No. 10/02/34/Th.XVIII, 5 Februari 2016
P
ERTUMBUHAN
E
KONOMI
DI
Y
OGYAKARTA
T
AHUN
2015
EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2015 TUMBUH 4,9
PERSEN
SEDIKIT MELAMBAT
DIBANDING TAHUN 2014 (5,2 PERSEN)
A.
PDRB DIY MENURUT LAPANGAN USAHA
Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2015 (c-to-c)
Kinerja perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tahun 2015 yang diukur dari laju
pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan tahun 2010
mencapai 4,9 persen. Pertumbuhan ini terjadi hampir di semua lapangan usaha, kecuali pengadaan
listrik dan gas yang mengalami kontraksi atau pertumbuhan negatif sebesar 1,3 persen. Lapangan
usaha yang memiliki pertumbuhan tertinggi adalah jasa keuangan dengan pertumbuhan sebesar
sebesar 8,3 persen diikuti oleh jasa lainnya sebesar 8,0 persen, jasa perusahaan dan jasa pendidikan
dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 7,3 persen.
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA
Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang diukur dari nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku tahun 2015 mencapai Rp. 101,4 trilyun, sehingga PDRB perkapita tercatat sebesar Rp.27,56 juta.
Perekonomian DIY tahun 2015 (c-to-c) tumbuh 4,94 persen dan sedikit melambat dibandingkan dengan tahun 2014 yang tumbuh 5,2 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan didorong oleh peningkatan nilai tambah pada semua lapangan usaha selain listrik, gas. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi didorong oleh peningkatan komponen konsumsi rumah tangga, pengeluaran lembaga nirlaba nonprofit, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan inventori, ekspor dan impor luar negeri.
Perekonomian DIY Triwulan IV- 2015 mengalami kontraksi sebesar 0,2 persen dibandingkan triwulan sebelumnya (q-to-q). Dari sisi produksi, penurunan ini disebabkan oleh efek musiman pada lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan terutama sub kategori tanaman pangan yang tumbuh negatif 34 persen. Pertumbuhan minus tersebut juga disebabkan oleh pertumbuhan negatif yang besar pada lapangan usaha yang mempunyai kontribusi besar dalam PDRB, yaitu perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil, serta penyediaan akomodasi dan makan minum.
0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00 Jasa Keuangan
Jasa lainnya Jasa
Perusahaan Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
Real Estate Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 8,27 8,00 7,31 7,28 7,15 6,45 6,19 3,97 2,55 1,03 8,48 2,52 7,05 8,23 Pertumbuhan (%) Pangsa Distribusi (%)
Grafik 1. Pertumbuhan dan Pangsa Distribusi Beberapa Lapangan Usaha 2015
Struktur perekonomian DIY tahun 2015 yang diukur dari distribusi persentase PDRB atas
dasar harga berlaku menunjukkan tidak ada lapangan usaha yang secara mencolok mendominasi
perekonomian. Kontribusi masing-masing lapangan usaha terhadap PDRB DIY tahun 2015 berada
di bawah 14 persen. Tiga lapangan usaha yang memiliki kontribusi terbesar adalah industri
pengolahan (13,05 persen); pertanian, kehutanan dan perikanan (10,70 persen); dan penyediaan
akomodasi dan makan minum (10,24 persen). Sementara, tiga lapangan usaha yang memiliki
kontribusi terendah adalah pengadaan listrik dan gas (0,09 persen), pengadaan air (0,11 persen);
serta pertambangan dan penggalian (0,57 persen).
Semua lapangan usaha memberikan andil yang bervariasi terhadap level pertumbuhan
ekonomi DIY 2015. Lapangan usaha yang memberi andil terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi
2015 adalah keuangan, dan asuransi dengan
andil 0,62 persen. Berikutnya secara
berturut-turut adalah lapangan usaha
administrasi pemerintaha serta lapangan
usaha industri pengolahan dengan andil
masing-masing 0,61 persen dan 0,58 persen.
Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV-2015
Terhadap Triwulan IV-2014 (y-on-y)
Perekonomian DIY selama Triwulan
IV-2015 mengalami pertumbuhan sebesar
5,5 persen jika dibandingkan dengan
triwulan IV-2014 (y-on-y). Laju
pertumbuhan tertinggi triwulan IV-2015
secara y-on-y terjadi pada lapangan usaha
konstruksi yang tumbuh sebesar 9,2 persen.
Pertumbuhan tertinggi berikutnya secara berturut-turut dicapai oleh lapangan usaha administrasi
pemerintahan serta lapangan usaha jasa lainnya masing-masing sebesar 8,97 persen dan 8,28 persen.
Lapangan usaha yang mengalami kontraksi atau pertumbuhan negatif adalah pengadaan listrik yaitu
sebesar -2,42 persen.
Grafik 2. Sumber Pertumbuhan PDRB menurut Lapangan Usaha, 2013-2015 1,25 0,63 0,76 0,57 -0,11 0,42 0,24 0,27 0,92 0,64 0,61 0,39 0,53 -0,21 0,57 0,45 0,36 0,35 0,83 0,41 0,25 -0,40 -0,20 0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20 1,40
Pendidikan Akom & Makan
Minum Konstruksi Pertanian
Tiga lapangan usaha yang menjadi sumber utama pertumbuhan y-on-y triwulan IV-2015
adalah penyedian akomodasi dan makan minum sebesar 0,77 persen, kemudian diikuti oleh jasa
pendidikan, informasi dan komunikasi masing-masing sebesar 0,63 persen dan 0,59 persen.
Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV-2015 Terhadap Triwulan III-2015 (q-to-q)
Perekonomian DIY pada Triwulan IV-2015 mengalami kontraksi sebesar 0,22 persen jika
dibandingkan dengan Triwulan III-2015. Kontraksi atau pertumbuhan negatif ini didorong oleh
pertumbuhan negatif beberapa lapangan usaha, yakni pertanian, kehutanan dan perikanan;
pertambangan dan penggalian; perdagangan besar dan eceran dan reparasi mobil; dan penyediaan
akomodasi dan makan minum. Kontraksi tertinggi terjadi pada lapangan usaha pertanian,
kehutanan dan perikanan yaitu sebesar -33,96 persen.
Kontraksi yang cukup tinggi lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan disebabkan
antara lain oleh pengaruh siklus musim pada kelompok komoditas tanaman pangan, hortikultura
tahunan dan lainnya, perkebunan tahunan, peternakan, dan jasa pertanian dan perburuan. Produksi
beberapa komoditas tanaman pangan dan hortikultura selama triwulan IV (Oktober-Desember)
mencapai level terendah dalam setahun akibat pengaruh musim dan juga adanya anomali cuaca.
Dampak El Nino yang memicu terjadinya kekeringan akibat musim kemarau yang lebih panjang
menjadi indikasi berpotensinya penurunan hasil panen. Faktor lain adalah adaanya penyusutan luas
tanam padi pada periode April-September 2015 mencapai 1.400 ha. Oleh karena mundurnya musim
hujan mayoritas petani baru masuk masa tanam atau memulai mengusahakan tanaman mereka,
sehingga produksi selama triwulan ini menjadi jauh menurun jika dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya. Selain itu, serangan hama yang terjadi pada lahan pertanian bawang dan cabai sebagai
dampak perubahan cuaca juga mempengaruhi penurunan yang tajam produksi hortikultura triwulan
ini.
Kontraksi pertumbuhan juga terjadi pada lapangan usaha pertambangan dan penggalian yang
tumbuh sebesar -1,59 persen. Kontraksi ini berhubungan dengan penurunan produksi usaha
penggalian akibat stok bahan galian yang semakin menipis dan pengaruh cuaca yang kurang
mendukung dalam penggalian pasir dan batu. Pengaruh yang paling besar menurunnya
pertumbuhan lapangan usaha pertambangan dan penggalian adalah diberlakukannya Perda tentang
penggalian pasir di sungai sehingga banyak yang kehilangan pekerjaan karena sebagian besar
mereka tidak memiliki ijin penggalian.
