BAB I PENDAHULUAN
1.1. DASAR HUKUM
Kota Semarang ditetapkan sebagai Kotapraja diwilayah Provinsi Jawa
Tengah sebagian dari Negara Kesatuan RepubIik Indonesia berdasarkan
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kota Besar
Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Daerah Istimewa
Yogyakarta. Seiring dengan dinamika yang terjadi, sejak penetapan tersebut, Kota
Semarang telah beberapa kali mengalami perubahan administrasi kewilayahan.
Pada tahun 1976, berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1976
tentang Perluasan Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang, jumlah kecamatan di
Kota Semarang bertambah dari semula 5 kecamatan (Kecamatan Semarang
Barat, Semarang Utara, Semarang Timur, Semarang Selatan dan Semarang
Tengah) menjadi 9 kecamatan, dengan penambahan kecamatan Mijen,
Gunungpati dan Tembalang di sebelah selatan, Genuk di sebelah Timur dan Tugu
di sebelah Barat. Selanjutnya pada tahun 1992, wilayah administrasi kecamatan di
Kota Semarang kembali berubah dari semula berjumlah 9 menjadi 16 kecamatan
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 1992 tentang Pembentukan
Kecamatan di Wilayah Kabupaten-Kabupaten Daerah Tingkat II Purbalingga,
Cilacap, Wonogiri, Jepara dan Kendal serta Penataan Kecamatan di Wilayah
Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang dalam Wilayah Provinsi Daerah Tingkat I
Jawa Tengah.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pasal
69 dan 70 menyebutkan bahwa Kepala Daerah wajib menyampaikan laporan
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang memuat capaian kinerja
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dan pelaksanaan Tugas Pembantuan.
Sedangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan
Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,
Dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada
Masyarakat disebutkan bahwa setiap berakhirnya tahun anggaran, Kepala Daerah
mempunyai kewajiban untuk memberikan laporan keterangan
pertanggungjawaban kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Atas
Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2014 yang merupakan informasi
penyelenggaraan pemerintahan daerah selama 1 (satu) tahun anggaran yang
disampaikan Walikota kepada DPRD.
Sistematika penyusunan LKPJ ini terdiri dari tujuh bab sebagaimana diatur
dalam lampiran III Peraturan Pemerintah No. 3 tahun 2007, yang terdiri dari:
Bab I Pendahuluan
Bab II Kebijakan Pemerintah Daerah
Bab III Kebijakaan Umum Pengelolaan Keuangan Daerah
Bab IV Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah
Bab V Penyelenggaraan Tugas Pembantuan
Bab VI Penyelenggaraan Tugas Umum Pemerintahan
Bab VII Penutup
1.2. GAMBARAN UMUM KOTA SEMARANG
1.2.1. KONDISI GEOGRAFIS
Secara geografis, Kota Semarang terletak antara garis 6º 50’ - 7º 10’
Lintang Selatan dan garis 109º 50’ - 110º 35’ Bujur Timur. Secara administratif
Kota Semarang terdiri atas 16 wilayah kecamatan dan 177 Kelurahan, dengan luas
wilayah adalah 373,70 Km2, dengan batas-batas administratif adalah:
Sebelah Utara : Laut Jawa
Sebelah Selatan : Kabupaten Semarang
Sebelah Barat : Kabupaten Kendal
Sebelah Timur : Kabupaten Demak
Secara topografi, Kota Semarang memiliki keunikan karena terdiri dari
daerah pantai dan daerah perbukitan, dengan elevasi topografi berada pada
ketinggian antara 0,75 m sampai sekitar 350 m diatas permukaan laut. Daerah
pesisir pantai merupakan wilayah terendah di Kota Semarang yang dibatasi Laut
Jawa dengan panjang garis pantai meliputi 13,6 Km. Luas daerah pantai di Kota
Semarang adalah 1% dari luas wilayah total dengan ketinggian 0-0,75 m dpl
(diatas permukaan laut). Daerah dataran rendah merupakan kawasan di bagian
tengah, seperti daerah simpang lima dan pusat kota, dengan kemiringan antara
2 – 15 % dan ketinggian antara 0,75 – 3,5 m dpl seluas 33% dari luas wilayah
total. Sedangkan wilayah dataran tinggi di Kota Semarang seluas 66% dari luas
wilayah dengan ketinggian antara 5-348 m dpl. Daerah ini memiliki ketinggian yang
serta 259 dan 348 m dpl di wilayah Gunungpati. Ketinggian Kota Semarang yang
bervariasi ini menjadikan pemanfaatan bagian atas Kota Semarang lebih
difungsikan sebagai daerah konservasi untuk melindungi Kota Semarang bagian
bawah.
