• Tidak ada hasil yang ditemukan

AGNES ELYA NIM :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "AGNES ELYA NIM :"

Copied!
149
0
0

Teks penuh

(1)

`

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PASIEN HARGA DIRI RENDAH DI RUANGAN DAHLIA RUMAH SAKIT JIWA

PROF. HB. SA’ANIN PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

AGNES ELYA

NIM : 143110202

JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG TAHUN 2017

(2)

`

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PASIEN HARGA DIRI RENDAH DIRUANGAN DAHLIA RUMAH SAKIT JIWA PROF. HB. SA’ANIN

PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan

AGNES ELYA NIM : 143110202

JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG TAHUN 2017

(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT, karena berkat dan rahmat-Nya peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul“Asuhan Keperawatan dengan pasien Harga diri rendah di ruangan Dahlia rumah sakit jiwa Prof. HB Sa’anin Padang tahun 2017”

Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam melakukan penelitian Program Studi D-III Keperawatan Padang Poltekkes Kemenkes Ri Padang. Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat : Ibu Heppi Sasmita, SKp, M.Kep, Sp. Jiwa selaku pembimbing I dan Ibu Renidayati, SKp, M.Kep,Sp. Jiwa selaku pembimbing II yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan peneliti dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

Selanjutnya ucapan terima kasih kepada yang terhormat;

1. Bapak H. Sunardi, SKM, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Padang.

2. Ibu Hj. Murniati Muchtar, SKM, M.Biomed selaku Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Padang.

3. Ibu Ns. Idrawati Bahar, S.Kep, M.Kep selaku Ketua Program Studi Keperawatan Padang PoltekkesKemenkes Padang.

4. Ibu Dr. Lily Gracediani, M.Kes selaku Direktur RSJ Prof. HB. Sa’anin Padang beserta staf yang telah mengizinkan peneliti untuk melakukan penelitian

5. Bapak Ibu dosen serta staff Prodi Keperawatan Padang yang telah memberikan pengetahuan dan pengalaman selama perkuliahan.

6. Teristimewa kepada orang tua, kakak, adik serta keluarga besar yang telah memberikan semangat dan dukungan serta restu yang tak dapat ternilai dengan apapun.

7. Rekan- rekan seperjuangan mahasiswa Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Padang Program Studi D-III Keperawatan Padang angkatan 14, serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan yang telah membantu penulis menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

(5)

8. Kepala ruangan rawat inap Dahlia Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang.

9. Perawat ruangan rawat inap Dahlia RSJ Prof. HB. Saanin Padang yang telah membantu untuk melakukan penelitian karya tulis ilmiah.

10. Sahabat dan teman saya Azi,Ayo dan uda David yang telah membantu saya dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Akhir kata, penulis berharapTuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu.Semoga nantinya dapat membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

.

Padang, Juni 2017 Peneliti

(6)
(7)
(8)

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR...iii LEMBAR ORISINALITAS... v LEMBAR PERSETUJUAN...vi ABSTRAK...vii DAFTAR ISI...viii DAFTAR GAMBAR...x DAFTAR TABEL...xi DAFTAR LAMPIRAN...xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...1 B. Rumusan Masalah...5 C. Tujuan Penelitian...6 D. Manfaat Penelitian...6

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Harga Diri Rendah...8

1. Pengertian...8

2. Rentang respon Harga Diri Rendah...9

3. Faktor Penyebab Harga diri Rendah...10

4. Psikodinamika Harga DiriRendah...11

5. Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah...12

6. Penyebab dari Harga diri Rendah...13

7. Penatalaksanaan...13

B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien Harga Diri Rendah...15

1. Pengkajian...20 2. Pohon masalah...20 3. Diagnosa keperawatan...20 4. Intervensi keperawatan...20 5. Implementasi keperawatan...31 6. Evaluasi keperawatan...32

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian...33

B. Tempat dan waktu...34

C. Populasi dan sampel...34

D. Instrument pengumpulan data...35

E. Jenis dan pemgumpulan data...36

F. Prosedur penelitian...37

(9)

BAB IVDESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS A. DeskripsiKasus...38 1. Pengkajian...38 2. Diagnosa Keperawatan...43 3. Rencana Keperawatan...44 4. Tindakkan Keperawatan...46 5. Evaluasi Keperawatan...48 B. Pembahasan...52 1. Pengkajian...52 2. Diagnosa Keperawatan...55 3. Rencana Keperawatan...56 4. Tindakkan Keperawatan...58 5. EvaluasiKeperawatan...60 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan...63 B. Saran...64 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR GAMBAR

(10)

Gambar 2.1 Rentang respon ... 9 Gambar 2.2 Psikodinamika terjadinya Harga diri rendah... 11 Gambar 2.3 Pohon masalah... 20

(11)

Gambar 4.1 ... 38

(12)

Lampiran 1. Format pengkajian asuhan keperawatan jiwa Lampiran 2. Lembar konsultasi karya tulis Ilmiah

Lampiran 3. skrining pasien yang mengalami Skizofrenia dengan masalah Harga Diri Rendah

Lampiran 4. Inform consent responden

Lampiran 5. Surat izin Penelitian di rumah sakit jiwa Prof. HB. Saanin Padang Lampiran 6. Surat Selesai Penelitian di rumah sakit Prof. HB. Sa’anin Padang Lampiran 7. Ganchart

(13)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif dan mampu memberikan kontribusi pada komunitasnya.Orang dengan masalah kejiwaan yang selanjutnya disingkat dengan ODMK adalah orang yang mempunyai masalah fisik, mental, sosial, pertumbuhan dan perkembangan atau kualitas hidup sehingga memiliki risiko mengalami gangguan jiwa (UU Kesehatan jiwa 2014).

Gangguan jiwa merupakan masalah yang serius dan penting karena dapat menimbukan masalah keselamatan dan kerugian bagi diri sendiri maupun orang lain. Di Negara berkembang seperti Indonesia bertambahnya jumlahnya penduduk maka semakin tinggi krisis ekonomi maka dapat memicu terjadingya gangguan jiwa semakin meningkat (Siski,2010). Menurut World Organization (WHO 2016) terdapat sekitar 35 juta terkena depresi, 60 juta terkena bipolar, 21 juta terkena Skizofrenia serta 47,5 juta terkena dimensia.Di Indonesia dengan berbagai factor bilogis, psikologis dan sosial dengan keanekaragaman penduduk maka jumlah kasus gangguan jiwa terus bertambah yang berdampak pada penambahan beban Negara dan penurunan produktivitas manusia untuk jangka panjang (Kemenkes RI 2016).

Menurut data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, prevalensi gangguan jiwa berat pada Skizofrenia pada penduduk Indonesia 1,7 per mil. Gangguan jiwa terbannyak di Aceh (2,7%), Yogyakarta (2,7 %), Jawa Tengah (2,3%),

(14)

Sulawesi Selatan (2,6%), Bali (21%). Dari data 34 propinsi Sumatera Barat berada pada peringkat ke delapan angka prevalensi gangguan jiwa berat (Skizofrenia) yaitu sebanyak 1,9 permil. , dibandingkan data Riskesdas 2007 hal ini mengalami penurunan dimana provinsi Sumatra Barat berada pada peringkat ke tiga dengan angka prevelensi gangguan jiwa berat yaitu sebanyak 1,7%.Semakin tingginya prevalensi gangguan jiwa maka perawat harus mampu mengevaluasi sumber-sumber penyebab gangguan jiwa.

Berdasarkan profil kesehatan kota Padang tahun 2013, jumlah penduduk kota Padang sebanyak 876.000 jiwa dan yang mengalami gangguan jiwa sebanyak 42.165 jiwa. Berdasarkan data dari dinas kota padang kasus gangguan jiwa di puskesmas tahun 2015 di dapatkan sebanyak 7059 orang. Kunjungan gangguan jiwa (psikotik) di puskesmas terbanyak terdapat pada puskesmas Andalas sebanyak 142 orang dan jumlah kunjungan sedikit terdapat pada Puskesmas Bungus sebanyak 8 orang. Salah satu gangguan jiwa yang banyak ditemui yaitu Skizofrenia. Skizofrenia adalah suatu penyakit otak persisten dan serius mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memproses informasi, hubungan interpersonal, serta memecahkan masalah (Stuart 2013). Gejala atau perilaku yang berhubungan dengan skizofrenia dikelompokkan banyak cara. Salah satu pengelompokkan yang menonjol yaitu gejala positif dan gejala negative, gejala positif yaitu kegagalan berpikir mengarah kepada proses yang mengatur pikirannya dan tidak mampu memahami hubungan antara kenyataan dan logika, ketidakmampuan dalam berpikir mengakibatkan tidak bisa mengendalikan emosi dan perasaan. Gejala negative adalah kehilangan motivasi dan minat dalam hidup yang membuat pasien menjadi orang yang malas, depresi yang tidak mengenal perasaan ingin ditolong yang berkelanjutan akan membuat pasien menarik diri dari lingkungannya, selalu merasa aman bila sendirian, mengaku bahwa dirinya tidak berarti membuat diri jatuh pada harga diri rendah (Yosep, 2009).

