• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Helmiati, SH, M.SI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. Helmiati, SH, M.SI"

Copied!
260
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KATA PENGANTAR

Buku Data dan Informasi Perkembangan Daerah Tertentu

(Daerah Rawan Bencana) ini disusun dengan mengacu pada

Undang-undang Tentang Penanggulangan Bencana Nomor 24 Tahun 2007,

Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan

Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2016 Tentang

Pengelolaan Data dan Informasi Desa, Daerah Tertinggal, dan

Transmigrasi. Buku ini berisikan gambaran umum dan perkembangan

kondisi daerah rawan bencana di Indonesia.

Data dan informasi perkembangan daerah tertentu di Indonesia

yang disajikan dalam buku ini meliputi gambaran umum daerah rawan

bencana yang terdiri dari sebaran dan upaya antisipasi bencana dan

didasarkan pada 7 (tujuh) wilayah di Indoneisa, meliputi Wilayah

Sumatera, Jawa, Kalimantan, Bali dan Nusa Tenggara, Sulawesi,

Maluku, dan Papua. Data yang disajikan merupakan data yang

bersumber dari instansi terkait serta sumber-sumber lain sesuai dengan

kebutuhan dalam kajian perkembangan daerah rawan bencana.

Buku Perkembangan Daerah Tertentu (Daerah Rawan Bencana)

ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan acuan dalam

penyusunan kajian dan rencana serta program pengembangan daerah

rawan bencana yang akan datang.

Jakarta, Oktober 2016

Kepala

Pusat Data dan Informasi

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan dan Sasaran ... 2

1.3. Ruang Lingkup Pembahasan ... 3

1.4. Tim Penyusun ... 4

BAB II METODOLOGI ... 5

2.1. Pengumpulan Data ... 5

2.2. Pengolahan Data ... 6

2.3. Penganalisisan dan Penyajian Data ... 8

BAB III DESKRIPSI DAERAH RAWAN BENCANA ... 9

3.1. Perkembangan Daerah Rawan Bencana Tahun 2011 – 2013 ... 11

3.2. Daerah Tertinggal yang Dikategorikan sebagai Daerah Rawan Bencana ... 15

3.3. Tipologi Desa Berdasarkan Indeks Pembangunan Desa (IPD) di Daerah Rawan Bencana ... 16

3.4. Kawasan Perdesaan di Daerah Rawan Bencana ... 17

3.5. Permukiman Transmigrasi di Daerah Rawan Bencana ... 18

3.6. Kawasan Perkotaan Baru/Kota Terpadu Mandiri di Daerah Rawan Bencana ... 20

BAB IV IDENTIFIKASI SEBARAN DAN KONDISI DAERAH RAWAN BENCANA ... 22

4.1. Daerah Rawan Bencana di Wilayah Sumatera... 22

4.1.1. Sebaran Daerah Rawan Bencana di Wilayah Sumatera ... 22

(4)

4.1.2. Upaya Antisipasi Bencana Alam di Wilayah

Sumatera ... 28

4.1.3. Korban Akibat Bencana di Wilayah Sumatera... 32

4.1.4. Kerusakan Akibat Bencana di Wilayah Sumatera .. 37

4.2. Daerah Rawan Bencana di Wilayah Jawa ... 44

4.2.1. Sebaran Daerah Rawan Bencana di Wilayah Jawa ... 44

4.2.2. Upaya Antisipasi Bencana Alam di Wilayah Jawa ... 49

4.2.3. Korban Akibat Bencana di Wilayah Jawa ... 53

4.2.4. Kerusakan Akibat Bencana di Wilayah Jawa ... 57

4.2 Daerah Rawan Bencana di Wilayah Kalimantan ... 63

4.3.1 Sebaran Daerah Rawan Bencana di Wilayah Kalimantan ... 64

4.3.2. Upaya Antisipasi Bencana Alam di Wilayah Kalimantan ... 69

4.3.3. Korban Akibat Bencana di Wilayah Kalimantan ... 72

4.3.4. Kerusakan Akibat Bencana di Wilayah Kalimantan 76 4.4. Daerah Rawan Bencana di Wilayah Bali dan Nusa Tenggara ... 82

4.4.1 Sebaran Daerah Rawan Bencana di Wilayah Bali dan Nusa Tenggara ... 83

4.4.2. Upaya Antisipasi Bencana Alam di Wilayah Bali dan Nusa Tenggara ... 89

4.4.3. Korban Akibat Bencana di Wilayah Bali dan Nusa Tenggara ... 92

4.4.3. Kerusakan Akibat Bencana di Wilayah Bali dan Nusa Tenggara ... 96

4.5. Daerah Rawan Bencana di Wilayah Sulawesi ... 101

4.5.1. Sebaran Daerah Rawan Bencana di Wilayah Sulawesi ... 101

(5)

4.5.2. Upaya Antisipasi Bencana Alam di Wilayah

Sulawesi ... 107

4.5.3. Korban Akibat Bencana di Wilayah Sulawesi ... 110

4.4.4. Kerusakan Akibat Bencana di Wilayah Sulawesi ... 114

4.6. Daerah Rawan Bencana di Wilayah Maluku ... 120

4.6.1. Sebaran Daerah Rawan Bencana di Wilayah Maluku ... 121

4.6.2. Upaya Antisipasi Bencana Alam di Wilayah Maluku ... 126

4.6.3. Korban Akibat Bencana di Wilayah Maluku ... 129

4.6.4. Kerusakan Akibat Bencana di Wilayah Maluku ... 132

4.7. Daerah Rawan Bencana di Wilayah Papua ... 136

4.7.1. Sebaran Daerah Rawan Bencana di Wilayah Papua ... 137

4.7.2. Upaya Antisipasi Bencana Alam di Wilayah Papua ... 143

4.7.3. Korban Akibat Bencana di Wilayah Papua ... 146

4.7.4. Kerusakan Akibat Bencana di Wilayah Papua ... 150

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 155

5.1 Kesimpulan ... 155

5.2 Saran ... 158

DAFTAR PUSTAKA ... 159

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jenis Ancaman Bencana di Indonesia ... 10 Tabel 3.2. Perkembangan Sebaran Daerah Rawan Bencana di

Indonesia Tahun 2011 – 2013 ... 11 Tabel 3.3. Perkembangan Daerah Rawan Bencana Berdasarkan Kelas

Indeks Risiko Bencana Indonesia Tahun 2011-2013 ... 12 Tabel 3.4 Jumlah Kabupaten Tertinggal Berdasarkan Kelas Indeks

Risiko Bencana Indonesia Tahun 2013 ... 16 Tabel 3.5 Rekapitulasi Perbandingan Tipologi berdasarkan IPD pada

Daerah Rawan Bencana ... 17 Tabel 3.6 Kawasan Perdesaan di Daerah Rawan Bencana ... 18 Tabel 3.7 Unit Permukiman Transmigrasi Bina di Daerah Rawan

Bencana ... 19 Tabel 3.8 Unit Permukiman Transmigrasi Serah di Daerah Rawan

Bencana ... 20 Tabel 3.9 Kawasan Perkotaan Baru/Kota Terpadu Mandiri di Daerah

Rawan Bencana ... 21 Tabel 4.1 Sebaran Daerah Rawan Bencana di Wilayah Sumatera

Tahun 2013 ... 23 Tabel 4.2 Sebaran Daerah Rawan Bencana yang Dikategorikan

Sebagai Daerah Tertinggal di Wilayah Sumatera ... 24 Tabel 4.3 Perkembangan Daerah Rawan Bencana di Wilayah

Sumatera ... 25 Tabel 4.4 Perkembangan Keberadaan Sistem Peringatan Dini Khusus

Tsunami di Wilayah Sumatera Tahun 2011 dan 2014 ... 29 Tabel 4.5 Perkembangan Keberadaan Perlengkapan Keselamatan di

Wilayah Sumatera Tahun 2011 dan 2014 ... 30 Tabel 4.6 Jumlah Desa dengan Keberadaan Sistem Peringatan Dini

Bencana Alam di Wilayah Sumatera Tahun 2014 ... 31 Tabel 4.7 Jumlah Desa dengan Keberadaan Jalur Evakuasi di Wilayah

(7)

Tabel 4.8 Jumlah dan Persentase Korban Meninggal Akibat Bencana di Wilayah Sumatera Tahun 2014 dan 2015 ... 33 Tabel 4.9 Jumlah dan Persentase Korban Hilang Akibat Bencana di

Wilayah Sumatera Tahun 2014 dan 2015 ... 34 Tabel 4.10 Jumlah dan Persentase Korban Terluka Akibat Bencana di

Wilayah Sumatera Tahun 2014 dan 2015 ... 35 Tabel 4.11 Jumlah dan Persentase Korban Menderita Akibat Bencana

di Wilayah Sumatera Tahun 2014 dan 2015 ... 36 Tabel 4.12 Jumlah dan Persentase Korban Mengungsi Akibat Bencana

di Wilayah Sumatera Tahun 2014 dan 2015 ... 37 Tabel 4.13 Jumlah dan Persentase Keruskan Rumah Akibat Bencana di

Wilayah Sumatera Tahun 2014 dan 2015 ... 38 Tabel 4.14 Jumlah dan Persentase Keruskan Fasilitas Peribadatan

Akibat Bencana di Wilayah Sumatera Tahun 2014 dan 2015 ... 39 Tabel 4.15 Jumlah dan Persentase Keruskan Fasilitas Pendidikan

Akibat Bencana di Wilayah Sumatera Tahun 2014 dan 2015 ... 40 Tabel 4.16 Jumlah dan Persentase Keruskan Fasilitas Kesehatan

Akibat Bencana di Wilayah Sumatera Tahun 2014 dan 2015 ... 41 Tabel 4.17 Jumlah dan Persentase Keruskan Jalan Akibat Bencana di

Wilayah Sumatera Tahun 2014 dan 2015 ... 42 Tabel 4.18 Jumlah dan Persentase Keruskan Lahan Akibat Bencana di

Wilayah Sumatera Tahun 2014 dan 2015 ... 43 Tabel 4.19 Sebaran Daerah Rawan Bencana di Wilayah Jawa... 45 Tabel 4.20 Sebaran Daerah Rawan Bencana yang Dikategorikan

