BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang digunakan dilakukan di Terminal Petikemas Semarang melalui pengamatan secara langsung. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini diantaranya gambaran umum dan informasi perusahaan, struktur organisasi, proses bisnis bongkar muat, dan jumlah pemakaian energi untuk masing-masing alat yang digunakan dalam proses bongkar muat.
4.1.1 Deskripsi Perusahaan
Terminal PetiKemas Semarang (TPKS) adalah Pelabuhan kelas satu di lingkungan PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) yang terletak di pantai utara Jawa Tengah di ibu kota Provinsi Jawa Tengah Semarang, yang beralamat di Jl. Coaster No. 10A, Semarang 50116. Sejarah berdirinya TPKS tidak lepas dari sejarah Pelabuhan Tanjung Emas. Bentuk pengelolaan pelabuhan telah mengalami beberapa kali perubahan, mulai dari perusahaan negara (PN) pelabuhan tahun 1960, Badan Pengusahaan Pelabuhan (BPP) tahun 1969, dan perum Pelabuhan tahun 1983.
Berdasarkan pembagiannya adapun pelabuhan semarang berada di bawah Perum Pelabuhan Indonesia III yang berkantor pusat di Surabaya. Pada periode ini dilaksanakan Proyek Pembangunan tahap I pelabuhan semarang dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 23 November 1985 yang kemudian diberi nama Pelabuhan Tanjung Emas. Bentuk Pengelolaan pelabuhan mengalami Perubahan terakhir kali pada tahun 1992 dengan pembagian yang masih sama yaitu PT.(Persero) Pelabuhan Indonesia I, II , III, dan IV. Awal kegiatan bongkar muat petikemas di pelabuhan Tanjung Emas dilakukan secara konvesional yaitu menjadi satu kesatuan bongkar muat barang umum
(General Cargo) yang berada di bawa kendali divisi usaha Terminal cabang Pelabuhan Tanjung emas. Setelah selesainya pembangunan tahap II tahun 1997, penanganan Petikemas memasuki tahap pelayanan terminal sendiri yang dikendalikan divisi Terminal petikemas cabang tanjung Emas (divisi TPK).
Sebagai langkah antisipasi terhadap pertumbuhan angkutan petikemas di pelabuhan Tanjung Emas yang secara nyata memerlukan pengelolaan yang lebih profesional, manajemen pelabuhan Indonesia III melakukan pemekaran Organisasi Pelabuhan Tanjung Emas ,menjadi 2 bagian yaitu pengelolaan TPKS secara mandiri dibawa tanggung jawab General Manager TPKS dan pengelolaan pelabuhan di bawah tanggung jawab General Manager Pelabuhan Tanjung Emas. TPKS berdiri berdasarkan Surat keputusan Direksi PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Nomor : KEP.46/PP.1.08/P.III-2001 tanggal 29 Juni 2001 tentang pembentukan TPKS terhitung sejak tanggal 21 Juli 2001 dimana TPKS merupakan cabang yang berdiri sendiri terpisah dari Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Sehingga semua urusan handling Petikemas sepenuhnya dilakukan sendiri oleh manajemen TPKS.
4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan
Visi dari TPKS adalah menjadi Pemimpin Bisnis di Pelabuhan. Adapun dalam mencapai visi tersebut, TPKS menetapkan beberpa misi. Misi dari TPKS yaitu sebagai berikut : 1) Menciptakan nilai tambah yang berkelanjutan untuk peningkatan kepuasan
stakeholder.
2) Memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi pelanggan.
3) Menciptakan solusi bisnis yang cerdas melalui integrasi dan kerjasama dengan mitra strategis.
4.1.3 Struktur Organisasi
Deskripsi dari Gambar 4.1 secara umum bagian pada struktur organisasi Terminal Petikemas Semarang adalah sebagai berikut:
a. Tugas Manager Operasi
1) Menyelenggarakan pengusahaan jasa pelayanan kapal dan bongkar muat peti kemas di dermaga, gudang (CFS) dan lapangan (CY).
2) Menyelenggarakan pengendalian kelancaran kegiatan operasi kapal, lapangan dan gudang, sarana dan prasana serta sumber daya manusianya.
3) Menyelenggarakan pengamanan, keselamatan dan kesehatan kerja di lingkungan TPKS.
b. Tugas Asisten Manager Operasi Terminal
1) Mengkoordinasi dan mengawasi kegiatan pengusahaan jasa pelayanan peti kemas di dermaga, gudang (CFS), dan lapangan (CY).
2) Mengkoordinir pelaksanaan pengendalian kelancaran kegiatan operasi kapal, operasi lapangan dan gudang, sarana dan prasarana serta sumber daya manusianya.
c. Tugas Supervisor Operasi Kapal
1) Melaksanakan kegiatan pengusahaan jasa pelayanan kapal yang meliputi jasa tambat, dermaga yang sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
2) Merencanakan, melaksanakan, mengatur kelancaran dan ketertiban kegiatan operasi bongkar muat peti kemas.
d. Tugas Supervisor Lapangan, Gate, dan CFS
Melaksanakan dan mengatur pengendalian kelancaran, ketertiban kegiatan operasi gerakan, pengangkutan dan penumpukan peti kemas di lapangan, pengisian, dan pengopersian peti kemas serta operasi penumpukan barang di gudang (CFS).
e. Tugas Asisten Manager Perencanaan dan Pemasaran
1) Mengkoordinasi pelayanan permintaan fasilitas penyandaran kapal dan kegitan bongkar muat peti kemas.
2) Mengkoordinasi dukungan administrasi kepegawaian, kerumah tanggaan dan ketatausahaan di lingkungan divisi operasi.
f. Tugas Supervisor Perencanaan
1) Merencanakan pelayanan terhadap permintaan fasilitas penyandaran kapal dan kegiatan bongkar muat container.
2) Menyusun rencana penetapan alokasi tambatan dan waktu tambat berdasarkan atas skala prioritas dan target produktivitas.
g. Tugas Supervisor Pemasaran
1) Melaksanakan pembuatan realisasi produksi, pendapatan dan biaya jasa operasi kapal, lapangan dan gudang secara periodik.
2) Melaksanakan pemasaran jasa terminal petikemas Semarang.
