HUBUNGAN ANTARA PRESTASI BELAJAR MATA
PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN, KEBERANIAN
MENGAMBIL RESIKO, PRAKTIK INDUSTRI DAN JENIS
PEKERJAAN ORANG TUA DENGAN MINAT
BERWIRAUSAHA
Studi Kasus pada Siswa Kelas 3 SMK Negeri 1 Atambua Di Kabupaten Belu
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi
Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi
Oleh: Prisila Moru NIM: 091324021
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
Kupersembahkan karya ini untuk:
Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria pemberi terang dan berkat.
Almarhumah Mamaku yang tercinta, Mama Martha Funan. Bapakku tercinta Salomon Seran. Bapak terima kasih atas segala doa dan dukungannya.
Kakak-kakak dan adik-adikku yang tersayang.
Keluarga besar Uma Kakaluk, Uma Fuk dan Uma Kukun. Keluarga Besar Pendidikan Ekonomi 2009
MOTTO
Life must go on.
(PRISILA MORU)
Segala yang indah belum tentu baik, tetapi segala yang baik
sudah tentu indah.
Jangan pernah menyerah, perbaiki kesalahan dan teruslah
melangkah.
Jangan tunda sampai besok apa yang bisa dikerjakan hari
ini.
Sabar dalam mengatasi kesulitan dan bertindak bijaksana
dalam mengatasinya adalah sesuatu yang utama.
Keberhasilan bukan final, kegagalan juga bukan fatal.
Hanya kerendahan hati, kesabaran, kesetiaan dan usaha
untuk sebuah komitmen pada visi yang menentukan
ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN, KEBERANIAN MENGAMBIL RESIKO, PRAKTIK INDUSTRI DAN JENIS PEKERJAAN ORANG TUA
DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA
Studi Kasus pada Siswa Kelas 3 SMK Negeri 1 Atambua Di Kabupaten Belu
Prisila Moru
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2014
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: hubungan prestasi belajar mata pelajaran kewirausahaan, keberanian mengambil resiko, praktik industri dan jenis pekerjaan orang tua dengan minat berwirausaha pada siswa kelas 3 SMK Negeri 1 Atambua.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian korelasional. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan November-Desember 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas 3 SMK Negeri 1 Atambua, di Kabupaten Belu angkatan 2013-2014 yang berjumlah 120 orang siswa dengan jumlah sampel 92 orang siswa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling purposive. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah korelasi spearman rank dan koefisien kontingensi.
ABSTRACT
THE RELATIONSHIP BETWEEN ENTREPRENEURSHIP LEARNING ACHIEVEMENT, RISK TAKING COURAGE, INDUSTRY PRACTICE,
AND PARENTS’ TYPE OF JOB TOWARD THE INTEREST IN ENTREPRENEURSHIP
A Case Study on the 3 Grade Students of SMK Negeri 1 Atambua in Belu District
Prisila Moru Sanata Dharma University
Yogyakarta 2014
This study aimed to determine the relation between entrepreneurship learning achievement, risk taking courage, industry practice, and parents’ type of job toward the interest in entrepreneurship in the 3 grade students of SMK Negeri 1 Atambua.
This research was a correlational research. The data collection was conducted from November to December 2013. The population in this study were the 3 grade students of SMK Negeri 1 Atambua in Belu district year 2013-2014 totaling 120 students with the sample of 92 students. The sampling technique used in this study was purposive sampling. The data collection techniques used in this study was a questionnaire. The data analysis techniques used in this study was Spearman rank correlation and contingency coefficient.
The results showed that: (1) there was no significant relation between entrepreneurship learning achievement toward the interest in entrepreneurship in the 3 grade students of SMK Negeri 1 Atambua, indicated by the probability value of 0,273 > 0,05; (2) there was no significant relatipon between risk taking courage toward the interest in entrepreneurship in the 3 grade students of SMK Negeri 1 Atambua, indicated by the probability value of 0,326 > 0,05; (3) there was no significant relationship with industry practice toward the interest in entrepreneurship in the 3 grade students of SMK Negeri 1 Atambua, indicated by the probability value of 0,196 > 0,05; and (4) there was no significant relationship between parents’ type of job toward the interest in entrepreneurship in the 3 grade students of SMK Negeri 1 Atambua, indicated by the value X2count < X2table with
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Hubungan antara prestasi belajar mata pelajaran kewirausahaan, keberanian mengambil resiko, praktik industri dan jenis pekerjaan orang tua dengan minat berwirausaha” Studi kasus pada siswa kelas 3 SMK Negeri 1 Atambua di Kabupaten Belu sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi.
Selama penulisan skripsi ini, penulis telah mendapat bantuan, masukan dan dorongan dari banyak pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam penyusunan skripsi ini, antara lain:
1. Bapak Rohandi, Ph.D selaku, Dekan Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma
2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma dan selaku Dosen Pembimbing kedua yang telah meluangkan waktu, sabar dan penuh perhatian memberikan bimbingan, saran dan arahan kepada penulis
3. Bapak Y.M.V. Mudayen, S.Pd., M.Sc selaku Dosen Pembimbing pertama yang telah meluangkan waktu, sabar dan penuh perhatian memberikan dorongan, saran dan arahan kepada penulis.
4. Bapak Dr.C.Teguh Dalyono, M.S selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan dan saran dalam revisi skripsi.
5. Ibu Titin dan seluruh tenaga adminitrasi Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma, Staf dan Karyawan UPT Perpustakaan Universitas Sanata Dharma.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12
A. Minat Berwirausaha ... 12
1. Pengertian Minat ... 12
2. Pengertian Wirausaha ... 14
3. Faktor-faktor yang empengaruhi Minat Berwirausaha ... 17
B. Prestasi Belajar Mata Pelajaran Kewirausahaan ... 23
1. Pengertian Prestasi Belajar ... 23
2. Pengertian Mata Pelajaran Kewirausahaan ... 25
C. Keberanian Mengambil Resiko ... 29
1. Pengertian Keberanian Mengambil Resiko ... 29
2. Pilihan dalam Mengambil Resiko ... 31
3. Perbedaan Persepsi Mengenai Resiko ... 33
D. Praktik Industri ... 34
1. Pengertian Praktik Industri ... 34
2. Pengertian Program Sistem Ganda ... 36
E. Jenis Pekerjaan Orang Tua ... 38
1. Pengertian Jenis Pekerjaan ... 38
2. Pengertian Orang Tua... 39
F. Kerangka Berpikir ... 40
G. Hipotesis ... 43
H. Hasil Penelitian yang Relevan... 44
2. Visi dan Misi SMK Negeri 1 Atambua ... 68
3. Sistem Pendidikan di SMK Negeri 1 Atambua ... 68
4. Kurikulum Satuan Pendidikan SMK Negeri 1 Atambua ... 70
5. Kekhususan Kurikulum SMK Negeri 1 Atambua... 72
6. Fasilitas SMK Negeri 1 Atambua ... 73
B. Deskripsi Data ... 75
1. Deskripsi Data tentang Prestasi Belajar Mata Pelajaran Kewirausahaan ... 75
2. Deskripsi Data tentang Keberanian Mengambil Resiko ... 77
3. Deskripsi Data tentang Praktik Industri ... 80
4. Deskripsi Data tentang Jenis Pekerjaan Orang Tua ... 82
5. Deskripsi Data tentang Minat Berwirausaha ... 85
C. Analisis Data ... 86
1. Uji Normalitas ... 86
2. Pengujian Hipotesis ... 88
D. Pembahasan ... 97
1. Hubungan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Kewirausahaan dengan Minat Berwirausaha ... 97
2. Hubungan Keberanian Mengambil Resiko dengan Minat Berwirausaha ... 98
3. Hubungan Praktik Industri dengan Minat Berwirausaha ... 99
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Ciri-ciri dan watak kewirausahaan ... 21
Tabel 3.1 Pemberian Skor ... 48
Tabel 3.2 Pemberian Skor ... 48
Tabel 3.3 Instrumen Penelitian ... 49
Tabel 3. 4 Hasil Uji Validitas Variabel Keberanian Mengambil Resiko ... 52
Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Variabel Minat Berwirausaha ... 54
Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas ... 56
Tabel 3.7 PAP Variabel Prestasi Belajar Mata Pelajaran Kewirausahaan 58 Tabel 3.8 Mean dan Standar Deviasi Keberanian Mengambil Resiko ... 60
Tabel 3.9 Interval Rata-rata Keberanian Mengambil Resiko... 60
Tabel 3.10 PAP Variabel Praktik Industri... 61
Tabel 3.11 Mean dan Standar Deviasi Minat Berwirausaha ... 62
Tabel 3.12 Interval Rata-rata Minat Berwirausaha ... 63
Tabel 3.13 Interpretasi Koefisien Korelasi ... 65
Tabel 3.14 Interpretasi Koefisien Korelasi ... 67
Tabel 4.1 Deskripsi Data Prestasi Belajar Mata Pelajaran Kewirausahaan 76 Tabel 4.2 Deskripsi Data Keberanian Mengambil Resiko ... 77
Tabel 4.10 Uji Hipotesis Praktik Industri ... 93
Tabel 4.11 Kontingensi Jenis Pekerjaan Orang Tua ... 95
Tabel 4.12 Tabel Penolong Chi Kuadrat ... 95
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Instrumen Penelitian ... 110
Lampiran 2. Validitas dan Reliabilitas ... 117
Lampiran 3. Data Induk Penelitian ... 125
Lampiran 4. Daftar Tabel ... 139
Lampiran 5. Deskripsi Data ... 141
Lampiran 6. Pengujian Hipotesis ... 144
Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian ... 147
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Saat ini banyak dijumpai di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
yang didirikan oleh pemerintah maupun swasta untuk dapat memenuhi
tuntutan masyarakat terlebih dalam dunia industri. Dengan adanya
pertumbuhan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang semakin banyak
diharapkan akan menghasilkan calon tenaga kerja yang semakin terampil,
namun hal ini akan menimbulkan permasalahan yang baru yaitu
penempatan tenaga kerja.
