• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skripsi. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Manajemen Program Studi Manajemen. Oleh: Ebenheizer Leko NIM:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Skripsi. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Manajemen Program Studi Manajemen. Oleh: Ebenheizer Leko NIM:"

Copied!
167
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH ORIENTASI STRATEGI, ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN DAN ORIENTASI PASAR TERHADAP KINERJA PEMASARAN

Studi Pada Warung Burjo/Warmindo di Kabupaten Sleman Yogyakarta

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Manajemen

Program Studi Manajemen

Oleh: Ebenheizer Leko

NIM: 162214040

PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2020

(2)

iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN

Kemudian Samuel mengambil sebuah batu dan mendirikannya antara Mizpa dan Yesana ; ia menamainya Eben-Haezer, katanya: “Sampai di sini TUHAN menolong

kita.” (1 Samuel 7:12)

Percaya akan dirimu, akan segenap kemampuanmu, jangan takut terjatuh dan tetap semangat

Skripsi ini saya persembahakan kepada

Tuhan Yang Maha Esa Kedua Orang tua saya

Saudara kandung saya

(3)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN BIMBINGAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KARYA TULIS ... v

HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI ... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii

HALAMAN DAFTAR ISI ... ix

HALAMAN DAFTAR TABEL ... xii

HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xiii

HALAMAN LAMPIRAN ... xiv

HALAMAN ABSTRAK ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II LANDASAN TEORI ... 10

A. Orientasi Strategi ... 10

1. Definisi Orientasi Strategi ... 10

2. Pengukuran Orientasi Strategi... 11

B. Orientasi Kewiraushaan ... 16

1. Definisi Orientasi Kewirausahaan... 16

2. Pengukuran Orientasi Kewirausahaan ... 17

C. Orientasi Pasar ... 19

1. Definisi Orientasi Pasar... 19

2. Pengukuran Orientasi Pasar ... 22

(4)

x

1. Definisi Kinerja Pemasaran... 24

2. Pengukuran Kinerja Pemasaran ... 27

E. Penelitian Terdahulu ... 30

F. Kerangka Berpikir ... 33

G. Hipotesis ... 35

BAB III METODE PENELITIAN... 37

A. Jenis Penelitian ... 37

B. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 37

C. Variabel Penelitian ... 38

D. Pengukuran Skala Variabel ... 45

E. Populasi dan Sampel ... 46

F. Unit Analisis ... 46

G. Teknik Pengambilan Sampel... 47

H. Sumber Data ... 47

I. Teknik Pengumpulan Data ... 47

J. Teknik Pengujiana Instrumen ... 48

K. Teknik Analisis Data ... 50

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 59

A. Sejarah Perusahaan... 59

B. Warna Banner Pada Warung Burjo/Warmindo ... 60

C. Menu Warung Burjo/Warmindo ... 61

D. Fasilitas ... 62

E. Fakta Warung Burjo/Warmindo ... 62

F. Karyawan ... 63

G. Identitas Responden……….. 63

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 71

A. Proses Penelitian ... 71

B. Pengujian Instrumen... 72

1. Uji Validitas ... 72

2. Uji Reliabilitas ... 76

C. Hasil Analisis Data ... 78

1. Analisis Deskriptif ... 78

2. Analisis Linear Berganda ... 86

3. Uji Asumsi Klasik ... 87

4. Uji Hipotesis ... 92

D. Pembahasan ... 95

BAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITI ... 100

(5)

xi

B. Saran ... 100 C. Keterbatasan Peneliti ... 104 DAFTAR PUSTAKA ... 105

(6)

xii

DAFTAR TABEL

II.1. Peneliti Terdahulu ... 30

III.1. Variabel, Indikator, dan Pernyataan Kuesioner ... 40

III.2. Nilai Interval dan Kategori... 51

V.1. Hasil Uji Validasi Orientasi Strategi ... 73

V.2. Hasil Uji Validasi Orientasi Kewirausahaan ... 74

V.3. Hasil Uji Validasi Orientasi Pasar ... 75

V.4 Hasil Uji Validasi Kinerja Pemasaran ... 76

V.5. Hasil Uji Reliabilitas ... 77

V.6. Karakterk Responden Berdasarkan Usia ... 78

V.7. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Usaha ... 79

V.8. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Kerja Warung ... 79

V.9. Karakteristik Responden Berdasarkan Banyaknya Karyawan ... 80

V.10. Skala Data Orientasi Strategi, Orientasi Kewirausahaan, Orientasi Pasar dan Kinerja Pemasaran ... 81

V.11. Hasil Analisis Deskriptif Variabel Orientasi Strategi ... 82

V.12. Hasil Analisis Deskriptif Variabel Orientasi Kewirausahaan ... 83

V.13. Hasil Analisis Deskriptif Variabel Orientasi Pasar ... 84

V.14. Hasil Analisis Deskriptif Variabel Kinerja Pemasaran ... 85

V.15. Hasil Uji Linear Berganda... 86

V.16. Hasil Uji Multikolinearitas ... 87

V.17. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 89

V.18. Hasil Uji Normalitas... 91

V.19. Hasil Uji T ... 92

(7)

xiii

V.21. Hasil Uji Determinasi ... 95

DAFTAR GAMBAR

II.1. Kerangka Berpikir ... 34

IV. Warna Banner Pada Warung Burjo/Warmindo ... 60

(8)

xiv DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN 1 ... 108 LAMPIRAN 2 ... 115 LAMPIRAN 3 ... 118 LAMPIRAN 4 ... 123 LAMPIRAN 4.1 ... 124 LAMPIRAN 4.2 ... 129 LAMPIRAN 4.3 ... 134 LAMPIRAN 4.4 ... 139 LAMPIRAN 5 ... 144

(9)

xv

ABSTRAK

PENGARUH ORIENTASI STRATEGI, ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN DAN ORIENTASI PASAR TERHADAP KINERJA PEMASARAN

Studi pada Warung Burjo/Warmindo di Kabupaten Sleman, Yogyakarta

Ebenheizer Leko

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2020

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) besarnya pengaruh orientasi strategi terhadap kinerja pemasaran warung burjo/warmindo di Kabupaten Sleman,Yogyakarta 2) besarnya pengaruh orientasi kewirausahan terhadap kinerja pemasaran warung burjo/warmindo di Kabupaten Sleman, Yogyakarta 3) besarnya pengaruh orientasi pasar terhadap kinerja pemasaran warung burjo/warmindo di Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Populasi penelitian dalam penelitian ini adalah pemilik warung burjo/warmindo di Kabupaten Sleman, Yogyakarta, sampel dalam penelitian ini adalah pemilik warung burjo/warmindo dengan jumlah sampel 80 responden dan pengambilan sampel menggunakan teknik convenience sampling. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah Analisis Jalur menggunakan Aplikasi SPSS 23. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa (1) orientasi strategi tidak berpengaruh positif terhadap kinerja pemasaran (2) orientasi kewirausahaan berpengaruh positif terhadap kinera pemasaran (3) orientasi pasar tidak berpengaruh positif terhadap kinerja pemasaran.

Kata Kunci : Orientasi Strategi, Orientasi Kewirausahaan, Orientasi Pasar, Kinerja Pemasaran.

(10)

xvi ABSTRACT

THE INFLUENCE OF STRATEGY ORIENTATION, ENTREPRENEURIAL ORIENTATION AND MARKET ORIENTATION ON MARKETING PERFORMANCE

Study on Burjo/Warimindo in Sleman District, Yogyakarta

Ebenheizer Leko Sanata Dharma University

Yogyakarta 2020

The aim of study was to find out : 1) The influence of strategy orientation towards marketing performance Burjo/warmindo in Sleman District, Yogyakarta 2) The influence of entrepreneurial orientation towards marketing performance Burjo/warmindo in Sleman District, Yogyakarta 3) The influence of market orientation towards marketing performance Burjo/warmindo in Sleman District, Yogyakarta. The population in this study was the owner of the Burjo/warmindo with 80 respondents and sampling using convenienve sampling techniques. The data analysis technique in this study is Path Analysis using the SPSS 23 software. The results of this research indicated date (1) strategic orientation did not have a positive influence towards marketing performance (2) entrepreneurial orientation had a influence towards marketing performance (3) market orientation did not have a positive influence marketing performance

Keywords : strategic orientation, entrepreneurial orientation, market orientation, marketing performance.