Dari total luas wilayah 373,70 Km2, secara administratif, wilayah yang
terluas berada pada wilayah pengembangan yaitu kecamatan Mijendengan luas
wilayah 64,41 Km2 (16,63%)dan Kecamatan Gunungpatidengan luas wilayah 53,09
Km2(14,45%).Sedangkan kecamatan yang mempunyai luas terkecil adalah
Kecamatan Semarang Selatan, dengan luas wilayah 5,93Km2 diikuti oleh
Kecamatan Semarang Tengah, dengan luas wilayah 6,14 Km2.
Kota Semarang memiliki iklim tropis dengan dua jenis musim, yaitu musim
kemarau dan musim penghujan yang memiliki siklus bergantian selam lebih kurang
enam bulan. Curah hujan di Kota Semarang antara 1500 mm sampai dengan
12.000 mm per tahun.
Menurut data Badan meterologi dan Geofisika pada umumnya hujan di Kota
Semarang turun pada bulan Desember sampai Mei, sedangkan antara bulan Juni
sampai November merupakan musim kemarau. Kota Semarang memiliki curah
hujan antara 1500 mm per tahun sampai 3000 mm per tahun. Antara tahun 1963
sampai dengan 1995 curah hujan efektif konstan, yaitu rata-rata 2398,76 mm per
tahun. Sedangkan rata-rata hari hujan per bulan pada tahun 2006 adalah 109 hari
dengan jumlah curah hujan 2153 mm. Temperatur udara kota ini berkisar antara
25,80 0C sampai dengan 29,30 0C, kelembaban udara rata-rata berkisar dari 62%
sampai dengan 84%. Temperatur udara rata-rata berkisar antara 27,500 C dengan
temperatur terendah berkisar 24,200C dan tertinggi 31,800 C, serta mempunyai
kelembaban udara rata-rata 79 persen.
1.2.2. GAMBARAN UMUM DEMOGRAFI
Dengan mendasarkan pada data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah
penduduk Kota Semarang di tahun 2014 diperkirakan mencapai 1.583.188 jiwa
yang terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 786.789 jiwa (49,7%), dan penduduk
perempuan sejumlah 796.399 jiwa (50,3%). Jumlah tersebut meningkat sebesar
11.083 jiwa dibandingkan jumlah penduduk di tahun 2013 yang sebesar 1.572.105
jiwa.
Secara persebaran, kepadatan penduduk di wilayah pusat kota dan wilayah
dibandingkan dengan kepadatan kawasan perbatasan atau wilayah
pengembangan dan wilayah yang bersifat agraris. Berikut ini jumlah penduduk
Kota Semarang yang dirinci berdasarkan kecamatan.
JUMLAH PENDUDUK KOTA SEMARANG PER KECAMATAN TAHUN 2014
No Kecamatan Jumlah (Jiwa) Persentase
(%)
1 Kecamatan Semarang Selatan 86.129 5,44
2 Kecamatan Semarang Utara 131.011 8,28
3 Kecamatan Semarang Barat 163.871 10,35
4 Kecamatan Semarang Timur 81.936 5,18
5 Kecamatan Semarang Tengah 74.392 4,70
6 Kecamatan Gunungpati 74.739 4,72
7 Kecamatan Tugu 30.259 1,91
8 Kecamatan Mijen 56.049 3,54
9 Kecamatan Genuk 90.912 5,74
10 Kecamatan Gajah Mungkur 64.643 4,08
11 Kecamatan Tembalang 142.156 8,98
12 Kecamatan Candisari 82.218 5,19
13 Kecamatan Banyumanik 130.351 8,23
14 Kecamatan Ngaliyan 121.154 7,65
15 Kecamatan Gayamsari 75.793 4,79
16 Kecamatan Pedurungan 177.575 11,22
J U M L A H 1.583.188 100,00
Sumber: Bappeda Kota Semarang (data sementara, data diolah)
Selain berdasarkan sebaran tempat tinggal, komposisi penduduk juga dapat
dilihat berdasarkan kelompok umur yang dapat digunakan untuk melihat Angka
Beban Ketergantungan (dependency ratio), yang menggambarkan beban penduduk produktif terhadap penduduk yang tidak produktif. Angka beban
ketergantungan memberikan gambaran perbandingan antar jumlah penduduk yang
produktif (15-64 tahun) dengan yang tidak produktif (0-14 tahun dan 65 tahun
keatas). Untuk penduduk yang mempunyai struktur muda atau sangat tua sekali,
maka beban ketergantungannya sangat tinggi. Angka beban ketergantungan Kota
Semarang pada tahun 2014adalah sebesar 39,55%, dengan rincian komposisi
penduduk berdasarkan kelompok umur pada tahun 2014 adalah sebagai berikut.
