• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSPEK PEMASARAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK OLAHAN HASIL PERIKANAN DI DKI JAKARTA (STUDI KASUS IKAN ASIN DAN PINDANG) ACHMAD HIDAYAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROSPEK PEMASARAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK OLAHAN HASIL PERIKANAN DI DKI JAKARTA (STUDI KASUS IKAN ASIN DAN PINDANG) ACHMAD HIDAYAT"

Copied!
154
0
0

Teks penuh

(1)

PERIKANAN DI DKI JAKARTA (STUDI KASUS IKAN

ASIN DAN PINDANG)

ACHMAD HIDAYAT

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir yang berjudul: Prospek Pemasaran dan Strategi Pengembangan Produk Olahan Hasil Perikanan di DKI Jakarta (Studi Kasus Ikan Asin dan Pindang)” merupakan hasil karya saya dengan arahan dari Komisi Pembimbing dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada Program sejenis di Perguruan Tinggi lain serta belum pernah dipublikasikan. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tugas akhir ini.

Bogor, Juli 2011

ACHAMAD HIDAYAT NRP : 352074145

(3)

ABSTRACT

ACHMAD HIDAYAT. The Prospect of Marketing and Product Development Strategy of Processed Fisheries Products in Jakarta (Case Studies of Salted Fish and Boiled). Under the Guidance of MUSA HUBEIS and KOMAR SUMANTADINATA.

Ministry of Marine Affairs and Fisheries Republic of Indonesia continues to develop a variety of efforts to make Indonesia as the world’s largest fisheries producer in 2015, center of which are encouraged through the development of fisheries to increase the value-added. This studi aim to : (1) Analyzing the condition and prospects of the marketing management of fisheries products processd in Jakarta; (2) Analyze the financial feasibility level processing business management and marketing of fisheries products in Jakarta; (3) Formulate the development strategy of fisheries products processed in Jakarta. This study uses primary data (observations and interviews in the field) and secondary data (literature and consulting experts) with the processing techniques and data analysis using the Strength Weakness Opportunities Threats (SWOT) analysis, Internal Factor Evaluation (IFE), External Factor Evaluation (EFE), Internal External (IE) and Analitycal Hierarchy Process (AHP). The results of these studies show : (1) Management of marketing of fisheries products processed salted and boiled fish species is currently in Jakarta is in a stable growth conditions (quadrant matrix V on the IE-SWOT). The total score of the internal factors of marketing management of fisheries products processed from salted and boiled fish species (2,58), and total score of the external factor about 2,54 (in the range 2-3 midle), so the prospect for future development to include the category “reasonably good”; (2) Business japuh salted fish, salted stingrays, and jambal salted fish, selar boiled fish, tuna boiled fish and etem boiled fish including viable developed further in the center for fisheries Jakarta, because it has a value NPV > 0, IRR > 14% (commercial interest rates), ROI > 1, and B/C ratio > 1. Business salted anchovy and boiled fish kite is not worth further developed because it has a lower value IRR and B/C ratio than the standards required. Value of IRR business salted anchovy and boiled fish kite in center for fisheries Jakarta respectively 4,22% and 9,13%, and value of B/C ratio respectively 1,00; (3) Product development strategy of processed fisheries product from fish species of salted and boiled in Jakarta consecutive based on priorities, diversification strategy (RK = 0,267), expansion strategy (RK = 0,220), combination strategy (RK = 0,191), stability strategy (RK = 0,174) and downsizing strategy (RK = 0,146). Inconsistency of priority sequence has a 0,06 so it can be trusted. As a priority strategy, diversification strategy is stable against a variety of changes/ interventions positively or negatively related to growth, continuity, competitiveness and profit of processed fisheries products of fish salted and boiled.

(4)

RINGKASAN

ACHMAD HIDAYAT. Prospek Pemasaran dan Strategi Pengembangan Produk Olahan Hasil Perikanan di DKI Jakarta (Studi Kasus Ikan Asin dan Pindang). Dibawah bimbingan Musa Hubeis dan Komar Sumantadinata.

Dengan kondisi potensi lestari sumber daya ikan laut Indonesia mencapai 6,4 juta ton per tahun dan tersebar di wilayah perairan Indonesia termasuk di perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI), memberi peluang untuk pengembangan usaha perikanan, termasuk usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan, sehingga produk yang dihasilkan dapat bersaing di pasaran lokal dan internasional. Kementerian Kelautan dan Perikanan terus mengembangkan berbagai upaya untuk menjadikan Indonesia sebagai produsen perikanan terbesar di dunia pada tahun 2015, diantaranya didorong melalui pengembangan sentra perikanan untuk meningkatkan nilai tambah.

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Menganalisis kondisi dan prospek pengelolaan pemasaran produk olahan hasil perikanan di DKI Jakarta, (2) menganalisis tingkat kelayakan finansial pengelolaan usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan di DKI Jakarta, (3) merumuskan strategi pengembangan produk olahan hasil perikanan di DKI Jakarta.

Data primer dikumpulkan melalui pengamatan dan wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner terhadap perwakilan stakeholders seperti pengusaha perikanan, pengolah ikan, pengelola sarana perikanan (pelabuhan, perum perikanan), pedagang besar, pedagang eceran, pengusaha produk non perikanan, masyarakat konsumen dan pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan melalui studi pustaka, konsultasi pakar, dan kombinasi keduanya. Teknik pengolahan dan analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis Strength Weakness Opportunities Threats (SWOT), Internal Factor Evaluation (IFE), External Factor Evaluation (EFE), Internal External (IE) dan Analitycal Hierarchy Process (AHP).

Hasil dari penelitian ini menunjukan : (1) Pengelolaan pemasaran produk olahan hasil perikanan jenis ikan asin dan pindang saat ini di DKI Jakarta berada dalam kondisi pertumbuhan yang stabil (kuadran V pada matriks IE-SWOT). Total skor faktor internal pengelolaan pemasaran produk olahan hasil perikanan dari jenis ikan asin dan pindang (2,58), dan total skor faktor eksternalnya sekitar 2,54 (masuk kisaran 2 – 3, menengah), sehingga prospek pengembangannya ke depan termasuk kategori “cukup baik”; (2) Usaha ikan japuh asin, ikan pari asin, dan ikan jambal asin, ikan selar pindang, ikan tongkol pindang dan ikan etem pindang termasuk layak dikembangkan lanjut di sentra perikanan DKI Jakarta, karena mempunyai nilai NPV > 0, IRR > 14 % (suku bunga komersial), ROI > 1, dan B/C ratio >1. Sedangkan usaha ikan teri dan ikan layang pindang tidak layak dikembangkan lanjut karena mempunyai nilai IRR dan B/C ratio yang lebih rendah dari standar yang dipersyaratkan. Nilai IRR usaha ikan teri dan ikan layang pindang di sentra perikanan DKI Jakarta masing-masing 4,22 % dan 9,13 %, dan nilai B/C ratio-nya masing-masing 1,00; (3) Strategi pengembangan produk

(5)

ekspansi (RK = 0,220), strategi kombinasi (RK = 0,191), strategi stabilitas (RK = 0,174) dan strategi penciutan (RK = 0,146). Urutan prioritas tersebut mempunyai inconsistency 0,06 sehingga dapat dipercaya. Sebagai strategi prioritas, strategi diversifikasi stabil terhadap berbagai perubahan/intervensi positif maupun negatif terkait pertumbuhan, kesinambungan, daya saing dan capai profit produk olahan hasil perikanan jenis ikan asin dan pindang.

(6)

@ Hak Cipta milik IPB, Tahun 2011

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya Tulis dalam bentuk apapun tanpa ijin IPB.

(7)

PROSPEK PEMASARAN DAN STRATEGI

PENGEMBANGAN PRODUK OLAHAN HASIL

PERIKANAN DI DKI JAKARTA (STUDI KASUS IKAN

ASIN DAN PINDANG)

ACHMAD HIDAYAT

Tugas Akhir

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada

Program Studi Industri Kecil Menengah

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)

Judul Tugas Akhir : Prospek Pemasaran dan Strategi Pengembangan Produk Olahan Hasil Perikanan di DKI Jakarta (Studi Kasus Ikan Asin dan Pindang)

Nama Mahasiswa : Achmad Hidayat Nomor Pokok : F351074145

Disetujui, Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing Ketua

Prof. Dr. Ir. Komar Sumantadinata, M.Sc Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Industri Kecil Menengah

Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing

Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT seta Salawat dan Salam kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, kerabat dan sahabat beliau hingga akhir zaman, karena berkat rahmat dan karunia-Nya maka penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul Prospek Pemasaran dan Strategi Pengembangan Produk Olahan Hasil Perikanan di DKI Jakarta (Studi Kasus Ikan Asin dan Pindang). Penyusunan tugas akhir ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar magister profesional dalam program studi Magister Profesional Industri Kecil Menengah pada Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Dalam penyusunan tugas akhir ini, berbagai pihak telah memberikan bantuan dan masukan sehingga pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. Ir. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing selaku pembimbing utama, Prof. Dr. Ir. Komar Sumantadinata, M.Sc selaku pembimbing kedua serta Dr. Ir. Aris Munandar, MS selaku dosen program studi Magister Profesional Industri Kecil Menengah yang telah memberikan banyak pengetahuan dan bimbingannya yang sangat bermanfaat bagi penyusunan tugas akhir ini serta kepada Farida Ratna Dewi, SE, MM selaku dosen penguji atas masukannya untuk perbaikan tugas akhir ini. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Papah, Mama, Istri, Anak, Bapak, Ibu, serta keluarga dan teman-teman atas segala doa dan kasih sayangnya.