Dari sejumlah calon tenaga kerja yang dihasilkan oleh Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) ternyata masih banyak yang belum memenuhi
harapan dari pihak industri. Situasi ini lebih diperburuk lagi dengan semakin
banyaknya Sekolah Menengah Atas (SMA) yang tidak dapat melanjutkan
pendidikan ke perguruan tinggi, sehingga hal ini akan menambah jumlah
pencari kerja. Untuk mengatasi permasalahan tersebut ada beberapa
alternatif pemecahannya antara lain dengan memperluas lapangan kerja atau
bisa dengan berwirausaha.
kerja dengan jumlah lapangan pekerjaan akan membutuhkan waktu yang
sangat lama. Sedangkan jumlah lulusan sekolah sebagai calon tenaga kerja
terus meningkat setiap tahunnya. Menghadapi kenyataan tersebut, Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) sebagai penyelenggara pendidikan kejuruan
yang siap kerja perlu untuk meningkatkan kualitas lulusan agar mampu
bekerja dan mampu menciptakan usaha sendiri. Salah satu cara adalah
dengan memberikan pendidikan yang sesuai dengan bidang keahliannya
serta menanamkan sikap berwirausaha kepada siswa.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Atambua merupakan
tempat pendidikan formal bagi calon tenaga kerja diharapkan dapat
menghasilkan lulusan yang benar-benar memiliki keterampilan yang
memadai. Dengan demikian mampu mandiri dan mampu menciptakan
lapangan pekerjaan bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain dengan
berwirausaha. Minat berwirausaha merupakan kesediaan untuk bekerja
keras dan tekun untuk mencapai kemajuan usahanya, kesediaan untuk
menanggung macam-macam resiko berkaitan dengan tindakan berusaha
yang dilakukannya, bersedia menempuh jalur dan cara baru, kesediaan
untuk hidup hemat, kesediaan dari belajar yang dialaminya.
Jadi yang dimaksud dengan minat berwirausaha adalah keinginan,
ketertarikan, serta kesediaan untuk bekerja keras atau berkemauan keras
merasa takut dengan resiko yang akan terjadi, serta berkemauan keras untuk
belajar dari kegagalan.
Adapun pihak kejuruan memberikan pengetahuan yang dibutuhkan
oleh siswa, terutama tentang pendidikan kewirausahaan agar siswa mampu
mengetahui tentang kewirausahaan dengan baik sehingga dapat diarahkan
menuju kemandirian untuk dapat melakukan usaha sendiri. Untuk itu,
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) memberikan mata pelajaran
kewirausahaan pada siswanya. Sebagaimana Suryana (2003:39)
mengungkapkan bahwa menurutnya kemampuan afektif dan kemampuan
kognitif merupakan bagian dari pendekatan kemampuan berwirausaha.
Berdasarkan pendapat tersebut, menunjukkan bahwa seorang wirausaha
memerlukan pengetahuan tentang kewirausahaan itu sendiri. Pada siswa,
penguasaan pengetahuan tersebut dapat dilihat melalui prestasi belajar mata
pelajaran kewirausahaan.
Selain itu, tumbuhnya minat berwirausaha juga tidak lepas dari
status sosial ekonomi keluarga. Dalam realita yang ada saat ini, orang tua
cenderung lebih mendukung dan mengarahkan anaknya untuk bekerja di
sebuah instansi pemerintah atau pegawai negeri dengan anggapan bahwa
anak mereka akan memiliki masa depan yang jelas dan lebih baik. Siswa
yang berbeda pula. Siswa cenderung memiliki kecenderungan berpikir
untuk mengikuti jejak dari orang tua mereka.
Jenis pekerjaan orang tua dapat mempengaruhi minat berwirausaha
pada diri seorang anak. Siswa yang orang tuanya memiliki pekerjaan yang
gengsinya tinggi dalam masyarakat, misalnya pegawai negeri cenderung
akan menanamkan sikap-sikap yang positif terhadap anaknya (tidak takut
gagal, tidak putus asa, selalu berusaha lebih baik, dll) dibandingkan dengan
pekerjaan orang tua siswa yang gengsinya rendah dalam masyarakat.
Sikap-sikap ini dapat menumbuhkan minat berwirausaha pada diri seorang anak.
Namun, di dalam masyarakat kita sering menjumpai orang tua yang
berprofesi sebagai pegawai negeri dan menginginkan anaknya menjadi
seperti mereka.
Faktor intern yang dapat mempengaruhi minat seseorang untuk
berwirausaha, salah satunya adalah keterampilan yang dimiliki siswa. Pada
kenyataannya, keterampilan yang dimiliki oleh para siswa SMK Negeri 1
Atambua berbeda-beda. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil prestasi belajar
kejuruan yang berbeda-beda, sehingga minat berwirausaha juga berbeda.
Pada umumnya seorang yang senang dengan pelajaran tertentu akan
menghasilkan prestasi belajar yang baik, karena itu ia akan lebih cenderung
memilih pekerjaan yang berkaitan erat dengan pelajaran yang disenangi,
prestasi yang tinggi, dapat membawa siswa dalam berkreativitas dan
berusaha sehingga menimbulkan minat untuk berwirausaha.
Ada juga praktik kerja lapangan (PKL) di dunia industri/dunia
usaha dapat menjadi sarana bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan
yang dimilikinya. Disinilah mereka dilatih, baik itu keterampilan yang
berhubungan dengan kompetensinya maupun kepribadiannya, seperti
percaya diri, tanggung jawab, disiplin, kerjasama, cepat tanggap, tekun dan
ulet.
Selain itu, keterampilan dalam mengelola usaha kecil misalnya
koperasi siswa dan mata pelajaran kewirausahaan juga menjadi sarana bagi
siswa untuk dapat mengembangkan bakat terutama yang berhubungan
dengan minatnya dalam dunia wirausaha. Di sana mereka dilatih untuk
mengelola koperasi siswa serta dalam mata pelajaran kewirausahaan,
mereka dilatih untuk membuat dan menawarkan barang dagangan, dengan
adanya rasa ketertarikan, perasaan senang, dan keinginan untuk terlibat
didalamnya, maka diharapkan hal tersebut dapat menimbulkan minat
berwirausaha bagi siswa.