(11)
(12)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tiap usaha kecil menengah mempunyai tujuan untuk memajukan usahanya,

mempertahankan usahanya tidak termakan oleh jaman dan bertujuan untuk jangka

panjang, jaman yang semakin maju tiap usaha kecil menengah dituntut untuk

mengembangkan strategi-strategi dalam bidang manajemen pemasaran sehingga

mampu beradaptasi dengan lingkungan yang dinamis, usaha kecil menengah ini

mampu bertahan karena mereka telah mulai menerapkan visi kewirausahaannya

(entrepreneurial visions). Menurut Prawirokusumo (2010:3), kewirausahaan

selalu berhubungan dengan pembentukan usaha kecil atau dalam proses sebagai

suatu kegiatan ekonomi dalam menciptakan kesejahteraan hidup yang merupakan

bagian dari upaya yang berhubungan dengan pengusaha itu sendiri, sehingga

wirausaha dapat bertahan dan bertumbuh.

Usaha kecil menengah yang bertahan di lingkungan dinamis dengan tingkat

persaingan yang tinggi tentu sangat membutuhkan strategi, dalam usaha kecil

menengah strategi orientasi pasar, orientasi kewirausahaan, orientasi strategi dan

kinerja pemasaran sangat berhubungan dalam menjaga dan meningkatkan usaha

kecil menengah, menurut Prawirokusumo (2010:4) kewirausahaan adalah suatu

(13)

atau innovative dalam upaya untuk memperoleh sesuatu untuk dirinya dan memberi

nilai tambah bagi masyarakatnya, yang dimaksud di sini adalah tidak hanya

keuntungan tetapi juga knowledge dan wisdom. Seorang wirausaha usaha kecil

menengah harus berani mengambil resiko dan melihat peluang yang dapat

dimanfaatkan, dalam Prawirokusumo (2010:5) wirausaha adalah orang yang

melakukan kegiatan dalam proses mendapatkan laba dan nilai tambah bagi

masyarakatnya. Menurut Fahmi (2013:218) risiko dapat ditafsirkan sebagai bentuk

keadaan ketidakpastian tentang suatu keadaan yang akan terjadi nantinya (future)

dengan keputusan yang diambil berdasarkan berbagai pertimbangan pada saat ini.

Menurut Fahmi (2013:81) kreativitas adalah kemampuan untuk mengembangkan

gagasan-gagasan baru dan untuk menemukan cara-cara baru dalam melihat

masalah dan peluang.

Selain kreativitas dan menanggung resiko, masi ada beberapa faktor dari

kewirausahaan seperti motivasi kewirausahaan, kepemimpinan dan pengaruh

globalisasi, menurut Fahmi (2013:13) secara umum memang ada hubungan kuat

antara motivasi dan kewirausahaan, karena sesuatu yang mendorong seseorang

untuk menjadi wirausahawan karena didorong oleh motivasi yang tinggi. Menurut

Fahmi (2013:300) untuk menjadi seorang entrepreneur sejati dibutuhkan

kepemilikan karakteristik yang bertipe entrepreneur dengan tujuan agar yang

bersangkutan dapat dianggap benar-benar siap untuk menjadi seorang

(14)

Menurut Kotler & Keller (2008:5) pemasaran adalah mengidentifikasi dan

memenuhi kebutuhan manusia dan sosial, salah satu definisi yang baik dan singkat

dari pemasaran adalah memenuhi kebutuhan dengan cara yang menguntungkan.

Dalam menjalani usaha tentu butuh pemasaran hubungan (relationship marketing)

bertujuan untuk membangun hubungan jangka panjang yang saling memuaskan

dengan konstituen kunci guna mendapatkan dan mempertahankan bisnis menurut

Kotler dan Keller (2008:21). Manajemen hubungan pelanggan adalah proses

mengelola informasi rinci tentang pelanggan perorangan dan semua titik kontak

pelanggan secara seksama untuk memaksimalkan loyalitas pelanggan menurut

Kotler dan Keller (2008:148). Tidak diragukan lagi, tren dan kekuatan yang

menentukan abad ke-21 juga mengarahkan perusahaan-perusahaan bisnis

serangkaian kepercayaan dan praktik baru menurut Kotler dan Keller (2008:20).

Dalam melakukan pemasaran terkait dengan harga, perilaku dan sebagainya

diperlukan penyeimbangan rasional dengan pelanggan, perlu melakukan

pendekatan pada orientasi pada pelanggan dan pada pesaing. Menurut Mankiw

(2018:74) pasar persaingan pasar untuk menjelaskan pasar di mana terdapat banyak

pembeli dan penjual sehingga masing-masing pembeli atau penjual memiliki

pengaruh yang sangat kecil terhadap harga pasar. Menurut Mankiw (2018:74)

pasar adalah sekelompok pembeli dan penjual dari suatu barang atau jasa. Sebagai

suatu kelompok, para pembeli menentukan seberapa banyak permintaan barang

(15)

seberapa banyak penawaran barang tersebut. Menurut Mankiw (2018:159) surplus

konsumen dan surplus produsen adalah metode-metode dasar yang digunakan para

ekonom untuk mempelajari kesejahteraan pembeli dan penjual dalam suatu pasar.

Warung burjo adalah salah satu usaha kecil menengah yang menjual beberapa

jenis makanan kuliner baik itu kuliner asli ataupun gabungan dari beberapa

makanan instan, dan warung burjo merupakan salah satu warung makanan para

mahasiswa dan warung burjo selalu ada di tempat dekat sekitaran kampus dan

harganya yang tergolong murah atau harga sesuai dengan dompet mahasiswa

membuat warung burjo banyak diminati, menu utama makanan dari warung Burjo

seperti namanya yaitu bubur kacang ijo, tetapi seiring berjalannya waktu dan

tuntutan permintaan yang berbeda dan tinggi membuat warung burjo menambah

beberapa menu makanan seperti nasi telur, mie instan, nasi ayam dan lain

sebagainya. Masalah yang dihadapi oleh warung burjo/warmindo adalah jaman

yang semakin berubah, banyak warung-warung makanan baru yang muncul dengan

strategi dan cara mereka pemasaran yang berbeda. Teknologi yang semakin maju

membuat persaingan semakin ketat karena warung-warung modern menggunakan

teknologi sebagai media pemasaran mereka.

Warung makan saat ini sudah banyak yang menggunakan teknologi untuk

meningkatkan kinerja pemasaran, dengan menggunakan teknologi pemilik warung

dapat meningkatkan kinerja pemasaran warung mereka, warung makan saat ini

(16)

transaksi pada pelanggan mereka, dengan adanya pembayaran digital dapat

mempermudah pelanggan melakukan pembayaran tanpa harus megeluarkan uang

di dalam dompet mereka dan tidak menunggu untuk dikembalikan uang kembalian,

ada juga mesin kasir, dengan menggunakan mesin kasir maka tersimpan data menu

makanan dan minuman yang di pesan oleh pelanggan warung mereka, sehingga

pemilik warung dapat mengetahui jenis menu makanan apa saja yang paling banyak

di pesan dan jenis menu makanan apa saja yang paling sedikit di pesan oleh

pelanggan mereka, jadi dapat mengetahui mana jenis menu andalan yang paling di

sukai konsumen mereka, kemudian ada juga kamera cctv, fungsi utama dari kamera

cctv adalah untuk mengawasi tempat yang di pasang kamera cctv aman atau tidak,

namun kamera cctv mempunyai nilai lebih, yaitu pemilik warung dapat mengetahui

berapa banyak pelanggan yang datang di tempat mereka, mengetahui pada jam

berapa warung ramai dan pada jam berapa warung mereka sepi, mengetahui

perempuan atau laki-laki yang paling banyak ke warung mereka dan mengetahui

rentan usia berapa yang sering datang di warung mereka, sehingga pemilik warung

dapat mengetahui mana pelanggan utama mereka dan mengetahui potensial

pelanggan utama mereka, dengan menggunakan teknologi dapat berdampak pada

kinerja pemasaran semakin membaik.

Masalah yang peneliti lihat dalam penelitian ini yaitu warung burjo sejak awal

sampai dengan saat ini, sebagian besar warung burjo tidak menggunakan teknologi

(17)

lainnya, tetapi warung burjo/warmindo tetap bertahan dan semakin banyak yang

membuka warung burjo hingga saat ini, dari masalah yang peneliti lihat, peneliti

membuat rumusan masalah apakah ada pengaruh orientasi strategi, orientasi

kewirausahaan dan orientasi pasar terhadap kinerja pemasaran pada warung

burjo/warmindo di kabupaten Sleman, Yogyakarta.