Sebagai Daerah Tertinggal di Wilayah Jawa ... 46 Tabel 4.21 Perkembangan Daerah Rawan Bencana di Wilayah Jawa

(8)

Tabel 4.22 Perkembangan Keberadaan Sistem Peringatan Dini Khusus Tsunami di Wilayah Jawa Tahun 2011 dan 2014 ... 50 Tabel 4.23 Perkembangan Keberadaan Perlengkapan Keselamatan di

Wilayah Jawa Tahun 2011 dan 2014 ... 51 Tabel 4.24 Jumlah Desa dengan Keberadaan Sistem Peringatan Dini

Bencana Alam di Wilayah Jawa Tahun 2014... 52 Tabel 4.25 Jumlah Desa dengan Keberadaan Jalur Evakuasi di Wilayah

Jawa Tahun 2014 ... 53 Tabel 4.26 Jumlah dan Persentase Korban Meninggal Akibat Bencana

di Wilayah Jawa Tahun 2014 dan 2015 ... 53 Tabel 4.27 Jumlah dan Persentase Korban Meninggal Akibat Bencana

di Wilayah Jawa Tahun 2014 dan 2015 ... 54 Tabel 4.28 Jumlah dan Persentase Korban Terluka Akibat Bencana di

Wilayah Jawa Tahun 2014 dan 2015 ... 55 Tabel 4.29 Jumlah dan Persentase Korban Menderita Akibat Bencana

di Wilayah Jawa Tahun 2014 dan 2015 ... 56 Tabel 4.30 Jumlah dan Persentase Korban Mengungsi Akibat Bencana

di Wilayah Jawa Tahun 2014 dan 2015 ... 57 Tabel 4.31 Jumlah dan Persentase Kerusakan Rumah Akibat Bencana

di Wilayah Jawa Tahun 2014 dan 2015 ... 58 Tabel 4.32 Jumlah dan Persentase Kerusakan Fasilitas Peribadatan

Akibat Bencana di Wilayah Jawa Tahun 2014 dan 2015 ... 59 Tabel 4.33 Jumlah dan Persentase Kerusakan Fasilitas Pendidikan

Akibat Bencana di Wilayah Jawa Tahun 2014 dan 2015 ... 60 Tabel 4.34 Jumlah dan Persentase Kerusakan Fasilitas Kesehatan

Akibat Bencana di Wilayah Jawa Tahun 2014 dan 2015 ... 61 Tabel 4.35 Jumlah dan Persentase Kerusakan Jalan Akibat Bencana di

Wilayah Jawa Tahun 2014 dan 2015 ... 62 Tabel 4.36 Jumlah dan Persentase Kerusakan Lahan Akibat Bencana di

Wilayah Jawa Tahun 2014 dan 2015 ... 63 Tabel 4.37 Sebaran Daerah Rawan Bencana di Wilayah Kalimantan ... 64

(9)

Tabel 4.38 Sebaran Daerah Rawan Bencana yang Dikategorikan Sebagai Daerah Tertinggal di Wilayah Kalimantan ... 65 Tabel 4.39 Perkembangan Daerah Rawan Bencana di Wilayah

Kalimantan Tahun 2011-2013 ... 66 Tabel 4.40 Perkembangan Keberadaan Sistem Peringatan Dini Khusus

Tsunami di Wilayah Kalimantan Tahun 2011 dan 2014 ... 69 Tabel 4.41 Perkembangan Keberadaan Perlengkapan Keselamatan di

Wilayah Kalimantan Tahun 2011 dan 2014 ... 70 Tabel 4.42 Jumlah Desa dengan Keberadaan Peringatan Dini Bencana

Alam di Wilayah Kalimantan Tahun 2014 ... 71 Tabel 4.43 Jumlah Desa dengan Keberadaan Jalur Evakuasi di Wilayah

Kalimantan Tahun 2014 ... 72 Tabel 4.44 Jumlah dan Persentase Korban Meninggal Akibat Bencana

di Wilayah Kalimantan Tahun 2014 dan 2015 ... 72 Tabel 4.45 Jumlah dan Persentase Korban HIlang Akibat Bencana di

Wilayah Kalimantan Tahun 2014 dan 2015 ... 73 Tabel 4.46 Jumlah dan Persentase Korban Terluka Akibat Bencana di

Wilayah Kalimantan Tahun 2014 dan 2015 ... 74 Tabel 4.47 Jumlah dan Persentase Korban Menderita Akibat Bencana

di Wilayah Kalimantan Tahun 2014 dan 2015 ... 75 Tabel 4.48 Jumlah dan Persentase Korban Mengungsi Akibat Bencana

di Wilayah Kalimantan Tahun 2014 dan 2015 ... 76 Tabel 4.49 Jumlah dan Persentase Kerusakan Rumah Akibat Bencana

di Wilayah Kalimantan Tahun 2014 dan 2015 ... 77 Tabel 4.50 Jumlah dan Persentase Kerusakan Fasilitas Peribadatan

Akibat Bencana di Wilayah Kalimantan Tahun 2014 dan 2015 ... 78 Tabel 4.51 Jumlah dan Persentase Kerusakan Fasilitas Pendidikan

Akibat Bencana di Wilayah Kalimantan Tahun 2014 dan 2015 ... 79

(10)

Tabel 4.52 Jumlah dan Persentase Kerusakan Fasilitas Kesehatan Akibat Bencana di Wilayah Kalimantan Tahun 2014 dan 2015 ... 80 Tabel 4.53 Jumlah dan Persentase Kerusakan Jalan Akibat Bencana di

Wilayah Kalimantan Tahun 2014 dan 2015 ... 81 Tabel 4.54 Jumlah dan Persentase Kerusakan Lahan Akibat Bencana di

Wilayah Kalimantan Tahun 2014 dan 2015 ... 82 Tabel 4.55 Sebaran Daerah Rawan Bencana di Wilayah Bali dan Nusa

Tenggara Tahun 2013 ... 84 Tabel 4.56 Sebaran Daerah Rawan Bencana yang Dikategorikan

Sebagai Daerah Tertinggal di Wilayah Bali dan Nusa Tenggara ... 84 Tabel 4.57 Perkembangan Daerah Rawan Bencana di Wilayah Bali dan

Nusa Tenggara Tahun 2011-2013 ... 86 Tabel 4.58 Perkembangan Keberadaan Sistem Peringatan Dini Khusus

Tsunami di Wilayah Bali dan Nusa Tenggara Tahun 2011 dan 2014 ... 89 Tabel 4.59 Perkembangan Keberadaan Perlengkapan Keselamatan di

Wilayah Bali dan Nusa Tenggara Tahun 2011 dan 2014 ... 91 Tabel 4.60 Jumlah Desa dengan Keberadaan Sistem Peringatan Dini

Bencana Alam di Wilayah Bali dan Nusa Tenggara Tahun 2014 ... 91 Tabel 4.61 Jumlah Desa dengan Keberadaan Jalur Evakuasi di Wilayah

Bali dan Nusa Tenggara Tahun 2014 ... 92 Tabel 4.62 Jumlah dan Persentase Korban Meninggal Akibat Bencana

di Wilayah Bali dan Nusa Tenggara Tahun 2014 dan 2015 ... 92 Tabel 4.63 Jumlah dan Persentase Korban Hilang Akibat Bencana di

Wilayah Bali dan Nusa Tenggara Tahun 2014 dan 2015 ... 93 Tabel 4.64 Jumlah dan Persentase Korban Terluka Akibat Bencana di

(11)

Tabel 4.65 Jumlah dan Persentase Korban Menderita Akibat Bencana di Wilayah Bali dan Nusa Tenggara Tahun 2014 dan 2015 ... 95 Tabel 4.66 Jumlah dan Persentase Korban Mengungsi Akibat Bencana

di Wilayah Bali dan Nusa Tenggara Tahun 2014 dan 2015 ... 96 Tabel 4.67 Jumlah dan Persentase Kerusakan Rumah Akibat Bencana

di Wilayah Bali dan Nusa Tenggara Tahun 2014 dan 2015 ... 97 Tabel 4.68 Jumlah dan Persentase Kerusakan Fasilitas Peribadatan

Akibat Bencana di Wilayah Bali dan Nusa Tenggara Tahun 2014 dan 2015 ... 98 Tabel 4.69 Jumlah dan Persentase Kerusakan Fasilitas Pendidikan

Akibat Bencana di Wilayah Bali dan Nusa Tenggara Tahun 2014 dan 2015 ... 99 Tabel 4.70 Jumlah dan Persentase Kerusakan Fasilitas Kesehatan

Akibat Bencana di Wilayah Bali dan Nusa Tenggara Tahun 2014 dan 2015 ... 100 Tabel 4.71 Jumlah dan Persentase Kerusakan Lahan Akibat Bencana di

Wilayah Bali dan Nusa Tenggara Tahun 2014 dan 2015 ... 101 Tabel 4.72 Sebaran Daerah Rawan Bencana di Wilayah Sulawesi ... 102 Tabel 4.73 Sebaran Daerah Rawan Bencana yang Dikategorikan

Sebagai Daerah Tertinggal di Wilayah Sulawesi ... 103 Tabel 4.74 Perkembangan Daerah Rawan Bencana di Wilayah

Sulawesi Tahun 2011-2013 ... 104 Tabel 4.75 Perkembangan Keberadaan Sistem Peringatan Dini Khusus

Tsunami di Wilayah Sulawesi Tahun 2011 dan 2014 ... 107 Tabel 4.76 Perkembangan Keberadaan Perlengkapan Keselamatan di

Wilayah Sulawesi Tahun 2011 dan 2014 ... 108 Tabel 4.77 Jumlah Desa dengan Keberadaan Sistem Peringatan Dini

(12)

Tabel 4.78 Jumlah Desa dengan Keberadaan Jalur Evakuasi di Wilayah Sulawesi Tahun 2014 ... 110 Tabel 4.79 Jumlah dan Persentase Korban Meninggal Akibat Bencana

di Wilayah Sulawesi Tahun 2014 dan 2015 ... 110 Tabel 4.80 Jumlah dan Persentase Korban Hilang Akibat Bencana di

