• Tidak ada hasil yang ditemukan

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH (1)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

DISUSUN UNTUK MEMENUHI

TUGAS MATA KULIAH FILSAFAT MANUSIA

Rekonstruksi Buku

Pengantar “ILMU DALAM PERSPEKTIF” (Jujun S.

Suriasumantri)

DOSEN PENGAMPU : Ahmad Chusairi, MA.

Prof. Dr. Cholicul Hadi, Drs., M. Si., Psikolog.

Disusun Oleh: Ilma Nuriana (111714253011)

PROGRAM STUDI MAGISTER PSIKOLOGI SAINS

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS AIRLANGGA

(2)

MIND MAPPING

Dasar Aksiologis Ilmu

- Kegunaan Ilmu

Dasar Epistemologi Ilmu

- Bagaimana cara mendapatkan Ilmu

Dasar Ontologi Ilmu - Pengertian Ilmu

(3)

TENTANG HAKEKAT ILMU (Mengapa Manusia Berpikir?)

Berbicara tentang Filsafat, hal pertama yang muncul dalam benak saya adalah tentang sebuah patung termasyhur hasil pahatan Aguste Rodin (1840-1917) sebagai lambang kemanusiaan. Patung ini merupakan patung seorang laki-laki dewasa tengah duduk sembari menundukkan kepalanya dan bertumpu pada lengan kanan di dagunya. Sebuah gambaran tentang lambang manusia sebagai insan yang selalu berpikir atau lebih dikenal dengan, Homo Sapiens makhluk yang berpikir.

Mengapa demikian? Karena setiap insan manusia secara alamiah dan natural tidak pernah berhenti berpikir dan atau tidak menggunakan akal pikirannya untuk memikirkan sesuatu hal. Bahkan mulai dari hal sederhana tentang apa yang akan kita makan esok hari, hingga perkara apa yang akan kita lakukan di kehidupan selanjutnya setelah mati nanti. Berpikir itu sendiri lah yang kemudian menjadi ciri manusia sebagai makhluk hidup, dan karena berpikir lah seorang insan dikatakan sebagai manusia.

Pada dasarnya, berpikir merupakan serangkaian proses yang diperlukan manusia untuk menghasilkan pengetahuan. Proses ini bermula dari keadaan dimana manusia mulai mengendalikan akal pikirannya untuk berpikir tentang sesuatu, mengikuti jalan pikiran atau tradisi-tradisi tertentu yang dianut dan dipercayainya dimana pada akhirnya sampai pada tahap penarikan kesimpulan yang kemudian disebut sebagai “pengetahuan”. Selama proses berpikir yang dilakukan manusia, terdapat beberapa lambang yang merupakan abstraksi dari segala sesuatu yang dipikirkan. Bahasa salah satunya. Bahasa merupakan alat yang digunakan untuk menyatakan objek-objek kehidupan yang menjadi objek pemikiran manusia menjadi lebih objektif dan konkret.

(4)

(Apakah Sebenarnya Berpikir?)

Setelah mengetahui fakta tentang manusia adalah Homo Sapiens yakni makhluk yang berpikir, lalu sampailah kita pada pertanyaan tentang, apakah sebenarnya berpikir itu? Tidak aja penjelasan pasti tentang hal ini, namun yang jelas, ketika orang lain bertanya kepada kita apakah yang sedang kita pikirkan, kita akan menjawab apa yang berada di pikiran atau otak kita. Dimana, hal ini berarti berpikir adalah tentang membayangkan suatu objek, dimana kenangan dan pengalam-pengalaman kita berada bersamanya dalam kesadaran. Oleh karenanya, seringkali kemudian disebutkan bahwa berpikir merupakan proses yang berada dalam tataran konsep dan ide.

(5)

objek-objek yang nampak dan dapat teruji secara inderawi, dan mengabaikan objek yang berada diluar jangkauan manusia. Sekali lagi, ini merupakan konsep awal hakekat Ilmu dalam perkembangannya di abad lampau.

Untuk mencapai penarikan kesimpulan dan mendapatkan pengetahuan, ilmu membuat beberapa per-andaian (asumsi) mengenai objek-objek empiris. Asumsi-asumsi ini diperlukan karena pernyataan asumtif inilah yang kemudian member arah dan landasan dalam proses pengkajian dan penelaahan kita. Sebuah pengetahuan dinyatakan sebagai suatu kebenaran ketika kita bisa menerima asumsi-asumsi yang dikemukakannya. Secara khusus, ilmu mengemukakan beberapa asumsi mengenai objek empiris. Ilmu menganggap bahwa objek-objek empiris yang menjadi bidang penelaahannya mempunyai sifat keragaman, memperlihatkan sifat berulang dan semuanya saling berkaitan secara teratur. Ilmu menganggap bahwa suatu peristiwa tidaklah terjadi secara kebetulan, namun tiap peristiwa pasti memiliki pola-pola khusus yang teratur.

(6)

(Bagaimanakah proses perkembangan Ilmu?)

Senada dengan julukan manusia sebagai makhluk berpikir yang bertujuan untuk mencari suatu pengetahuan atau ilmu, kita bisa menelisik perkembangan ilmu sejak awal perkembangan manusia itu sendiri. Para pendahulu atau nenek moyang kita telah menemukan beberapa hubungan yang bersifat empiris yang memungkinkan mereka untuk lebih memahami dan mengerti dunia yang mereka tinggali. Kembali pada masa primitif ribuan abad yang lalu, dimana dunia masih mengalami evolusi pun dengan makhluk hidupnya, manusia primitif mulai mengenal Animisme.