(15)

Penyebab dari harga diri rendah adalah mempunyai rasa bersalah, adanya penolakan, marah, sedih, menangis, perubahan pola makan, tidur,konsentrasi aktivitas dan mengungkapkan tidak berdaya(Fajariyah, 2012). Dampak yang ditimbulkan dari Harga Diri Rendah adalah klien menjadi tidak mampu bergaul dengan orang lain dan terjadinya isolasi sosial yang artinya dengan menarik diri. Isolasi sosial menarik diri adalah gangguan kepribadiaan yang tidak fleksibel pada tingkah laku yang maladaptive, menganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial dan kemampuan diri (Afnuhazi, 2015).

Mengatasi masalah Harga diri rendah diantaranya peran perawat meliputi intervensi yang berhubungan dengan pencegahan primer, pencengahan sekunder dan tersier. Pencegahan primer yakni preventif dengan melakukan mencegah terjadinya peningkatan masalah individu atau kelompok, keterampilan, interpersonal, toleransi terhadap stress, frustasi dan harga diri rendah, pencegahan sekunder yakni menurunkan prevalensi gangguan harga diri rendah dan pencegahan tersier yakni rehablitasi dengan cara membantu individu agar dapat kembali hidup, belajar, bekerja di lingkungan masyarakat ( Stuart 2013). Adapun peran rehablitasi perawat untuk merencanakan dan melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien serta keluarga. Peran perawat dirumah sakit membantu pasien mengenali kemampuan aspek positif yang dimilki, melatih kegiatan lain yang sesuai dengan kemampuan pasien.

Hasil penelitian Pramujiwati dkk (2013) tentang Pemberdayaan keluarga dan kader kesehatan jiwa dalam penanganan pasien dengan harga diri rendah. peningkatan kemampuan yang dicapai pada pasien harga diri rendah kronik setelah dilakukan kombinasi tindakan keperawatan adalah sebesar 81% menjelaskan respon takut, perasaan tidak mampu,ketidakmampuan mencari kesenangan kebanggaan 25% respon menjadi 19% berupa kurang spontasnitas, diam dan tidak adanya motivasi. Tindakan keperawatan yang dilakukan adalah asuhan keperawatan kepada pasien harga diri rendah kronik sesuai dengan strategi pelaksana (Sp).

(16)

Berdasarkan yang telah dilakukan saat praktek klinik keperawatan di rumah Sakit Prof. HB. Saanin Padang pada tanggal 31 Oktober sampai 12 November 2016. Ditemukan pasien dengan masalah Harga diri rendah. Berdasarkan rawat inap di Merpati di RS. Prof. HB. Saanin Padang pada selama 12 hari ditemukan sebanyak 11 (32,35 %) orang pasien dari 34 orang pasien dengan Harga Diri Rendah. Perawat sudah mengajarkan Strategi Pelaksanaan pada pasien dan keluarga sebagai suatu bentuk tidak meningkatnya terjadinya harga diri rendah.Namun intervensi dan ketenagaan perawat yang kurang membuat perawat harus paham dengan tindakan dan masalah yang terjadi pada pasien harga diri rendah.

Berdasarkan data awal pada tanggal 16 Maret 2017 didapatkan data dari medical record pada tahun 2016 di RS.Jiwa Prof. HB. Sa’anin Padang pasien dengan gangguan jiwa sebanyak 10.365 jiwa dengan pasien rawat inap baru sebanyak 1.106 jiwa dan pasien lama sebanyak 1.174 jiwa, sedangkan pasien rawat jalan baru sebanyak 4.478 jiwa dan pasien lama sebanyak 3.607 jiwa. Data gangguan jiwa dengan Skizofrenia adalah sebanyak 1177 jiwa. Dalam tujuh diagnosa keperawatan didapatkan data harga diri rendah dengan rincian data 3 bulan terakhir dari bulan Maret sampai Mei 2017 di ruangan rawat inap RSJ. Prof. HB. Saanin Padangterdapat ruangan Anggrek sebanyak 3 orang, ruangan Melati sebanyak 2 orang, Nuri sebanyak 7 orang dan Dahlia sebanyak 50 orang.

Data observasi dan wawancara dari ruang rawat inap RS.Jiwa Prof. HB. Sa’anin Padang pada tanggal 22 Mei 2017, data tiga bulan terakhir dari bulan Maret sampai Mei 2017pasiendengan diagnosa utama dengan harga diri rendah terbanyak terdapat diruangan Dahlia yaitu sebanyak 50 orang. Hasil observasi dan wawancara dari 3 orang pasien yang mengalami harga diri rendah di ruangan Dahlia,ditemukan pasien ditandai dengan gejala merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri sendiri,Perasaan tidak mampu dan Pandangan hidup yang pesimis.Pelaksanaan yang dilakukan perawat di ruangan Dahlia pada pasien harga diri rendah sudah dilakukan dengan baik, menggunakan

(17)

strategi pelaksanaan (SP) pada pasien dan strategi pelaksanan pada keluarga yang berkunjung ke ruang rawat inap, namun keluarga hanya datang satu kali dalam seminggu dan ada keluarga yang tidak mau datang lebih dari satu bulan dengan alasan yang tidak masuk akal.Perawat juga telah mengajarkan terapi aktivitas kelompok Stimulus Persepsi, dengan identifikasi hal positif diri dan melatih aspek positif diri.

Hasil penelitian Sasmita (2010) Tentang peningkatan kemampuan kognitif dan perilaku pada klien dengan harga diri rendah melalui Cognitive Behaviour Therapy.Rata-rata kemampuan perilaku harga diri rendah pada klien yang mendapatkan Congetive Behaviour Therapy lebih tinggi 4,86 dibangdingkan klien yang tidak mendapatkan Congetive Behaviour Therapy . Hasil penelitian membuktikan bahwa CBT efektif dalam meningkatkan kemampuan kognitif klien harga diri rendah yang mengikuti CBT.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis telah melakukan Asuhan Keperawatan dengan pasien Harga diri rendah di ruang rawat Inap Dahlia Rumah Sakit Prof. HB. Saanin Padang Pada Tahun 2017.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana Asuhan keperawatan dengan Pasien Harga Diri Rendah di Rumah Sakit Prof.HB.Saanin Padang Pada Tahun 2017.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mendeskripsikan Asuhan Keperawatan dengan Pasien Harga Diri Rendah di Rumah Sakit Prof.HB.Saanin Padang Tahun 2017.

(18)

a. Mendeskripsikan konsep dasar Asuhan Keperawatan dengan pasien Harga Diri Rendah di Rumah Sakit Jiwa Prof.HB.Saanin Padang.

b. Mendeskripsikan data pengkajiaan pada pasien masalah Harga Diri Rendah di Rumah Sakit Jiwa Prof.HB.Saanin Padang.

c. Mendekripsikan rumusan diagnosa keperawatan pada pasien Harga Diri Rendah di Rumah Sakit Jiwa Prof.HB.Saanin Padang. d. Mendeskripsikan rencana keperawatan pelaksanaan pada pasien d

Harga Diri Rendah di Rumah Sakit Jiwa Prof.HB.Saanin Padang. e. Mendeskripsikan tindakan keperawatan pasien Harga Diri Rendah

di Rumah Sakit Jiwa Prof.HB.Saanin Padang.

f. Mendeskripsikan hasil evaluasi keperawatan pasien Harga Diri Rendah di Rumah Sakit Jiwa Prof.HB. Saanin Padang.

g. Mendeskripsikan hasil pendokumentasian pasien Harga Diri Rendah di Rumah Sakit Jiwa Prof.HB.Saanin Padang.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi penulis

Kegiatan penulis ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis tentang Asuhan keperawatan dengan pasien Harga Diri Rendah di Rumah Sakit Jiwa Prof.HB.Saanin Padang Pada Tahun 2017.

2. Bagi rumah sakit

Hasil penulis ini diharapkan dapat sebagai bahan masukan bagi petugas kesehatan Rumah Sakit Prof.HB.Saanin Padang dalam meningkatkan mutu pelayanan dan profesionalitas khususnya dalam kasus Harga Diri Rendah. Di samping itu hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai

(19)

data pembanding dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien harga Diri Rendah.