Lapangan usaha perdagangan besar dan eceran dan reparasi mobil mengalami pertumbuhan
minus yaitu sebesar -2,01 persen. Lesunya aktivitas perdagangan mempunyai dampak keterkaitan
dengan transaksi perdagangan di pasar baik produk primer pertanian maupun barang-barang hasil
olahan pertanian. Pelemahan permintaan domestik dan perlambatan ekonomi nasional berdampak
pada kunjungan wisatawan dan belanja wisatawan mengingat karakteristik wisatawan DIY yang
didominasi oleh wisatawan domestik. Oleh karenanya lapangan usaha penyediaan akomodasi dan
makan minum juga tumbuh -2,23 persen.
Lapangan usaha yang memiliki pertumbuhan tertinggi secara q-to-q pada triwulan IV-2015 adalah konstruksi yaitu sebesar 11,26 persen, kemudian diikuti oleh jasa pendidikan yang tumbuh
sebesar 10,37 persen. Konstruksi tumbuh melejit berkait erat dengan realisasi pembangunan fisik
yang bersumber dari dana APBN maupun APBD yang biasanya terjadi di triwulan IV. Pertumbuhan
yang tinggi berikutnya adalah lapangan usaha jasa kesehatan dan kegiatan sosial yang tumbuh
sebesar 9,35 persen. Pertumbuhan jasa pendidikan lebih didorong oleh jadwalnya pembayaran
semester ganjil di tahun ajaran baru,baik untuk siswa di pendidikan dasar dan menengah maupun
B.
PDRB DIY MENURUT PENGELUARAN
Pertumbuhan Kumulatif Triwulan IV Tahun 2015 (c-to-c)
Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi DIY sebesar 4,9 persen di tahun 2015 didorong oleh pertumbuhan semua komponen permintaan akhir, kecuali net ekspor antardaerah dan net
ekspor luar negeri. Komponen net ekspor antardaerah mengalami kontraksi sebesar 4,4 persen.
Sementara, pertumbuhan impor luar negeri yang masih tinggi (15,5 persen) belum mampu
dikompensasi oleh ekspor luar negeri yang hanya mampu tumbuh sebesar 3,2 persen. Hal inilah
yang memengaruhi pertumbuhan komponen net ekspor luar negeri sehingga mengalami kontraksi.
Sementara itu pertumbuhan tertinggi dalam komponen permintaan akhir terjadi pada komponen
pengeluaran konsumsi pemerintah yang tumbuh sebesar 5,3 persen dan diikuti oleh komponen
konsumsi rumah tangga yang tumbuh 4,9 persen.
Grafik 4. Pertumbuhan dan Distribusi Beberapa Komponen Pengeluaran 2015
Struktur permintaan akhir dalam perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2015
masih didominasi oleh komponen konsumsi rumah tangga pangsa distribusi sebesar 67,7 persen.
Komponen terbesar berikutnya dalam struktur perekonomian DIY 2014 adalah Pembentukan Modal
Tetap Bruto (PMTB) sebesar 30,5 persen dan diikuti oleh konsumsi pemerintah sebesar 16,7 persen.
Pada tahun 2015 komponen konsumsi pemerintah mampu tumbuh sebesar 5,3 persen, tertinggi
kedua setelah komponen impor luar negeri yang tumbuh 15,5 persen. Komponen ekspor
4,87 2,90 5,32 4,34 4,73 3,15 15,46 -4,45 67,66 3,13 16,71 30,51 1,16 6,17 5,00 -20,36 -30,0 -20,0 -10,0 0,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 70,0 80,0 Konsumsi Rumah Tangga LNPRT Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Perubahan Inventori Ekspor Luar Negeri Impor Luar Negeri Net Ekspor Antar Daerah Pertumbuhan (%) Pangsa Distribusi (%)
-60,0 -40,0 -20,0 0,0 20,0 40,0 60,0 80,0
I-2012 II-2012 III-2012 IV-2012 I-2013 II-2013 III-2013 IV-2013 I-2014 II-2014 III-2014 IV-2014 Pertanian PDRB Pendidikan
3,31 3,12 2,94 0,15 0,15 0,08 0,81 0,74 0,81 1,41 1,33 1,17 0,110,26 0,050,26 0,060,17 -0,13 -0,17 0,63 -0,43 -0,30 0,34 -1,0 0,0 1,0 2,0 3,0 4,0 2013 2014 2015
KRT LNPRT Pemerintah PMTB Inventor i Ekspor LN Impor LN Net Ekspor AD
dari ekspor antardaerah maka pangsa dari komponen net ekspor antardaerah menjadi pengurang
(bertanda negatif). Hal yang sama juga terjadi pada komponen impor luar negeri yang menjadi
pengurang.
