• Tidak ada hasil yang ditemukan

287290028 Makalah Bentuk Sediaan Obat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "287290028 Makalah Bentuk Sediaan Obat"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

OLEH :

LOKAL IB

(KELOMPOK 2)

Anindita Rizkiana

Aprilia Nur Dwiyanti

Elma Nur Hidayanti

Indah Nur Yulianti

Isti Isnaini

Muhammad Alfin Rachmadhan

Risna Tridayanti

Syifa Amelia Khairunnisa

JURUSAN FARMASI

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II

(2)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan karunianya kami dapat menyelesekaikan makalah ini di waktu yang tepat.

Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mingguan Farmasetika dengan judul “Bentuk Sediaan dan Cara Pemberian Obat” yang mencakup materi alasan dibuat sediaan obat, macam-macam bentuk sediaan obat, dan rute pemberian obat.

Kami berharap dengan disusunnya makalah ini dapat membantu mahasiswa dan mahasiswi Farmasi yang membaca mendapat informasi terbaru dan memudahkan dalam pembelajaran mata kuliah Farmasetika Dasar. Kami juga mengharapkan makalah ini sudah tersusun dengan baik dan benar. Penulis sadar, sebagai mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan makalah yang lebih baik di masa yang akan datang. Penulis berharap, semoga makalah sederhana ini, dapat menjadi pengetahuan dan informasi baru yang dikemas dalam bentuk singkat, padat dan jelas.

Tidak lupa juga kami ucapkan Terima Kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam proses pengerjaan makalah ini.

Jakarta, 11 Oktober 2014

(3)

DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I. Pendahuluan

A. Latar Belakang………4

B. Rumusan Masalah………...5

C. Tujuan……….5

BAB II. Tinjauan Pustaka

A. Alasan Dibuat Sediaan Obat………..6

B. Macam-Macam Bentuk Sediaan Obat………...7

C. Rute Pemberian Obat………22

D. Keuntungan dan Kerugian Rute Pemberian Obat….29

E. Tempat Pemberian Obat………32

BAB III. Penutup

A. Kesimpulan………...35

B. Saran………..35

Daftar Pustaka

(4)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahan obat jarang diberikan sendiri-sendiri, tetapi lebih sering merupakan suatu formula yang dikombinasikan dengan satu atau lebih zat bukan obat yang bermanfaat untuk kegunaan farmasi yang bermacam-macam dan khusus. Melalui penggunaan yang selektif dari zat obat ini sebagai bahan farmasi akan dihasilkan sediaan farmasi atu bentuk sediaan dengan tipe yang bermacam-macam. Bahan farmasi ini melarutkan, mensuspensi, mengentalkan, mengencerkan, mengemulsi, menstabilkan, mengawetkan, mewarnai, pewangi, dan menciptakan banyak bermacam-macam zat obat menjadi berbagai bentuk sediaan farmasi yang manjur dan menarik. Masing-masing tipe bentuk sediaan mempunyai sifat-sifat fisika dan sifat-sifat farmasi yang khusus. Sediaan yang bermacam-macam ini merupakan tantangan bagi ahli-ahli farmasi di pabrik dalam membuat formula dan bagi dokter dalam memilih obat serta cara pemberiannya untuk ditulis dalam resep. Bidang umum yang mempelajari faktor-faktor fisika, kimia dan biologi yang mempengaruhi formulasi, pembuatan di pabrik, stabilitas dan efektivitas dari bentuk sediaan farmasi disebut farmasetik.

Sifat yang keras dan takaran yang rendah dari kebanyakan obat-obat yang digunakan saat ini menghalangi setiap harapan bahwa masyarakat umum akan dapat memperoleh takaran yang tepat dengan aman dari bahan berupa bahan baku berkhasiat. Sebagian besar daro obat yang banyak, digunakan dalam jumlah miligram, sangat sedikit unutk ditimbang dengan sesuatu kecuali dengan timbangan laboratorium yang peka.

B. Rumusan Masalah

(5)

2. Apa saja macam bentuk sediaan obat ? 3. Apa saja rute/jalur pemberian obat ?

4. Apa keuntungan dan kerugian dari tiap rute/ jalur pemberian obat ?

C. Tujuan

1. Mengetahui alasan dibuatnya bentuk sediaan obat 2. Mengetahui macam-macam bentuk sediaan obat 3. Mengetahui rute/jalur pemberian obat

4. Serta mengetahui kerugian dan keuntungan tiap rute/jalur pemberian obat

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Alasan Dibuat Bentuk Sediaan Obat

(6)

1. Untuk melindungi zat obat dari pengaruh yang merusak dari oksigen udara atau kelembapan (misalnya tablet salut, ampul tertutup).

2. Untuk melindungi zat obat terhadap pengaruh yang merusak dari asam lambung sesudah pemberian secara oral (misalnya tablet bersalut enterik).

3. Menutupi rasa pahit, asin atau menjijikan atau bau dari zat obat (misalnya kapsul, tablet bersalut, sirup-sirup yang diberi pengenak rasa.