3. Institusi Pendidikan

Studi kasus ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran untuk pengembangan ilmu dalam Asuhan Keperawatan dengan masalah Harga diri rendah diri Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Harga Diri Rendah 1. Pengertian

(20)

Harga diri adalah perasaan tentang nilai, harga atau manfaat dari diri yang berasal dari kepercayaan positif atau negative seorang individu tentang kemampuannya dan menjadi berharga(Rusdi 2013).Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negative terhadap diri sendiri dan kemampuan diri (Keliat 2014).

Menurut Fajariyah (2012) Harga diri rendah adalah gangguan konsep diri yang terkait dengan ide, pikiran perasaan yang negative tentang diri sendiri.Harga diri rendah cenderung dihubungkan dengan mekanisme koping yang tidak sehat baik dari diri sendiri maupun pihak keluarga dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negative, dapat secara langsung atau tidak langsung dieskpresikan.

Harga diri seseorang diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Gangguan harga diri rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang, perlakuan orang lain yang mengancam dan hubungan interpersonal yang buruk.Tingkat harga diri seseorang berada dalam rentang tinggi sampai rendah. Individu yang memiliki harga diri tinggi menghadapi lingkungan secara aktif dan mampu berdaptasi secara efektif untuk berubah serta cenderung merasa aman .individu yang memiliki harga diri rendah melihat lingkungan dengan cara negative dan menganggap sebagai ancaman (Yosep 2009).

2. Rentang Respons

Menurut Stuart dan Sundeen dalam Fajariyah respon individu terhadap konsep diri sepanjang rentang respon konsep diri yaitu adaptif dan maladaptive.

Respon Respon

Adaptif

(21)

Aktualisasi Konsep diri Harga diri rendah Kerancuan Depersonalisasi

diri positif Kronis Identitas Gambar 2.1 Rentang Respon Harga Diri Rendah Sumber : Keliat (1999) dalam Fajariyah, 2012

Berikut ini akan dijelaskan tentang respon yang terjadi pada harga diri renah yaitu:

a. Respon Adaptif a) Aktualisasi diri

Pernyataan tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang pengalaman sukses.

b. Respon transisi

a) Konsep diri positif

Apabila individu mempunyai pengalama yang positif dalam perwujudan dirinya.

b) Harga diri rendah

Perasaan negative terhadap diri sendiri, termasuk kehilangan rasa percaya diri , tidak berharga , tidak berdaya, pesimis.

c) Kerancauan identitas

Kegagalan individu untuk mengintegrasikan berbagai indetifikasi masa kanak - kanak kedalam kepribadian psikososial dewasa yang harmonis.

c. Respon Maladaptif a) Dipersonalisasi

Perasaan tidak realitik dalam kegiatan dari diri sendiri, merasa tidak nyata dan asing baginya.

3. Faktor Penyebab Harga Diri Rendah

Menurut Direja (2011) Penyebab terjadinya harga diri rendah adalah penolakan orangtua yang tidak realitis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realitis.

a. Faktor Predisposisi 1) Faktor Biologis

Adanya factor herediter anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, riwayat penyakit atau trauma kepala.

2) Faktor psikologis

Ditemukan adanya pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, seperti penolakan dan harapan orang tua yang

(22)

Penolakan orang tua yang idak realiis

Kegagalan yang berulang kali Stress Masalah semakin terasa berat Sulit idur

Koping individu yang idak efekif

Terbiasa menghayal Pengalaman sensori berlanjut Halusinasi Cenderung mengikui halusinasi Halusinasi mengancam,memerintah,memukul Cenderung mengikui pemikiran negaif

Harga diri rendah

Diam Kesulitan berhubung an dengan orang lain Isolasi Sosial Acuh tak acuh, sibuk sibuk dgn diri sendiri

tidak realistis, kegagalan yang berulang ,kurang mempunyai tanggung jawab, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realities, penilaian negative pasien terhadap gambaran diri. 3) Faktor sosial budaya

Penilaian negative dari lingkungan terhadap pasien yang mempengaruhi penilaian pasien, sosial ekonomi rendah, riwayat penolakan lingkungan pada tahap tumbuh kembang anak, dan tingkat pendidikan rendah.

b. Faktor Presipitasi

Harga diri rendah biasanya adalah kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh, kegagalan atau produktivitas yang menurun.Penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa yang mengancam dan frustasi.

(23)

Gambar 2.2 psikodinamika terjadinya Harga Diri Rendah (Direja, 2011)

5. Tanda dan gejala Harga Diri Rendah

Menurut Yosep (2009) tanda dan gejala harga diri rendaha adalah sebagai berikut :

a. Mengejek dan mengkritik diri.

b. Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri sendiri c. Mengalami gejala fisik misalnya tekanan darah tinggi, gangguan

penggunaan zat. d. Menunda keputusan e. Sulit bergaul

f. Menghindari kesenangan yang dapat memberi rasa puas.

g. Menarik diri dari realitas, cemas panik, cemburu, curiga, halusinasi. h. Merusak diri dengan harga diri rendah menyokong klien untuk

mengakhiri hidup.

i. Merusak atau melukai orang lain. j. Perasaan tidak mampu.

k. Pandangan hidup yang pesimis. l. Tidak menerima pujian.

m. Penurunan produktivitas.

n. Penolakan terhadap kemampuan diri. o. Kurang memperhatikan perawatan diri. p. Berpakaian tidak rapi.

q. Berkurang selera makan.

r. Tidak berani menatap lawan bicara. s. Lebih banyak menunduk.

t. Bicara lambat dengan nada suara lemah.

6. Penyebab dari Harga Diri Rendah

Menurut fajarinyah (2012) penyebab dari harga diri rendah adalah sebagai berikut :

a.Rasa bersalah. b. Adanya penolakan.

c. Marah, sedih dan menangis.

(24)

e. Mengungkapkan tidak berdaya.

7. Penatalaksanaan Medis Harga Diri Rendah

Menuru Hawari di dalam buku Afnuhazi (2015) terapi pada gangguan jiwa Skizofrenia sedah dikembangkan sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan metode lebih manusiawi daripada masa sebelumnya. Terapai yang dimaksud meliputi :

a. Psikofarmaka

Jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang hanya diperoleh dengan resep dikter, dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu golongan generasi pertama (typical) dan golongan kedua (atypical).Obat yang termasuk golongan pertama misalnya chlorpromazine HCL, Throridazine HCL, dan Haloperidol. Obat yang termasuk generasi kedua misalnya : Risperidone, Olozapine, Quentiapine, Zotatine, dan Aripiprazole.

b. Psikoterapi

Untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter. Tujuan dari psikoterapi ini adalah supaya ia tidak mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik, pasien dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama.

c. Terapi Kejang Listrik (Electro Convulsive Therapy)

ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang grandma secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui electrode yang dipasang satu atau dua temples.Terapi kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan dengan terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule / detik.

d. Keperawatan

Dilakukan terapi modalitas (perilaku) merupakan rencana pengobatan untuk Skizofrenia yang ditujukan pada kemampuan dan kekurangan klien , menggunakan latihan keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial. Kemampuan memenuhi diri sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi interpersonal.Terapi aktifitas kelompok di bagi empat yaitu stimulasi kognitif (persepsi), terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi aktivitas kelompok stimulasi realita dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi.Dari empat jenis terapi aktivitas kelompok yang paling relevan dilakukan pada individu dengan

(25)

gangguan konsep diri harga diri rendah dengan terapi aktivitas kelompok (TAK). Stimulasi persepsi adalah terapi yang mengunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif penyesalan masalah

B. Asuhan Keperawatan Klien Harga diri rendah 1. Pengkajian

Menurut pengkajian keperawatan pada pasien harga diri rendah di Rumah Sakit jiwa Prof. HB.Saanin Padang adalah sebagai berikut :

a. Identitas

Identitas terdiri dari : nama pasien (identitas), umur, jenis, kelamin, agama, alamat lengkap, tanggal masuk, alasan masuk, no rekam medic, informan, keluarga yang bisa dihubungi.

b. Alasan masuk

Alasan klien masuk bisa dilihat dari riwayat rekam medis klien ataupun pada keluarga klien. Bagaimana keadaan klien selama di rumah apakah klien menunjukkan tanda-tanda harga diri rendah seperti : mengejek dan mengkritik diri sendiri, sulit bergaul dalam lingkungan, pandangan hidup yang pesimis, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk,penolakan erhadap kemampuan diri , bicara lambat dengan nada suara lemah (Yosep 2009).

(26)

Pasien pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu, pengobatan yang pernah dilakukan sebelumnya (biasanya berhasil, kurang berhasil, tidak berhasil).biasanya harga diri rendah disebabkan oleh aniaya fisik, aniaya seksual, penolakan dari lingkungan dan kekerasan dalam keluarga(Direja 2011)

d. Pemeriksaan fisik.

