No.11/02/34/Th.XIX, 6 Februari 2017
PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA T
AHUN 2016
EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2016 TUMBUH 5,05
PERSEN
LEBIH
TINGGI
DIBANDING TAHUN 2015 (4,95 PERSEN)
A.
PDRB DIY MENURUT LAPANGAN USAHA
Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2016 (c-to-c)
Kinerja perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tahun 2016 yang diukur dari laju
pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan tahun 2010
mencapai 5,05 persen. Pertumbuhan ini terjadi hampir di semua lapangan usaha. Lapangan usaha
yang memiliki pertumbuhan tertinggi adalah Pengadaan Listrik dan Gas yaitu sebesar 14,26 persen
diikuti oleh Informasi dan Komunikasi sebesar 8,32 persen, Perdagangan Besar dan Eceran dan
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 6,09 persen.
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA
Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang diukur dari nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku tahun 2016 mencapai Rp110,1 trilyun, sehingga PDRB perkapita tercatat sebesar Rp29,59 juta. PDRB per kapita tersebut meningkat 7,31 persen dibanding tahun 2015 (Rp27,57 juta). Perekonomian DIY tahun 2016 (c-to-c) tumbuh 5,05 persen, lebih tinggi dibanding dengan tahun 2015 yang tumbuh 4,95 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan didorong oleh peningkatan nilai tambah pada semua lapangan usaha. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi didorong oleh peningkatan komponen konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, dan pembentukan modal tetap bruto.
Perekonomian DIY Triwulan IV-2016 mengalami kontraksi sebesar 0,45 persen dibanding dengan triwulan sebelumnya (q-to-q). Dari sisi produksi, penurunan ini disebabkan oleh efek musiman pada lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan terutama sub kategori tanaman pangan yang tumbuh negatif 38,28 persen. Pertumbuhan minus triwulan IV-2016 juga disebabkan oleh pertumbuhan negatif yang besar pada lapangan usaha yang mempunyai kontribusi besar dalam PDRB, yaitu perdagangan besar dan eceran, dan penyediaan makan minum. Dari sisi pengeluaran, kontraksi ekonomi triwulan IV-2016 (q-to-q) terutama disebabkan oleh pertumbuhan minus komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga.
Grafik 1. Pertumbuhan dan Pangsa Distribusi Beberapa Lapangan Usaha 2016
Struktur perekonomian tahun 2016 yang diukur dari distribusi persentase PDRB atas dasar harga
berlaku menunjukkan tidak ada lapangan usaha yang secara mencolok mendominasi perekonomian
DIY. Kontribusi masing-masing lapangan usaha dalam PDRB DIY tahun 2016 bervariasi di bawah
14 persen. Tiga lapangan usaha yang memiliki kontribusi terbesar adalah Industri Pengolahan (13,21
persen); Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (10,41 persen); dan Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum (10,22 persen). Sementara itu, tiga lapangan usaha yang memiliki kontribusi
terendah adalah Pengadaan Air (0,10 persen); Pengadaan Listrik dan Gas (0,13 persen), serta
Pertambangan dan Penggalian (0,54 persen).
