• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2016"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

No.11/02/34/Th.XIX, 6 Februari 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA T

AHUN 2016

EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2016 TUMBUH 5,05

PERSEN

LEBIH

TINGGI

DIBANDING TAHUN 2015 (4,95 PERSEN)

A.

PDRB DIY MENURUT LAPANGAN USAHA

Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2016 (c-to-c)

Kinerja perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tahun 2016 yang diukur dari laju

pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan tahun 2010

mencapai 5,05 persen. Pertumbuhan ini terjadi hampir di semua lapangan usaha. Lapangan usaha

yang memiliki pertumbuhan tertinggi adalah Pengadaan Listrik dan Gas yaitu sebesar 14,26 persen

diikuti oleh Informasi dan Komunikasi sebesar 8,32 persen, Perdagangan Besar dan Eceran dan

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 6,09 persen.

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

 Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang diukur dari nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku tahun 2016 mencapai Rp110,1 trilyun, sehingga PDRB perkapita tercatat sebesar Rp29,59 juta. PDRB per kapita tersebut meningkat 7,31 persen dibanding tahun 2015 (Rp27,57 juta).  Perekonomian DIY tahun 2016 (c-to-c) tumbuh 5,05 persen, lebih tinggi dibanding dengan tahun 2015 yang tumbuh 4,95 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan didorong oleh peningkatan nilai tambah pada semua lapangan usaha. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi didorong oleh peningkatan komponen konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, dan pembentukan modal tetap bruto.

 Perekonomian DIY Triwulan IV-2016 mengalami kontraksi sebesar 0,45 persen dibanding dengan triwulan sebelumnya (q-to-q). Dari sisi produksi, penurunan ini disebabkan oleh efek musiman pada lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan terutama sub kategori tanaman pangan yang tumbuh negatif 38,28 persen. Pertumbuhan minus triwulan IV-2016 juga disebabkan oleh pertumbuhan negatif yang besar pada lapangan usaha yang mempunyai kontribusi besar dalam PDRB, yaitu perdagangan besar dan eceran, dan penyediaan makan minum. Dari sisi pengeluaran, kontraksi ekonomi triwulan IV-2016 (q-to-q) terutama disebabkan oleh pertumbuhan minus komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga.

(2)

Grafik 1. Pertumbuhan dan Pangsa Distribusi Beberapa Lapangan Usaha 2016

Struktur perekonomian tahun 2016 yang diukur dari distribusi persentase PDRB atas dasar harga

berlaku menunjukkan tidak ada lapangan usaha yang secara mencolok mendominasi perekonomian

DIY. Kontribusi masing-masing lapangan usaha dalam PDRB DIY tahun 2016 bervariasi di bawah

14 persen. Tiga lapangan usaha yang memiliki kontribusi terbesar adalah Industri Pengolahan (13,21

persen); Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (10,41 persen); dan Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum (10,22 persen). Sementara itu, tiga lapangan usaha yang memiliki kontribusi

terendah adalah Pengadaan Air (0,10 persen); Pengadaan Listrik dan Gas (0,13 persen), serta

Pertambangan dan Penggalian (0,54 persen).

Semua lapangan usaha memberikan andil yang bervariasi terhadap level pertumbuhan

ekonomi DIY 2016. Lapangan usaha yang memberi andil terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi

2016 adalah Informasi dan Komunikasi dengan andil 0,89 persen. Berikutnya secara berturut-turut

adalah lapangan usaha Industri Pengolahan serta lapangan usaha Penyediaan Akomodasi dan Makan

Minum dengan andil masing-masing 0,65 persen dan 0,52 persen. 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00

Pengadaan Listrik, Gas Informasi dan Komunikasi Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Jasa lainnya Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan

Sosial Wajib

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

Konstruksi Real Estate Industri Pengolahan 14,26 8,32 6,09 5,70 5,57 5,51 5,42 5,14 5,07 0,13 8,14 8,48 2,57 8,37 10,22 9,34 7,09 13,21

Pertumbuhan (%) Pangsa Distribusi (%)

Grafik 2. Sumber Pertumbuhan PDRB menurut Lapangan Usaha, 2014-2016

0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00

Pendidikan Akom & Makan Minum Konstruksi Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

Transportasi dan Pergudangan 0,67 0,65 0,62 0,55 0,53 0,51 0,44 0,47 0,21 0,64 0,54 0,54 0,44 0,40 0,28 0,42 0,51 0,21 0,27 0,89 0,52 0,37 0,51 0,65 0,42 0,51 0,25 2014 2015 2016

