• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRATIKUM FARMASETIKA II. SEDIAAN INJEKSI RINGER LAKTAT R~en~L. Di susun oleh: : Linus Seta Adi Nugraha No. Mahasiswa : 09.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PRATIKUM FARMASETIKA II. SEDIAAN INJEKSI RINGER LAKTAT R~en~L. Di susun oleh: : Linus Seta Adi Nugraha No. Mahasiswa : 09."

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRATIKUM

FARMASETIKA II

SEDIAAN INJEKSI RINGER LAKTAT

R~en~L

Di susun oleh:

Nama : Linus Seta Adi Nugraha No. Mahasiswa : 09.0064

LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI

AKADEMI FARMASI THERESIANA

SEMARANG

2010

(2)

SEDIAAN STERIL INJEKSI RINGER LAKTAT

R~en~L

I. TUJUAN

 Mahasiswa memahami pengertian sediaan injeksi,

 Mahasiswa mengetahui macam sediaan steril,

 Mahasiswa mengetahui syarat sediaan injeksi,

 Mahasiswa memahami prosedur pembuatan sediaan injeksi,

 Mahasiswa mengetahui dan memahami uji kualitas yang perlu dilakukan terhadap sediaan injeksi.

II. DASAR TEORI

Ringeris Lactatis Injectio

Injeksi ringer laktat adalah larutan steril dari Kalsium Klorida, Kalium Klorida, Natrium Laktat dalam air untuk injeksi; tiap 100ml mengandung tidak kurang dari 285,0 mg dan tidak lebih dari 315,0 mg natrium (sebagai NaCl dan C3H5NaO3) , tidak

kurang dari 14,1 mg dan tidak lebih dari 17,3 mg kalium (K, setara dengan tidak kurang dari 27,0 mg dan tidak lebih dari 33,0 mg KCl), tidak kurang dari 4,90 g dan tidak lebih dari 6,00 mg kalsium (Ca, setara dengan tidak kurang dari 18,0 mg dan tidak lebih dari 22,0 mg CaCl2.2H2O), tidak kurang dari 368,0 mg dan tidak lebih dari

408,0 mg klorida (Cl, sebagai NaCl,KCl dan CaCl2.2H2O ), dan tidak kurang dari

231,0 mengandung tidak lebih dari 261,0 mg laktat (C3H5O3, setara dengan tidak

kurang dari 290,0 mg dab tidak lebih dari 330,0 mg C3H5NaO3). Injeksi Ringer Laktat

tidak boleh mengandung bahan antimikroba.

[Catatan Injeksi Ringer Laktat mengandung kalsium, kalium dan natrium berturut-turut lebih kurang 2,7;4 dan 130 miliekuivalen per liter.] (Anonim,1995).

(3)

Natrii Chlorida

Hablur bentuk kubus, tidak berwarna atau serbuk putih; rasa asin. Mudah larut dalam air; sedikit lebih mudah larut dalam air mendidih ; larut dalam gliserin; sukar larut dalam etanol (Anonim,1995).

Kalii Chloridum

Hablur bentuk memanjang, prisma atau kubus, tidak berwarna, atau serbuk granul putih; tidak berbau; rasa garam ; stabil di udara; larutan bereaksi netral terhadap lakmus. Kelarutan : Mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air mendidih; tidak larut dalam etanol (Anonim,1995).

Calcii Chlorida

Granul atau serpihan, putih ,keras; tidak berbau. Mudah laut dalam air, dalam etanol,dan dalam etanol mendidih; sangat mudah larut dalam air panas (Anonim,1995).

Wadah untuk injeksi, wadah untuk injeksi termasuk penutup tidak boleh berinteraksi melalui berbagai cara baik secara fisik maupun secara kimiawi dengan sediaan, yang dapat membuat kekuatan, mutu atau kemurnian di luar persyaratan resmi dalam kondisi biasa pada waktu penanganan, pengangkutan, penyimpanan, penjualan dan penggunaan, wadah terbuat dari bahan yang dapat mempermudah pengamatan terhadap isi. Tipe kaca yang dianjurkan untuk tiap sediaan umumnya tertera dalam masing-masing monografi (Anonim, 1995).