Wilayah Sulawesi Tahun 2014 dan 2015 ... 111 Tabel 4.81 Jumlah dan Persentase Korban Terluka Akibat Bencana di

Wilayah Sulawesi Tahun 2014 dan 2015 ... 112 Tabel 4.82 Jumlah dan Persentase Korban Menderita Akibat Bencana

di Wilayah Sulawesi Tahun 2014 dan 2015 ... 113 Tabel 4.83 Jumlah dan Persentase Korban Mengungsi Akibat Bencana

di WIlayah Sulawesi Tahun 2014 dan 2015 ... 114 Tabel 4.84 Jumlah dan Persentase Kerusakan Rumah Akibat Bencana

di Wilayah Sulawesi Tahun 2014 dan 2015 ... 115 Tabel 4.85 Jumlah dan Persentase Kerusakan Fasilitas Peribadatan

Akibat Bencana di Wilayah Sulawesi Tahun 2014 dan 2015 ... 116 Tabel 4.86 Jumlah dan Persentase Kerusakan Fasilitas Pendidikan

Akibat Bencana di Wilayah Sulawesi Tahun 2014 dan 2015 ... 117 Tabel 4.87 Jumlah dan Persentase Kerusakan Fasilitas Kesehatan

Akibat Bencana di Wilayah Sulawesi Tahun 2014 dan 2015 ... 118 Tabel 4.88 Jumlah dan Persentase Kerusakan Jalan Akibat Bencana di

Wilayah Sulawesi Tahun 2014 dan 2015 ... 119 Tabel 4.89 Jumlah dan Persentase Kerusakan Lahan Akibat Bencana di

Wilayah Sulawesi Tahun 2014 dan 2015 ... 120 Tabel 4.90 Sebaran Daerah Rawan Bencana di Wilayah Maluku ... 121 Tabel 4.91 Sebaran Daerah Rawan Bencana yang Dikategorikan

(13)

Tabel 4.92 Perkembangan Daerah Rawan Bencana di Wilayah Maluku Tahun 2011-2013 ... 123 Tabel 4.93 Perkembangan Keberadaan Sistem Peringatan Dini Khusus

Tsunami di Wilayah Maluku Tahun 2011 dan 2014 ... 126 Tabel 4.94 Perkembangan Keberadaan Perlengkapan Keselamatan di

Wilayah Maluku Tahun 2011 dan 2014 ... 127 Tabel 4.95 Jumlah Desa dengan Keberadaan Sistem Peringatan Dini

Bencana Alam di Wilayah Maluku Tahun 2014 ... 128 Tabel 4.96 Jumlah Desa dengan Keberadaan Jalur Evakuasi di Wilayah

Maluku Tahun 2014 ... 129 Tabel 4.97 Jumlah dan Persentase Korban Meninggal Akibat Bencana

di Wilayah Maluku Tahun 2014 dan 2015 ... 129 Tabel 4.98 Jumlah dan Persentase Korban Hilang Akibat Bencana di

Wilayah Maluku Tahun 2014 dan 2015 ... 130 Tabel 4.99 Jumlah dan Persentase Korban Terluka Akibat Bencana di

Wilayah Maluku Tahun 2014 dan 2015 ... 130 Tabel 4.100 Jumlah dan Persentase Korban Menderita Akibat Bencana

di Wilayah Maluku Tahun 2014 dan 2015 ... 131 Tabel 4.101 Jumlah dan Persentase Korban Mengungsi Akibat Bencana

di Wilayah Maluku Tahun 2014 dan 2015 ... 132 Tabel 4.102 Jumlah dan Persentase Kerusakan Rumah Akibat Bencana

di Wilayah Maluku Tahun 2014 dan 2015 ... 133 Tabel 4.103 Jumlah dan Persentase Kerusakan Fasilitas Peribadatan

Akibat Bencana di Wilayah Maluku Tahun 2014 dan 2015 ... 134 Tabel 4.104 Jumlah dan Persentase Kerusakan Fasilitas Pendidikan

Akibat Bencana di Wilayah Maluku Tahun 2014 dan 2015 ... 135 Tabel 4.105 Jumlah dan Persentase Kerusakan Fasilitas Kesehatan

Akibat Bencana di Wilayah Maluku Tahun 2014 dan 2015 ... 135

(14)

Tabel 4.106 Jumlah dan Persentase Kerusakan Jalan Akibat Bencana di Wilayah Maluku Tahun 2014 dan 2015 ... 136 Tabel 4.107 Jumlah dan Persentase Kerusakan Lahan Akibat Bencana di

Wilayah Maluku Tahun 2014 dan 2015 ... 136 Tabel 4.108 Sebaran Daerah Rawan Bencana di Wilayah Papua ... 137 Tabel 4.109 Sebaran Daerah Rawan Bencana yang Dikategorikan

Sebagai Daerah Tertinggal di Wilayah Papua ... 138 Tabel 4.110 Perkembangan Daerah Rawan Bencana di Wilayah

Papua... 140 Tabel 4.111 Perkembangan Keberadaan Sistem Peringatan Dini Khusus

Tsunami di Wilayah Papua Tahun 2011 dan 2014 ... 143 Tabel 4.112 Perkembangan Keberadaan Perlengkapan Keselamatan di

Wilayah Papua Tahun 2011 dan 2014... 145 Tabel 4.113 Jumlah Desa dengan Keberadaan Sistem Peringatan Dini

Bencana Alam di Wilayah Papua Tahun 2014 ... 146 Tabel 4.114 Jumlah Desa dengan Keberadaan Jalur Evakuasi di Wilayah

Papua Tahun 2014 ... 146 Tabel 4.115 Jumlah dan Persentase Korban Meninggal Akibat Bencana

di Wilayah Papua Tahun 2014 dan 2015 ... 147 Tabel 4.116 Jumlah dan Persentase Korban Hilang Akibat Bencana di

Wilayah Papua Tahun 2014 dan 2015... 147 Tabel 4.117 Jumlah dan Persentase Korban Terluka Akibat Bencana di

Wilayah Papua Tahun 2014 dan 2015... 148 Tabel 4.118 Jumlah dan Persentase Korban Menderita Akibat Bencana

di Wilayah Papua Tahun 2014 dan 2015 ... 149 Tabel 4.119 Jumlah dan Persentase Korban Mengungsi Akibat Bencana

di Wilayah Papua Tahun 2014 dan 2015 ... 149 Tabel 4.120 Jumlah dan Persentase Kerusakan Rumah Akibat Bencana

(15)

Tabel 4.121 Jumlah dan Persentase Kerusakan Fasilitas Peribadatan Akibat Bencana di Wilayah Papua Tahun 2014 dan 2015 ... 151 Tabel 4.122 Jumlah dan Persentase Kerusakan Fasilitas Pendidikan

Akibat Bencana di Wilayah Papua Tahun 2014 dan 2015 ... 152 Tabel 4.123 Jumlah dan Persentase Kerusakan Fasilitas Kesehatan

Akibat Bencana di Wilayah Papua Tahun 2014 dan 2015 ... 153 Tabel 4.124 Jumlah dan Persentase Kerusakan Jalan Akibat Bencana di

Wilayah Papua Tahun 2014 dan 2015... 153 Tabel 4.125 Jumlah dan Persentase Kerusakan Lahan Akibat Bencana di

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Peta Sebaran Daerah Rawan Bencana di Indonesia Tahun 2011 ... 13 Gambar 3.2 Peta Sebaran Daerah Rawan Bencana di Indonesia

Tahun 2013 ... 14 Gambar 4.1 Peta Sebaran Rawan Bencana di Wilayah Sumatera

Tahun 2011 ... 26 Gambar 4.2 Peta Sebaran Rawan Bencana di Wilayah Sumatera

Tahun 2013 ... 27 Gambar 4.3 Peta Sebaran Rawan Bencana di Wilayah Jawa Tahun

2011 ... 47 Gambar 4.4 Peta Sebaran Rawan Bencana di Wilayah Jawa Tahun

2013 ... 48 Gambar 4.5 Peta Sebaran Rawan Bencana di Wilayah Kalimantan

Tahun 2011 ... 67 Gambar 4.6 Peta Sebaran Rawan Bencana di Wilayah Kalimantan

Tahun 2013 ... 68 Gambar 4.7 Peta Sebaran Rawan Bencana di Wilayah Bali dan Nusa

Tenggara Tahun 2011 ... 87 Gambar 4.8 Peta Sebaran Rawan Bencana di Wilayah Bali dan Nusa

Tenggara Tahun 2013 ... 88 Gambar 4.9 Peta Sebaran Rawan Bencana di Wilayah Sulawesi

Tahun 2011 ... 105 Gambar 4.10 Peta Sebaran Rawan Bencana di Wilayah Sulawesi

Tahun 2013 ... 106 Gambar 4.11 Peta Sebaran Rawan Bencana di Wilayah Maluku

Tahun 2011 ... 124 Gambar 4.12 Peta Sebaran Rawan Bencana di Wilayah Maluku

Tahun 2013 ... 125 Gambar 4.13 Peta Sebaran Rawan Bencana di Wilayah Papua Tahun

(17)

Gambar 4.14 Peta Sebaran Rawan Bencana di Wilayah Papua Tahun 2013 ... 142

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel Sebaran Daerah Rawan Bencana Di Indonesia Tahun 2013 ... 162 Lampiran 2. Tabel Perkembangan Sebaran Daerah Rawan Bencana Per

Provinsi di Indonesia Tahun 2011 – 2013 ... 177 Lampiran 3. Tabel Perkembangan Sebaran Daerah Rawan Bencana

Berdasarkan Kelas Indeks Risiko Bencana di Indonesia Tahun 2011 – 2013 ... 178 Lampiran 4. Tabel Sebaran Daerah Rawan Bencana yang Dikategorikan

Sebagai Daerah Tertinggal di Indonesia ... 179 Lampiran 5. Tabel Perkembangan Keberadaan Sistem Peringatan Dini

Khusus Tsunami Tahun 2011 dan 2014 ... 183

Lampiran 6. Tabel Perkembangan Keberadaan Perlengkapan

Keselamatan di Tahun 2011 dan 2014 ... 201 Lampiran 7. Tabel Keberadaan Sistem Peringatan dini Bencana Alam

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan daerah memerlukan sinergitas antara stakeholder terkait dengan tujuan untuk mencapai hasil pembangunan yang optimal. Stakeholder terkait pembangunan daerah tersebut meliputi pemerintah, masyarakat dan sektor swasta. Pembangunan daerah erat kaitannya dengan karakteristik daerah yang kemudian dapat digunakan untuk mengetahui potensi daerah tersebut. Potensi yang dimaksud merupakan potensi yang dimiliki oleh suatu daerah berkaitan dengan sumber daya yang terdapat di daerah tersebut baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia yang mengelolanya. Pengelolaan potensi daerah dapat dilaksanakan secara optimal apabila dalam pengelolaannya dilakukan identifikasi terhadap aspek-aspek ekonomi, sosial, budaya dan lain sebagainya.