(3)

Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV-2016 Terhadap Triwulan IV-2015 (y-on-y)

Perekonomian DIY selama Triwulan IV-2016 mengalami pertumbuhan sebesar 4,71 persen

jika dibandingkan dengan triwulan IV-2015 (y-on-y). Laju pertumbuhan tertinggi triwulan IV-2016 secara y-on-y terjadi pada lapangan usaha Informasi dan Komunikasi yang tumbuh sebesar 11,28 persen. Pertumbuhan tertinggi berikutnya secara berturut-turut dicapai oleh lapangan usaha

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum serta lapangan usaha Perdagangan Besar dan Eceran,

dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor masing-masing sebesar 6,74 persen dan 6,36 persen.

Sementara itu, Lapangan usaha yang mengalami kontraksi atau pertumbuhan negatif adalah Jasa

Pendidikan yaitu sebesar -5,29 persen.

Lapangan usaha yang memberikan andil terbesar dalam pertumbuhan y-on-y triwulan IV-2016 adalah Informasi dan Komunikasi yaitu sebesar 1,22 persen. Sumbangan terbesar berikutnya

adalah Industri Pengolahan dan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum masing-masing sebesar

0,78 persen dan 0,63 persen.

Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV-2016 Terhadap Triwulan III-2016 (q-to-q)

Perekonomian DIY pada Triwulan IV-2016 mengalami kontraksi sebesar 0,45 persen jika

dibandingkan dengan Triwulan III-2016 (q-to-q). Kontraksi atau pertumbuhan negatif ini didorong oleh pertumbuhan negatif beberapa lapangan usaha, yakni Pertanian, Kehutanan dan Perikanan;

Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi mobil dan Sepeda Motor; dan Penyediaan Akomodasi

dan Makan Minum. Kontraksi tertinggi terjadi pada lapangan usaha pertanian, kehutanan dan

perikanan yaitu sebesar -33,72 persen.

Kontraksi yang cukup tinggi lapangan usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan disebabkan

antara lain oleh pengaruh siklus musim pada kelompok komoditas tanaman pangan, hortikultura

tahunan dan lainnya, perkebunan tahunan, jasa pertanian dan perburuan, dan perikanan. Produksi

beberapa komoditas tanaman pangan dan hortikultura selama triwulan IV (Oktober-Desember)

mencapai level terendah dalam setahun akibat pengaruh musim dan juga adanya anomali cuaca.

Musim kemarau basah dengan hujan yang terjadi sepanjang bulan ternyata di luar perkiraan

sehingga usaha pertanian komoditas tanaman pangan seperti padi, sayuran, dan buah-buahan tidak

mampu berproduksi optimal.

Kontraksi pertumbuhan juga terjadi pada lapangan usaha Pertambangan dan Penggalian yang

tumbuh sebesar -0,66 persen. Kontraksi ini berhubungan dengan penurunan produksi usaha

penggalian akibat stok bahan galian yang semakin menipis dan pengaruh cuaca yang kurang

mendukung dalam penggalian pasir dan batu. Pengaruh yang paling besar menurunnya

pertumbuhan lapangan usaha pertambangan dan penggalian adalah diberlakukannya Perda tentang

penggalian pasir di sungai sehingga banyak yang kehilangan pekerjaan karena sebagian besar

mereka tidak memiliki ijin penggalian.

Lapangan usaha Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

mengalami pertumbuhan minus 1,47 persen. Lesunya aktivitas perdagangan mempunyai dampak

keterkaitan dengan transaksi perdagangan di pasar baik produk primer pertanian maupun

barang-barang hasil olahan pertanian. Pelemahan permintaan domestik dan perlambatan ekonomi nasional

tersebut juga berdampak pada kunjungan dan belanja wisatawan mengingat karakteristik wisatawan

di DIY masih didominasi oleh wisatawan domestik. Oleh karenanya lapangan usaha Penyediaan

Akomodasi dan Makan Minum, khususnya subkategori Penyediaan Akomodasi, juga tumbuh -0,34

persen.