Biasanya pemeriksaan fisik dilakukan pemeriksaan head to toe, tanda-tanda vital (TTV), dan keluhan yang dirasakan pasien.

e. Psikososial 1) Genogram

Adanya anggota keluarga pasien yang mengalami gangguan jiwa, pola komunikasi yang terganngu, dan pola asuh genogram dilihat dari 3 generasi sebelumnya (Pengkajian keperawatan jiwa rumah sakit Prof Hb. Saanin Padang).

2) Menurut Afnuuhazi 2015 Konsep diri adalah sebagai berikut : a) Citra tubuh

Kumpulan tentang persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disadari dan tidak disadari termasuk persepsi masa lalu dan sekarang.

b) Identitas diri

Kepribadian yang bertanggung jawab terhadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi dan keunikan individu.

c) Peran diri

Berisi pola perilaku menceritakan tentang peran atau tugas yang di emban dalam keluarga, kelompok dan masyarakat.Kemampuan pasien dalam melaksanakan tugas atau peran.

d) Ideal diri

Persepsi individu terhadap penyakitnya. Harapan individu terhadap lingkungannya (keluarga, ekolah,tempat kerja, dan masyarakat). Dan Harapan individu terhadap tubuh, posisi, status dan tugas atau peran.Biasanya berisi gambaran diri Negatif.

e) Harga diri

Penilaian individu tentang perasaan tentang nilai, harga atau manfaat dari diri sendiri yang berasal dari kepercayaan positif atau negative.

(27)

Ia merasa tidak berminat dengan keberadaan orang lain, acuh tak acuh, tidak memiliki empati pada orang lain, kurang ramah, kurang peduli terhadap perasaan dan nasib orang lain, bahkan tidak pernah melibatkan diri dalam aktivitas-aktivitas sosial (Muhith 2015)

4) Spritual

a) Nilai dan keyakinan

Nilai-nilai dan keyakinan terhadap agama kurang sekali, keyakinan terhadapa agama dalam harga diri rendah terganggu.

b) Kegiatan Ibadah

Menjalankan kegiatan ibadah di rumah sebelumnya ketika sakit klien tidak percaya dengan ibadah lagi atau berlebihan. 5) Status mental

a) Penampilan

Penampilan klien tidak rapi, penggunaan pakai tidak sesuai, dan cara brpakaian kilie tidak seperti biasanya. b) Cara bicara

Cara bicara pasien dengan harga diri rendah gagap, apatis, lambat, membisu dan tidak mampu memulai pembicaraan. c) Aktivitas Motorik

Keadaan pasien tampak lesu, tegang , gelisah, sering menyendiri dan kompulsif.

d) Alam Perasaan

Alam Perasaan tampak sedih, putus asa, gembira yang berlebihan, ketakutan, dan khawatir.

e) Afek

Afek pasien datar, tumpul,labil. f) Inteaksi selama wawancara

Pada saat melakukan wawancara pasien bermusuhan dengan kita, kontak mata kurang, mempunyai rasa curiga. g) Persepsi

Sukar membedakan diri dengan orang lain. h) Proses pikir

Harga diri rendah proses pikir pasien Blocking : pembicaraan berhenti tiba-tiba tanpa gangguan eksternal kemudian dilanjutkan lagi.

(28)

a) Makan biasanya pasien kurang makan dan makan pasien tidak sesuai kebutuhan.

b) Mandi biasanya pasien tidak mau mandi, gosok gigi, tampak kusam dan tidak mau menggunting kuku.

c) BAK/BAB biasanya BAB/BAK pasien normal/ tidaka da gangguan.

d) Berpakaian biasanya pasien tidak mengganti pakaiandan memakai pakaian yang tidak serasi.

e) Istirahat : biasanya istirahat pasien terganggu.

f) Penggunaan obat : biasanya pasien minum obat tidak teratur.

g) Aktivitas dalam rumah : Biasanya pasien malas mengerjakan pekerjaan rumah

h) Aktivitas diluar rumah biasanya pasien tidak mau beraktivitas diluar rumah, karena pasien selalu merasa ketakutan

7) Mekanisme Koping menurut (Rusdi 2013) a) Adaptif

Mampu berbicara dengan orang lain, mampu menyelesaikan masalah teknik relaksasi, aktivitas konstruktif, pasien mampu berolahragadan mempunyai konsep diri yan positif.

b) Maladaptif

Kegagalan individu suka minum alcohol, reaksi pasien lambat atau berlebihan pasien bekerja secara berlebihan selalu menghindar dan menciderai diri sendiri.

c) Masalah psikososial

Mengalami masalah dalam berinteraksi dengan lingkungan biasanya disebabkan oleh kekurangnya dukungan dari kelompok, masalah dengan pendidikan, manya pasien slah dengan pekerjaan, masalah dengan ekonomi dan masalah dengan pelayanan kesehatan.

d) Pengetahuan

harga diri rendah mengalami gangguan kognitif e) Aspek Medis

Menurut (Afnuhazi 2015) Tindakan medis dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan

(29)

Harga diri rendah adalah dengan memberikan terapi sebagai berikut :

1) ECT (Electro confilsive teraphy)

2) Obat-obatan Seperti Chlorpromazine HCL, Risperidone,Olozapine,Quentiapine,Glanzapine 2. Pohon Masalah

Pohon masalah merupakan gambaran yang diperkirakan akan terjadi terdiri dari masalah utama, sebab dn akibat.Masalah utama merupakan masalah utama yang dialami pasien berkaitan dengan alasan masuk pasien ke rumah sakit dan akibat merupakan masalah yang ditimbul oleh masalah utama.

Pohon masalah adalah sebagai berikut :

Perubahan persepsi sensori : Halusinasi

Isolasi sosial : Menarik diri

Koping individu yang tidak efektif Gambar 2.3

Pohon Masalah Yosep 2009

3.Masalah keperawatan

Menurut Yosep (2009) masalah keperawatan yang muncul pada pasien harga diri rendah adalah sebagai berikut :

a) Harga diri rendah

b) Koping individu yang tidak efektif. c) Isolasi sosial

4.Intervensi keperawatan

Diagnosa keperawatan : Harga diri rendah Harga Diri Rendah

(30)

Menurut Keliat dkk (2014) rencana tindakan keperawatan pada partisipan dan keluarga yaitu :

a. Tindakan keperawatan pada pasien 1) Tujuan :

a) Pasien mampu membina hubungan saling percaya.

b) Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.

c) Pasien dapat memilih kegiatan sesuai dengan kemampuan. d) Pasien dapat melatih kegiatan yang dipilih sesuai dengan

kemampuan.

e) Pasien dapat melakukan kegiatan yang sudah dilatih sesuai jadwal.

2) Tindakan :

a) Membina hubungan saling percaya.

b) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien.

c) Membantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan . d) Membantu pasien untuk memilih / menetapkan kemampuan

yang akan dilatih.

e) Melatih kemampuan yang dipilih pasien.

f) Membantu pasien menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih.

Strategi pelaksanaan tindakan pada pasien yaitu :

a) Strategi pelaksana 1 (Menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki)

b) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positf yang dimiliki pasien.

c) Mengidentikasi memilih /menetapkan kemampuan yang akan dilatih pasien.

d) Melatih kemapuan yang sudah dipilih pasien. e) Masukan dalam jadwal kegiatan harian.

b) Strategi pelaksana 2 ( Melatih kegiatan lain yang sesuai dengan kemampuan pasien.

a) Evaluasi kemampuan yang dipilih pasien. b) Validasi kemampuan yang dipilih pasien.

c) Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan kemapuan pasien.

d) Masukan pada jadwal kegiatan harian. b. Tindakan keperawatan pada keluarga

1) Tujuan :

a) Keluarga mampu membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien.

(31)

b) Keluarga mampu menfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih dimiliki.

c) Keluargamampu memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih dan memberikan pujian atas keberhasilan pasien.

d) Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien.

2) Tindakan

a) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien.

b) Menjelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang dialami pasien.

c) Mendiskusikan dengan keluarga mengenai kemampuan yang dimiliki pasien dan puji pasien atas kemampuannya.

d) Menjelaskan cara-cara merawat pasien dengan harga diri rendah.

e) Memberi kesempatan kepada keluarga untuk mempraktikan cara merawat pasien harga diri rendah .

f) Membantu keluarga menyusun rencana kegiatan pasien di rumah.

Strategi pelaksanaan tindakan pada keluarga yaitu : Strategi pelaksanaan 1

a) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien di rumah.

b) Menjelaskan tentang pengertian tanda dan gejala harga diri rendah.

c) Menjelaskan cara merawat pasien dengan harga diri rendah. d) Memberi kesempatan pada keluarga untuk mempraktikan

cara merawat. Strategi pelaksana 2

a) Evaluasi kemampuan yang dimiliki keluarga untuk merawat pasien dirumah,

b) Melatih keluarga untuk mempraktikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah.