Seorang wirausaha bukanlah seorang pengambil resiko secara
sembarangan, melainkan seorang yang mengambil resiko yang
berbeda-beda. Untuk suatu masalah dengan tingkat resiko yang sama akan
disikapi berbeda-beda oleh setiap orang. Ada yang dapat menanggung
sejumlah beban dengan tingkat resiko dan ketidakpastian yang tinggi secara
santai, sementara orang lain merasa tidak nyaman. Kebanyakan dalam hidup
ini orang berusaha untuk menghindar dari resiko atau takut menghadapi
resiko, mereka berpikir bahwa hidup ini akan sangat menyenangkan bila
tanpa resiko sehingga terasa aman dan nyaman. Namun, tanpa disadari hal
itu dapat membuat mereka terus terperangkap dalam ketidaknyamanan
karena ketidakpastian. Salah satu yang pasti dalam hidup ini adalah
perubahan. Perubahan sudah pasti disertai dengan resiko.
Dari pengalaman pelaksanaan praktik industri, maka akan muncul
ketertarikan untuk berwirausaha dan menjadi seorang wirausahawan yang
tangguh. Wirausahawan adalah orang yang berjiwa berani dalam
mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan.
Dengan adanya ketertarikan untuk berwirausaha, maka akan dapat
menciptakan lapangan kerja.
Berkaitan dengan hal-hal yang telah dipaparkan diatas, penulis
tertarik untuk meneliti siswa SMK Negeri 1 Atambua di Kabupaten Belu
tentang “Hubungan antara Prestasi Belajar Mata Pelajaran Kewirausahaan,
Tua dengan Minat Berwirausaha”. Studi Kasus pada siswa kelas 3 SMK
Negeri 1 Atambua di Kabupaten Belu.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah ada hubungan yang signifikan prestasi belajar mata pelajaran
kewirausahaan dengan minat berwirausaha pada siswa kelas 3 SMK
Negeri 1 Atambua di Kabupaten Belu?
2. Apakah ada hubungan yang signifikan keberanian mengambil resiko
dengan minat berwirausaha pada siswa kelas 3 SMK Negeri 1 Atambua
di Kabupaten Belu?
3. Apakah ada hubungan yang signifikan praktik industri dengan minat
berwirausaha pada siswa kelas 3 SMK Negeri 1 Atambua di Kabupaten
Belu?
4. Apakah ada hubungan yang signifikan jenis pekerjaan orang tua dengan
minat berwirausaha pada siswa kelas 3 SMK Negeri 1 Atambua di
C.Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan
penelitian adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui hubungan yang signifikan prestasi belajar mata
pelajaran kewirausahaan dengan minat berwirausaha pada siswa kelas 3
SMK Negeri 1 Atambua di Kabupaten Belu.
2. Untuk mengetahui hubungan yang signifikan keberanian mengambil
resiko dengan minat berwirausaha pada siswa kelas 3 SMK Negeri 1
Atambua di Kabupaten Belu.
3. Untuk mengetahui hubungan yang signifikan praktik industri dengan
minat berwirausaha pada siswa kelas 3 SMK Negeri 1 Atambua di
Kabupaten Belu.
4. Untuk mengetahui hubungan yang signifikan jenis pekerjaan orang tua
dengan minat berwirausaha pada siswa kelas 3 SMK Negeri 1 Atambua
di Kabupaten Belu.
D.Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan penulis dan dapat
digunakan untuk mentransformasikan ilmu yang didapat di bangku
b. Menjadi bahan acuan bagi peneliti lain yang berminat meneliti tentang
permasalahan yang terakait dengan penelitian ini.
c. Memberikan informasi dalam mengembangkan teori yang berkaitan
dengan wirausaha.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Memberikan masukan bagi siswa agar mampu mengambil
langkah-langkah yang tepat dalam upaya meningkatkan perhatian pada bidang
kewirausahaan yang berguna praktis untuk kehidupannya sehingga
mendorong minat untuk berwirausaha.
b. Bagi Guru
Penelitian ini dapat memberikan masukan dalam langkah-langkah
yang tepat untuk membantu peningkatan program pengajaran
kewirausahaan agar dapat meningkatkan minat berwirausaha siswa.
c. Bagi pengelola pendidikan kejuruan
Penelitian ini membantu memberikan informasi yang bermanfaat
sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil kebijakan sekolah
E.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian
a. Prestasi Belajar Mata Pelajaran Kewirausahaan (X1)
b. Keberanian Mengambil Resiko (X2)
c. Praktik Industri (X3)
d. Jenis Pekerjaan Orang Tua (X4)
Minat Berwirausaha (Y).
2. Definisi Operasional
a. Prestasi Belajar Mata Pelajaran Kewirausahaan adalah hasil belajar
selama 3 (tiga) tahun yang dinyatakan dalam nilai rapor semester 5
(lima).
Indikatornya : Nilai mata pelajaran kewirausahaan semester 5 (lima).
b. Keberanian Mengambil Resiko adalah seberapa besar kemampuan
dan kreativitas seseorang dalam menyelesaikan besar kecilnya suatu
resiko yang diambil untuk mendapatkan penghasilan yang diharapkan.
Indikatornya :
1) Suka pada tantangan
2) Berani mengambil resiko
c. Praktik Industri adalah kerja lapangan yang dilakukan siswa dalam
rangka menerapkan teori yang telah dipelajari selama 5 (lima)
semester.
Indikatornya : nilai praktik industri
d. Jenis Pekerjaan Orang Tua adalah profesi atau usaha atau vokasi yang
dilakukan seseorang secara rutin dengan tujuan untuk memperoleh
penghasilan/pendapatan (income).
Indikatornya : Jenis Pekerjaan Orang Tua.
e. Minat Berwirausaha adalah kecenderungan hati dalam diri subjek
untuk tertarik menciptakan suatu usaha yang kemudian
mengorganisasi, mengatur, menanggung resiko dan mengembangkan
usaha yang diciptakan tersebut.
Indikatornya adalah:
1) Ketertarikan untuk berwirausaha.
2) Hasrat untuk merintis usaha.
3) Keinginan atau dorongan untuk terlibat dalam kegiatan
berwirausaha.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Minat Berwirausaha
1. Pengertian Minat
Jika seseorang mengerjakan sesuatu diawali dengan minat,
maka akan memperoleh hasil yang baik daripada yang tidak memiliki
minat dalam mengerjakan sesuatu. Definisi minat menurut Slameto
(2003:14) adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu
hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah
penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan dunia dari
luar diri. Semakin kuat atau semakin dekat hubungan tersebut semakin
besar minat.”
Minat menurut Winkel (1997:30) adalah kecenderungan yang
menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal
tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang tersebut.
Sedangkan menurut Masidjo (1995:52) minat adalah suatu
kecenderungan yang agak menetap dalam diri subjek dimana ia merasa
Menurut Nurkhan (2005:14) Minat adalah perasaan tertarik atau
berkaitan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Pada
dasarnya minat merupakan penerimaan hubungan antara diri sendiri
dengan sesuatu dari luar pribadi. Menurut Chaplin (2006:255) minat
adalah suatu keadaan atau suatu motivasi yang menuntun tingkah laku
menuju satu arah (sasaran) tertentu.
Dari definisi minat tersebut, dapat disimpulkan bahwa minat
merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan
apa saja yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Bila
seseorang melihat apa yang memberi kepuasan baginya, ia merasa
tertarik untuk menekuninya, kegiatan yang memberi kepuasan
menyebabkan minat tetap tinggi pada minat tersebut.
Minat merupakan salah satu faktor pokok untuk meraih
kesuksesan dalam studi. Secara lebih rinci arti penting minat dalam
kaitannya dengan pelaksanaan studi adalah:
a. Minat melahirkan perhatian yang serta merta
b. Minat memudahkan terciptanya konsentrasi
c. Minat mencegah gangguan pengaruh dari luar
d. Minat mempererat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan
Menurut Winkel (1997:27-28) minat digolongkan menjadi dua
jenis
1. Minat secara intrisik
Minat secara intrinsik merupakan minat yang berdasarkan suatu
dorongan yang secara mutlak timbul dalam individu tanpa pengaruh
dari luar seperti sikap, persepsi, prestasi belajar, bakat, jenis kelamin,
intelegensi, dan sebagainya.