Semua lapangan usaha memberikan andil yang bervariasi terhadap level pertumbuhan
ekonomi DIY 2016. Lapangan usaha yang memberi andil terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi
2016 adalah Informasi dan Komunikasi dengan andil 0,89 persen. Berikutnya secara berturut-turut
adalah lapangan usaha Industri Pengolahan serta lapangan usaha Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum dengan andil masing-masing 0,65 persen dan 0,52 persen. 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00
Pengadaan Listrik, Gas Informasi dan Komunikasi Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Jasa lainnya Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
Konstruksi Real Estate Industri Pengolahan 14,26 8,32 6,09 5,70 5,57 5,51 5,42 5,14 5,07 0,13 8,14 8,48 2,57 8,37 10,22 9,34 7,09 13,21
Pertumbuhan (%) Pangsa Distribusi (%)
Grafik 2. Sumber Pertumbuhan PDRB menurut Lapangan Usaha, 2014-2016
0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00
Pendidikan Akom & Makan Minum Konstruksi Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
Transportasi dan Pergudangan 0,67 0,65 0,62 0,55 0,53 0,51 0,44 0,47 0,21 0,64 0,54 0,54 0,44 0,40 0,28 0,42 0,51 0,21 0,27 0,89 0,52 0,37 0,51 0,65 0,42 0,51 0,25 2014 2015 2016
Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV-2016 Terhadap Triwulan IV-2015 (y-on-y)
Perekonomian DIY selama Triwulan IV-2016 mengalami pertumbuhan sebesar 4,71 persen
jika dibandingkan dengan triwulan IV-2015 (y-on-y). Laju pertumbuhan tertinggi triwulan IV-2016 secara y-on-y terjadi pada lapangan usaha Informasi dan Komunikasi yang tumbuh sebesar 11,28 persen. Pertumbuhan tertinggi berikutnya secara berturut-turut dicapai oleh lapangan usaha
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum serta lapangan usaha Perdagangan Besar dan Eceran,
dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor masing-masing sebesar 6,74 persen dan 6,36 persen.
Sementara itu, Lapangan usaha yang mengalami kontraksi atau pertumbuhan negatif adalah Jasa
Pendidikan yaitu sebesar -5,29 persen.
Lapangan usaha yang memberikan andil terbesar dalam pertumbuhan y-on-y triwulan IV-2016 adalah Informasi dan Komunikasi yaitu sebesar 1,22 persen. Sumbangan terbesar berikutnya
adalah Industri Pengolahan dan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum masing-masing sebesar
0,78 persen dan 0,63 persen.
Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV-2016 Terhadap Triwulan III-2016 (q-to-q)
Perekonomian DIY pada Triwulan IV-2016 mengalami kontraksi sebesar 0,45 persen jika
dibandingkan dengan Triwulan III-2016 (q-to-q). Kontraksi atau pertumbuhan negatif ini didorong oleh pertumbuhan negatif beberapa lapangan usaha, yakni Pertanian, Kehutanan dan Perikanan;
Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi mobil dan Sepeda Motor; dan Penyediaan Akomodasi
dan Makan Minum. Kontraksi tertinggi terjadi pada lapangan usaha pertanian, kehutanan dan
perikanan yaitu sebesar -33,72 persen.
Kontraksi yang cukup tinggi lapangan usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan disebabkan
antara lain oleh pengaruh siklus musim pada kelompok komoditas tanaman pangan, hortikultura
tahunan dan lainnya, perkebunan tahunan, jasa pertanian dan perburuan, dan perikanan. Produksi
beberapa komoditas tanaman pangan dan hortikultura selama triwulan IV (Oktober-Desember)
mencapai level terendah dalam setahun akibat pengaruh musim dan juga adanya anomali cuaca.
Musim kemarau basah dengan hujan yang terjadi sepanjang bulan ternyata di luar perkiraan
sehingga usaha pertanian komoditas tanaman pangan seperti padi, sayuran, dan buah-buahan tidak
mampu berproduksi optimal.
Kontraksi pertumbuhan juga terjadi pada lapangan usaha Pertambangan dan Penggalian yang
tumbuh sebesar -0,66 persen. Kontraksi ini berhubungan dengan penurunan produksi usaha
penggalian akibat stok bahan galian yang semakin menipis dan pengaruh cuaca yang kurang
mendukung dalam penggalian pasir dan batu. Pengaruh yang paling besar menurunnya
pertumbuhan lapangan usaha pertambangan dan penggalian adalah diberlakukannya Perda tentang
penggalian pasir di sungai sehingga banyak yang kehilangan pekerjaan karena sebagian besar
mereka tidak memiliki ijin penggalian.
Lapangan usaha Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
mengalami pertumbuhan minus 1,47 persen. Lesunya aktivitas perdagangan mempunyai dampak
keterkaitan dengan transaksi perdagangan di pasar baik produk primer pertanian maupun
barang-barang hasil olahan pertanian. Pelemahan permintaan domestik dan perlambatan ekonomi nasional
tersebut juga berdampak pada kunjungan dan belanja wisatawan mengingat karakteristik wisatawan
di DIY masih didominasi oleh wisatawan domestik. Oleh karenanya lapangan usaha Penyediaan
Akomodasi dan Makan Minum, khususnya subkategori Penyediaan Akomodasi, juga tumbuh -0,34
persen.
