaya-upaya yang berkaitan dengan penciptaan kegiatan atau usaha atau

aktivitas bisnis atas dasar kemauan sendiri dan atau mendirikan usaha

atau bisnis dengan kemauan dan atau kemampuan sendiri.

Abas Suryana dkk (2010:35) wirausaha adalah seorang yang

mengorganisasikan dan mengarahkan usaha baru, wirasuaha berani

(32)

Wirausaha adalah orang yang mendobrak sistem ekonomi yang

ada dengan memperkenalkan barang dan jasa baru, dengan menciptakan

bentuk organisasi baru atau mengolah bahan baku baru. Menurut

Meredith et al., (2005:5) Para wirausaha merupakan orang yang

mempunyai kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan

bisnis, mengumpulkan sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil

keuntungan dari padanya dan mengambil tindakan yang tepat guna

memastikan sukses.

Berdasarkan bidang ilmu, bagi ahli ekonomi seorang

entrepreneur ialah orang yang mengombinasikan resources, tenaga kerja,

material, dan peralatan lainnya untuk meningkatkan nilai yang lebih

tinggi dari sebelumnya dan juga orang yang memperkenalkan perubahan,

inovasi, dan perbaikan produksi lainnya. Bagi seorang psikolog, bahwa

seorang wirausaha merupakan seorang yang memiliki dorongan kekuatan

dari dalam untuk memperoleh sesuatu tujuan, suka mengadakan

eksperimen atau untuk menampilkan kebebasan dirinya di luar

kekuasaan orang lain (Alma, 2006:31).

Menurut Wiryasaputra (2004:14), wirausaha adalah orang yang

ingin bebas, merdeka, mengatur kehidupannya sendiri, dan tidak

tergantung pada belas kasihan orang lain. Mereka harus menciptakan

(33)

yang mempunyai nilai untuk dijual atau layak dibeli sehingga

menghasilkan uang bagi dirinya dan bahkan bagi orang yang di

sekelilingnya.

Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa,

kewirausahaan merupakan semangat, perilaku, dan kemampuan untuk

memberikan tanggapan yang positif terhadap peluang memperoleh

keuntungan untuk diri sendiri dan atau pelayanan yang lebih baik pada

pelanggan/masyarakat; dengan selalu berusaha mencari dan melayani

langganan lebih banyak dan lebih baik, serta menciptakan dan

menyediakan produk yang lebih bermanfaat dan menerapkan cara kerja

yang lebih efisien, melalui keberanian mengambil resiko, kreatif, dan

inovasi, serta keamampuan manajemen.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat berwirausaha

Minat berkaitan erat dengan perhatian. Oleh karena itu, minat

merupakan sesuatu hal yang sangat menentukan dalam setiap usaha,

maka minat perlu ditumbuhkembangkan pada diri setiap siswa. Minat

tidak dibawa sejak lahir, melainkan tumbuh dan berkembang sesuai

(34)

Faktor-faktor tersebut antara lain, yaitu:

a. Kebutuhan Pendapatan

Pendapatan adalah penghasilan yang diperoleh seseorang baik berupa

uang maupun barang. Berwirausaha dapat memberikan pendapatan

yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Keinginan untuk memperoleh pendapatan itulah yang akan

menimbulkan minat seseorang untuk berwirausaha.

b. Harga Diri

Manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk yang paling mulia,

karena dikarunia akal, pikiran, dan perasaan. Hal ini menyebabkan

manusia merasa butuh dihargai dan dihormati orang lain.

Berwirausaha dalam suatu bidang usaha dapat digunakan untuk

meningkatkan harga diri seseorang karena dengan usaha tersebut

seseorang akan memperoleh popularitas, menjaga gengsi, dan

menghindari ketergantungan terhadap orang lain. Keinginan untuk

meningkatkan harga diri tersebut akan menimbulkan seseorang

berminat untuk berwirausaha.

c. Perasaan senang

Perasaan senang adalah suatu keadaan hati atau peristiwa kejiwaan

seseorang, baik perasaan senang atau tidak senang. Perasaan erat

(35)

seseorang terhadap sesuatu hal yang sama tidaklah sama antara orang

yang satu dengan yang lainnya. Rasa senang dalam berwirausaha akan

mewujudkan dengan perhatian, kemauan, dan kepuasan dalam bidang

wirausaha. Hal ini berarti rasa senang terhadap bidang wirausaha akan

menimbulkan minat berwirausaha.

d. Peluang

Peluang merupakan kesempatan yang dimiliki seseorang untuk

melakukan apa yang diinginkan atau menjadi harapannya. Suatu

daerah yang memberikan peluang usaha akan menimbulkan minat

seseorang untuk memanfaatkan peluang tersebut.

Menurut (Suprapto, 2007) ada beberapa faktor yang

mempengaruhi minat dalam berwirausaha, yaitu:

1. Kemauan

Kemauan adalah suatu kegiatan yang menyebabkan seseorang mampu

untuk melakukan tindakan dalam mencapai tujuan tertentu. Dengan

adanya kemauan seseorang untuk mencoba berwirausaha merupakan

satu hal yang baik.