Artikel dalam Aziz (2016) Badan Pusat Statistik (BPS) Yogyakarta tahun 2013 mencatat bahwa, UNY menampung 32.464 mahasiswa, sedangkan UGM dijejali oleh 15.110 mahasiswa. Total, setidaknya ada 47.000 calon pelanggan potensial warung-warung burjo. Artikel dalam Aziz (2016) menjelaskan bahwa data laporan Tempo pada tahun 2012 yang membahas tentang jumlah uang beredar di Yogyakarta, dapat ditotal mahasiswa menghabiskan Rp 423,8 miliar per bulan dengan rata-rata pengeluaran mahasiswa per bulan Rp. 1,8 juta. Uang tersebut sudah termasuk untuk pembiayaan hidup seperti sewa tempat tinggal (kos), fasilitas kuliah dan makan, serta transportasi hingga uang pulsa selama sebulan.

Artikel dalam Aziz (2016) Menurut peneliti senior Bank Indonesia, Djoko Raharto, "Kebutuhan untuk makan dan minum mencapai 3.48 persen dari Produk Domestik Regional Bruto, dimana biaya hidup dan pendidikan mahasiswa mencapai Rp 423.8 miliar, menyumbang 9.82 persen dari PDRB." Dengan memanfaatkan peluang yang ada tersebut, maka membuka warung makan dapat menjadi salah satu peluang usaha yang menjanjikan dengan membidik pasar mahasiswa.

(18)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Adakah pengaruh orientasi strategi terhadap kinerja pemasaran Warung

Burjo/Warmindo di Kabupaten Sleman Yogyakarta?

2. Adakah pengaruh orientasi kewirausahaan terhadap kinerja pemasaran

Warung Burjo/Warmindo di Kabupaten Sleman Yogyakarta?

3. Adakah pengaruh orientasi pasar terhadap kinerja pemasaran Warung

Burjo/Warmindo di Kabupaten Sleman Yogyakarta?

C. Pembatasan Masalah

Sehubungan dengan banyaknya masalah yang ada, maka dalam penelitian ini

adanya pembatasan masalah yang membahas tentang bagaimana pengaruh

orientasi strategi, orientasi kewirausahan, orientasi pasar dan kinerja pemasaran :

1. Responden yang meliputi : pengusaha burjo kabupaten Sleman

2. Variabel yang akan diteliti adalah orientasi strategi, orientasi kewirausahaan,

orientasi pasar dan kinerja pemasaran.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan

adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh orientasi strategi terhadap kinerja pemasaran

(19)

2. Untuk mengetahui pengaruh orientasi kewirausahaan terhadap kinerja

pemasaran Warung Burjo di Kabupaten Sleman..

3. Untuk mengetahui pengaruh orientasi pasar terhadap kinerja pemasaran

Warung Burjo di Kabupaten Sleman.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

Manfaat Teoritis

1. Bagi Penulis

Penelitian inidapat memberikan informasi scara tertulis atau referensi

mengenai orientasi strategi, orientasi pasar dan orientasi kewirausahaan dalam

kaitanya dengan kinerja pemasaran suatu perusahaan.

2. Bagi Pembaca

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan pengetahuan sebagai

sarana aplikasi terhadap ilmu yang didapat dibangku perkuliahan dalam bidang

pemasaran oleh penulis khususnya, yang berkaitan dengan orientasi strategi,

orientasi pasar dan orientasi kewirausahaan dalam kaitanya dengan kinerja

pemasaran suatu perusahaan.

Manfaat Praktis

1. Bagi penjual makanan di warung burjo/warmindo di Kabupaten Sleman

(20)

Penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan informasi dan pertimbangan dalam

rangka menentukan strategi yang tepat guna meningkatkan kinerja pemasaran

penjual makanan di warung burjo/warmindo Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

2. Bagi Dinas Kabupaten Sleman Yogyakarta

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan kepada pihak Dinas agar

kedepannya dapat meningkatkan daya saing penjual dan menemukan strategi

(21)

10 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Orientasi Strategi

1. Definisi Orientasi Srategi

Venkatraman 1989 (dalam Hariyanto dan Yoestini 2003:199)

mendefinisikan strategi sebagai the interface between the organizational process

of formulation and the organizational process of implementation. Mintzberg 1978

dalam McCharty 2000 (dalam Hariyanto dan Yoestini 2003:199) mendefinisikan

strategi sebagai a pattern in a stream of decisions. Menurut Hariyanto dan Yoestini

(2003:199) strategi yang tepat dibutuhkan untuk menghadapi lingkungan

persaingan yang komplek, dinamis, dan penuh persaingan.

Menurut Hariyanto dan Yoestini (2003:199) dalam manajemen pemasaran

timbul suatu gerakan baru, yakni di samping orientasi perilaku kosumen,

diperhatikan pula orientasi strategi. Orientasi strategi berdasarkan bahwa para

pemasar yang efektif tidak hanya berusaha memenuhi kebutuhan konsumen,

namun juga tantangan-tantangan yang ditimbulkan oleh pesaing dalam pasar

sasaran. Akibatnya orientasi strategi memusatkan pada orientasi pesaing. Orientasi

pesaing tidak menggantikan orientasi konsumen, melainkan memperkuatnya.

Kombinasi dari orientasi pesaing dinamakan konsep pemasaran strategi menurut

(22)

Orientasi strategi menggambarkan proses, praktek, dan aktivitas pengambilan

keputusan dalam memasuki pasar baru, menurut Lumpkin dan Dess 1996 (dalam

Hariyanto dan Yoestini 2003:200).

2. Pengukuran Orientasi Srategi

Menurut Lumpkin dan Dess 1996 (dalam Hariyanto dan Yoestini 2003:200)

dimensi orientasi strategi meliputi agresivitas bersaing, proaktif, keberanian

mengambil resiko, dan kemauan untuk berinovasi.

a. Agresivitas Bersaing

Pasar merupakan “tempat bermain” bagi pesaing menurut Porter 1985 dalam Lumpkin dan Dessm1996 (dalam Hariyanto dan Yoestini 2003:200). Tindakan

bersaing dilakukan untuk menantang status quo proses pemasaran menurut

Jacobson 1992, dalam Ferrier 1996 (dalam Hariyanto dan Yoestini 2003:200).

Menurut Nelson dan Winter 1982 dalam Ferrier 1999 (dalam Hariyanto dan

Yoestini 2003:200) mendefinisikan status quo sebagai tindakan bersaing yang

rutin, berjalan seperti biasa, dan terpola. Tingginya derajat ketidakpastian

lingkungan merupakan alasan mengapa suatu perusahaan dituntut agresivitas

bersaingnya untuk memenangkan pasar menurut Covin dan Covin 1990 (dalam

Hariyanto dan Yoestini 2003:200). Studi tentang tindakan bersaing adalah penting

(23)

mempengaruhi dan mengancam pesaingnya menurut Ferrier 1999 (dalam

Hariyanto dan Yoestini 2003:200).

Agresivitas bersaing menurut Covin dan Covin 1990 (dalam Hariyanto dan

Yoestini 2003:200) mencerminkan “a firm’s willingness to take on and desire to

dominate competitors through a combination of proactive (Hariyanto dan Yoestini

2003:200) agresitivitas bersaing menggambarkan bagaimana hubungan antara

perusahaan dengan pesaing, bagaimana perusahaan menanggapi kecenderungan

dan permintaan yang telah ada di pasar. Agretivitas bersaing ditandai oleh sikap

yang responsive ketika memasuki pasar. Ada enam kategori tindakan agresivitas

bersaing antara lain pricing action, marketing actions, new product actions,

capacity action, service actions, dan signaling actions menurut Ferrier 2001 (dalam

Hariyono dan Yoestini 2003:200).

Semakin besar tingkat persaingan dalam sebuah pasar, perusahaan harus

semakin agresif untuk mengetahui pilihan konsumen dan menciptakan nilai lebih

bagi konsumen menurut Agus 1998 (dalam Hariyanto dan Yoestini 2003:200).

Semakin agresif tindakan yang dilakukan, semakin banyak peluang yang dapat

dimanfaatkan menurut Ferrier 2001 (dalam Hariyanto dan Yoestini 2003:200).

Menurut Ferrier 1999 (dalam Hariyanto dan Yoestini 2003:200) membuktikan

bahwa perusahaan yang mempunyai pengalaman bersaing yang komplek

(24)

pengalaman bersaing menurut Ferrier 2001 (dalam Hariyanto dan Yoestini

2003:200).

b. Proaktivitas

Schumpeter menekankan perlunya inisiatif dalam proses keinovatifan

menurut Lumpkin dan Dess 1996 (dalam Hariyanto dan Yoestini 2003:200).