Sesuai Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, terdapat Pusat Data dan Informasi (PUSDATIN) yang merupakan bagian dari Badan Penelitian dan Pengembangan, Pendidikan dan Pelatihan dan Informasi (BALILATFO) mempunyai tugas melaksanakan pembinaan dan pengelolaan sistem informasi, manajemen data, pelayanan data dan informasi serta pengembangan sistem dan sumber daya informatika di bidang desa, pembangunan daerah tertinggal, dan transmigrasi. Daerah tertentu menjadi salah satu substansi yang menjadi bagian tugas dan fungsi Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.

Pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2015–2019) yang memuat nawa cita (9 Agenda Strategi Prioritas Presiden), Nawacita ketiga yang berbunyi “Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam rangka negara kesatuan" inilah yang menjadi roh atau spirit Kementerian Desa, Pembangunan Daerah

(20)

Tertinggal dan Transmigrasi. Berdasarkan nawa cita itulah Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, menelurkan 9 (sembilan) prioritas komponen atau kegiatan yang disebut Nawa Kerja, salah satu poin yang disebut yaitu pada poin ke-9 terkait save villages di daerah perbatasan dan pulau-pulau terluar dan terpencil yang termasuk dalam pengembangan daerah tertentu yang pada akhirnya ditujukan untuk menangani permasalahan maupun meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pembangunan di desa, daerah tertinggal dan transmigrasi.

Berdasarkan Fokus Prioritas Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Tahun 2015–2019, pada poin ke-4 mengenai fokus prioritas pengembangan daerah tertentu, terdiri dari daerah rawan pangan, daerah perbatasan, daerah rawan bencana dan pasca konflik, daerah pulau kecil dan terluar. Untuk mendukung fokus prioritas tersebut, maka kemudian dilaksanakan program terkait perkembangan daerah tertentu. Program dan kegiatan yang dilaksanakan nantinya akan diintegrasikan dengan sistem terpadu melalui masukan (input) data dari Direktorat Jenderal terkait dengan pengembangan daerah tertentu tersebut. Fokus utama pengembangan daerah tertentu adalah meningkatkan derajat ketahanan Pemerintah Daerah dan masyarakat dalam hal kerawanan bencana; menghadapi kerawanan pangan, konflik sosial (bencana sosial); meningkatkan derajat kesejahteraan masyarakat di daerah tertentu (Pusat Kegiatan Strategis Nasional), terutama di daerah perbatasan dan pulau kecil terluar.

Berdasarkan Rakornas Direktorat Pengembangan Daerah Tertentu tahun 2015, daerah rawan bencana yang menjadi kajian dalam buku ini merupakan salah satu fokus utama dari pengembangan daerah tertentu yaitu dengan meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana di daerah dan masyarakat dalam rangka menangani kerawanan bencana.

1.2. Tujuan dan Sasaran

Tujuan dan sasaran yang ingin dicapai adalah terkumpulnya data dan informasi serta gambaran umum daerah rawan bencana yang dibutuhkan dalam rangka pengembangan daerah tersebut di Indonesia dan tersusunnya

(21)

Buku Perkembangan Daerah Tertentu (Daerah Rawan Bencana) yang dapat memberikan kemudahan bagi setiap stakeholders terkait serta instansi lainnya dalam merumuskan kebijakan serta pelaksanaan kebijakan di bidang pembangunan daerah rawan bencana.

Hasil penyusunan akhir tersebut diharapkan dapat memberi masukan bagi pihak lainnya dan bersinergi dengan rencana kerja Kementerian Desa, Pembangunan Desa Tertinggal dan Transmigrasi serta sesuai dengan program Nawacita yang disusun oleh Presiden Republik Indonesia. Kebijakan pembangunan nasional khususnya pembangunan daerah rawan bencana yang menjadi bagian dari daerah tertentu bertujuan untuk menghilangkan ketimpangan dan ketidakseimbangan yang melekat pada struktur masyarakat sehingga potensi dan sumber daya yang terdapat di daerah rawan bencana dapat dikelola secara optimal dan efisien.

1.3. Ruang Lingkup Pembahasan

Penyusunan Data dan Informasi Perkembangan Daerah Tertentu (Daerah Rawan Bencana) dibatasi pada lingkup gambaran umum daerah rawan bencana sebagai salah satu aspek daerah tertentu yang meliputi sebaran dan upaya antisipasi bencana serta saran bagi perkembangan daerah rawan bencana tahun 2011 – 2013, daerah tertinggal, tipologi desa di daerah perbatasan berdasarkan Indeks Pembangunan Desa (IPD), kawasan perdesaan, unit permukiman transmigrasi dan sebaran Kota Terpadu Mandiri (KTM) serta jumlah sarana dan prasarana di daerah perbatasan. Sehingga penyusunan, pengolahan data dan pembahasan dalam buku ini dibatasi pada aspek rawan bencana.

Sebaran daeran rawan bencana yang dibahas dalam buku ini disajikan berdasarkan 3 (tiga) kelas risiko bencana yang meliputi Kelas Tinggi, Sedang, dan Rendah. Lingkup wilayah kajian daerah rawan bencana dalam Data dan Informasi Perkembangan Daerah Tertentu ini secara keseluruhan meliputi daerah rawan bencana di seluruh wilayah Indonesia. Pembahasan dalam buku ini akan dibagi berdasarkan wilayah 7 (tujuh) pulau besar di Indonesia yang

(22)

meliputi Wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Bali-Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, dan Papua.

1.4. Tim Penyusun

Tim Penyusun Buku Data dan Informasi Perkembangan Daerah Tertentu terdiri dari:

1. Pengarah

Helmiati, SH, M.Si. 2. Penanggung Jawab

Ir. Elly Sarikit, MM. 3. Tim Penyusun

Anton Tri Susilo, BE, SE.;

Y. Anggri Putra Kurniawan, S.Si.; Alfandi Pramandaru, S.T.;

Esti Afriyani, S.Sos.; Ifan Hani Triono, S.Kom.

(23)

BAB II

METODOLOGI

Metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan Buku Data dan Informasi Perkembangan Daerah Tertentu (Daerah Rawan Bencana) adalah sebagai berikut.

2.1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan dalam Penyusunan Data dan Informasi Perkembangan Daerah Tertentu (Daerah Rawan Bencana) merupakan pengumpulan data sekunder. Pengumpulan data sekunder tersebut dilakukan melalui koordinasi dengan beberapa instansi teknis internal terkait, terutama Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu serta Pusat Data dan Informasi Balilatfo yang secara langsung berkaitan dengan kegiatan penyusunan buku ini. Selain Dirjen tersebut, koordinasi dengan unit teknis eksternal (kementerian/lembaga) terkait juga dilakukan untuk melakukan pengumpulan data lanjutan maupun data pendukung dalam Penyusunan Data dan Informasi Perkembangan Daerah Tertentu (Daerah Rawan Bencana). Data yang dikumpulkan dalam penyusunan datin ini adalah sebagai berikut:

a. Data sebaran dan klasifikasi daerah rawan bencana

Data tersebut bersumber dari data Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) pada tahun 2011 dan tahun 2013 yang dikeluarkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan berperan sebagai unit teknis eksternal yang menyediakan data sekunder sebagai data utama.

b. Data Desa dan transmigrasi yang relevan dengan perkembangan daerah rawan bencana

Data yang dimaksud meliputi data tipologi desa, Indeks Pembangunan Desa (IPD) didapatkan dari Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional atau Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Data mengenai kawasan perdesaan yang didapatkan dari Direktorat Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan

(24)

(PKP), data unit permukiman transmigrasi dan Kota Terpadu Mandiri (KTM) di daerah rawan bencana yang diperoleh dari Direktorat Jenderal Penyiapan Kawasan dan Pembangunan Permukiman Transmigrasi (PKP2Trans) dan Direktorat Jenderal Pengembangan Kawasan Transmigrasi (PKPTrans).

c. Data Upaya Antisipasi Bencana

Data upaya antisipasi bencana dalam Buku Perkembangan Daerah Tertentu (Daerah Rawan Bencana) yang digunakan merupakan data Potensi Desa (PODES) tahun 2011 dan tahun 2014. Data PODES yang digunakan sebagai data pendukung dalam penyusunan Buku Perkembangan Daerah Tertentu (Daerah Rawan Bencana) ini meliputi data-data yang berkaitan dengan upaya antisipasi bencana alam seperti data sistem peringatan dini bencana khusus tsunami, perlengkapan keselamatan, gotong royong warga, penyuluhan keselamatan, sistem peringatan dini bencana alam, dan jalur evakuasi. Data PODES tahun 2011 dan tahun 2014 tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang berperan sebagai unit teknis eksternal penyedia data sekunder.

Secara umum, Penyusunan Data dan Informasi Perkembangan Daerah Tertentu (Daerah Rawan Bencana) ini mengacu pada kode dan data wilayah administrasi pemerintahan yang dikeluarkan oleh Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia (Kemendagri) yang terdapat dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2015.