Animisme adalah suatu paham yang dipercayai masyarakat primitif bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini baik tentang kebahagiaan pun bencana, semuanya berasal dari kekuatan dewa-dewa, hantu, setan, roh-roh halus, dan segala sesuatu yang hubungannya mistis. Beranjak dari fase primitif, manusia mulai mengalami kemajuan dalam hal berpikir. Manusia mulai menghubungkan berbagai peristiwa yang terjadi dengan hukum sebab akibat serta keterkaitannya dengan alam. Pada tahap ini, Ilmu atau pengetahuan yang dimiliki manusia mulai digunakan sebagai suatu pendekatan sistematis yang digunakan untuk memecahkan masalah. Fase ini disebut dengan fase Ilmu Empiris.

Pada perkembangannya, fase Ilmu Empiris memang membutuhkan waktu sedikit lebih lama. Hal ini dikarenakan, terjadi perubahan pola pikir manusia dari yang tidak terarah menjadi lebih sistematis dan kritis; tahapan selanjutnya yakni pengujian hipotesis secara sistematis dan teliti dibawah kondisi yang dikontrol meskipun hipotesis-hipotesis ini masih terpisah; hingga pada akhirnya sampai pada pengembangan teori yang menyatukan penemuan-penemuan yang terpisah tadi kedalam suatu struktur yang sistematis dan utuh.

(7)

sedang terjadi pun tentang sebab dan akibat suatu kejadian atau peristiwa tersebut, maka ia dapat mengalokasikan pengetahuannya menjadi sesuatu yang berharga dalam rangka menemukan sebuah solusi pemecahan masalah. Disinilah kelebihan Ilmu Teoritis berada, yakni dalam hal memberikan rangsangan pada peneliti (manusia) terkait penelitian yang dilakukannya, serta memberikan arahan dalam menyusun hipotesis yang sesuai.

Dasar Epistemologi Ilmu

(Bagaimana cara mendapatkan Ilmu?)

Epistemologi, atau teori pengetahuan membahas secara mendalam segenap proses yang terlihat dalam usaha seseorang untuk memperoleh pengetahuan. Metode atau cara yang dilakukan seseorang sedemikian rupa dalam rangka mendapatkan sebuah pengetahuan disebut metode keilmuan.

Metode Keilmuan

Seperti yang telah tersebut diatas, ilmu pengetahuan diperoleh dari hasil berpikir manusia atas sesuatu. Pada dasarnya, terdapat dua pola dalam memperoleh pengetahuan yakni, dengan cara berpikir secara rasional dimana berdasarkan faham rasional ini, ide tentang kebenaran sebenarnya sudah ada. Secara alamiah pikiran manusia dapat mengetahui suatu ide tersebut, namun tidak menciptakannya sendiri, pun tidak pula mempelajarinya melalui pengalaman. Dengan kata lain, ide tentang suatu kebenaran ini benar-benar diperoleh lewat berpikir secara rasional dan mandiri., terlepas dari kaitannya dengan pengalaman manusia itu sendiri. Karena sifat rasionalitas yang diciptakan dalam rangka memperoleh pengetahuan akan berbeda-beda oleh setiap manusia, maka muncullah kemudian suatu pola berpikir lain yang merupakan cara yang berlawanan dengan rasionalisme, yang kemudian dikenal dengan empirialisme.

(8)

Rasionalisme memberikan kerangka pemikiran yang koheren dan logis, sedangkan empirialisme merupakan kerangka pengujian dalam memastikan kebenaran. Dengan kata lain, suatu gejala harus dapat dijelaskan berdasarkan pengetahuan sebelumnya yang telah dikumpulkan secara sistematis.

Dasar Aksiologis Ilmu (Apakah Kegunaan Ilmu?)

Kini kita telah sampai pada bahasan untuk pertanyaan ketiga yakni, apakah nilai atau kegunaan ilmu bagi manusia. Ilmu telah banyak mengubah dunia dalam menangani dan memberantas penyakit, kemiskinan, kelaparan, kebodohan, dan lain sebagainya. Namun disisi lain, Ilmu juga mengubah beberapa manusia menjadi penjahat, pembunuh, pembuat onar, dan sebagainya. Lalu, apakah sebenarnya kegunaan ilmu?

Referensi

Dokumen terkait

Data nickname dan nama room yang telah tersimpan di dalam socket telah mengalami proses enkripsi dengan menggunakan algoritma Rijndael. Data password yang telah tersimpan

Adapun thermometer bola basah adalah thermometer yang pada bola air raksa (sensor) dibungkus dengan kain basah agar suhu yang terukur adalah suhu saturasi/

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Seng dan Su (2010) yang memiliki hasil negatif dan tidak signifikan terhadap variabel arus kas operasi pada kebijakan

Jenis penelitian hukumnya adalah penelitian sosiologis hukum, yaitu yang di lakukan secara langsung di lokasi atau objek penelitian yang hendak melihat antara

Setelah dilakukan perhitungan REBA dan RULA pada ketiga postur kerja tersebut, ternyata diketahui bahwa postur kerja karyawan perlu untuk diperbaiki. Karena dengan

Dengan bernyanyi, siswa dapat menyanyikan lagu dengan memerhatikan ketepatan nada dan tempo dengan penuh percaya diri.. Mengidentifikasi usaha-usaha pelestarian

[r]

Undang-undang Kepolisian Negara Republik Indonesia No.2 Tahun 2002, secara tegas mencantumkan di dalam beberapa pasainya tentang hak asasi manusia yang berkaitan dengan tugas