Namun demikian, pada triwulan IV-2016 terdapat lapangan usaha yang memiliki

(4)

diikuti oleh Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial yang tumbuh sebesar 5,50 persen. Konstruksi

tumbuh melejit di triwulan IV karena didorong oleh siklus tahunan dalam optimalisasi realisasi

pembangunan fisik yang bersumber dari dana APBN maupun APBD. Pertumbuhan yang tinggi

berikutnya adalah lapangan usaha Informasi dan Komunikasi yang tumbuh sebesar 4,88 persen.

B.

PDRB DIY MENURUT PENGELUARAN

Pertumbuhan Kumulatif Triwulan IV Tahun 2016 (c-to-c)

Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi DIY sebesar 5,05 persen di tahun 2015

didorong oleh pertumbuhan semua komponen permintaan akhir, kecuali Pengeluaran Konsumsi

Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT), Ekspor Luar Negeri, dan Net Ekspor

Antardaerah. Komponen Net Ekspor Antardaerah mengalami kontraksi yang cukup tinggi yaitu

sebesar 16,10 persen. Sementara, pertumbuhan Impor Luar Negeri yang tinggi (20,48 persen) belum

mampu dikompensasi oleh Ekspor Luar Negeri bahkan mengalami kontraksi sebesar 0,35 persen.

Sementara itu pertumbuhan tertinggi dalam komponen permintaan akhir terjadi pada

komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang tumbuh sebesar 5,97 persen, diikuti oleh

komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga yang tumbuh 4,82 persen, dan komponen

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah tumbuh 2,11 persen.

4,82 -1,13 2,11 5,97 7,24 -0,35 20,48 -16,10 67,60 2,92 16,75 30,36 1,18 5,90 5,38 -19,34 -30,00 -20,00 -10,00 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 Konsumsi Rumah Tangga LNPRT Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Perubahan Inventori Ekspor Luar Negeri Impor Luar Negeri Net Ekspor Antar Daerah Pertumbuhan (%) Pangsa Distribusi (%)

Grafik 3. Pertumbuhan PDRB q-to-q menurut Lapangan Usaha, 2014-2016

-20,00 -15,00 -10,00 -5,00 0,00 5,00 10,00 15,00

I-2014 II-2014 III-2014 IV-2014 I-2015 II-2015 III-2015 IV-2015 I-2016 II-2016 III-2016 IV-2016

Konstruksi Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Informasi dan Komunikasi PDRB

(5)

2,98 2,85 2,90 0,29 0,08 -0,03 0,66 0,83 0,32 1,54 1,17 1,59 0,13 0,06 0,08 0,97 0,17 -0,02 1,30 0,63 0,91 -0,11 0,41 1,11 -1,00 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 2014 2015 2016

KRT LNPRT Pemerintah PMTB Inventor i Ekspor LN Impor LN Net Ekspor AD

Struktur permintaan akhir dalam perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2016

masih didominasi oleh komponen Konsumsi Rumah Tangga dengan pangsa distribusi sebesar 67,6

persen. Komponen terbesar berikutnya adalah Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar

30,36 persen dan komponen Konsumsi Pemerintah sebesar 16,75 persen. Komponen Ekspor

Antardaerah memiliki pangsa yang cukup besar, tetapi karena nilai Impor Antardaerah lebih besar

dari Ekspor Antardaerah maka pangsa dari komponen Net Ekspor Antardaerah menjadi pengurang

(bertanda negatif). Hal yang sama juga terjadi pada komponen net ekspor luar negeri.

Sumber pertumbuhan ekonomi DIY tahun 2016 (5,05 persen) dari sisi permintaan terutama

disumbangkan oleh komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga dengan andil pertumbuhan

sebesar 2,90 persen. Andil pertumbuhan terbesar berikutnya disumbangkan oleh komponen PMTB

yaitu sebesar 1,59 persen, dan komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah sebesar 0,32 persen.

Grafik 5. Sumber Pertumbuhan PDRB menurut Komponen Pengeluaran 2014 – 2016

Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV-2016 Terhadap Triwulan IV-2015 (y-on-y)

Secara y-o-y, perekonomian DIY triwulan IV-2016 tumbuh 4,71 persen dibandingkan dengan triwulan IV-2015. Laju pertumbuhan yang tertinggi terjadi pada komponen PMTB sebesar 6,44

persen, diikuti oleh komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga sebesar 4,86 persen.