3) Melaksanakan pembuatan dokumen pranota pendapatan jasa, opersi kapal, gudang, dan lapangan.
h. Tugas Supervisor Administrasi Operasi
1) Melaksanakan dukungan administrasi kepegawaian, kerumah tanggaan dan ketatausahaan di divisi operasi.
2) Melaksanakan penyiapan tenaga kerja sesuai permintaan sub dinas yang membutuhkan.
4.2 Pengolahan Data
Pengolahan data secara khusus yang diperlukan yaitu data proses bisnis di TPKS yang meliputi data aktivitas proses bongkar muat, waktu siklus setiap aktivitas, data kuisioner Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk 10 pemborosan dengan pengolahan menggunakan metode logika fuzzy dimana data diolah menggunakan Microsoft Excel dan service value stream mapping menggunakan software Microsoft Visio.
4.2.1 Proses Bisnis Bongkar Muat
Berikut dibawah ini Gambar 4.2 merupakan proses bisnis bongkar kapal petikemas ole`h TPKS ialah sebagai berikut :
Adapun proses pada Gambar 4.2 meliputi:
1) Agen pelayaran mengirimkan data (EDY file) bongkar (baplie) kepada planner TPKS melalui media elektronik (e-mail).
2) Ship planner melakukan pengolahan data pada system aplikasi yang ada (Pengecekan jumlah dan jenis container yang akan dimuat).
3) H-1 dilakukan meeting penyandaran dan penetapan standar kapal di TPKS.
4) Petugas terminal berkoordinasi untuk melakukan persiapan penyandaran dan kegiatan bongkar muat.
5) Pelaksanaan proses pembongkaran muatan sampai degan penumpukan kontainer ditempat penumpukan (CY). Proses ini meliputi kegiatan stevedoring dan trucking.
Dibawah ini Gambar 4.3 yang menunjukkan proses bisnis muat kapal petikemas oleh TPKS:
Adapun proses pada Gambar 4.3 meliputi:
1) Pihak terminal berkoordinasi dengan agent pelayaran berkaitan dengan muatan yang rencana akan di muat.
2) Agent pelayatan mengirimkan pre-plan alokasi tempat kontainer diatas kapal. 3) Ship planner membuat pre-plan sesuai panduan yang dibuat oleh agent, dan hasilnya
akan dikoordinasikan terlebih dahulu sebelum diajukan ke pihak kapal.
4) Jika tidak ada perubahan data dari pihak kapal maka akan dibuatkan dokumen loading sebagai pegangan untuk petugas lapangan.
5) Dilakukan proses pemuatan sesuai dengan pre-plan ke atas kapal. Proses ini meliputi kegiatan trucking dan stevedoring.
4.2.2 Waktu Proses Bongkar Muat
Pengambilan data dilakukan menggunakan metode pengamatan langsung dan menggunakan experts judgement untuk mengetahui waktu pengerjaan dari masing-masing proses bongkar muat oleh TPKS. Dimana waktu dibawah ini merupakan waktu
proses bongkar muat yang dilakukan pada 1 shift kerja yaitu pukul 08.00-16.00 di bulan Maret 2018.
A. Waktu Siklus
Pengumpulan data proses bongkar muat ialah berdasarkan pada waktu siklus pada setiap aktivitas proses. Waktu siklus untuk masing-masing proses yang terjadi dalam kegiatan bongkar muat oleh TPKS didapat dari observasi langsung dilapangan penumpukan (CY) yang berada di Pelabuhan Tanjung Mas Semarang serta hasil diskusi bersama salah seorang operator yang juga berperan sebagai expert dalam penelitian ini. Adapun waktu siklus untuk masing-masing proses tersebut ialah seperti yang terlihat pada tabel 4.1 dibawah ini:
Tabel 4.1 Waktu Siklus Proses Bongkar dan Muat
Proses Aktivitas Waktu Siklus (Detik)
Bongkar
Agen pelayaran mengirimkan data (EDY file) bongkar (baplie) kepada planner TPKS melalui media
elektronik (e-mail). 600
Ship planner melakukan pengolahan data pada system aplikasi yang ada (Pengecekan jumlah dan
jenis container yang akan dimuat). 7200
H-1 dilakukan meeting penyandaran dan penetapan standar kapal di TPKS. 3600 Petugas terminal berkoordinasi untuk melakukan persiapan penyandaran dan kegiatan bongkar muat. 3600
Stevedoring (Wharf ke CY) 5600
Trucking (CY ke Depo) 4200
Muat
Pihak terminal berkoordinasi dengan agent pelayaran berkaitan dengan muatan yang rencana akan di
muat. 3000
Agent pelayatan mengirimkan pre-plan alokasi tempat kontainer diatas kapal. 300
Ship planner membuat pre-plan sesuai panduan yang dibuat oleh agent, dan hasilnya akan
dikoordinasikan terlebih dahulu sebelum diajukan ke pihak kapal. 7200 Jika tidak ada perubahan data dari pihak kapal maka akan dibuatkan dokumen loading sebagai
pegangan untuk petugas lapangan. 3600
Trucking (Depo ke CY) 4200
B. Waktu Available
Waktu available merupakan waktu yang benar-benar digunakan dalam menjalankan sebuah proses bisnis. Dimana dalam penelitian ini yang menjadi objek nya ialah proses bongkar muat container oleh TPKS sehingga waktu available atau waktu yang tersedia meliputi waktu kerja bersih yang tersedia dalam menjalankan serangkaian proses bongkar bisnis itu sendiri. Adapun waktu yang tersedia tersebut sudah dikurangi waktu istirahat dan waktu-waktu yang tidak memiliki nilai tambah lainnya. Berikut dibawah ini merupakan waktu available untuk masing-masing proses yang terjadi dalam kegiatan bongkar muat petikemas atau container oleh TPKS ialah seperti yang terlihat pada Tabel 4.2 dibawah ini:
Tabel 4.2 Waktu Available Proses Bongkar dan Muat
Proses Aktivitas Waktu Available (Detik)
Bongkar
Agen pelayaran mengirimkan data (EDY file) bongkar (baplie) kepada planner TPKS melalui
media elektronik (e-mail). 277200
Ship planner melakukan pengolahan data pada system aplikasi yang ada (Pengecekan jumlah dan
jenis container yang akan dimuat). 277200