JUMLAH PENDUDUK KOTA SEMARANG
BERDASAR KELOMPOK UMUR KONDISI TAHUN 2014 Kelompok Umur Jumlah (jiwa) Persentase(%)
0 – 4 126.692 8,00
5 – 9 125.695 7,94
10 – 14 122.054 7,71
Kelompok Umur Jumlah (jiwa) Persentase(%)
20 – 24 157.893 9,97
25 – 29 149.892 9,47
30 – 34 139.329 8,80
35 – 39 124.963 7,89
40 – 44 118.551 7,49
45 – 49 106.067 6,70
50 – 54 89.762 5,67
55 – 59 63.796 4,03
60 – 64 36.221 2,29
65+ 74.263 4,69
Jumlah 1.583.188 100,00
Sumber : Bappeda Kota Semarang (data sementara, data diolah)
Berdasarkan tingkat pendidikannya, komposisi penduduk Kota Semarang
hampir merata pada pendidikan dasar dan menengah (SD/MI sederajat, SMP/MTs
sederajat, SMA/MA sederajat) dengan prosentase terbesar adalah tamatan SD/MI
sederajat sebesar 22,9%. Sedangkan penduduk yang menamatkan pendidikan
pada jenjang perguruan tinggi jumlahnya hanya sekitar 8,76%, yang terdiri dari
tamatan Diploma I/II/III sebesar 4,33% dan tamatan D IV, S1, S2, dan S3 sebesar
4,43%. Berikut ini tabel penduduk Kota Semarang dirinci berdasar tingkat
pendidikan formal.
JUMLAH PENDUDUK KOTA SEMARANG BERDASAR PENDIDIKANTAHUN 2014
No Tingkat Pendidikan Jumlah
(Jiwa)
Persentase (%)
1 Tidaksekolah 95.236 6,53
2 Tidak/ belum tamat SD 297.279 20,38 3 Tamat SD/MI sederajat 334.003 22,90
No Tingkat Pendidikan Jumlah
(Jiwa)
Persentase (%) 4 Tamat SLTP/MTs / sederajat 296.215 20,31 5 Tamat SLTA/MA / sederajat 308.230 21,13 6 Tamat Diploma I / II / III 63.158 4,33 7 Tamat D IV / S1 / S2 / S3 64.607 4,43
J U M L A H 1.458.727 100,00
Sumber : Bappeda Kota Semarang (data sementara, data diolah)
Sebagai kota metropolitan, penduduk Kota Semarang bermatapencaharian
di banyak sektor, dengan yang terbanyak bekerja sebagai buruh industri (25,77%),
PNS/TNI/POLRI (13,80%), pedagang (12,56%) dan buruh bangunan (12,04%).
Secara lebih rinci, jumlah penduduk Kota Semarang berdasar mata pencarian
JUMLAH PENDUDUK KOTA SEMARANG BERDASAR MATA PENCAHARIAN TAHUN 2014
No Jenis mata
pencaharian
Jumlah Persentase
(Jiwa) (%)
1 Petani Sendiri 26.695 3,86
2 Buruh Tani 18.216 2,63
3 Nelayan 2.268 0,33
4 Pengusaha 53.470 7,73
5 Buruh Industri 178.153 25,77
6 Buruh Bangunan 83.231 12,04
7 Pedagang 86.823 12,56
8 Angkutan 25.445 3,68
9 PNS/TNI/POLRI 95.410 13,80
10 Pensiunan 39.751 5,75
11 Lainnya 81.920 11,85
J U M L A H 691.382 100,00
Sumber : Bappeda Kota Semarang (data sementara, data diolah)
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) adalah indeks komposit yang merupakan pengukuran dari tiga bidang
pembangunan manusia yang dianggap paling mendasar, yaitu usia harapan hidup,
tingkat pengetahuan dan hidup layak. Penyusunan IPM bertujuan untuk melihat
gambaran lengkap perkembangan pembangunan manusia yang dilakukan di suatu
daerah serta melihat sejauh mana dampak pembangunan yang dilaksanakan
terhadap peningkatan kualitas penduduk. Ketersediaan informasi tersebut
diharapkan akan dapat membantu pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan
program-program pembangunan manusia. Data IPM Kota Semarang dalam 5
(lima) tahun terakhir terlihat pada tabel berikut.
