• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tradisi Menerbeb Etnik Pakpak : Kajian Semiotik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tradisi Menerbeb Etnik Pakpak : Kajian Semiotik"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah sebuah bangsa yang memiliki beraneka ragam bahasa dan kebiasaan (budaya). Oleh sebab itulah Indonesia dikatakan negara yang plural. Bangsa Indonesia terdiri banyak suku yang tersebar di Indonesia, dan setiap suku memiliki keaneka ragaman adat budaya didalamnya. Tiap-tiap suku memiliki nilai struktural yang baik dan patut untuk dibanggakan oleh masyarakatnya.

Sumatera Utara adalah salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki beraneka ragam adat dan budaya. Salah satu adalah adat budaya Batak yang memiliki lima sub-etnis yaitu: Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Pakpak dan Batak Angkola Mandailing. Kelima sub suku tersebut memiliki kebudayaan bahasa yang hampir sama.

Kebudayaan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, kebudayaan meliputi segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Sesuai dengan yang dinyatakan oleh Prasetiya dalam bukunya yang berjudul Ilmu Budaya Dasar (2004) bahwa arti kebudayaan sangat luas, yang meliputi kelakuan dan hasil kelakuan manusia, yang teratur oleh tata kelakuan manusia yang harus didapatkan dengan belajar dan semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat.

(2)

adalah sistem lambang bunyi, yang dipergunakan oleh masyarakat untuk berhubungan dan bekerja sama, berinteraksi dan mengintifikasikan diri”. Dengan demikian, bahasa merupakan suatu alat yang sangat penting dalam komunikasi antar manusia dalam kehidupan sosial. Bahasa digunakan masyarakat untuk menjalin hubungan dengan sesama anggota masyarakat lain yang mempunyai kesamaan bahasa. Hubungan komunikasi tersebut dilakukan secara perseorangan atau kelompok. Dalam berkomunikasi juga mendukung seorang untuk bekerja sama dengan orang lain, membentuk kelompok, atau bahkan membentuk suatu masyarakat untuk mencari kepentingan bersama.

Cassirer dalam (Chaer, 2012:39) mengatakan manusia adalah mahluk bersimbol (Animal Simbolikum). Setiap kegiatan yang dilakukan manusia hampir seluruhnya menggunakan simbol sebagai media pendukung. Sebagai contoh, ide atau konsep untuk menyatakan kematian seorang pemerintah negara di Indonesia maka bendera merah putih diturunkan setengah tiang, demiakian juga ide atau konsep untuk menyatakan adanya yang meninggal di Pakpak dilambangkan dengan adanya kain atau bunga yang berwarna merah.

(3)

memahami simbol ini peneliti ingin mengkaji salah satu budaya yang ada di Sumatera Utara yaitu etnik Pakpak yang di dalamnya banyak memiliki simbol yang digunakan sebagai media pendukung terjadinya sebuah komunikasi yang bersifat simbolis. Peneliti ingin meneliti salah satu dari Tradisi Etnik Pakpak, yaitu Tradisi Menerbeb. Tradisi Menerbeb suatu bentuk kebiasaan yang masih umum dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari hampir semua warga Pakpak, baik di daerah asal (lebbuh) maupun di perantauan.

Mengenal tradisi etnik Pakpak yang berasal dari Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Bharat adalah hal yang sangat menarik, selain mengenal sisi keberagaman kebudayaan di Sumatera Utara, kebudayan merupakan tradisi turun temurun disetiap suku bangsa di Indonesia ini. Tradisi etnik Pakpak dilakukan oleh segenap masyarakat ditujukan sebagai penghormatan, kebahagiaan dan ucapan syukur.

1.2Letak Geografis Kabupaten Pakpak Bharat.

(4)

Sebenarnya Pakpak Bharat bukan wilayah baru. Kabupaten yang mengambil tiga kecamatan dari Kabupaten Dairi ini mengambil nama sub-wilayah Suku Batak Pakpak. Hampir 90 persen penduduk diwilayah Pakpak Bharat beretnis Pakpak. Berbeda dengan Kabupaten induknya yaitu Kabupaten Dairi yang di huni bermacam-macam suku, seperti Batak Pakpak, Batak Toba, Batak Angkola Mandailing, Batak Karo, Batak Simalungun, Melayu, Nias, dan China,. Hal inilah yang menjadi pendorong wilayah Pakpak Bharat untuk memekerkan diri.