Penulis menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan penulisan ini. Akhir kata penulis menyampaikan banyak terima kasih dan semoga tugas akir ini bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, Juli 2011

Achmad Hidayat F352074145

(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Palangkaraya Provinsi Kalimantan Tengah pada 31 Agustus 1982 sebagai anak ke-1 dari 3 bersaudara pasangan Bapak Chairani Aini dan Ibu Mida Waty. Pada tahun 2008 penulis menikah dengan Zahreni Gunasari dan pada tahun 2010 dikaruniai seorang putri bernama Fathimah Nurussana.

Penulis diterima di Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta dengan jurusan Tekhnologi Pengelolaan Sumber Daya Perairan dan lulus pada bulan Juli tahun 2004.

Penulis bekerja sebagai staf di Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia mulai tahun 2005 dan sekarang di Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan, Sekretariat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan, Bagian Program, Sub Bagian Program dan Anggaran. Penulis masuk kuliah di program studi Magister Profesional Industri Kecil Menengah (MPI) IPB, angkatan X pada bulan Maret 2008. Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir di Sekolah Pascasarjana, penulis melaksanakan kajian yang berjudul “Prospek Pemasaran dan Strategi Pengembangan Produk Olahan Hasil Perikanan di DKI Jakarta (Studi Kasus Ikan Asin dan Pindang)” di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing dan Prof. Dr. Ir. Komar Sumantadinata, M.Sc.

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Perumusan Masalah ... 3 1.3 Tujuan Penelitian ... 5 1.4 Kegunaan Penelitian ... 5 II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Konsep Pengelolaan Perikanan ... 7

2.2 Usaha Perikanan ... 9

2.3 Kinerja Usaha Pengolahan dan pemasaran Hasil Perikanan ... 13

2.4 Konsep Pemasaran Produk Olahan Perikanan ... 16

2.5 Strategi Pemasaran Produk Olahan Hasil Perikanan ... 17

III METODOLOGI ... 20

3.1 Tempat dan Waktu penelitian ... 20

3.2 Jenis Data yang Dikumpulkan ... 20

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 21

3.4 Metode Analisis Data ... 22

IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33

4.1 Kondisi Pemasaran Produk Olahan Hasil Perikanan ... 33

4.2 Ploting Kondisi dan Solusi Pengelolaan Prospektif ... 43

4.3 Kelayakan Pengembangan Usaha Ikan Asin dan Pindang di Sentra Perikanan DKI Jakarta ... 46

4.4 Perumusan Strategi Pengembangan Produk Olahan Hasil Perikanan ... 55

4.5 Pemilihan Strategi Pengembangan Produk olahan Hasil Perikanan yang Tepat ... 66

V KESIMPULAN DAN SARAN ... 72

5.1 Kesimpulan ... 72

5.2 Saran ... 72

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman 1 Matriks IFE dan EFE kondisi pengelolaan pemasaran produk olahan

hasil perikanan ... 23

2 Matriks analisis SWOT ... 25

3 Skala banding berpasangan ... 30

4 Kriteria uji konsistensi dan uji sensitivitas ... 32

5 Kelompok faktor internal pengelolaan pemasaran produk olahan hasil perikanan jenis ikan teri dan pindang di DKI Jakarta ... 34

6 Kelompok faktor eksternal pengelolaan pemasaran produk olahan hasil perikanan jenis ikan teri dan pindang di DKI Jakarta ... 40

7 Matriks SWOT solusi pengelolaan prospek pemasaran produk olahan hasil perikanan jenis ikan asin dan pindang ... 45

8 Kelayakan usaha ikan asin dan ikan pindang berdasarkan Net Present Value (NPV) ... 47

9 Kelayakan usaha ikan asin dan ikan pindang berdasarkan Internal Rate Return (IRR) ... 49

10 Kelayakan usaha ikan asin dan ikan pindang berdasarkan Return of Investment (ROI) ... 51

11 Kelayakan usaha ikan asin dan ikan pindang berdasarkan Benefit-Cost Ratio (B/C Ratio) ... 53

12 Hasil analisis sensitivitas strategi diversifikasi ... 70

(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 Matriks internal-eksternal (IE) pengelolaan pemasaran produk

olahan hasil perikanan jenis ikan asin dan pindang di DKI Jakarta ... 43 2 Struktur hierarki pemilihan strategi pengembangan produk olahan

hasil perikanan dari jenis ikan asin dan pindang ... 57 3 Hasil analisis kepentingan kriteria pengembangan ... 58 4 Hasil uji banding berpasangan antar kriteria pengembangan ... 59 5 Hasil analisis kepentingan faktor pembatas terkait kriteria

pertumbuhan (growth) dalam pengembangan produk olahan hasil

perikanan dari jenis ikan asin dan pindang ... 61 6 Hasil analisis kepentingan faktor pembatas terkait kriteria

kesinambungan (sustainable) dalam pengembangan produk olahan

hasil perikanan dari jenis ikan asin dan pindang ... 62 7 Hasil analisis kepentingan faktor pembatas terkait kriteria

peningkatan daya saing dalam pengembangan produk olahan hasil

perikanan dari jenis ikan asin dan pindang ... 63 8 Hasil analisis kepentingan faktor pembatas terkait kriteria

peningkatan profit dalam pengembangan produk olahan hasil

perikanan dari jenis ikan asin dan pindang di DKI Jakarta ... 64 9 Hasil analisis pemilihan strategi pengembangan produk olahan hasil

perikanan dari jenis ikan asin dan pindang di DKI Jakarta

(berdasarkan urutan prioritas) ... 67 10 Matriks analisis uji banding berpasangan kelima alternatif strategi

pengembangan produk olahan hasil perikanan dalam mengakomodir

pembatas ketersediaan SDI terkait kriteria pertumbuhan (growth) ... 68 11 Matriks analisis uji banding berpasangan kelima alternatif strategi

pengembangan produk olahan hasil perikanan dalam mengakomodir

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Kuesioner analisis SWOT komdisi dan prospek pemasaran ikan asin

dan pindang ... 78

2 Kuesioner kelayakan usaha pengolahan dan pemasaran ikan asin dan pindang ... 81

3 Kuesioner perumusan strategi pengembangan produk olahan hasil perikanan dari jenis ikan asin dan pindang ... 86

4 Penentuan faktor internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan pengelolaan pemasaran produk olahan hasil perikanan jenis ikan asin dan pindang di DKI Jakarta ... 91

5 Penentuan faktor eksternal yang menjadi peluang dan ancaman pengelolaan pemasaran produk olahan hasil perikanan jenis ikan asin dan pindang di DKI Jakarta ... 92

6 Data operasional usaha ikan teri asin ... 93

7 Data operasional usaha ikan japuh asin ... 94

8 Data operasional usaha ikan pari asin ... 95

9 Data operasional usaha ikan jambal asin ... 96

10 Data operasional usaha ikan selar pindang ... 97

11 Data operasional usaha ikan tongkol pindang ... 98

12 Data operasional usaha ikan layang pindang ... 99

13 Data operasional usaha ikan etem pindang ... 100

14 Biaya dan penerimaan usaha ikan teri per batch ... 101

15 Biaya dan penerimaan usaha ikan japuh asin per batch ... 102

16 Biaya dan penerimaan usaha ikan pari asin per batch ... 103

17 Biaya dan penerimaan usaha ikan jambal asin per batch ... 104

18 Biaya dan penerimaan usaha ikan selar pindang per batch ... 105

19 Biaya dan penerimaan usaha ikan tongkol pindang per batch ... 106

20 Biaya dan penerimaan usaha ikan layang pindang per batch ... 107

21 Biaya dan penerimaan usaha ikan etem pindang per batch ... 108

22 Hasil analisis kelayakan usaha ikan teri ... 109

(15)