2. Ketertarikan

Ketertarikan adalah perasaan senang, terpikat, menaruh minat kepada

(36)

ketertarikan untuk mau berwirausaha, maka siswa tersebut

mempunyai minat untuk berwirausaha.

3. Lingkungan keluarga

Berkaitan dengan lingkungan keluarga, maka peran keluarga sangat

penting dalam menumbuhkan minat anak. Orang tua merupakan

pendidik pertama dan sebagai tumpuan dalam bimbingan kasih sayang

yang utama. Maka orang tualah yang banyak memberi pengaruh dan

warna kepribadian terhadap seorang anak. Dengan demikian,

mengingat pentingnya pendidikan di lingkungan keluarga, maka

pengaruh di lingkungan keluarga terhadap anak dapat memengaruhi

apa yang diminati oleh anak.

4. Lingkungan sekolah

Lingkungan sekolah menjadi tanggung jawab guru. Jadi pada

dasarnya yang berpengaruh terhadap perkembangan siswa yaitu

proses pendidikan di sekolah sebagai bekal untuk diterapkan dalam

kehidupan di lingkungan masyarakat. Seorang guru dalam proses

pendidikan juga dapat memberikan motivasi dan dorongan kepada

siswa dalam menumbuhkan minatnya. Sebagai pendidik dalam

lembaga pendidikan formal, maka guru berperan untuk mencerdaskan

kehidupan bangsa, apalagi yang dibutuhkan orang pada dasarnya

adalah ke arah pengembangan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)

(37)

minat yang timbul dari dalam maupun luar diri siswa terhadap minat

berwirausaha.

Suryana (2003:14) mengemukakan ciri-ciri dan watak

kewirausahaan adalah sebagai berikut:

Tabel II.1

Ciri-ciri Watak

1. Percaya diri Keyakinan, ketidaktergantungan, individualitas, dan

optimisme.

2. Berorientasi pada tugas

dan hasil

Kebutuhan untuk berprestasi, berorientasi laba,

mempunyai dorongan kuat, energik, tekun, dan

tabah, bertekad kerja keras serta inisiatif.

3. Pengambilan resiko dan

suka pada tantangan

Mampu mengambil resiko yang wajar.

4. Kepemimpinan Berjiwa kepemimpinan, mudah beradaptasi dengan

orang lain, dan terbuka terhadap saran serta kritik.

5. Keorisinilan Inovatif, kreatif, dan fleksibel.

(38)

4. Unsur Wirausaha

Soesarsono Wijandi (1987:27-31) mengemukakan unsur-unsur

wirausaha, sebagai berikut:

a. Unsur pengetahuan

Mencirikan tingkat penalaran (reasioning) yang dimiliki oleh

seseorang, yaitu tingkat kemampuan berpikir seseorang yang

umumnya lebih banyak di tentukan oleh pendidikannya, baik

pendidikan formal maupun pendidikan non formal.

b. Unsur keterampilan

Lebih berasosiasi pada kerja fisik anggota badan. Unsur keterampilan

seseorang pada umumnya banyak diperoleh melalui latihan dan

pengalaman kerja nyata.

c. Unsur sikap mental

Lebih mencirikan respon, tanggapan atau tingkah laku seseorang jika

dihadapkan pada suatu situasi tertentu. Sikap mental lebih

menggambarkan reaksi sikap dan mental jika dihadapkan pada

pekerjaan tertentu.

d. Unsur kewaspadaan

Paduan unsur kognitif dan sikap mental terhadap sesuatu yang akan

datang. Kewaspadaan adalah rencana tindakan seseorang terhadap

(39)

B.Prestasi Belajar Mata Pelajaran Kewirausahaan

1. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai seseorang setelah

melalui proses belajar. Prestasi belajar merupakan suatu hal yang penting

dalam kehidupan manusia. Manusia selalu berusaha mengejar prestasi

menurut bidang dan kemampuan masing-masing.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:700) prestasi

belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketermpilan yang

dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazim ditunjukkan dengan test

atau angka nilai. Nilai adalah kualitas yang diperoleh ke kegiatan

penilaian.

Prestasi adalah kemampuan, keterampilan dan sikap seseorang

dalam menyelesaikan sesuatu hal. Adapun prestasi merupakan hasil yang

dicapai seseorang ketika mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu.

Sementara prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau

keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya

ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru.

Menurut Suharsimi (1987:205) prestasi belajar adalah

(40)

afektif dan psikomotorik. Tinggi rendahnya prestasi belajar dipengaruhi

oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

a. Faktor Internal yang meliputi:

1) Intelegensi, kecerdasan, kecakapan, dan bakat.

2) Panca indra

3) Sikap dan kebiasaan belajar.

b. Faktor Eksternal, yang meliputi :

1) Situasi belajar

2) Kurikulum

3) Keadaan lingkungan

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat

dibedakan menjadi dua yang berasal dari individu yang belajar baik

faktor psikis maupun fisik dan faktor yang berasal dari luar individu

misalnya, faktor lingkungan, sosial ekonomi, guru, metode mengajar, dan

lain-lain. Sesuai dengan pendapat diatas, Usman (1993:10)

mengungkapkan faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah:

a. Faktor yang berasal dari diri sendiri, misalnya: sikap, motivasi, minat,

kecakapan nyata, kecerdasan, dan bakat.

b. Faktor yang berasal dari luar diri sendiri, misalnya: lingkungan

(41)

Senada dengan pendapat di atas, Suharmi (1987:21)

mengemukakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

adalah:

1) Faktor Internal

a) Biologis yang meliputi: usia, kematangan, kesehatan.

b) Psikologis yang meliputi: minat, motivasi, suasana hati.