Sumber pertumbuhan ekonomi DIY tahun 2015 (4,9 persen) dari sisi permintaan disumbang
oleh komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar dengan andil pertumbuhan sebesar 2,9
persen. Andil pertumbuhan terbesar berikutnya disumbang oleh komponen PMTB dengan andil 1,2
persen dan komponen pengeluaran pemerintah dengan andil 0,8 persen.
Grafik 5. Sumber Pertumbuhan PDRB menurut Komponen Pengeluaran 2013 – 2015
Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV-2015 Terhadap Triwulan IV-2014 (y-on-y)
Secara y-o-y, perekonomian DIY triwulan IV-2015 tumbuh 5,5 persen dibandingkan dengan
triwulan IV-2014. Laju pertumbuhan yang tertinggi terjadi pada komponen perubahan inventori
sebesar 61,5 persen, diikuti oleh komponen impor luar negeri sebesar 41,6 persen.
Struktur perekonomian dari sisi permintaan pada triwulan IV-2015 tidak berbeda jauh dengan
struktur perekonomian tahunan. Komponen yang memiliki kontribusi terbesar dalam struktur
perekonomian triwulan IV-2015 adalah komponen konsumsi rumah tangga sebesar 67,8 persen.
Kontribusi terbesar berikutnya adalah komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar
35,7 persen. Sementara, kontribusi terendah terhadap perekonomian DIY adalah komponen net
ekspor antardaerah sebesar minus 27,3 persen.
Komponen permintaan akhir yang menjadi sumber utama pertumbuhan DIY y-on-y triwulan
IV-2015 adalah komponen konsumsi rumah tangga dengan andil sebesar 3,1 persen. Berikutnya
adalah komponen PMTB dengan andil sebesar 3,0 persen, serta komponen konsumsi pemerintah
dengan andil sebesar 1,9 persen.
Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV-2015 Terhadap Triwulan III-2015 (q-to-q)
Secara q-to-q, perekonomian DIY triwulan IV-2015 mengalami kontraksi atau pertumbuhan
negatif sebesar 0,2 persen dibandingkan dengan triwulan III-2015. Dari sisi permintaan akhir,
kontraksi ini disebabkan terjadinya penurunan yang cukup besar pada komponen konsumsi rumah
tangga sebesar 1 persen dan ekspor antardaerah di satu sisi dan di sisi lain impor antardaerah
meningkat sehingga net ekspor semakin minus. Pertumbuhan minus komponen konsumsi rumah
tangga dipengaruhi oleh penguatan nilai tukar Dolar AS yang berarti melemahnya nilai rupiah
mendorong tingginya harga barang-barang impor seperti elektronik. Pelemahan ekonomi domestik
2014 2015 2014 2015 PertubuhanLaju Distribusi SoG
-1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 -8
A. Pertanian, Kehutanan, Perikanan 9.769.112 10.848.369 7.508.980 7.703.978 2,60 10,70 0,25
B. Pertambangan dan Penggalian 537.599 573.133 470.735 471.323 0,13 0,57 0,00
C. Industri Pengolahan 12.614.921 13.236.292 10.469.637 10.652.525 1,75 13,05 0,41
D. Pengadaan Listrik dan Gas 89.669 92.610 121.268 119.663 (1,32) 0,09 0,00
E. Pengadaan Air, Pengeloolaan
Sampah, Limbah 102.670 109.697 82.855 85.260 2,90 0,11 0,00 F. Konstruksi 8.722.682 9.499.917 7.508.543 7.826.701 4,24 9,37 0,83
G. Perdag. Besar&Eceran, Reparasi