26 Hasil analisis kelayakan usaha ikan selar pindang ... 117

27 Hasil analisis kelayakan usaha ikan tongkol pindang ... 119

28 Hasil analisis kelayakan usaha ikan layang pindang ... 121

29 Hasil analisis kelayakan usaha ikan etem pindang ... 123

30 Format AHP hierarki pemilihan strategi pengembangan produk olahan hasil perikanan jenis ikan asin dan pindang ... 125

31 Matriks analisis uji banding berpasangan kelima alternatif strategi pengembangan dalam mengakomodir pembatas kualitas SDM terkait kriteria pertumbuhan (growth) ... 126

32 Matriks analisis uji banding berpasangan kelima alternatif strategi pengembangan dalam mengakomodir pembatas ketersediaan SDI terkait kriteria kesinambungan (sustainable) ... 127

33 Matriks analisis uji banding berpasangan kelima alternatif strategi pengembangan dalam mengakomodir pembatas teknologi pengolahan terkait kriteria kesinambungan (sustainable) ... 128

34 Matriks analisis uji banding berpasangan kelima alternatif strategi pengembangan dalam mengakomodir pembatas teknologi pengolahan terkait kriteria peningkatan daya saing produk ... 129

35 Matriks analisis uji banding berpasangan kelima alternatif strategi pengembangan dalam mengakomodir pembatas kualitas SDM terkait kriteria peningkatan profit ... 130

36 Matriks analisis uji banding berpasangan kelima alternatif strategi pengembangan dalam mengakomodir pembatas teknologi pengolahan terkait kriteria profit ... 131

37 Perbandingan kontribusi strategi diversifikasi dengan strategi ekspansi dalam mengakomodir kriteria pengembangan produk olahan hasil perikanan ... 132

38 Perbandingan kontribusi strategi diversifikasi dengan strategi kombinasi dalam mengakomodir kriteria pengembangan produk olahan hasil perikanan ... 133

39 Perbandingan kontribusi strategi diversifikasi dengan strategi stabilitas dalam mengakomodir kriteria pengembangan produk olahan hasil perikanan ... 134

40 Perbandingan kontribusi strategi diversifikasi dengan strategi penciutan dalam mengakomodir kriteria pengembangan produk olahan hasil perikanan ... 135

41 Perbandingan kontribusi kelima alternatif strategi pengembangan dalam mengakomodir kriteria pertumbuhan (growth) dan kesinambungan (sustainable) (bentuk 2-D plot) ... 136

(16)
(17)

1.1 Latar Belakang

Sebagai negara kepulauan Indonesia memiliki luas wilayah laut 5,8 juta km2 yang terdiri dari sekitar 17.504 pulau dengan panjang garis pantai kurang lebih 81.000 km yang didalamnya terdapat berbagai potensi sumberdaya alam di bidang perikanan dan kelautan. Perikanan laut merupakan potensi utama sumberdaya perikanan Indonesia dan memiliki peluang besar untuk dikembangkan. Potensi lestari sumberdaya ikan laut tersebut mencapai 6,4 juta ton per tahun dan tersebar di wilayah perairan Indonesia termasuk di perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI). Kondisi ini memberi peluang untuk pengembangan usaha perikanan termasuk usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan sehingga produk yang dihasilkan dapat bersaing di pasaran lokal dan internasional.

Kementerian Kelautan dan Perikanan terus mengembangkan berbagai upaya untuk menjadikan Indonesia sebagai produsen perikanan terbesar di dunia pada tahun 2015. Hal ini terus didorong, terutama melalui pengembangan sentra perikanan yang dapat meningkatkan nilai tambah. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Kep. 32/MEN/2010 tentang penetapan kawasan minapolitan menjadi landasan utama bagi pengembangan sentra perikanan untuk mendukung kontribusi sektor perikanan bagi pembangunan nasional dan merebut pasar perikanan dunia. Di sentra tersebut akan dikembangkan secara terintegrasi kegiatan penangkapan ikan dengan kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil perikanan. Bila selama ini yang banyak berkembang adalah kegiatan penangkapan ikan, maka ke depan kegiatan pengolahan dan pemasaran terus difokuskan sehingga dapat meningkatkan nilai tambah produk dan memberi penghasilan yang lebih baik bagi pelaku perikanan.

Namun demikian, hal tersebut terkadang sulit dijalankan karena tidak semua lokasi perikanan mempunyai kondisi yang baik dan prospek pemasaran yang mendukung dikembangkannya usaha pengolahan dan

(18)

pemasaran hasil perikanan yang dapat meningkatkan nilai tambah. Menurut Dahuri, et. al (2001), pembangunan perikanan terutama pada kegiatan pengolahan dan pemasaran masih menghadapi tantangan dan permasalahan yang cukup besar seperti pemilihan lokasi usaha yang cenderung berdasarkan tempat tinggal, input teknologi pengolahan yang masih kurang, pelayanan rumit di sentra perikanan yang dapat mengakibatkan biaya ekonomi tinggi, dan fokus pengembangan tidak diarahkan pada produk dengan unggulan dengan trend pemasaran yang bagus. Pemecahan hal ini terkadang sulit karena kondisi dan prospek pengembangan usaha terutama terkait dengan pemasaran produk olahan yang dihasilkannya tidak diketahui dengan baik, sehingga kegiatan tersebut cenderung dibiarkan berjalan apa adanya.

Sentra perikanan DKI Jakarta yang berpusat di Jakarta Utara merupakan sentara perikanan yang sangat diperhitungkan dalam produksi produk olahan hasil perikanan, seperti ikan kering/asin, pindang, asapan, kalengan, peda, dan tepung ikan. Diantara produk olahan tersebut, ikan asin dan ikan pindang merupakan produk olahan utama sentra perikanan DKI Jakarta yang rata-rata produksinya mencapai 858.558 kg/tahun dari rataan total produksi produk olahan DKI Jakarta (Ditjen P2HP, 2010). Sentralisasi usaha pengolahan dalam skala industri yang berpusat di Muara Baru dan usaha pengolahan tradisional di Kalibaru dan Kamal Muara telah menjadikan DKI Jakarta sebagai pemasok utama produk olahan di pasar ibukota dan kota sekitarnya maupun pasar ekspor. Hal ini tentu sangat disayangkan bila kondisi dan prospek pengembangan usaha perikanan tersebut terutama aspek pemasaran tidak diketahui dan diarahkan dengan baik.

Pengelolaan usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan di sentra perikanan DKI Jakarta juga perlu dijaga kontinyuitas produk dan keberlanjutan pengelolaannya di masa datang. Selain karena posisi pentingnya sebagai pemasok utama produk olahan ibukota dan pasar potensial lainnya, maka telah memberi lapangan pekerjaan yang luas bagi masyarakat pesisir DKI Jakarta dan sekitarnya. Menurut Sudarsono (1983) dan Hanafi dan Saefuddin (1986), usaha ekonomi akan dapat bertahan dengan baik bila ada kesesuaian antara penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan

(19)

untuk menjalankan usaha ekonomi tersebut. Dalam kaitan ini, kelayakan usaha secara finansial menjadi hal penting yang perlu diperhatikan untuk mempertahankan kelangsungan usaha pengolahan hasil perikanan terutama dari jenis ikan asin dan pindang di sentra perikanan DKI Jakarta. Menurut DKPP DKI Jakarta (2009), usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan di DKI Jakarta sangat majemuk baik dari skala industri maupun skala rumah tangga, dan sekitar 68,65% berproduksi dengan pola yang tidak stabil yang disebabkan oleh kesulitan modal dan ketidaktersediaan bahan pendukung.

Evaluasi tentang kelayakan usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan terutama yang menghasikan produk ikan asin dan pindang sangat diperlukan untuk memastikan prospek pengembangan usaha ke depan sehingga dapat memberi kesejahteraan minimal kepada pelakunya dan tidak menjadi sumber permasalahan sosial di lokasi. Tindakan penanganan terhadap hal ini dan pengembangan usaha perikanan penghasil produk olahan yang prospektif juga perlu dilakukan sehingga peran produk olahan hasil perikanan di lokasi bagi pasar ibukota dan kota sekitarnya maupun pasar ekspor tetap terjaga. Dalam kaitan ini, penelitian ini juga perlu mengembangkan strategi yang tepat bagi pengembangan produk olahan hasil perikanan terutama dari jenis ikan asin dan pindang sehingga tetap terus bersaing di masa datang.

1.2 Perumusan Masalah

Mengacu kepada latar belakang tersebut, penelitian empirik perlu dilakukan untuk mengembangkan analisis prospek pemasaran dan strategi pengembangan produk olahan hasil perikanan di DKI Jakarta, terutama untuk produk ikan asin dan

pindang yang kontribusinya produksinya mencapai 78% sehingga menjamin berkelanjutannya di masa datang. Ada tiga permasalahan yang diajukan dan diharapkan dapat dipecahkan melalui penelitian ini, yaitu :

1. Sentra perikanan DKI Jakarta yang berpusat di Jakarta Utara menjadi pemasok utama produk olahan hasil perikanan pasar ibukota dan kota sekitarnya, maupun pasar ekspor melalui Bandara Internasional Soekarno Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok. Hal ini dapat terjadi karena

(20)

kontribusi besar dari tiga lokasi penting pengembangan produk olahan Jakarta Utara, yaitu Muara Baru, Kalibaru dan Kamal Muara. Kontribusi yang demikian penting ini, harus dipertahankan sehingga keberlanjutan penyediaan produk olahan tetap terjaga, lapangan kerja dan kehidupan masyarakat pesisir yang banyak bergantung pada usaha perikanan dapat terjaga. Informasi terkait kondisi terkini dan prospek pengembangan usaha pengolahan utama (ikan asin dan pindang) terutama dari aspek pemasarannya sangat membantu memberi arahan yang tepat bagi pengelolaan yang lebih baik.