Produk steril yang banyak diproduksi di industri farmasi adalah dalam bentuk larutan terbagi (ampul) dan bentuk serbuk padat siap untuk digunakan dengan diencerkan terlebih dahulu dengan larutan pembawa (vial). Sediaan parental, bisa diberikan dengan berbagai rute : intra vena (i.v), sub cutan (s.c), intradermal, intramuskular (i.m), intra articular, dan intrathecal. Bentuk sediaan sangat mempengaruhi cara (rute) pemberian. Sediaan bentuk suspensi, misalnya tidak akan pernah diberikan secara intravena yang langsung masuk ke dalam pembuluh darah karena adanya bahaya hambatan kapiler dari partikel yang tidak larut, meskipun suspensi yang dibuat telah diberikan dengan ukuran partikel dari fase dispersi yang dikontrol dengan hati – hati. Demikian pula obat yang diberikan secara intraspinal

(4)

(jaringan syaraf di otak), hanya bisa diberikan dengan larutan dengan kemurnian paling tinggi, oleh karena sensitivitas jaringan syaraf terhadap iritasi dan kontaminasi (Priyambodo, B., 2007).

- Pembuatan Produk Parenteral

Bila formula suatu produk parenteral telah ditentukan, meliputi pemilihan pelarut atau pembawa dan zat penambah yang tepat, ahli farmasi pembuat harus mengikuti prosedur aseptis dengan ketat dalam pembuatan produk yang disuntikkan. Di sebagian besar pabrik daerah di mana produk parenteral dibuat dipertahankan bebas dari bakteri dengan cara menggunakan sinar ultra violet, penyaringan udara yang masuk, peralatan produksi yang steril seperti labu-labu, pipa-pipa penghubung, saringan-saringan dan pakaian pekerja disterilkan (Ansel, 1989).

- Pengemasan, Pemberian Etiket dan Penyimpanan Obat Suntik

Wadah obat suntik, termasuk tutupnya harus tidak berinteraksi dengan sediaan, baik secara fisik maupun kimia sehingga akan mengubah kekuatan dan efektivitasnya. Bila wadah dibuat dari gelas, maka gelas harus jernih dan tidak berwarna atau berwarna kekuningan, untuk memungkinkan pemeriksaan isinya. Jenis gelas yang sesuai dan dipilih untuk tiap sediaan parenteral biasanya dinyatakan dalam masing-masing monograf. Obat suntik ditempatkan di dalam wadah dosis tunggal atau wadah dosis berganda. Menurut definisi wadah dosis tunggal (Ansel,1989).

Wadah dosis tunggal umumnya disebut ampul, tertutup rapat dengan melebur wadah gelas dalam kondisi aseptis. Wadah gelas dibuat mempunyai leher agar dapat dengan mudah dipisahkan dari bagian badan wadah tanpa terjadi serpihan-serpihan gelas. Sesudah dibuka, isi sampul dapat dihisap ke dalam alat suntik dengan jarum hipodermis. Sekali dibuka, ampul tidak dapat ditutup kembali dan digunakan lagi untuk suatu waktu kemudian, karena sterilitas isinya tidak dapat dipertanggung jawabkan lagi. Beberapa produk yang dapat disuntikkan dikemas dalam alat suntik yang diisi sebelumnya dengan atau tanpa cara pemberian khusus. Jenis gelas untuk wadah produk parenteral telah ditentukan di Bab 5 dan sebaliknya diingat kembali. Jenis I, II, III adalah jenis yang untuk produk parenteral. Jenis yang paling tahan terhadap zat kimia adalah jenis I. Jenis gelas yang akan digunakan sebagai wadah

(5)

obat suntik tertentu dinyatakan dalam masing-masing monograf sediaan (Ansel, 1989).