2. Minat secara ekstrinsik
Minat secara ekstrinsik merupakan minat yang berdasarkan suatu
dorongan atau pengaruh dari luar individu, seperti status sosial
ekonomi orang tua, minat orang tua, minat teman sebaya, lingkungan,
dan sebagainya. Minat tidak dibawa sejak lahir melainkan dibentuk
dan berkembang melalui proses pendidikan, sosialisasi, dan proses
interaksi di sekolah, masyarakat, dan dalam keluarga.
2. Pengertian Wirausaha
Wirausaha adalah seseorang yang memutuskan untuk memulai
suatu bisnis sebagai pewaralaba (franchisor) menjadi terwaralaba
(franchisee), memperluas sebuah perusahaan, membeli perusahaan yang
sudah ada atau barangkali meminjam uang untuk memproduksi suatu
produk baru atau menawarkan suatu jasa baru, serta merupakan manajer
Istilah wirausaha sebagai padanan entrepreneur dapat dipahami
dengan mengurai istilah tersebut menjadi sebagai berikut:
Wira = utama, gagah, luhur, berani, teladan, dan pejuang.
Usaha = penciptaan kegiatan dan atau berbagai aktivitas bisnis.
Identik dengan wiraswasta, yang berarti :
Wira = utama, gagah, luhur, berani, teladan, dan pejuang.
Swa = sendiri.
Sta = berdiri
Swasta = berdiri di atas kaki sendiri, atau dengan kata lain berdiri di atas
kemauan dan atau kemampuan sendiri.
Dapat disimpulkan bahwa berkewirausahaan adalah hal-hal atau
upaya-upaya yang berkaitan dengan penciptaan kegiatan atau usaha atau
aktivitas bisnis atas dasar kemauan sendiri dan atau mendirikan usaha
atau bisnis dengan kemauan dan atau kemampuan sendiri.
Abas Suryana dkk (2010:35) wirausaha adalah seorang yang
mengorganisasikan dan mengarahkan usaha baru, wirasuaha berani
Wirausaha adalah orang yang mendobrak sistem ekonomi yang
ada dengan memperkenalkan barang dan jasa baru, dengan menciptakan
bentuk organisasi baru atau mengolah bahan baku baru. Menurut
Meredith et al., (2005:5) Para wirausaha merupakan orang yang
mempunyai kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan
bisnis, mengumpulkan sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil
keuntungan dari padanya dan mengambil tindakan yang tepat guna
memastikan sukses.
Berdasarkan bidang ilmu, bagi ahli ekonomi seorang
entrepreneur ialah orang yang mengombinasikan resources, tenaga kerja,
material, dan peralatan lainnya untuk meningkatkan nilai yang lebih
tinggi dari sebelumnya dan juga orang yang memperkenalkan perubahan,
inovasi, dan perbaikan produksi lainnya. Bagi seorang psikolog, bahwa
seorang wirausaha merupakan seorang yang memiliki dorongan kekuatan
dari dalam untuk memperoleh sesuatu tujuan, suka mengadakan
eksperimen atau untuk menampilkan kebebasan dirinya di luar
kekuasaan orang lain (Alma, 2006:31).
Menurut Wiryasaputra (2004:14), wirausaha adalah orang yang
ingin bebas, merdeka, mengatur kehidupannya sendiri, dan tidak
tergantung pada belas kasihan orang lain. Mereka harus menciptakan
yang mempunyai nilai untuk dijual atau layak dibeli sehingga
menghasilkan uang bagi dirinya dan bahkan bagi orang yang di
sekelilingnya.
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa,
kewirausahaan merupakan semangat, perilaku, dan kemampuan untuk
memberikan tanggapan yang positif terhadap peluang memperoleh
keuntungan untuk diri sendiri dan atau pelayanan yang lebih baik pada
pelanggan/masyarakat; dengan selalu berusaha mencari dan melayani
langganan lebih banyak dan lebih baik, serta menciptakan dan
menyediakan produk yang lebih bermanfaat dan menerapkan cara kerja
yang lebih efisien, melalui keberanian mengambil resiko, kreatif, dan
inovasi, serta keamampuan manajemen.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat berwirausaha
Minat berkaitan erat dengan perhatian. Oleh karena itu, minat
merupakan sesuatu hal yang sangat menentukan dalam setiap usaha,
maka minat perlu ditumbuhkembangkan pada diri setiap siswa. Minat
tidak dibawa sejak lahir, melainkan tumbuh dan berkembang sesuai
Faktor-faktor tersebut antara lain, yaitu:
a. Kebutuhan Pendapatan
Pendapatan adalah penghasilan yang diperoleh seseorang baik berupa
uang maupun barang. Berwirausaha dapat memberikan pendapatan
yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Keinginan untuk memperoleh pendapatan itulah yang akan
menimbulkan minat seseorang untuk berwirausaha.
b. Harga Diri
Manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk yang paling mulia,
karena dikarunia akal, pikiran, dan perasaan. Hal ini menyebabkan
manusia merasa butuh dihargai dan dihormati orang lain.
Berwirausaha dalam suatu bidang usaha dapat digunakan untuk
meningkatkan harga diri seseorang karena dengan usaha tersebut
seseorang akan memperoleh popularitas, menjaga gengsi, dan
menghindari ketergantungan terhadap orang lain. Keinginan untuk
meningkatkan harga diri tersebut akan menimbulkan seseorang
berminat untuk berwirausaha.
c. Perasaan senang
Perasaan senang adalah suatu keadaan hati atau peristiwa kejiwaan
seseorang, baik perasaan senang atau tidak senang. Perasaan erat
seseorang terhadap sesuatu hal yang sama tidaklah sama antara orang
yang satu dengan yang lainnya. Rasa senang dalam berwirausaha akan
mewujudkan dengan perhatian, kemauan, dan kepuasan dalam bidang
wirausaha. Hal ini berarti rasa senang terhadap bidang wirausaha akan
menimbulkan minat berwirausaha.
d. Peluang
Peluang merupakan kesempatan yang dimiliki seseorang untuk
melakukan apa yang diinginkan atau menjadi harapannya. Suatu
daerah yang memberikan peluang usaha akan menimbulkan minat
seseorang untuk memanfaatkan peluang tersebut.
Menurut (Suprapto, 2007) ada beberapa faktor yang
mempengaruhi minat dalam berwirausaha, yaitu:
1. Kemauan
Kemauan adalah suatu kegiatan yang menyebabkan seseorang mampu
untuk melakukan tindakan dalam mencapai tujuan tertentu. Dengan
adanya kemauan seseorang untuk mencoba berwirausaha merupakan
satu hal yang baik.
2. Ketertarikan
Ketertarikan adalah perasaan senang, terpikat, menaruh minat kepada
ketertarikan untuk mau berwirausaha, maka siswa tersebut
mempunyai minat untuk berwirausaha.
3. Lingkungan keluarga
Berkaitan dengan lingkungan keluarga, maka peran keluarga sangat
penting dalam menumbuhkan minat anak. Orang tua merupakan
pendidik pertama dan sebagai tumpuan dalam bimbingan kasih sayang
yang utama. Maka orang tualah yang banyak memberi pengaruh dan
warna kepribadian terhadap seorang anak. Dengan demikian,
mengingat pentingnya pendidikan di lingkungan keluarga, maka
pengaruh di lingkungan keluarga terhadap anak dapat memengaruhi
apa yang diminati oleh anak.
4. Lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah menjadi tanggung jawab guru. Jadi pada
dasarnya yang berpengaruh terhadap perkembangan siswa yaitu
proses pendidikan di sekolah sebagai bekal untuk diterapkan dalam
kehidupan di lingkungan masyarakat. Seorang guru dalam proses
pendidikan juga dapat memberikan motivasi dan dorongan kepada
siswa dalam menumbuhkan minatnya. Sebagai pendidik dalam
lembaga pendidikan formal, maka guru berperan untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa, apalagi yang dibutuhkan orang pada dasarnya
adalah ke arah pengembangan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
minat yang timbul dari dalam maupun luar diri siswa terhadap minat
berwirausaha.