Struktur perekonomian dari sisi permintaan pada triwulan IV-2016 tidak berbeda jauh dengan

struktur perekonomian tahunan. Komponen yang memiliki kontribusi terbesar dalam struktur

perekonomian triwulan IV-2016 adalah komponen Konsumsi Rumah Tangga yaitu sebesar 67,92

persen. Kontribusi terbesar berikutnya adalah komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)

sebesar 35,77 persen. Sementara, kontribusi terendah terhadap perekonomian DIY adalah komponen

Net Ekspor Antardaerah sebesar minus 26,51 persen.

Komponen permintaan akhir yang menjadi sumber utama pertumbuhan DIY y-on-y triwulan IV-2016 adalah komponen Konsumsi Rumah Tangga dengan andil sebesar 2,91 persen. Sumbangan

pertumbuhan terbesar berikutnya adalah dari komponen PMTB dengan andil sebesar 2,01 persen.

Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV-2016 Terhadap Triwulan III-2016 (q-to-q)

Secara q-to-q, perekonomian DIY triwulan IV-2016 mengalami kontraksi atau pertumbuhan negatif sebesar 0,45 persen dibandingkan dengan triwulan III-2016. Dari sisi permintaan akhir,

kontraksi ini terutama dipengaruhi oleh pertumbuhan komponen Konsumsi Rumah Tangga sebesar

(6)

dan libur sekolah. Hal ini disebabkan oleh tingginya konsumsi rumah tangga pada saat momen Hari

Raya Idul Fitri dan Idul Adha pada triwulan III-2016. Selain itu, awal tahun ajaran baru pada

triwulan III-2016 juga mendorong tingginya pengeluaran pendidikan pada periode tersebut,

kemudian menurun pada triwulan IV-2016. Penurunan konsumsi rumah tangga dan ekspor

antarwilayah pun seiring dengan penurunan produksi domestik. Namun demikian adanya

peningkatan realisasi APBN/APBD menjelang akhir tahun anggaran termasuk kenaikan belanja

modal ternyata mampu meningkatkan pengeluaran meskipun tidak sepenuhnya mengkompensasi

tingginya pengeluaran di triwulan III-2016.

Tabel 1. Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha Tahun Dasar 2010 Tahun 2016 (Persen)

Grafik 6. Pertumbuhan PDRB DIY q-to-q menurut Pengeluaran, 2014-2016

(40,00) (30,00) (20,00) (10,00) 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00

I-2014 II-2014 III-2014 IV-2014 I-2015 II-2015 III-2015 IV-2015 I-2016 II-2016 III-2016 IV-2016

PKRT PMTB PKP PDRB

2015 2016 2015 2016 PertubuhanLaju Distribusi SoG

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

A. Pertanian, Kehutanan, Perikanan 10.793.840 11.456.173 7.667.602 7.779.801 1,46 10,41 0,13 B. Pertambangan dan Penggalian 573.133 593.156 471.323 473.299 0,42 0,54 0,00 C. Industri Pengolahan 13.303.468 14.547.753 10.693.036 11.234.804 5,07 13,21 0,65 D. Pengadaan Listrik dan Gas 118.012 141.794 127.701 145.910 14,26 0,13 0,02 E. Pengadaan Air, Pengeloolaan

Sampah, Limbah 109.697 114.765 85.260 87.268 2,36 0,10 0,00 F. Konstruksi 9.499.917 10.286.734 7.826.701 8.250.608 5,42 9,34 0,51 G. Perdag. Besar&Eceran, Reparasi

Mobil&Spd.Motor 8.342.646 9.332.038 6.944.903 7.367.624 6,09 8,48 0,51 H. Transportasi dan Pergudangan 5.765.069 6.253.137 4.541.309 4.750.561 4,61 5,68 0,25 I. Akomodasi dan Makan Minum 10.383.391 11.255.100 7.842.132 8.274.501 5,51 10,22 0,52 J. Informasi dan Komunikasi 8.244.242 8.957.494 8.891.145 9.630.639 8,32 8,14 0,89 K. Jasa Keuangan dan Asuransi 4.028.358 4.342.146 3.060.733 3.213.222 4,98 3,94 0,18 L. Real Estate 7.116.820 7.808.289 6.082.489 6.395.209 5,14 7,09 0,37 M,N. Jasa Perusahaan 1.048.359 1.115.194 991.564 1.025.558 3,43 1,01 0,04 O. Adm. Pemerintahan,

Pertahanan,Jaminan Sosial 8.379.232 9.217.108 6.304.911 6.656.183 5,57 8,37 0,42 P. Jasa Pendidikan 8.598.744 9.088.421 7.444.277 7.672.850 3,07 8,25 0,27 Q. Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial 2.553.551 2.764.049 2.210.406 2.310.356 4,52 2,51 0,12 R,S,T,U. Jasa Lainnya 2.589.171 2.824.990 2.288.950 2.419.533 5,70 2,57 0,16

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 101.447.650 110.098.341 83.474.441 87.687.927 5,05 100,00 5,05

Harga Konstan 2010

(Juta Rupiah) 2016

Lapangan Usaha

Harga Berlaku (Juta Rupiah)

(7)

Tabel 2.

Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Pengeluaran Tahun Dasar 2010 Tahun 2015 (Persen)

Tabel 3.

PDRB dan PDRB Perkapita D.I. Yogyakarta Tahun Dasar 2010 Tahun 2014 – 2016

2015 2016 2015 2016 Pertumbuhan Laju Distribusi SoG

(1) (2) (3) (5) (6) (7) (8) (9)

1. Konsumsi Rumah Tangga 68.730.528 74.429.796 50.193.386 52.614.164 4,82 67,60 2,90

2. Konsumsi LNPRT 3.171.193 3.220.070 2.384.374 2.357.344 -1,13 2,92 -0,03

3. Konsumsi Pemerintah 17.214.154 18.441.761 12.719.134 12.987.746 2,11 16,75 0,32

4. Pembentukan Modal tetap Bruto 30.798.881 33.428.978 22.286.615 23.616.948 5,97 30,36 1,59

5. Inventori 1.151.797 1.295.788 974.645 1.045.164 7,24 1,18 0,08

6. Ekspor Luar Negeri 6.266.264 6.495.282 4.416.252 4.400.889 -0,35 5,90 -0,02

7. Impor Luar Negeri 5.066.145 5.922.732 3.728.749 4.492.511 20,48 5,38 0,91

8. Net Ekspor Antar Daerah -20.819.021 -21.290.602 -5.771.216 -4.841.817 -16,10 -19,34 1,11

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) 101.447.650 110.098.341 83.474.441 87.687.927 5,05 100,00 5,05

Jenis Pengeluaran

2016

(Juta Rupiah) (Juta Rupiah)

Atas Dasar Atas Dasar

Harga Berlaku Harga Konstan 2010

2014 2015 2016

(2) (3) (4)

PDRB

- Berlaku (juta Rupiah) 92.842.484 101.447.650 110.098.341 - Konstan (juta Rupiah) 79.536.082 83.474.441 87.687.927

Pertumbuhan Ekonomi 5,17 4,95 5,05

PDRB perkapita ADHB

- Nilai (Juta Rupiah) 25.526.402 27.573.470 29.589.074 (1)

(8)

Tabel 4. Ringkasan PDRB Provinsi-Provinsi Thd Pulau Thd 34 Prov Sumatera 2.789.056.643,88 2.045.251.334,57 4,29 4,29 0,93 100,00 22,03 01. Aceh 137.277.419,64 116.386.730,55 3,31 3,31 0,04 4,92 1,08 02. Sumatra Utara 628.394.156,32 463.775.464,86 5,18 5,18 0,25 22,53 4,96 03. Sumatra Barat 195.682.525,01 148.110.750,47 5,26 5,26 0,08 7,02 1,55 04. Riau 682.351.091,85 458.998.092,72 2,23 2,23 0,11 24,47 5,39 05. Jambi 171.711.448,64 130.499.632,09 4,37 4,37 0,06 6,16 1,36 06. Sumatra Selatan 355.419.170,96 266.815.411,74 5,03 5,03 0,14 12,74 2,81 07. Bengkulu 55.402.507,51 40.082.870,83 5,30 5,30 0,02 1,99 0,44 08. Lampung 281.113.138,68 209.807.185,73 5,15 5,15 0,11 10,08 2,22 09. Kep. Bangka Belitung 65.125.286,62 47.852.691,82 4,11 4,11 0,02 2,34 0,51 10. Kepulauan Riau 216.579.898,65 162.922.503,76 5,03 5,03 0,09 7,77 1,71 Jawa 7.403.208.190,93 5.544.826.099,88 5,59 5,59 3,25 100,00 58,49 11. DKI Jakarta 2.177.119.883,78 1.539.376.654,42 5,85 5,85 0,94 29,41 17,20 12. Jawa Barat 1.652.589.443,18 1.275.546.477,15 5,67 5,67 0,76 22,32 13,06 13. Jawa Tengah 1.092.030.920,28 849.383.564,59 5,28 5,28 0,47 14,75 8,63 14. DI Yogyakarta 110.098.340,80 87.687.926,63 5,05 5,05 0,05 1,49 0,87 15. Jawa Timur 1.855.042.702,44 1.405.236.110,97 5,55 5,55 0,82 25,06 14,65 16. Banten 516.326.900,45 387.595.366,12 5,26 5,26 0,21 6,97 4,08