Mobil&Spd.Motor 7.681.035 8.342.646 6.540.108 6.944.903 6,19 8,23 0,33 H. Transportasi dan Pergudangan 5.313.233 5.755.748 4.377.850 4.541.309 3,73 5,68 0,22
I. Akomodasi dan Makan Minum 9.323.242 10.383.391 7.414.021 7.842.132 5,77 10,24 0,36
J. Informasi dan Komunikasi 7.897.507 8.244.242 8.458.713 8.891.145 5,11 8,13 0,45
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 3.602.561 4.028.358 2.826.934 3.060.733 8,27 3,97 0,25
L. Real Estate 6.497.271 7.143.655 5.735.457 6.105.126 6,45 7,05 0,35
M,N. Jasa Perusahaan 956.391 1.048.359 924.042 991.564 7,31 1,03 0,08
O. Adm. Pemerintahan,
Pertahanan,Jaminan Sosial 7.492.246 8.348.234 5.971.986 6.281.580 5,18 8,23 0,63 P. Jasa Pendidikan 7.600.855 8.598.744 6.938.845 7.444.277 7,28 8,48 0,57
Q. Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial 2.276.361 2.553.551 2.062.979 2.210.406 7,15 2,52 0,16
R,S,T,U. Jasa Lainnya 2.351.975 2.589.171 2.119.326 2.288.950 8,00 2,55 0,21
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 92.829.330 101.396.117 79.532.277 83.461.574 4,94 100,00 4,94
Harga Konstan 2010
(Juta Rupiah) 2015 Lapangan Usaha
Harga Berlaku (Juta Rupiah)
lama. Penurunan produksi domestik dan kenaikan konsumsi dan investasi menyebabkan defisit
neraca perdagangan DIY semakin besar.
Tabel 1. Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha Tahun Dasar 2010 Tahun 2015 (Persen)
Grafik 6. Pertumbuhan PDRB DIY q-to-q menurut Pengeluaran, 2013-2015
-25,0 -20,0 -15,0 -10,0 -5,0 0,0 5,0 10,0 15,0 20,0 25,0
I-2013 II-2013 III-2013 IV-2013 I-2014 II-2014 III-2014 IV-2014 I-2015 II-2015 III-2015 IV-2015
Tabel 2.
Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Pengeluaran Tahun Dasar 2010 Tahun 2015 (Persen)
Tabel 3.
PDRB dan PDRB Perkapita D.I. Yogyakarta Tahun Dasar 2010 Tahun 2013 – 2015
2014 2015 2014 2015 Pertumbuhan Laju Distribusi SoG
-1 -2 -3 -5 -6 -7 -8 -9
1. Konsumsi Rumah Tangga 62.805.013 68.608.884 47.991.757 50.329.799 4,87 67,66 2,94 2. Konsumsi LNPRT 2.948.427 3.171.193 2.317.123 2.384.374 2,90 3,13 0,08 3. Konsumsi Pemerintah 15.347.428 16.947.017 12.056.063 12.697.848 5,32 16,71 0,81 4. Pembentukan Modal tetap Bruto 27.744.794 30.935.037 21.358.622 22.286.615 4,34 30,51 1,17
5. Inventori 980.197 1.180.158 930.599 974.645 4,73 1,16 0,06
6. Ekspor Luar Negeri 5.465.423 6.259.714 4.278.248 4.413.223 3,15 6,17 0,17 7. Impor Luar Negeri 4.085.245 5.066.145 3.228.540 3.727.716 15,46 5,00 0,63
8. Net Ekspor Antar Daerah -18.376.708 -20.639.740 -6.171.595 -5.897.213 -4,45 -20,36 0,34
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) 92.829.330 101.396.117 79.532.277 83.461.574 4,94 100,00 4,94 Jenis Pengeluaran
2015 (Juta Rupiah) (Juta Rupiah)
Atas Dasar Atas Dasar Harga Berlaku Harga Konstan 2010
2013 2014 2015
(2) (3) (4)
PDRB
- Berlaku (Juta rupiah) 84.924.543 92.829.330 101.396.117
- Konstan (Juta rupiah) 75.627.450 79.532.277 83.461.574
PDRB Per kapita Atas Dasar Harga Berlaku
- Nilai (Juta rupiah) 23.624 25.523 27.559
Uraian