Satu persyaratan utama dari larutan yang diberikan secara parenteral ialah kejernihan. Sediaan itu harus jernih berkilauan dan bebas dari semua zat-zat khusus yaitu semua yang bergerak, senyawa yang tidak larut, yang tanpa disengaja ada. Termasuk pengotoran-pengotoran seperti debu, serat-serat baju, serpihan-serpihan gelas, kelupasan dari wadah gelas atau plastik atau tutup atau zat lain yang mungkin ditemui, yang masuk ke dalam produk selama proses pembuatan, penyimpanan dan pemberian (Ansel,1989).

Untuk mencegah masuknya partikel yang tidak diinginkan ke dalam produk parenteral, sejumlah tindakan pencegahan harus dilakukan selama pembuatan dan penyimpanan. Misalnya, larutan parenteral umumnya pada akhirnya disaring sebelum dimasukkan ke dalam wadah. Wadah harus dipilih dengan teliti, yang secara kimia tahan terhadap larutan yang akan dimasukkan dan mempunyai kualitas yang paling baik untuk memperkecil kemungkinan terkelupasnya wadah dan kelupasan masuk ke dalam larutan. Telah diakui, kadang-kadang ditemui beberapa zat tertentu dalam produk parenteral yang berasal dari kelupasan wadah gelas atau plastik. Bila wadah telah dipilih untuk dipakai, wadah harus dicuci dengan seksama agar bebas dari semua zat asing. Selama pengisian wadah, harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh proses pengisian untuk mencegah masuknya debu yang dikandung udara, serat kain, atau pengotoran-pengotoran lain ke dalam wadah. Persyaratan penyaringan dan petunjuk aliran udara pada daerah produksi berguna dalam menurunkan kemungkinan pengotoran (Ansel, 1989).

III. ALAT DAN BAHAN

Alat : Autoklaf Timbangan analitik Kertas saring Glassware Botol vial

(6)

Bahan : Natrium Laktat Natrium Klorida Kalium Klorida Kalsium Klorida Aqua p.i. IV. FORMULA R/ Natrium laktat 0,31 NaCl 0,6 KCl 0,03 CaCl2.2H2O 0,01 Aqua p.i. ad 100,0 ml V. PERHITUNGAN

Perhitungan tonisitas berdasarkan rumus White Vincent :

Diketahui E Na laktat = 0,55 E NaCl = 1 E KCl = 0,76 E CaCl2.2H2O = 0,51 Sediaan dibuat 100 ml Volume sediaan = 100 ml Na laktat = 0,31 gram V = W x E x 111,1 = 0,31 x 0,55 x 111,1 = 18,943 ml

(7)

NaCl = 0,6 gram V = W x E x 111,1 = 0,6 x 1 x 111,1 = 66,66 ml KCl = 0,03 gram V = W x E x 111,1 = 0,03 x 0,76 x 111,1 = 2,533 ml CaCl2.2H2O = 0,01 V = W x E x 111,1 = 0,01 x 0,51 x 111,1 = 0,567 ml Volume total = 18,943 + 66,66 + 2,533 + 0,567 = 88,703 ml Karena 88,702 ml < 100 ml

Maka, larutan dikatakan hipotonis.

VNaCl = 100 – 88,703 = 11,297 ml Larutan Hipotonis 11,297 ml

NaCl yang ditambahkan = 11,297/111,1 = 0,1017 gram NaCl yang ditimbang = 0,6 + 0,1017 = 0,7017 gram

Jumlah Bahan (+ overmat 10%)

Na Laktat = 0,31 gram + (10% x 0,31) = 0,341 gram NaCl = 0,7017 gram + (10% x 0,7017) = 0,772 gram KCl = 0,03 gram + (10% x 0,03) = 0,303 gram CaCl2.2H2O = 0,01 gram + (10% x 0,01) = 0,011 gram