H-1 dilakukan meeting penyandaran dan penetapan standar kapal di TPKS. 277200 Petugas terminal berkoordinasi untuk melakukan persiapan penyandaran dan kegiatan bongkar
muat. 277200
Stevedoring (Wharf ke CY) 277200
Trucking (CY ke Depo) 277200
Muat
Pihak terminal berkoordinasi dengan agent pelayaran berkaitan dengan muatan yang rencana akan
di muat. 252200
Agent pelayatan mengirimkan pre-plan alokasi tempat kontainer diatas kapal. 252200
Ship planner membuat pre-plan sesuai panduan yang dibuat oleh agent, dan hasilnya akan
dikoordinasikan terlebih dahulu sebelum diajukan ke pihak kapal. 252200 Jika tidak ada perubahan data dari pihak kapal maka akan dibuatkan dokumen loading sebagai
pegangan untuk petugas lapangan. 252200
Trucking (Depo ke CY) 252200
4.2.3 Operator Proses Bongkar Muat
Berikut dibawah ini merupakan jumlah operator untuk proses bongkar muat di TPKS:
Tabel 4.3 Jumlah Operator Proses Bongkar dan Muat
Proses Aktivitas Jumlah Operator
Bongkar
Agen pelayaran mengirimkan data (EDY file) bongkar (baplie) kepada planner TPKS melalui media
elektronik (e-mail). 5
Ship planner melakukan pengolahan data pada system aplikasi yang ada (Pengecekan jumlah dan jenis
container yang akan dimuat). 21
H-1 dilakukan meeting penyandaran dan penetapan
standar kapal di TPKS. 10
Petugas terminal berkoordinasi untuk melakukan
persiapan penyandaran dan kegiatan bongkar muat. 8
Stevedoring (Wharf ke CY) 44
Trucking (CY ke Depo) 4
Muat
Pihak terminal berkoordinasi dengan agent pelayaran
berkaitan dengan muatan yang rencana akan di muat. 8 Agent pelayatan mengirimkan pre-plan alokasi tempat
kontainer diatas kapal. 5
Ship planner membuat pre-plan sesuai panduan yang dibuat oleh agent, dan hasilnya akan dikoordinasikan
terlebih dahulu sebelum diajukan ke pihak kapal. 21 Jika tidak ada perubahan data dari pihak kapal maka
akan dibuatkan dokumen loading sebagai pegangan
untuk petugas lapangan. 5
Trucking (Depo ke CY) 4
Stevedoring (CY ke Wharf) 44
4.2.4 Penggunaan Energi Pada Proses Bongkar Muat
Adapun demi menunjang kegiatan bongkar muat kapal petikemas yang dilakukan maka pihak TPKS menggunakan beberapa alat seperti Container Crane (CC), Head Truck (HT), dan Rubber Tyred Gantry (RTG) dalam proses bongkar muat nya. Container Crane (CC) sendiri didukung dengan energi listrik dalam penggunaannya, sedangkan untuk Head Truck (HT) dan Rubber Tyred Gantry (RTG) didukung dengan energi bahan bakar minyak yaitu diesel. Adapun Tabel 4.4 hingga Tabel 4.6 dibawah ini merupakan jumlah
energi yang dikonsumsi oleh ketiga alat yang digunakan pada proses bongkar muat pada bulan Maret 2018.
Tabel 4.4 Penggunaan Energi Bahan Bakar Minyak untuk Rubber Tyred Gantry (RTG)
No Nama Alat Pemakaian / Bulan
Periode 1 Periode 2
Rubber Tyred Gantry (RTG)
1 RTG.01 4033 4628 2 RTG.02 3387 5502 3 RTG.03 3700 4633 4 RTG.04 1195 1868 5 RTG.05 1364 2416 6 RTG.06 4065 4734 7 RTG.07 2556 3764 8 RTG.08 3466 3423 9 RTG.16 3372 3467 10 RTG.17 3130 4496 11 RTG.18 4395 3716 12 RTG.19 2260 4025 Jumlah 83595
Tabel 4.5 Penggunaan Energi Bahan Bakar Minyak untuk Head Truck (HT)
No Nama Alat Pemakaian / Bulan
Periode 1 Periode 2 Head Truck (HT) 1 HN.118 684 869 2 HN.119 684 801 3 HN.120 0 0 4 HN.121 338 375 5 HN.122 0 0 6 HN.123 503 835 7 HN.124 625 871 8 HN.125 542 720 9 HN.126 572 742 10 HN.127 0 0 11 HT.136 764 1064 12 HT.137 833 1057 13 HT.138 750 805 14 HT.139 783 943 15 HT.140 825 1063
No Nama Alat Pemakaian / Bulan Periode 1 Periode 2 16 HT.141 0 740 17 HT.142 0 0 18 HT.143 806 632 19 HT.144 842 987 20 HT.145 713 1082 21 HT.153 831 1074 22 HT.154 645 923 23 HT.155 488 1033 24 HT.156 771 1077 25 HT.157 601 805 26 HT.158 774 962 27 HT.159 830 1019 28 HT.160 714 881 29 HT.161 571 865 30 HT.162 797 1007 31 HT.163 886 1105 32 HT.164 439 803 33 HT.165 813 900 34 HT.166 886 1156 35 HT.167 839 945 36 HT.168 881 876 37 HT.169 771 1149 38 HT.170 734 1016 39 HT.171 764 935 40 HT.172 698 973 41 HT.173 792 950 42 HT.174 540 701 43 HT.175 610 1050 Jumlah 62730
Tabel 4.6 Penggunaan Energi Listrik untuk Container Crane (CC)
No Nama Alat Pemakaian / Bulan
(Mwh) (Kwh) Container Crane (CC) 1 CC.03 24.38 24380 2 CC.04 25.13 25130 3 CC.05 57.11 57110 4 CC.06 27.95 27950 5 CC.07 28.46 28460 Jumlah 163030
4.2.5 Biaya dalam Proses Bongkar Muat
Dalam kegiatan operasional proses bongkar muat kapal peti kemas tentunya terdapat biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menunjang keberhasilan kegiatan bongkar muat tersebut. Pada proses bongkar muat oleh TPKS digunakan tiga alat utama sebagai alat penunjang untuk keberlangsungan proses bongkar muat yaitu terdiri dari alat Container Crane (CC), Head Truck (HT), dan Rubber Tyred Gantry (RTG). Adapun biaya yang dikeluarkan untuk masing-masing alat tersebut ialah:
Tabel 4.7 Biaya Penggunaan Alat Rubber Tyred Grant (RTG) Crane
Tabel 4.8 Biaya Penggunaan Alat Head Truck (HT)
No Nama Alat Pemakaian / Bulan Biaya BBM-Periode 1 Biaya BBM-Periode 2 Biaya Periode 1 Biaya Periode 2 Total Biaya / bulan Periode 1 Periode 2 (Rp/liter) (Rp/liter) (Rp) (Rp) (Rp) 1 HT.118 684 869 9,900.00 10,150.00 6,771,600.00 8,820,350.00 15,591,950.00 2 HT.119 684 801 9,900.00 10,150.00 6,771,600.00 8,130,150.00 14,901,750.00 3 HT.120 0 0 9,900.00 10,150.00 - - - No Nama Alat