2.2. Pengolahan Data

Pengolahan data terlebih dahulu dilakukan melalui verifikasi terhadap data – data yang telah diperoleh dan kemudian dilakukan konfirmasi dengan unit teknis di lingkungan Direktorat Jenderal Pengembangan Daerah Tertentu. Selanjutnya, data dan materi tersebut digunakan sebagai bahan untuk penyusunan Buku Perkembangan Daerah Tertentu (Daerah Rawan Bencana). Secara umum, pengolahan data yang dilakukan meliputi layouting, analisis deskriptif dan editing sesuai dengan metodologi Penyusunan Buku

(25)

Perkembangan Daerah Tertentu yang dituangkan dalam bentuk diagram alir pada Gambar 2.1 di bawah ini. Proses layouting merupakan proses penyusunan kerangka buku sebagai acuan dalam penyusunan dan pengolahan data selanjutnya. Data dan informasi yang telah dikumpulkan kemudian diolah dalam bentuk tabel maupun grafik yang selanjutnya dilakukan analisis secara deskriptif. Analisis deskriptif yang dilakukan merupakan salah satu proses pengolahan data yang mengacu pada hasil olahan data dan kemudian mendeskripsikan data tersebut. Proses pengolahan data selanjutnya adalah editing, yaitu memeriksa dan meneliti kembali hasil layout dan analisis data maupun buku secara keseluruhan.

Secara lebih spesifik, pengolahan data dalam Penyusunan Data dan Informasi Perkembangan Daerah Tertentu (Daerah Rawan Bencana) dilakukan terhadap data utama, yaitu data sebaran dan klasifikasi daerah rawan bencana yang bersumber dari data Indeks Risiko Bencana Indonesia Tahun 2011 dan 2013 serta data terkait upaya antisipasi bencana yang bersumber dari data PODES 2011 dan 2014. Data sebaran dan klasifikasi daerah rawan bencana diolah melalui pengelompokkan daerah beserta klasifikasi kelas resiko bencana di tiap 7 (tujuh) pulau besar di Indonesia dan perkembangannya dalam 2 (dua) tahun yang berbeda. Begitu pula pengolahan data yang dilakukan terhadap data PODES 2011 dan 2014 tidak jauh berbeda dengan pengolahan data sebelumnya.

(26)

2.3. Penganalisisan dan Penyajian Data

Gambar 2.1.

Pengolahan Data

Layout Analisis Deskriptif Editing

Buku Perkembangan Daerah Perbatasan dan

Album Peta

Pengumpulan Data Sekunder

Unit Teknis Internal Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi

 Ditjen PPMD  Data IDM  Ditjen PKP  Data Kawasan

Perdesaan

 Ditjen PKP2Trans  Data Unit Permukiman Transmigrasi

 Ditjen PKPTrans  Data Kota Terpadu Mandiri (KTM)

Unit Teknis Eksternal Kementerian/Lembaga Terkait  IRBI  Data Daerah Rawan

Bencana 2011 dan 2013  DIBI  Data Informasi Bencana

Indonesia

 BPS  Data Podes 2011 dan 2014 Perkembangan Aspek Daerah

Tertentu Daerah Rawan Pangan Daerah Pulau Keci Terluar Daerah Perbatasan Daerah Rawan Bencana Daerah Pasca Konflik Gambar 2. 1

Metodologi Penyusunan Data dan Informasi Perkembangan Daerah Rawan Bencana

(27)

BAB III

DESKRIPSI DAERAH RAWAN BENCANA

Daerah rawan bencana, sebagai salah satu aspek kajian daerah tertentu, menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana dijelaskan bahwa bencana adalah rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Penyebab bencana terbagi menjadi 3 faktor, yaitu:

1. Faktor Alam terdiri dari bencana gempabumi, banjir, tanah longsor, erupsi gunungapi, angin puting beliung, wabah penyakit, dan lainnya.

2. Faktor Non alam terdiri dari kebakaran hutan dan lahan, kecelakaan transportasi, kegagalan teknologi, dan lainnya.

3. Faktor Manusia terdiri dari Kerusuhan sosial,konflik, teror, dan lainnya. Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 2 tahun 2012 tentang pedoman umum pengkajian risiko bencana, di Indonesia secara garis besar memiliki 13 ancaman bencana. Setiap Jenis bencana terdapat indikator dalam hal komponen indeks ancaman bencana yang tersusun berdasarkan 2 (dua) komponen, yaitu kemungkinan terjadi suatu ancaman dan besaran dampak yang pernah tercatat dari tiap kejadian. Berbagai jenis ancaman yang ada di Indonesia dijelaskan pada Tabel 3.1. sebagai berikut:

(28)

Tabel 3.1.

Jenis Ancaman Bencana di Indonesia

No Kategori Bencana Deskripsi

1. Gempa Bumi Peristiwa pelapasan energi yg menyebabkan pergeseran pada lempeng bumi secara tiba-tiba

2. Tsunami Rangkaian gelombang laut yg menjalar dengan kecepatan tinggi. Sebagian besar tsunami disebabkan oleh gempabumi.

3. Banjir Fenomena alam yg biasa terjadi di suatu kawasan yg banyak dialiri oleh aliran sungai dengan volume air yang sangat byk sehingga tidak tertampung 4. Tanah Longsor Faktor yg mempengaruhi terjadinya bencana tanah longsor adalah lereng yg

gundul serta kondisi tanah & bebatuan yg rapuh serta air hujan

5. Letusan Gunung Api Proses keluarnya magma ke permukaan bumi yg disembabkan adanya tenaga yg mendorong dari dalam bumi

6. Kekeringan Menurunnya fungsi lahan dlm menyimpan air dikarenakan rusaknya ekosistem akibat pemanfaatan lahan yg berlebihan

7. Gelombang Ekstrim & Abrasi Proses naiknya air laut yg disertai dgn ombak yg besar akibat adanya tarikan graftiasi bulan

8. Cuaca Ekstrim Terkait dengan kejadian angin puting beliung di suatu daerah

9. Kebakaran Hutan & Lahan Merupakan kebakaran permukaan dimana api membakar tanaman/sejenisnya kemudian mneyebar tdk menentu secara perlahan

10. Kebakaran Gedung & Permukiman

Merupakan kebakaran permukaan dimana api membakar

bangunan/sejenisnya kemudian mneyebar tdk menentu secara perlahan 11. Epidemi & Wabah Penyakit Merupakan wabah penyakit yg menyebar secara cepat, luas & besar serta

ancaman yg diakibatkan boleh menyebarnya penyakit menular yg berjangkit di daerah tertentu dlm waktu tertentu

12. Gagal Teknologi Kejadian yg diakibatkan oleh kesalahan desain, pengoperasian, kelalaian, & kesengajaan manusia dlm penggunaan teknologi/industri

13. Konflik Sosial Kejadian yg diakibatkan oleh kurang harmonisnya di dalam kehidupan bermasyarakat yg menimbulkan kontak fisik

Sumber: Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI), Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Tahun 2013

Terdapat sebanyak 497 kabupaten yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia ditetapkan sebagai daerah rawan bencana dengan 3 (tiga) kelas indeks risiko bencana sebagai acuan dalam upaya antisipasi bencana. Jumlah

(29)

tersebut berdasarkan data Indeks Risiko Bencana Indoneisa (IRBI) 2013 yang bersumber dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

3.1. Perkembangan Daerah Rawan Bencana Tahun 2011 – 2013

Berdasarkan data daerah rawan bencana di Indonesia yang disajikan pada Indeks Risiko Bencana Indonesia tahun 2011 dan tahun 2013, diketahui bahwa pada tahun 2011 jumlah daerah rawan bencana di Indonesia sebanyak 490 kabupaten yang tersebar di 33 provinsi, sedangkan data pada tahun 2013 sebanyak 497 kabupaten yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia.

Tabel 3.2.

Perkembangan Sebaran Daerah Rawan Bencana di Indonesia Tahun 2011 – 2013

No Provinsi

Jumlah Daerah Rawan Bencana Persentase Kenaikan (%) 2011 2013

1 Sumatera 151 151 0.00

2 Jawa 118 118 0.00

3 Bali dan Nusa Tenggara 40 40 0.00

4 Kalimantan 55 55 0.00

5 Sulawesi 67 73 8.95

6 Maluku 19 20 5.26

7 Papua 40 40 0.00

Jumlah 490 497 1.43

Sumber: Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI), Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Tahun 2011 dan Tahun 2013

Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 3.2. di atas, wilayah yang mengalami peningkatan jumlah daerah rawan bencana dapat terlihat di 2 (dua) wilayah yaitu Sulawesi dengan persentase kenaikan sebanyak 8.95% dan Wilayah Maluku dengan persentase kenaikan sebanyak 5.26%. Dapat disimpulkan secara keseluruhan bahwa adanya peningkatan jumlah daerah yang dikategorikan sebagai daerah rawan bencana di Indoneisa dari tahun 2011 hingga 2013 sebanyak 7 (tujuh) daerah atau sebesar 1.43%.

Walaupun demikian, secara garis besar wilayah di Indonesia selama rentang waktu dari tahun 2011 hingga 2013 tingkat risiko bencana yang dialami menunjukkan perkembangan dari segi positif. Hal ini terlihat dari jumlah kelas risiko bencana Kelas Tinggi pada tahun 2011 sebanyak 393 daerah dan mengalami penurunan di tahun 2013 menjadi 325 daerah. Diketahui bahwa

(30)

berdasarkan data Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) tahun 2013 memiliki 3 (tiga) Kelas Indeks Risiko Bencana yaitu Kelas Tinggi, Sedang, dan Rendah. Data tersebut disajikan pada Tabel 3.3. di bawah ini.

Tabel 3.3.