2) Faktor Eksternal

a) Manusia : di keluarga, di sekolah, di masyarakat.

b) Non manusia : udara, suasana, bau-bauan.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar

adalah hasil yang berasal dari dalam dan luar individu.

2. Pengertian Mata Pelajaran Kewirausahaan

a. Pengertian mata pelajaran kewirausahaan

Kewirausahaan adalah salah satu program adaptif yang dapat

diajarkan pada siswa SMK, selain matematika, bahasa inggris,

ekonomi, keterampilan komputer, serta mengetik manual dan

elektronik. (Kurikulum SMK 2004:10). Adapun Suryana (2003:8)

memberikan batasan bahwa ilmu kewirausahaan adalah suatu disiplin

(42)

seseorang dalam menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh

peluang dengan berbagai resiko yang mungkin dihadapinya.

Dari uraian diatas maka, penulis menyimpulkan bahwa ilmu

kewirausahaan yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan suatu

disiplin ilmu yang dipelajari dan diajarkan pada siswa SMK sebagai

salah satu mata pelajaran dari kelompok adaptif yang diberikan pada

siswa.

b. Hakikat Mata Pelajaran Kewirausahaan

Mata pelajaran atau bidang studi merupakan inti dari proses

belajar mengajar di sekolah sebagai sesuatu yang diberikan kepada

siswa mencakup mata pelajaran bersifat umum dan khusus sesuai

dengan jurusan atau program studi. Untuk sekolah umum setingkat

SMK pembagian jurusan berlangsung mulai dari ia duduk di kelas X.

Salah satu jurusan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

yaitu program perdagangan yang memiliki beberapa mata pelajaran di

mana salah satunya adalah mata pelajaran kewirausahaan. Mata

pelajaran kewirausahaan mempunyai tujuan mewujudkan kemampuan

para wirausahawan untuk menghasilkan kemajuan dan kesejahteraan

masyarakat.

Kewirausahaan adalah tanggapan terhadap peluang usaha

yang terungkap dalam seperangkat tindakan serta membuahkan hasil

(43)

Kewirausahaan berkaitan dengan kemampuan seseorang

untuk menciptakan lapangan pekerjaan bagi dirinya sendiri dan orang

lain. Kewirausahaan adalah semangat, perilaku, dan kemampuan

memberikan tanggapan yang positif terhadap peluang untuk

memperoleh keuntungan bagi dirinya sendiri atau pelayanan yang

lebih baik kepada pelanggan. Dengan demikian, dapat disimpulkan

bahwa kewirausahaan sikap dan tindakan wirausaha.

Jadi, yang dimaksud dengan mata pelajaran kewirausahaan

adalah pelajaran yang diberikan kepada siswa yang bertujuan agar

siswa dapat mengetahui pengetahuan dan keterampilan dalam

mewujudkan kemampuan dan kemantapan para wirausahawan untuk

menghasilkan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat.

c. Tujuan Pendidikan Kewirausahaan

Menurut Soemanto (1993:87) menyebutkan bahwa tujuan

dari pendidikan kewirausahaan adalah untuk menempa bangsa

Indonesia sesuai dengan pribadi indonesia yang berdasarkan

Pancasila. Adapun menurut Soemanto (1993:87) bahwa tujuan dari

pendidikan kewirausahaan adalah mengajarkan manusia Indonesia

sehingga mereka memiliki kekuatan pribadi yang dinamis dan kreatif

sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia yang berdasarkan

(44)

Berdasarkan uraian diatas maka, dalam kaitannya dengan

kewirausahaan yang diajarkan pada siswa SMK dapat disimpulkan

bahwa tujuan dari pendidikan kewirausahaan yang diberikan adalah

untuk mengajarkan siswa sehingga mereka mempunyai pribadi yang

dinamis dan kreatif dan mendorong siswa untuk tidak hanya

bergantung pada orang lain tetapi mampu berusaha mandiri.

Berdasarkan KTSP 2006 kurikulum mata pelajaran

kewirausahaan mencakup pokok-pokok bahasan, diantaranya:

1) Menganalisis peluang usaha, dengan materi pembelajaran: peluang

dan resiko usaha, mengembangkan ide dan peluang usaha,

menetapkan peluang usaha dan pemanfaatan peluang secara kreatif

dan inovatif.

2) Menganalisis aspek-aspek perencanaan usaha dengan materi

pembelajaran: merumuskan tujuan dan sasaran usaha, menetapkan

bentuk-bentuk badan usaha, menyusun struktur organisasi

sederhana, menentukan jenis dan kualitas produk/jasa, menghitung

kebutuhan dan persediaan bahan baku, merancang aliran proses

produksi, perizinan usaha, surat-menyurat, dan pencatatan transaksi

keuangan.