Pemakaian / Bulan Biaya BBM-Periode 1 Biaya BBM-Periode 2 Biaya Periode 1 Biaya Periode 2 Total Biaya / bulan Periode 1 Periode 2 (Rp/liter) (Rp/liter) (Rp) (Rp) (Rp) 1 RTG.01 4,033 4,628 9,900.00 10,150.00 39,926,700.00 46,974,200.00 86,900,900.00 2 RTG.02 3,387 5,502 9,900.00 10,150.00 33,531,300.00 55,845,300.00 89,376,600.00 3 RTG.03 3,700 4,633 9,900.00 10,150.00 36,630,000.00 47,024,950.00 83,654,950.00 4 RTG.04 1,195 1,868 9,900.00 10,150.00 11,830,500.00 18,960,200.00 30,790,700.00 5 RTG.05 1,364 2,416 9,900.00 10,150.00 13,503,600.00 24,522,400.00 38,026,000.00 6 RTG.06 4,065 4,734 9,900.00 10,150.00 40,243,500.00 48,050,100.00 88,293,600.00 7 RTG.07 2,556 3,764 9,900.00 10,150.00 25,304,400.00 38,204,600.00 63,509,000.00 8 RTG.08 3,466 3,423 9,900.00 10,150.00 34,313,400.00 34,743,450.00 69,056,850.00 9 RTG.16 3,372 3,467 9,900.00 10,150.00 33,382,800.00 35,190,050.00 68,572,850.00 10 RTG.17 3,130 4,496 9,900.00 10,150.00 30,987,000.00 45,634,400.00 76,621,400.00 11 RTG.18 4,395 3,716 9,900.00 10,150.00 43,510,500.00 37,717,400.00 81,227,900.00 12 RTG.19 2,260 4,025 9,900.00 10,150.00 22,374,000.00 40,853,750.00 63,227,750.00
No Nama Alat Pemakaian / Bulan Biaya BBM-Periode 1 Biaya BBM-Periode 2 Biaya Periode 1 Biaya Periode 2 Total Biaya / bulan Periode 1 Periode 2 (Rp/liter) (Rp/liter) (Rp) (Rp) (Rp) 4 HT.121 338 375 9,900.00 10,150.00 3,346,200.00 3,806,250.00 7,152,450.00 5 HT.122 0 0 9,900.00 10,150.00 - - - 6 HT.123 503 835 9,900.00 10,150.00 4,979,700.00 8,475,250.00 13,454,950.00 7 HT.124 625 871 9,900.00 10,150.00 6,187,500.00 8,840,650.00 15,028,150.00 8 HT.125 542 720 9,900.00 10,150.00 5,365,800.00 7,308,000.00 12,673,800.00 9 HT.126 572 742 9,900.00 10,150.00 5,662,800.00 7,531,300.00 13,194,100.00 10 HT.127 0 0 9,900.00 10,150.00 - - - 11 HT.136 764 1064 9,900.00 10,150.00 7,563,600.00 10,799,600.00 18,363,200.00 12 HT.137 833 1057 9,900.00 10,150.00 8,246,700.00 10,728,550.00 18,975,250.00 13 HT.138 750 805 9,900.00 10,150.00 7,425,000.00 8,170,750.00 15,595,750.00 14 HT.139 783 943 9,900.00 10,150.00 7,751,700.00 9,571,450.00 17,323,150.00 15 HT.140 825 1063 9,900.00 10,150.00 8,167,500.00 10,789,450.00 18,956,950.00 16 HT.141 0 740 9,900.00 10,150.00 - 7,511,000.00 7,511,000.00 17 HT.142 0 0 9,900.00 10,150.00 - - - 18 HT.143 806 632 9,900.00 10,150.00 7,979,400.00 6,414,800.00 14,394,200.00 19 HT.144 842 987 9,900.00 10,150.00 8,335,800.00 10,018,050.00 18,353,850.00 20 HT.145 713 1082 9,900.00 10,150.00 7,058,700.00 10,982,300.00 18,041,000.00 21 HT.153 831 1074 9,900.00 10,150.00 8,226,900.00 10,901,100.00 19,128,000.00 22 HT.154 645 923 9,900.00 10,150.00 6,385,500.00 9,368,450.00 15,753,950.00 23 HT.155 488 1033 9,900.00 10,150.00 4,831,200.00 10,484,950.00 15,316,150.00 24 HT.156 771 1077 9,900.00 10,150.00 7,632,900.00 10,931,550.00 18,564,450.00 25 HT.157 601 805 9,900.00 10,150.00 5,949,900.00 8,170,750.00 14,120,650.00 26 HT.158 774 962 9,900.00 10,150.00 7,662,600.00 9,764,300.00 17,426,900.00
No Nama Alat Pemakaian / Bulan Biaya BBM-Periode 1 Biaya BBM-Periode 2 Biaya Periode 1 Biaya Periode 2 Total Biaya / bulan Periode 1 Periode 2 (Rp/liter) (Rp/liter) (Rp) (Rp) (Rp) 27 HT.159 830 1019 9,900.00 10,150.00 8,217,000.00 10,342,850.00 18,559,850.00 28 HT.160 714 881 9,900.00 10,150.00 7,068,600.00 8,942,150.00 16,010,750.00 29 HT.161 571 865 9,900.00 10,150.00 5,652,900.00 8,779,750.00 14,432,650.00 30 HT.162 797 1007 9,900.00 10,150.00 7,890,300.00 10,221,050.00 18,111,350.00 31 HT.163 886 1105 9,900.00 10,150.00 8,771,400.00 11,215,750.00 19,987,150.00 32 HT.164 439 803 9,900.00 10,150.00 4,346,100.00 8,150,450.00 12,496,550.00 33 HT.165 813 900 9,900.00 10,150.00 8,048,700.00 9,135,000.00 17,183,700.00 34 HT.166 886 1156 9,900.00 10,150.00 8,771,400.00 11,733,400.00 20,504,800.00 35 HT.167 839 945 9,900.00 10,150.00 8,306,100.00 9,591,750.00 17,897,850.00 36 HT.168 881 876 9,900.00 10,150.00 8,721,900.00 8,891,400.00 17,613,300.00 37 HT.169 771 1149 9,900.00 10,150.00 7,632,900.00 11,662,350.00 19,295,250.00 38 HT.170 734 1016 9,900.00 10,150.00 7,266,600.00 10,312,400.00 17,579,000.00 39 HT.171 764 935 9,900.00 10,150.00 7,563,600.00 9,490,250.00 17,053,850.00 40 HT.172 698 973 9,900.00 10,150.00 6,910,200.00 9,875,950.00 16,786,150.00 41 HT.173 792 950 9,900.00 10,150.00 7,840,800.00 9,642,500.00 17,483,300.00 42 HT.174 540 701 9,900.00 10,150.00 5,346,000.00 7,115,150.00 12,461,150.00 43 HT.175 610 1050 9,900.00 10,150.00 6,039,000.00 10,657,500.00 16,696,500.00
Tabel 4.9 Biaya Penggunaan Alat Container Crane (CC)
No Nama Alat Pemakaian / Bulan Biaya-Tarif TPKS Total Biaya / bulan
(Mwh) (Kwh) (Rp/Kwh) (Rp) 1 CC.03 24.38 24,380.00 1,294.73 31,565,517.40 2 CC.04 25.13 25,130.00 1,294.73 32,536,564.90 3 CC.05 57.11 57,110.00 1,294.73 73,942,030.30 4 CC.06 27.95 27,950.00 1,294.73 36,187,703.50 5 CC.07 28.46 28,460.00 1,294.73 36,848,015.80
4.2.6 Pembuatan Service Value Stream Mapping (SVSM)
Dalam memetakan keseluruhan proses bongkar muat oleh TPKS maka dilakukan pembuatan service value stream mapping (SVSM) untuk melihat keseluruhan proses serta melihat total lead time untuk keseluruhan proses bongkar muat yang meliputi waktu siklus, VA (Value Added) time, dan NVA (Non Value Added) time. Selain itu pembuatan SVSM juga diharapkan dapat merepresentasikan pemborosan terbesar yang terjadi di TPKS berdasarkan hasil pembobotan dengan menggunakan logika fuzzy-AHP pada Tabel 4.39 diatas dan juga dapat mengidentifikasi pemborosan lainnya yang terdapat pada proses bongkar muat oleh TPKS tersebut. Berikut dibawah ini merupakan current service value stream mapping dari proses bongkar muat yang terjadi di TPKS.