Diagnosa Keperawatan : Koping Individu yang tidak efektif. a.Tujuan :

a) Mengidentifikasi pola koping yang efektif.

b) Mengungkapkan secara verbal tentang koping yang efektif. c) Mengatakan penurunan Stress.

d) Klien mengatakan telah terima tentang keadaannya. b. Intervensi :

(32)

a) Menganjurkan pasien untuk mengambarkan perubahan peran yang realities.

b) Gunakan pendekatan tenang dan menyakinkan

c) Menghindari pengambilan keputusan pada saat pasien berada dalam stress berat.

d) Membantu pasien untuk identifikasi strategi positif untuk mengatur pola nilai ang dimiliki. Membantu pasien untuk identifikasi bermacam – macam nilai kehidupan.

e) Membantu pasien untuk identifikasi keutungan, kerugian dari keadaan. (NIC-NOC 2013)

Diagnosa keperawatan: isolasi sosial a. Tindakan keperawatan pada pasien

1) Tujuan:

a) Pasien mampu membina hubungan saling percaya b) Pasien mampu menyadari isolasi sosial yang dialaminya c) Pasien mampu berinteraksi secara bertahap dengan anggota

keluarga dan lingkungan sekitarnya

d) Pasien mampu berkomunikasi saat melakukan kegiatan rumah tangga dan kegiatan sosial

2) Tindakan:

a) Membina hubungan saling percaya

b) Membantu pasien menyadari perilaku isolasi sosial

c) Melatih pasien berinteraksi dengan orang lain secara bertahap Strategi pelaksanaan tindakan pada pasien yaitu:

1) Strategi Pelaksanaan 1

a) Membina hubungan saling percaya

b) Membantu pasien menyadari masalah isolasi sosial

c) Melatih pasien bercakap-cakap secara bertahap antara pasien dan anggota keluarga

d) Masukkan dalam jadwal kegiatan harian untuk latihan 2) Strategi Pelaksanaan 2

a) Evaluasi tanda dan gejala isolasi sosial

b) Validasi kemampuan pasien dalam berkenalan, beri pujian c) Latih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian (2-3

orang tetangga atau tamu)

d) Masukkan pada jadwal kegiatan harian 3) Strategi Pelaksanaan 3

a) Evaluasi tanda dan gejala isolasi sosial

b) Validasi kemampuan berkenalan dan bicara saat melakukan kegiatan harian, berikan pujian

(33)

c) Latih cara berbicara saat melakukan kegiatan (2 kegiatan baru dengan 4-5 orang)

d) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan 4) Strategi Pelaksanaan 4

a) Evaluasi tanda dan gejala isolasi sosial

b) Validasi kemampuan pasien dalam berkenalan dan bicara saat melakukan empat kegiatan harian, berikan pujian

c) Tanyakan perasaan saat melakukan kegiatan

d) Latih cara berbicara saat melakukan kegiatan sosial e) Masukkan pada jadwal kegiatan harian

b. Tindakan keperawatan pada keluarga 1) Tujuan:

a) Keluarga mampu mengenal masalah isolasi sosial

b) Keluarga mampu memutuskan untuk melakukan perawatan pada pasien isolasi sosial

c) Keluarga mampu merawat pasien isolasi sosial dengan mengajarkan dan mendampingi pasien berinteraksi secara bertahap, berbicara saat melakukan kegiatan rumah tanga dan kegiatan sosial

d) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang kondusif agar pasien mampu berinteraksi dengan lingkungan sekitar e) Keluarga mampu mengenal tanda kekambuhan dan mencari

pelayanan kesehatan 2) Tindakan:

a) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien

b) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya isolasi sosial

c) Melatih keluarga cara merawat pasien isolasi sosial d) Membimbing keluarga merawat pasien isolasi sosial

e) Melatih keluarga menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang mendukung peningkatan hubungan sosial pasien

f) Mendiskusikan dengan keluarga tanda dan gejala kekambuhan yang memerlukan rujukan segera ke fasilitas kesehatan

g) Menganjurkan follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara teratur

(34)

1) Strategi Pelaksanaan 1

a) Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien

b) Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya isolasi sosial

c) Memberi kesempatan keluarga untuk memutuskan perawatan pasien,

d) Jelaskan cara merawat pasien isolasi sosial

e) Melatih dua cara merawat: berkenalan dan melakukan kegiatan harian

f) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberikan pujian

2) Strategi Pelaksanaan 2

a) Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala isolasi sosial pasien

b) Validasi kemampuan keluarga melatih pasien berkenalan dan berbicara saat melakukan kegiatan, berikan pujian

c) Jelaskan kegiatan rumah tangga yang dapat melibatkan pasien berbicara

d) Latih cara membimbing pasien berbicara e) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal 3) Strategi Pelaksanaan 3

a) Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala isolasi sosial pasien

b) Validasi kemampuan keluarga melatih pasien berkenalan, berbicara saat melakukan kegiatan harian dan rumah tangga, berikan pujian

c) Jelaskan cara melatih pasien bercakap-cakap dalam melakukan kegiatan

d) Jelaskan cara melatih keluarga mendampingi pasien melakukan kegiatan

e) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberikan pujian

4) Strategi Pelaksanaan 4

a) Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala isolasi sosial pasien

b) Validasi kemampuan keluarga merawat/ melatih pasien c) Jelaskan follow up ke PKM, tanda kambuh, dan rujukan d) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberikan

(35)

Diagnosa keperawatan: Perubahan persepsi Sensori : Halusinasi a. Tindakan keperawatan pada pasien.

1) Tujuan:

a) Pasien mampu membina hubungan saling percaya

b) Pasien mampu mengenal halusinasi dan mampu mengontrol halusinasi dengan menghardik

c) Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan enam benar minum obat

d) Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap e) Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan melakukan

aktifitas sehari-hari 2) Tindakan:

a) Membina hubungan saling percaya

b) Membantu pasien menyadari gangguan sensori persepsi halusinasi

c) Melatih pasien cara mengontrol halusinasi dengan menghardik, enam benar minum obat, bercakap-cakap dan melakukan kegiatan

Strategi pelaksanaan tindakan pada klien yaitu: a) Strategi Pelaksanaan 1 (Menghardik halusinasi)

a) Mengidentifikasi jenis halusinasi klien b) Mengidentifikasi isi halusinasi klien c) Mengidentifikasi frekuensi halusinasi klien d) Mengidentifikasi waktu terjadi halusinasi klien

e) Mengidentifikasi situasi pencetus yang menimbulkan halusinasi

f) Mengidentifikasi perasaan pasien saat halusinasi muncul g) Mengidentifikasi respon klien terhadap halusinasi

h) Mengidentifikasi upaya yang telah dilakukan pasien untuk mengontrol halusinasi

i) Menjelaskan cara mengontrol halusinasi dengan menghardik j) Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan menghardik k) Masukkan dalam jadwal kegiatan harian untuk latihan b) Strategi Pelaksanaan 2 (6 benar minum obat)

a) Evaluasi tanda dan gejala halusinasi

b) Validasi kemampuan pasien mengenal halusinasi yang dialami dan kemampuan pasien mengontrol halusinasi, berikan pujian c) Evaluasi manfaat mengontrol halusinasi dengan cara

(36)

d) Latih cara mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat. (Jelaskan pentingnya penggunan obat, akibat bila obat tidak digunakan sesuai program, akibat bila putus obat, cara mendapatkan obat/berobat. Jelaskan prinsip 6 benar minum obat: jenis, waktu, dosis, frekuensi, cara dan kontinuitas minum obat.

e) Masukkan pada jadwal kegiatan harian

c) Strategi Pelaksanaan 3 (Bercakap-cakap dengan orang lain) a) Evaluasi gejala halusinasi

b) Validasi kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi dengan menghardik, minum obat, berikan pujian

c) Evaluasi manfaat mengontrol halusinasi dengan cara menghardik, minum obat sesuai jadwal

d) Latih cara mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap saat terjadi halusinasi

e) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan

d) Strategi Pelaksanaan 4 (melakukan aktivitas sehari-hari) a) Mengevaluasi tanda dan gejala halusinasi

b) Validasi kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi dengan menghardik, minum obat, dan bercakap-cakap dengan orang lain, berikan pujian

c) Latih cara mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan harian

d) Masukkan pada jadwal kegiatan harian b. Tindakan keperawatan pada keluarga

a) Tujuan:

a) Keluarga mampu mengenal masalah halusinasi dan masalah yang dirasakan saat merawat pasien

b) Keluarga mampu menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya halusinasi

c) Keluarga mampu merawat pasien halusinasi

d) Keluarga mampu menciptakan suasana keluarga dan lingkungan untuk mengontrol halusinasi

e) Keluarga mampu mengenal tanda dan gejala kekambuhan yang memerlukan rujukan segera ke fasilitas kesehatan f) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan

kesehatan untuk follow up pasien secara teratur b) Tindakan:

a) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien

(37)

b) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya halusinasi

c) Melatih keluarga cara merawat pasien halusinasi d) Membimbing keluarga merawat pasien halusinasi

e) Melatih keluarga menciptakan suasana keluarga dan lingkungan untuk mengontrol halusinasi

f) Mendiskusikan dengan keluarga tanda dan gejala kekambuhan yang memerlukan rujukan segera ke fasilitas kesehatan

g) Menganjurkan follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara teratur.