3) Teknik menjual dengan materi pembelajaran: seni menjual, teknik

promosi, harga jual, kepuasan pelanggan, negosiasi, saluran dan

(45)

4) Permodalan dan pembiayaan usaha dengan materi pembelajaran:

teknik dan prosedur permodalan usaha, rencana anggaran biaya

(RAB), proyeksi arus kas, titik pulang pokok/break event point

(BEP), laba/rugi.

5) Proposal usaha, dengan materi pembelajaran: proposal usaha,

sistematika penyusunan proposal usaha, dan membuat proposal

usaha.

C.Keberanian Mengambil Resiko

1. Pengertian Keberanian Mengambil Resiko

Kemauan dan kemampuan untuk mengambil resiko merupakan

salah satu nilai utama dalam kewirausahaan. Wirausaha yang tidak mau

mengambil resiko akan sukar memulai dan berinisiatif. Wirasuaha adalah

orang yang lebih menyukai usaha-usaha yang lebih menantang untuk

mencapai kesuksesan atau kegagalan daripada usaha yang kurang

menantang. Oleh karena itu, wirausaha kurang menyukai resiko yang

terlalu rendah atau terlalu tinggi.

Resiko yang terlalu rendah akan memperoleh sukses yang

relatif rendah. Sebaliknya, resiko yang terlalu tinggi kemungkinan

memperoleh sukses yang tinggi, tetapi kegagalan yang sangat tinggi pula.

(46)

Seorang wirausahawan yang berani menanggung resiko adalah

orang yang selalu ingin jadi pemenang dan memenangkan dengan cara

yang baik (Yuyun Wirasasmita, 1994:2). Wirausahawan adalah orang

yang menyukai usaha-usaha yang lebih menantang untuk mencapai

kesuksesan atau kegagalan daripada usaha yang kurang menantang. Oleh

sebab itu, wirausahawan kurang menyukai resiko yang terlalu rendah

atau terlalu tinggi. Resiko yang terlalu rendah akan memperoleh

kesuksesan yang relatif rendah. Sebaliknya, resiko yang terlalu tinggi

kemungkinan memperoleh sukses yang tinggi, tetapi dengan kegagalan

yang sangat tinggi. Oleh Karena itu, ia akan lebih menyukai resiko yang

seimbang (moderat).

Dengan demikian, keberanian mengambil resiko yang menjadi

nilai kewirausahaan adalah pengambilan resiko yang penuh dengan

perhitungan dan realistis. Kepuasan yang besar diperoleh apabila berhasil

dalam melaksanakan tugas-tugasnya secara realistis. Situasi resiko kecil

dan situasi resiko dihindari karena sumber kepuasan tidak mungkin

didapat pada masing-masing situasi tersebut. Artinya, Wirausaha

menyukai tantangan yang sukar, namun dapat dicapai (Geoffrey G.

Meredith, 1996:37).

Wirausahawan menghindari situasi resiko yang rendah karena

(47)

berhasil. Dalam situasi resiko dan ketidapastian inilah wirausaha

mengambil keputusan yang mengandung potensi kegagalan atau

keberhasilan. Pada situasi ini, menurut Meredith (1996:38), ada dua

alternatif atau lebih yang harus dipilih, yaitu alternatif yang mengandung

resiko dan altenatif yang konservatif.

2. Pilihan dalam mengambil resiko

Pilihan terhadap resiko ini tergantung pada:

1. Daya tarik setiap alternatif

2. Siap untuk mengalami kerugian

3. Kemungkinan relatif untuk gagal atau berhasil

Jadi, keberanian mengambil resiko bergantung pada: daya tarik

setiap alternatif, kesiapan mengalami kerugian, kemungkinan relatif

untuk sukses atau gagal. Sememtara itu, kemampuan untuk mengambil

resiko ditentukan oleh:

a. Keyakinan pada diri sendiri.

b. Kesediaan menggunakan kemampuan dalam mencari peluang dan

kemungkinan untuk memperoleh keuntungan.

c. Kemampuan menilai situasi resiko secara realistis

Wirausaha penuh resiko dan tantangan seperti persaingan, harga

(48)

ini harus dihadapi dengan penuh perhitungan. Oleh karena itu,

pengambilan resiko ditemukan pada orang-orang yang inovatif dan

kreatif yang merupakan bagian terpenting dari perilaku kewirausahaan.

Menurut Suryana (2003) seorang entrepreneur harus mampu

mengambil resiko yang moderat, artinya resiko yang diambil tidak terlalu

tinggi dan tidak terlalu rendah. Keberanian menghadapi resiko yang

didukung yang kuat, akan mendorong seorang entrepreneur untuk terus

berjuang mencari peluang sampai memperoleh hasil. Hasil-hasil itu harus

nyata atau jelas dan merupakan umpan balik bagi kelancaran

kegiatannya.

Praag dan Cramer (2002) secara eksplisit mempertimbangkan

peran resiko dalam pengambilan keputusan seseorang untuk menjadi

seorang entrepreneur. Rees dan Shah (1986) menyatakan bahwa

perbedaan pendapatan pada pekerja individu yang bebas (entrepreneur)

adalah tiga kali lipat dari yang didapat oleh individu yang bekerja pada

orang lain dan menyimpulkan bahwa toleransi terhadap resiko

merupakan sesuatu yang membujuk untuk melakukan pekerjaan mandiri

(entrepreneur).