4.2.6 Pembobotan Kuisioner Pemborosan
Kuisioner diberikan kepada pihak asisten manajer perencanaan TPKS. Hal ini dilakukan karena asisten manajer perencanaan tersebut merupakan orang yang memahami serangkaian proses bisnis bongkar muat kapal petikemas yang dilakukan di TPKS. Tetapi selanjutnya peneliti juga melakukan validasi dari hasil kuisioner dengan melakukan observasi langsung di lapangan. Pembobotan yang digunakan yaitu menggunakan skala 1 sampai dengan 9 pada perbandingan menggunakan Analitycal Hierarchy Process (AHP) dengan pembobotan 10 jenis pemborosan. Adapun hasil dari kuisioner tersebut ialah seperti yang ditunjukkan pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.10 Hasil Kuisioner (Menurut Experts)
Kriteria Tingkat Kepentingan Kriteria
Defects 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Duplication Defects 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Incorrect Inventory Defects 9 8 7 6 5 4 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Lack of Customer's Focus Defects 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Over Production Defects 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Unclear Communicatio n Defects 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Motion/Transp ortation Defects 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Underutilized Employees Defects 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Variation Defects 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Waiting/Delay Duplication 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 9 Incorrect Inventory Duplication 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Lack of Customer's Focus Duplication 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Over Production Duplication 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 8 9 Unclear Communicatio n Duplication 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 Motion/Transp ortation
Kriteria Tingkat Kepentingan Kriteria Duplication 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Underutilized Employees Duplication 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Variation Duplication 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Waiting/Delay Incorrect Inventory 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 8 9 Lack of Customer's Focus Incorrect Inventory 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Over Production Incorrect Inventory 9 8 7 6 5 4 3 2 1 3 4 5 6 7 8 9 Unclear Communicatio n Incorrect Inventory 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 8 9 Motion/Transp ortation Incorrect Inventory 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Underutilized Employees Incorrect Inventory 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Variation Incorrect Inventory 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Waiting/Delay Lack of Customer's Focus 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Over Production Lack of Customer's Focus 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Unclear Communicatio n Lack of Customer's Focus 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Motion/Transp ortation Lack of Customer's Focus 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Underutilized Employees Lack of Customer's Focus 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Variation Lack of Customer's Focus 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Waiting/Delay Over Production 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Unclear Communicatio n Over Production 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Motion/Transp ortation Over Production 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Underutilized Employees Over Production 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Variation
Kriteria Tingkat Kepentingan Kriteria Over Production 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Waiting/Delay Unclear Communicatio n 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Motion/Transp ortation Unclear Communicatio n 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Underutilized Employees Unclear Communicatio n 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Variation Unclear Communicatio n 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Waiting/Delay Motion/Transp ortation 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Underutilized Employees Motion/Transp ortation 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Variation Motion/Transp ortation 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Waiting/Delay Underutilized Employees 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Variation Underutilized Employees 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Waiting/Delay Variation 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Waiting/Delay
Berdasakan hasil kuisioner pada Tabel 4.7 diatas maka dilakukan rekapitulasi untuk memudahkan peneliti dalam melakukan pengolahan data seperti yang terlihat pada tabel 4.8 dibawah ini.