Menurut Venkatraman 1989 (dalam Hariyanto 2003, dan Yoestini 2003:200)

menggambarkan proaktivitas sebagai pencarian kesempatan pasar yang

berkesinambungan dan eksperimen untuk merespon lingkungan yang berubah.

Webster’s Ninth New Collegiate Dictionary 1991 (dalam Hariyanto dan Yoestini

2003:201) mendefinisikan proaktivitas sebagai tindakan yang dilakukan sebagai

antisipasi problem, kebutuhan, atau perubahan di masa yang akan datang dengan

demikian, proaktivitas digunakan untuk menggambarkan perusahaan perusahaan

yang tercepat melakukan inovasi dan menjadi the first dalam pengenalan produk

baru, bagaimana hubungan perusahaan dengan kesempatan pasar dalam proses

sebagai new entry menurut Lumpkin dan Dess 1996 (dalam Hariyanto dan Yoestini

2003:201).

Menurut Hariyono dan Dess (2003:201) dalam lingkungan persaingan dan

turbelen hari ini, perushaan perlu menjadi proaktif agar memaksimalkan

kesempatan dan melindungi mereka sendiri terhadap bahaya ancaman. Manajer

yang entrepreneurial adalah penting bagi pertumbuhan perusahaan karena mereka

(25)

menurut Lumpkin dan Dess 1996 (dalam Hariyanto dan Yoestini 2003:201).

Menurut Hariyanto dan Yoestini (2003:201) kemauan dan kemampuan perusahaan

untuk bertindak secara proaktif untuk memanfaatkan peluang usaha sangat

dibutuhkan pada persaingan bisnis yang semakin ketat.

c. Keberanian Mengambil Resiko

Menurut Hariyono dan Yoestini (2003:201) upaya mengembangkan

gagasan produk baru dan strateginya yang efektif seringkali menjadi penentu

keberhasilan dan kelangsungan hidup suatu perusahaan. Akan tetapi, ini bukan

pekerjaan yang mudah. Pengembangan produk baru memerlukan upaya, waktu,

dan kemampuan, termasuk besarnya resiko dan biaya kegagaan menurut McCarthy

dan Perreault 1996 (dalam Hariyanto dan Yoestini 2003:201).

Menurut Hariyanto dan Yoestini (2003:201) Pengambilan resiko (risk

taking) pada hakikatnya merupakan penerimaan kenyataan bahwa ketidakpastian

adalah bagian dari proses pemasaran. Perusahaan tidak pernah dapat memastikan

bahwa konsumen akan mau membeli produknya menurut McCarthy dan Perreault

1996 (dalam Hariyanto dan Yoestini 2003:201). Keberanian mengambil resiko

dicerminkan dalam kriteria keputusan alokasi sumber daya. Secara psikologi,

dalam situasi yang tidak memuaskan, individu cenderung untuk mengambil resiko

menurut Wright 1995 (dalam Hariyanto dan Yoestini 2003:201).

Menurut Hariyanto dan Yoestini (2003:202) seorang wirausaha harus

(26)

resiko, dituntut pengambilan keputusan secara tepat. Keputusan yang tepat dapat

diperoleh bila seorang bisa berpikir kritis dengan menimbang berbagai alternatif

dengan melihat dari sisi kelemahan dan kelebihannya. Bisa jadi tidak ada alternatif

yang sempurna, tetapi diharapkan pemilihan yang jatuh pada alternatif yang

mempunyai sisi kelebihan yang lebih dominan dan sisi kelemahan yang lebih

minimal.

d. Kemauan untuk Berinovasi

Sebuah cara untuk bersaing secara efektif di abad ke 21 ini adalah

kemampuan untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang lebih baik daripada yang

dimiliki oleh pesaing menurut Kahn 1998 (dalam Hariyanto dan Yoestini

2003:207). Inovasi sebagai hasil dari agresivitas bersaing merupakan respon cepat

yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan bersaing menurut Smith dan Grimm

1999 dalam Ferrier 2001 (dalam Hariyanto dan Yoestini 2003:207).

Menurut Hariyanto dan Yoestini (2003:207) inovasi merupakan hal yang

sangat penting bagi dunia industri sejalan dengan meningkatnya persaingan dan

tuntutan konsumen. Tekanan lingkungan persaingan akan memberikan dorongan

bagi perusahaan untuk melakukan inovasi. Keunggulan sebuah perusahaan dalam

proses pengembangan produk baru bisa dilihat dari keinovatifan perusahaan

tersebut. Inovasi digunakan untuk mengembangkan produk yang berbeda dengan

para pesaing. Memperkenalkan produk baru, dibutuhkan agresivitas dan kecepatan

(27)

mampu memadukan faktor eksternal dan internal perusahaan sehingga tercapai

pemahaman pasar yang maksimal dengan tangka resiko terkecil.

Burns dan Staker 1961 (dalam Hariyanto dan Yoestini 2003:208)

mendefinisikan kapasitas inovasi sebagai kemampuan organisasi untuk

mengadopsi atau meng-implementasikan ide, proses, atau produk baru. Kapasitas

inovasi diukur dengan jumlah inovasi dari sebuah organisasi yang dapat diadopsi

dan diimplementasi. Makin besar kapasitas inovasi sebuah perusahaan, berarti

semakin tinggi tingkat keinovatifannya menurut Hurley 1998 (dalam Hariyanto dan

Yoestini 2003:208). Perusahaan dengan kapasitas inovasi yang lebih besar lebih

berhasil merespon lingkungan mereka dan mengembangkan keunggulan bersaing

sehingga tercapai kinerja yang lebih tinggi menurut Hurley 1998 (dalam Hariyanto

dan Yoestini 2003:208).

B. Orientasi Kewirausahaan

1. Definisi Orientasi Kewirausahaan

Menurut Miller 1983 Lamkin dan Des 2001 (dalam Halim, 2012:475)

mendefinisikan orientasi kewirausahaan sebagai entrepreneurial perusahaan yang

berkaitan dengan inovasi produk, melakukan kegiatan yang beresiko dan yang

pertama memperkenalkan inovasi yang proaktif serta dalam persaingan yang

agresif maka diperlukan kegiatan yang intensif untuk mengungguli pesaing yang

dicirikan dengan mengkombinasikan postur atau respon agresif untuk

(28)

Keinovatifan (innovativeness); Keproaktipan (proactiveness); Keagresipan

bersaing (competitive aggressiveness) dan Berani mengambil risiko (risk taking).

Orientasi kewirausahaan (entrepreneurial orientation) dan kewirausahaan

(entrepreneurship) memiliki perbedaan. Menurut Soehadi 2011 (dalam Hatta,

2015:655) kewirausahaan di definisikan sebagai new entry yang dapat dilakukan

dengan memasuki pasar yang tetap ataupun pasar yang baru dengan produk/jasa

yang telah ada ataupun yang baru ataupun meluncurkan perusahaan baru. Menurut

Suryana 2008 (dalam Hatta, 2015:655) menjelaskan orientasi kewirausahaan

disebut-sebut sebagai spearhead (pelopor) untuk mewujudkan pertumbuhan

ekonomi perusahaan berkelanjutan dan berdaya saing tinggi. Menurut Best 2009

(dalam Hatta, 2015:655) orientasi kewirausahaan dipandang memiliki kemampuan

untuk meningkatkan kinerja sebuah perusahaan.