(8)

Perhitungan tonisitas berdasarkan rumus penurunan titik beku :

Nilai penurunan titik beku masing-masing zat adalah : Na Laktat 0,31

NaCl 0,576 KCl 0,439 CaCl2.2H2O 0,3

Kadar zat dalam % Na Laktat 0,31 NaCl 0,6 KCl 0,03 CaCl2.H2O 0,01

Dihitung sebagai berikut :

B =

=

= 0,1079 g/100 ml => 0,108 g/100 ml

Jadi NaCl yang ditambahkan 0,108 gram

NaCl = 0,6 + 0,108 = 0,708 gram

Jumlah Bahan (+ overmat 10%)

Na Laktat = 0,31 gram + (10% x 0,31) = 0,341 gram NaCl = 0,708 gram + (10% x 0,708) = 0,778 gram KCl = 0,03 gram + (10% x 0,03) = 0,303 gram CaCl2.2H2O = 0,01 gram + (10% x 0,01) = 0,011 gram

Aqua p.i. ad 110 ml

Jumlah bahan yang dipakai adalah menurut perhitungan penurunan titik beku. 0,52 – (0,31 x 0,31) + (0,6 x 0,576) + (0,03 x 0,439) + (0,01 x 0,3)

0,576 0,52 – 0,45787

(9)

VI. CARA KERJA

1. Hitung tonisitas larutan dari formula di atas (jika belum isotonis, hitung berapa banyak NaCl yang dibutuhkan untuk membuat larutan isotonis)

2. Didihkan aquadest.

3. Semua bahan dilarutkan ke dalam aquadest panas

4. Periksa pH larutan apakah telah mencapai antara 5 – 7; jika kurang asam ditambahkan HCl 0,1 N; jika kurang basa bisa ditambah NaOH 0,1 N

5. Sisa aquadest ditambahkan

6. Larutan digojok dengan karbo adsorben 0,1% yang telah diaktifkan selama 5-10 menit, diamkan, dan disaring hingga jernih

7. Masukan larutan dalam vial

8. Larutan disterilisasi dengan autoklaf pada 121oC selama 20 menit 9 Setelah dingin, lakukan uji-uji berikut :

a. pH larutan b. Kebocoran c. Partikel d. Kejernihan e. Keseragaman volume 10. Beri etiket VII. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini, dibuat sediaan injeksi ringer laktat dengan zat aktif Natrium laktat, NaCl, KCl, dan CaCl2. Sediaan ini dibuat dalam kemasan vial dengan

volume 10 ml (jumlah 10 vial, jadi volume total 100 ml).

Dalam pembuatannya, sediaan harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan untuk sediaan parenteral, seperti syarat isohidris, steril, bebas pirogen, dan isotonis. Hal ini dikarenakan, pemberiaan sediaan ini langsung diinjeksikan melalui pembuluh darah.

Volume sediaan yang dibuat adalah 100 ml, namun pada peritungan jumlah bahan perlu dilebihkan 10% nya, yaitu sekitar 10 ml dari volume awal. Hal ini dilakukan karena dikhawatirkan adanya penguapan yang terjadi pada waktu proses

(10)

sterilisasi yang mana menggunakan sterilisasi uap panas. Selain itu, hal ini juga dimaksudkan untuk mengganti kehilangan bahan pada waktu proses pembuatan, yaitu pada waktu penyaringan atau adanya bahan yang tertinggal pada alat-alat praktikum. Perhitungan menggunakan rumus White Vincent menghasilkan larutan yang isotonis, selain itu dapat pula digunakan rumus penurunan titik beku. Zat pengisotonis yang digunakan pun tidak hanya NaCl, namun dapat pula digunakan dextrose. Tetapi karena sediaan yang dibuat kali ini hanya berisi elektrolit, maka bahan pengisotonis yang digunakan hanya NaCl.