Bali dan Nusa Tenggara 395.795.678,22 291.516.430,64 5,89 5,89 0,18 100,00 3,13

17. Bali 195.376.307,98 137.192.524,64 6,24 6,24 0,09 49,36 1,54 18. Nusa Tenggara Barat 116.246.732,99 94.548.205,91 5,82 5,82 0,06 29,37 0,92 19. Nusa Tenggara Timur 84.172.637,26 59.775.700,09 5,18 5,18 0,03 21,27 0,66

Kalimantan 994.111.046,07 807.963.704,59 2,01 2,01 0,18 100,00 7,85 20. Kalimantan Barat 161.491.917,64 118.184.631,56 5,22 5,22 0,06 16,24 1,28 21. Kalimantan Tengah 112.441.204,71 83.909.489,37 6,36 6,36 0,06 11,31 0,89 22. Kalimantan Selatan 146.325.615,23 115.727.546,78 4,38 4,38 0,05 14,72 1,16 23. Kalimantan Timur 507.073.762,02 438.977.044,54 -0,38 -0,38 -0,02 51,01 4,01 24 Kalimantan Utara 66.778.546,48 51.164.992,35 3,75 3,75 0,02 6,72 0,53 Sulawesi 764.760.802,98 563.977.125,77 7,42 7,42 0,43 100,00 6,04 25 Sulawesi Utara 100.537.360,84 74.771.065,86 6,17 6,17 0,05 13,15 0,79 26 Sulawesi Tengah 120.232.866,52 91.070.553,88 9,98 9,98 0,09 15,72 0,95 27 Sulawesi Selatan 379.209.481,75 269.338.548,61 7,41 7,41 0,21 49,59 3,00 28 Sulawesi Tenggara 96.982.959,52 77.739.545,56 6,51 6,51 0,05 12,68 0,77 29 Gorontalo 31.823.646,81 23.507.152,73 6,52 6,52 0,02 4,16 0,25 30 Sulawesi Barat 35.974.487,54 27.550.259,15 6,03 6,03 0,02 4,70 0,28

Maluku dan Papua 311.233.726,71 245.035.149,67 7,45 7,45 0,19 100,00 2,46

31 Maluku 37.062.642,66 26.291.193,81 5,76 5,76 0,02 11,91 0,29 32 Maluku Utara 29.165.227,90 21.556.321,79 5,77 5,77 0,01 9,37 0,23 33 Papua Barat 66.635.513,21 54.711.282,18 4,52 4,52 0,03 21,41 0,53 34 Papua 178.370.342,93 142.476.351,89 9,21 9,21 0,13 57,31 1,41 PROPINSI Total C SoG Kontribusi ADHB ADHK Y

(9)

PENJELASAN TEKNIS

 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah :

a. Jumlah nilai tambah atas produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh unit

produksi yang dimiliki oleh penduduk suatu daerah;

b. Jumlah pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh rumah tangga, lembaga swasta

nirlaba, dan pemerintah, serta untuk pembentukan modal tetap, perubahan inventori /

stok dan ekspor neto (ekspor dikurangi impor) suatu daerah;

c. Jumlah pendapatan (balas jasa) yang diterima oleh faktor produksi (tenaga kerja, tanah,

modal & kewiraswastaan/entrepreneurship) plus penyusutan dan pajak tidak langsung neto (pajak tidak langsung dikurangi subsidi) yang dimiliki oleh penduduk suatu daerah;

 dalam jangka waktu tertentu (satu triwulan/semester/tahun).

 Metode penghitungan PDRB berdasarkan 3 (tiga) pendekatan: a. Produksi (Sektor Ekonomi/Lapangan Usaha) Supply side

b. Penggunaan (Pengeluaran) Demand side

c. Pendapatan Income side  Penyajian PDRB:

a. Atas dasar harga berlaku  harga komoditas barang dan jasa berdasarkan tahun berjalan. b. Atas dasar harga konstan  harga komoditas barang dan jasa pada tahun dasar referensi

2000.