4. Menyediakan sediaan cair dari zat yang tidak larut atau tidak stabil dalam pembawa yang diinginkan (misalnya suspensi).

5. Menyediakan bentuk sediaan cair dari zat yang larut dalam pembawa yang diinginkan (misanya larutan)

6. Menyediakan obat dengan kerja yang luas, dengan cara mengatur pelepasan obat (misalnya tablet, kapsul dan suspensi yang pelepasan obatnya diatur)

7. Meperlengkap kerja obat yang optimum dari tempat pemberian secara topikal (misalnya salep, krim, tempelan transdermal, obat mata, telinga dan hidung).

8. Memberikan penempatan obat ke dalam salah satu lubang dari badan (misalnya supositoria melaui anus atau vagina)

9. Memberikan penempatan obat secara langsung ke dalam aliran darah atau ke dalam jarungan tubuh (misalnya injeksi)

10. Memberikan kerja obat yang optimum melalui pengobatan inhalasi (misalnya obat-obat inhalasi dan aerosol inhalasi)

B. Macam-Macam Bentuk Sediaan Obat

Ada berbagai macam bentuk sediaan yang ada, berikut adalah macam-macam bentuk sediaan obat :

a. Bentuk Sediaan Solid (Padat)

Bentuk sediaan ini terbagi atas beberapa jenis, antara lain : 1. Tablet

(7)

rata/cembung. Terdapat zat-zat tambahan dalam pembuatan tablet yaitu :

 Zat Pengisi : Laktosa, sukrosa, glukosa etc

 Zat Pengikat : Pati, gelatin, gom arab etc

 Zat Pelicin : Talk, Mg-stearat, asam stearat etc

 Zat Penghancur : Primojel

Berikut adalah beberapa macam bentuk sediaan tablet :

 Tablet Biasa

Yaitu tablet yang dicetak, tidak disalut diabsorpsi disaluran cerna dan pelepasan obatnya cepat untuk segera memberikan efek terapi. Contoh : tablet paracetamol.

 Tablet Kompresi

Adalah tablet yang dibuat dengan sekali tekanan menjadi berbagai bentuk tablet dan ukuran, biasanya kedalam bahan obatnya diberi tambahan sejumlah bahan pembantu. Contohnya : Bodrexin.

 Tablet Kompresi Ganda

Adalah tablet kompresi berlapis, dalam pembuatannya memerlukan lebih dari satu kali tekanan. Contohnya : Decolgen .

 Tablet Trikurat

Tablet kempa atau cetak bentuk kecil umumnya silindris dan biasanya mengandung sejumlah kecil obat keras . Tetapi tablet ini Sudah jarang ditemukan.

 Tablet Hipodermik

(8)

 Tablet Sublingual

Tablet yang digunakan dengan meletakkan di antara pipi dan gusi. Contoh : Progesteron.

 Tablet Effervecent

Tablet berbuih yang dibuat dengan cara kompresi granul yang mengandung garam efervescent/bahan lain yang dapat melepaskan gas ketika bercampur dengan air, seperti as.sitrat-Na.karbonat. Harus dikemas dalam wadah tertutup rapat atau kemasan tahan lembab. Pada etiket tertulis “tidak untuk langsung ditelan”. Contoh : CDR, Redoxon, Aspirin effervescent.

 Tablet Bukal

Tablet yang digunakan dengan meletakkan di antara pipi dan gusi. Contoh : Progesteron.

 Tablet Diwarnai Coklat

Tablet ini menggunakan coklat untuk menyalut dan mewarnai tablet, misalnya dengan menggunakan oksida besi yang dipakai sebagai warna tiruan coklat.

 Tablet Kunyah

Cara pemakaiannya dengan cara dikunyah untuk formulasi tablet anak, multivitamin, antasida, antibiotik tertentu Ex : Erysanbe chew Promag.

 Tablet Hisap

Tablet yang dapat melarut/ hancur perlahan dalam mulut Ditujukan u/ pengobatan iritasi lokal/ ataupun nfeksi mulut dan tenggorokan Ex : FG Troches Degirol.

 Tablet Vaginal

(9)

efek lokal.Contoh : Naxogin complex vaginal Flagystatin tab vaginal.

 Tablet Lepas Lambat

Tablet yang dibuat sedemikian rupa untuk melepaskan obatnya secara perlahan-lahan sehingga zat aktif akan tersedia selama jangka waktu tertentu setelah obat diberikan.Umumnya dikenal sebagai tablet yang kerjanya : controlled release, delayed release, sustained release, sustained action, prolonged release, timed realease, slow release.Contoh: Avil retard, Profenid CR, Isoptin SR, Adalat OROS.

 Tablet Salut

Alasan dibuatnya tablet salut antara lain :

1. Melindungi zat aktif dari cahaya, udara, kelembaban.

2. Menutupi rasa dan bau yang tidak enak. 3. Membuat penampilan obat lebih menarik. 4. Mengatur tempat pelepasan obat dalam

saluran pencernaan.