Douglas dan Stepher (1999) menggunakan resiko yang telah

(49)

menjadi enterprenuer, dinyatakan “semakin toleran seseorang dalam

menyikapi suatu resiko, semakin besar insentif seseorang tersebut untuk

menjadi entrepreneur”. Persepsi resiko berbeda-beda tergantung

kepercayaan seseorang, kelakuan dan perasaan merupakan faktor-faktor

pendukungnya, antara lain prestasi belajar, pengalaman praktik industri,

karakteristik individu, kejelasan informasi dan pengaruh lingkungan

sekitar.

3. Perbedaan Persepsi Mengenai Resiko.

Terdapat perbedaan persepsi tentang resiko itu sendiri,

meskipun tidak terlalu mencolok, antara lain:

1) Faktor-faktor yang mempunyai efek merugikan terhadap kesuksesan

pelaksanaan proyek secara financial maupun ketepatan waktu, dimana

faktor waktu itu sendiri tidak selalu dapat diidentifikasi.

2) Sesuatu keadaan secara fisik, kontrak maupun financial menjadi lebih

sulit daripada yang telah disetujui dalam kontrak.

3) Kesempatan untuk membuat keuntungan diatas kontrak, dimana

kepuasan klien, harga kontrak, dan waktu penyelesaian diutamakan.

4) Suatu kondisi dimana peristiwa-peristiwa yang tidak direncanakan

(50)

Pengambilan resiko berkaitan dengan kepercayaan diri sendiri.

Artinya, semakin besar keyakinan orang tersebut akan kesanggupan

untuk mempengaruhi hasil dan keputusan, dan semakin besar pula

kesediaan seseorang untuk mencoba apa yang menurut orang lain sebagai

resiko (Meredith, 1996:39). Jadi, pengambilan resiko lebih menyukai

tantangan dan peluang. Oleh karena itu, pengambilan resiko dapat

ditemukan pada orang-orang yang inovatif dan kreatif yang merupakan

bagian terpenting dari perilaku kewirausahaan.

D.Praktik Industri

1. Pengertian Praktik Industri

Praktik industri merupakan suatu bentuk penyelenggaraan

pendidikan keahlian professional, yang memadukan secara sistematik

dan singkron antara program pendidikan di sekolah dan program

pengusahaan yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia

kerja untuk mencapai suatu tingkat keahlian professional. Menurut

Manulang (1984:15) pengalaman kerja adalah “proses pembentukan

pengetahuan atau keterampilan tentang metode suatu pekerjaan karena

keterlibatan karyawan tersebut dalam pelaksanaan tugas pekerjaan”.

Sunyoto et.al (2010:9) berpendapat bahwa pengalaman kerja

adalah “ukuran tentang waktu atau masa kerja yang telah ditempuh

(51)

melaksanakan dengan baik”. Sunyoto et.al (2010:10) juga berpendapat

bahwa “pengalaman yang telah diketahui atau dikuasai oleh seseorang

yang akibat dari pekerjaan atau perbuatan yang telah dilakukan selama

beberapa waktu tertentu”.

Dalam kamus besar bahasa indonesia (2005:1121) arti

pengetahuan adalah “sesuatu yang diketahui atau yang berkenaan dengan

suatu hal”. Pengetahuan bisa didapatkan melalui pembelajaran di

lembaga resmi seperti sekolah, lembaga kursus, dan lain-lainnya.

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi

masa lalu. Pengetahuan yang didapatkan dari pengalaman kerja siswa

cenderung akan lebih mudah diingat daripada pengetahuan kerja yang di

dapatkan secara teoritis.

Keterampilan merupakan kemampuan seseorang untuk

menerapkan pengetahuan ke dalam bentuk tindakan. Pengalaman kerja

juga dapat meningkatkan professional kerja seorang siswa. Hal ini

tentunya akan membuat siswa lebih terampil dalam mengerjakan

pekerjaannya. Dengan adanya pengalaman kerja, keterampilan siswa

(52)

Sikap menurut Zimbardo dan Leippe (2000:27) merupakan

kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara tertentu serta

merupakan respon evaluatif terhadap pengalaman kognitif, reaksi afektif,

kehendak dan perilaku. Pengalaman kerja akan dapat mengembangkan

kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dan

keterpaduan menalar secara ilmiah dan tentunya bertolak dari masalah

nyata dalam bidang kerja siswa. Tentunya dengan adanya pengalaman

kerja seorang siswa akan lebih percaya diri dalam menghadapi

pengambilan keputusan dan akan cenderung lebih bersikap professional.

2. Pengertian Program Sistem Ganda

Praktik Industri (PI) dahulu adalah Program Sistem Ganda

(PSG) atau Praktik Kerja Lapangan (PKL) merupakan kurikulum wajib

bagi siswa SMK untuk melakukan Praktik Industri di Dunia Usaha dan

Dunia Industri yang sesuai dengan program keahlian yang bersangkutan.