Suryana (2003:14) mengemukakan ciri-ciri dan watak
kewirausahaan adalah sebagai berikut:
Tabel II.1
Ciri-ciri Watak
1. Percaya diri Keyakinan, ketidaktergantungan, individualitas, dan
optimisme.
2. Berorientasi pada tugas
dan hasil
Kebutuhan untuk berprestasi, berorientasi laba,
mempunyai dorongan kuat, energik, tekun, dan
tabah, bertekad kerja keras serta inisiatif.
3. Pengambilan resiko dan
suka pada tantangan
Mampu mengambil resiko yang wajar.
4. Kepemimpinan Berjiwa kepemimpinan, mudah beradaptasi dengan
orang lain, dan terbuka terhadap saran serta kritik.
5. Keorisinilan Inovatif, kreatif, dan fleksibel.
4. Unsur Wirausaha
Soesarsono Wijandi (1987:27-31) mengemukakan unsur-unsur
wirausaha, sebagai berikut:
a. Unsur pengetahuan
Mencirikan tingkat penalaran (reasioning) yang dimiliki oleh
seseorang, yaitu tingkat kemampuan berpikir seseorang yang
umumnya lebih banyak di tentukan oleh pendidikannya, baik
pendidikan formal maupun pendidikan non formal.
b. Unsur keterampilan
Lebih berasosiasi pada kerja fisik anggota badan. Unsur keterampilan
seseorang pada umumnya banyak diperoleh melalui latihan dan
pengalaman kerja nyata.
c. Unsur sikap mental
Lebih mencirikan respon, tanggapan atau tingkah laku seseorang jika
dihadapkan pada suatu situasi tertentu. Sikap mental lebih
menggambarkan reaksi sikap dan mental jika dihadapkan pada
pekerjaan tertentu.
d. Unsur kewaspadaan
Paduan unsur kognitif dan sikap mental terhadap sesuatu yang akan
datang. Kewaspadaan adalah rencana tindakan seseorang terhadap
B.Prestasi Belajar Mata Pelajaran Kewirausahaan
1. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai seseorang setelah
melalui proses belajar. Prestasi belajar merupakan suatu hal yang penting
dalam kehidupan manusia. Manusia selalu berusaha mengejar prestasi
menurut bidang dan kemampuan masing-masing.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:700) prestasi
belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketermpilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazim ditunjukkan dengan test
atau angka nilai. Nilai adalah kualitas yang diperoleh ke kegiatan
penilaian.
Prestasi adalah kemampuan, keterampilan dan sikap seseorang
dalam menyelesaikan sesuatu hal. Adapun prestasi merupakan hasil yang
dicapai seseorang ketika mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu.
Sementara prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau
keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya
ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru.
Menurut Suharsimi (1987:205) prestasi belajar adalah
afektif dan psikomotorik. Tinggi rendahnya prestasi belajar dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
a. Faktor Internal yang meliputi:
1) Intelegensi, kecerdasan, kecakapan, dan bakat.
2) Panca indra
3) Sikap dan kebiasaan belajar.
b. Faktor Eksternal, yang meliputi :
1) Situasi belajar
2) Kurikulum
3) Keadaan lingkungan
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat
dibedakan menjadi dua yang berasal dari individu yang belajar baik
faktor psikis maupun fisik dan faktor yang berasal dari luar individu
misalnya, faktor lingkungan, sosial ekonomi, guru, metode mengajar, dan
lain-lain. Sesuai dengan pendapat diatas, Usman (1993:10)
mengungkapkan faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah:
a. Faktor yang berasal dari diri sendiri, misalnya: sikap, motivasi, minat,
kecakapan nyata, kecerdasan, dan bakat.
b. Faktor yang berasal dari luar diri sendiri, misalnya: lingkungan
Senada dengan pendapat di atas, Suharmi (1987:21)
mengemukakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
adalah:
1) Faktor Internal
a) Biologis yang meliputi: usia, kematangan, kesehatan.
b) Psikologis yang meliputi: minat, motivasi, suasana hati.
2) Faktor Eksternal
a) Manusia : di keluarga, di sekolah, di masyarakat.
b) Non manusia : udara, suasana, bau-bauan.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
adalah hasil yang berasal dari dalam dan luar individu.
2. Pengertian Mata Pelajaran Kewirausahaan
a. Pengertian mata pelajaran kewirausahaan
Kewirausahaan adalah salah satu program adaptif yang dapat
diajarkan pada siswa SMK, selain matematika, bahasa inggris,
ekonomi, keterampilan komputer, serta mengetik manual dan
elektronik. (Kurikulum SMK 2004:10). Adapun Suryana (2003:8)
memberikan batasan bahwa ilmu kewirausahaan adalah suatu disiplin
seseorang dalam menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh
peluang dengan berbagai resiko yang mungkin dihadapinya.
Dari uraian diatas maka, penulis menyimpulkan bahwa ilmu
kewirausahaan yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan suatu
disiplin ilmu yang dipelajari dan diajarkan pada siswa SMK sebagai
salah satu mata pelajaran dari kelompok adaptif yang diberikan pada
siswa.
b. Hakikat Mata Pelajaran Kewirausahaan
Mata pelajaran atau bidang studi merupakan inti dari proses
belajar mengajar di sekolah sebagai sesuatu yang diberikan kepada
siswa mencakup mata pelajaran bersifat umum dan khusus sesuai
dengan jurusan atau program studi. Untuk sekolah umum setingkat
SMK pembagian jurusan berlangsung mulai dari ia duduk di kelas X.
Salah satu jurusan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
yaitu program perdagangan yang memiliki beberapa mata pelajaran di
mana salah satunya adalah mata pelajaran kewirausahaan. Mata
pelajaran kewirausahaan mempunyai tujuan mewujudkan kemampuan
para wirausahawan untuk menghasilkan kemajuan dan kesejahteraan
masyarakat.
Kewirausahaan adalah tanggapan terhadap peluang usaha
yang terungkap dalam seperangkat tindakan serta membuahkan hasil
Kewirausahaan berkaitan dengan kemampuan seseorang
untuk menciptakan lapangan pekerjaan bagi dirinya sendiri dan orang
lain. Kewirausahaan adalah semangat, perilaku, dan kemampuan
memberikan tanggapan yang positif terhadap peluang untuk
memperoleh keuntungan bagi dirinya sendiri atau pelayanan yang
lebih baik kepada pelanggan. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa kewirausahaan sikap dan tindakan wirausaha.
Jadi, yang dimaksud dengan mata pelajaran kewirausahaan
adalah pelajaran yang diberikan kepada siswa yang bertujuan agar
siswa dapat mengetahui pengetahuan dan keterampilan dalam
mewujudkan kemampuan dan kemantapan para wirausahawan untuk
menghasilkan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat.
c. Tujuan Pendidikan Kewirausahaan
Menurut Soemanto (1993:87) menyebutkan bahwa tujuan
dari pendidikan kewirausahaan adalah untuk menempa bangsa
Indonesia sesuai dengan pribadi indonesia yang berdasarkan
Pancasila. Adapun menurut Soemanto (1993:87) bahwa tujuan dari
pendidikan kewirausahaan adalah mengajarkan manusia Indonesia
sehingga mereka memiliki kekuatan pribadi yang dinamis dan kreatif
sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia yang berdasarkan
Berdasarkan uraian diatas maka, dalam kaitannya dengan
kewirausahaan yang diajarkan pada siswa SMK dapat disimpulkan
bahwa tujuan dari pendidikan kewirausahaan yang diberikan adalah
untuk mengajarkan siswa sehingga mereka mempunyai pribadi yang
dinamis dan kreatif dan mendorong siswa untuk tidak hanya
bergantung pada orang lain tetapi mampu berusaha mandiri.