Pakpak Bharat bukan menunjukkan daerah Pakpak yang terletak di bagian barat, melainkan memiliki dua arti nama yang digabungkan menjadi satu yaitu Pakpak adalah nama daerah sedangkan Bharat adalah baik, jadi Pakpak Bharat adalah daerah Pakpak yang baik. Kabupaten Pakpak Bharat terletak pada garis 2,00 – 3,00 Lintang Utara dan 96,00 – 98,30 Bujur Timur, dan berada di ketinggian 2501.400 M di atas permukaan laut.

Kabupaten Pakpak Bharat memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan : Kecamatan Silima Pungga-pungga,

Kecamatan Lae PariradanKecamatan Sidikalang-Kabupaten Dairi

Sebelah Selatan berbatasan dengan : Kecamatan Tara Bintang-Kabupaten Humbang; Kecamatan Manduamas Kabupaten-Tapanuli Tengah

(5)

Sebelah Barat berbatasan dengan : Kecamatan Aceh Singkil-Kabupaten Aceh Singkil Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

Luas keseluruhan Kabupaten Pakpak Bharat adalah 1.218,30 km (121.830 Ha) atau 1,7 dari luas provinsi Sumatera Utara. Dari luas wilayah tersebut 63.974 Ha (52,51 ) diantaranya merupakan lahan yang efektif dan 53.156 Ha ( 43,63 ) merupakan lahan yang belum dioptimalkan. Pada umumnya masyarakat Pakpak Bharat tinggal di pedesaan dengan mata pencaharian utamanya adalah bertani.

Setiap etnis memiliki sistem kekerabatan yang berbeda-beda yang digunakan untuk mengelompokkan dalam kegiatan disetiap tradisi dan juga digunakan sebagai tutur sapa. Perbedaan ini berhubungan erat dengan berbedanya peranan dan kedudukan masing-masing anggota kerabat dalam kelompok kerabatnya.

1.3Sistem Religi Masyarakat Pakpak Bharat

(6)

1.4 Sistem Bahasa

Pada umumnya, bahasa yang dipakai oleh masyarakat di Kabupaten Pakpak Bharat adalah bahasa Pakpak karena mayoritas penduduk di sana adalah suku Pakpak. Untuk menjalankan kehidupan sehari- hari penduduk disana menggunakan bahasa Pakpak begitu juga dalam acara adat.

Selain bahasa Pakpak, bahasa yang digunakan dalam komunikasi sehari-hari adalah bahasa Indonesia yang digunakan di tempat-tempat umum, seperti Sekolah, Puskesmas dan kantor Kelurahan.

Ada beberapa jenis gaya bahasa yang digunakan dalam kehidupan masyarakat Pakpak, yaitu :

1. Rana telangke yaitu kata-kata perantara atau kata-kata tertentu untuk menghubungkan maksud si pembicara terhadap objek si pembicara.

2. Rana tangis yaitu gaya bahasa yang dituturkan dengan cara menangis atau bahasa yang digunakan untuk menangisi sesuatu dengan teknik bernyanyi yang disebut tangis mangaliangi (bahasa tutur tangis).

3. Rana mertendung yaitu gaya bahasa yang digunakan dihutan.

4. Rana nggane yaitu bahasa terlarang, tidak boleh diucapkan di tengah-tengah kampung karena dianggap tidak sopan, dan

(7)

1.5Sistem Kekerabatan Etnik Pakpak

Sistem kekerabatan dalam etnik Pakpak terbagi tiga bagian besar yaitu :

Daliken Si Tellu

A. Senina

(8)

B. Berru

Istilah-istilah kekerabatannya adalah Turang (saudara perempuan), Silih (suami saudara perempuan), Bebere (anak saudara perempuan), Kela (Menantu laki-laki), Namberru/Mamberru (saudara perempuan/suaminya Namberru).

C. Puang

Istilah-istilah kekerabatannya adalah Puhun/Nampuhun (saudara laki-laki ibu/istrinya Puhun), Impal (anak laki-laki/perempuan dari saudara laki-laki ibu), Sinisapo (istri), Silih (saudara laki-laki istri) Bayongku (istri saudara laki-laki istri), Puhun/Nampuhun (mertua laki-laki/perempuan), Kalak purmaen (menantu perempuan) Purmaen (anak saudara laki-laki istri).

1.6Sulang Silima

(9)

Dalam masyarakat Batak Pakpak, kelima kelompok tersebut masing- masing mempunyai tugas dan tanggung jawab yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain dalam acara adat.