Salah satu tujuan dari praktik industri adalah untuk membelajarkan siswa

mempraktekkan ilmu dan ketrampilan yang sudah diperoleh di sekolah

serta membelajarkan siswa terhadap suasana dunia kerja. Sedangkan

feedback bagi sekolah adalah memperoleh masukan tentang kesesuaian

(53)

Pendidikan Sistem Ganda adalah suatu bentuk penyelenggaraan

pendidikan dan pelatihan keahlian kejuruan yang memadukan secara

sistematik dan sinkron program pendidikan di sekolah dan program

penguasaan keahlian yang diperoleh melaui bekerja langusng di dunia

kerja dan terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian professional

tertentu. Dalam PSG, lembaga pendidikan atau lembaga pelatihan lain

dan industri secara bersama-sama menyelenggarakan suatu program

pendidikan atau program pelatihan mulai perencanaan, penyelenggaraan,

dan penilaian sampai dengan upaya penempatan lulusan. PSG adalah

salah satu modal pendidikan yang paling efektif dalam mendekatkan

kesesuaian antara dunia kerja itu sendiri dan penyelenggara pendidikan.

Kesediaannya untuk tempat itu magang itu berarti dunia kerja ikut

membentuk peserta didik menjadi manusia yang produktif dan

berpenghasilan selama tidak mengganggu proses produksi.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa praktik industri

yang dilaksanakan di SMK sangat membantu para siswa dalam

mempraktekkan apa yang di dapat di sekolah pada dunia industri.

Dengan adanya praktik industri ini para siswa dilatih jiwa berwirausaha

yaitu: percaya diri, tanggung jawab, disiplin, kerjasama, cepat tanggap,

(54)

E.Jenis Pekerjaan Orang Tua

1. Pengertian Jenis Pekerjaan

Definisi jenis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang

mempunyai ciri (sifat, keturunan, dan sebagainya) yang khusus,

sedangkan pekerjaan adalah barang apa yang dilakukan (diperbuat,

dikerjakan dan sebagainya) tugas kewajiban, hasil bekerja, perbuatan

(Depdikbud, 1994:410-488). Jadi yang dimaksud dengan jenis pekerjaan

adalah suatu bentuk atau macam kegiatan yang dilakukan seseorang

untuk memperoleh penghasilan. Jenis pekerjaan orang tua siswa yang

satu tentu berbeda dengan jenis pekerjaan orang tua siswa yang lain.

Pekerjaan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

a. Pekerjaan Pokok

Pekerjaan pokok adalah pekerjaan yang dimiliki seseorang sebagai

sumber utama dari penghasilan yang digunakan untuk memenuhi

kebutuhan hidup sehari-hari dan sifat pekerjaan ini tetap.

b. Pekerjaan Sampingan

Pekerjaan sampingan adalah pekerjaan yang dimiliki atau dilakukan

oleh seseorang sebagai pekerjaan untuk memperoleh penghasilan

tambahan guna memenuhi kebutuhan hidup. Sifat pekerjaan

(55)

Dalam penelitian ini, penulis membedakan pekerjaan orang tua

menjadi dua jenis yaitu:

1) Wirausaha (pedagang, petani, pengusaha dan sejenisnya).

2) Bukan wirausaha (pegawai negeri, guru dan sejenisnya).

2. Pengertian Orang Tua

Definisi orang tua menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(Depdikbud, 1994:706) adalah ayah ibu kandung: orang yang yang

dianggap tua (cerdik, pandai, ahli dan sebagainya); orang-orang yang

dihormati (disegani) di kampung; tertua. Jadi orang tua adalah setiap

orang yang bertanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari, lazim

disebut dengan ayah dan ibu. Mereka inilah yang terutama dan utama

memegang peranan dalam kelangsungan hidup suatu rumah tangga atau

kelurga. Sedangkan semua anak-anaknya yang berada dibawah

penguasaan maupun asuhan dan bimbingannya disebut anggota keluarga.

Oleh sebab itu, orang tua mempunyai peranan yang sangat penting dan

memiliki tanggung jawab yang besar terhadap semua anggota keluarga

(56)

F. Kerangka Berpikir

1. Hubungan prestasi belajar mata pelajaran kewirausahaan dengan

minat berwirausaha

Prestasi belajar merupakan tujuan utama di dalam belajar,

mengajar, karena seorang anak akan lebih banyak mengenal pengetahuan

dan keterampilan sehingga prestasi yang dimiliki akan lebih tinggi.

Prestasi belajar yang tinggi dapat digunakan untuk mencari pekerjaan

atau membuka lapangan pekerjaan baru sesuai dengan kemampuan dan

minatnya.

Prestasi belajar dapat dipakai sebagai petunjuk kearah mana

seseorang seharusnya memilih pekerjaan dan bidang apa yang sesuai

dengannya jika ingin membuka usaha sendiri. Karena orang yang

berprestasi lebih besar berpeluang untuk memperoleh kemajuan di dalam

pekerjaan yang dijalaninya. Oleh karena itu, Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK) diharapkan mampu mencetak lulusannya, baik untuk

siap memasuki dunia kerja maupun untuk menciptakan lapangan kerja

sendiri.