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA SEMARANG TAHUN 2009 - 2013
KOMPONEN Tahun
2010 2011 2012 2013 2014 *) Indeks Pembangunan
Manusia
77,11 77,42 77,98 78,54 78,95
Sumber : BPS Kota Semarang *) Data Sangat Sementara
1.2.3. KONDISI EKONOMI a. Potensi Unggulan Daerah
Sebagai kota yang terletak di pesisir utara Pulau Jawa serta memiliki
pelabuhan internasional, Kota Semarang merupakan pusat perdagangan
dan jasa di Provinsi Jawa Tengah. Hal tersebut terlihat pada sektor
perdagangan dan jasa. Peran Semarang sebagai kota perdagangan dan
jasa didukung oleh keberadaan sarana dan prasarana yang mendukung
aktifitas tersebut. Pada tahun 2014 ketersediaan sarana dan prasaranan
perdagangan dan jasa di Kota Semarang terlihat pada tabel sebagai berikut:
SARANA DAN PRASARANA PERDAGANGAN DAN JASA DI KOTA SEMARANG TAHUN 2014
NO SARANA & PRASARANA
JUMLAH TAHUN
2013
TAHUN 2014
1 Restoran 92 121
2 Rumah Makan 139 146
3 Cafe 49 57
4 Hotel berbintang 44 52
5 Hotel non-berbintang 62 70
6 Pasar Tradisional 46 46
Pasar Kota 12 12
Pasar Wilayah 11 11
Pasar Lingkungan 23 23
7 Pasar Modern 467 555
Mall/Plaza 5 5
Swalayan/Supermarket/Toserba 31 31
Mini Market 430 489
Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pasar Kota Semarang
Perekonomian Kota Semarang ditunjang antara lain oleh sektor
industri kecil yang dilaksanakan oleh masyarakat sesuai dengan potensi
kewilayahan yang dimiliki. Keberadaan industri kecil terkonsentrasi pada
sentra-sentra industri sesuai dengan jenis bidang usaha yang dikerjakan.
Sampai dengan tahun 2014, di Kota Semarang terdapat 18 sentra industri
kecil dengan sebaran lokasi dan bidang usahanya dapat dilihat pada tabel
berikut:
SENTRA INDUSTRI KECIL
No Nama Sentra Kelurahan Kecamatan Unit
Usaha 1. Pengasapan
ikan
Bandarharjo Semarang Utara 58
Krobokan Semarang Barat 20
Tawang Mas Semarang Barat 4
Mangunharjo Tugu 12
Tanjung Emas Semarang utara 12
2 Rangka jog kursi
Bandarharjo Semarang utara 7
3 Mebel Tanjung Emas Semarang utara 13 4 Bata merah Pedurungan
Kidul
No Nama Sentra Kelurahan Kecamatan Unit Usaha
Penggaron Kidul Pedurungan 65
Plamongansari Pedurungan 43
Gunungpati Gunungpati 24
Jatisari Mijen 25
5 Tahu Tandang Tembalang 10
Gunungpati Gunungpati 15
Pedurungan Kidul
Pedurungan 1
6 Tempe Krobokan Semarang Barat 66
Kembangsari Semarang Tengah 24
Sekayu Semarang Tengah 16
Tandang Tembalang 23
7 Bandeng Presto Krobokan Semarang Barat 11
Tambakrejo Gayamsari 20
8 Krupuk Terung Krobokan dan Karangayu
Semarang Barat 12
9 Kerajinan kayu affal
Lamper Tengah Semarang Selatan 11
10 Terasi Tanjung Emas Semarang utara 6
Tambakrejo Gayamsari 17
11 Kolang kaling Jatirejo Gunungpati 7 12 Tas imitasi Sarirejo Semarang Timur 9
Sendangguwo Tembalang 7
13 Barang dari kaleng
Bugangan Semarang Timur 60
14 Kenteng Las Sarirejo Semarang Timur 17 15 Kristik Gajahmungkur Gajahmungkur 13
16 Sepatu Pedurungan,
Semarang Timur, Gayamsari,
Semarang Tengah, Genuk
52
17 Batik Rejomulyo Semarang Timur 12
18 Sulam Tlogosari Kulon Pedurungan 15
JUMLAH 737
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Penentuan potensi unggulan daerah Kota Semarang dilakukan
dengan menggunakan enam indikator, yaitu Faktor kondisi dan potensi
pemasaran; Faktor Input Produksi; Faktor Potensi Kewirausahaan; Faktor
Prasarana; Faktor Potensi Pertumbuhan; dan Faktor Persepsi Pengusaha
yang digunakan.