Tabel 4.11 Hasil Rekapitulasi Kuisioner
Kriteria Defects Duplicati
on Incorrect Inventory Lack of Customer's Focus Over Product ion Unclear Communi cation Motion/Trans portation Underutilized Employees Variati on Waiting/Del ay Defects X 7 5 1/5 1/3 1/5 1/5 1/6 1/5 1/4 Duplication 1/7 X 1/5 1/3 1/5 1/5 1/6 1/5 1/4 1/5 Incorrect Inventory 1/5 5 X 1/5 1 1/3 1/4 1/5 1/3 1/4 Lack of Customer's Focus 5 3 5 X 1/4 1/3 1/4 1/4 1/2 1/2 Over Production 3 5 1 4 X 1/3 1/3 1/4 1 1/2 Unclear Communication 5 5 3 3 3 X 1/2 1/3 1/2 1 Motion/Transpo rtation 5 6 4 4 3 2 X 1/3 1 1 Underutilized Employees 6 5 5 4 4 3 3 X 3 3 Variation 5 4 3 2 1 2 1 1/3 X 1 Waiting/Delay 4 5 4 2 2 1 1 1/3 1 X
Tabel 4.8 diatas merupakan hasil rekapitulasi dari kuisioner pembobotan AHP yang berisi pembobotan terhadap sepuluh jenis pemborosan yang terdapat di industri jasa. Kuisioner tersebut diisi oleh seorang expert atau ahli yang mengetahui dengan jelas keseluruhan proses bongkar muat yang terjadi di TPKS dimana selanjutnya berdasarkan hasil kuisioner tersebut dilakukan perhitungan manual dengan menggunakan metode fuzzy-AHP. Adapun perhitungan tersebut dilakukan dengan menggunakan skala likert berdasarkan logika fuzzy untuk mendapatkan nilai bobot yang nantinya berguna dalam mengetahui nilai pemborosan yang paling tinggi. Untuk mengetahui pemborosan tersebut, maka terlebih dahulu dilakukan transfomasi atau mengubah hasil rekapitulasi kuisioner dengan menggunakan skala likert yang sudah ditentukan agar memudahkan peneliti dalam melakukan perhitungan menggunakan F-AHP seperti yang terlihat pada Tabel 4.9 dibawah ini:
Tabel 4.12 Hasil Transformasi Skala Fuzzy Pairwaise Comparison (FPC)
Kriteria Defects Duplicat
ion Incorrect Inventory Lack of Custom er's Focus Over Producti on Unclear Communic ation Motion/Transpor tation Underutil ized Employee s Variatio n Waiting/D elay Defects (1,1,3) (5,7,9) (3,5,7) (1/7,1/5 ,1/3) (1/5,1/3, 1/1) (1/7,1/5,1/3 ) (1/7,1/5,1/3) (1/8,1/6,1/ 4) (1/7,1/5, 1/3) (1/6,1/4,1/ 2) Duplication (1/9,1/7, 1/5) (1,1,3) (1/7,1/5,1/ 3) (1/5,1/5 ,1/1) (1/7,1/5, 1/3) (1/7,1/5,1/3 ) (1/8,1/6,1/4) (1/7,1/5,1/ 3) (1/6,1/4, 1/2) (1/7,1/5,1/ 3) Incorrect Inventory (1/7,1/5, 1/3) (3,5,7) (1,1,3) (1/7,1/5 ,1/3) (1,1,3) (1/5,1/3,1/1 ) (1/6,1/4,1/2) (1/7,1/5,1/ 3) (1/5,1/3, 1/1) (1/6,1/4,1/ 2) Lack of Customer's Focus (3,5,7) (1,3,5) (3,5,7) (1,1,3) (1/6,1/4, 1/2) (1/5,1/3,1/1 ) (1/6,1/4,1/2) (1/6,1/4,1/ 2) (1/4,1/2, 1/1) (1/4,1/2,1/ 1) Over Production (1,3,5) (3,5,7) (1,1,3) (2,4,6) (1,1,3) (1/5,1/3,1/1 ) (1/5,1/3,1/1) (1/6,1/4,1/ 2) (1,1,3) (1/4,1/2,1/ 1) Unclear Communication (3,5,7) (3,5,7) (1,3,5) (1,3,5) (1,3,5) (1,1,3) (1/4,1/2,1/1) (1/5,1/3,1/ 1) (1/4,1/2, 1/1) (1,1,3) Motion/Transpor tation (3,5,7) (4,6,8) (2,4,6) (2,4,6) (1,3,5) (1,2,4) (1,1,3) (1/5,1/3,1/ 1) (1,1,3) (1,1,3) Underutilized Employees (4,6,8) (3,5,7) (3,5,7) (2,4,6) (2,4,6) (1,3,5) (1,3,5) (1,1,3) (1,3,5) (1,3,5) Variation (3,5,7) (2,4,6) (1,3,5) (1,2,4) (1,1,3) (1,2,4) (1,1,3) (1/5,1/3,1/ 1) (1,1,3) (1,1,3) Waiting/Delay (2,4,6) (3,5,7) (2,4,6) (1,2,4) (1,2,4) (1,1,3) (1,1,3) (1/5,1/3,1/ 1) (1,1,3) (1,1,3)
Berdasarkan Tabel 4.9 diatas terkait hasil transformasi pembobotan AHP biasa menjadi F-AHP maka selanjutnya dapat dilanjutkan dengan melakukan perhitungan geometric mean seperti yang terlihat pada Tabel 4.10 hingga Tabel 4.19 dibawah ini.