Namun demikian, pada triwulan IV-2016 terdapat lapangan usaha yang memiliki
diikuti oleh Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial yang tumbuh sebesar 5,50 persen. Konstruksi
tumbuh melejit di triwulan IV karena didorong oleh siklus tahunan dalam optimalisasi realisasi
pembangunan fisik yang bersumber dari dana APBN maupun APBD. Pertumbuhan yang tinggi
berikutnya adalah lapangan usaha Informasi dan Komunikasi yang tumbuh sebesar 4,88 persen.
B.
PDRB DIY MENURUT PENGELUARAN
Pertumbuhan Kumulatif Triwulan IV Tahun 2016 (c-to-c)
Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi DIY sebesar 5,05 persen di tahun 2015
didorong oleh pertumbuhan semua komponen permintaan akhir, kecuali Pengeluaran Konsumsi
Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT), Ekspor Luar Negeri, dan Net Ekspor
Antardaerah. Komponen Net Ekspor Antardaerah mengalami kontraksi yang cukup tinggi yaitu
sebesar 16,10 persen. Sementara, pertumbuhan Impor Luar Negeri yang tinggi (20,48 persen) belum
mampu dikompensasi oleh Ekspor Luar Negeri bahkan mengalami kontraksi sebesar 0,35 persen.
Sementara itu pertumbuhan tertinggi dalam komponen permintaan akhir terjadi pada
komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang tumbuh sebesar 5,97 persen, diikuti oleh
komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga yang tumbuh 4,82 persen, dan komponen
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah tumbuh 2,11 persen.
4,82 -1,13 2,11 5,97 7,24 -0,35 20,48 -16,10 67,60 2,92 16,75 30,36 1,18 5,90 5,38 -19,34 -30,00 -20,00 -10,00 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 Konsumsi Rumah Tangga LNPRT Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Perubahan Inventori Ekspor Luar Negeri Impor Luar Negeri Net Ekspor Antar Daerah Pertumbuhan (%) Pangsa Distribusi (%)
Grafik 3. Pertumbuhan PDRB q-to-q menurut Lapangan Usaha, 2014-2016
-20,00 -15,00 -10,00 -5,00 0,00 5,00 10,00 15,00
I-2014 II-2014 III-2014 IV-2014 I-2015 II-2015 III-2015 IV-2015 I-2016 II-2016 III-2016 IV-2016
Konstruksi Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Informasi dan Komunikasi PDRB
2,98 2,85 2,90 0,29 0,08 -0,03 0,66 0,83 0,32 1,54 1,17 1,59 0,13 0,06 0,08 0,97 0,17 -0,02 1,30 0,63 0,91 -0,11 0,41 1,11 -1,00 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 2014 2015 2016
KRT LNPRT Pemerintah PMTB Inventor i Ekspor LN Impor LN Net Ekspor AD
Struktur permintaan akhir dalam perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2016
masih didominasi oleh komponen Konsumsi Rumah Tangga dengan pangsa distribusi sebesar 67,6
persen. Komponen terbesar berikutnya adalah Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar
30,36 persen dan komponen Konsumsi Pemerintah sebesar 16,75 persen. Komponen Ekspor
Antardaerah memiliki pangsa yang cukup besar, tetapi karena nilai Impor Antardaerah lebih besar
dari Ekspor Antardaerah maka pangsa dari komponen Net Ekspor Antardaerah menjadi pengurang
(bertanda negatif). Hal yang sama juga terjadi pada komponen net ekspor luar negeri.
Sumber pertumbuhan ekonomi DIY tahun 2016 (5,05 persen) dari sisi permintaan terutama
disumbangkan oleh komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga dengan andil pertumbuhan
sebesar 2,90 persen. Andil pertumbuhan terbesar berikutnya disumbangkan oleh komponen PMTB
yaitu sebesar 1,59 persen, dan komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah sebesar 0,32 persen.