Dengan menggunakan indikator-indikator tersebut maka :
- Wilayah Semarang Utara dan Selatan mempunyai nilai rata-rata
- Wilayah Semarang Utara dan Timur mempunyai nilai rata-rata
tertinggi pada Faktor Potensi Kewirausahaan;
- Wilayah Semarang Utara dan Selatan mempunyai nilai rata-rata
tertinggi pada faktor Input Produksi;
- Wilayah Semarang Barat dan Utara mempunyai nilai rata-rata
tertinggi pada faktor Prasarana;
- Wilayah Semarang Utara dan Selatan mempunyai nilai rata-rata
tertinggi pada faktor pertumbuhan; serta
- Wilayah Semarang Barat dan Utara mempunyai nilai rata-rata
tertinggi pada faktor Persepsi Pengusaha Kecil terhadap Kebijakan
Pemerintah.
Sehingga dapat dikatakan bahwa wilayah Semarang Utara,
Semarang Selatan, Semarang Barat dan Semarang Timur, potensial untuk
dijadikan sentra. Sedangkan bila dikelompokkan berdasar wilayah dan
komoditas maka komoditas potensial yang ada dapat dikelompokkan, yaitu :
I. Utara : (1) Kimia dan Barang Kimia, (2) Industri Pengolahan Hasil Hutan,
(3) Percetakan, Kertas dan Pulp, (4) Makanan, II. Selatan : (1) Makanan, (2)
Percetakan, Kertas dan Pulp, (3) Kimia dan Barang Kimia, (4) Alat Angkut,
(5) Minuman, III. Timur : (1) percetakan, Kertas dan Pulp, (2) Alat Angkut,
(3) Tas, Dompet, Sepatu, Sandal, Ikat Pinggang, (4) Logam, V. Pusat : (1)
Percetakan, Kertas dan Pulp, (2) Makanan, (3) Industri Pengolahan Hasil
Hutan, (4) Alat Angkut, (5) Minuman. Gambaran riil mengenai potensi
komoditas unggulan dapat dilihat pada tabel berikut ini :
INDUSTRI KECIL
NO KELOMPOK INDUSTRI
JUMLAH UNIT USAHA
PERSENTASE (%)
1 Kimia dan Barang Kimia 156 9,55
2 Minuman 238 14,57
3 Makanan 373 22,84
4 Furniture dan Barang dari Kayu 302 18,49 5 Kulit / Barang dari kulit dan plastik 20 1,22
6 Percetakan 175 10,72
7 Logam / Mesin 182 11,15
8 Elektronika 15 0,92
9 Alat Angkut 1 0,06
10 Tekstil dan produk dari Tekstil 65 3,98
11 Aneka 103 6,31
NO KELOMPOK INDUSTRI
JUMLAH UNIT USAHA
PERSENTASE (%)
JUMLAH 1.633 100,00
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Di tahun 2014 terdapat penambahan 6 industri kecil formal (yang
memiliki Tanda Daftar Industri – TDI), yaitu 4 pada kelompok aneka industri
(minyak rambut, mainan anak robot plastik, bola plastik, dan sabun laundry)
serta 2 pada kelompok industri furniture. Sedangkan untuk industri kecil non
formal, di tahun 2014 terdapat 15 industri, yang rinciannya terlihat pada tabel
berikut ini:
INDUSTRI KECIL NON FORMAL
NO KELOMPOK INDUSTRI
JUMLAH UNIT USAHA
PERSENTASE (%)
1 Kimia dan Barang Kimia 7 0,63
2 Minuman 287 25,86
3 Makanan 337 30,36
4 Furniture dan Barang dari Kayu 213 19,19 5 Kulit / Barang dari kulit dan plastik 11 0,99
6 Logam / Mesin 14 1,26
7 Tekstil dan produk dari Tekstil 78 7,03
8 Aneka 136 12,25
9 Industri lain 27 2,43
JUMLAH 1.110 100,00
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Untuk industri menengah, di tahun 2014 terdapat penambahan 5 industri