Ada tiga jenis dari tablet ini antara lain :

 Tablet Salut Gula

Merupakan tablet tablet kempa yang terdiri dari penyalut gula. Tujuan penyalutan ini adalah untuk melindungi obat dari udara dan kelembapan serta member rasa atau untuk menghindarkan gangguan dalam pemakaiannya akibat rasa atau bau bahan obat. Contohnya : Pahezon, Arcalion.

(10)

Tablet ini disalut dengan selaput yang tipis yang akan larut atau hancur di daerah lambung usus. Contohnya : Fitogen.

 Tablet Salut Enterik

Tablet yang disalut dengan lapisan yang tidak hancur dilambung tapi hancur di usus. contoh : Voltaren 50 mg, Enzymfort. 2. Kapsul

Kapsul didefinisikan sebagai sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang dapat dibuat dari pati, gelatin, atau bahan lainnya yang sesuai. Tujuan dibalik dibuatnya bentuk sediaan kapsul antara lain :

1. Menghindari rasa pahit/tidak enak dari bahan obat. 2. Dapat membagi obat dalam dosis yang tepat.

3. Melindungi obat dari pengaruh luar (oksidasi dari O2.

Ada dua jenis kapsul yang ada saat ini antara lain : a. Kapsul keras

 Terbuat dari gelatin

 Biasanya berisi : serbuk, butiran, granul, tablet kecil, bahan semi padat/cairan

b. Kapsul Lunak

 Dibuat dari campuran gelatin, gliserol, sorbitol/metilselulosa

 Biasanya berisi : cairan, suspensi, bahan bentuk pasta

Berikut variasi ukuran-ukuran bentuk sediaan kapsul :

Ukuran Kapsul Kapasitas Volume rata-rata(ml)

00 0

1,36

(11)

0 0,67

1 0,48

2 0,38

3 0,27

4 0,20

5 0,13

3. Kaplet

Kaplet (kapsul tablet) adalah bentuk tablet yang dibungkus dengan lapisan gula dan biasanya diberi zat warna yang menarik. Bentuk dragee ini selain supaya bentuk tablet lebih menarik juga untuk melindungi obat dari pengaruh kelembapan udara atau untuk melindungi obat dari keasaman lambung. Kaplet pun merupakan sedian padat kompak dibuat secara kempa cetak, bentuknya oval seperti kapsul.

4. Pulvis (Serbuk)

Campuran obat dan atau bahan kimia dalam bentuk kering halus dan homogen . Pulvis = Bulk Powder = serbuk yang tak terbagi Contoh: Caladine powder, enbatic serbuk tabur. Ada dua cara penggunaan pulvis antara lain :

1. Sebagai Obat Luar a. Sebagai antiseptic b. Sebagai anti fungal 2. Sebagai Obat Dalam

a. Pemakaian memalui mulut, krongkongan dan saluran pencernaan

5. Pulveres

(12)

yang kering , halus dan homogen. Tujuan dibuatnya pulveres adalah sebagai berikut :

1. Diinginkan dosis tertentu

2. Diinginkan beberapa macam obat pada satu sediaan sesuai dengan kepentingan pengobatan

3. Campuran obat lebih stabil dibandingkan larutan Kekurangan sediaan pulveres:

1. Rasa obat yang pahit atau tidak enak

2. Kesulitan dalam menahan terurainya bahan yang higroskopis

3. Mudah menguap 6. Pil

Sediaan yang berbentuk bulat seperti seperti kelereng yang mengandung satu atau lebih bahan obat. Berat 100-500 mg dan dibagi menjadi dua yaitu :

 Pil Kecil (Granula) : Beratnya ± 30 mg, bila tidak disebutkan maka granula mengandung bahan obat berkhasiat 1 mg.

 Pil Besar (Boli) : Berat > 500 mg. 7. Suppositoria

Bahan sediaan padat yang mengandung bahan obat dan bahan dasar yang diberikan dengan cara memasukan melalui rectum, vagina atau urethra, dapat melunak, larut atau meleleh pada suhu tubuh.

Bahan dasar yang digunakan harus bersifat :

- Titik lebur : suhu kamar sampai dengan 37 ° C (larut atau meleleh dalam suhu tubuh)

- Mudah bercampur dengan semua bahan obat - Tidak cepat tengik

- Tidak mengiritasi mukosa

- Tidak berinteraksi dengan bahan obat

(13)

- Keadaan pasien tidak memungkinkan mengkonsumsi obat peroral. Misalnya pasien tidak sadar, pasien dengan hiperemesis atau pasien pra dan pasca operasi.

- Obat dikehendaki bekerja lama - Diinginkan obat berefek lokal b. Bentuk Sediaan Semi Solid (Setengah Padat)

Bentuk sediaan ini digunakan untuk obat luar, dioleskan pada kulit untuk terapi, pelinduk kulit atau kosmetika, terdapat beberapa bentuk sediaan ini antara lain :

1. Salep (Unguentum)

Sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obat harus terdispersi homogen dalam vehiculum.

Berikut adalah jenis-jenis dari vehiculum :

 Hidrokarbon : vaselin album, vaselin flavum, paraffinum liquidum, paraffinum solidum

 Minyak Nabati : oleum sesami, oleum olivarum

 Lemak dan Lilin Asal Hewani : adeps lanae, cera alba, cera flava

 Krim atau emulsi 2. Krim

Sediaan setngah padat berupa emulsi mengandung air, dimaksudkan untuk pemakaian luar. Digunakan pada daerah yang peka dan mudah dicuci. Krim cocok untuk kondisi inflamasi kronis dan kurang merusak jaringan yang baru terbentuk.

Terdapat dua jenis krim yaitu :

1. Tipe emulsi minyak dalam air O/W : lebih sesuai untuk digunakan pada daerah lipatan 2. Tipe emulsi air dalam minyak W/O : efek

(14)

Sediaan setengah padat berupa massa lembek (lebih kenyal dari salep) yang dimaksudkan untuk pemakaian luar (dermatologi). Mengandung serbuk dalam jumlah besar (40-50%) dengan vaselin/paraffin cair/bahan dasar yang tidak berlemak dengan perbandingan 1:1. Serbuk yang banyak digunakan adalah ZnO, Talk, Amilum, Bentnit, AlO2, dll.

Keuntungan dari menggunakan salep antara lain :

 Mengikat cairan sekret (eksudat)

 Tidak mempunyai daya penetrasi gatal dan terbuka. Sehingga mengurangi rasa gatal lokal.

 Lebih melekat pada kulit sehingga kontaknya dengan jaringan lebih lama 4. Sabun

Sediaan setengah padat yang didapat dengan melalui proses penyabunan alkali dengan asam lemak atau asam lemak tinggi.

c. Bentuk Sediaan Liquid (Cair)

Ada beberapa bentuk sediaan obat ini antara lain : 1. Sirup

Sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa, kecuali disebutkan lain kadar sakarosanya antara 64% sampai 66%. Sirup dibagi menjadi dua jenis yaitu :

(15)

air maupun alkohol. Pelarut utama yaitu etanol dengan maksud untuk mempertinggi kelarutan obat. Kadar etanol dalam eliksir yaitu 5-10%. Pemanis yang digunakan antara lain : gula atau sirup gula, sorbitol, gliserin, dan sakarin.

Dibandingkan dengan sirup, eliksir : - kurang manis dan kurang kental - lebih mudah dalam pembuatannya - Dan lebih stabil

Pembagian Eliksir antara lain :

1. Medicated Elixirs : Eliksir yang mengandung bahan berkhasiat obat Pemilihan cairan pembawa zat aktif obat harus mempertimbangkan kelarutan & kestabilannya dalam air dan alkohol.

2. Non Medicated Elixirs : Eliksir yang digunakan sebagai bahan tambahan Ditambahkan pada sediaan dengan tujuan: Meningkatkan rasa/menghilangkan rasa, Sebagai bahan pengencer eliksir yang mengandung bahan aktif obat.

Kelebihan menggunakan eliksir antara lain :

1. Mudah ditelan dibandingkan dengan tablet atau kapsul.

2. Rasanya yang enak.

3. Larutan jernih dan tidak perlu dikocok lagi. Kekurangan menggunakan eliksir antara lain :

1. Alkohol tidak baik untuk kesehatan anak. 2. Mengandung bahan yang mudah menguap,

sehingga harus disimpan dalam botol kedap udara, dan diajuhkan dari api.

(16)

Merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair. Beberapa suspensi dapat langsung digunakan, sedangkan yang lain berupa campuran padatyang harus dikonstitusikan terlebih dahulu dengan pembawa yang sesuai segera sebelum digunakan.

Berikut adalah jenis-jenis suspensi yang ada, antara lain : 1. Suspensi Oral : ditujukan untuk penggunaan oral. 2. Suspensi Topikal : ditujukan untuk penggunaan pada

kulit.

3. Suspensi Tetes Telinga : ditujukan untuk diteteskan pada telingan bagian luar.

4. Suspensi Optalmik : ditujukan untuk penggunaan pada mata.

5. Suspensi Untuk Injeksi : sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak disuntikan secara intravena atau kedalam saluran spinal.

6. Suspensi Untuk Injeksi Terkontinyu : sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang sesuai.

Keuntungan dari menggunakan suspensi antara lain :

1. Bahan obat tidak larut dapet bekerja sebagai depo, yang dapat memperlambat terlepasnya obat

2. Obat dalam sediaan suspensi rasanya lebih enak dibandingkan dalam larutan, karena rasa obat yang tergantung kelarutannya.

(17)

2. Tidak praktis bila dibandingkan dalam bentuk sediaan lain, misalnya pulveres, tablet, kapsul

3. Rentan terhadap degradasi dan kemungkinan terjadinya reaksi kimia antar kandungan dalam larutan di mana terdapat air sebagai katalisator. 7. Emulsi

Sediaan yang mengandung bahan obat cair atau cairan obat terdispersi dalam cairan pembawadistabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok suatu sistem heterogen yang tidak stabil secaratermodinamika, yang terdiri dari paling sedikit dua fase cairan yang tidak bercampur, dimana salah satunyaterdispersi dalam cairan lainnya dalam bentuk tetesan– tetesan kecil, yang berukuran 0,1-100 mm, yang distabilkan dengan emulgator/surfaktan yang cocok. Komponen-komponen emulsi antara lain :

 Komponen Dasar

 Fase Dispersi / Fase Internal / Fase Diskontinyu adalah zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil kedalam zat cair lain.

 Fase Kontinyu / Fase Eksternal / Fase luar adalah zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar (pendukung) dari emulsi tersebut

 Emulgator adalah zat yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi

 Komponen Bahan Tambahan

(18)

 Presertatif : metil dan propil paraben, asam benzoat, asam sorbat, fenol, kresol, dan klorbutanol, benzalkonium klorida, fenil merkuri asetat, dll.

 Antioksidan → asam askorbat, L.tocoperol, asam sitrat, propil gallat dan asam gallat.

 Tipe Emulsi

 Tipe O/W (Minyak dalam Air)

Emulsi yang terdiri dari butiran minyak yang tersebar kedalam air. Minyak sebagai fase internal dan air fase eksternal.

 Tipe W/O (Air dalam Minyak)

Emulsi yang terdiri dari butiran air yang tersebar kedalam minyak. Air sebagai penetes yang menghasilkan tetesan setara dengan tetesan yang dihasilkan penetes beku yang disebutkan Farmacope Indonesia.

Sediaan obat tetes antara lain : - Guttae (obat dalam) - Guttae Oris (tetes mulut)

(19)

- Guttae Nasales (tetes hidung) - Guttae Ophtalmicae (tetes mata) 9. Injeksi

Merupakan sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Tujuannya yaitu kerja obat cepat serta dapat diberikan pada pasien yang tidak dapat menerima pengobatan melalui mulut.

10. Ticture

larutan mengandung etanol atau hidroalkohol dibuat dari bahan tumbuhan atau senyawa kimia. Contoh:tingtur iodium, tingtur opium, tingtur pennyroyal, tingtur benzoin dll.

C. Rute Pemberian Obat

Jalur pemberian obat turut menetukan kecepatan dan kelengkapan resorpsi obat. Tergantung dari efek yang diinginkan, yaitu efek sistemik (di seluruh tubuh) atau efek local (setempat) keadaan pasien dan sifat-sifat fisiko-kimiawi obat, dapat dipilih dari banyak cara untuk memberikan obat.

1. Efek Sistemik

(20)

Pemberian obat melalui mulut (per oral) adalah cara yang paling lazim, karena sangat praktis, mudah dan aman. Namun tidak semua obat dapat diberikan peroral, misalnya obat yang bersifat merangsang (emetin, aminofilin) atau yang diuraikan oleh getah lambung, seperti benzilpenisilin, insulin, oksitosin dan hormone steroida.

Sering kali, resorpsi obat setelah pemberian oral tidak teratur dan tidak lengkap meskipun formulasinya optimal, misalnya senyawa ammonium kwartener (thiazianium, tetrasiklin, kloksasilin dan digoksin) (maksimal 80%). Keberatan lain adalah obat segtelah direpsorbsi harus melalui hati, dimana dapat terjadi inaktivasi sebelum diedarkan ke lokasi kerjanya.

Untuk mencapai efek local di usus dilakukan pemberian oral, misalnya obat cacing atau antibiotika untuk mensterilkan lambung-usus pada infeksi atau sebelum pembedahan (streptomisin, kanamisin, neomisin, beberapa sulfonamida). Obat-obat ini justru tidak boleh diserap.

b. Sublingual

Obat setelah dikunyah halus (bila perlu) diletakkan di bawah lidah (sublingual), tempat berlangsungnya rebsorpsi oleh selaput lender setmpat ke dalam vena lidah yang banyak di lokasi ini. Keuntungan cara ini ialah obat langsung masuk ke peredaran darah besar tanpa melalui hati. Oleh karena itu, cara ini digunakan bila efek yang pesat dan lengkap diinginkan, misalnya pada serangan angina (suatu penyakit jantung), asma atau migrain (nitrogliserin, isoprenalin, ergotamin juga metiltesteron). Kebertannya adalah kurang praktis untuk digunakan terus-menerus dan dapat merangsang mukosa mulut. Hanya obat yang bersifat lipofil saja yang dapat diberikan dengan cara ini.

c. Injeksi

(21)

atau untuk obat yang merangsang atau dirusak oleh getah lambung (hormon), atau tidak diresorpsi usus (streptomisin). Begitu pula pasien yang tidak sadar atau tidak mau kerja sama. Keberatannya adalah cara ini lebih mahal dan nyeri serta sukar digunakan oleh pasien sendiri. selain itu ada pula bahaya terkena infeksi kuman (harus steril) dan bahaya merusak pembuluh atau saraf jika tempat suntikan tidak dipilih dengan tepat.

- Subkutan (hipodermal)

Injeksi dibawah kulit dapat dilakukan hanya dengan obat yang tidak merangsang dan melarut baik dalam air atau minyak. Efeknya tidak secepat injeksi intramuscular atau intravena. Mudah dilakukan sendiri, misalnya insulin pada pasien penyakit gula.

- Intrakutan

Absorpsi sangat lambat, mislanya injeksi tuberculin dari Mantoux.

- Intramuscular

Dengan injeksi di dalam otot, obat yang terlarut bekerja dalam waktu 10-30 menit. Guna memperlambat resorpsi dengan maksud memperpanjang kerja obat, sering kali digunakan larutan atau suspensi dalam minyak, misalnya suspensi penisilin dan hormone kelamin. Tempat injeksi umumnya dipilih pada otot bokong yang tidak memiliki banyak pembuluh dan saraf.

- Intravena

(22)

obat yang tak larut air atau menimbulkan endapan dengan protein atau butir darah.

Bahaya injeksi i.v. adalah dapat mengakibatkan terganggunya zat-zat kolida darah dengan reaksi hebat, karena dengan cara ini ‘benda asing’ langsung dimasukkan ke dalam sirkulasi , misalnya tekanan darah mendadak turun dan timbul shock. Bahaya ini lebih besar bila injeksi dilakukan terlalu cepat, sehingga kadar obat setempat dalam darah meningkat terlalu pesat. Oleh karena itu setiap injeksi i.v. sebaiknya dilakukan dengan amat perlahan, antara 50 dan 70 detik lamanya.

Infus tetes intravena dengan obat sering kali dilakukan di rumah sakit pada keadaan darurat atau dengan obat yang cepat metabolisme dan ekskresinya guna mencapai kadar plasma yang tetap tinggi.

- Intra-arteri

Injeksi ke pembuluh nadi adakalanya dilakukan untuk “membanjiri” suatu organ, misalnya hati, dengan obat yang sangat cepat diinaktifkan atau terikat pada jaringan, misalnya obat kanker nitrogenmustard.

- Intralumbal

Intralumbal (antara ruas tulang belakang), intraperitoneal (ke dalam ruang selaput perut), intrapleural (selaput paru-paru), intracardial (jantung) ddan anti-artikuler (ke celah-celah sendi) adalah beberapa cara injeksi lainnya untuk memasukkan obat langsung ke tempat yang diinginkan. - Implantasi subkutan

(23)

yangh lambat, satu pellet dapat melepaskan zat aktifnya secara teratur selama 3-5 bulan lamanya. Bahkan dewasa ini tersedia implantasi obat antihamil dengan lama kerja 3 tahun (Implanon, Norplant).

- Rektal

Rektal adalah pemberian obat melalui rectum (dubur) yang layak untuk obat yang merangsang atau yang diuraikan oleh asam lambung, biasanya dalam bentuk suppositoria, kadang-kadang sebagai cairan (klisma: 2-10 mL, lavemen: 10-500 mL). Obat ini terutama digunakan pada pasien yang mual atau muntah-muntah (mabuk jalan atau migrain) atau yang terlampau sakit untuk menelan tablet. Adakalanya juga untuk efek lokal yang cepat, misalnya laksans (suppose, bisakodil/gliserin) dan klisma (prednisone atau neomisin). Sebagai bahan dasar (basis) suppositoria digunakan lemak yang meleleh pada suhu tubuh (k.l. 36,80C), yakni oleum

cacao dan gliserida sintetis (Estarin, Wittepsol). Demikian pula zat-zat hidrofil yang melarut dalam getah rectum, misalnya tetrasiklin, kloramfenikol dan sulfonamida (hanya 20%). Karena ini sebaiknya diberikan dosis oral dan digunakan pada rectum kosong (tanpa tinja). Akan tetapi, setelah obat diresopsi, efek sistemiknya lebih cepat dan lebih kuat dibandingkan pemberian per oral, berhubung vena-vena bawah dan tengah dari rectum tidak tersambung pada system porta dan obat tidak melalui hati pada peredaran darah pertama, sehingga tidak mengalami perombakan First Pass Effect. Pengecualian adalah bila obat diserap di bagian atas rectum dan oleh vena porta dan kemudian ke hati. Misalnya thiazianium.

(24)

menentukan rutenya ke sirkulasi darah besar. Suppositoria dan salep juga sering digunakan untuk efek local pada gangguan poros usus misalnya wasir. Keberatannya ialah dapat menimbulkan peradangan bila digunakan terus-menerus.

2. Efek Lokal

a. Intranasal

Mukosa lambung-usus dan rectum, juga selaput lendir lainnya dalam tubuh, dapat menyerap obat dengan baik dan menghasilkan terutama efek setempat. Secara intranasal (melalui hidung) digunakan tetes hidung pada selesma untuk menciutkan mukosa yang bengkak (efedrin, ksilometazolin). Kadang-kadang obat juga untuk memberikan efek sistemis, misalnya vasopressin dan kortikosteroida (heklometason, flunisolida).

b. Intra-okuler dan Intra-aurikuler (dalam mata dan telinga) Obat berbentuk tetes atau salep digunakan untuk mengobati penyakit mata atau telinga. Pada penggunaan beberapa jenis obat tetes harus waspada, karena obat dapat diresorpsi ke darah dan menimbulkan efek toksik, misalnya atropin.

c. Inhalasi (Intrapulmonal)

(25)

zat padatnya (turbuhaler) dalam keadaan sangat halus (microfine: 1-5 mikron), misalnya natriumkromoglikat, beklometason dan budesonida.

d. Intravaginal

Untuk mengobati gangguan vagina secara local tersedia salep, tablet atau sejenis suppositoria vaginal (ovula) yang harus dimasukkan ke dalam vagina dan melarut di situ. Contohnya adalah metronidazol pada vaginitis (radang vagina) akibat parasit trichomonas dan candida. Obat dapat pula digunakan sebagai cairan bilasan. Penggunaan lain adalah untuk mencegah kehamilan, di mana zat spermicide (dengan daya mematikan sel-sel mani) dimasukkan dalam bentuk tablet busa, krem atau foam.

e. Kulit (topical)

(26)

D. Keuntungan dan Kerugian Rute Pemberian Obat

- Aman, tidak merusak pertahanan kulit

- Pemberian biasanya tidak menyebabkan stress

 Kerugian

- Sulit bagi yang enggan menelan obat - Rasa cenderung pahit

- Proses cenderung lama

2. Sublingual  Keuntungan

- Proses absorpsi cepat, langsung pada vena mukosa - Bentuk kecil tidak ribet diletakkan pada bawah lidah

atau pipi

 Kerugian

- Pemakaian bisanya hanya untuk seseorang yang pingsan

- Dapat merangsang mukosa mulut

3. Rectal

 Keuntungan

- Terhindar dari rasa pahit

- Absorpsi cepat karena langsung memasuki vena mukosa

- Cepat melebur pada suhu tubuh

 Kerugian

- Pemakaian kurang menyenangkan

- Sediaan mudah tengik dan harus di jaga kesterilannya dari mikroorganisme.

4. Topical

(27)

- Memberikan efek local - Efek samping sedikit

 Kerugian

- Mungkin kotor dan dapat mengotori pakaian

- Cepat memasuki tubuh melalui abrasi dan efek sistematik

5. IM

 Keuntungan

- Nyeri akibat iritasi kurang

- Dapat diberikan dalam jumlah yang besar dari pemberian SC

- Obat diabsorpsi dengan cepat

 Kerugian

- Merusak barier kulit

- Dapat menyebabkan kecemasan

6. Sub Cutan  Keuntungan

- Kerja obat lebih cepat dari pemberian oral

 Kerugian

- Harus menggunakan teknik steril karena merusak barier kulit

- Diberikan hanya dalam jumlah kecil

- Lebih lambat dari pemberian intaramuscular

- Lebih mahal dari obat oral, beberapa obat dapat mengiritasi jaringan kulit dan menyebabkan nyeri - Dapat menimbulkan kecemasan

7. Intar Dermal  Keuntungan

- Absorpsi lambat

- Digunakan untuk melihat reaksi alergi

 Kerugian

- Jumlah obat yang digunakan harus kecil - Merusak barier kulit

8. IV

 Keuntungan

- Efek kerja cepat

 Kerugian

- Terbatas pada obat dengan daya larut tinggi

(28)

 Keuntungan

- Pemberian obat melalui saluran pernapasan - Obat dapat diberikan pada pasien yang tidak sadar

 Kerugian

- Obat dimaksudkan pada efek setempat - Menghasilkan efek sistemik

- Hanya digunakan untuk saluran pernapasan

E. Tepat Pemberian Obat

Farmasis mempunyai tanggungjawab yang besar berkaitan dengan pemberian obat. Antara lain harus mengecek mulai dari perintah melalui (telepon, resep, catatan medik), frekuensi pemberian (jika perlu, 1 kali perhari atau 4 kali perhari), indikasi, dosis dan jalur pemberian. Setelah pengecekan, paramedic harus memastikan bahwa pemberian obat yang diberikan mengikuti 6 benar atau tapat, yaitu tepat pasien, obat, waktu, dosis jalur pemberian dan tepat dokumentasi.

1. Tepat Pasien

Pemberian obat yang tidak tepat pasien dapat terjadi seperti pada saat ordernya lewat telepon, pasien yang masuk bersamaan, kasus penyakit sama, suasana pasien sedang kusut atau adanya pindahan pasien dari ruang satu ke ruang lainnya.

2. Tepat obat

Untuk menjamin obat yang diberikan benar, label atau etiket harus dibaca dengan teliti setiap akan memberikan obat. Label atau etiket yang perlu diteliti antara lain nama obat, sediaan, konsentrasi, dan cara pemberiaan serta Experied date. Kesalahan pemberian obat sering terjadi jika perawat memberikan obat yang disiapkan oleh perawat lain atau pemberian obat melalui wadah (spuit) tanpa identitas atau label yang jelas. Harus diusahakan menyiapkan sendiri obat yang akan diberikan.

(29)

Pemberian obat berulang, lebih berpotensi menimbulkan pemberian obat yang tidak tepat waktu. Banyak obat yang pemberiannya menuntut harus tepat waktu. Misalnya pada kasus gawat darurat henti jantung, efinefrin diberikan setiap 3-5 menit, jika tidak dipatuhi akan menghasilkan kadar obat yang tidak sesuai. Kekurangan atau kelebihan keduanya sangat berbahaya. Termasuk tepat waktu juga mencakup tepat kecepatan pemberian obat melalui injeksi (bolus atau lambat) atau pemberian melalui infus. Banyak obat yang menuntut harus tepat waktu pemberian obat terlalu cepat atau lambat dapat berakibat serius. Contoh dopamin harus diberikan antara 2-10 g/kg/menit, atropin harus diberikan melalui injeksi IV bolus (cepat). Pemberian dopamin secara bolus dapat menimbulkan kematian, sedangkan pemberian atropin secara lambat akan memperparah brandikardi (perlambatan denyut jantung) yang paradoksial. Adenosin yang mempunyai waktu paruh (t1/2) sangat

pendek harus diberikan dengan cepat supaya efektif.

4. Tepat dosis

Dosis yang tidak tepat dapat menyebabkan kegagalan terapi atau timbul efek yang berbahaya. Kesalahan dosis sering terjadi pada pasien anak-anak, lansia atau pada orang obesitas. Perhitungan dosis secara cermat harus dilakukan juga pada obat yang diberikan melalui infus, termasuk perhitungan kecepatan tetesan setiap menitnya.

5. Tepat rute

(30)

subkutan dan diberikan secara injeksi IV dapat menimbulkan efek detrimental pada pasien dewasa karena peningkatan kebutuhan oksigen di jantung. Sebaliknya pemberian obat secara subkutan untuk pengurangan rasa sakit yang seharusnya diberikan secara injeksi IV akan menyebabkan perlambatan efek atau obat kurang efektif.

6. Tepat Dokumentasi

Aspek dokumentasi sangat penting dalam pemberian obat karena sebagai sarana untuk evaluasi. Menurut beberapa ahli, dokumentasi merupakan bagian dari pemberian obat yang rasional. Pemberian obat yang harus didokumentasikan meliputi nama obat, dosis, jalur pemberian, tempat pemberian, alasan pemberian obat, dan tandatangan yang memberikan.

(31)

A. Kesimpulan

Ada berbagai macam jenis obat

 Jalur Pemberian obat dikelompokkan berdasarkan efeknya. Efek sistemis meliptuti; oral, sublingual, injeksi, implantasi dan rectal. Sedangkan efek local meliputi; intranasal, inhalasi, intravaginal dan topical.

 Setiap jalur pemberian memiliki keuntungan dan kerugian

 Enam tepat pemberian obat meliputi; tepat pasien, obat, waktu, dosis, rute dan dokumentasi

 Setiap jalur pemberiann obat memiliki bentuk-bentuk sediaan tertentu yang mendukung jalur pemberian tersebut.

B. Saran

Inilah makalah yang diwacanakan pada penulisan kelompok ini meskipun penulisan ini jauh dari kata sempurna namun kita dapat memimplementasikan tulisan ini dan kami juga butuh saran dan kritikan agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan yang lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

(32)

http://www.slideshare.net/adriyailmiyya/bentuk-sediaan-obat-29538557

http://ffarmasi.unand.ac.id/RPKPS/Bahan_Ajar/Sofyan/Bentuk %20Sediaan%20Obat.pdf

http://www.slideshare.net/idapartii/makalah-teknik-pemberian-obat

Referensi

Dokumen terkait

• sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu atau lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis, atau pewarna yang larut dalam air atau

Krim adalah sediaan setengah padat yang berupa emulsi yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai dan mengandung

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.. Istilah ini secara tradisional

Sediaan tablet adalah Sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung pipih atau serkuler, kedua permukaanya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau

 Sangat pahit (mudah larut) tidak diberikan bentuk obat minum (cair) atau kecuali bentuk esternya yang tidak pahit spt kloramfenikol  Berasa “amis” maka dipilih kapsul atau

Larutan Oral ❖ Larutan oral → sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu atau lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis atau pewarna yang larut dalam air

DeDe$%$%n%n%s% s% TTaa&l&letet Tablet adalah bentuk sediaan padat yang terdiri dari satu atau lebih bahan Tablet adalah bentuk sediaan padat yang terdiri dari satu atau lebih bahan

Sediaan padat kering atau cairan pekat tidak mengandung dapar, pengencer atau bahan tambahan lain dan larutan yang diperoleh setelah penambahan pelarut yang sesuai memenuhi persyaratan