Tabel 4.13 Geometric Mean untuk Defects Defects FPC (1,1,3) (5,7,9) (3,5,7) (1/7,1/5,1/3) (1/5,1/3,1/1) (1/7,1/5,1/3) (1/7,1/5,1/3) (1/8,1/6,1/4) (1/7,1/5,1/3) (1/6,1/4,1/2) Lower Defect 0.347975595 Medium Deffect 0.48874863 Upper Deffect 0.792093691
Tabel 4.14 Geometric Mean untuk Duplication Duplication FPC (1/9, 1/7, 1/5) (1, 1,3 ) (1/7,1/ 5,1/3) (1/5,1/ 5,1/1) (1/7,1/ 5,1/3) (1/7,1/ 5,1/3) (1/8,1/ 6,1/4) (1/7,1/ 5,1/3) (1/6,1/ 4,1/2) (1/7,1/ 5,1/3) Lower Duplication 0.175390314 Medium Duplication 0.228079929 Upper Duplication 0.445600325
Tabel 4.15 Geometric Mean untuk Incorrect Inventory Incorrect Inventory FPC (1/7,1/5,1/3) (3, 5,7 ) (1, 1,3 ) (1/7,1/ 5,1/3) (1, 1,3 ) (1/5,1/ 3,1/1) (1/6,1/ 4,1/2) (1/7,1/ 5,1/3) (1/5,1/ 3,1/1) (1/6,1/ 4,1/2) Lower Incorrect Inventory 0.315325042 Medium Incorrect Inventory 0.440930103 Upper Incorrect Inventory 0.947527186
Tabel 4.16 Geometric Mean untuk Lack of Customer's Focus Lack of Customer's Focus
FPC (3, 5,7 ) (1, 3,5 ) (3, 5,7 ) (1, 1,3 ) (1/6,1/ 4,1/2) (1/5,1/ 3,1/1) (1/6,1/ 4,1/2) (1/6,1/ 4,1/2) (1/4,1/ 2,1/1) (1/4,1/ 2,1/1) Lower Lack of Customer's Focus 0.469537061 Medium Lack of Customer's Focus 0.792446596 Upper Lack of Customer's Focus 1.571519359
Tabel 4.17 Geometric Mean untuk Over Production Over Production FPC (1,3,5) (3,5,7) (1,1,3) (3,5,7) (1,1,3) (1/5,1/3,1/1) (1/5,1/3,1/1) (1/6,1/4,1/2) (1,1,3) (1/4,1/2,1/1) Lower Over Production 0.657066198 Medium Over Production 1.004090543 Upper Over Production 2.248795613
Tabel 4.18 Geometric Mean untuk Unclear Communication Unclear Communication FPC (3,5,7) (3,5,7) (1,3,5) (1,3,5) (1,3,5) (1,1,3) (1/4,1/2,1/1) (1/5,1/3,1/1) (1/4,1/2,1/1) (1,1,3) Lower Unclear Communication 0.803739389 Medium Unclear Communication 1.49627787 Upper Unclear Communication 2.979441483
Tabel 4.19 Geometric Mean untuk Motion/Transportation Motion/Transportation FPC (3,5,7) (4,6,8) (2,4,6) (2,4 ,6) (1,3 ,5) (1,2, 4) (1,1, 3) (1/5,1/3, 1/1) (1,1, 3) (1,1, 3) Lower Motion/Trans portation 1.253796702 Medium Motion/Trans portation 1.987133859
Motion/Transportation Upper
Motion/Trans portation
4.015026617
Tabel 4.20 Geometric Mean untuk Underutilized Employees Underutilized Employees FPC (4,6,8) (3,5,7) (3,5,7) (2,4,6) (2,4,6) (1,3,5) (1,3,5) (1,1,3) (1,3,5) (1,3,5) Lower Underutilized Employees 1.64375183 Medium Underutilized Employees 3.379633654 Upper Underutilized Employees 5.524067593
Tabel 4.21 Geometric Mean untuk Variation Variation FPC (3,5,7) (2,4,6) (1,3,5) (1,2,4) (1,1,3) (1,2,4) (1,1,3) (1/5,1/3,1/1) (1,1,3) (1,1,3) Lower Variation 1.018399376 Medium Variation 1.549918988 Upper Variation 3.495283683
Tabel 4.22 Geometric Mean untuk Waiting/Delay Waiting/Delay FPC (2,4,6) (3,5,7) (2,4,6) (1,2,4) (1,2,4) (1,1,3) (1,1,3) (1/5,1/3,1/1) (1,1,3) (1,1,3) Lower Waiting/Delay 1.091493426 Medium Waiting/Delay 1.595154937 Upper Waiting/Delay 3.559594723
Setelah melakukan perhitungan geometric mean maka dilanjutkan dengan melakukan perhitungan normalisasi seperti yang terlihat pada Tabel 4.20 hingga Tabel 4.29 dibawah ini:
Tabel 4.23 Normalisasi untuk Defects Normalisasi untuk Defects
Lower Defects 0.34798 Total Nilai Bawah 7.645543
Medium Defects 0.48875 Total Nilai Tengah 12.9008
Upper Defects 0.79209 Total Nilai Atas 25.16396
Hasil Normalisasi Defects
Lower 0.01383
Medium 0.03789
Upper 0.1036
Tabel 4.24 Normalisasi untuk Duplication Normalisasi untuk Duplication
Lower Duplication 0.17539 Total Nilai Bawah 7.645543
Medium Duplication 0.22808 Total Nilai Tengah 12.9008
Upper Duplication 0.4456 Total Nilai Atas 25.16396
Hasil Normalisasi Duplication
Lower 0.00697
Medium 0.01768
Upper 0.05828
Tabel 4.25 Normalisasi untuk Incorrect Inventory Normalisasi untuk Incorrect Inventory
Lower Incorrect Inventory 0.31533 Total Nilai Bawah 7.645543 Medium Incorrect Inventory 0.44093 Total Nilai Tengah 12.9008
Upper Incorrect Inventory 0.94753 Total Nilai Atas 25.16396
Hasil Normalisasi Incorrect Inventory
Lower 0.01253
Medium 0.03418
Upper 0.12393
Tabel 4.26 Normalisasi untuk Lack of Customer's Focus Normalisasi untuk Lack of Customer's Focus
Lower Lack of Customer's Focus 0.46954 Total Nilai Bawah 7.645543 Medium Lack of Customer's Focus 0.79245 Total Nilai Tengah 12.9008
Upper Lack of Customer's Focus 1.57152 Total Nilai Atas 25.16396
Medium 0.06143
Upper 0.20555
Tabel 4.27 Normalisasi untuk Over Production Normalisasi untuk Over Production
Lower Over Production 0.65707 Total Nilai Bawah 7.645543
Medium Over Production 1.00409 Total Nilai Tengah 12.9008