Grafik 5. Sumber Pertumbuhan PDRB menurut Komponen Pengeluaran 2014 – 2016
Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV-2016 Terhadap Triwulan IV-2015 (y-on-y)
Secara y-o-y, perekonomian DIY triwulan IV-2016 tumbuh 4,71 persen dibandingkan dengan triwulan IV-2015. Laju pertumbuhan yang tertinggi terjadi pada komponen PMTB sebesar 6,44
persen, diikuti oleh komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga sebesar 4,86 persen.
Struktur perekonomian dari sisi permintaan pada triwulan IV-2016 tidak berbeda jauh dengan
struktur perekonomian tahunan. Komponen yang memiliki kontribusi terbesar dalam struktur
perekonomian triwulan IV-2016 adalah komponen Konsumsi Rumah Tangga yaitu sebesar 67,92
persen. Kontribusi terbesar berikutnya adalah komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)
sebesar 35,77 persen. Sementara, kontribusi terendah terhadap perekonomian DIY adalah komponen
Net Ekspor Antardaerah sebesar minus 26,51 persen.
Komponen permintaan akhir yang menjadi sumber utama pertumbuhan DIY y-on-y triwulan IV-2016 adalah komponen Konsumsi Rumah Tangga dengan andil sebesar 2,91 persen. Sumbangan
pertumbuhan terbesar berikutnya adalah dari komponen PMTB dengan andil sebesar 2,01 persen.
Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV-2016 Terhadap Triwulan III-2016 (q-to-q)
Secara q-to-q, perekonomian DIY triwulan IV-2016 mengalami kontraksi atau pertumbuhan negatif sebesar 0,45 persen dibandingkan dengan triwulan III-2016. Dari sisi permintaan akhir,
kontraksi ini terutama dipengaruhi oleh pertumbuhan komponen Konsumsi Rumah Tangga sebesar
dan libur sekolah. Hal ini disebabkan oleh tingginya konsumsi rumah tangga pada saat momen Hari
Raya Idul Fitri dan Idul Adha pada triwulan III-2016. Selain itu, awal tahun ajaran baru pada
triwulan III-2016 juga mendorong tingginya pengeluaran pendidikan pada periode tersebut,
kemudian menurun pada triwulan IV-2016. Penurunan konsumsi rumah tangga dan ekspor
antarwilayah pun seiring dengan penurunan produksi domestik. Namun demikian adanya
peningkatan realisasi APBN/APBD menjelang akhir tahun anggaran termasuk kenaikan belanja
modal ternyata mampu meningkatkan pengeluaran meskipun tidak sepenuhnya mengkompensasi
tingginya pengeluaran di triwulan III-2016.
Tabel 1. Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha Tahun Dasar 2010 Tahun 2016 (Persen)
Grafik 6. Pertumbuhan PDRB DIY q-to-q menurut Pengeluaran, 2014-2016
(40,00) (30,00) (20,00) (10,00) 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00
I-2014 II-2014 III-2014 IV-2014 I-2015 II-2015 III-2015 IV-2015 I-2016 II-2016 III-2016 IV-2016
PKRT PMTB PKP PDRB
2015 2016 2015 2016 PertubuhanLaju Distribusi SoG
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
A. Pertanian, Kehutanan, Perikanan 10.793.840 11.456.173 7.667.602 7.779.801 1,46 10,41 0,13 B. Pertambangan dan Penggalian 573.133 593.156 471.323 473.299 0,42 0,54 0,00 C. Industri Pengolahan 13.303.468 14.547.753 10.693.036 11.234.804 5,07 13,21 0,65 D. Pengadaan Listrik dan Gas 118.012 141.794 127.701 145.910 14,26 0,13 0,02 E. Pengadaan Air, Pengeloolaan