Untuk itu, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) perlu mencetak

lulusan yang berprestasi bagus, mandiri dan bertanggung jawab. Dengan

(57)

seperti yang mereka inginkan, mereka dapat berinisiatif menciptakan

pekerjaan baru sesuai dengan minat dan keterampilan yang mereka

terima yaitu berwirausaha. Dengan begitu mereka tidak akan menjadi

seorang pengangguran. Lain halnya, apabila Sekolah Menengah

Kejuruan hanya mencetak lulusan yang rendah, maka tidak menutup

kemungkinan mereka akan sulit untuk bersaing dalam dunia kerja. Dan

minat mereka untuk menciptakan lapangan kerja baru dengan cara

berwirausaha akan rendah pula.

2. Hubungan Keberanian Mengambil Resiko dengan Minat

Berwirausaha

Keberanian untuk menanggung resiko yang menjadi nilai

kewirausahaan adalah pengambilan resiko yang penuh perhitungan dan

realistis. Situasi resiko kecil dan resiko tinggi dihindari karena sumber

kepuasan tidak mungkin didapat pada masing-masing situasi tersebut.

Wirausaha menghindari situasi resiko yang rendah karena tidak ada

tantangan dan menjauhi situasi resiko yang tinggi karena ingin berhasil.

Dalam situasi resiko dan ketidapastian inilah wirausaha mengambil

(58)

3. Hubungan Praktik Industri dengan Minat Berwirausaha

Pendidikan Sistem Ganda merupakan suatu bentuk

penyelenggaraan pendidikan yang memadukan secara sistematis dan

sikron program pendidikan di sekolah dan program pendidikan di luar

sekolah untuk mencapai tingkat keahlian tertentu (Depdikbud. 1994:7).

Salah satu kegiatan dalam program PSG adalah praktik industri (PI).

Dalam melakssanakan Praktik Industri di industri baik pengalaman yang

diperoleh siswa.

Siswa tidak hanya memperoleh keterampilan saja, akan tetapi

mendapatkan pembiasaan dalam menghadapi iklim dunia kerja sehingga

sikap profesionalnya dapat tumbuh. Pengalaman siswa tentunya akan

mempengaruhi sikap kerja sebagai orang yang dipersiapkan untuk

memasuki dunia kerja. Semakin baik pelaksanaan PI yang dialami oleh

siswa, semakin banyak akan menumbuhkan kesiapan mental untuk terjun

langsung dalam dunia usaha kelak lulus nanti.

4. Hubungan Jenis Pekerjaan Orang Tua dengan Minat Berwirausaha

Minat berwirausaha adalah kecenderungan-kecenderungan yang

agak menetap dalam diri siswa yang merasa tertarik pada kewirausahaan

dan merasa senang berkcimpung dalam berwirausaha. Pekerjaan dalam

(59)

untuk mencari nafkah. Sedangkan pekerjaan menurut biro

pengembangan sosial budaya (hal 12) dibedakan menjadi dua yaitu

pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan.

Pekerjaan orang tua memiliki peranan penting dalam

memotivasi minat berwirasuaha seorang anak. Siswa yang orang tuanya

memilki pekerjaan yang gengsinya tinggi dalam masyarakat, biasanya

akan menanamkna sikap-sikap positif terhadap anaknya. Misalnya tidak

takut gagal, tidak cepat puas dan selalu berusaha lebih baik daripada

sebelumnya. Sikap-sikap ini akan menumbuhkan minat berwirausaha

pada diri seorang anak, dimana dalam kehidupan sehari-hari sikap

tersebut tidak selalu muncul dan dibiasakan pada anak.

G.Hipotesis

1. Ada hubungan yang signifikan prestasi belajar mata pelajaran

kewirausahaan dengan minat berwirausaha.

2. Ada hubungan yang signifikan keberanian mengambil resiko dengan

minat berwirausaha.

3. Ada hubungan yang signifikan praktik industri dengan minat

berwirausaha.

4. Ada hubungan yang signifikan jenis pekerjaan orang tua dengan minat

(60)

H.Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian sebelumnya yang relevan adalah:

1. Penelitian oleh Martina (2011) yang berjudul “Hubungan Tingkat

Pendidikan, Tingkat Pendapatan, dan Jenis Pekerjaan Orang Tua dengan

Minat Berwirausaha pada Mahasiswa Prodi Akuntansi USD Yogyakarta

angkatan 2007-2010”. Tujuan penelitian tersebut adalah 1) untuk

mengetahui hubungan tingkat pendidikan orang tua dengan minat

berwirausaha, 2) untuk mengetahui hubungan tingkat pendapatan orang

tua dengan minat berwirausaha, 3) untuk mengetahui hubungan jenis

pekerjaan orang tua dengan minat berwirausaha. Peneliti menggunakan

sampel sebanyak 150 responden dengan teknik pengumpulan data dalam

penelitian menggunakan kuesioner.