2. Sekitar 68,65% usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan yang terdapat di DKI Jakarta berproduksi dengan pola yang tidak stabil. Usaha ikan asin dan pindang termasuk yang paling banyak berproduksi dengan pola tidak stabil tersebut. Kondisi ini tentu kurang mendukung bagi kontinyuitas suplai produk olahan hasil perikanan ke pasaran. Di samping itu, pola produksi seperti itu kurang kompetitif untuk merebut pasar produk yang lebih baik terutama untuk tujuan ekspor. Kondisi ini terjadi karena usaha tersebut sering kesulitan modal dan ketidaktersediaan bahan pendukung. Penerimaan usaha, terkadang tidak mencukupi untuk mendatangkan bahan pendukung (ikan segar dan lainnya) dari luar lokasi. Kondisi ini kemudian banyak menyebabkan pengelolaan usaha pengolahan dan pemasaran tersebut dalam posisi sulit, yaitu antara tetap mempertahankan keberlanjutan atau harus menutup usahanya. Kelayakan pengelolaan usaha secara finansial menjadi hal krusial pada kondisi ini, dimana bila tidak layak dan tetap dipertahankan akan menjadi bumerang dan sumber masalah sosial di sentra perikanan DKI Jakarta. Usaha pengolahan dan pemasaran (jenis-jenis usaha ikan asin dan pindang) yang layak dikembangkan secara finansial perlu diidentifikasi secara dini setiap lokasi, sehingga pelaku usaha tidak terperangkap pada kegiatan ekonomi biaya tinggi.

3. Banyaknya pasokan produk olahan non perikanan terutama yang siap saji dengan kemasan menarik, dapat mengganggu pemasaran produk olahan dari DKI Jakarta. Hal ini didukung pula oleh sebagian konsumen yang

(21)

cenderung tertarik pada hal baru yang inovatif, mudah diperoleh, harga bersaing, dan praktis penggunaannya. Untuk memperkuat daya saing dan merebut peluang pasar yang lebih besar, maka diperlukan strategi pengembangan produk olahan hasil perikanan yang tepat. Strategi ini akan menjadi acuan bagi pengembangan produk olahan terutama untuk ikan asin dan pindang yang dilakukan dalam skala kecil rumah tangga perikanan.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian terkait prospek pemasaran dan strategi pengembangan produk olahan hasil perikanan ini bertujuan :

1. Menganalisis kondisi dan prospek pengelolaan pemasaran produk olahan hasil perikanan dari jenis ikan asin dan pindang di DKI Jakarta.

2. Menganalisis tingkat kelayakan finansial usaha pengolahan dan pemasaran ikan asin dan pindang di sentra perikanan DKI Jakarta.

3. Merumuskan strategi pengembangan produk olahan hasil perikanan dari jenis ikan asin dan pindang di DKI Jakarta.

1.4 Kegunaan Penelitian

Beberapa kegunaan yang dapat diperoleh dari adanya penelitian ini, antara lain :

1. Menjadi masukan bagi dunia usaha khususnya usaha pengolahan dan pemasaran dalam menelaah prospektif pemasaran produk olahan hasil perikanan yang dihasilkan dari jenis usaha ikan asin dan ikan pindang yang layak dikembangkan lanjut.

2. Menjadi masukan bagi pemerintah dan pengambil kebijakan teknis di perusahaan perikanan dalam menyusun strategi kebijakan pemasaran produk olahan hasil perikanan yang lebih baik dan berdaya saing.

3. Menjadi masukan berarti bagi pengembangan ilmu dan pengetahuan dalam bidang perikanan dan kelautan.

(22)

4. Menambah pengetahuan peneliti dan berbagai pihak yang membutuhkan dan mendalami kegiatan penelitian pengolahan dan pemasaran hasil perikanan.

(23)

2.1 Konsep Pengelolaan Perikanan

Sumber daya ikan mempunyai sifat yang spesifik yang dikenal dengan akses terbuka (open access) yang memberikan anggapan bahwa setiap orang atau individu merasa memiliki sumberdaya tersebut secara bersama (common property). Oleh karena pengelolaan sumberdaya ikan harus dilakukan dengan konsep memberi kesempatan yang sama kepada setiap individu baik nelayan, pengusaha perikanan, maupun masyarakat luas untuk memanfaatkan sumberdaya ikan yang ada. Namun demikian, pengelolaan tersebut harus dilakukan secara bertanggung jawab mengedepankan prinsip kelestarian dan keadilan.

Menurut Sparre dan Venema (1999), hal yang sering dilupakan dalam pengelolaan sumberdaya ikan adalah sering aspek biologi dan dominannya aspek eksploitasi dan mengalokasikan alat tangkap secara berlebihan. Sebagai mega-predator, nelayan mempunyai perilaku yang sangat unik dalam merespon baik perubahan sumberdaya ikan, iklim maupun kebijakan yang diterapkan. Sejarah collapse-nya perikanan anchovy di Peru dapat menjadi pelajaran bahwa kebijakan pembatasan upaya penangkapan tanpa dibarengi dengan pengetahuan yang baik dalam mengantisipasi perilaku nelayan dalam merespon setiap perubahan baik internal maupun eksternal stok sumberdaya ikan telah menggagalkan upaya untuk keberlanjutan pengelolaan sumberdaya ikan.

Menurut UU No. 45 Tahun 2009 dan Bahari (1989) pengelolaan sumberdaya ikan merupakan suatu proses atau kegiatan manusia untuk meningkatkan produksi di bidang perikanan dan sekaligus meningkatkan pendapatan nelayan melalui penerapan teknologi yang lebih baik dengan memperhatikan aspek-aspek pengelolaan yang ada. Aspek-aspek pengelolaan tersebut dapat mencakup :

1. Aspek sumberdaya, terkait dengan potensi sumberdaya ikan, penyebaran ikan, komposisi ukuran hasil tangkapanan dan jenis spesies.

2. Aspek teknis, terkait dengan unit penangkapan, jumlah kapal, fasilitas penanganan di kapal, fasilitas pendaratan dan fasilitas penanganan ikan di darat.

(24)

3. Aspek ekonomi, terkait dengan investasi, hasil produksi, pengolahan, pemasaran hasil, dan efisiensi biaya operasional yang berdampak kepada penerimaan dan keuntungan.

4. Aspek sosial, terkait dengan kelembagaan, ketenagakerjaan, kesejahteraan, dan konflik pengelolaan.

Pengelolaan sumberdaya ikan di wilayah Indonesia tidak dapat terlepas dari peraturan-peraturan yang berlaku, baik internasional maupun nasional. UU Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan (perubahan UU Nomor 31 Tahun 2004) dinyatakan bahwa pengelolaan perikanan adalah semua upaya termasuk proses yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi sumberdaya ikan, dan implementasi serta penegakan hukum dari perundang-undangan di bidang perikanan, yang dilakukan oleh pemerintah atau otoritas lain yang diarahkan untuk mencapai kelangsungan produktivitas sumberdaya hayati perairan dan tujuan yang telah disepakati. Disamping itu, juga dinyatakan bahwa pengelolaan perikanan dilakukan berdasarkan asas manfaat, keadilan, kemitraan, pemerataan, keterpaduan, keterbukaan, efisisensi dan kelestarian yang berkelanjutan. Hal ini harus menjadi perhatian dan konsepsi dalam semua tindakan pengelolaan sumberdaya ikan di Indonesia. Namun demikian, konsep pengelolaan tersebut sering tidak berjalan dengan baik karena berbagai implikasi yang terjadi dari kegiatan pengelolaan.