Strategi pelaksanaan tindakan pada keluarga yaitu: a) Strategi Pelaksanaan 1

a) Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien

b) Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya halusinasi

c) Jelaskan cara mengontrol halusinasi dengan melatih cara menghardik halusinasi

d) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberikan pujian

b) Strategi Pelaksanaan 2

a) Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala halusinasi pasien dan merawat pasien dalam mengontrol halusinasi dengan menghardik, berikan pujian

b) Jelaskan 6 benar cara memberikan obat

c) Latih cara memberikan/ membimbing minum obat d) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal

c) Strategi Pelaksanaan 3

a) Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi halusinasi pasien dan merawat/ melatih pasien menghardik, dan memberikan obat, berikan pujian

b) Jelaskan cara bercakap-cakap dan melakukan kegiatan untuk mengontrol halusinasi

c) Latih dan sediakan waktu bercakap-cakap dengan pasien terutama saat halusinasi

d) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberikan pujian.

(38)

d) Strategi Pelaksanaan 4

a) Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala halusinasi pasien dan merawat/ melatih pasien menghardik, memberikan obat, dan bercakap-cakap, dan melakukan kegiatan, berikan pujian

b) Jelaskan follow up ke PKM, tanda kambuh, dan rujukan c) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberikan

pujian

4. Implementasi keperawatan.

Pelaksanaan atau implementasi adalah tahapan ketika perawat mengaplikasikan intervensi keperawatan yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kemampuan yang harus dimiliki oleh perawat pada tahap implementasi adalah kemampuan komunikasi yang efektif, kemampuan untuk menciptakan hubungan saling percaya dan saling bantu, kemampuan melakukan teknik psikomotor, kemampuan melakukan observasi sistematis, kemampuan memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan advokasi dan kemampuan evaluasi (Keliat, 2010).

5. Evaluasi keperawatan.

Setelah tindakan keperawatan, segera lakukan evaluasi.Evaluasi dilakukan sesuai dengan tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dapat di bagi dua yaitu evaluasi proses dan evaluasi formatif, dilkaukan setiap selesai melaksanakan tindakan evaluasi hasil atau sumatif dilakuakn dengan membangdingkan respon pasien pada tujuan yang telah ditentukan (Afnuhazi 2015)

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. DesainPeneltian

Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam melakukan prosedur penelitian. Desain penelitian ini peneliti menggunakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk menerangkan atau menggambarkan masalah (Hidayat, 2007). Rancangan penelitian yang mencakup pengkajian satu unit penelitian secara intensif misalnya satu pasien (Nursalam, 2011).

Rancangan penelitian berbentuk Studi kasus. Kelebihan Studi kasus adalah diperoleh seluruh aspek responden, aspek yang diteliti lebih spesifik, dapat menggunakan semua cara pengumpulan data dan biaya relative murah karena spesifikasi aspek yang diteliti. Sedangkan kekurangan Studi Kasus adalah generalisasi sulit dilakukan dan dipertanggungjawabkan karena kecilnya jumlah sample dan waktu lebih lama karena banyak menggunakan metode pengumpulan data (Suyanto, 2011).

(40)

Penelitian dilakukan di ruangan Dahlia rawat inap di Rumah Sakit Jiwa Prof. HB.Saanin Padang. Pada bulan Januari sampai dengan pada bulan Juni 2017. Berinteraksi pada tanggal 22 – 31 Mei 2017 .

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti (Hidayat 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien Skizofrenia yang didiagnosa harga diri rendahyang berada di RumahSakitJiwa Prof. HB.Saanin Padang tahun 2017.Pasien harga diri rendahRumah Sakit Jiwa. Prof. HB. Saanin Padang pada bulan Maret sampai Mei sebanyak 62 orang.

2. Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Hidayat 2007).Sampel penelitian ini adalah salah satu pasien harga diri rendah yang berada di Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang tahun 2017. Pengambilan sampel dilakukan secara Purposive Sampling yakni suatu metode pemilihan sampel yang dilakukan berdasarkan maksud dan tujuan tertentu yang ditentukan oleh peneliti. data pasien harga diri rendah sebanyak 62 orang dan terbanyak diruangan Dahlia maka penelitian dilakukan druangan dahlia. Pada saat peneliti melakukan asyhan keperawatan ditemukan populasi sebanyak 9 orang dan peneliti melakukan skrining sesuai dengan kriteria : Mengejek dan mengkritik diri sendiri, Sulit bergaul, Pandangan hidup yang pesimis,Penolakan terhadap kemampuan diri, Perasaan tidak mampu, Menunda keputusan, Tidak berani menatap lawan bicara, Berpakaian kurang rapi,Bicara lambat dengan nada suara lemah. Dalam hasil skrining (atau terlampir) ini sampel yang diambil 2 (dua) orang partisipan harga diri rendah yang berada di ruang rawat ruangan Dahlia RSJ. Prof. HB. Saanin Padang tahun 2017.

(41)

a. Kriteria inklusi

1) Klien dengan skizofrenia yang mengalami harga diri rendah

2) Klien memiliki > 5 tanda gejala hargadiri rendah

3) Klien kooperatif yaitu yang mampu berkomunikasi dengan baik dan lancar

4) Klienbersediamenjadirespondendalampenelitian.

5) Klien yang di diagnose harga diri rendah dengan penyebab koping individu yang tidak efektif.

b. Kriteria eksklusi

1) Klien yang mengundurkan diri sebelum proses wawancara selesai

2) Klien yang mengalami gangguan pendengaran dan tidak bisa bicara dan anggota keluarganya menolak untuk dilakukan penelitian.

D. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini disebut alat pengumpulan data.Pada penelitian ini, alat yang digunakan format pengkajian pemeriksaan fisik yang terdiri dari tensimeter, stetoskop, termometer. Pengumpulan data pada pasien dimulai dengan pengkajian sampai analisa data. Pengumpulan data bisa dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik, observasi langsung, dan studi dokumentasi.

1. Format skrining dan pengkajian keperawatan terdiri dari: identitas pasien, alasan masuk, faktor predisposisi, factor presipitasi,pemeriksaan fisik, psikososial, genogram, status mental, mekanisme koping,masalah psikososial dan lingkungan, pengetahuan aspek medic, analisa data, daftar masalah,pohon masalah,diagnose keperawatan.

2. Format diagnosa keperawatan terdiridari: nama pasien, nomor rekam medik, diagnose keperawatan, tanggal dan paraf ditemukannya masalah, serta tanggal dan paraf dipecahkannya masalah.

3. Format rencana asuhan keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor rekam medik, diagnosakeperawatan, intervensi.

4. Format implementasi keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomorrekammedik, hari dan tanggal, diagnose keperawatan, implementasi keperawatan, dan paraf yang melakukan implementasi keperawatan.

(42)

5. Format evaluasi keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor rekam medik, hari dan tanggal, diagnose keperawatan, evaluasi keperawatan, dan paraf yang mengevaluasi tindakankeperawatan.

E. Jenis dan Pengumpulan Data 1. Jenis Data

a. Data Primer

Menurut Keliat, dkk (2005) data primer adalah data yang langsung di dapat oleh perawat. Data yang diperoleh dapat dikelompokkan menjadi dua macam, seperti berikut ini:

1) Data objektif yang ditemukan secara nyata. Data ini di dapatkan melalui observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat.

2) Data subjektif adalah data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan keluarga. Data ini diperoleh melalui wawancara perawat kepada klien dan keluarga.

b. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari data profil objek yang akan diteliti, serta dokumentasi dari objek tersebut. Data sekunder yang diperoleh oleh peneliti berupa dokumentasi data pasien gangguan jiwa pada Harga diri rendah yang diperoleh dari Medical Record RSJ. Prof. HB. Saanin Padang.