2. Pengukuran Orientasi Kewirausahaan

Hendro dan Chandra 2006 (dalam Hatta, 2015:655) menjelaskan bahwa

orientasi kewirausahaan mengacu pada proses, praktik, dan pengambilan keputusan

yang mendorong ke arah input baru dan mempunyai empat aspek kewirausahaan

yaitu inovatif, bertindak secara proaktif, berani mengambil risiko, dan otonomi :

a. Kemampuan Berinovasi

Menurut Djobdobo dan Tawas (2014:1216) Keinovatifan adalah

(29)

pengenalan produk atau jasa baru serta kepemimpinan teknologi melalui riset

dan pengembangan dalam proses-proses baru.

b. Proaktif

Menurut Djobdobo dan Tawas (2014: 1216) Keaktifan adalah sebuah

pencarian peluang, perspektif memandang ke depan yang ditandai dengan

pengenalan produk baru atau jasa baru lebih dulu dalam persaingan dan

bertindak dalam mengantisipasi permintaan masa mendatang.

c. Berani Mengambil Resiko

Menurut Djobdobo dan Tawas (2014:1216) Pengambilan resiko adalah

pengambilan tindakan tegas dengan mengeksplorasi hal yang tidak diketahui,

meminjam dalam jumlah besar, dan / atau mengalokasi sumber daya yang

signifikan untuk usaha di lingkungan yang tidak pasti.

d. Otonomi

Menurut Djobdobo dan Tawas (2014:1216) Otonomi merupakan untuk

bekerja secara mandiri, membuat keputusan dan mengambil tindakan yang

bertujuan untuk memajukan konsep bisnis dan membawanya pada

(30)

C. Orientasi Pasar

1. Definisi Orientasi Pasar

Menurut Susanto (2012:49) Orientasi pasar merupakan konsep pemasaran

yang sangat penting dalam bidang manajemen strategik menurut Gerbhardt 2006

(dalam Susanto, 2012:49). karena setiap diskusi orientasi pasar menekankan pada

kemampuan perusahaan mempelajari tentang pelanggan, pesaing, terus-menerus

berpikir dan bertindak atas kejadian dan kecenderungan sekarang serta prospek

pasar. Sehubungan dengan itu, konsep orientasi pasar sebagai bentuk sumbang

nyata ilmu pemasaran terhadap bidang manajemen strategik, terutama memberikan

filosopi, metode dan alat untuk menganalisis pelanggan, pesaing dan pilihan

strategik menurut Biggadike 2006 (dalam Susanto, 2012:49).

Konsep orientasi pasar mulai banyak digunakan dalam penelitian strategik,

setelah adanya operasionalisasi dari konsep orientasi pasar. Menurut Kohli dan

Jaworski 1990 (dalam Susanto, 2012:49) mengartikan orientasi pasar dengan tiga

komponen perilaku yaitu, inteligensi pasar (market intelligence), penyebaran

informasi (dissemination), dan ketanggapan (responsiveness). Pertama, inteligensi

pasar (market intelligence) merupakan kemampuan memahami kebutuhan dan

preferensi pelanggan, termasuk analisis faktor eksogenus yang memengaruhi

kebutuhan dan preferensi. Kedua, penyebaran informasi (dissemination) mengenai

pasar ke seluruh bagian anggota dalam perusahaan. Ketiga, ketanggapan

(31)

merespon dan bertindak atas intelegensi pasar yang dikumpulkan dan disebarkan

dalam perusahaan.

Selanjutnya, menurut Narver dan Slater 1990 (dalam Susanto, 2012:50)

menawarkan pengertian orientasi pasar dengan semangat yang sama yaitu, budaya

organisasional yang efektif dan efisien menciptakan perilaku perusahaan dengan

memberikan nilai superior bagi pelanggannya (superior customer value).

Operasionalisasi dari orientasi pasar tercermin dari tiga komponen perilaku yakni,

orientasi pelanggan (customer orientation) merupakan pemahaman perusahaan

atas pasar sasarannya. Kedua, orientasi pesaing (competitor orientation)

merupakan pemahaman perusahaan atas kapabilitas jangka panjang dari sekarang

serta prospektif persaingan. Ketiga, koordinasi antar fungsi (inter-functional

coordination) adalah pengkoordinasian penggunaan dari sumberdaya perusahaan

menciptakan nilai pelanggan superior.

Menurut Kumar 1998 (dalam Susanto, 2012:50) menyatakan bahwa konsep

orientasi pasar menurut Narver dan Slater menekankan pada memaksimalkan

keuntungan jangka panjang, yang mana perusahaan harus secara berkelanjutan

menciptakan nilai pelanggan unggul. Menciptakan nilai pelanggan unggul

berkelanjutan perusahaan harus berorientasi pelanggan, pesaing, dan koordinasi

antar fungsi dalam menjalankan perusahaan menurut Narver & Salter 1990 1998

(32)

Berdasarkan pendapat di atas, penulis juga menggunakan konsep orientasi

pasar yang dikemukakan menurut Narver dan Salter 1990 (dalam Susanto,

2012:50), terdiri dari tiga dimensi yaitu, orientasi pelanggan, orientasi pesaing dan

koordinasi antar fungsi dalam perusahaan. Operasionalisasi konsep orientasi pasar

ini telah diuji berulang-ulang kali seperti Kumar 1998 (dalam Susanto, 2012:50)

dalam konteks penelitian yang spesifik dan menurut Li 2008 (dalam Susanto,

2012:50) mengadopsi pengukuran orientasi pasar dikembangkan Kumar dalam

konteks perusahaan kecil di Cina dan hasilnya menunjukkan adanya kekonsistenan

pengukuran. Oleh karena itu, konsep dan operasionalisasi orientasi pasar ini sangat

relevan digunakan kembali dalam konteks perusahaan kecil di Indonesia.

Suatu perusahaan untuk dapat mencapai kinerja yang baik secara konsisten

diperlukan adanya suatu keunggulan kompetitif yang berkisinambungan menurut

Aaker 1989 (dalam Putranto, 2003:95). Keunggulan kompetitif ini dapat dicapai

apabila perusahaan mampu memberi nilai yang lebih kepada pelanggan dari pada

apa yang diberi oleh pesaingnya menurut Narver dan Slater 1990 (dalam Putranto,

2003:95). Karena kebutuhan dan keinginan pelanggan berkembang terus seiring

dengan waktu, sehinngga menghasilkan produk dengan kualitas yang selalu terjaga

dan pelayanan memerlukan pemahaman dan sikap yang responsive terhadap

kebutuhan pasar atau dengan kata lain dibutuhkan sikap yang berorientasi pasar

(33)

2. Pengukuran Orientasi Pasar

Menurut Narver dan Slater 1990 (dalam Prasetya, 2002:221) memandang

orientasi pasar sebagai konstruk berdimensi tunggal (one-dimension) terdiri dari

3 (tiga) komponen perilaku (behavioral components) yakni orientasi pelanggan

(customer orientation), orientasi pesaing (competitor orientation) dan

koordinasi antar fungsi :

a. Orientasi Pelanggan

Orientasi pelanggan (customer orientation) diartikan sebagai

pemahaman yang memadai terhadap pembeli sasaran, sehingga superior value

dapat diberikan secara terus menerus menurut Narver dan Slater 1990 (dalam

Prasetya, 2002:221). Pemahaman disini mencakup pemahaman terhadap

seluruh rantai nilai pembeli, baik pada saat terkini maupun pada

perkembangannya di masa yang akan datang. Pemahaman yang menyeluruh

terhadap rantai nilai pembeli dapat dicapai melalui perolehan informasi tentang

pelanggan dan pengetahuan terhadap hambatan politis dan ekonomis yang

dihadapi oleh setiap tingkatan dalam saluran distribusi menurut Narver dan

Slater 1990 (dalam Prasetya, 2002:221). Pemahaman menyeluruh seperti ini

menjadikan penjual (seller) memahami siapa saja para pelanggan potensialnya,

baik pada saat ini maupun pada masa yang akan datang, apa yang diinginkan

mereka pada saat ini dan pada saat mendatang , serta apa yang dirasakan mereka

(34)

datang menurut Narver dan Slater 1990 1994 (dalam Prasetya, 2002:222).

Orientasi pelanggan tidak hanya menekankan pada pelanggan yang ada pada

saat ini, namun juga pelanggan potensial. Menurut Slater dan Narver 1998

(dalam Prasetyo, 2002:222) mengemukakan kesulitan akan yang dihadapi oleh

perusahaan yang hanya memusatkan perhatiannya pada pelanggan yang ada

(existing customers), selain kecenderungan bersikap reaktif dan hanya

mempunyai fokus jangka pendek, namun juga apa yang disebut sebagai

‘tyranny of the served market’ yang mencerminkan kecenderungan para

manajer untuk memandang dunia menurut kacamata pelanggan pelanggan

semata.

b. Orientasi Pesaing

Orientasi pesaing (competitor orientation) diartikan sebagai

pemahaman akan kekuatan dan kelemahan jangka pendek serta kapabilitas dan

strategi jangka panjang dari para pesaing yang ada maupun pesaing potensial

menurut Narver dan Slater 1990 (dalam Prasetya, 2002:222). Orientasi pesaing

mempunyai keterkaitan yang kuat dengan orientasi pelanggan dalam hal

pengumpulan informasi (information gathering) dan mencakup analisis

menyeluruh terhadap kapabilitas teknologi pesaing sebagai usaha untuk

mengukur kemampuan para pesaing dalam memuaskan pembeli sasaran yang

sama menurut Lafferty dn Hult 2001, Narver dan Slater 1990 (dalam Prasetya,

(35)

berikut : (1) siapa pesaing kita? (2) teknologi apa yang mereka tawarkan? (3)

apakah mereka menawarkan alternatif yang menarik di mata pelanggan kita?