2. Penelitian oleh Sunarto (2012) yang berjudul “Minat Berwirausaha

ditinjau dari jiwa kewirausahaan, program studi dan latihan berwirausaha

pada mahasiswa USD, Yogyakarta”. Tujuan dari penelitian tersebut

adalah 1) untuk mengetahui pengaruh jiwa kewirausahaan terhadap

minat berwirausaha, 2) untuk mengetahui pengaruh program studi

terhadap minat berwirausaha, 3) untuk mengetahui pengaruh latihan

berwirausaha terhadap minat berwirausaha. Peneliti menggunakan

sampel sebanyak 127 responden dengan teknik pengumpulan data dalam

(61)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode Penelitian merupakan keseluruhan dari prosedur dan alat yang

digunakan dalam peneiltian. Penentuan metode penelitian menjadi sangat

penting karena digunakan untuk menemukan jawaban dari permasalahan yang

diteliti.

A.Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah tergolong penelitian deskriptif

korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian korelasional karena

penelitian ini akan mencari hubungan antara variabel yang satu dengan

variabel yang lain yaitu prestasi belajar mata pelajaran kewirausahaan,

keberanian mengambil resiko, praktik industri dan jenis pekerjaan orang tua

dengan minat berwirausaha siswa SMK. Dengan menggunakan pendekatan

kuantitatif karena variabel terikat dengan variabel bebasnya diukur dalam

bentuk angka-angka dan kemudian dicari ada tidaknya hubungan antara

kedua variabel tersebut.

B.Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMK Negeri 1 Atambua, di Kabupaten Belu.

(62)

C.Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah orang-orang yang terlibat dalam penelitian,

mereka bertindak sebagai pemberi informasi yang berhubungan dengan

penelitian yang dilakukan. Subjek penelitian ini adalah siswa SMK

Negeri 1 Atambua angkatan 2013-2014 di Kabupaten Belu.

2. Objek penelitian

Objek penelitian adalah sesuatu yang menjadi pokok pembicaraan dalam

penelitian. Dalam hal ini yang menjadi objek penelitian adalah prestasi

belajar mata pelajaran kewirausahaan, keberanian mengambil resiko,

praktik industri, dan jenis pekerjaan orang tua, dengan minat

berwirausaha.

D.Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 3 SMK Negeri 1

Atambua di Kabupaten Belu angkatan 2013-2014 yang berjumlah 120

(63)

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah bagian dari jumlah dan karakteristik

yang dimiliki oleh populasi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah yang bersifat representative/mewakili. Untuk menentukan sampel

maka peneliti menggunakan rumus Slovin Sangadji dan Sopiah,

2010:189 yaitu:

Keterangan :

n = ukuran sampel

N = ukuran populasi

e = nilai kritis yang diinginkan (5%)

Berdasarkan keterangan di atas, dapat diambil sampel 92 siswa

dengan perhitungan sebagai berikut:

=

92

E.Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sampling purposive. Sampling Purposive adalah teknik penentuan

sampel dengan pertimbangan tertentu. (Sugiyono, 2009:122). Dalam hal ini

yang menjadi pertimbangan bagi peneliti adalah siswa tersebut telah

(64)

pengalaman dalam proses belajar mengajar yakni siswa kelas 3 angkatan

2013-2014.

Variabel prestasi belajar mata pelajaran kewirausahaan, keberanian

mengambil resiko, praktik industri, jenis pekerjaan orang tua dan minat

berwirausaha diukur dengan skala likert dimodifikasi menjadi empat opsi

jawaban, yaitu SS, S, TS, STS. Pemberian skor dapat ditentukan sebagai

berikut:

Tabel III. 1

Penilaian Pertanyaan positif Skor Pertanyaan negatif Skor

Sangat setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak setuju 2 3

Sangat tidak setuju 1 4

Untuk jenis pekerjaan orang tua hanya menggunakan dua opsi

yaitu:

Tabel III. 2

Jenis Pekerjaan Skor

Wirausaha 2

(65)

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner.

Gambar

Tabel 4.10    Uji Hipotesis Praktik Industri .................................................
Tabel II.1
Tabel III. 1
Tabel III. 3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan melihat endapan material lahar dingin di anak-anak sungai Progo tersebut, maka sudah dapat dipastikan bahwa di sungai Progo akan menerima beban aliran sedimen

yaitu perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis dalam perusahaan, serta. proses pembelajaran

Spesifikasi teknis pekerjaan sesuai dengan yang tercantum di dokumen pengadaaan/pelelangan umum; dan. Jika dipandang perlu, dapat dilakukan peninjauan lokasi kerja

Beberapa kegiatan yang dilakukan peserta PPG pada tahap observasi dan orientasi lapangan sebagai berikut. a) Mempersiapkan diri dengan berbagai instrumen yang diperlukan untuk

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya buat dan serahkan ini merupakan hasil karya saya sendiri, kecuali kutipan-kutipan dan ringkasan- ringkasan yang semuanya telah

Bulan Juni persiapan dengan membuat proposal penelitian, bulan Juli merupakan perencanaan tindakan yang meliputi menentukan SK, KD, dan indikator pembelajaran berdasarkan materi

Disisi lain manajemen sangat penting karna : Pekerjaan itu berat dan sulit untuk dikerjakan sendiri sehingga diperlukan pembagian kerja, tugas dan tanggungjawab dalam

Dengan penguasaan teori dasar tentang karakter atau kualitas cahaya, dan pengenalan akan berbagai tipe aksesoris berikut karakter cahaya yang dihasilkan, maka sebuah studio