Menurut Seijo et al. (1998), implikasi kegiatan pengelolaan tersebut dapat terkait populasi sumberdaya ikan, jumlah upaya penangkapan, biaya operasi, dan keuntungan. Penambahan jumlah upaya penangkapan akan mengurangi ketersediaan stok ikan dan akan meningkatkan biaya tangkapan untuk pengguna lain. Kerusakan stok dan populasi sumberdaya ikan akan terjadi apabila nelayan bersama-sama melakukan tindakan pemanfaatan pada lokasi yang sama. Pada fishing ground terjadi konflik penggunaan alat tangkap, yang selanjutnya akan mengubah struktur populasi ikan, dinamika populasi spesies target dan mempengaruhi kelimpahan ikan non target. Dalam kaitan dengan biaya operasi, nelayan hanya melihat biaya yang dikeluarkan sendiri, sementara peningkatan biaya yang dikeluarkan nelayan lain karena pengurangan stok ikan diabaikan. Dengan demikian nelayan secara umum cenderung menempatkan terlalu banyak

(25)

modal usaha perikanan. Nelayan yang beroperasi pada suatu fishing ground yang produktif akan mendapatkan keuntungan. Hal ini menyebabkan nelayan lain akan merugi dan menanggung biaya marginal karena kehabisan stok sumberdaya ikan. Konsep pengelolaan harus semaksimal mungkin menghindari implikasi negatif tersebut, sehingga sumberdaya ikan tetap lestari dan kegiatan pemanfaatan dapat berkelanjutan.

2.2 Usaha Perikanan

1. Komponen Pendukung Usaha Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan

Menurut PP No. 15 tahun 1990, usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan sebagai salah satu bidang usaha perikanan merupakan semua usaha perorangan atau badan hukum untuk mengolah, menyimpan, mendinginkan mengawetkan, memasarkan ikan dan produk olahannya untuk tujuan komersil. Usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan merupakan salah satu komponen penting dalam pemanfaatan sumberdaya ikan secara komersial. Hal ini karena usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan menjadi penggerak utama pengelolaan sumberdaya ikan, sehingga sumberdaya ikan tersebut dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan pangan dan kesejahteraan hidup manusia.

Menurut Monintja (2001) dan Hanafiah dan Saefuddin (1983), dalam operasionalnya, usaha perikanan termasuk usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan membutuhkan dukungan dan berkaitan erat dengan komponen lainnya, seperti sumberdaya manusia, sarana produksi, prasarana pendukung, dan pasar.

a. Sumberdaya manusia

Sumberdaya manusia merupakan penggerak suatu usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan. Supaya kinerja usaha baik, maka sumberdaya manusia harus berkualitas dan menguasai teknologi yang dibutuhkan dalam operasi usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan.

(26)

b. Sarana produksi

Pada usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan, sarana produksi ini dapat mencakup mesin, peralatan produksi, pabrik es, gudang, instalasi air tawar dan listrik, alat transportasi, pusat pendidikan dan diklat tenaga kerja. Sarana produksi penting karena pelaksanaan operasi usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan sangat tergantung pada kesiapan sarana produksi ini.

c. Prasarana perikanan

Prsarana perikanan untuk usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan adalah jalan dan pelabuhan. Jalan raya sangat dibutuhkan untuk mendukung kegiatan pengakutan bahan produksi dan hasil produk olahan di daratan baik untuk jarak dekat maupun untuk jarak yang lebih jauh. Pelabuhan perikanan merupakan tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang dipergunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh dan/atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan. Prasarana pelabuhan ini sangat dibutuhkan karena menjadi penghubung kegiatan operasi usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan dengan pasar dan konsumen.

d. Pasar

Pasar merupakan tempat dimana terjadi arus pergerakan barang-barang dan jasa dari produsen ke tangan konsumen. Pasar produk akan menentukan keberlanjutan usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan di masa datang.

Perlu disadari, bahwa operasional usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan perlu diarahkan sehingga juga mendukung kelestarian sumber daya ikan, mengatur pemanfaatan dan distribusi produk perikanan, dan mengantisipasi perilaku pelaku bisnis perikanan sehingga sejalan dengan kebijakan yang diterapkan. Menurut Fachruddin (2004), operasional usaha perikanan termasuk usaha pengolahan dan pemasaran

(27)

hasil perikanan merupakan upaya yang dinamis, yaitu sesuai permintaan dengan konsumen yang senantiasa terus berkembang. Dalam kaitan ini, maka kontribusi setiap komponen pendukung menjadi semakin penting guna mengantispasi perubahan-perubahan dalam hal ekonomi, teknologi, dan lingkungan, termasuk penggunaan cara-cara tradisional dalam pengolahan hasil perikanan.

Sebagai implikasi dari perkembangan kebutuhan konsumen, maka menurut Fauzi (2004) penyesuaian atau perubahan dapat terjadi pada tujuan, strategi dan operasional usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan. Semakin efisien teknologi produksi pada usaha pengolahan berarti semakin produk olahan perikanan yang dapat dimanfaatkan dan semakin sedikit reject yang dibuang ke alam yang justru dapat merusak lingkungan sekitar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberi pelayanan kepada konsumen yang dari waktu ke waktu jenis kebutuhan terus meningkat dan berubah termasuk terhadap jenis-jenis produk olahan hasil perikanan.

2. Pelaku Ekonomi Usaha Perikanan

Menurut Sudarsono (1986) dan Hanafiah dan Saefuddin (1983), komponen ekonomi usaha perikanan termasuk usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan dapat mencakaup nelayan, pengusaha perikanan, pengolah ikan, pedagang ikan, koperasi, dan pemrintah. Semua pelaku ekonomi harus bahu membahu mendukung kelangsungan usaha perikanan.

a. Nelayan tradisional

Nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan kegiatan menangkap ikan, baik secara langsung (seperti penebar dan pamakai jaring) maupun secara tidak langsung (seperti juru mudi perahu layar, nakhoda kapal ikan bermotor, ahli mesin kapal, juru masak kapal penangkap ikan) sebagai mata pencaharian. (Fauzi, 2005). Nelayan tradisional merupakan bagian terbesar dari masyarakat nelayan di Indonesia. Nelayan tradisional ini umumnya dapat dicirikan dengan tingkat kepemilikannya kecil dan penguasaan faktor produksi serta

(28)

kemampuan managerial relatif terbatas. Keterbatasan ini akan mempengaruhi motivasi, perilaku dan gugus kesempatan. Selain itu, vokalitas untuk memperjuangkan pendapat dan kebutuhan dari kelompok ini biasanya relatif rendah, sehingga nelayan tradisional umumnya tersisihkan bila kegiatan ekonomi perikanan berkembang pesat di suatu kawasan..

b. Pengusaha perikanan

Pengusaha perikanan lebih dianggap sebagai kelompok pelaku yang sukses dan bermodal besar dalam melakukan kegiatan usaha perikanan. Berbeda dengan nelayan tradisional, gugus kesempatan pengusaha perikanan swasta skala besar biasanya jauh lebih longgar. Mereka memiliki akses yang lebih besar terhadap berbagai fasilitas seperti perbankan, pelayanan dan penerapan teknologi baru,disamping mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi pembuat kebijaksanaan bila ada kebijakan yang dapat mengancam eksistensi mereka.

Menurut Dahuri, et. al (2001), pengusaha perikanan dapat menghidupkan kegiatan perikanan dengan lebih optimal di suatu kawasan pesisir. Hal ini karena mempunyai motivasi bisnis yang umumnya memaksimumkan keuntungan dan dapat melakukan berbagai bentuk strategi mulai dari integrasi vertikal, baik ke hulu maupun ke hilir, sampai integrasi horizontal untuk memaksimumkan keuntungan dan akumulasi modal. Pengusaha perikanan ini umumnya mempekerjakan nelayan kecil dan tradisional dalam menjalanakan bisnis perikanannya.

c. Pedagang Ikan

Berdasarkan tahapan perdagangan yang dilakukan, pedagang ikan termasuk jenis pedagang perantara. Menurut Hou (1997), pedagang perantara merupakan perorangan atau organisasi yang berusaha dalam bidang tataniaga, yang menggerakkan barang dari produsen sampai konsumen melalui jual-beli. Dalam saluran tataniaga dapat terdiri dari satu atau beberapa pedagang perantara seperti: pedagang pengumpul, pedagang besar dan pedagang eceran. Disamping pedagang perantara,

(29)

juga terdapat pedagang pengumpul, pedagang besar, dan pedagang eceran.

d. Koperasi Unit Desa (KUD Mina)

Dalam Pasal 33 Undang Undang Dasar 1945 dinyatakan bahwa koperasi merupakan satu dari tiga sektor kegiatan perekonomian, selain pemerintah dan swasta. Sebagaimana bandan usaha ekonomi lainnya, koperasi termasuk koperasi perikanan (KUD Mina) juga bertujuan untuk mencari keuntungan, dan keuntungan tersebut menjadi milik anggota yang dibagi setiap periode yang disepakati. Pembagian keuntungan didasarkan atas pemilikan modal, serta keterlibatan anggota dalam kegiatan koperasi (Sudarsono, 1986).

e. Pemerintah

Dalam kegiatan ekonomi, pemerintah hendaknya berada posisi netral antara produsen dan konsumen. Namun dalam kenyataannya, pemerintah mempunyai misi dan motivasi tersendiri yang perlu diperhitungkan dalam melihat permasalahan perekonomian yang ada termasuk di bidang perikanan. Menurut Hardjomidjojo (2004), pemerintah berupaya untuk mencapai semaksimal mungkin didalam meningkatkan produksi, produktivitas, pendapatan nelayan, ekspor komoditi perikanan, pertumbuhan investasi, konsumsi ikan dan dalam mewujudkan kualitas kehidupan terutama disenta-sentra perikanan. Hal ini penting untuk kelangsungan kegiatan ekonomi berbasis perikanan di lokasi.