F.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah berbagai cara yang digunakan untuk mengumpulkan data, menghimpun, mengambil, atau menjaring data penelitian.Alat ukur pengumpulan data antara lain observasi, wawancara, pengukuran dan dokumentasi.

a. Observasi

Dalam observasi ini melihat kondisi pada kedua partisipan, peneliti melihat keadaan umum kedua partisipan dan respon kedua partisipan

(43)

dilakukan alat yang digunakan yaitu melihat atau mendengar menggunakan indera ketika mengamati sesuatu sesuatu yang menarik tidak melalui perencanaan khusus.

b. Wawancara

Wawancara yang dilakukan peneliti pada kedua partisipan didapatkan data pengkajian identitas kedua partisipan, alasan masuk kedua partisipan, faktor predisposisi kedua partisipan, dan data psikososial kedua partisipan.Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara terbuka (format pengkajian yang disediakan).

c. Pengukuran

Pada pengukuran peneliti melakukan pemantauan kondisi pada kedua partisipan dengan menggunakan alat ukur pemeriksaan, seperti :alat ukur suhu tubuh (termometer) dan alat ukur tekanan darah

G. Prosedur penelitian

Adapun langkah-langkah pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah:

a. Peneliti meminta izin penelitian dari institusi asal peneliti yaitu Poltekkes Kemenkes Padang.

b. Meminta surat rekomendasi ke Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang. c. Meminta izin ke Direktur Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang d. Meminta izin ke Kepala Ruangan Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Prof. HB.

Saanin Padang

e. Melakukan pemilihan sampel dengan populasi sebanyak 9 orang pasien Harga diri rendah rawat inap ruangan Dahlia Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang.

f. Melakukan skrining terhadap 9 orang partisipan dengan teknikPurposive sampling.

g. Dalam penelitian ini sampel yang diambil 2(dua) orang partisipan harga diri rendah yang berada di ruang rawat Dahlia.

h. Menjelaskan tentang tujuan penelitian Informed Consent diberikan kepada Responden menandatangi untuk melakukan asuhan keperawatan, dan kemudian peneliti pamit

(44)

H. TeknikAnalisis Data

Data yang ditemukan saat pengkajian dikelompokan dan dianalisis berdasarkan data subjektif dan objektif, sehingga dapatlah dirumuskan diagnose keperawatan, kemudian peneliti menyusun rencana keperawatan dan setelah menyusun rencana keperawatan peneliti melakukan tindakkan keperawatan serta peneliti melakukan evaluasi keperawatan dengan cara deskripsikan. Analisis sselanjutnya membandingkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada pasien 1 dan2 dengan teori dan kenyataan dan peneliti anter dahulu (Nursalam, 2015).

BAB IV

DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS A. Deskripsi Kasus

(45)

Deskripsi kasus menjelaskan pelaksanaan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampai evaluasi di ruang rawat Dahlia RSJ Prof. HB.Saanin Padang yang dilakukan pada tanggal 22 Mei 2017 sampai dengan 30 Mei 2017.Dilakukan kunjungan berinteraksi satu kali dalam sehari selama 10 hari . Partisipan pertama dengan inisial Tn.Sberusia 22 tahun, No. RM 030453 masuk RSJ Prof. HB. Saanin Padang pada tanggal 03 Mei 2017 dilakukan pengkajian tanggal 22 Mei 2017 pada pukul 09.00 WIB, dengan jenis kelamin laki-laki, pendidikan Mahasiswa, tidak bekerja, agama islam, beralamat di Sungai Latung kampung jambak RT/RW 02/02 Batipuh panjang, koto tangah kota Padang. Data didapatkan dari pasrtisipan, keluarga dan perawat .

Partisipan kedua dengan inisial Tn.M berusia 39 tahun, No.RM 028486 masuk RSJ Prof. HB. Saanin Padang pada tanggal 01 Mei 2017 dilakukan pengkajian tanggal 22 Mei 2017 pukul 11.00 WIB, dengan jenis kelamin laki-laki, pendidikan terakhir SMA, tidak bekerja, agama islam, beralamat jalan pahlawan No. 64 Ibuah, Panyakumbuh. Data didapatkan dari pasiendan perawat.

Table 4.1

Hasil deskripsi kasus pasien kelolaan di ruang rawat Dahlia RSJ Prof. HB. Saanin Padang tahun 2017

Asuhan Keperawatan Partisipan 1 Partisipan 2 A. Pengkajian Keperwatan 1.Alasan Masuk

Partisipan masuk melalui IGDdipindahkan dirawat ke ruang rawat Dahlia pada tanggal 20 Mei 2017. Keluarga partisipan membawa ke RSJ Prof. HB. Sa’anin Padang karena partisipan Diam, tidak mau berbicara, tidak mau keluar rumah, menarik diri dari lingkungan dan tidak mau berinteraksi dengan orang lain, senyum-senyum sendiri, tertawa sendiri. Kondisi partisipan pada saat pengkajian tanggal 22 Mei 2017, partisipan

Partisipan masuk melalui IGD dipindahkan dirawat ke ruang Dahlia pada tanggal 20 Mei 2017. Keluarga partisipan 2 membawa ke RSJ Prof.HB Sa’anin Padang karena partisipan senyum sendiri, tertawa sendiri, berbicara sendiri, menarik diri dari lingkungan,berdiam diri dikamar, suka tidur, tidak menyukai berkomunikasi dengan orang lain .

(46)

mengatakan tidak

mempunyai kemampuan

dalam dirinya karena gagal pada mata kuliah dan tidak bisa melanjutkan ke studi selanjutya, nada suara lemah

2017 partisipan 2 mengatakan dia merasa bodoh, malu bahwa tidak ada kemampuan dalam diri,merasa tidak berguna

2. Faktor Predispossi

Keluarga mengatakan

partisipan tidak pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya,Keluargamengata kan bahwa adik dari ayah partisipan mengalami gangguan jiwa.

Partisipan mengatakan tidak pernah mengalami aniaya fisik, kekerasan, tindakan criminal, baik sebagai korban ataupun pelaku. Keluarga mengatakan bahwa partisipan pernah mengalami trauma capitis 5 tahun yang lalu

Partisipan mengatakan sudah tiga kali di rawat dirumah sakit jiwa karena putus minum obat dan tidak tahu control kemana, tidak ada keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

Partisipan tidak pernah mengalami aniaya fisik, kekerasan, tindakkan criminal pernah yakni pengedar dan memakai Napza ketika waktu SMA sampai sekarang dikarenakan ajakkan teman

dan lingkungan yang

mendukung, social ekonomi yang rendah dan trauma pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan karena kekasih yang mau dinikahi menikahi dengan orang lain.

3. Pemeriksaan Setelah dilakukan

pemeriksaan fisik pada partisipan 1 di dapatkan tanda-tanda vital yaitu tekanan darah 110/70 mmhg, nadi 80 x/i, suhu 36,60C,dan

pernapasan 20 x/i. Hasil pengukuran tinggi badan didapatkan 168 cm, berat badan 60 kg. Pasien tidak ada merasakan keluhan fisik saat ini.

Setelah dilakukan

pemeriksaan fisik pada partisipan 2 di dapatkan tanda-tanda vital yaitu tekanan darah 130/80 mmhg, nadi 81x/i, suhu 36,50C, dan

pernapasan 20 x/i. Hasil pengukuran didapatkan 166 cm, berat badan 63 kg. Pasien tidak ada merasakan keluhan fisik saat ini.

4. Konsep Diri Partisipan mengatakan menyukai semua yang ada pada tubunya, dia merupakan anak kedua dari lima bersaudara. Partisipan mengatakan di rumah sering

Partisipan mengatakan menyukai semua yang ada

pada tubuhnya, dia

merupakan anak ketujuh dari tujuh orang bersaudara.

(47)

membantu keluarga, adik-adiknya tapi merasa tidak puas karena tidak mampu membahagiakan orang tua karena merasa bodoh dari teman-teman.,tidak berguna

Partisipan mengatakan bahwa dia sendiri tinggal dirumah segala sesuatu dilakukan sendiri semua kakaknya tidak peduli sama partisipan ingin mempunyai kemampuan yang dimiliki orang lain dan keluar dari RSJ untuk berhenti memakai

Napza. Dan mencari

pekerjaan yang baik supaya tidak dikucilkan, diolok-olok orang lain dan dibilang tidak waras oleh orang lain.

5. Hubungan Sosial

Partisipan mengatakan tidak

memiliki orang yang

terdekat .

Partisipan mengatakan orang jarang bersosialisasi dengan orang lain, semenjak sakit partisipan tidak ada mengikuti kegiatan sosial dimasyarakat karena lebih suka sendirian dan tidak mampu bergaul lagi hanya dikamar dan dalam rumah.

Partisipan telihat sendirian dan tidak mau bergaul dengan partisipan lain dia lebih sering sendirian.

Partisipan mengatakan tidak memiliki teman dekat melakukan aktivitas hanya sendiri di rumah.

memperbaiki komputer orang yang rusak tetapi sesekali juga pernah mengobrol jika diajak teman yang lain di ruang rawat inap Dahlia. partisipan tidak mengikuti kegiatan sosial dilingkungan tempat tinggal, lebih suka banyak di dalam rumah Partisipan merasa bahwa dirinya tidak berguna. Ketika diwawancara oleh perawat partisipan tampak berbicara pelan-pelan tidak mampu menatap wajah perawat dan sedikit mengeluarkan air mata.