Sampah, Limbah 109.697 114.765 85.260 87.268 2,36 0,10 0,00 F. Konstruksi 9.499.917 10.286.734 7.826.701 8.250.608 5,42 9,34 0,51 G. Perdag. Besar&Eceran, Reparasi
Mobil&Spd.Motor 8.342.646 9.332.038 6.944.903 7.367.624 6,09 8,48 0,51 H. Transportasi dan Pergudangan 5.765.069 6.253.137 4.541.309 4.750.561 4,61 5,68 0,25 I. Akomodasi dan Makan Minum 10.383.391 11.255.100 7.842.132 8.274.501 5,51 10,22 0,52 J. Informasi dan Komunikasi 8.244.242 8.957.494 8.891.145 9.630.639 8,32 8,14 0,89 K. Jasa Keuangan dan Asuransi 4.028.358 4.342.146 3.060.733 3.213.222 4,98 3,94 0,18 L. Real Estate 7.116.820 7.808.289 6.082.489 6.395.209 5,14 7,09 0,37 M,N. Jasa Perusahaan 1.048.359 1.115.194 991.564 1.025.558 3,43 1,01 0,04 O. Adm. Pemerintahan,
Pertahanan,Jaminan Sosial 8.379.232 9.217.108 6.304.911 6.656.183 5,57 8,37 0,42 P. Jasa Pendidikan 8.598.744 9.088.421 7.444.277 7.672.850 3,07 8,25 0,27 Q. Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial 2.553.551 2.764.049 2.210.406 2.310.356 4,52 2,51 0,12 R,S,T,U. Jasa Lainnya 2.589.171 2.824.990 2.288.950 2.419.533 5,70 2,57 0,16
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 101.447.650 110.098.341 83.474.441 87.687.927 5,05 100,00 5,05
Harga Konstan 2010
(Juta Rupiah) 2016
Lapangan Usaha
Harga Berlaku (Juta Rupiah)
Tabel 2.
Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Pengeluaran Tahun Dasar 2010 Tahun 2015 (Persen)
Tabel 3.
PDRB dan PDRB Perkapita D.I. Yogyakarta Tahun Dasar 2010 Tahun 2014 – 2016
2015 2016 2015 2016 Pertumbuhan Laju Distribusi SoG
(1) (2) (3) (5) (6) (7) (8) (9)
1. Konsumsi Rumah Tangga 68.730.528 74.429.796 50.193.386 52.614.164 4,82 67,60 2,90
2. Konsumsi LNPRT 3.171.193 3.220.070 2.384.374 2.357.344 -1,13 2,92 -0,03
3. Konsumsi Pemerintah 17.214.154 18.441.761 12.719.134 12.987.746 2,11 16,75 0,32
4. Pembentukan Modal tetap Bruto 30.798.881 33.428.978 22.286.615 23.616.948 5,97 30,36 1,59
5. Inventori 1.151.797 1.295.788 974.645 1.045.164 7,24 1,18 0,08
6. Ekspor Luar Negeri 6.266.264 6.495.282 4.416.252 4.400.889 -0,35 5,90 -0,02
7. Impor Luar Negeri 5.066.145 5.922.732 3.728.749 4.492.511 20,48 5,38 0,91
8. Net Ekspor Antar Daerah -20.819.021 -21.290.602 -5.771.216 -4.841.817 -16,10 -19,34 1,11
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) 101.447.650 110.098.341 83.474.441 87.687.927 5,05 100,00 5,05
Jenis Pengeluaran
2016
(Juta Rupiah) (Juta Rupiah)
Atas Dasar Atas Dasar
Harga Berlaku Harga Konstan 2010
2014 2015 2016
(2) (3) (4)
PDRB
- Berlaku (juta Rupiah) 92.842.484 101.447.650 110.098.341 - Konstan (juta Rupiah) 79.536.082 83.474.441 87.687.927
Pertumbuhan Ekonomi 5,17 4,95 5,05
PDRB perkapita ADHB
- Nilai (Juta Rupiah) 25.526.402 27.573.470 29.589.074 (1)