2.3 Kinerja Usaha Pengolahan Dan Pemasaran Hasil Perikanan

Usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan merupakan usaha komersial yang mengejar keuntungan, sehingga penilaian kinerja menjadi hal penting untuk dilakukan. Secara umum kinerja (performance) merupakan kemampuan kerja dari suatu usaha produksi yang ditunjukkan dengan hasil kerja. Hawkins (1979) menyatakan bahwa “Performance is: (1) the process or manner of performing, (2) a notable action or achievement, (3) the performing of a play or other entertainment”.

(30)

Dalam arti yang lebih luas, kinerja merupakan jumlah output yang dihasilkan oleh unit kerja per satuan waktu tertentu, yang ditunjukkan oleh jumlah keuntungan, retribusi, pajak, dan sebagainya. Oleh karena itu kinerja usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan bertujuan menghasil produk olahan hasil perikanan dan memasarkannya secara luas, yang juga berarti memanfaatkan potensi sumberdaya ikan secara maksimal. Namun demikian, upaya tersebut perlu dilakukan dalam koridor tetap menjaga melestarikan sumberdaya perikanan dan kondisi lingkungan, dan memastikan diterapkannya keadilan terhadap para pengguna yang telah memanfaatkan sumberdaya alam milik umum tersebut. Menurut Fauzi (2005) dan Sukmadinata (1995), kinerja usaha perikanan termasuk usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan merupakan jumlah produk perikanan yang dihasilkan oleh suatu usaha perikanan dalam suatu periode tertentu dengan mengacu pada standar yang ditetapkan. Kinerja hendaknya merupakan hasil yang dapat diukur dan menggambarkan kondisi pengelolaan suatu usaha perikanan milik perorangan (individu) atau badan hukum (perusahaan) dari berbagai ukuran yang disepakati.

Usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan adalah sebuah sistem yang terdiri dari berbagai elemen yang saling terkait dan saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pada lingkungan yang sangat kompleks. Penilaian terhadap sistem usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan ini merupakan salah upaya untuk mengukur kinerja produksi produk olahan dan memasarkannya. Sultan (2004), usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan merupakan suatu gugus dari unsur yang saling berhubungan dan terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan atau suatu gugus dari tujuan-tujuan di bidang perikanan. Jika pengembangan usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan di suatu lokasi/sentra perikanan ditentukan pada perluasan kesempatan kerja, maka teknologi yang perlu dikembangkan adalah teknologi produksi yang relatif dapat menyerap tenaga kerja banyak, dengan pendapatan memadai bagi pelaku perikanan yang terlibat.

Untuk mengetahui apakah kinerja suatu usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan sesuai atau tidak dengan standar yang ditetapkan, maka

(31)

dilakukan penilaian kinerja dan hal ini biasanya dilakukan dengan pendekatan analisis kinerja dengan ukuran keuangan atau finansial usaha yang dicapai maka perlu dilakukan penilaian kinerja. Disini pihak manajemen perusahaan cenderung hanya ingin memuaskan shareholders, dan kurang memperhatikan ukuran kinerja yang lebih luas yaitu kepentingan stakeholders. Atkinson et al. (1997) menyatakan bahwa pengukuran kinerja sebagai berikut: “Performance measurement is perhaps the most important, most misunderstood, and most difficult task in management accounting. An effective system of performance measurement containts critical performance indicator (performance measures) that (1) consider each activity and the organization it self from the customer’s perspective, (2) evaluate each activity using customer –validated measure of performance, (3) consider all facets of activity performance that affect customers and, therefore, are comprehensive, and (4) provide feed-back to help organization members identity problems and opportunities for improvement”.

Safi’i (2007) dan Seijo et al. (1998) menyatakan bahwa pengelolaan usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan dihadapkan pada tantangan yang timbul karena faktor-faktor yang menyangkut perkembangan penduduk, perkembangan sumberdaya dan lingkungan, perkembangan teknologi dan ruang lingkup internasional. Pengukuran kinerja usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan perlu mempertimbangkan hal tersebut. Sumberdaya ikan laut termasuk pada kriteria sumberdaya alam yang dapat diperbaharui, namun demikian pemanfaatannya sangat tergantung pada kearifan manusia menjadi tantangan besar dalam pengukuran kinerja ini. Terkait dengan ini, maka pengukuran kinerja usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan yang meskipun tidak berhubungan langsung dengan penangkapan ikan juga harus mempertimbangkan keterbatasan dan perubahan alamiah yang ada. Penilaian kinerja sangat penting, kemungkinan memiliki salah pengertian, dan merupakan tugas yang paling sulit dalam akuntansi manajemen. Menurut Atkinson et al. (1997), penilaian kinerja yang efektif sebaiknya mengandung indikator kinerja, yaitu:

(32)

1. Memperhatikan setiap aktivitas organisasi dan menekankan pada perspektif pelanggan,

2. Menilai setiap aktivitas dengan menggunakan alat ukur kinerja yang mengesahkan pelanggan,

3. Memperhatikan semua aspek aktivitas kinerja secara komprehensif yang mempengaruhi pelanggan, dan

4. Menyediakan informasi berupa umpan balik untuk membantu anggota organisasi mengenali permasalahan dan peluang untuk melakukan perbaikan.

Mengacu kepada hal ini, maka penilaian kinerja usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan mencakup kegiatan yang mengukur berbagai aktivitas usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan sehingga menghasilkan informasi umpan balik untuk manfaat keuangan yang layak bagi nelayan dan pelaku usaha perikanan. Penilaian kinerja usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan dalam ukuran keuangan juga memberi informasi untuk perbaikan pengelolaan usaha perikanan. Perbaikan usaha perikanan ini (Fauzi, 2005 dan Ruddle et al., 1992) mencakup : (1) perbaikan perencanaan perbekalan, (2) perbaikan metode operasi (penangkapan ikan, penanganan hasil, dan lainnya), dan (3) perbaikan evaluasi kerja usaha perikanan. Hasil penilaian kinerja ini akan menentukan tingkat kelayakan pengembangan suatu usaha perikanan.

2.4 Konsep Pemasaran Produk Olahan Perikanan

Dalam mencapai suatu tujuan, usaha pengolahan hasil perikanan selalu menerapkan konsep pemasaran, yaitu memikirkan bagaimana memasarkan secara simultan dengan strategi produksi. Dengan konsep ini, usaha produk olahan hasil perikanan berusaha memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen, terutama kepuasan pelanggan. Pemahaman konsep pemasaran mendukung manajemen usaha pengolahan hasil perikanan untuk mengadaptasi setiap perubahan pasar dan pesaing melalui perencanaan strategi. Menurut Kotler dan Amstrong (2001) tercapainya tujuan organisasi tergantung pada penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran (target

(33)

market) dan memuaskan pelanggan secara lebih efektif dan efisien daripada yang dilakukan oleh pesaing.

Kotler dan Susanto (1999) mengatakan bahwa ada lima konsep yang mendasari cara organisasi melakukan pemasaran :

1. Konsep berwawasan produksi : konsumen akan memilih produk yang mudah didapat dan murah harganya. Manajer organisasi yang berwawasan produksi memusatkan perhatiannya untuk mencapai efisiensi produksi yang tinggi dan cakupan distribusi yang luas.

2. Konsep berwawasan produk : konsumen akan memilih produk yang menawarkan mutu, kinerja terbaik, atau hal-hal inovatif lainnya. Manajer dalam organisasi berwawasan produk memusatkan perhatian untuk membuat produk yang lebih baik dan terus menyempurnakannya.

3. Konsep berwawasan menjual : konsumen dibiarkan saja, konsumen tidak akan membeli produk organisasi dalam jumlah cukup. Organisasi harus melakukan usaha penjualan dan promosi yang agresif.

4. Konsep berwawasan pemasaran : kunci untuk mencapai tujuan organisasi terdiri dari penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran serta memberikan kepuasan yang diinginkan secara lebih efektif dan efisien daripada saingannya.

5. Konsep berwawasan pemasaran bermasyarakat. Konsep ini menghindari konflik yang mungkin terjadi antara keinginan konsumen, kepentingan konsumen dan kesejahteraan sosial jangka panjang.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa konsep pemasaran merupakan sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup usaha pengolahan hasil perikanan.