A. Puang atau Kula-Kula

Kula-kula merupakan salah satu unsur yang paling penting dalam sistem kekerabatan pada masyarakat Pakpak. Puang atau kula-kula adalah kelompok/pihak pemberi istri dalam sistem kekerabatan masyarakat Pakpak dan merupakan kelompok yang sangat dihormati dan dianggap sebagai pemberi berkat oleh masyarakat. Dengan demikian, kula-kula juga disebut dengan istilah DebataNi Idah (Tuhan yang dilihat). Oleh karena itu, pihak kula-kula ini haruslah dihormati. Sikap menentang kula-kula sangat tidak dianjurkan dalam kebudayaan masyarakat Pakpak. Dalam acara-acara adat, kelompok kula-kula diwajibkan untuk hadir, termasuk juga dalam adat kematian dan mendapat peran yang penting termasuk juga dalam upacara kematian.

B. Perisang-isang/Sukut

Sukut dalam masyarakat Pakpak adalah tuan rumah atau orang yang sedang mengadakan suatu acara adat. dikatakan sukut karena di rumah seseorang tersebutlah tempat berlangsungnya kegiatan adat tersebut.

C. PertulanTengah

(10)

D. Perekur-ekur

Perekur ekur adalah orang yang paling muda dalam sebuah keluarga. Ekur (ekor) yang mempunyai arti paling belakang atau di bawah, begitu juga halnya perekur-ekur adalah orang yang paling bawah atau paling muda yang termasuk dalam senina.

E. AnakBerru

Anak berru artinya anak perempuan yang disebut dengan kelompok pengambil anak dara dalam sebuah acara adat, anak berru lah yang bertanggung jawab atas acara adat tersebut. Tugas anak berru adalah sebagai pekerja, penanggung jawab dan pembawa acara pada sebuah acara adat atau biasa disebut perkebas.

(11)

tanggungjawab yang besar dalam setiap pesta, karena anak berru lah yang bertugas untuk menyiapkan serta menghidangkan makanan selama pesta berlangsung.

Tradisi Menerbeb etnik Pakpak dilakukan untuk meminta doa restu dan penghormatan atau sebagai ucapan terimakasih kepada orang tua atau orang yang dituakan sesuai kekerabatannya. Namun karena kemajuan zaman beserta perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi, nilai-nilai yang dulunya sebagai acuan suatu kelompok masyarakat menjadi pudar akibat masuknya nilai-nilai budaya dari luar. Setiap individu cenderung bersifat rasional dan sepraktis mungkin setiap kehidupan, sehingga nilai-nilai yang dulunya terkandung dalam pranata sosial milik masyarakat tradisional menjadi pudar. Demikian halnya dengan upacara adat yang erat kaitannya dengan nilai-nilai yang dulunya dalam kehidupan kultural pada masyarakat Pakpak lambat laun terkikis dan pudar oleh pengaruh zaman modern dan nilai-nilai baru yang muncul dalam kehidupan masyarakat. Dengan kata lain tradisi upacara adat tradisional di Pakpak akan mengalami perubahan atau pergeseran bahkan hilang dari kehidupan masyarakat Pakpak.

(12)

mengertinya masyarakat akan fungsi dan makna yang terkandung dalam simbol yang ada pada prangkat adat yang digunakan. Hal ini sangat rentan terjadi pada anggota etnik Pakpak yang kurang peduli akan adat istiadatnya, sudah lama tidak tinggal di Pakpak, dan anak yang lahir dan besar di daerah etnik lainnya.

Hal inilah yang menjadi ketertarikan peneliti untuk melakukan penelitian tentang simbol yang ada pada tradisi menerbeb etnik Pakpak, karena mengenal tradisi etnik Pakpak yang berasal dari Kabupaten Pakpak Bharat adalah hal yang sangat menarik, selain mengenal sisi keberagaman kebudayaan di Sumatera Utara, juga merupakan tradisi turun temurun disetiap suku bangsa di Indonesia ini. Tradisi atau upacara adat etnik Pakpak sering disebut Kerja atau Kerja-kerja yang terbagi dua bagian besar yaitu :

1. Kerja Baik

Kerja Baik adalah tradisi atau upacara adat yang dilaksanakan dalam keadaan sukacita. Misalnnya : Mangan Balbal, Merre Nakan Merasa, Menerbeb, Merkottas, Merbayo, Menanda Tahun, Mendomi sapo dan lain-lain

2. Kerja Njahat

Kerja njahat adalah tradisi atau upacara adat yang terkait dengan dukacita. Njahat dalam bahasa Pakpak dapat diartikan sulit atau terpaksa dilaksanakan. Misalnya : Mate Ncayur Ntua (upacara kematian), Mengokal tulan, dan Menutung Tulan dan lain-lain.