Tabel 4. Ringkasan PDRB Provinsi-Provinsi Thd Pulau Thd 33 Prov (2) (3) (4) (5) (6) (7) Sumatera 2.587.734.117,02 1.960.872.638,00 3,54 3,54 100,00 22,21 01. Aceh 129.200.559,72 112.672.440,90 -0,72 -0,72 4,99 1,11 02. Sumatra Utara 571.722.008,76 440.955.852,47 5,10 5,10 22,09 4,91 03. Sumatra Barat 178.810.456,68 140.529.151,11 5,41 5,41 6,91 1,53 04. Riau 652.386.422,52 448.936.595,38 0,22 0,22 25,21 5,60 05. Jambi 155.110.347,65 125.038.712,63 4,21 4,21 5,99 1,33 06. Sumatra Selatan 332.726.575,53 254.022.862,43 4,50 4,50 12,86 2,86 07. Bengkulu 50.341.717,69 38.067.501,98 5,14 5,14 1,95 0,43 08. Lampung 253.162.538,32 199.525.419,79 5,13 5,13 9,78 2,17
09. Kep. Bangka Belitung 60.992.088,32 45.961.462,46 4,08 4,08 2,36 0,52
10. Kepulauan Riau 203.281.401,84 155.162.638,85 6,02 6,02 7,86 1,74 Jawa 6.791.858.932,12 5.250.551.649,84 5,45 5,45 100,00 58,29 11. DKI Jakarta 1.983.420.526,26 1.454.102.107,17 5,88 5,88 29,20 17,02 12. Jawa Barat 1.525.149.162,72 1.207.001.487,11 5,03 5,03 22,46 13,09 13. Jawa Tengah 1.014.074.206,45 806.609.023,50 5,44 5,44 14,93 8,70 14. DI Yogyakarta 101.396.117,27 83.461.574,49 4,94 4,94 1,49 0,87 15. Jawa Timur 1.689.882.400,67 1.331.418.241,92 5,44 5,44 24,88 14,50 16. Banten 477.936.518,75 367.959.215,65 5,37 5,37 7,04 4,10
Bali dan Nusa Tenggara 356.397.048,16 274.824.756,90 10,29 10,29 100,00 3,06
17. Bali 177.173.015,67 129.137.912,34 6,04 6,04 49,71 1,52
18. Nusa Tenggara Barat 102.791.555,14 88.866.746,56 21,24 21,24 28,84 0,88
19. Nusa Tenggara Timur 76.432.477,35 56.820.098,00 5,02 5,02 21,45 0,66
Kalimantan 949.238.837,63 790.946.656,03 1,31 1,31 100,00 8,15 20. Kalimantan Barat 146.885.970,63 112.261.168,31 4,81 4,81 15,47 1,26 21. Kalimantan Tengah 100.148.195,33 78.889.998,35 7,01 7,01 10,55 0,86 22. Kalimantan Selatan 137.518.033,24 110.890.731,42 3,84 3,84 14,49 1,18 23. Kalimantan Timur 564.686.638,43 488.904.757,95 -0,85 -0,85 59,49 4,85 Sulawesi 689.912.300,10 525.019.726,09 8,18 8,18 100,00 5,92 24. Sulawesi Utara 91.275.262,44 70.418.811,20 6,12 6,12 13,23 0,78 25. Sulawesi Tengah 107.596.437,68 82.829.231,00 15,56 15,56 15,60 0,92 26. Sulawesi Selatan 341.745.270,34 250.729.557,17 7,15 7,15 49,53 2,93 27. Sulawesi Tenggara 87.740.818,55 72.988.298,96 6,88 6,88 12,72 0,75 28. Gorontalo 28.538.479,86 22.070.445,91 6,23 6,23 4,14 0,24 29. Sulawesi Barat 33.016.031,22 25.983.381,85 7,37 7,37 4,79 0,28
Maluku dan Papua 275.984.347,73 228.839.421,33 6,62 6,62 100,00 2,37
30. Maluku 34.344.586,61 24.843.650,18 5,44 5,44 12,44 0,29 31. Maluku Utara 26.631.781,78 20.377.474,21 6,10 6,10 9,65 0,23 32. Papua Barat 62.882.024,41 52.347.420,68 4,10 4,10 22,78 0,54 33. Papua 152.125.954,94 131.270.876,27 7,97 7,97 55,12 1,31 Pertbh c-to-c (1) 2015 Kontribusi
ADHB ADHK Pertbh
y-on-y
PENJELASAN TEKNIS
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah :
a. Jumlah nilai tambah atas produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh unit
produksi yang dimiliki oleh penduduk suatu daerah;
b. Jumlah pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh rumah tangga, lembaga swasta