Perkembangan Daerah Rawan Bencana Berdasarkan Kelas Indeks Risiko Bencana di Indonesia Tahun 2011 – 2013

No Provinsi

Jumlah Kabupaten Berdasarkan Kelas Indeks Risiko Bencana

2011

Jumlah Kabupaten Berdasarkan Kelas Indeks Risiko Bencana

2013

Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah

1 Sumatera 124 27 0 81 70 0

2 Jawa 115 3 0 83 35 0

3 Bali dan Nusa Tenggara 36 4 0 32 8 0

4 Kalimantan 35 17 3 37 18 0

5 Sulawesi 63 4 0 60 13 0

6 Maluku 10 5 4 19 1 0

7 Papua 9 16 15 13 27 0

Jumlah 393 75 22 325 172 0 Sumber: Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI), Badan Nasional Penanggulangan

(31)

13 G amb ar 3 .1 P eta S eba ran D ae rah Ra w an Ben ca n a di Ind o n es ia T ahu n 20 11

(32)

14 G amb ar 3 .2 P eta S eba ran D ae rah Ra w an Ben ca n a di Ind o n es ia T ahu n 20 13

(33)

Selain data sebaran sebagai acuan dalam perkembangan daerah rawan bencana yang digunakan dalam Buku Perkembangan Daerah Tertentu, adapun data fasilitas/upaya antisipasi/mitigasi bencana yang bersumber dari data Potensi Desa (PODES) yang diambil dari data tahun 2011 dan 2014. Beberapa data tersebut didalamnya meliputi data pada tahun 2011 terdiri dari Sistem Peringatan Dini Khusus Tsunami, Perlengkapan Keselamatan, Gotong Royong Warga, Penyuluhan Keselamatan, sedangkan pada tahun 2014 terdiri dari Sistem Peringatan Dini Khusus Tsunami, Perlengkapan Keselamatan, Sistem Peringatan Dini Bencana, dan Jalur Evakuasi. Untuk mengetahui perkembangan di suatu daerah dalam upaya antisipasi bencana, maka dapat diketahui dari jenis upaya yang sama di tahun yang berbeda, seperti Upaya Antisipasi Bencana Khusus Tsunami dan Perlengkapan Keselamatan menurut data Potensi Desa (PODES) pada tahun 2011 dan 2014 dalam peningkatan fasilitas/upaya antisipasi/mitigasi bencana. Selain itu untuk fasilitas/upaya antisipasi/mitigasi bencana lainnya (Gotong Royong Warga, Penyuluhan Keselamatan pada tahun 2011, Sistem Peringatan Dini Bencana, dan Jalur Evakuasi pada tahun 2014) akan dijelaskan di dalam buku ini untuk melihat kapasitas suatu daerah dalam mewujudkan upaya antisipasi bencana guna mengurangi dampak yang diakibatkan oleh bencana agar tepat sasaran.

3.2. Daerah Tertinggal yang Dikategorikan sebagai Daerah Rawan Bencana

Daerah tertentu memiliki kaitan dengan daerah tertinggal di Wilayah Indonesia dilihat dari indikator penentuan daerah serta karakteristik lainnya. Dari kondisi tersebut maka secara langsung daerah rawan bencana berkaitan pula dengan daerah tertinggal. Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 131 Tahun 2015 daerah tertinggal di Indonesia pada tahun 2015 adalah sebanyak 122 kabupaten yang tersebar di beberapa wilayah di Indonesia.

Berdasarkan Tabel 3.4 di bawah ini, dapat diketahui sebanyak 76 Kabupaten tertinggal termasuk dalam kelas tinggi, 37 Kabupaten tertinggal

(34)

termasuk kelas sedang, dan 9 Kabupaten tertinggal belum terklasifikasi ke dalam kelas Indeks Risiko Bencana Indonesia.

Tabel 3.4

Jumlah Kabupaten Tertinggal Berdasarkan Kelas Indeks Risiko Bencana di Indonesia Tahun 2013

No Wilayah

Jumlah Kabupaten Tertinggal Berdasarkan Kelas Indeks Risiko Bencana 2013

Belum Terklasifikasi Sedang Tinggi Jumlah

1 Sumatera 2 1 10 13

2 Jawa - - 6 6

3 Bali Dan Nusa Tenggara 1 6 19 26

4 Kalimantan 1 2 9 12

5 Sulawesi 4 4 10 18

6 Maluku 1 13 14

7 Papua 24 9 33

Jumlah 9 37 76 122

Sumber : -

Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI), Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Tahun 2013

- Peraturan Presiden Nomor 131 Tahun 2015 Tentang Penetapan Daerah Tertinggal Tahun 2015-2019

3.3. Tipologi Desa Berdasarkan Indeks Pembangunan Desa (IPD) di Daerah Rawan Bencana

Indeks Pembangunan Desa merupakan klasifikasi desa yang terbagi atas tiga kategori yaitu Desa Tertinggal, Berkembang, dan Mandiri. Menurut data Indeks Pembangunan Desa yang dikeluarkan oleh Bappenas, keseluruhan Desa berdasarkan Permendagri Nomor 56 Tahun 2015 tentang Tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan sebanyak 74.754 desa, namun berdasarkan data IPD ada 74.093 (99,12%) yang sudah mendapat id (kode wilayah), artinya masih ada 661 desa (0,88%) yang belum memiliki id (kode wilayah). Jumlah Desa sebanyak 74.093 antara lain terdiri dari 2.901 (3,88%) Desa Mandiri, 51.018 (68,25%) Desa Berkembang, dan 20.174 (26,99%) Desa tertinggal. Berdasarkan Tabel 3.5 di bawah ini, dapat diketahui 54.188 (73,14 %) Desa terletak di Kabupaten yang memiliki kelas tinggi risiko bencana, 18.370 (24,79 %) Desa terletak di Kabupaten yang memiliki kelas sedang risiko

(35)

bencana, dan 1.535 (2,07 %) Desa terletak di Kabupaten yang belum terklasifikasi kelas risiko bencana.

Tabel 3.5

Rekapitulasi Perbandingan Tipologi Berdasarkan IPD pada Daerah Rawan Bencana

Kategori Desa

Daerah Rawan Bencana Berdasarkan Kelas Indeks Risiko Bencana 2013

Total Tinggi Sedang Belum Terklasifikasi

Jumlah Desa % Jumlah Desa % Jumlah Desa % Jumlah Desa % Mandiri 2.428 3,28 463 0,62 10 0,01 2.901 3,88 Berkembang 40.353 54,46 9.923 13,39 742 1 51.018 68,25 Tertinggal 11.407 15,4 7.984 10,78 783 1,06 20.174 26,99 Jumlah Desa (IPD) 54.188 73,14 18.370 24,79 1.535 2,07 74.093 99,12 Jumlah desa tanpa id (kode wilayah) 661 0,88 Grand Total 74.754 100,00

Sumber: - Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI), Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Tahun 2013

- Indeks Pembangunan Desa (IPD), Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Tahun 2014

- Permendagri Nomor 56 Tahun 2015 tentang Tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan.

3.4. Kawasan Perdesaan di Daerah Rawan Bencana

Pembangunan kawasan perdesaan diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Terkait kawasan perdesaaan, merupakan salah satu kawasan strategis nasional yang memiliki peran penting dalam mendukung pembangunan nasional. Terdapat 72 kawasan perdesaan pada tahun 2015 yang diinisiasi oleh Direktorat Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi di seluruh Indonesia.

Berdasarkan data pada Tabel 3.6 di bawah ini terdapat sebanyak 54 Kawasan Perdesaan yang terletak di Kabupaten yang memiliki kelas tinggi risiko bencana, 17 Kawasan Perdesaan yang terletak di Kabupaten yang memiliki kelas sedang risiko bencana, dan 1 Kawasan Perdesaan yang terletak di Kabupaten yang belum terklasifikasi kelas risiko bencana.

(36)

Tabel 3.6

Kawasan Perdesaan di Daerah Rawan Bencana

Wilayah

Daerah Rawan Bencana Berdasarkan Kelas Indeks Risiko

Bencana 2013 Jumlah Kawasan Perdesaan Tinggi Sedang Belum

Terklasifikasi

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Sumatera 9 12,50 4 5,56 0 0,00 13 18,06 Jawa 16 22,22 6 8,33 0 0,00 22 30,56 Kalimantan 8 11,11 3 4,17 1 1,39 12 16,67 Bali dan Nusa Tenggara 3 4,17 1 1,39 0 0,00 4 5,56 Sulawesi 11 15,28 2 2,78 0 0,00 13 18,06

Maluku 4 5,56 0,00 0 0,00 4 5,56

Papua 3 4,17 1 1,39 0 0,00 4 5,56

Jumlah Kawasan

Perdesaan 54 75 17 23,61 1 1,39 72 100

Sumber: - Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI), Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Tahun 2013

- Direktorat Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan, Tahun 2015

- Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi No. 5 tahun 2016 Tentang Pembangunan Kawasan Perdesaan

3.5. Permukiman Transmigrasi di Daerah Rawan Bencana

Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.22/MEN/X/2007, Unit Permukiman Transmigrasi (UPT), merupakan satuan permukiman transmigrasi yang berfungsi sebagai tempat tinggal dan tempat usaha transmigran yang sejak awal direncanakan untuk membentuk suatu desa atau bergabung dengan desa setempat. Berdasarkan hasil pembahasan dan koreksi yang dilakukan secara terkoordinasi antara Pusat Data dan Informasi, Badan Penelitian dan Pengembangan, Pendidikan dan Pelatihan, dan Informasi, Sekretariat Direktorat Jenderal Pengembangan Kawasan Transmigrasi, Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (Direktorat Jenderal Pengembangan Kawasan Transmigrasi), Direktorat Penataan Persebaran Penduduk dan Direktorat Pembangunan Permukiman Transmigrasi (Direktorat Jenderal Penyiapan Kawasan dan Pembangunan Permukiman Transmigrasi) dan Biro Perencanaan Tahun 2016 terdapat 174 permukiman Transmigrasi yang tersebar di beberapa wilayah Indonesia.

(37)

Berdasarkan data pada Tabel 3.7 di bawah ini, sebanyak 140 Lokasi Permukiman Transmigrasi Bina yang terletak di Kabupaten yang memiliki kelas tinggi risiko bencana, 32 Lokasi Permuikman Transmigrasi yang terletak di Kabupaten yang memiliki kelas sedang risiko bencana, dan 2 Lokasi Permukiman Transmigrasi Bina yang terletak di Kabupaten yang belum terklasifikasi kelas risiko bencana.