Menurut Slater da Narver 1994 (dalam Prasetya, 2002:222).

c. Koordinasi Antar Fungsi

Koordinasi antar fungsi intraperusahaan mereflesikan pendayagunaan

secara terkoordinasi berhubungan erat dengan orientasi pelanggan dan orientasi

pesaing dimana koordinasi ini dibangun berdasarkan informasi yang diperoleh

dan melalui pendayagunaan sumber daya yang terkoordinasi,

informasi-infomasi tersebut disebarkan ke seluruh bagian organisasi bersangkutan menurut

Lafferty dan Hult 2001, Narver dan Slater 1990 (dalam Prasetya, 2002:222)

lebih jauh mengemukakan bahwa syarat agar koordinasi antar fungsi dapat

berjalan efektif adalah adanya daya tanggap dan sensitivitas dari setiap

departemen terhadap kebutuhan depertemn-departemen lain dalam suatu

perusahaan.

D. Kinerja Pemasaran

1. Definisi Kinerja Pemasaran

Menurut Arif dan Widodo (2011:32) Kinerja pemasaran merupakan elemen

penting dari kinerja perusahaan secara umum karena kinerja suatu perusahaan

dapat dilihat dari kinerja pemasarannya selama ini. Kinerja pemasaran merupakan

konsep untuk mengukur prestasi pemasaran suatu perusahaan. Setiap perusahaan

(36)

usahanya dalam persaingan pasar. Menurut Slater dan Narver 1995 (dalam Arif dan

Widodo, 2011:32) menggambarkan hasil dari penerapan strategi perusahaan

diantaranya berupa kepuasan konsumen, kesuksesan produk baru, peningkatan

penjualan, dan profitabilitas perusahaan.

Kinerja pemasaran merupakan konstruk yang umum digunakan untuk

mengukur dampak penerapan strategi perusahaan. Namun demikian, masalah

pengukuran kinerja menjadi permasalahan dan perdebatan klasik karena sebagai

sebuah konstruk, kinerja pemasaran bersifat multidimensional yang mana di

dalamnya termuat beragam tujuan dan tipe organisasi. Oleh karena itu kinerja

sebaiknya diukur dengan menggunakan berbagai kriteria pengukuran sekaligus

(multiple measurement). Jika menggunakan pengukuran dengan kriteria tunggal

(single measurement) maka tidak akan mampu memberikan pemahaman yang

komprehensif tentang bagaimana kinerja suatu perusahaan itu sesungguhnya

menurut Prasetya 2002 (dalam Arif dan Widodo 2011:32)

Kinerja pemasaran juga dikatakan sebagai kemampuan organisasi untuk

mentransformasikan diri dalam menghadapi tantangan dari lingkungan dengan

perspektif jangka panjang menurut Keats 1998 (dalam Arif dan Widodo 2011:32).

Penilaian kinerja menjadi bagian dari upaya perusahaan dalam melihat kesesuaian

strategi yang diterapkannya dalam menghadapi perubahan-perubahan lingkungan.

Lingkungan memang telah menjadi bagian penting dari perusahaan dan merupakan

hal yang sulit untuk dirubah oleh perusahaan tersebut. Perusahaan hanya dapat

(37)

manfaat bagi perusahaan. Pengenalan lingkungan yang baik akan memberi dampak

pada mutu strategi yang dihasilkan yang selanjutnya akan berdampak pada kinerja

pemasaran.

Kinerja pemasaran merupakan konstruk yang sering digunakan untuk

mengukur dampak strategi-strategi dan orientasi yang diterapkan perusahaan.

Strategi pemasaran selalu diarahkan untuk menghasilkan kinerja pemasaran

(seperti volume penjualan dan tingkat pertumbuhan penjualan) yang baik dan juga

kinerja keuangan yang baik. Pada umumnya ukuran kinerja perusahaan diukur

melalui nilai rupiah penjualan, Return on Investment (ROI), Return On Assets

(ROA). Ukuran-ukuran itu dipandang sebagai ukuran agregatif yang dihasilkan

melalui proses akuntansi dan keuangan, tetapi tidak secara langsung

menggambarkan aktivitas manajemen, khususnya manajemen pemasaran menurut

Ferdinand 2000 (dalam Arif dan Widodo 2011:33). Oleh karena itu ukuran yang

sebaiknya digunakan adalah ukuran yang bersifat activitybased measure yang dapat

menjelaskan aktivitas-aktivitas pemasaran yang menghasilkan kinerja-kinerja

pemasaran misalnya lebih baik untuk menggunakan ukuran jumlah unit yang

terjual atau dihasilkan dari pada hanya menggunakan nilai rupiah dari penjualan.

Menurut Bakti dan Harun (2011:6) kinerja pemasaran merupakan ukuran

prestasi yang diperoleh dari aktifitas proses pemasaran secara menyeluruh dari

sebuah perusahaan atau organisasi. Selain itu, kinerja pemasaran juga dapat

dipandang sebagai sebuah konsep yang digunakan untuk mengukur sampai sejauh

(38)

perusahaan. Ferdinand 2000 (dalam Bakti dan Harun, 2016:6) menyatakan bahwa

kinerja pemasaran merupakan faktor yang seringkali digunakan untuk mengukur

dampak dari strategi yang diterapkan perusahaan. Strategi perusahaan selalu

diarahkan untuk menghasilkan kinerja pemasaran (seperti volume penjualan dan

tingkat pertumbuhan penjualan ) yang baik dan juga kinerja keuangan yang baik.

2. Pengukuran Kinerja Pemasaran

Pengukuran kinerja pemasaran perusahaan menggunakan ukuran-ukuran unit

sales, customer growth, customer turnover, lebih menyatakan kegiatan pemasaran

dan persaingan menurut Ferdinand (dalam Supranto, 2003:101) sehingga penelitian

ini menggunakan ukuran-ukuran pertumbuhan penjualan, pertumbuhan pelanggan,

dan volume penjualan sebagai alat pengukuran kinerja pemasaran :

a. Pertumbuhan Pelanggan

Menurut Adhinugroho (2002:284) pertumbuhan pelanggan merupakan

dimensi dari kinerja pasar yang diartikan sebagai bagian kinerja pemasaran untuk

mengukur prestasi pasar suatu produk. Kualitas memiliki hubungan yang erat

dengan kepuasan pelanggan menurut Tjiptono (dalam Adhinugroho, 2002:282).

Kualitas memberikan suatu dorongan kepada pelanggan untuk menjalin ikatan

hubungan yang kuat dengan perusahaan. Dengan demikian perusahaan dapat

meningkatkan kepuasan pelanggan dimana perusahaan memaksimal pengalaman

pelanggan yang menyenangkan dan meminimumkan atau meniadakan pengalaman

(39)

menciptakan kesetiaan dan loyalitas pelanggan kepada perusahaan yang

memberikan kualitas yang memuaskan.

b. Pertumbuhan Penjualan

Penjualan merupakan kriteria penting untuk menilai profitabilitas

perusahaan dan merupakan indikator utama atas aktivitas perusahaan menurut

Andrayani 2013 (dalam Putra dan Badjra 2015:2054). Pertumbuhan penjualan

adalah kenaikan jumlah penjualan dari tahun ke tahun atau dari waktu ke waktu

Kennedy 2013 (dalam Putra dan Badjra 2015:2054). Pertumbuhan penjualan

memiliki pengaruh yang strategis bagi perusahaan karena pertumbuhan penjualan

ditandai dengan peningkatan market share yang akan berdampak pada peningkatan

penjualan dari perusahaan sehingga akan meningkatkan profitabilitas dari

perusahaan Pagano dan Schivardi 2003 (dalam Putra dan Badjra 2015:2054).

Perusahaan dengan pertumbuhan yang tinggi tentunya memerlukan dana

yang tidak sedikit untuk membiayai aktivitas operasional perusahaannya.

Kebutuhan dana tersebut dapat dipenuhi salah satunya dari sumber dana eksternal

perusahaan, yaitu dengan hutang. Leverage adalah salah satu faktor penting yang

memengaruhi profitabilitas karena leverage bisa digunakan perusahaan untuk

meningkatkan modal perusahaan dalam rangka meningkatkan keuntungan

(40)

c. Volume Penjualan

Volume penjualan merupakan hasil akhir yang dicapai perusahaan dari hasil

penjualan produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Menurut Marbun 2003

(dalam Rustami, Kiry, dan Cipta 2014) volume penjualan adalah total barang yang

terjual oleh perusahaan dalam jangka waktu tertentu. Semakin besar jumlah

penjualan yang dihasilkan perusahaan, semakin besar kemungkinan laba yang akan

dihasilkan perusahaan. Dari defenisi tersebut dapat disimpulkan bahwa volume

penjualan merupakan jumlah total yang dihasilkan dari kegiatan penjualan barang.