2.5 Strategi Pemasaran Produk Olahan Hasil Perikanan

Dalam mengembangkan strategi pemasaran produk olahan hasil perikanan, terdapat titik tolak yang dapat dikombinasikan (DKP, 2008 dan Nikijuluw, 2005), yaitu :

(34)

1. Strategi umum usaha pengolahan hasil perikanan, merupakan gambaran umum tujuan yang ingin dicapai dan pandangan dasar yang tumbuh sejak didirikannya usaha pengolahan hasil perikanan;

2. Analisis situasi yang dapat dirumuskan sebagai suatu studi tentang faktor internal (kekuatan dan kelemahan yang terdapat di dalam usaha pengolahan hasil perikanan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman yang timbul di luar usaha pengolahan hasil perikanan).

Untuk mencapai suatu tujuan dan menciptakan keunggulan bersaing setiap usaha pengolahan hasil perikanan menggunakan strategi yang tepat. Hamel dan Prahalad (1990) dalam Rangkuti (2004) mengatakan bahwa strategi merupakan tindakan yang bersifat inkremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian perencanaan strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi, bukan dimulai dari apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti (core competencies). Usaha pengolahan hasil perikanan perlu mencari kompetensi inti di dalam bisnis yang dilakukan.

Menurut David (2006), strategi adalah cara untuk mencapai tujuan-tujuan jangka panjang pada situasi yang sangat kompetitif. Strategi bisnis berupa perluasan geografis, diversifikasi, akuisisi, pengembangan produk, penetrasi pasar, rasionalisasi karyawan, divestasi, likuidasi dan joint venture. Penetrasi pasar merupakan suatu strategi untuk pertumbuhan usaha pengolahan hasil perikanan dengan meningkatkan penjualan produk yang ada saat ini kepada segmen pasar yang sekarang tanpa mengubah produk (Kotler dan Amstrong, 2001).

Dalam mendesain suatu strategi pemasaran, hal penting yang dilakukan oleh usaha pengolahan hasil perikanan adalah menerapkan konsep segmentation, targetting, dan positioning atau STP (Rangkuti, 2004 dan Sumarwan, 2004) dan bargaining (Purnomo dan Zulkiflimansyah,1999). Menurut Rangkuti (2004), segmentasi pasar merupakan tindakan mengidentifikasi dan membentuk kelompok pembeli/konsumen secara

(35)

terpisah. Pendekatan umum yang dilakukan oleh produsen dalam mengidentifikasi segmen utama suatu pasar terdiri dari tiga langkah (Kotler dan Susanto,1999), yaitu :

1. Tahap survei : melakukan wawancara terhadap kelompok pengamat untuk mendapatkan pemahaman atas motivasi, sikap, dan perilaku konsumen; 2. Tahap analisis : analisis faktor dan analisis kelompok untuk menghasilkan

segmen yang berbeda;

3. Tahap pembentukan : bertujuan membentuk kelompok berdasarkan perbedaan sikap, perilaku demografis, psikografis dan pola media.

Targetting adalah suatu tindakan memilih satu atau lebih segmen pasar yang akan dimasuki (Rangkuti, 2004). Penetapan pasar yang cerdas membantu usaha pengolahan hasil perikanan menjadi lebih efisien dan efektif, yaitu dengan berfokus pada segmen yang dapat mereka puaskan dengan baik. Penetapan pasar juga menguntungkan konsumen, usaha pengolahan hasil perikanan menjangkau kelompok konsumen tertentu dengan tawaran dibuat dengan cermat untuk memuaskan keinginan mereka (Kotler dan Amstrong, 2001). Positioning adalah level atau status citra produk atau jasa yang ingin dilihat oleh konsumen (Sumarwan, 2004). Konsep positioning sendiri dapat berupa mutu terbaik, pelayanan terbaik, nilai terbaik, atau teknologi tercanggih.

(36)

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di pesisir utara DKI Jakarta, tepatnya di lokasi-lokasi yang menjadi sentra produk olahan hasil perikanan, yaitu Muara Baru, Kamal Muara, dan Kali Baru. Penelitian ini dilaksanakan selama 5 (lima) bulan dimulai dari bulan Maret 2011 sampai dengan Juli 2011.

3.2 Jenis Data Yang Dikumpulkan

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan di lapangan berkaitan dengan aktivitas produksi dan pemasaran produk olahan hasil perikanan terutama untuk produk ikan asin dan pindang. Data sekunder adalah data yang sudah tersedia yang mendukung kelengkapan data penelitian.

Data yang dikumpulkan baik dari jenis data primer maupuan data sekunder meliputi :

1. Data kondisi internal dan eksternal pengelolaan pemasaran produk olahan ikan asin dan pindang di DKI Jakarta. Data ini meliputi jenis produk asin dan pindang yang dipasarkan, kualitas produk, harga jual, tujuan pasar, sarana pendukung pemasaran, infrastruktur pemasaran, perijinan pemasaran, pesaing, kontinyuitas permintaan, kondisi sosial ekonomi konsumen sasaran, dan lainnya.

2. Data finansial pengelolaan usaha pengolahan hasil perikanan (ikan asin dan pindang) di DKI Jakarta. Data finansial ini meliputi data investasi, biaya produksi, biaya tenaga kerja, biaya pemasaran, penerimaan usaha, biaya penyusutan, pajak/retribusi, dan lainnya terkait pengelolaan usaha. 3. Data terkait dengan kebijakan pengembangan produk olahan berbasis

perikanan, seperti undang-undang perikanan, peraturan perikanan, kebijakan daerah tentang usaha perikanan, peraturan pengelolaan lingkungan, pengembangan alat produksi dan pemasaran, peraturan retribusi perikanan, dan lainnya.

(37)

3.3 Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data Primer

Data primer dikumpulkan melalui pengamatan dan wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner terhadap perwakilan stakeholders seperti pengusaha perikanan, pengolah ikan, pengelola sarana perikanan (pelabuhan, perum perikanan), pedagang besar, pedagang eceran, pengusaha produk non perikanan, dan masyarakat konsumen.

Pengamatan dilakukan dengan cara mengunjungi dan mengamati secara langsung kondisi lokasi pengolahan hasil perikanan (terutama ikan asin dan pindang), pemasaran hasil perikanan dan produk lainnya, serta tempat tinggal pelaku usaha sasaran. Jumlah responden yang diwawancara untuk pengambilan data kondisi dan prospek pengelolaan pemasaran produk olahan dan data terkait kelayakan finansial ditetapkan sekitar 5 -10% dari jumlah populasi (Gaspersz dan Irianti dalam Bungin, 2004). Sedangkan populasinya adalah total jumlah usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan yang terdapat di lokasi penelitian. Sedangkan jumlah responden untuk perumusan strategi pengembangan produk olahan hasil perikanan berkisar antara 20 – 25 orang berasal dari perwakilan semua stakeholders terkait. Jumlah ini sesuai persyaratan sampel untuk analisis AHP menggunakan Expert Choice 9.5.

2. Teknik Pengambilan Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan melalui studi pustaka, konsultasi pakar, dan kombinasi keduanya. Studi pustaka digunakan untuk mengumpulkan data sekunder yang berasal dari literatur, hasil penelitian, laporan kegiatan di lokasi tersebut maupun lokasi lain dengan permasalahan yang relevan. Pendapat pakar digunakan untuk mengkonfirmasi data yang kurang jelas dari hasil penelitian atau literatur. Pakar dapat berasal dari birokrat, pengamat, maupun akademisi yang berkompeten dengan kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil perikanan.

(38)

3.4 Metode Analisis Data

1. Analisis Kondisi dan Prospek Pemasaran

Analisis kondisi dan prospek pemasaran produk olahan hasil perikanan ini dilakukan menggunakan metode analisis SWOT. Analisis SWOT sangat membantu untuk memetakan kondisi, potensi dan arah pengembangan usaha (usaha ikan asin dan pindang) ke depan termasuk dari aspek pemasarannya. Pemetaan ini akan dilakukan dari segi internal maupun eksternal, sehingga kondisi dan prospek pengembangan usaha perikanan ke depan dapat diketahui secara akurat dan menyeluruh. Tujuan akhir dari kegiatan ini adalah mengetahui kondisi saat ini dan arah/prospek pengembangan usaha perikanan produk olahan ke depan terutama dilihat dari aspek pemasarannya.

Dalam analisis ini menggali informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan pemasaran produk olahan hasil perikanan, sehingga ditemukan berbagai kesimpulan dalam suatu matriks mengenai kekuatan (strength) atau S, kelemahan (weaknesses) atau W, peluang (opportunity) atau O dan ancaman (threat) atau T tersebut. Untuk mendapatkan deskripsi detail kondisi kini, maka data dan informasi terkait diformat dalam suatu matriks mengenai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam pengelolaan pemasaran produk olahan hasil perikanan.