Tabel 3.7

Unit Permukiman Transmigrasi Bina di Daerah Rawan Bencana

Wilayah

Daerah Rawan Bencana Berdasarkan Kelas Indeks Risiko Bencana 2013

Jumlah UPT Bina Tinggi Sedang Belum

Terklasifikasi

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Sumatera 34 19,54 12 6,90 1 0,57 47 27,01

Jawa 0,00 0,00 0,00 0 0,00

Kalimantan 32 18,39 5 2,87 0,00 37 21,26 Bali dan Nusa Tenggara 13 7,47 3 1,72 0,00 16 9,20 Sulawesi 43 24,71 8 4,60 1 0,57 52 29,89 Maluku 13 7,47 1 0,57 0,00 14 8,05

Papua 5 2,87 3 1,72 0,00 8 4,60

Jumlah UPT Bina 140 80,46 32 18,39 2 1,15 174 100

Sumber: - Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI), Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Tahun 2013

- Pusat Data dan Informasi, Badan Penelitian dan Pengembangan, Pendidikan dan Pelatihan dan Informasi, Kementerian Desa ,Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Tahun 2016

Sementara, jumlah UPT yang sudah diserahkan kepada Pemerintah Daerah terkait, pada tahun 2015 sebanyak 18 UPT. Sebanyak 16 UPT terletak di Kabupaten yang memiliki kelas tinggi risiko bencana, dan 2 UPT terletak di Kabupaten yang memiliki kelas sedang, yaitu UPT Bandar Agung di Provinsi Bengkulu, dan UPT Balingara (Garkim) di Provinsi Sulawesi Selatan

(38)

Tabel 3.8

Unit Permukiman Transmigrasi Serah di Daerah Rawan Bencana

Wilayah

Daerah Rawan Bencana Berdasarkan Kelas Indeks Risiko

Bencana 2013 Jumlah UPT Serah Tinggi Sedang Belum

Terklasifikasi

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Sumatera 1 5,56 1 5,56 0,00 2 11,11

Jawa 0,00 0,00 0,00 0 0,00

Kalimantan 6 33,33 0,00 0,00 6 33,33 Bali dan Nusa Tenggara 3 16,67 0,00 0,00 3 16,67 Sulawesi 5 27,78 1 5,56 0,00 6 33,33

Maluku 1 5,56 0,00 0,00 1 5,56

Papua 0,00 0,00 0,00 0 0,00

Jumlah UPT Bina 16 88,89 2 11,11 0 0,00 18 100

Sumber: - Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI), Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Tahun 2013

- Pusat Data dan Informasi, Badan Penelitian dan Pengembangan, Pendidikan dan Pelatihan dan Informasi, Kementerian Desa ,Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Tahun 2016

3.6. Kawasan Perkotaan Baru/Kota Terpadu Mandiri di Daerah

Rawan Bencana

Kota Terpadu Mandiri (KTM) merupakan kawasan transmigrasi yang dibentuk untuk menjadi pusat pertumbuhan melalui pengelolaan sumber daya alam yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Kota Terpadu Mandiri (KTM) termasuk dalam kawasan strategis nasional yang berfungsi sebagai daya dorong bagi pengembangan daerah.

Saat ini, terdapat 48 Kota Terpadu Mandiri (KTM) yang ada di seluruh Indonesia. Dari 48 KTM tersebut terdapat 34 KTM yang terletak di Kabupaten kelas tinggi risiko bencana, 13 KTM yang terletak di Kabupaten kelas sedang risiko bencana, dan 1 KTM yang terletak di Kabupaten yang belum terklasifikasi kelas risiko bencana.

(39)

Tabel 3.9

Kawasan Perkotaan Baru/Kota Terpadu Mandiri di Daerah Rawan Bencana

No Wilayah

Daerah Rawan Bencana Berdasarkan Kelas Indeks Risiko Bencana 2013

Jumlah KPB/ KTM Tinggi Sedang Belum

Terklasifikasi

Jumlah % Jumlah % Jumlah % JUMLAH % 1 Sumatera 8 16,67 9 18,75 0,00 17 35,42 2 Jawa 0,00 0,00 0,00 0 0,00 3 Kalimantan 11 22,92 0,00 0,00 11 22,92 4 Bali dan Nusa Tenggara 2 4,17 1 2,08 0,00 3 6,25 5 Sulawesi 9 18,75 2 4,17 1 2,08 12 25,00 6 Maluku 2 4,17 0,00 0,00 2 4,16 7 Papua 2 4,17 1 2,08 0,00 3 6,25 Jumlah KPB/ KTM 34 70,83 13 27,08 1 2,08 48 100

Sumber: Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No KEP. 293/MEN/IX/2009 Tentang Penetapan Lokasi Kota Terpadu Mandiri (KTM) di Kawasan Transmigrasi, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Tahun 2009

(40)

BAB IV

IDENTIFIKASI SEBARAN DAN KONDISI DAERAH RAWAN

BENCANA

4.1 Daerah Rawan Bencana di Wilayah Sumatera

Wilayah Sumatera pada umumnya merupakan daerah dengan fisiografis yang bervariasi berhadapan dengan lempeng tektonik hindia di sisi barat Indonesia dengan banyak terdapat gunung api serta berpotensi terjadinya gempa bumi dan tsunami. Selain itu juga Wilayah Sumatera mempunyai sungai yang banyak dan cukup besar serta bentuk topografi perbukitan, sehingga berpotensi terjadinya bencana banjir dan tanah longsor serta faktor-faktor lainnya yang dapat menyebabkan terjadinya bencana.

4.1.1 Sebaran Daerah Rawan Bencana di Wilayah Sumatera

Daerah rawan bencana di Wilayah Sumatera terdapat di 151 Kabupaten yang tersebar di 10 Provinsi yang meliputi Provinsi Aceh, Sumatra Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Bengkulu, dan Lampung. Daerah rawan bencana di Wilayah Sumatera terdiri dari daerah rawan bencana dengan kelas indeks risiko kelas tinggi, kelas sedang,dan kelas rendah berdasarkan data dari Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) Tahun 2013 yang dikeluarkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Menurut data IRBI tersebut Wilayah Sumatera merupakan daerah dengan kelas indeks risiko kelas tinggi yang tersebar di 81 Kabupaten atau sebanyak 53,64%, sedangkan dengan kelas indeks risiko bencana kelas sedang tersebar di 70 Kabupaten atau sebanyak 46,36%. Artinya Wilayah Sumatera adalah daerah yang didominasi oleh rawan bencana kelas tinggi. Dari jumlah daerah rawan bencana tersebut terdapat 5 (lima) provinsi dengan jumlah kelas tinggi paling banyak, yaitu Provinsi Aceh, Bangka Belitung, Bengkulu, Riau, dan Sumatera Utara. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa terdapat beberapa daerah rawan bencana khususnya di Wilayah Sumatera untuk segera dilakukan upaya antisipasi bencana baik

(41)

sebelum atau pada saat terjadinya bencana untuk mengurangi dampak yang terjadi di wilayah tersebut.

Berdasarkan Tabel 4.1 di bawah ini, daerah rawan bencana dengan kelas tinggi dengan persentase paling banyak di Wilayah Sumatera terdapat di Provinsi Bangka Belitung yaitu sebanyak 85,71% atau sebanyak 6 kabupaten, sedangkan dengan jumlah daerah rawan bencana kelas tinggi paling sedikit terdapat di Kepulauan Riau yaitu sebanyak 0 kabupaten, ini dikarenakan Kepulauan Riau didominasi oleh daerah rawan bencana kelas sedang yaitu sebanyak 7 kabupaten.

Tabel 4.1

Sebaran Daerah Rawan Bencana di Wilayah Sumatera Tahun 2013

No Provinsi

Daerah Rawan Bencana Berdasarkan Kelas Indeks Risiko Bencana 2013 Total Daerah Rawan Bencana Persentase Total Daerah Rawan Bencana Tinggi % Sedang % Rendah %

1 Aceh 15 65,22 8 34,78 0 0,00 23 15,23 2 Bangka Belitung 6 85,71 1 14,29 0 0,00 7 4,63 3 Bengkulu 8 80,00 2 20,00 0 0,00 10 6,62 4 Jambi 5 45,45 6 54,55 0 0,00 11 7,29 5 Kepulauan Riau 0 0,00 7 100,00 0 0,00 7 4,63 6 Lampung 7 50,00 7 50,00 0 0,00 14 9,27 7 Riau 8 66,67 4 33,33 0 0,00 12 7,95 8 Sumatera Barat 8 42,11 11 57,89 0 0,00 19 12,58 9 Sumatera Selatan 7 46,67 8 53,33 0 0,00 15 9,93 10 Sumatera Utara 17 51,52 16 48,48 0 0,00 33 21,85 JUMLAH 81 53,64 70 46,36 0 0,00 151 100.00

Sumber : Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI), Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Tahun 2013

Daerah tertinggal di Indonesia terdiri dari 122 kabupaten yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Dari 122 kabupaten tertinggal tersebut, terdapat 13 kabupaten yang merupakan daerah tertinggal di Wilayah Sumatera yang termasuk didalamnya 2 kabupaten Daerah Otonomi Baru. Sebanyak 11 kabupaten dari jumlah daerah tertinggal di Wilayah Sumatera merupakan daerah rawan bencana.

Berdasarkan Tabel 4.2 di bawah ini diketahui bahwa terdapat 10 Kabupaten tertinggal dengan kelas tinggi dalam indeks risiko bencana,

(42)

Keterangan:

: Daerah Otonom Baru (DOB)

sedangkan dengan kelas sedang hanya ada 1 Kabupaten tertinggal yaitu di Kabupaten Solok Selatan (Sumatera Barat). Berdasarkan kondisi tersebut dapat disimpulkan bahwa daerah tertinggal yang ada di Wilayah Sumatera merupakan daerah yang didominasi oleh kelas tinggi yang tersebar di 10 kabupaten dari kelas indeks risiko bencana.