nirlaba, dan pemerintah, serta untuk pembentukan modal tetap, perubahan inventori /
stok dan ekspor neto (ekspor dikurangi impor) suatu daerah;
c. Jumlah pendapatan (balas jasa) yang diterima oleh faktor produksi (tenaga kerja, tanah,
modal & kewiraswastaan/entrepreneurship) plus penyusutan dan pajak tidak langsung neto (pajak tidak langsung dikurangi subsidi) yang dimiliki oleh penduduk suatu daerah;
dalam jangka waktu tertentu (satu triwulan/semester/tahun).
Metode penghitungan PDRB berdasarkan 3 (tiga) pendekatan:
a. Produksi (Sektor Ekonomi/Lapangan Usaha) Supply side
b. Penggunaan (Pengeluaran) Demand side
c. Pendapatan Income side
Penyajian PDRB:
a. Atas dasar harga berlaku harga komoditas barang dan jasa berdasarkan tahun berjalan.
b. Atas dasar harga konstan harga komoditas barang dan jasa pada tahun dasar referensi 2000.
Peranan (Share) suatu sektor/komponen penggunaan terhadap perekonomian wilayah dihitung
berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku untuk melihat struktur ekonomi.
Pertumbuhan (Growth) suatu sektor/komponen penggunaan terhadap perekonomian wilayah
dihitung berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan untuk melihat perubahan volume
(kuantum) produksi.
Pertumbuhan ekonomi q-to-q : PDRB harga konstan pada suatu triwulan dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya secara berantai pada tahun yang sama ataupun berlainan (quarter to
quarter economic growth).
Pertumbuhan ekonomi y-on-y : PDRB harga konstan pada suatu triwulan/tahun dibandingkan
dengan triwulan/tahun yang sama pada tahun sebelumnya (year on year economic growth).
Pertumbuhan ekonomi c-to-c : PDRB harga konstan kumulatif sampai dengan suatu triwulan
dibandingkan dengan kumulatif sampai dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya
(cumulative to cumulative economic growth).
Pengeluaran konsumsi rumah tangga mencakup semua pengeluaran untuk konsumsi barang
dan jasa, dikurangi dengan penjualan neto barang bekas dan sisa yang dilakukan oleh rumah
tangga (termasuk lembaga swasta nirlaba yang melayani rumah tangga) selama periode
tertentu (triwulan/semester/tahun).
Pengeluaran konsumsi pemerintah mencakup pengeluaran untuk belanja pegawai, penyusutan
dan belanja barang (termasuk biaya perjalanan, pemeliharaan dan pengeluaran lain yang
bersifat rutin) baik yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah selama
periode tertentu (triwulan/ semester/tahun), tidak termasuk penerimaan dari produksi barang
dan jasa yang dihasilkan oleh pemerintah, yang bukan dikonsumsi oleh pemerintah tetapi
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) adalah investasi fisik yang dilakukan oleh rumah
tangga, pemerintah dan swasta dalam hal pengadaan, pembuatan/perbaikan besar maupun
pembelian barang modal baru produksi domestik ataupun barang modal baru/bekas dari luar
negeri (impor) dikurangi dengan penjualan barang modal bekas pada suatu periode tertentu
(triwulan/semester/tahun). Investasi fisik dimaksud berupa: bangunan (tempat tinggal maupun