(13)

yang dilakukan untuk meminta doa restu, dan ucapan terimakasih atau penghormatan terhadap orangtua. Peneliti ingin melestarikan dan mengarahkan generasi muda etnik Pakpak pada saat ini dan yang akan datang untuk lebih mengenal tradisi leluhur serta mengerti akan setiap simbol yang terdapat pada Tradisi Menerbeb agar etnik Pakpak tidak hanya pengguna pasif tetapi lebih aktif lagi untuk mengerti dan memahami makna setiap simbol yang ada pada setiap tradisi etnik Pakpak.

Dalam penelitian ini akan dijelaskan tiap tanda atau simbol yang terkandung dalam Tradisi Menerbeb Etnik Pakpak. Dalam konteks ini penelitian mengenai Tradisi Menerbeb Etnik Pakpak masih sangat minim. Meskipun sudah ada ahli-ahli budaya yang meneliti tentang Tradisi Menerbeb namun semua masih dominan tentang pendeskripsian struktur upacara adatnya tidak terfokus pada simbol yang terdapat pada Tradisi Menerbeb.

Oleh karena itu, penulis tertarik utuk melakukan penelitian dan pengkajian makna simbol yang terdapat pada Tradisi Menerbeb sesuai dengan judul penelitian ini penulis akan mengkaji Tradisi Menerbeb Etnik Pakpak dari segi semiotik, karena penulis tertarik untuk mengetahui arti atau makna dari tanda atau simbol-simbol yang ada pada Tradisi Menerbeb Etnik Pakpak.

1.7 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dirumuskan masalah, sebagai berikut :

1. Simbol apa saja yang ditemukan dalam Tradisi Menerbeb Etnik Pakpak? 2. Apa saja fungsi simbol yang ditemukan dalam Tradisi Menerbeb Etnik

(14)

3. Makna simbol apa saja yang ditemukan dalam Tradisi Menerbeb Etnik Pakpak?

1.8 Tujuan dan Manfaat Penelitian

A. TujuanPenelitian

Adapun tujuan yang akan dicapai dari hasil penelitian ini adalah :

1. Untuk mendeskripsikan simbol yang ada pada Tradisi Menerbeb Etnik Pakpak.

2. Untuk mendeskripsikan fungsi simbol yang terdapat pada Tradisi Menerbeb Etnik Pakpak.

3. Untuk mendeskripsikan makna simbol yang terdapat pada Tradisi Menerbeb Etnik Pakpak.

B. ManfaatPenelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah : ManfaatTeoritis

1. Untuk mengetahui simbol yang terdapat pada Tradisi Menerbeb Etnik Pakpak. 2. Untuk mengetahui fungsi simbol yang terdapat pada Tradisi Menerbeb Etnik

Pakpak.

3. Untuk mengetahui makna yang terkandung dalam setiap simbol yang terdapat pada Tradisi Menerbeb Etnik Pakpak.

ManfaatPraktis

(15)

2. Sebagai bakal ilmu bagi penulis untuk menambah wawasan pengetahuan tentang Tradisi Menerbeb Etnik Pakpak.

3. Sebagai bahan refrensi dan acuan bagi peneliti barikutnya yang memiliki topik yang menyerupai dan bekaitan dengan penelitian ini.

4. Sebagai motivasi dan menambah wawasa bagi pembaca untuk mengenali makna dan tanda dari setiap upacara yang ada.

5. Sebagai informasi bagi setiap pembaca.

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian penulis dapat menjelaskan tahap-tahap pelaksanaan upacara kematian Ncayur Ntua, Simbol apa saja yang digunakan dalam Upacara kematian Ncayur Ntua serta Fungsi

2011.Makna dan Fungsi Simbolis Dalam Tradisi Mangure Lawik Pada Masyarakat Melayu Di Kawasan Sibustak-bustak.USU Press,Medan.. Jakarta:

baik dalam kehidupan yang bersifat duniawi maupun terhadap hal yang gaib atau keagamaan.Di dalam suatu tradisi diatur bagaimana manusia berhubungan dengan manusia lain atau

Tempat dan tanggal lahir : Salak, 27 februari 1958. Agama :

Tarigan, Girson.2007.Upacara Adat Cawir Metua pada Masyarakat Karo di

Dari paparan di atas, penulis berfokus pada Mangompoi Jabu etnik Batak Toba, di mana dalam pelaksanaannya tersebut ada simbol yang belum diketahui secara

(Atur Pandapotan Solin) hanya kisaran persen 60 persen masyarakat Pakpak yang masih menggunakan kegiatan upacara ini sesuai dengan aturan yang lahir dari budaya tersebut. Kebanyakan

Pinggan pasu merupakan piring yang sudah ada sejak dulu dan digunakan untuk upacara tertentu. Pada upacara tradisi mukul , pinggan pasu ini berfungsi sebagai tempat makan atau