 Peranan (Share) suatu sektor/komponen penggunaan terhadap perekonomian wilayah dihitung berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku untuk melihat struktur ekonomi.

 Pertumbuhan (Growth) suatu sektor/komponen penggunaan terhadap perekonomian wilayah dihitung berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan  untuk melihat perubahan volume (kuantum) produksi.

 Pertumbuhan ekonomi q-to-q : PDRB harga konstan pada suatu triwulan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya secara berantai pada tahun yang sama ataupun berlainan (quarter to quarter economic growth).

 Pertumbuhan ekonomi y-on-y : PDRB harga konstan pada suatu triwulan/tahun dibandingkan dengan triwulan/tahun yang sama pada tahun sebelumnya (year on year economic growth).

 Pertumbuhan ekonomi c-to-c : PDRB harga konstan kumulatif sampai dengan suatu triwulan dibandingkan dengan kumulatif sampai dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya

(cumulative to cumulative economic growth).

 Pengeluaran konsumsi rumah tangga mencakup semua pengeluaran untuk konsumsi barang dan jasa, dikurangi dengan penjualan neto barang bekas dan sisa yang dilakukan oleh rumah

tangga (termasuk lembaga swasta nirlaba yang melayani rumah tangga) selama periode

tertentu (triwulan/semester/tahun).

 Pengeluaran konsumsi pemerintah mencakup pengeluaran untuk belanja pegawai, penyusutan dan belanja barang (termasuk biaya perjalanan, pemeliharaan dan pengeluaran lain yang

bersifat rutin) baik yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah selama

periode tertentu (triwulan/ semester/tahun), tidak termasuk penerimaan dari produksi barang

dan jasa yang dihasilkan oleh pemerintah, yang bukan dikonsumsi oleh pemerintah tetapi

(10)

 Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) adalah investasi fisik yang dilakukan oleh rumah tangga, pemerintah dan swasta dalam hal pengadaan, pembuatan/perbaikan besar maupun

pembelian barang modal baru produksi domestik ataupun barang modal baru/bekas dari luar

negeri (impor) dikurangi dengan penjualan barang modal bekas pada suatu periode tertentu

(triwulan/semester/tahun). Investasi fisik dimaksud berupa: bangunan (tempat tinggal maupun

Gambar

Grafik 1. Pertumbuhan dan Pangsa Distribusi Beberapa Lapangan Usaha 2016
Grafik 4. Pertumbuhan dan Distribusi Beberapa Komponen Pengeluaran 2016
Grafik 5. Sumber Pertumbuhan PDRB menurut Komponen Pengeluaran 2014 – 2016
Tabel 1. Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha Tahun Dasar 2010  Tahun 2016 (Persen)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Cara kerja robot dalam menyapu lantai adalah dengan memutar sapu yang terdapat di sisi depan bawah serta bagian tengah dari robot dan menggunakan vacuum cleaner untuk

Bahan yang telah dipotong kemudian dikirim ke bagian pengepressan, yang berfungsi untuk memberikan bentuk bahan menjadi tutup botol sesuai dengan jenis tutup

Dalam hal terdapat perbedaan data antara DIPA Petikan dengan database RKA-K/L-DIPA Kementerian Keuangan maka yang berlaku adalah data yang terdapat di dalam database

Penanda genetik env SU dengan metode RT- PCR atau PCR dapat digunakan untuk mendeteksi dan mengidentifikasi sapi Bali yang dicurigai terin- feksi penyakit

1) Proses APO08 - (Mengelola Hubungan) berada pada level 3, sedangkan target yang ingin dicapai yaitu level 5 yang artinya implementasi layanan m-banking untuk

Dalam hal terdapat perbedaan data antara DIPA Petikan dengan database RKA-K/L-DIPA Kementerian Keuangan maka yang berlaku adalah data yang terdapat di dalam database

Begitu juga dengan sifat-sifat yang telah disepakati atau kesesuaian produk untuk aplikasi tertentu tidak dapat disimpulkan dari data yang ada dalam Lembaran Data Keselamatan

Pada sub bab metodelogi penelitian ini menjelaskan langkah-langkah yang akan dilalui untuk melakukan penelitian ini dalam penerapan pengenalan penerima surat formal dengan