Upper Over Production 2.2488 Total Nilai Atas 25.16396
Hasil Normalisasi Over Production
Lower 0.02611
Medium 0.07783
Upper 0.29413
Tabel 4.28 Normalisasi untuk Unclear Communication Normalisasi untuk Unclear Communication
Lower Unclear Communication 0.80374 Total Nilai Bawah 7.645543 Medium Unclear Communication 1.49628 Total Nilai Tengah 12.9008
Upper Unclear Communication 2.97944 Total Nilai Atas 25.16396
Hasil Normalisasi Unclear Communication
Lower 0.03194
Medium 0.11598
Upper 0.3897
Tabel 4.29 Normalisasi untuk Motion/Transportation Normalisasi untuk Motion/Transportation
Lower Motion/Transportation 1.2538 Total Nilai Bawah 7.645543 Medium Motion/Transportation 1.98713 Total Nilai Tengah 12.9008
Upper Motion/Transportation 4.01503 Total Nilai Atas 25.16396
Hasil Normalisasi Motion/Transportation
Lower 0.04983
Medium 0.15403
Upper 0.52515
Tabel 4.30 Normalisasi untuk Underutilized Employees Normalisasi untuk Underutilized Employees
Medium Underutilized Employees 3.37963 Total Nilai Tengah 12.9008 Upper Underutilized Employees 5.52407 Total Nilai Atas 25.16396
Hasil Normalisasi Underutilized Employees
Lower 0.06532
Medium 0.26197
Upper 0.72252
Tabel 4.31 Normalisasi untuk Variation Normalisasi untuk Variation
Lower Variation 1.0184 Total Nilai Bawah 7.645543
Medium Variation 1.54992 Total Nilai Tengah 12.9008
Upper Variation 3.49528 Total Nilai Atas 25.16396
Hasil Normalisasi Variation
Lower 0.04047
Medium 0.12014
Upper 0.45717
Tabel 4.32 Normalisasi untuk Waiting/Delay Normalisasi untuk Waiting/Delay
Lower Waiting/Delay 1.09149 Total Nilai Bawah 7.645543
Medium Waiting/Delay 1.59515 Total Nilai Tengah 12.9008
Upper Waiting/Delay 3.55959 Total Nilai Atas 25.16396
Hasil Normalisasi Waiting/Delay
Lower 0.04338
Medium 0.12365
Upper 0.46558
Setelah melakukan perhitungan normalisasi maka dilanjutkan dengan melakukan perhitungan deffuzifikasi untuk 10 pemborosan seperti yang terlihat pada Tabel 4.30 hingga Tabel 4.39 dibawah ini:
Tabel 4.33 Hasil Deffuzifikasi Defects
Hasil Normalisasi Defects
Lower 0.0138283
Medium 0.0378851
Upper 0.103602
Tabel 4.34 Hasil Deffuzifikasi Duplication
Hasil Normalisasi Duplication
Lower 0.0069699
Medium 0.0176795
Upper 0.0582824
Hasil Deffuzifikasi Duplication 0.025152825
Tabel 4.35 Hasil Deffuzifikasi Incorrect Inventory
Hasil Normalisasi Incorrect Inventory
Lower 0.0125308
Medium 0.0341785
Upper 0.123932
Hasil Deffuzifikasi Incorrect Inventory 0.051204949
Tabel 4.36 Hasil Deffuzifikasi Lack of Customer's Focus
Hasil Normalisasi Lack of Customer's Focus
Lower 0.0186591
Medium 0.0614262
Upper 0.2055471
Hasil Deffuzifikasi Lack of Customer's Focus 0.086764635
Tabel 4.37 Hasil Deffuzifikasi Over Production
Hasil Normalisasi Over Production
Lower 0.0261114
Medium 0.0778316
Upper 0.2941316
Hasil Deffuzifikasi Over Production 0.118976565
Tabel 4.38 Hasil Deffuzifikasi Unclear Communication
Hasil Normalisasi Unclear Communication
Lower 0.0319401
Medium 0.1159833
Upper 0.3896965
Hasil Deffuzifikasi Unclear Communication 0.163400819
Tabel 4.39 Hasil Deffuzifikasi Motion/Transportation
Hasil Normalisasi Motion/Transportation
Lower 0.0498251
Medium 0.1540318
Upper 0.525146
Tabel 4.40 Hasil Deffuzifikasi Underutilized Employees
Hasil Normalisasi Underutilized Employees
Lower 0.0653217
Medium 0.2619709
Upper 0.7225213
Hasil Deffuzifikasi Underutilized Employees 0.32794616
Tabel 4.41 Hasil Deffuzifikasi Variation
Hasil Normalisasi Variation
Lower 0.0404706
Medium 0.1201413
Upper 0.4571662
Hasil Deffuzifikasi Variation 0.184479831
Tabel 4.42 Hasil Deffuzifikasi Waiting/Delay
Hasil Normalisasi Waiting/Delay
Lower 0.0433753
Medium 0.1236478
Upper 0.4655777
Hasil Deffuzifikasi Waiting/Delay 0.189062125
Berdasarkan perhitungan deffuzifikasi maka didapat hasil bobot yang digunakan untuk menentukan pemborosan tertinggi yang terjadi di TPKS. Selanjutnya dilakukan perbandingan bobot perhitungan bobot AHP dan fuzzy-AHP seperti yang terlihat pada Tabel 4.40 dibawah ini.
Tabel 4.43 Bobot Perbandingan AHP dan Fuzzy-AHP
Kriteria Bobot AHP Bobot Fuzzy-AHP
Defects 0.051804452 0.048300157
Duplication 0.021220871 0.025152825
Incorrect Inventory 0.040960348 0.051204949
Lack of Customer's Focus 0.068758098 0.086764635
Over Production 0.080457935 0.118976565 Unclear Communication 0.111620528 0.163400819 Motion/Transportation 0.143624211 0.220758693 Underutilized Employees 0.254859195 0.32794616 Variation 0.11375336 0.184479831 Waiting/Delay 0.112941001 0.189062125