6. Status Mental Pada saat pengkajian partisipan penampilan rapi, penggunaan baju sesuai dengan cara berpakaian yang

Pada saat pengkajian

partisipan penampilan rapi, penggunaan baju sesuai dengan cara berpakaian yang

(48)

dipakainya.Kuku tampak kotor dan kekuningan mandi 2x sehari

Partisipan bicara lambat , gelisah dan sering melamun. Aktivitas motorik partisipan tampak lesu sesekali diam, mengatakan perasaannya sedih, afek datar

Pada saat wawancara

partisipan tampak tidak focus pada topik yang sedang dibicarakan oleh perawat kadang bertanya ulang. Partisipan mengatakan

sewaktu sakit pernah

mendengar suara-suara yang menyurunya untuk pergi dari

rumah, senyum-senyum

sendiri, dalam proses pikir cukup baik,

Isi pikir partisipan terus meminta kapan pulang,baik bisa mengingat waktu, Tidak ada permasalahan pada daya ingat panjang dan pendek. Partisiapan ketika di ajak

untuk berhitung bisa

mengingat, bisa menilai dalam sederhana seperti bisa membedakan yang baik dan buruk, menerima penyakitnya.

dipakainya.Kuku tampak bersih.

Partisipan bicara lambat, sering menunduk

Aktivitas motorik partisipan tampak lesu sesekali diam Partisipan mengatakan perasaannya sedih dan ingin pulang,Afek datar

Pada saat wawancara

partisipan tampak tidak focus pada topik yang sedang dibicarakan oleh perawat kadang bertanya ulang.

partisipan mengatakan bahwa tidak ada kemampuan dalam dirinya,dalam proses pikir baik

isi pikir partisipan ingin pulang dan bosan, dalam tingkat kesadaran baik.Tidak adapermasalahan pada daya ingat panjang dan pendek. Tidak ada masalah dalam berhitung pada partisipan terbukti disuruh untuk menghitung gelas, mampu menilai keadaan yang baik dan buruk, menerima penyakit yang di derita. 7. Mekanisme

Koping

Partisipan memiliki koping maladaptif, partisipan sering menyendiri, tidak mau berbicara dengan orang baru dia kenal, berbicara lambat

Partisipan memiliki koping maladaptif, partisipan sering menyendiri, tidak mau berbicara dengan orang baru dia kenal, berbicara lambat 8. Masalah

Psikososial dan lingkungan

Partisipan mengatakan tidak mengalami masalah dengan dukungan dari keluarga, ada

masalah dengan

Partisipan mengatakan tidak mengalami masalah dengan dukungan dari keluarga, ada

(49)

lingkungannya dalam sekolah. lingkungannya dalam bermasyarakat.

9. Spritual Partisipan menyakini adanya tuhan yaitu Allah SWT, memilki keyakinan agama

islam, partisipan 1

mengatakan sebelum sakit rajin sholat dan berpuasa di bulan ramadhan. Ketika RSJ ada sholat tetapi ada bolong-bolong sedikit sholatnya.

Partisipan menyakini adanya tuhan yaitu Allah SWT, memiliki keyakinan Agama islam, sebelum masuk RSJ partisipan tidak pernah sholat ketika sesudah masuk RSJ rajin sholat.

10.Pengetahuan Partisipan mengatakan

mengetahui tentang

penyakitnya dan kenapa pasien bisa di bawa ke rumah sakit jiwa

Partisipan mengatakan tidak mengetahui kenapa bisa di bawa ke rumah sakit jiwa Prof. HB. Sa’anin Padang.

11. Aspek Medis Aspek Medik partisipan diagnosa Skizoafektif terapi medis didapatkan Risperidone 2x2 mg, Lorazepam 1x2 mg, Fluoxelin 1x10 gr

Aspek medikpartisipan di

diagnosa Skizofrenia

Paranoid terapi medis didapatkan Risperidone 2x2 mg, Lorazepam 1x2 mg 12. Kebutuhan persiapan pulang Pengkajian yang dilakukanpada partisipan mengatakan makan 3x sehari dengan porsi biasa, makan sesuai dengan jadwal dan menu yang disediakan di RSJ. Tidak memiliki pantangan pada makanan,dan cara makan seperti biasa yaitu cuci tangan sebelum makan, baca doa, makan dengan pelan lalu cuci tangan lagi setelah makan. BAB/BAK mampu

menggunakan WC secara mandiri.

Partisipan mengatakan mandi 1x sehari. Ada menggunakan sabun, shampo dan sikat gigi saat mandi.

Pengkajian yang

dilakukanpada partisipan mengatakan makan 3x sehari dengan porsi biasa, makan sesuai dengan jadwal dan menu yang disediakan di RSJ. Tidak memiliki pantangan pada makanan,dan cara makan seperti biasa yaitu cuci tangan sebelum makan, baca doa, makan dengan pelan lalu cuci tangan lagi setelah makan BAB/BAKmampu

menggunakan WC secara mandiri

Partisipan mengatakan mandi 1x sehari. Ada menggunakan sabun, shampo dan sikat gigi saat mandi

(50)

Berpakaian selalu mengganti baju setelah mandi rapi dengan kancing baju yang tertutup dan celana yang tidak terbalik.

Istirahat dan tidurPartisipan mengatakan Pada malam hari tidur gelisah dan susah tidur ada persiapan sebelum tidur dan setelah bangun untuk merapikan tempat tidurnya. Pemeliharaan kesehatan tentang pengetahuan minum obat selalu teratur minum dibantu secara maksimal

Berpakaian selalu menukar baju setelah mandi rapi dengan kancing baju yang tertutup dan celana yang tidak terbalik.

Istirahat dan tidurPartisipan mengatakan gelisah saat tidur ada persiapan sebelum tidur dan setelah bangun untuk merapikan tempat tidurnya. Partisipan ada tidur siang Penggunaan minum obat teratur tidak kambuh lagi, sehingga ia bisa cepat sembuh dan boleh pulang. Pemeliharaan kesehatan tentang pengetahuan minum obat selalu teratur dan dibantu secara maksimal B. Rumusan

Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada partisipan 1 adalaha harga diri rendah yang ditanda dengan suka diam, jarang untuk berbicara,

penolakan terhadap

kemampuan, pandangan yang

pesimis, tidak mau

berinteraksi suka bermenung.

Diagnosa keperawatan kedua yang ditemukan yaitu koping individu tidak efektif ditandai dengan, perasaan malu, merasa bersalah, perasaan tidak berdaya Diagnosa keperawatan ketiga yang ditemukan yaitu isolasi sosial ditandai dengan menarik diri dari lingkungan, tidak mau berinteraksi dengan orang lain. Partisipan 1

Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada partisipan 2 adalah harga diri rendah ditandai dengan partisipan 2 dia merasa bodoh, malu bahwa tidak ada kemampuan dalam diri,merasa tidak berguna, pandangan hidup yang pesimis, suka berdiam diri dikamar, suara nada lemah.

Diagnosa keperawatan kedua yaitu koping individu tidak efektif ditandai dengan perasaan malu dan bersalah, perasaan yang tidak berdaya, mempunyai masalah sering dipendam sendiri, jarang berkomunikasi dengan teman satu ruangan.

Referensi

Dokumen terkait

SDS = parameter respons spektral percepatan disain pada perioda pendek SD1 = parameter respons spektral percepatan disain pada perioda 1 detik SMS = parameter spektrum

Struktur koreografi Tari Lipet Gandes Struktur gerak pada penari Ronggeng terdapat 7 jenis gerak yaitu : Gerak Aileu, Gerak ucing-ucingan, Gerak rapet nindak, Gerak tindak

Sesuai dengan dokumen Renstra 2020-2024, Badan Litbangkes melaksanakan 2 (dua) Program Generik yaitu Program Riset dan Inovasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta Program

Komponen yang terlibat dalam bioteknologi farmasi dan kedokteran dapat berupa bagian-bagian dari organisme yang digunakan dalam menghasilkan produk atau jasa untuk

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menghasilkan kajian mengenai keefektifan pembelajaran terpadu model connected dan pembelajaran terpadu model webbed terhadap k emampuan

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada mereka semua, karena penulis sangat menyadari bahwa dukungan dan keberadaan mereka sangat berarti bagi perjalanan

Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua satuan bahasa yang (kata, frase, klausa, atau kalimat) dalam kedudukan yang setara (Abdul Chaer, 2011:

Komite kesehatan lainya adalah wadah non struktural rumah sakit yang mempunyai fungsi utama mempertahankan dan meningkatkan profession- nalisme tenaga kesehatan lainya