Tabel 4. Ringkasan PDRB Provinsi-Provinsi Thd Pulau Thd 34 Prov Sumatera 2.789.056.643,88 2.045.251.334,57 4,29 4,29 0,93 100,00 22,03 01. Aceh 137.277.419,64 116.386.730,55 3,31 3,31 0,04 4,92 1,08 02. Sumatra Utara 628.394.156,32 463.775.464,86 5,18 5,18 0,25 22,53 4,96 03. Sumatra Barat 195.682.525,01 148.110.750,47 5,26 5,26 0,08 7,02 1,55 04. Riau 682.351.091,85 458.998.092,72 2,23 2,23 0,11 24,47 5,39 05. Jambi 171.711.448,64 130.499.632,09 4,37 4,37 0,06 6,16 1,36 06. Sumatra Selatan 355.419.170,96 266.815.411,74 5,03 5,03 0,14 12,74 2,81 07. Bengkulu 55.402.507,51 40.082.870,83 5,30 5,30 0,02 1,99 0,44 08. Lampung 281.113.138,68 209.807.185,73 5,15 5,15 0,11 10,08 2,22 09. Kep. Bangka Belitung 65.125.286,62 47.852.691,82 4,11 4,11 0,02 2,34 0,51 10. Kepulauan Riau 216.579.898,65 162.922.503,76 5,03 5,03 0,09 7,77 1,71 Jawa 7.403.208.190,93 5.544.826.099,88 5,59 5,59 3,25 100,00 58,49 11. DKI Jakarta 2.177.119.883,78 1.539.376.654,42 5,85 5,85 0,94 29,41 17,20 12. Jawa Barat 1.652.589.443,18 1.275.546.477,15 5,67 5,67 0,76 22,32 13,06 13. Jawa Tengah 1.092.030.920,28 849.383.564,59 5,28 5,28 0,47 14,75 8,63 14. DI Yogyakarta 110.098.340,80 87.687.926,63 5,05 5,05 0,05 1,49 0,87 15. Jawa Timur 1.855.042.702,44 1.405.236.110,97 5,55 5,55 0,82 25,06 14,65 16. Banten 516.326.900,45 387.595.366,12 5,26 5,26 0,21 6,97 4,08
Bali dan Nusa Tenggara 395.795.678,22 291.516.430,64 5,89 5,89 0,18 100,00 3,13
17. Bali 195.376.307,98 137.192.524,64 6,24 6,24 0,09 49,36 1,54 18. Nusa Tenggara Barat 116.246.732,99 94.548.205,91 5,82 5,82 0,06 29,37 0,92 19. Nusa Tenggara Timur 84.172.637,26 59.775.700,09 5,18 5,18 0,03 21,27 0,66
Kalimantan 994.111.046,07 807.963.704,59 2,01 2,01 0,18 100,00 7,85 20. Kalimantan Barat 161.491.917,64 118.184.631,56 5,22 5,22 0,06 16,24 1,28 21. Kalimantan Tengah 112.441.204,71 83.909.489,37 6,36 6,36 0,06 11,31 0,89 22. Kalimantan Selatan 146.325.615,23 115.727.546,78 4,38 4,38 0,05 14,72 1,16 23. Kalimantan Timur 507.073.762,02 438.977.044,54 -0,38 -0,38 -0,02 51,01 4,01 24 Kalimantan Utara 66.778.546,48 51.164.992,35 3,75 3,75 0,02 6,72 0,53 Sulawesi 764.760.802,98 563.977.125,77 7,42 7,42 0,43 100,00 6,04 25 Sulawesi Utara 100.537.360,84 74.771.065,86 6,17 6,17 0,05 13,15 0,79 26 Sulawesi Tengah 120.232.866,52 91.070.553,88 9,98 9,98 0,09 15,72 0,95 27 Sulawesi Selatan 379.209.481,75 269.338.548,61 7,41 7,41 0,21 49,59 3,00 28 Sulawesi Tenggara 96.982.959,52 77.739.545,56 6,51 6,51 0,05 12,68 0,77 29 Gorontalo 31.823.646,81 23.507.152,73 6,52 6,52 0,02 4,16 0,25 30 Sulawesi Barat 35.974.487,54 27.550.259,15 6,03 6,03 0,02 4,70 0,28
Maluku dan Papua 311.233.726,71 245.035.149,67 7,45 7,45 0,19 100,00 2,46
31 Maluku 37.062.642,66 26.291.193,81 5,76 5,76 0,02 11,91 0,29 32 Maluku Utara 29.165.227,90 21.556.321,79 5,77 5,77 0,01 9,37 0,23 33 Papua Barat 66.635.513,21 54.711.282,18 4,52 4,52 0,03 21,41 0,53 34 Papua 178.370.342,93 142.476.351,89 9,21 9,21 0,13 57,31 1,41 PROPINSI Total C SoG Kontribusi ADHB ADHK Y
PENJELASAN TEKNIS
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah :
a. Jumlah nilai tambah atas produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh unit
produksi yang dimiliki oleh penduduk suatu daerah;
b. Jumlah pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh rumah tangga, lembaga swasta