Semakin besar jumlah penjualan yang dihasilkan perusahaan, semakin besar

kemungkinan laba yang akan dihasilkan perusahaan.

Aktivitas penjualan banyak dipengaruhi oleh faktor yang dapat

meningkatkan aktivitas perusahaan, oleh karena itu manajer penjualan perlu

memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi penjualan. Menurut Basu

Swasta 2005 (dalam Rustami, Kirya, dan Cipta 2014) faktor-faktor yang

mempengaruhi penjualan ada empat, yaitu (1) kondisi dan kemampuan penjual, (2)

kondisi pasar, (3) modal, dan (4) kondisi organisasi perusahaan. Menurut Efendi

2009 (dalam Rustami, Kirya, dan Cipta 2014) faktor yang sangat penting dalam

mempengaruhi volume penjualan adalah saluran distribusi yang bertujuan untuk

melihat peluang pasar yang dapat memberikan laba yang maksimun. Secara umum

rantai saluran distribusi yang semakin luas akan menimbulkan biaya yang lebih

(41)

semakin dikenal oleh mayarakat luas dan mendorong naiknya angka penjualan

yang akhirnya berdampak pada peningkatan volume penjualan.

E. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu mempunyai fungsi sebagai pendukung dalam

melakukan penelitian. Penelitian sebelumnya telah mengkaji masalah orientasi

pasar dan orientasi kewirausahaan berpengaruh terhadap proses kinerja pemasaran,

danbeberapa peneliti lain yang masih mempunyai kaitan dengan variabel dalam

penelitian ini. Tabel II.1 Penelitian Terdahulu No Judul Peneliti (tahun) variabel Hasil 1 Kapabilitas Pemasaran sebagai Mediasi Pengaruh Orientasi Pasar Orientasi Pembelajaran dan Orientasi Kewirausahaan terhadap Kinerja Pemasaran (Studi pada Usaha Menengah di Sulawesi Tenggara) Halim (2011) 1.Orientasi pasar(X1) 2.Orientasi(X2) Pembelajaran 3.Orientasi Kewirausahaan(X 3) 4.Kapabilitas Pemasaran(X4) 5.Kinerja Pemasaran(Y) Kapabilitas pemasaran berperan sebagai media penuh yang menghubungkan Orientasi pasar, Orientasi Pembelajaran, dan Orientasi Kewirausahaan dengan kinerja pemasaran

(42)

2 Model peningkatan kinerja pemasaran dalam konteks adaptabilitas lingkungan. Ahmad Lukman Arif dan Widodo (2011) 1.Orientasi wirausaha (X1) 2.Kreativitas program (X2) 3.Adaptabilitas lingkungan (X3) 4.Kinerja pemasaran (Y) 1).Bila UKM beorientasi wirausaha, maka kinerja pemasaran semakin tinggi. 2). Bila UKM memiliki kreativitas program pemasaran, maka kinerja pemasaran semakin tinggi. 3).Bila UKM memiliki orientasi wirausaha, maka kreativitas program pemasaran semakin tinggi. 4). Adaptabilitas lingkungan yang memoderasi orientasi wirausaha dan kreativitas program pemasaran terhadap kinerja pemasaran 3 Pengaruh orientasi pasar pada kinerja perusahaan kecil Perengki Susanto (2012) 1. Orientasi pelanggan (X1) 2. Orientasi pesaing (X2) 3. Koordinasi antar fungsi (X3) 4. Kinerja perusahaan (Y) dimensi dari orientasi pasar yakni, orientasi pelanggan dan orientasi pesaing berpengaruh signifikan pada kinerja perusahaan kecil. Sedangkan dimensi dari

orientasi pasar yaitu koordinasi antar fungsi tidak berpengaruh signifikan pada kinerja perusahaan kecil.

(43)

4 Studi mengenai orientasi strategi dan kinerja pemasaran Samtim Eko Putranto (2003) 1. Karakteristik pimpinan (X1) 2. Orientasi pembelajaran (X2) 3. Orientasi Pasar (X3) 4. Kinerja pemasaran (Y) Kinerja pemasaran dapat dicapai melalui orientasi pembelajaran dan orientasi pasar, serta program orientasi pasar dalam organisasi dapat dilakukan karena dukungan karakteristik pimpinan. 5 Analisis orientasi strategi dan kinerja penjualan Merry Hariyanto dan Yoestini (2003) 1. Faktor Lingkungan Pesaing (X1) 2. Komitmen Sumber Daya (X2) 3. Orientasi Strategi (X3) 4. Inovasi Produk (X4) 5. Pertumbuhan Penjualan (Y) Pengujian terhadap keempat hipotesis, semuanya membuktikan adanya pengaruh positif antara

variabel yang diuji

dan mendukung

penelitian dahulu

Penjelasan:

1. Pada penelitian pertama yaitu penelitian yang dilakukan oleh Halim,

mengambil variabel yang berkaitan yaitu orientasi pasar, orientai

kewirausahaan, dan kinerja.

2. Pada penelitian kedua yaitu penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Lukman

Arif dan Widodo, mengambil variabel yang berkaitan yaitu orientasi pasar

(44)

3. Pada penelitian ketiga yaitu penelitian yang dilakukan oleh Perengki

Susanto, mengambil variabel yang berkaitan yaitu orientasi pelanggan,

orientasi pesaing dan koordinasi antar fungsi.

4. Pada penelitian keempat yaitu penelitian yang dilakukan oleh Samtim Eko

Putranto, mengambil variabel yang berkaitan yaitu orientasi pasar, orientai

pembelajaran, dan kinerja pemasaran.

5. Pada penelitian keempat yaitu penelitian yang dilakukan oleh Hariyanto dan

Yoestini, mengambil variabel yang berkaitan yaitu orientasi strategi,faktor

lingkungan pesaing, komitmen sumber daya, inovasi produk dan

pertumbuhan penjualan.

F. Kerangka Berpikir

Kinerja organisasi perusahaan secara langsung maupun tidak langsung di

pengaruhi oleh ketatnya persaingan di dunia usaha. Perubahan yang begitu cepat

sekarang ini, baik dalam teknologi, kebutuan pelanggan serta menjamurnya pasar

yang lebih modern menyebabkan permasalaan yang sangat serius bagi para

pengusaha Burjo/warmindo di kabupaten Sleman. Salah satu cara agar dapat

menang dalam suatu persaingan, para penjual tidak harus memfokuskan kepada

kualitas produk saja, tetapi juga menerapkan strategi yang lebih efektif dengan

menerapkan orientasi strategi, orientasi pasar dan orientasi kewirausahaan agar

(45)

Gambar II.1 Kerangka Berpikir H1 H2 H3 Orientasi Strategi (X1) Orientasi

Kewirausahaan (X2) Kinerja Pemasaran (Y)

(46)

G. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

pada suatu penelitian (Sugiyono, 2010: 86). Atas dasar pertimbangan di dalam

kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini

adalah :

1. Pengaruh orientasi strategi terhadap kinerja pemasaran pada warung burjo/warmindo di kabupaten Sleman, Yogyakarta

Diperlukan untuk memajukan perusahaan dan melihat situasi dilapangan

untuk mengembangkan dan menerapkan ide-idenya, manakah strategi yang

cocok untuk dilakukan. Dalam Hariyanto dan Yoestini (2003:198)

perubahan lingkungan harus disertai dengan penyesuaian strategi

perusahaan, dimana sumber daya perushaan mendukung ke arah hal tersebut.

H1 : Ada pengaruh orientasi strategi terhadap kinerja pemasaran

2. Pengaruh orientasi kewirausahaan terhadap kinerja pemasaran pada warung burjo/warmindo di kabupaten Sleman, Yogyarkata.

Menurut Halim (2011:474) Kewirausahaan yang diindikasikan oleh

keinovasian, keproaktipan, agresif dalam bersaing dan bersikap risk taking

akan mampu meningkatkan kemampuan penelitian pasar, distribusi,

penentuan harga produk dan jasa, pengembangan produk, komunikasi/

(47)

pemasaran. Artinya bahwa perusahaan yang memiliki orientasi

kewirausahaan akan meningkatkan kapabilitas pemasaran. Capability-base

theory menyatakan bahwa dalam usaha mencapai keunggulan bersaing maka

entrepreneur merupakan unsur yang penting. Entrepreneurship akan

mendorong kapabilitas untuk mencapai keunggulan bersaing.