Proses analisis selanjutnya kemudian dilakukan dengan tahapan (Rangkuti, 2004) :

a. Menentukan faktor-faktor strategis internal, memuat tentang kekuatan dan kelemahan lengkap dengan hasil analisis bobot, rating dan skornya (matriks IFE atau Internal Factor Evaluation).

b. Menentukan faktor-faktor strategis eksternal, memuat tentang peluang dan ancaman lengkap dengan hasil analisis bobot, rating dan skornya (matriks EFE atau External Factor Evaluation).

c. Mengembangkan matriks internal-eksternal (IE) untuk mengetahui posisi dan prospek pemasaran produk olahan hasil perikanan ke depan.

(39)

d. Mengembangkan matriks SWOT untuk merumuskan solusi pengelolaan prospek pemasaran produk olahan yang telah diidentifikasi. Rumusan ini menjadi masukan dalam analisis strategi pengembangan produk olahan menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP) di bagian berikutnya.

Secara ilustratif, matriks IFE dan EFE disajikan pada Tabel 1, dan matriks analisis SWOT disajikan pada Tabel 2.

Tabel 1 Matriks IFE dan EFE kondisi pengelolaan pemasaran produk olahan hasil perikanan

No Faktor-Faktor Strategis Bobot (B) Rating (R) Skor (BxR) Kode I Internal C. Kekuatan 1. 2. 3 Dst D. Kelemahan 1. 2 3 Dst Total IFE II Eksternal A. Peluang 1. 2. 3. Dst B. Ancaman 1. 2. 3. Dst Total EFE

Bobot menunjukkan tingkat kepentingan usaha pengolahan dan pemasaran terhadap suatu komponen/faktor pemasaran dengan nilai berkisar 0 - 1, dimana 0 menunjukkan tidak penting dan 1 menunjukkan

(40)

sangat penting. Rating menunjukkan tingkat pengaruh yang secara riil dapat diberikan oleh faktor pemasaran tersebut terhadap usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan dengan nilai berkisar 1 – 4, dimana 1, 2, 3, dan 4 berturut-turut rendah, biasa, tinggi, dan sangat tinggi. Nilai rating untuk faktor kelemahan dan ancaman diberi secara terbalik, yaitu bila pengaruh rendah diberi nilai 4 dan pengaruh sangat tinggi diberi nilai 1 (Rangkuti, 2009). Sedangkan skor menyatakan tingkat/skor pengaruh positif (spp) sesuai kepentingan usaha pengolahan dan pemasaran terhadap suatu komponen/faktor pemasaran yang dimaksud.

Pengembangan matriks internal-eksternal (IE) dilakukan untuk mengetahui ploting kondisi/posisi pemasaran produk olahan hasil perikanan saat ini serta prospek pengembangann ke depan yang dibagi dalam sembilan kuadran kondisi pengelolaan yang digunakan dalam analisis SWOT. Kuadran tersebut adalah kuadran I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, dan IX yang berturut-turut menyatakan I (pengelolaan dalam pertumbuhan dengan konsentrasi pada integrasi vertikal), II (pertumbuhan dengan konsentrasi pada integrasi horizontal), III (pengelolaan dalam kondisi penciutan atau turnaround), IV (pengelolaan dalam kondisi stabilitas), V (pengelolaan dalam kondisi pertumbuhan dengan konsentrasi pada integrasi horizontal atau stabilitas), VI (pengelolaan dalam kondisi divestasi atau pengurangan), VII (pengelolaan dalam kondisi pertumbuhan melalui diversifikasi konsentrik), VIII (pengelolaan dalam kondisi pertumbuhan melalui konsentrasi konglomerasi), dan IX (pengelolaan dalam kondisi likuidasi). Setiap kuadran punya kisaran nilai faktor internal dan faktor eksternal tertentu.

(41)

Tabel 2 Matriks analisis SWOT

Peluang (Opporunities) Ancaman (Threats) Kekuatan (Strenghtenings) SO 1 SO 2 SO 3 ... SO n ST 1 ST 2 ST 3 ... ST n Kelemahan (Weaknesses) WO 1 WO 2 WO 3 ... WO n WT 1 WT 2 WT 3 ... WT n

Matriks SWOT mengakomodir semua analisis sebelumnya menjadi rumusan solusi pengelolaan prospek pemasaran produk olahan ke depan. Rumusan hasil analisis SWOT ini menjadi masukan dalam analisis AHP di bagian berikutnya.

2. Analisis Kelayakan Finansial

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui jenis usaha pengolahan dan pemasaran ikan asin dan pindang yang secara ekonomi dinyatakan layak dikembangkan di DKI Jakarta. Usaha tersebut dapat memproduksi berbagai jenis ikan asin dan pindang, dan dari ini akan ditentukan jenis yang layak dan tidak layak dikembangkan lanjut. Analisis ini dapat memberi arahan tentang usaha pengolahan ikan asin dan pindang yang dapat dipilih sehingga usaha tersebut dapat terus bertahan dan pelakunya mendapat manfaat dari usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan tersebut. Secara prinsip, analisis ini dilakukan dengan membandingkan semua penerimaan dari suatu investasi untuk pengolahan dan pemasaran hasil perikanan dengan semua pengeluaran yang harus dikeluarkan selama proses investasi tersebut. Supaya dapat diperbandingkan satu sama lain, maka penerimaan dan pengeluaran tersebut dinyatakan dalam bentuk uang dan harus dihitung selama periode operasi yang sama (Garrod dan Willis, 1999).

Parameter yang digunakan dalam analisis kelayakan usaha perikanan ini mengacu kepada Hanley dan Spash (1993) tentang analisis

(42)

biaya-manfaat (cost-benefit analysis). Adapun parameter tersebut adalah yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Return of Investment (ROI), dan Benefit – Cost Ratio (B/C ratio).

a. Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) digunakan untuk menilai manfaat investasi usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan yang merupakan jumlah nilai kini dari pendapatan bersih dan dinyatakan dalam rupiah. Bila NPV > 0 berarti investasi menguntungkan usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan (usaha layak dikembangkan). Sedangkan bila NPV < 0 berarti investasi tidak menguntungkan atau usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan tidak layak dikembangkan lanjut. Rumus perhitungan nilai Net Present Value (NPV) adalah : NPV =

  n 1 t t i) (1 Ct) -(Bt Dimana : B = penerimaan (benefit) C = pembiayaan (cost)

I = interest rate (suku bunga) t = umur teknis

b. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) merupakan nilai suku bunga maksimal yang menyebabkan NPV = 0. Terkait dengan ini, maka IRR menjadi batas untung rugi suatu kegiatan pengelolaan sumberdaya. Usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan dinyatakan “layak” bila IRR > dari interest rate (suku bunga) yang berlaku. Suku bunga kurs ini mengacu kepada Bank Umum (2010), yaitu sekitar 14 %. Bila IRR sama dengan interest rate yang berlaku maka NPV usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan tersebut sama dengan nol. Jika IRR lebih kecil dari interest rate (suku bunga) yang berlaku, maka nilai NPV akan lebih kecil dari 0, dan berarti usaha pengolahan dan

Gambar

Tabel 1  Matriks IFE dan EFE kondisi pengelolaan pemasaran produk olahan hasil  perikanan
Tabel 2  Matriks analisis SWOT
Tabel 3  Skala banding berpasangan
Tabel 5  Kelompok faktor internal pengelolaan pemasaran produk olahan hasil  perikanan jenis ikan teri dan pindang di DKI Jakarta
+7

Referensi

Dokumen terkait

Desain dalam penelitian ini menggunakan Desain kuantitif, artinya penelitian dilakukan pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen

Model Pengembangan Pertanian Perdesan Melalui Inovasi (m-P3MI) merupakan suatu model pengembangan pertanian melalui inovasi dalam suatu kawasan berbasis sumberdaya

Maka dari itu penulis bermaksud membuat mesin jahit otomatis menggunakan sensor proximity dan sensor ping berbasis mikrokontroler atmega 8535.. Tujuannya adalah untuk

Pelaksanaan selamatan kematian yang berlaku di masyarakat Plosorejo dilaksanakan setelah kegiatan memandikan sampai penguburan jenazah, yaitu pada hari

- direndam dalam HCl 0,1 M selama 24 jam - disaring dengan kertas saring - dicuci dengan aquades hingga bebas dari ion Cl- penambahan AgNO3 pada air pencucian sampel batang jagung

Serta di dalam ketentuan Pasal 268 (3) ditentukan bahwa Permintaan peninjauan kembali atas suatu putusan tidak menangguhkan ataupun menghentikan pelaksanaan dari

t Kecemasan / ketakutan berhubungan dengan :  Pengalaman pembedahan  Perubahan status kesehatan  Krisis situasi  Berada di lingkungan yang baru Data Subyektif 

Observasi, observasi lapangan guna mendapatkan fakta dari kenyataan wilayah perbatasan Jagoi Babang, melalui pengamatan yang terlihat kondisi perbatasan Jagoi Babang