Tabel 4.2

Sebaran Daerah Rawan Bencana yang Dikategorikan Sebagai Daerah Tertinggal di Wilayah Sumatera

No Provinsi Kode Kabupaten/Kota

Kelas Indeks Risiko Bencana

1 Aceh 02 Aceh Singkil Tinggi

2 Sumatera Utara 01 Nias Tinggi

3

14 Nias Selatan Tinggi

4 24 Nias Utara Tinggi

5 25 Nias Barat Tinggi

6 Sumatera Barat 01 Kepulauan Mentawai Tinggi

7

10 Solok Selatan Sedang

8 12 Pasaman Barat Tinggi

9 Sumatera Selatan 05 Musi Rawas Tinggi

10 12 Musi Rawas Utara

11 Bengkulu 05 Seluma Tinggi

12 Lampung 01 Lampung Barat Tinggi

13 13 Pesisir Barat

Sumber : - Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI), Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Tahun 2013

- Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 131 Tahun 2015 Tentang Penetapan Daerah Tertinggal Tahun 2015 - 2019

Pada Tabel 4.3 dibawah ini merupakan data perkembangan sebaran daerah rawan bencana di Wilayah Sumatera pada tahun 2011 – 2013 berdasarkan kelas indeks risiko bencana. Apabila dilihat dari jumlah rata-rata indeks risiko bencana kelas tinggi di Wilayah Sumatera pada tahun 2011 sebanyak 125 kabupaten berkurang menjadi 81 kabupaten di tahun 2013 atau penurunan sebesar 35.2%, maka dapat diketahui bahwa daerah rawan bencana secara keseluruhan di Wilayah Sumatera mengalami perkembangan

(43)

dari segi positif. Beberapa daerah di Wilayah Sumatera terdapat provinsi yang mengalami perkembangan dari segi positif (penurunan jumlah kelas tinggi) yaitu terdapat di 8 provinsi seperti terlihat di Provinsi Aceh, Jambi, Kepulauan Riau, Lampung, Riau, Sumatera Barat, Sumatera Selatan dan Sumatera Utara. Sedangkan yang mengalami perkembangan dari segi negatif terlihat di Provinsi Bangka Belitung yang mengalami peningkatan jumlah kelas tinggi walaupun tidak terlalu signifikan yaitu sebesar 20%.

Tabel 4.3

Perkembangan Daerah Rawan Bencana di Wilayah Sumatera

Provinsi

Jumlah Kabupaten Berdasarkan Kelas Indeks Risiko Bencana 2011

Jumlah Kabupaten Berdasarkan Kelas Indeks Risiko Bencana 2013 Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah

Aceh 23 0 0 15 8 0 Bangka Belitung 5 2 0 6 1 0 Bengkulu 8 2 0 8 2 0 Jambi 10 1 0 5 6 0 Kepulauan Riau 1 6 0 0 7 0 Lampung 10 4 0 7 7 0 Riau 9 3 0 8 4 0 Sumatera Barat 20 0 0 8 12 0 Sumatera Selatan 14 1 0 7 8 0 Sumatera Utara 25 8 0 17 16 0 Jumlah 125 27 0 81 71 0

Sumber: Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI), Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Tahun 2011 dan Tahun 2013

(44)

Gambar 4.1

(45)

Gambar 4.2

(46)

4.1.2. Upaya Antisipasi Bencana Alam di Wilayah Sumatera a) Sistem Peringatan Dini Khusus Tsunami

Keberadaan sistem peringatan dini khusus tsunami di Wilayah Sumatera diharapkan cukup memadai dilihat dari data jumlah desa bukan wilayah potensi tsunami terdapat beberapa daerah dengan jumlah persentase yang rendah, artinya daerah tersebut didominasi oleh potensi tsunami. Berdasarkan data tersebut keberadaan sistem peringatan dini khusus tsunami ini tergolong masih sangat minim terutama pada daerah yang berpotensi tsunami.

Dari Tabel 4.4 di bawah ini terlihat bahwa Provinsi Bengkulu dan Kepulauan Riau merupakan daerah dengan potensi tsunami cukup tinggi tetapi keberadaan sistem peringatan dini khusus tsunami yang dimiliki di Provinsi tersebut masih sangat minim baik di tahun 2011 maupun di tahun 2014.

Wilayah Sumatera selama rentang waktu 2011 hingga 2014, mengalami penurunan persentase jumlah desa dengan keberadaan sistem peringatan dini khusus tsunami yang tidak terlalu signifikan yaitu sebesar 0,47%, yang artinya dari tahun 2011 dengan persentase jumlah desa sebesar 0,84% dan pada tahun 2014 menurun menjadi 0,37%, persentase tersebut mewakili total jumlah desa yang memiliki sistem peringatan dini khusus tsunami dan sisanya merupakan desa yang tidak memiliki sistem tersebut.

Perkembangan keberadaan sistem peringatan dini khusus tsunami seperti di Provinsi Sumatera Utara dan Kepulauan Bangka Belitung dari tahun 2011 hingga 2014 mengalami penurunan jumlah desa yang tidak terlalu signifikan. Sedangkan di Provinsi Aceh, Bengkulu, Jambi, Kepulauan Riau, Lampung, Riau, Sumatera Barat, dan Sumatera Selatan yang mengalami peningkatan yang juga tidak terlalu signifikan. Namun demikian Provinsi Sumatera Barat merupakan daerah yang memiliki keberadaan sistem peringatan dini khusus tsunami dengan jumlah persentase desa paling tinggi dibandingkan dengan daerah lain di Wilayah Sumatera baik di tahun 2011 sebesar 14.3% maupun di tahun 2014 sebesar 6.9%.

(47)

Tabel 4.4

Perkembangan Keberadaan Sistem Peringatan Dini Khusus Tsunami di Wilayah Sumatera Tahun 2011 dan 2014

No Provinsi

Keberadaan Sistem Peringatan Dini Khsusus Tsunami Tahun 2011

Keberadaan Sistem Peringatan Dini Khsusus Tsunami Tahun 2014 Jumlah Desa (Bukan Wil. Potensi Tsunami) (%) Jumlah Desa (%) Jumlah Desa (Bukan Wil. Potensi Tsunami) (%) Jumlah Desa (%) 1 Aceh 3,885 59,9 142 2,2 4.090 62,8 67 1,0 2 Bengkulu 699 46,3 47 3,1 886 57,8 26 1,7 3 Jambi 1,329 96,9 1 0,1 1.551 100,0 0 0,0 4 Kepulauan Riau 172 48,7 3 0,8 205 49,4 0 0,0 5 Lampung 1,288 52,3 38 1,5 1.793 68,1 26 1,0 6 Riau 959 57,9 4 0,2 1.196 65,2 2 0,1 7 Sumatera Barat 234 60,8 55 14,3 667 58,3 79 6,9 8 Sumatera Selatan 3,186 100,0 0 0,0 2.665 82,3 1 0,0 9 Sumatera Utara 3,208 55,3 17 0,3 4.191 68,7 27 0,4 10 Kepulauan Bangka Belitung 236 65,4 0 0,0 297 78,0 1 0,3 Jumlah 15,196 64,5 307 1,3 17.541 69,2 229 0,9 Sumber: Data Potensi Desa (PODES), Badan Pusat Statistik, Tahun 2011 dan 2014

b) Perlengkapan Keselamatan (Perahu Karet, Tenda, Masker dan lain lain)

Upaya antisipasi bencana alam yang terjadi dibeberapa desa di Wilayah Sumatera dirasa perlu ditingkatkan, mengingat tingkat risiko bencana yang terjadi di wilayah tersebut didominasi tingkat risiko bencana kelas tinggi dari multi bencana yang terjadi. Selain peringatan dini khusus tsunami, perlu adanya perlengkapan keselamatan seperti perahu karet, tenda, masker dan lain-lain sebagai fasilitas dalam upaya antisipasi bencana yang terjadi dibeberapa daerah. Wilayah Sumatera dirasa masih sangat minim terhadap keberadaan perlengkapan keselamatan sebagai upaya antisipasi bencana alam.

Berdasarkan Tabel 4.5 di bawah ini, keberadaan perlengkapan keselamatan di Wilayah Sumatera menunjukkan bahwa Provinsi Aceh, Bengkulu, Sumatera Barat, dan Sumatera Selatan mengalami penurunan jumlah persentase desa yang memiliki perlengkapan keselamatan, sedangkan

Gambar

Tabel  3.1  Jenis Ancaman Bencana di Indonesia ....................................   10  Tabel   3.2
Tabel   4.8   Jumlah  dan  Persentase  Korban  Meninggal  Akibat  Bencana  di Wilayah Sumatera Tahun 2014 dan 2015 ..........................
Tabel  4.22   Perkembangan Keberadaan Sistem Peringatan Dini Khusus  Tsunami di Wilayah Jawa Tahun 2011 dan 2014 ..................
Tabel  4.38   Sebaran  Daerah  Rawan  Bencana  yang  Dikategorikan  Sebagai Daerah Tertinggal di Wilayah Kalimantan ................
+7

Referensi

Dokumen terkait

Banyak hal yang penulis peroleh ketika menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan Judul “ Rancang Bangun Alat Pengering Tipe Tray Dengan Media Udara Panas Ditinjau Dari Lama

Peserta workshop mendapatkan pandangan tentang kondisi di RW 17 Penjaringan yang kumuh dengan melihat tiga isu utama dimana warga setempat khususnya yang tinggal di tanah milik

The D%STATCOM is a three phase and shunt connected power electronics based reactive power compensation equipment, which generates and /or absorbs the reactive power

Status hidrasi setelah test harvard adalah suatu kondisi yang menggambarkan keseimbangan cairan dalam tubuh penari setelah melakukan test Harvard yang bertujuan untuk

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai tingkat kepuasan siswa dalam menggunakan jasa pelayanan perpustakaan sekolah di MAN Yogyakarta III

Dengan tidak mengurangi ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, terhadap perusahaan perasuransian yang tidak memenuhi ketentuan Undang-undang ini dan peraturan

Keenam, pelaksanaan proyek (praktikum); pelaksanaan.. Ketujuh, presentasi hasil proyek; masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kegiatannya di kelas untuk

11 Makrofag yang teraktivasi dalam proses killing ditandai dengan peningkatan kemampuan fagositosis dan produksi ROI sehingga penelitian ini