Berdasarkan KTSP 2006 kurikulum mata pelajaran
kewirausahaan mencakup pokok-pokok bahasan, diantaranya:
1) Menganalisis peluang usaha, dengan materi pembelajaran: peluang
dan resiko usaha, mengembangkan ide dan peluang usaha,
menetapkan peluang usaha dan pemanfaatan peluang secara kreatif
dan inovatif.
2) Menganalisis aspek-aspek perencanaan usaha dengan materi
pembelajaran: merumuskan tujuan dan sasaran usaha, menetapkan
bentuk-bentuk badan usaha, menyusun struktur organisasi
sederhana, menentukan jenis dan kualitas produk/jasa, menghitung
kebutuhan dan persediaan bahan baku, merancang aliran proses
produksi, perizinan usaha, surat-menyurat, dan pencatatan transaksi
keuangan.
3) Teknik menjual dengan materi pembelajaran: seni menjual, teknik
promosi, harga jual, kepuasan pelanggan, negosiasi, saluran dan
4) Permodalan dan pembiayaan usaha dengan materi pembelajaran:
teknik dan prosedur permodalan usaha, rencana anggaran biaya
(RAB), proyeksi arus kas, titik pulang pokok/break event point
(BEP), laba/rugi.
5) Proposal usaha, dengan materi pembelajaran: proposal usaha,
sistematika penyusunan proposal usaha, dan membuat proposal
usaha.
C.Keberanian Mengambil Resiko
1. Pengertian Keberanian Mengambil Resiko
Kemauan dan kemampuan untuk mengambil resiko merupakan
salah satu nilai utama dalam kewirausahaan. Wirausaha yang tidak mau
mengambil resiko akan sukar memulai dan berinisiatif. Wirasuaha adalah
orang yang lebih menyukai usaha-usaha yang lebih menantang untuk
mencapai kesuksesan atau kegagalan daripada usaha yang kurang
menantang. Oleh karena itu, wirausaha kurang menyukai resiko yang
terlalu rendah atau terlalu tinggi.
Resiko yang terlalu rendah akan memperoleh sukses yang
relatif rendah. Sebaliknya, resiko yang terlalu tinggi kemungkinan
memperoleh sukses yang tinggi, tetapi kegagalan yang sangat tinggi pula.
Seorang wirausahawan yang berani menanggung resiko adalah
orang yang selalu ingin jadi pemenang dan memenangkan dengan cara
yang baik (Yuyun Wirasasmita, 1994:2). Wirausahawan adalah orang
yang menyukai usaha-usaha yang lebih menantang untuk mencapai
kesuksesan atau kegagalan daripada usaha yang kurang menantang. Oleh
sebab itu, wirausahawan kurang menyukai resiko yang terlalu rendah
atau terlalu tinggi. Resiko yang terlalu rendah akan memperoleh
kesuksesan yang relatif rendah. Sebaliknya, resiko yang terlalu tinggi
kemungkinan memperoleh sukses yang tinggi, tetapi dengan kegagalan
yang sangat tinggi. Oleh Karena itu, ia akan lebih menyukai resiko yang
seimbang (moderat).
Dengan demikian, keberanian mengambil resiko yang menjadi
nilai kewirausahaan adalah pengambilan resiko yang penuh dengan
perhitungan dan realistis. Kepuasan yang besar diperoleh apabila berhasil
dalam melaksanakan tugas-tugasnya secara realistis. Situasi resiko kecil
dan situasi resiko dihindari karena sumber kepuasan tidak mungkin
didapat pada masing-masing situasi tersebut. Artinya, Wirausaha
menyukai tantangan yang sukar, namun dapat dicapai (Geoffrey G.
Meredith, 1996:37).
Wirausahawan menghindari situasi resiko yang rendah karena
berhasil. Dalam situasi resiko dan ketidapastian inilah wirausaha
mengambil keputusan yang mengandung potensi kegagalan atau
keberhasilan. Pada situasi ini, menurut Meredith (1996:38), ada dua
alternatif atau lebih yang harus dipilih, yaitu alternatif yang mengandung
resiko dan altenatif yang konservatif.
2. Pilihan dalam mengambil resiko
Pilihan terhadap resiko ini tergantung pada:
1. Daya tarik setiap alternatif
2. Siap untuk mengalami kerugian
3. Kemungkinan relatif untuk gagal atau berhasil
Jadi, keberanian mengambil resiko bergantung pada: daya tarik
setiap alternatif, kesiapan mengalami kerugian, kemungkinan relatif
untuk sukses atau gagal. Sememtara itu, kemampuan untuk mengambil
resiko ditentukan oleh:
a. Keyakinan pada diri sendiri.
b. Kesediaan menggunakan kemampuan dalam mencari peluang dan
kemungkinan untuk memperoleh keuntungan.
c. Kemampuan menilai situasi resiko secara realistis
Wirausaha penuh resiko dan tantangan seperti persaingan, harga
ini harus dihadapi dengan penuh perhitungan. Oleh karena itu,
pengambilan resiko ditemukan pada orang-orang yang inovatif dan
kreatif yang merupakan bagian terpenting dari perilaku kewirausahaan.
Menurut Suryana (2003) seorang entrepreneur harus mampu
mengambil resiko yang moderat, artinya resiko yang diambil tidak terlalu
tinggi dan tidak terlalu rendah. Keberanian menghadapi resiko yang
didukung yang kuat, akan mendorong seorang entrepreneur untuk terus
berjuang mencari peluang sampai memperoleh hasil. Hasil-hasil itu harus
nyata atau jelas dan merupakan umpan balik bagi kelancaran
kegiatannya.
Praag dan Cramer (2002) secara eksplisit mempertimbangkan
peran resiko dalam pengambilan keputusan seseorang untuk menjadi
seorang entrepreneur. Rees dan Shah (1986) menyatakan bahwa
perbedaan pendapatan pada pekerja individu yang bebas (entrepreneur)
adalah tiga kali lipat dari yang didapat oleh individu yang bekerja pada
orang lain dan menyimpulkan bahwa toleransi terhadap resiko
merupakan sesuatu yang membujuk untuk melakukan pekerjaan mandiri
(entrepreneur).
Douglas dan Stepher (1999) menggunakan resiko yang telah
menjadi enterprenuer, dinyatakan “semakin toleran seseorang dalam
menyikapi suatu resiko, semakin besar insentif seseorang tersebut untuk
menjadi entrepreneur”. Persepsi resiko berbeda-beda tergantung
kepercayaan seseorang, kelakuan dan perasaan merupakan faktor-faktor
pendukungnya, antara lain prestasi belajar, pengalaman praktik industri,
karakteristik individu, kejelasan informasi dan pengaruh lingkungan
sekitar.
3. Perbedaan Persepsi Mengenai Resiko.
Terdapat perbedaan persepsi tentang resiko itu sendiri,
meskipun tidak terlalu mencolok, antara lain:
1) Faktor-faktor yang mempunyai efek merugikan terhadap kesuksesan
pelaksanaan proyek secara financial maupun ketepatan waktu, dimana
faktor waktu itu sendiri tidak selalu dapat diidentifikasi.
2) Sesuatu keadaan secara fisik, kontrak maupun financial menjadi lebih
sulit daripada yang telah disetujui dalam kontrak.
3) Kesempatan untuk membuat keuntungan diatas kontrak, dimana
kepuasan klien, harga kontrak, dan waktu penyelesaian diutamakan.
4) Suatu kondisi dimana peristiwa-peristiwa yang tidak direncanakan
Pengambilan resiko berkaitan dengan kepercayaan diri sendiri.
Artinya, semakin besar keyakinan orang tersebut akan kesanggupan
untuk mempengaruhi hasil dan keputusan, dan semakin besar pula
kesediaan seseorang untuk mencoba apa yang menurut orang lain sebagai
resiko (Meredith, 1996:39). Jadi, pengambilan resiko lebih menyukai
tantangan dan peluang. Oleh karena itu, pengambilan resiko dapat
ditemukan pada orang-orang yang inovatif dan kreatif yang merupakan
bagian terpenting dari perilaku kewirausahaan.