Selain isotonis, sediaan juga harus bersifat isohidri, yaitu pH sediaan harus sama atau paling tidak mendekati pH fisiologis tubuh, yaitu 6,8 – 7,4. Hal ini dimaksudkan agar sediaan tidak menyebabkan phlebesetis (inflamasi pada pembuluh darah) dan throbosis (timbulnya gumpalan darah yang dapat menyumbat pembuluh darah). Selain itu, tujuan dari pengaturan pH ini adalah agar sediaan yang dibuat tetap stabil pada penyimpanan.

Bahan pembawa yang digunakan adalah Aqua Pro Injection bebas CO2.

Karena CO2 dapat bereaksi dengan salah satu bahan obat dalam sediaan ini, yaitu

CaCl2 membentuk CaCl3 yang berbentuk endapan. Hal inilah pula yang mungkin

dapat menjelaskan kenapa beberapa sediaan yang dibuat terdapat endapan. Karena pada waktu pembuatan sediaan, aqua yang digunakan terlalu lama kontak dengan udara sehingga CO2 dalam aqua akan bereaksi dengan CaCl2.

Sediaan yang dibuat ini harus bebas dari pirogen. Oleh karena itu, pada proses pembuatan ditambahkan 0,1% karbon aktif dari volume sediaan. Kadar karbon aktif 0,1% dianggap efektif untuk menyerap pirogen yang terdapat di dalam sediaan. Apabila kadar tersebut kurang atau lebih dari 0,1%, dapat menyebabkan tidak aktifnya pengikatan dan penyerapan pirogen.

VIII KESIMPULAN

1. Pembawa yang digunakan harus Aqua Pro Injection yang bebas CO2 karena

CaCl2 dalam sediaan dapat berikatan dengan CO2 menghasilkan endapan

CaCl3.

2. Agar sediaan bebas pirogen maka harus ditambahkan karbon yang telah diaktifkan sebanyak 0,1%.

(11)

3. Untuk pembuatan sediaan parenteral harus isotonis, isohidri, steril dan bebas pirogen. Sebaiknya dilakukan uji kualitas dari masing-masing persyaratan agar didapatkan sediaan yang memenuhi syarat dan juga untuk meningkatkan mutu dari sediaan yang dibuat.

(12)

IX. DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk sediaan Farmasi, Ed ke 4, Penerbit U I, Jakarta.

Priyambodo, B., 2007, Manajemen Farmasi Industri, Global Pustaka Utama, Yogyakarta.

Semarang, November 2010 Praktikan

Referensi

Dokumen terkait

Penderita sindrom nevus displastik sindrom nevus displastik ternyata memiliki mola yang tidak ternyata memiliki mola yang tidak lazim, berukuran lebih besar dan

Jawab: Tujuan perusahaan kami dalam program pemasarannya adalah untuk meningkatkan penjualan dari produk kami dengan penjualan tahun lalu.. Bagaimana anda (PT.

Beberapa software untuk mengimplementasikan Virtual Cluster on Demand pada sistem Grid yang telah ada di Jurusan Teknik Elektro ITS antara lain adalah : DRBL sebagai virtual

Hasil evaluasi awik-awik pengelolaan sumber daya perikanan Lombok Timur berdasarkan analisis aktor dan analisis peraturan yang disepakati menunjukkan: (i) pemahaman pada sumber

Penelitian ini memfokuskan pada perbedaan konsep pertanggungjawaban negara sebagai akibat pencemaran asap lintas batas negara menurut hukum transnasional dan hukum

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang

Tiap tataran tersebut akan berkaitan dengan sejumlah “diri†yang hadir dalam situasi antar pribadi, yaitu pandangan kita mengenai diri sendiri, pandangan kita mengenai

Angsana Raya 1 / 29 Blk Kelurahan Kepaduri Tjg Duren Jakbar MAZDA CX - 7 AT th 09 GT Bose hitam antik STNK baru ban baru semua asur- ansi baru jarang pakai Rp.. Kepaduri