yaitu industri tandon air, jasa pengepakan serbuk gula merah, pita plastik
(tear tape), serbuk minuman dan pakaian perawat/dokter. Rincian industri
menengah terlihat pada tabel berikut ini:
INDUSTRI MENENGAH
NO KELOMPOK INDUSTRI
JUMLAH UNIT USAHA
PERSENTASE (%)
1 Kimia dan Barang Kimia 56 7,98
2 Minuman 77 10,97
3 Makanan 72 10,26
4 Furniture dan Barang dari Kayu 171 24,36 5 Kulit / Barang dari kulit dan plastik 17 2,42
6 Percetakan 106 15,10
7 Logam / Mesin 90 12,82
NO KELOMPOK INDUSTRI
JUMLAH UNIT USAHA
PERSENTASE (%)
9 Alat Angkut 4 0,57
10 Tekstil dan produk dari Tekstil 19 2,71
11 Aneka 54 7,69
12 Industri lain 18 2,56
JUMLAH 702 100,00
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Untuk industri besar, di tahun 2014 terdapat penambahan 6 industri yaitu
industri perakitan laptop (2), galvanis lembaran, flooring, kertas dan perakitan
genset. Rincian industri besar terlihat pada tabel berikut ini:
INDUSTRI BESAR
NO KELOMPOK INDUSTRI
JUMLAH UNIT USAHA
PERSENTASE (%)
1 Kimia dan Barang Kimia 18 10,23
2 Minuman 17 9,66
3 Makanan 14 7,95
4 Furniture dan Barang dari Kayu 29 16,48 5 Kulit / Barang dari kulit dan plastik 7 3,98
6 Percetakan 10 5,68
7 Logam / Mesin 20 11,36
8 Elektronika 6 3,41
9 Alat Angkut 10 5,68
10 Tekstil dan produk dari Tekstil 8 4,55
11 Aneka 23 13,07
12 Industri lain 14 7,95
JUMLAH 176 100,00
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Berdasar tingkat potensinya maka Industri unggulan yang ada di Kota
Semarang dapat dikelompokkan menjadi :
- Industri potensial : (1) Industri Makanan, (2) Industri Minuman, (3)
Furniture Barang dari Kayu, (4) Industri Logam, (5) Industri Pakaian
Jadi,
- Industri Kurang Potensial : (1) Industri Alat Angkut, (2) Elektronika,
(3) Barang dari Kulit.
Selain Potensi Industri sebagaimana disampaiakan diatas, Kota
Semarang juga memiliki karakteristik sebagai Kota Perdagangan. Artinya
Kota yang mendasarkan bentuk aktivitas pengembangan ekonomi dengan
menitikberatkan pada aspek perniagaan sesuai dengan karakteristik
menjadi tulang punggung pembangunan, dengan tidak meninggalkan potensi
lainnya.
b. Pertumbuhan Ekonomi/PDRB
Salah satu indikator yang digunakan untuk melihat kinerja
perekonomian suatu wilayah adalah angka Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB). PDRB merupakan produksi yang dihasilkan oleh suatu masyarakat
dalam kurun waktu satu tahun yang berada di daerah atau regional tertentu.
Penyajian PDRB dihitung berdasarkan harga berlaku dan harga konstan.
PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan
jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun berjalan. Nilai PDRB
harga berlaku nominal menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang
dihasilkan oleh suatu daerah pergeseran dan struktur perekonomian daerah.
Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan dapat mencerminkan
perkembangan riil ekonomi secara keseluruhan dari tahun ke tahun yang
digambarkan melalui laju pertumbuhan ekonomi.