D.Praktik Industri
1. Pengertian Praktik Industri
Praktik industri merupakan suatu bentuk penyelenggaraan
pendidikan keahlian professional, yang memadukan secara sistematik
dan singkron antara program pendidikan di sekolah dan program
pengusahaan yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia
kerja untuk mencapai suatu tingkat keahlian professional. Menurut
Manulang (1984:15) pengalaman kerja adalah “proses pembentukan
pengetahuan atau keterampilan tentang metode suatu pekerjaan karena
keterlibatan karyawan tersebut dalam pelaksanaan tugas pekerjaan”.
Sunyoto et.al (2010:9) berpendapat bahwa pengalaman kerja
adalah “ukuran tentang waktu atau masa kerja yang telah ditempuh
melaksanakan dengan baik”. Sunyoto et.al (2010:10) juga berpendapat
bahwa “pengalaman yang telah diketahui atau dikuasai oleh seseorang
yang akibat dari pekerjaan atau perbuatan yang telah dilakukan selama
beberapa waktu tertentu”.
Dalam kamus besar bahasa indonesia (2005:1121) arti
pengetahuan adalah “sesuatu yang diketahui atau yang berkenaan dengan
suatu hal”. Pengetahuan bisa didapatkan melalui pembelajaran di
lembaga resmi seperti sekolah, lembaga kursus, dan lain-lainnya.
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi
masa lalu. Pengetahuan yang didapatkan dari pengalaman kerja siswa
cenderung akan lebih mudah diingat daripada pengetahuan kerja yang di
dapatkan secara teoritis.
Keterampilan merupakan kemampuan seseorang untuk
menerapkan pengetahuan ke dalam bentuk tindakan. Pengalaman kerja
juga dapat meningkatkan professional kerja seorang siswa. Hal ini
tentunya akan membuat siswa lebih terampil dalam mengerjakan
pekerjaannya. Dengan adanya pengalaman kerja, keterampilan siswa
Sikap menurut Zimbardo dan Leippe (2000:27) merupakan
kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara tertentu serta
merupakan respon evaluatif terhadap pengalaman kognitif, reaksi afektif,
kehendak dan perilaku. Pengalaman kerja akan dapat mengembangkan
kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dan
keterpaduan menalar secara ilmiah dan tentunya bertolak dari masalah
nyata dalam bidang kerja siswa. Tentunya dengan adanya pengalaman
kerja seorang siswa akan lebih percaya diri dalam menghadapi
pengambilan keputusan dan akan cenderung lebih bersikap professional.
2. Pengertian Program Sistem Ganda
Praktik Industri (PI) dahulu adalah Program Sistem Ganda
(PSG) atau Praktik Kerja Lapangan (PKL) merupakan kurikulum wajib
bagi siswa SMK untuk melakukan Praktik Industri di Dunia Usaha dan
Dunia Industri yang sesuai dengan program keahlian yang bersangkutan.
Salah satu tujuan dari praktik industri adalah untuk membelajarkan siswa
mempraktekkan ilmu dan ketrampilan yang sudah diperoleh di sekolah
serta membelajarkan siswa terhadap suasana dunia kerja. Sedangkan
feedback bagi sekolah adalah memperoleh masukan tentang kesesuaian
Pendidikan Sistem Ganda adalah suatu bentuk penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan keahlian kejuruan yang memadukan secara
sistematik dan sinkron program pendidikan di sekolah dan program
penguasaan keahlian yang diperoleh melaui bekerja langusng di dunia
kerja dan terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian professional
tertentu. Dalam PSG, lembaga pendidikan atau lembaga pelatihan lain
dan industri secara bersama-sama menyelenggarakan suatu program
pendidikan atau program pelatihan mulai perencanaan, penyelenggaraan,
dan penilaian sampai dengan upaya penempatan lulusan. PSG adalah
salah satu modal pendidikan yang paling efektif dalam mendekatkan
kesesuaian antara dunia kerja itu sendiri dan penyelenggara pendidikan.
Kesediaannya untuk tempat itu magang itu berarti dunia kerja ikut
membentuk peserta didik menjadi manusia yang produktif dan
berpenghasilan selama tidak mengganggu proses produksi.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa praktik industri
yang dilaksanakan di SMK sangat membantu para siswa dalam
mempraktekkan apa yang di dapat di sekolah pada dunia industri.
Dengan adanya praktik industri ini para siswa dilatih jiwa berwirausaha
yaitu: percaya diri, tanggung jawab, disiplin, kerjasama, cepat tanggap,
E.Jenis Pekerjaan Orang Tua
1. Pengertian Jenis Pekerjaan
Definisi jenis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang
mempunyai ciri (sifat, keturunan, dan sebagainya) yang khusus,
sedangkan pekerjaan adalah barang apa yang dilakukan (diperbuat,
dikerjakan dan sebagainya) tugas kewajiban, hasil bekerja, perbuatan
(Depdikbud, 1994:410-488). Jadi yang dimaksud dengan jenis pekerjaan
adalah suatu bentuk atau macam kegiatan yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh penghasilan. Jenis pekerjaan orang tua siswa yang
satu tentu berbeda dengan jenis pekerjaan orang tua siswa yang lain.
Pekerjaan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
a. Pekerjaan Pokok
Pekerjaan pokok adalah pekerjaan yang dimiliki seseorang sebagai
sumber utama dari penghasilan yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari dan sifat pekerjaan ini tetap.
b. Pekerjaan Sampingan
Pekerjaan sampingan adalah pekerjaan yang dimiliki atau dilakukan
oleh seseorang sebagai pekerjaan untuk memperoleh penghasilan
tambahan guna memenuhi kebutuhan hidup. Sifat pekerjaan
Dalam penelitian ini, penulis membedakan pekerjaan orang tua
menjadi dua jenis yaitu:
1) Wirausaha (pedagang, petani, pengusaha dan sejenisnya).
2) Bukan wirausaha (pegawai negeri, guru dan sejenisnya).
2. Pengertian Orang Tua
Definisi orang tua menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Depdikbud, 1994:706) adalah ayah ibu kandung: orang yang yang
dianggap tua (cerdik, pandai, ahli dan sebagainya); orang-orang yang
dihormati (disegani) di kampung; tertua. Jadi orang tua adalah setiap
orang yang bertanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari, lazim
disebut dengan ayah dan ibu. Mereka inilah yang terutama dan utama
memegang peranan dalam kelangsungan hidup suatu rumah tangga atau
kelurga. Sedangkan semua anak-anaknya yang berada dibawah
penguasaan maupun asuhan dan bimbingannya disebut anggota keluarga.
Oleh sebab itu, orang tua mempunyai peranan yang sangat penting dan
memiliki tanggung jawab yang besar terhadap semua anggota keluarga
F. Kerangka Berpikir
1. Hubungan prestasi belajar mata pelajaran kewirausahaan dengan
minat berwirausaha
Prestasi belajar merupakan tujuan utama di dalam belajar,
mengajar, karena seorang anak akan lebih banyak mengenal pengetahuan
dan keterampilan sehingga prestasi yang dimiliki akan lebih tinggi.
Prestasi belajar yang tinggi dapat digunakan untuk mencari pekerjaan
atau membuka lapangan pekerjaan baru sesuai dengan kemampuan dan
minatnya.
Prestasi belajar dapat dipakai sebagai petunjuk kearah mana
seseorang seharusnya memilih pekerjaan dan bidang apa yang sesuai
dengannya jika ingin membuka usaha sendiri. Karena orang yang
berprestasi lebih besar berpeluang untuk memperoleh kemajuan di dalam
pekerjaan yang dijalaninya. Oleh karena itu, Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) diharapkan mampu mencetak lulusannya, baik untuk
siap memasuki dunia kerja maupun untuk menciptakan lapangan kerja
sendiri.
Untuk itu, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) perlu mencetak
lulusan yang berprestasi bagus, mandiri dan bertanggung jawab. Dengan
seperti yang mereka inginkan, mereka dapat berinisiatif menciptakan
pekerjaan baru sesuai dengan minat dan keterampilan yang mereka
terima yaitu berwirausaha. Dengan begitu mereka tidak akan menjadi
seorang pengangguran. Lain halnya, apabila Sekolah Menengah
Kejuruan hanya mencetak lulusan yang rendah, maka tidak menutup
kemungkinan mereka akan sulit untuk bersaing dalam dunia kerja. Dan
minat mereka untuk menciptakan lapangan kerja baru dengan cara
berwirausaha akan rendah pula.