nirlaba, dan pemerintah, serta untuk pembentukan modal tetap, perubahan inventori /
stok dan ekspor neto (ekspor dikurangi impor) suatu daerah;
c. Jumlah pendapatan (balas jasa) yang diterima oleh faktor produksi (tenaga kerja, tanah,
modal & kewiraswastaan/entrepreneurship) plus penyusutan dan pajak tidak langsung neto (pajak tidak langsung dikurangi subsidi) yang dimiliki oleh penduduk suatu daerah;
dalam jangka waktu tertentu (satu triwulan/semester/tahun).
Metode penghitungan PDRB berdasarkan 3 (tiga) pendekatan: a. Produksi (Sektor Ekonomi/Lapangan Usaha) Supply side
b. Penggunaan (Pengeluaran) Demand side
c. Pendapatan Income side Penyajian PDRB:
a. Atas dasar harga berlaku harga komoditas barang dan jasa berdasarkan tahun berjalan. b. Atas dasar harga konstan harga komoditas barang dan jasa pada tahun dasar referensi
2000.
Peranan (Share) suatu sektor/komponen penggunaan terhadap perekonomian wilayah dihitung berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku untuk melihat struktur ekonomi.
Pertumbuhan (Growth) suatu sektor/komponen penggunaan terhadap perekonomian wilayah dihitung berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan untuk melihat perubahan volume (kuantum) produksi.
Pertumbuhan ekonomi q-to-q : PDRB harga konstan pada suatu triwulan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya secara berantai pada tahun yang sama ataupun berlainan (quarter to quarter economic growth).
Pertumbuhan ekonomi y-on-y : PDRB harga konstan pada suatu triwulan/tahun dibandingkan dengan triwulan/tahun yang sama pada tahun sebelumnya (year on year economic growth).
Pertumbuhan ekonomi c-to-c : PDRB harga konstan kumulatif sampai dengan suatu triwulan dibandingkan dengan kumulatif sampai dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya
(cumulative to cumulative economic growth).
Pengeluaran konsumsi rumah tangga mencakup semua pengeluaran untuk konsumsi barang dan jasa, dikurangi dengan penjualan neto barang bekas dan sisa yang dilakukan oleh rumah
tangga (termasuk lembaga swasta nirlaba yang melayani rumah tangga) selama periode
tertentu (triwulan/semester/tahun).
Pengeluaran konsumsi pemerintah mencakup pengeluaran untuk belanja pegawai, penyusutan dan belanja barang (termasuk biaya perjalanan, pemeliharaan dan pengeluaran lain yang
bersifat rutin) baik yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah selama
periode tertentu (triwulan/ semester/tahun), tidak termasuk penerimaan dari produksi barang
dan jasa yang dihasilkan oleh pemerintah, yang bukan dikonsumsi oleh pemerintah tetapi
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) adalah investasi fisik yang dilakukan oleh rumah tangga, pemerintah dan swasta dalam hal pengadaan, pembuatan/perbaikan besar maupun
pembelian barang modal baru produksi domestik ataupun barang modal baru/bekas dari luar
negeri (impor) dikurangi dengan penjualan barang modal bekas pada suatu periode tertentu
(triwulan/semester/tahun). Investasi fisik dimaksud berupa: bangunan (tempat tinggal maupun