PDRB Kota Semarang di tahun 2014 menurut harga berlaku adalah
sebesar Rp. 68.441.7,97 juta, meningkat dibanding tahun 2013 yang sebesar
Rp. 61.062.825,55 juta. Sedangkan apabila menurut harga konstan 2000 nilai
di tahun 2013 adalah sebesar Rp. 27.252.371,67 juta rupiah, naik
dibandingkan tahun 2013 yang sebesar Rp. 25.697.338,39 juta. Uraian rinci
PDRB Kota Semarang terlihat pada tabel berikut ini:
PDRB KOTA SEMARANG TAHUN 2013 DAN TAHUN 2014
LAPANGAN USAHA Harga Berlaku (juta rupiah) Harga Konstan (juta rupiah)
2013*) 2014**) 2013*) 2014**)
1. Pertanian 631.643,07 679.525,53 249.951,28 252.965,87 2. Pertambangan dan
Penggalian
87.942,37 94.173,54 34.222,00 34.854,39 3. Industri Pengolahan 15.026.452,04 16.941.264,26 6.842.639,52 7.258.536,98 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 890.419,76 983.195,11 315.936,70 332.484,39 5. Bangunan 11.710.345,24 12.978.008,65 3.986.401,22 4.244.718,88 6. Perdagangan, Hotel dan
Restoran
17.559.840,78 19.872.055,80 8.009.736,68 8.549.602,25 7. Pengangkutan dan
Komunikasi
5.737.208,38 6.336.410,15 2.462.018,54 2.609.995,82 8. Keuangan, Persewaan dan
Jasa Perusahaan
1.613.028,32 1.788.071,68 710.793,64 759.280,96 9. Jasa-Jasa 7.805.945,59 8.769.091,03 3.085.638,80 3.288.215,09 PRODUK DOMESTIK
REGIONAL BRUTO (PDRB)
61.062.825,55 68.441.795,77 25.697.338,39 27.330.654,64 Sumber : Bappeda Kota Semarang (angka sangat sementara/data diolah)
Berdasarkan sumbangan atau kontribusi terhadap pembentukan PDRB Atas
Dasar Harga Berlaku tahun 2014, terlihat bahwa sektor perdagangan, hotel dan
restoran masih merupakan sektor yang memberi kontribusi terbesar, yaitu 29,03%,
disusul kemudian sektor industri pengolahan sebesar 24,75%, sektor bangunan
sebesar 18,96% dan sektor jasa-jasa sebesar 12,81%. Sektor yang memberikan
kontribusi terkecil adalah sektor pertambangan dan penggalian sebesar 0,14%.
Distribusi persentase PDRB selengkapnya dapat terlihat pada tabel berikut:
DISTRIBUSI PERSENTASE PDRB ATAS DASAR HARGA BERLAKU DI KOTA SEMARANG TAHUN 2010-2013
LAPANGAN USAHA 2011 (%) 2012 (%) 2013(%) *) 2014(%) **)
1. Pertanian 1,15 1,08 0,97 1,02
2. Pertambangan dan Penggalian 0,16 0,15 0,13 0,14 3. Industri Pengolahan 24,36 24,63 26,63 26,60 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 1,47 1,43 1,23 1,23
5. Bangunan 19,68 19,42 15,51 15,52
6.
Perdagangan, Hotel dan Restoran
28,01 28,43 31,17 31,05
7. Pengangkutan dan Komunikasi 9,55 9,36 9,58 9,60 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan
2,68 2,67 2,77 2,74
9. Jasa-Jasa 12,94 12,83 12,01 12,10
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)
100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber : Bappeda Kota Semarang (angka sangat sementara/data diolah) keterangan : *) Angka sementara
**)Angka sangat sementara
Selama tahun 2014, sektor yang paling tinggi pertumbuhannya adalah
sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan yang tumbuh sebesar 6,82%,
disusul sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran yang tumbuh sebesar 6,74%,
serta sektor Jasa-Jasa yang tumbuh sebesar 6,57%. Sektor yang paling rendah
pertumbuhannya adalah pertanian yang hanya tumbuh sebesar 1,21%.
PERTUMBUHAN TIAP SEKTOR ATAS DASAR HARGA KONSTAN DI KOTA SEMARANG
LAPANGAN USAHA 2011
(%) 2012 (%)
2013(%) *)
2014(%) **)
1. Pertanian 1,74 0,54 1,34 1,21
2. Pertambangan dan Penggalian
2,33 1,96 1,25 1,85
3. Industri Pengolahan 5,50 6,36 6,38 6,08
4. Listrik, Gas dan Air Bersih 4,78 3,76 7,17 5,24
5. Bangunan 7,04 6,03 6,37 6,48
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran
LAPANGAN USAHA 2011
(%) 2012 (%)
2013(%) *)
2014(%) **)
7.