2. Hubungan Keberanian Mengambil Resiko dengan Minat
Berwirausaha
Keberanian untuk menanggung resiko yang menjadi nilai
kewirausahaan adalah pengambilan resiko yang penuh perhitungan dan
realistis. Situasi resiko kecil dan resiko tinggi dihindari karena sumber
kepuasan tidak mungkin didapat pada masing-masing situasi tersebut.
Wirausaha menghindari situasi resiko yang rendah karena tidak ada
tantangan dan menjauhi situasi resiko yang tinggi karena ingin berhasil.
Dalam situasi resiko dan ketidapastian inilah wirausaha mengambil
3. Hubungan Praktik Industri dengan Minat Berwirausaha
Pendidikan Sistem Ganda merupakan suatu bentuk
penyelenggaraan pendidikan yang memadukan secara sistematis dan
sikron program pendidikan di sekolah dan program pendidikan di luar
sekolah untuk mencapai tingkat keahlian tertentu (Depdikbud. 1994:7).
Salah satu kegiatan dalam program PSG adalah praktik industri (PI).
Dalam melakssanakan Praktik Industri di industri baik pengalaman yang
diperoleh siswa.
Siswa tidak hanya memperoleh keterampilan saja, akan tetapi
mendapatkan pembiasaan dalam menghadapi iklim dunia kerja sehingga
sikap profesionalnya dapat tumbuh. Pengalaman siswa tentunya akan
mempengaruhi sikap kerja sebagai orang yang dipersiapkan untuk
memasuki dunia kerja. Semakin baik pelaksanaan PI yang dialami oleh
siswa, semakin banyak akan menumbuhkan kesiapan mental untuk terjun
langsung dalam dunia usaha kelak lulus nanti.
4. Hubungan Jenis Pekerjaan Orang Tua dengan Minat Berwirausaha
Minat berwirausaha adalah kecenderungan-kecenderungan yang
agak menetap dalam diri siswa yang merasa tertarik pada kewirausahaan
dan merasa senang berkcimpung dalam berwirausaha. Pekerjaan dalam
untuk mencari nafkah. Sedangkan pekerjaan menurut biro
pengembangan sosial budaya (hal 12) dibedakan menjadi dua yaitu
pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan.
Pekerjaan orang tua memiliki peranan penting dalam
memotivasi minat berwirasuaha seorang anak. Siswa yang orang tuanya
memilki pekerjaan yang gengsinya tinggi dalam masyarakat, biasanya
akan menanamkna sikap-sikap positif terhadap anaknya. Misalnya tidak
takut gagal, tidak cepat puas dan selalu berusaha lebih baik daripada
sebelumnya. Sikap-sikap ini akan menumbuhkan minat berwirausaha
pada diri seorang anak, dimana dalam kehidupan sehari-hari sikap
tersebut tidak selalu muncul dan dibiasakan pada anak.
G.Hipotesis
1. Ada hubungan yang signifikan prestasi belajar mata pelajaran
kewirausahaan dengan minat berwirausaha.
2. Ada hubungan yang signifikan keberanian mengambil resiko dengan
minat berwirausaha.
3. Ada hubungan yang signifikan praktik industri dengan minat
berwirausaha.
4. Ada hubungan yang signifikan jenis pekerjaan orang tua dengan minat
H.Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian sebelumnya yang relevan adalah:
1. Penelitian oleh Martina (2011) yang berjudul “Hubungan Tingkat
Pendidikan, Tingkat Pendapatan, dan Jenis Pekerjaan Orang Tua dengan
Minat Berwirausaha pada Mahasiswa Prodi Akuntansi USD Yogyakarta
angkatan 2007-2010”. Tujuan penelitian tersebut adalah 1) untuk
mengetahui hubungan tingkat pendidikan orang tua dengan minat
berwirausaha, 2) untuk mengetahui hubungan tingkat pendapatan orang
tua dengan minat berwirausaha, 3) untuk mengetahui hubungan jenis
pekerjaan orang tua dengan minat berwirausaha. Peneliti menggunakan
sampel sebanyak 150 responden dengan teknik pengumpulan data dalam
penelitian menggunakan kuesioner.
2. Penelitian oleh Sunarto (2012) yang berjudul “Minat Berwirausaha
ditinjau dari jiwa kewirausahaan, program studi dan latihan berwirausaha
pada mahasiswa USD, Yogyakarta”. Tujuan dari penelitian tersebut
adalah 1) untuk mengetahui pengaruh jiwa kewirausahaan terhadap
minat berwirausaha, 2) untuk mengetahui pengaruh program studi
terhadap minat berwirausaha, 3) untuk mengetahui pengaruh latihan
berwirausaha terhadap minat berwirausaha. Peneliti menggunakan
sampel sebanyak 127 responden dengan teknik pengumpulan data dalam
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode Penelitian merupakan keseluruhan dari prosedur dan alat yang
digunakan dalam peneiltian. Penentuan metode penelitian menjadi sangat
penting karena digunakan untuk menemukan jawaban dari permasalahan yang
diteliti.
A.Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah tergolong penelitian deskriptif
korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian korelasional karena
penelitian ini akan mencari hubungan antara variabel yang satu dengan
variabel yang lain yaitu prestasi belajar mata pelajaran kewirausahaan,
keberanian mengambil resiko, praktik industri dan jenis pekerjaan orang tua
dengan minat berwirausaha siswa SMK. Dengan menggunakan pendekatan
kuantitatif karena variabel terikat dengan variabel bebasnya diukur dalam
bentuk angka-angka dan kemudian dicari ada tidaknya hubungan antara
kedua variabel tersebut.
B.Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMK Negeri 1 Atambua, di Kabupaten Belu.
C.Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah orang-orang yang terlibat dalam penelitian,
mereka bertindak sebagai pemberi informasi yang berhubungan dengan
penelitian yang dilakukan. Subjek penelitian ini adalah siswa SMK
Negeri 1 Atambua angkatan 2013-2014 di Kabupaten Belu.
2. Objek penelitian
Objek penelitian adalah sesuatu yang menjadi pokok pembicaraan dalam
penelitian. Dalam hal ini yang menjadi objek penelitian adalah prestasi
belajar mata pelajaran kewirausahaan, keberanian mengambil resiko,
praktik industri, dan jenis pekerjaan orang tua, dengan minat
berwirausaha.
D.Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 3 SMK Negeri 1
Atambua di Kabupaten Belu angkatan 2013-2014 yang berjumlah 120
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah yang bersifat representative/mewakili. Untuk menentukan sampel
maka peneliti menggunakan rumus Slovin Sangadji dan Sopiah,
2010:189 yaitu:
Keterangan :
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = nilai kritis yang diinginkan (5%)
Berdasarkan keterangan di atas, dapat diambil sampel 92 siswa
dengan perhitungan sebagai berikut:
=
92E.Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sampling purposive. Sampling Purposive adalah teknik penentuan
sampel dengan pertimbangan tertentu. (Sugiyono, 2009:122). Dalam hal ini
yang menjadi pertimbangan bagi peneliti adalah siswa tersebut telah
pengalaman dalam proses belajar mengajar yakni siswa kelas 3 angkatan
2013-2014.
Variabel prestasi belajar mata pelajaran kewirausahaan, keberanian
mengambil resiko, praktik industri, jenis pekerjaan orang tua dan minat
berwirausaha diukur dengan skala likert dimodifikasi menjadi empat opsi
jawaban, yaitu SS, S, TS, STS. Pemberian skor dapat ditentukan sebagai
berikut:
Tabel III. 1
Penilaian Pertanyaan positif Skor Pertanyaan negatif Skor
Sangat setuju 4 1
Setuju 3 2
Tidak setuju 2 3
Sangat tidak setuju 1 4
Untuk jenis pekerjaan orang tua hanya menggunakan dua opsi
yaitu:
Tabel III. 2
Jenis Pekerjaan Skor
Wirausaha 2
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner.