• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan Masyarakat Mandailing Dalam Mengolah Pakkat (Studi Enofood Pada Masyarakat Mandailing di JL Letda Sujono Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengetahuan Masyarakat Mandailing Dalam Mengolah Pakkat (Studi Enofood Pada Masyarakat Mandailing di JL Letda Sujono Medan)"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

MASYARAKAT MANDAILING DI KOTA MEDAN

2. 1Sejarah Kota Medan

8

Keberadaan kota medan saat ini tidak terlepas dari historis yang panjang, dimulai dari dibangunnya kampong medan puteri pada tahun 1590 Oleh Guru Patimpus, Kota Medan Berkembang Saat Guru Patimpus membangun kampong tersebut, Guru Patimpus adalah Sorang Putra Karo bermarga Sembiring Pelawi Dan Memiliki istri Dari Putri Datuk Pulo Brayan. Dalam Bahasa Karo Guru Berarti ―Tabib‖ ATAU ―Orang Pintar‖, Kemudian Kata ―pa‖ Merupakan sebutan untuk seorang bapak Berdasarkan

Sifat atau Keadaan Seseorang sedangkan kata ―Timpus‖ Berarti Bundelan, Bungkus Atau Bulat. Dengan Demikian Nama Guru Patimpus Bermakna sebagai seorang tabib yang memiliki kebiasaan membungkus sesuatu didalam kain yang diselempangkan dibadannya Untuk Membawa barang bawaannya.

Berkembang menjadi Kesultanan Deli pada tahun 1669 yang diproklamirkan oleh Tuanku Perungit yang memisahkan diri dari Kesultanan Aceh. Perkembangan kota Medan selanjutnya ditandai dengan perpindahan Ibukota Residen Sumatera Timur dari Bengkalis menuju Medan tahun 1887, sebelum akhirnya status diubah menjadi Gubernemen

8

(2)

yang dipinpin oleh seorang Gubernur pada tahun 1915. Secara historis, perkembangan kota Medan

(3)

Gambar 2. 1 Monument Guru Patimpus di persimpangan jalan Gatot Subroto, Medan. Diakses dari WWW.WIKIPEDIA.COM PADA TANGGAL 12

OKTOBER 2016

Di akhir abad ke-19 dan di awal abd ke 20 terdapat duga gelombang migrasi besar yang dating kekota medan. Gelombang pertama kedatangan orang tionghua dan jawa sebagai kuli kontrak diperkebunan. Tetapi pada tahun 1880, perusahaan perkebunan berhenti mendatangkan orang tionghua, karena sebagian dari mereka lari dan membuat kerusuhan. Lalu perusahaan perkebunan kembali mendatangkan orang jawa sebagi kuli perkebunan, sedangkan orang-orang tionghua yang dulu sebagai buruh perkebunan mulai didorong untuk membangun sector perdagangan.

Gelombang kedua kemudian datanglah orang minangkabau, mandailing dan aceh. Mereka bertujuan dating kemedan bukanlah sebagai buruh perkebunan, tetapi mereka dating sebagai pedagang, guru, dan ulama.

(4)

S9ebagai salah satu daerah otonom berstatus kota di provinsi sumatera utara, kedudukan, fungsi, serta peran dari kota. Peran kota medan sangat penting dan strategis secara regional. Bahkan sebagai ibu kota provinsi sumatera utara, kota medan sering dijadikan sebagai barometerdalam pembangunan serta penyelenggaraan pemerintah daerah di seluruh Indonesia.

Secara geografis, kota medan memiliki kedudukan yang strategis, sebab berbatasan langsung dengan selat malaka di bagian utara, sehingga relative dekat dengan kota – kota dinegara tetangga seperti pulau penang Malaysia. Begitu juga secara demografis, kota medan diperkirakan memiliki pasar barang ataupun jasa yang cukup besar, hal ini tidak terlepas dari jumlah penduduknya yang cukup besar dimana pada tahun 2010 diperkirakan telah mencapai 2,712,236 jiwa, demikian juga secara ekonomis dengan struktur ekonomi yang didominasi oleh sector tertier dan sekunder, kota medan sangat berkembang perdagangan dan keuangan regional nasional.

Letak dari geografis dari kota medan sendiri adalah 3030 - 304 LU, Dan 98035’ – 980 66’ BT, Luas Kota Medan saat ini adalah ± 265,10 KM2 sedangkan

untuk wilayah perbatasan kota medan berbatas dengan

-. Sebelah utara berbatasan dengan selat malaka

-. Sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan deli tua dan pancur ( Kabupaten Deli serdang )

9

(5)

-. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan sunggal (kabupaten deli serdang )

-. Sebelah timur berbatasan denga percut sei tuan dan tanjung morawa ( kabupaten deli serdang ).

Kota medan keberadaannya sendiri didukung oleh beberapa wilayah kecamatan, serta kelurahan. Adapun kecamatan yang terletak dikota medan yaitu, Kecamatan medan Helvetia, kecamatan medan barat, kecamatan medan petisah, kecamatan medan perjuangan, kecamatan medan tembung, kecamatan medan area, kecamatan medan maimun, kecamatan medan selayang,- kecamatan medan polonia,-. Kecamatan medan tuntungan,-. Kecamatan medan johor,- . kecamatan medan amplas,-. Kecamatan medan denai, Kecamatan medan baru.

Dari letak geografis medan didukung oleh daerah daerah yang kaya sumber daya alamnya seperti,

1. Deli serdang 2. Labuhan batu 3. Simalungun 4. Tapanuli utara

5. Tapanuli selatan/ mandailing natal 6. Karo dan

(6)

Kondisi seperti ini menjadikan kota medan dari segi ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerja sama dan kemitraan yang sejajar, serta dapat saling menguntungkan, dan saling memperkuat daerah daerah sekitarnya.

1.2.1 Demografi

Kota medan sndiri memiliki berbgai etnis yang mendiamminya, namun ada beberapa suku yang lebih dominan dan serta lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan suku – suku lainnya yaitu, melayu, jawa, batak (toba, simalungun, karo, mandailing-angkola.), nias dan tionghua.

Penduduk kota medan sendiri memilikiciri penting yaitu, yang meliputi unsure seperti, agama, suku/ etnis, budaya, serta keragaman plural (adat istiadat), hal ini memunculkan karajter sebagian besar penduduk kota medan bersifat terbuka.

Secara demografis, kota medan sendiri saat ini sedang mengalami masa transisi demografi, kondisi tersebut menunjukkan proses pergeseran dari suatu keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian tinggi dan menuju keadaan dimana tingkat kematian dan kelahiran semakin menurun.

(7)

tingkat kelahiran dan kematian merendah. Penurunan pada tingkat kelahiran ini disebabkan oleh banyak factor,antara lain perubahan pola berfikir masyarakat akibat pendidikan yang diperolehnya, dan juga disebabkan oleh perubahan pada aspek sosial ekonomi. Penurunan tingkat kematian disebabkan oleh membaiknya gizi masyarakat akibatdari pertumbuhan pendapatan masyarakat. Pada tahap ini pertumbuhan pendudukmulai menurun.

Pada akhir proses transisi ini, baik tingkat kelahiran maupun kematian sudah tidak banyak berubah lagi, akibatnya jumlah penduduk juga cenderung untuk tidak banyak berubah, kecuali disebabkan faktor migrasi atau urbanisasi.Komponen kependudukan lainnya umumnya menggambarkan berbagai berbagaidinamika sosial yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial maupun kultural.Menurunnya tingkat kelahiran (fertilitas) dan tingkat kematian (mortalitas),meningkatnya arus perpindahan antar daerah (migrasi) dan proses urbanisasi,termasuk arus ulang alik (commuters), mempengaruhi kebijakan kependudukan yang diterapkan.Pada akhir proses transisi ini, baik tingkat kelahiran maupun kematian sudah tidak banyak berubah lagi, akibatnya jumlah penduduk juga cenderung untuk tidak banyak berubah, kecuali disebabkan faktor migrasi atau urbanisasi.Komponen kependudukan lainnya umumnya menggambarkan berbagai berbagaidinamika sosial yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial maupun kultural.

(8)

Berdasarkan data kependudukan tahun 2010, penduduk Medan saat inidiperkirakan telah mencapai 2.712.236 jiwa, dengan wanita lebih besar dari pria.Sedangkan penduduk tidak tetap diperkirakan mencapai lebih dari 566.611 jiwa,yang merupakan penduduk komuter. Dengan demikian Medan merupakan salahsatu kota dengan jumlah penduduk yang besar. Kota Medan terdiri dari 21Kecamatan dan 151 Kelurahan. Selain itu, Kota Medan juga merupakan daerah perkotaan yang dihuni oleh berbagai etnis dengan latar belakang yang berbeda.Kondisi Kota Medan yang heterogen ini, mengakibatkan banyaknya timbulorganisasi-organisasi yang berdasarkan etnis (BPS Kota Medan 2011 2.3 Asal usul orang mandailing

10

Masyarakat Mandailing yang mendiami kota Medan tidak terlepas denganasal muasal oleh leluhurnya yang bertempat tinggal di Wilayah Mandailing.Masyarakat Mandailing diduga sudah ada pada ribuan tahun yang lalu.Menelusuri latar belakang masuknya penduduk didaerah Mandailing beberapa pendapat orang berbeda-beda, dan pendapat berbeda itulah bila tidak didukung dengan fakta – fakta tertulis, seperti prasasti-prasasti tentu tidak mudah untuk mempertanggung jawabkannya. Penulis mengambil beberapa pendapat mengenai asal usul Masyarakat Mandailing sebagai bahan informasi mengenai asal usulnama daerah Madailing dan masyarakatnya. Memungkinkan bahwa Wilayah Mandailing pada zaman Kerajaan Majapahit mempunyai masyarakat secara homogen, yaitu masyarakat yang tumbuh dan terhimpun dalam suatu Ketatanegaraan Kerajaan

10

(9)

dalam Kebudayaannya. Terbukti dari ekspansi pasukan Kerajaan Majapahit pada sekitar tahun 1287 Caka (365 M). dimana salah satu

syairnya disebut nama Mandailing. Adapun syair tersebut yaitu: ―Lwir ning

nusapranusa pramuka sakahawat ksoniri malayu/ning jambi, mwang

Palembangkaritang I teba len dharmamacraya tumut/kandis kahwas

manangkabwa ri siyakrekan Kampar mwang I pane/ kampe harw athawe

mandailing I tumihang parilakmwang I babrat.‖Sebagai mana terlihat pada teks

tersebut ekspansi Kerajaan Majapahit ke

(10)

dari 10 pasal sebagai dasar atau sumber dari falsafah masnyarakat dan kerohanian dari dalihan na tolu.Dada Meuraxa mengatakan di dalam bukunya Sejarah KebudayaanSumatera (974:349) menyatakan bahwa kata Mandailing ada yang mendugaberasal dari perkataan Mande Hilang dalam bahsa Minangkabau perkataantersebut berarti Ibu yang Hilang. Selanjutnya ia mengatakan bahwa ada yangmenyangka nama Mandailing berasal dari perkataan ―Mundahilang‖ yang berarti―Munda yang Mengungsi.‖ Dalam hubungan ini disebut bahwa bangsa

Mundayang berada di India pada masa yang silam melakukan pengungsian kepadamereka terdesak oleh Bangsa Aria. Slamet Mulyana dalam bukunya Asal Bangsadan Bahasa Indonesia (1964:140) mengatakan sebagai berikut: ―sebelumkedatangan Bangsa Aria, Bangsa Munda menduduki India Utara. Karena

desakan angsa Aria, maka bangsa Munda menyingkir ke selatan yang terjadi sekitar 1500SM.‖ Pada waktu perpindahan bangsa Munda dari India Utara ke Asia

Tenggaraoleh karena terdesak bangsa Aria. Diduga ada sebagian yang masuk ke Sumatera.

Dengan melalui Pelabuhan Barus pantai barat Sumatera mereka meneruskanperjalanan sampai ke suatu daerah yang kemudian disebut dengan Mandailing,yang berasal dari perkataan Mundahiling yang berarti Munda yang MengungsiDi dalam buku yang dikemukakan oleh pengarangnya Mangaraja

LeloLubis bahwa menurut orang tua, nama Mandailing berasal dari perkataan―Mandala Holing‖. Pada zaman dahulu kala Mandala Holing adalah

(11)

Olehkarena serangan Kerajaan Majapahit, kemudian pusat pemerintahan kerajaandipindahkan ke Piu Delhi dimana kemudian hari kota ini dikenal dengan namaPidoli di daerah Mandailing (didekat Kota Panyabungan yang sekarang). Terbuktiterdapat candi-candi purba pada waktu silam didaerah Pidoli tetapi hancur oleh pasukan islam dibawah pimpinan Tuanku Imam Bonjol ratusan tahun yang lalu.Masyarakat Mandailing digolongkan kedalam kelompok Proto Melayu(Melayu Tua), yang mempunyai persamaan dengan Suku Toba, Simalungun,Karo, dan Pakpak-Dairi. Adapun persamaan itu bisa dilihat pada bahasa dan adatistiadatnya.

Kelompok Proto ini berasal dari Tiongkok Selatan, dan berpindah di wilayah Indonesia yang kemungkinan terjadi pada abad 7 atau ke 8 SM. Dan daricici-ciri khas bentuk fisik dan temperamen, bahwa nenek moyang suku-sukubangsa termasuk rumpun Proto Melayu (Emilkam Tambunan, 1982:33). Apa yang telah diuraikan baik pendapat Dada Meuraxa, Emilkam Tambunan, Slamet Mulyana sudah tersusun di dalam buku Z. Pangaduan Lubisberjudul Kisah Asal-usul Mandailing (1986:6-10) Dengan pejabarannya yang luasdan yang berhubungan antara satu dengan yang lain dan berdasarkan metodemetodeyang absah kiranya dapat dicatat bahwa asal usul nama Mandailing yangmurni sudah terbuka lebar, untuk mengungkapkan dan membuktikan kembalinama Mandailing yang harum semenjak dari ribuan yang silam.

(12)

11

Adapun beberapa wilayah dikota medan, dimana wilayah tersebut merupakan wilayah pemukiman masyarakat mandailing yang tersebar di kota medan. Dimana penulis hanya mengambil beberapa wilayah saja untuk sebagai pendukung penelitian ini. Dimana wilayah tersebut dapat mewakili beberapa wilayah lainnya yang banyak di tinggalli oleh masyarakat mandailing sebagai berikut.

1 .Wilayah Sei Mati, Medan Maimun

2. Wilayah Mariendal (Simpang Limun ),Mmedan Amplas 3. Wilayah Sei Agul, Medan Barat

4. Wilayah Bandar Selamat, Medan Tembung 5. Wilayah Pancing, Medan Tembung

Kelima Wilayah ini merupakan perwakilan di mana bermukimnya masyarakat mandailing dikota medan. Dari setiap Wilayah akan dijelaskan keadaan alam masing – masing dari kelima wilayah ini

2 .4.1 Wilayah Sei Mati Medan Maimun

Sejarah berdirinya daerah Sei Mati diawali pada zaman penjajahan Belanda, melalui perkebunan yang dikelola oleh Belanda yang memerlukan tenaga kerja dalam perkebunannya tersebut. Banyak pekerja yang akhirnya datang ke kota Medan, diantara para pekerja tersebut banyak pekerja yang berasal dari daerah Mandailing.

Seiring berjalannya waktu para pekerja di perkebunan Belanda tersebut semakin banyak dibutuhkan dan hal ini juga yang menyebabkan jumlah masyarakat Mandailing semakin bertambah banyak di kota Medan. Pada masa itu

11

(13)

jumlah tenaga kerja mayoritas berasal dari etnis Mandailing yang beragama Islam. Untuk mencari perlindungan mereka menghadap Sultan Deli, hal ini dikarenakan mereka berpendapat persamaan agama akan membuat Sultan Deli mau membantu mereka. Usaha yang dilakukan untuk menghadap Sultan Deli tidak sia-sia karena beliau memberikan pinjaman wilayah sebagai tempat tinggal para pekerja yang berasal dari Mandailing

Pada saat sekarang ini wilayah tersebut dikenal dengan wilayah Sungai Mati di bawah naunagan kelurahan Medan Maimun. Adapun luas kecamatan Medan Maimun adalah 2,98 km2, pada tahun 2010 kecamatan ini memiliki penduduk sebesar 48.995 jiwa. Dan kepadatan penduduknya adalah 16. 441,28 jiwa/km ( kecamatan dalam angka 2010 )

Kecamatan Medan Maimun adalah salah satu dari 21 kecamatan yang terdapat di kota Medan, Sumatera Utatara. Kecamatan Medan Mimun berbatasan dengan Polonia di sebelah barat, Medan kota di timur, Medan Johor di selatan, dan Medan Petisah di Utara.

Istana peninggalan Kesultanan Deli yang terkenal adalah Istana Maimun, terletak di kecamatan ini. Kecamatan Medan Maimun memiliki enam kelurahan, yaitu:

1. Sukaraja

2. Aur

3. Jati

(14)

5. Sei Mati

6. Kampung Baru

2.4.2 Wilayah Mariendal (Simpang Limun ) Medan Ampls

Daerah Mariendal pada saat ini merupakan suatu istilah untuk menyebutkan daerah administratif kelurahan Sitirejo. Pada dasarnya daerah ini merupakan pusat transportasi darat di kota Medan. Daerah ini merupakan suatu tempat berkumpulnya masyarakat yang terdiri dari berbagai etnis dan golongan, hal tersebut dimungkinkan karena daerah ini merupakan pusat transportasi yang merupakan darah pintu utama bagi masyarakat yang berada di luar kota Medan untuk memasuki kota Medan.

(15)

Kecamata Medan Amplas adalah salah satu dari 21 kecamatan di kota Medan, Sumatera Utara. Kecamatan Medan Amplas berbatasan dengan Medan Johor di sebelah barat, Kabupaten Deli Serdang di timur, Kabupaten Deli Serdang di selatan, Medan Kota dan Medan Denai di utara.

Pada tahun 2010 kecamatan Medan Amplas memiliki penduduk sebesar 88.638 jiwa. Luasnya adalah 11,19 km2 dan kepadatan penduduknya adalah 7. 921,8 jiwa/km. kecamatan ini memiliki tujuh kelurahan, diantaranya sebagai berikut:

1. Amplas

2. Sitirejo

3. Sitirejo III

4. Timbang Deli

5. Harjosari

6. Harjosari II

7. Bangun Mulia

2.4.3 Wilayah Sei Agul, Medan Barat

(16)

pedagang ini pada awalnya dilakukan di Pajak Bundaran atau sekarang ini dikenal dengan Pajak Petisah, di wilaah ini mereka melakukan proses perdagangan dan perekonomian.

Perdagangan yang dilakukan oleh masyarakat Mandailing adalah berdagang hasil-hasil alam, seperti sayuran, buah-buahan, maupun hasil kerajinan tangan seperti kain dan peralatan rumah tangga. Masyarakat Mandailing ini kemudian membentuk suatu tempat yang dianggap lebih dekat dengan tempat mereka melakukan perdagangan sehingga lebih memudahkan mereka menuju tempat perdagangan karena jarak yang tidak terlalu jauh dengan lokasi termpat tinggal. Masyarakat Mandailing memilih tinggal di daerah Sei Agul karena dianggap wilayah yang lebih dekat dengan lokasi perdagangan yang mereka lakukan.

Kecamatan Medan Barat adalah salah satu dari 21 kecamatan yang terdapat di kota Medan, Sumatera Utara. Kecamatan Medan Barat berbatasan dengan Medan Deli di sebelah barat, Medan Petisah di timur, Medan Timur di selatan, dan Medan Helvetia di utara.

Pada tahun 2010, kecamatan ini mempunyai penduduk sebesar 86.706 jiwa. Luasnya kecamatan ini adalah 6,82 km2 dan kepadatan penduduknya adalah 12.713,49 jiwa/km Medan Barat adalah salah satu daerah jasa dan perniagaan di kota Medan. Daerah Medan Barat terdapat sebuah bengkel khusus kreta api yang dimiliki oleh PT. Kreta Api Indonesia Eksploitasi Sumatera Utara ( PT. KAI.ESU ).

(17)

2. Karang Berombak

3. Pulo Brayan Kota

4. Sei Agul

5. Silalas

6. Kawasan

2.4.4 Wilayah Bandar Selamat Medan Tembung

Bandar Selamat pada perkembangannya merupakan pusat transportasi antar kota yang terdapat di kota Medan, sama hal seperti wilayah Mariendal, kecamatan Medan Amplas. Terbentuknya wilayah Bandar Selamat sebagai pusat Transportasi kota Medan dipengaruhi oleh pembangunan jalan tol yang terdapat di wilayah tersebut.

Kebijakan pemerintah kota Medan yang melarang kenderaan berat melintas di dalam kota, memunculkan pembangunan jalan tol untuk memudahkan perjalanan kenderaan berat yang ingin melintas di kota Medan.

(18)

masyarakat Mandailing yang terdiri dari beberapa marga, tujuan organisasi ini adalah untuk merekatkan hubungan antara masyarakat Mandailing di kota Medan.

2.4.5 Wilayah Pancing Medan Tembug

Dalam penelitian ini wilayah pancing Medan Tembung juga merupakan lokasi penelitian dikarenakan masyarakat Mandailing juga banyak mendiami wilayah ini,wilayah Sei Agul, wilayah ini juga merupakan daerah alternatif tempat tingal. Adanya faktor jarak dimana dalam hal ini masyarakat Mandailing yang datang ke kota Medan dengan tujuan untuk menetap memilih jarak yang dekat dengan pusat transportasi yang menghubungkan antara tempat tinggal di kota Medan dan perwakilan transportasi serta kampung halaman mereka.

Kecamatan Medan Tembung adalah salah satu dari 21 kecamatan yang terdapat di kota Medan, Sumatera Utara. Kecamatan Medan Tembung berbatasan dengan Medan Perjuangan di sebelah barat, Kabupaten Deli Serdang di Timur, Medan Denai di selatan, dan Kbupaten Deli Serdang di sebelah Utara. Pada tahun 2010, kecamatan ini mempunyai penduduk sebesar 134.113 jiwa. Luasnya adalah 7,99 km2 dan kepadatan penduduknya adalah 16.785,11 jiwa/km. kecamatan ini memiliki tujuh kelurahan diantaranya :

1. Tembung

2. Bandar Selamat

3. Indra Kasih 4. Siderejo

(19)

6. Bantan

7. Bantan Timur

2.5 Karakteristik masyarakat mandailing dikota medan

lokasi dalam penelitian ini didasarkan atas beberapa hal, seperti sejarah lokasi, letak strategis lokasi. Adapun pemilihan penelitian ini juga memperlihatkan karakteristik masyarakat Mandailing di Kota Medan, adapun karakteristik dalam hal ini dimaksudkan sebagai suatu penjelasan mengenai seberapa jauh masyarakat Mandailing di Kota Medan dalam memandang dan melakukan budayanya dalam kehidupan sehari-hari.Karakter Mandailing dalam penelitian ini dibagi atas beberapa yaitu, (1)karakter masyarakat Mandailing yang masih memegang adat budaya Mandailingsesuai dengan adat Mandailing asli tanpa berusaha menggabungkan adat budayalain yang berada di sekitarnya dimana ia tinggal, (2) karakteristik masyarakat Mandailing yang memegang adat budaya Mandailing dan berproses menggabungkannya dengan budaya lain yang berada di tempat mereka tinggal, (3)karakteristik masyarakat Mandailing yang tidak mengenal adat budayaMandailing dan memegang budaya lain seperti budaya Toba, Melayu, dankebudayaan lain yang ada dalam lingkungan dimana ia tinggal.

(20)

linguistik, sosial dan budaya. Indikator linguistik berkaitan dengan penggunaan bahasa daerah (bahasa Mandailing) dalam bentuk kehidupan sehari-hari,setidaknya penggunaan bahasa daerah dapat memberi sedikit gambaran mengenaikehidupan masyarakat Mandailing pada daerah penelitian ini, sedangkan indicator sosial adalah indikator yang berusaha menangkap perilaku, cara pandangmasyarakat Mandailing di Kota Medan seperti apakah mereka masihmenggunakan dan melakukan adat budaya Mandailing di Kota Medan. Indikator

ketiga adalah budaya, indikator ini berhubungan dengan indikator sebelumnya yaitu linguistik dan sosial.Melalui penjelasan tentang indikator yang diatas dan digunakan untuk memberikan gambaran mengenai karakteristik masyarakat Mandailing diberbagailokasi penelitian di Kota Medan, adapaun hasil dari penggunaan indikator ini adalah sebagai berikut.

Pada daerah Medan Maimun bahwa kehidupan masyarakat Mandailing dilokasi ini memiliki karakteristik masyarakat Mandailing yang sudah berpikir dan bertindak sesuai dengan lingkungan sekitar dalam hal ini dijelaskan bahwakehidupan masyarakat tersebut masih memegang budaya Mandailing danberusaha untuk menerima budaya lain yang terdapat di sekitar tempat tinggalmereka. Hal ini disebabkan kehidupan pada daerah tersebut memiliki tingkatpenduduk yang tinggi dan intesitas pergaulan yang tinggi serta factor heterogenitas penduduk di lokasi tersebut.

(21)

luarbudaya Mandailing, hal ini dilakukan sebagai salah satu upaya dalam strategisosialisasi dengan masyarakat dengan budaya yang berbeda.Di Medan Denai, karakteristik masyarakat Mandailing yang menjadibagian masyarakat daerah tersebut adalah karakteristik masyarakat yangmemegang adat budaya Mandailing dan berusaha untuk mempertahankan adat budaya mereka dalam lingkungan kehidupannya. Salah satunya terlihat padatindakan mereka yang selalu didasarkan pada aturan adat maupun kebiasaan yangmereka ketahui dari daerah asal mereka, hal ini disebabkan pada daerah inimasyarakat Mandailing mendominasi pada daerah tersebut.

2.6 Sistem Religi

Pada masa sekarang ini masyarakat Mandailing umumnya menganut agama Islam. Ada pula yang menganut agama Kristen. Nenek moyang merekasebelum masuknya agama Islam maupun Kristen masih mempercayai animism atau dikenal dengan Pelebegu (suatu pemujaan terhadap roh nenek moyang). Ajaran religi tersebut mengakui adanya bermacam makhlus halus dan kekuatankekuatangaib yang dapat menimbulkan pengaruh buruk, misalnya penyakit danmala petaka atas diri manusia (Parlaungan Ritonga 1997:10).

(22)

Sistem animisme ini mulai terhapus sekitar tahun 1820 sejak agama Islammasuk ke Mandailing yang dibawa oleh Kaum Padri dari Minangkabau. Ajaran yang dibawa langsung oleh Kaum Padri ini adalah ajaran Agama Islam aliranWahabiah, yang dipandang ―keras‖ dalam masalah bid’ah. Mereka tidakkompromi dengan masyarakat dan pemuka

adat Mandailing. Siapa saja yang tidakmau masuk ke agama Islam akan menjadi budak kepada Kaum Padri. Lamakelamaanmasyarakat Mandailing menerima agama Islam, dan akhirnya agamaIslam menjadi berkembang di seluruh daerah Mandailing.Setalah Masyarakat Mandailing memeluk agama Islam, membawapengaruh terhadap upacara-upacara animisme. Karena agama Islam melarangsetiap kaumnya berhubungan dengan roh-roh yang dipuja pada upacara ritualtersebut, karena dianggap bertentangan dengan ajaran agama Islam.

Sekitar tahun 1839 agama Kristen mulai masuk ke daerah Mandailing yang dibawa oleh para pendeta. Masyarakat Mandailing tidak banyak yangmenganut agama Kristen karena telah terlebih dahulu menganut agama Islam.

2.7 Bahasa

(23)

sesuai pemakainyabahasa Mandailing terdiri dari 5 tingkatan, yaitu sebagai bertikut.

1. Bahasa adat (bahasa pada waktu upacara adat), 2. Bahasa andung (bahasa waktu bersedih),

3. Bahasa parkapur (bahasa ketika di hutan), 4. Bahasa na biaso (bahasa sehari-hari), dan 5. Bahasa bura (bahasa waktu marah atau kasar).

Pertuturan bahasa Mandailing masih dipergunakan pada saat tertentu,misalnya dalam upacara peradatan, arisan, perkumpulan keluarga, atau perkumpulan marga, dan lainnya. Walau demikian, bahasa Mandailing tentu sajaakan mengikuti perubahan dan kontinuitas kebudayaan yang dipengaruhi olehkebudayaan di sekitarnya, nusantara, dan dunia.

2.8 Sistim kekerabatan masyarakat mandailing

(24)

tertuang dalam beberapa lembaga adatyaitu: (1) patik, (2) ugari, (3) uhum, dan (4) hapantunon.Patik adalah peraturan adat yang tidak boleh dilanggar, jika dilanggar akandihukum, sebagaiman patik sebagai peraturan yang dipakai untuk pedoman agarsemua kegiatan dalam kehidupan dapat menciptakan kasih sayang , atau tidakmenimbulkan pertentangan atau pergesekan kepada masyarakat.

Ugari adalahkebiasaan yang diangkat seperti peraturan. Jadi adat kebiasaan yang diadatkandari suatu daerah tidak merusak adat.Selanjutnya uhum adalah sanksi hukum terhadap perlanggaran atasperaturan seperti patik, ugari, dan hapantunon. Uhum atau sanksi pelanggaran itubertingkat-tingkat mulai dari teguran, denda, pasung, diusir dari kampong, dankepada hukuman mati.

Hapantunon adalah salah satu adat istiadat yang bertujuan memperhalus

(25)

termasuk saama-saibu(seayah dan seibu), saompu (satu nenek), saparaman (satu bapak), sabana(seketurunan), sapangupaan (kakek bersaudara kandung), dan sakahanggi (orangorang satu marga dalam satu kampung).Anak Boru adalah tempat pemberian anak-anak gadis dari kelompok kitatadi. Atau kelompok kerabat yang menerima anak gadis dari pihak mora. Danbiasanya pihak keluarga anak boru hormat kepada pihak moranya. Di sisi lain,mora adalah kelompok saudara-saudara dari istri-istri dari pihak kita atau tempatpengambilan anak-anak gadis dalam perkawinan.

Dari hasil keputusan musyawarah dari ketiga kelompok inilah atau dari pihak kahanggi, anak boru, dan mora terciptanya adat Mandailing yang dikatakanadat markoum marsisolkot. Apabila salah satu kelompok diantaranya tidak diikutsertakan, maka upacara adat Mandailing yang berdasarkan adat-istiadat markoummarsisolkot tidak tercipta, atau dengan perkataan lain dibatalkan sama sekali.Di Mandailing menganut Marga yang diturunkan melalui dari marga ayahatau disebut dengan patrilineal. Orang-orang yang atau garis keturunan patrilinealini di daerah Mandailing dikelompokan menjadi marga yang dimaksud samadengan clan. Adapun marga yang terdapat di Mandailing yaitu (a) Nasution, (b)Lubis, (c) Pulungan, (d) Rangkuti, (e) Batu Bara, (f) Dulae, (g) Matondang, (h)Parinduri, dan (i) Hasibuan. Marga Lubis

dan Nasution merupakan marga yangpaling banyak jumlah warganya di daerah Mandailing. Setiap anggota masyarakat yang mempunyai marga, akan meletakkan

(26)

dahulu.Marga adalah suatu yang memiliki nilai-nilai solidaritas di dalam keluargamaupun di masyarakat. Orang-orang yang semarga dianggap bersaudara atau satuketurunan yang disebut markahanggi.Sistim kekerabatan lain yang luas dari marga juga terdapat padamasyarakat Mandailing. Sistim kekerabatan ini didasari oleh adanya suatu ikatandarah dan ikatan perkawinan antara anggota kelompok marga yang ada padamasyarakat. Ikatan darah dan perkawinan inilah yang melahirkan sistim social yang dilandasi dengan hubungan kekerabatan yang dinamakan dalihan na tolu.

2.7 Kesenian

Masyarakat Mandailing sudah mengenal kesenian sejak zaman dahulu, seni musik yang hidup pada saat itu sangat berkaitannya dengan sistim kepercayaan lama atau dengan Pelebegu (menyembah roh nenek moyang). Setiap melakukan upacara ritual atau keagamaan pada masa itu, musik digunakan sebagai perantaraan dalam upacara. Di dalam kehidupan masyarakat Mandailing pada masa pra-Islam, musik merupakan bahagian yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan keagamaan (religi) dan upacara-upacara adat, baik itu upacara-upacara yangbersifat suka cita yang dinamakan siriaon, ataupun upacara adat siluluton, yaituupacara adat duka cita.Sistim

(27)

keagamaan sebagai hal yang biasa menambahsuasana keramat atau sakral (Koentjaraningrat 1980:245).

Dalam tradisi di Mandailing pada masa pra-Islam pemujaan itu selalu menggunakan seorang perantara yang dinamakan Si Baso. Sedangkan bunyi bunyian suci diperkirakan adalah ensambel gondang maupun gordang. Di sisilain, pemain musik yang ahli pada masa itu dinamakan

datu peruning-uninganatau datu pargondang. Hal ini karena dipercayai

mereka belajar bermain music bukan dari manusia, melainkan dari begu. Yang secara khusus pula begu memberikan irama-irama gondang kepada datu paruning-uningan. Setelah masukdan berkembangnya agama Islam di daerah Mandailing, penggunaan musik yangditujukan kepada roh nenek moyang tidak dibenarkan untuk ditampilkan, karena hal itu sangat bertentangan dengan ajaran agama Islam. Misalnya tradisimangandung (meratap di hadapan jenazah) yang dilakukan pada upacara adatsiluluton (duka cita). Mangandung pada adat siluluton adalah suatu perbuatanyang tidak diperkenankan yang tidak sesaui dengan kaidah ajaran Islam.

Dalam bentuk nyanyian biasanya masyarakat dibawakan secara solo. Misalnya jenis nyanyian ungut-ungut. Nyanyian ini sering dibawakan oleh anakmuda (meskipun siapa saja boleh membawakannya) sebagai nyanyian pelipur larayang melukiskan tentang rasa duka dalam hal percintaan, dan dinyanyikan tidak didepan umum atau secara tertutup hanya secara pribadi.

(28)

ataupun anakanakgadis akan mendendangkan nyanyian nyanyian agar buah hatinya tertidur.

Tradisi bernyanyi seperti ini jarang hampir tidak dipergunakan oleh masyarakatterutama ibu rumah tangga. Hal ini disebabkan perkembangan zaman yangberubah ubah.Secara khusus masyarakat Mandailing menggunakan istilah ende untukmenyebutkan segala jenis nyanyian atau seni vokal yang terdapat pada masyarakattersebut. Walaupun pada tiap nyanyian yang dibawakan oleh masyarakat yangmempunyai fungsi berbeda-beda seperti contoh di atas.

Adapun jenis alat musik di masyarakat Mandailing yang sumber bunyinyadari udara yang disebut dengan aerofon, yaitu (a) tulila, merupakan alat music tiup yang digunakan oleh para anak-anak muda untuk memikat anak gadis yangdilakukan pada malam hari. Sang pemuda mendatangi rumah si gadis untukberdialog secara berbisik dari dibali dinding tentang rasa cinta antara keduanya. (b) uyup-uyup, merupakan alat musik tiup yang ter buat dari batang padi.Digunakan oleh para pemuda sebagai hiburan di sawah-sawah, dan tidak jarangpula untuk menarik perhatian oleh para gadis-gadis. (c) ole-ole atau olang-olangyang merupakan alat musik tiup ini terdapat lilitan daun kelapa

(29)

Alat musik ini terdiri dari dua buah gondang. Keduanya memliki ukuran danbentuk yang sama dan kegunaan gondang dua atau gondang boru ini digunakanpada upacara adat siriaon (suka cita) misalnya perkawinan yang berfungsi untukmenjemput pengantin perempuan, dan upacara siluluton (duka cita) misalnyaupacara kematian. (b) gordang tano, gordang tanoh ini terbuat dari tanah yangdikorek kemudian ditutup dengan papan dan dibuat tiang penyangga yangfungsinya untuk mengikat rotan. Rotan inilah yang dipukul untuk menghasilkanbunyi. Gordang tano digunakan uttuk menurunnkan hujan, tetapi pada saatsekarang sudah sulit untuk ditemui. (c) gordang sambilan, endambel ini terdiridari sembilan buah gordang yang bentuknya panjang dan besar dengan ukuranyang berbeda-beda. Nama-nama gordang ini tidak sama di wilayah Madailingseperti di daerah Pakantan, Huta Pungkut, dan Tamiang.

Untuk sepasang gordangyang paling besar di daerah Pakantan disebut : jangat

(1,2), hudong-kudong (3,4),panduai (5,6), patolu (7,8) dan enek-enek (9),

sedangkan di daerah Hutapungkutdan Tamiang disebut jangat yang dibagi

dalam tiga bagian yaitu (1) jangat siangkaan, (2) jangat silitonga , dan (3)

jangat sianggian, (4,5) pangaloi, (6,7)paniga, (8) hudong-kudong, (9) teke-teke

(Hutapungkut), eneng-eneng (Tamiang).Gordang Sambilan terbuat dari pohon

ingul tetapi pada saat sekarang tidak jarangmemakai batang pohon kelapa

karena pohon ingul sulit ditemukan. Untukmembrannya yaitu kulit lembu yang

diikat dengan rotan yang besarnya jarikelingking orang dewasa dan cara

memainkannya dipukul dengan sepasangbatang kayu. Gordang Sambilan

digunakan di dalam upacara siriaon (suka cita)misalnya upacara pernikahan,

(30)

gordang lima, dipergunakan lima buah gordang yangmemiliki ukuran dan

nama yang berbeda-beda. Ukuran yang terbesar bernamajangat. Kemudian

ukuran selanjutnya hudong kudong, ukuran yang ketigadinamaka padua, yang

keempat adalah patolu, dan yang terkecil adalah enekenek.Gordang lima

digunakan pada zaman dahulu untuk memohon kepada rohnenek moyang

mereka.Alat musik Mandailing lainnya yang bersifat kordofon yaitu

gondangbulu, dalam subklasifikasi ziter tabung dan mempunyai dawai yang

bersifatidiokordik. Gondang Bulu digunakan untuk menghibur dan mengiringi

anak-anakgadis berlatih tarian tortor.Jebis kesenian alat musik Mandailing

yang sumber bunyinya berasal daridirinya sendiri (idiofon) terdiri dari yaitu (a)

tali sasayak, (b) ogung jantan (lebihkecil dari ogung boru), (c) ogung betina

atau ogung boru, (d) doal, (e) momonganyang terdiri dari (1) pamulusi, (2)

panduai, dan (3) panolongi.

Yang sebenanya tortor menurut aslinya bukanlah tarian tetapi sebagai

pelengkap gondang berdasarkan kepada falsafah adat. Tortor yang

dilakukandengan gerakan tertentu mempunyai ciri khas, makna, dan tujuan

tertentu

2.10 Organisasi Masyarakat Mandailing Di kota medan

Dari beberapa wilayah yang tersebar di Kota Medan,masing-masing

wilayah memiliki organisasi masyarakat yang menjadi wadah persatuan

masyarakat oleh aspek-aspek tertentu. organisasimasyarakat yang menjadi

gambaran mengenai masyarakat Mandailing di KotaMedan terdapat pada

(31)

maupun asal daerah.Organisasi masyarakat penting untuk dijelaskan dalam

penelitian ini,

karena organisasi masyarakat merupakan perkumpulan bagi masyarakat

Mandailing yang berdomisili di Kota Medan, HIKMA (Himpunan Keluarga Besar

Mandailing) di Kota Medan memiliki beberapa perwakilan, yaitu: DewanPengurus

Daerah (DPD) Provinsi Sumatera Utara dan Dewan Pengurus Cabang(DPC)

terdapat di Jln. Letda Sutjono, Medan.

Awal mulanya terbentuknya organisasi masyarakat mandailing ini

dikarenakan bermula dari misi budaya merantau pada masyarakat mandailing telah

membentuk asosiasi/organisasi yang didirikan oleh para perantau dari mandailing

mereka mendirikan perkumpulan persaudaraan setia mandailing pada tahun 1917,

kemudian perkumpulan persatuan mandailing lahir pada awal tahun 1930an. Yang

memiliki tujuan agar memperkuat persatuan pada masyarakat mandailing.

Pendirian organisasi ini adalah guna menumbuhkan kesadaran masyarakat

mandailing untuk memulai pembangunan dari dasar ataupun dari diri mereka

sendiri. Selain itu juga bertujuan untuk menyambut pendatang – pendatang baru

dalam berbagai pertemuan, didalam pertemuan – pertemuan itu terdapat

perdebatan yang terjadi didaalam pertemuan itu dimana membahas mengenai

mandailing dan kebudayaannya. Bagaimana cara agar masyarakat mandailing yang

berada diperantauan ikut serta menjadi motivator pembangunan didaerahnya.

Mengenai masalah organisasi dan masyarakat mandailing, bukanlah suatu

pekerjaan yang ringan melainkan dibutuhkan seorang pemimpin yang tegas,

(32)

Selama ini organisasi yang dibentuk hanyalah berbentu STM serikat tolong

menolong, dimana hanya berfungsi sebagai dibidang pengajian, dan kemalangan

saja. Kemudian dibentuklah salah satu organisasi yang dimana lembaga ini

berfungsi sebagai persatuan masyarakat mandailing maka dibentuklah organisasi

yang bernama HIKMA (himpunan keluarga besar mandailing).

Selain HIKMA adapun organisasi yang berlandaskan marganya yakni

IKANAS (Ikatan Marga Nasution) organisasi masyarakat yang didasarkanpada

marga Nasution, organiasi ini tidak saja beranggotakan marga Nasutionmelainkan

juga menerima marga lainnya sesuai dengan kontribusi yang diberikanpada

organisasi.Organisasi lainnya pada umumnya organisasi masyarakat ini

berbasiskankepada garis keturuan yang didasarkan pada marga ataupun tempat asal

(daerahMandailing). Dengan demikian, organisasi masyarakat Mandailing ada

yanglebnih umum dan ada pula yang lebih spesifik, berdasar daerah tertentu saja.

2.11 Sistem pencaharian Masyarakat Mandailing Di Kota Medan

Umumnyamata pencaharian masyrakat mandailing di mandaiing

adalahbertani (Mandailing Godang) dan berkebun (Mandailing Julu). Sementara

masyarakat mandailing yang sudah berdomisili di Kota Medan, sistem

matapencaharian yang mereka kerjakan adalah kebanyakan pegawai negeri

maupunswasta ataupun sebagai pejabat-pejabat lainnya. Misalnya Wali Kota

Medan yang sekarang ini yaitu Drs. Rahudman Harahap. M.M.

Selain itu, ada juga pekerjaan yang dikerjakan masyakat mandailing

sebagai pedagang, pemain musik, atau pekerjaan lainnya seperti supir

angkot,becak dan pengusaha itu semua yang mereka kerjakan untuk

(33)

untukbersaing secara sehat dengan berbagai kelompok etnik lain di Kota Medan,

diberbagai bidang kehidupan, dalam rangka membangun Medan, Sumatera

Gambar

Gambar 2. 1 Monument Guru Patimpus di persimpangan jalan Gatot Subroto, Medan. Diakses dari WWW.WIKIPEDIA.COM  PADA TANGGAL 12 OKTOBER 2016

Referensi

Dokumen terkait

KEPALA BAGIAN HUBUNGAN

The result showed that: the efficiency of electro coagulation with mixing is better than electro coagulation without mixing to reduce the initial turbidity of 100 NTU; the

MAKASSAR, 18 Januari 2016 PENGUKURAN KINERJA ESELON III TAHUN 2015. BIRO HUMAS

menggunakan server yang terkoneksi melalui data center (Sub Domain) Jumlah pengunjung website. Jumlah SKPD lingkup kantor gubernur Kegiatan

Methodology and results: The measurement industrial noise was measured using a Sound Level Meter at 45 sampling points spread across two gas processing zones is

publik yang ada dalam instansi atau perusahaan tersebut. Sudah tentu suasana di dalam badan atau perusahaan itu sendiri yang menjadi target internal Public Relations ,

Proses ini dilakukan dengan melalui suatu bentuk campur tangan pemerintah yang dinamakan Exchange Control (EC), artinya suatu bentuk campur tangan pemerintah

Pada dasarnya tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia dalam Islam, yaitu mencetak pribadi-pribadi hamba Allah yang bertakwa kepada-Nya dan