Pengangkutan dan
Komunikasi 6,06 5,61 6,36
6,01
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
5,56 7,44 7,47 6,82
9. Jasa-Jasa 8,15 6,67 4,87 6,57
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)
6,41 6,42 6,20 6,36
Sumber : Bappeda Kota Semarang (angka sangat sementara/data diolah) keterangan : *) Angka sementara
**)Angka sangat sementara
Pendapatan per kapita atas dasar harga berlaku dari tahun ke tahun
menunjukkanpeningkatan. Bila pada tahun 2011 adalah sebesar Rp.
31.101.850,41, pada tahun 2014 telah mencapai Rp. 41.491.463,76. Jika
berdasarkan harga konstan, pendapatan per kapita naik dari Rp. 14.591.731,86 di
tahun 2011 menjadi sebesar Rp. 17.328.560,5 di tahun 2014. Uraian
selengkapnya dapat terlihat pada tabel berikut ini:
PENDAPATAN PER KAPITA KOTA SEMARANG
TAHUN HARGA BERLAKU
(Rp)
HARGA KONSTAN (Rp)
2011 31.101.850,41 14.591.731,86 2012 34.787.877,69 15.477.609,72 2013*) 39.124.435,42 16.339.991,04 2014**) 43.230.365,42 17.263.050,65
Sumber : Bappeda Kota Semarang (angka sangat sementara/data diolah) keterangan : *) Angka sementara
**)Angka sangat sementara
Dalam konteks ilmu ekonomi makro, inflasi adalah proses meningkatnya
harga dari sekelompok barang dan jasa secara terus menerus yang berkaitan
dengan mekanisme pasar. Inflasi dapat disebabkan antara lain konsumsi
masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu
konsumsi atau spekulasi, serta akibat adanya ketidaklancaran suplai dan distribusi
barang. Jika besarannya tidak terkendali, inflasi akan mempengaruhi kondisi
perekenomian masyarakat.
Perkembangan inflasi di Kota Semarang sangat dipengaruhi oleh kebijakan
makro ekonomi dari pemerintah pusat yang memengaruhi kenaikan harga-harga.
Inflasi Kota Semarang di tahun 2014 meningkat menjadi sebesar 8,53%
Semarang ini lebih tinggi dibandingkan inflasi Jawa Tengah yang tercatat sebesar
8,22%.
Kenaikan inflasi di tahun 2014disumbang antara lain oleh kenaikan harga
BBM di bulan November yang memicu kenaikan harga komoditi, baik itu yang
terdampak langsung maupun yang terdampak lanjutan. Hal ini terlihat selama
tahun 2014 inflasi tertinggi terjadi pada bulan November dan Desember setelah
ada kenaikan harga BBM.
LAJU INFLASI DI KOTA SEMARANG
No BULAN TAHUN (%)
2010 2011 2012 2013 2014
1 Januari 0,75 0,60 0,42 0,99 0,90
2 Februari 0,47 -0,12 0,37 0,90 0,24
3 Maret -0,20 -0,11 0,33 0,95 0,27
4 April 0,37 -0,54 0,14 -0,43 -0,04
5 Mei 0,02 0,13 0,36 -0,17 0,25
6 Juni 0,84 0,43 0,68 0,86 0,85
7 Juli 1,73 0,67 0,83 3,50 0,62
8 Agustus 0,53 0,57 1,26 1,25 0,41
9 September 1,04 0,51 -0,10 -0,61 0,41
10 Oktober 0,02 -0,19 0,07 0,12 0,55
11 Nopember 0,63 0,51 -0,01 0,42 1,35
12 Desember 0,70 0,38 0,41 0,21 2,40
Year on Year
(Kalender Desember) 7,11 2,87 4,85 8,19 8,53
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah per 31 Desember Tahun 2014
Kondisi makro ekonomi di Kota Semarang tidak akan terlepas dan sangat
dipengaruhi oleh kondisi makro di tingkat Provinsi dan Nasional maupun kondisi
global. Kebijakan-kebijakan ekonomi yang diambil oleh pemerintah pusat
(misalnya kenaikan harga BBM, kenaikan BI rate, pelemahan rupiah terhadap dolar, dan lain-lain) akan ikut berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dan