H2 : Ada pengaruh orientasi kewirausahaan terhadap kinerja pemasaran

3. Pengaruh orientasi pasar terhadap kinerja pemasaran pada warung burjo/warmindo di kabupaten Sleman, Yogyakarta.

Menurut Halim (2011:473) Budaya market-oriented diperlukan untuk

membangun dan mempertahankan kemampuan inti untuk terus menciptakan

nilai pelanggan yang superior. Hooley, et al. 1999, Slater & Narver, 1993

(dalam Halim 2011:473) menemukan bahwa kemampuan pemasaran dianggap

lebih penting daripada kemampuan operasional sehingga ketika perusahaan

yang up-to-date dengan informasi tentang pelanggan dan pesaing, perusahaan

ini mampu secara efektif menangani aktivitas pemasaran di dalam organisasi

mereka.

(48)

37

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kuantitatif. Menurut Kuncoro (2013:145) data kuantitatif adalah data yang

diukur dalam suatu skala numerik (angka). Penelitian ini mengungkapkan

pengaruh orientasi strategi, orientasi kewirausahaan dan orientasi pasar

terhadap kinerja pemasaran

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2020, pengambilan data

dengan menyebarkan kuesioner pada pemilik warung burjo di tiap warung

burjo/warmindo di kabupaten Sleman, Yogyakarta pada 80 warung

burjo/warmindo selama tiga hari, hari pertama dan hari kedua menyebarkan

kuesioner dan mengambil data yang suda di jawab oleh responden dan hari

ketiga untuk mengambil data yang belum selesai di ambil pada hari kedua.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Pedagang Burjo/Warmindo di kabupaten Sleman,

(49)

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ada dua

macam, yaitu variabel terikat (dependent variable) dan variabel yang

mempengaruhi variabel lainnya. Dan variabel bebas (independent variable)

atau variabel yang tidak mempengaruhi lainnya.

1. Variabel Terikat (Dependent Variaible) adalah variabel yang dipengaruhi

oleh variabel independen. Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu kinerja

pemasaran.

2. Variabel tidak terikat (indenpendent variable) adalah variabel yang

mempengaruhi variabel dependen. Variabel tidak terikat dalam penelitian ini

yaitu orientasi strategi, orientasi kewirausahaan dan orientasi pasar.

3. Definisi operasional

Definisi operasional merupakan informasi untuk mengukur variabel yang

akan di teliti yang di pilih oleh peneliti. Operasional variabel menjadi

indikator empiris yang meliputi :

a. Orientasi Strategi

Menurut Zhou 2005 (dalam Solikahan dan Mohammad 2018:193) Orientasi

strategis adalah arah strategis perusahaan dalam menciptakan perilaku yang

tepat sehingga mencapai kinerja yang unggul, Slater 2006 (dalam Solikahan

dan Mohammad 2018:193) mengemukakan orientasi strategis adalah

(50)

implementasi strategi. Menurut Solikahan dan Mohammad (2018:192)

Orientasi strategis perusahaan mencerminkan arah strategis yang

dilaksanakan oleh perusahaan untuk menciptakan perilaku yang tepat dalam

memperoleh kinerja yang terus unggul dalam bisnis.

b. Orientasi Kewirausahaan

Menurut Suci (2009:25) Orientasi kewirausahaan dan kemampuan

manajemen bersinergi baik secara sengaja atau tidak melalui inovasi dan

gagasan kreatif yang diwujudkan pengusaha dan dilaksanakan untuk

mencapai kinerja usaha yang menguntungkan. Menurut Porter 1980 (dalam

Suci 2009:25) mengemukakan bahwa perubahan harus menciptakan daya

saing khususnya agar memiliki posisi tawar menawar yang kuat (bergaining

power) dalam persaingan. Untuk itu diperlukan suatu strategi, sehingga

perusahaan dapat unggul dibanding pesaingnya.

c. Orientasi Pasar

Salter dan Narver 2000 (dalam Susanto 2012:45) menegaskan bahwa

orientasi pasar merupakan budaya bisnis yang menghasilkan kinerja terbaik

melalui komitmen atas penciptaan nilai superior bagi pelanggan. Orientasi

pasar dikatakan sebagai budaya karena adanya berbagi nilai, keyakinan dan

aturan bagi anggota organisasi untuk berperilaku menurut Deshpande &

Webster 1989 (dalam Susanto 2012:46). Orientasi pasar

(51)

pelanggan, orientasi pesaing dan koordinasi antar fungsi menurut Narver &

Salter 1990 (dalam Susanto 2012:46).

d. Kinerja pemasaran

Menurut Arif dan Widodo (2011:32) Kinerja pemasaran merupakan konstruk

yang sering digunakan untuk mengukur dampak strategi-strategi dan orientasi

yang diterapkan perusahaan. Strategi pemasaran selalu diarahkan untuk

menghasilkan kinerja pemasaran (seperti volume penjualan dan tingkat

pertumbuhan penjualan) yang baik dan juga kinerja keuangan yang baik.

Tabel III.1

Variabel, Indikator dan Pernyataan Kuesioner

Variabel Indikator Pernyataan Kuesioner

Orientasi

Strategi (X1)

Agretivitas bersaing Warung kami bersaing dengan

warung makan sekitar kami

Warung kami bersaing dengan

menetapkan harga yang berbeda

dengan pesaing

Warung kami berani bersaing dengan

menyediakan makanan/minuman

terbaru sesuai dengan permintaan

(52)

Proaktif Warung kami proaktif dalam

mendorong volume penjualan

Warung kami berusaha untuk

meningkatkan voulume penjualan

Warung kami proaktif mengevaluasi

kekurangan kami

Keberanian mengambil

resiko

Warung kami berani mengganti

minuman/makanan apabila salah

komunikasi dalam pesanan

Warung kami berani mengubah

makanan/minuman sesuai dengan

permintaan pelanggan

Warung kami berani menerima

keluhan dari pelanggan guna

meningkatkan kinerja penjualan

Orientasi

Kewirausahaan

(X2)

Kemampuan berinovasi Warung kami berinovasi guna

mengembangkan pelanggan.

Warung kami menyediakan jenis

minuman terbaru sesuai permitaan

(53)

Minuman/makanan terbaru dapat

direspon baik oleh pelanggan.

Proaktif Warung kami proaktif dalam

mendorong peningkatan kinerja

penjualan.

Warung kami berusaha untuk

meningkatkan kinerja penjualan.

Warung kami terus mencari peluang

guna mengantisipasi persoalan yang

akan muncul di masa mendatang.

Kemampuan

mengambil resiko

Warung kami berani mengambil

resiko untuk mengembangkan usaha.

Warung kami tidak takut rugi apabila

ada perubahan.

Warung kami selalu mencari alternatif

yang paling baik untuk mengatasi

resiko.

Orientasi Pasar

(X3)

Orientasi pelanggan Warung kami memahami dan

menanggapi keluhan dan keinginan

(54)

Kebutuhan dan keinginan pelanggan

adalah hal yang penting bagi

berkembangnya usaha kami.

Tersedia pelayanan mengantar

makanan/minuman bagi pelanggan

kami.

Orientasi pesaing Warung kami merespon apa yang

dilakukan pesaing kami

Warung kami menempatkan pesaing

sebagai mitra bisnis.

Warung kami segera mengantisipasi

apabila ada pesaing yang mengancam

usaha kami.

Koordinasi antar fungsi Dalam memberikan pelayanan yang

baik, warung kami selalu

berkoordinasi dengan berbagai pihak.

Warung kami berbagi indormasi

bisnis dengan sesame pedagang.

Warung kami berbagi waktu berjaga

(55)

Kinerja

Pemasaran (Y)

Pertumbuhan penjualan Usaha warung kami mengalami

pertumbuhan yang meningkat.

Pertumbuhan usaha sudah mencapai

target yang ditentukan.

Dengan beorientasi ke pasar agar

dapat meningkatkan pertumbuhan

penjualan usaha warung kami.

Pertumbuhan

pelanggan

Pelanggan warung kami meningkat

dari waktu ke waktu.

Warung kami berharap pelanggan

dapat mengajak atau keluarganya

untuk kembali lagi warung kami.

Orientasi strategi, orientasi

kewirausahaan dan orientasi pasar

membantu meningkatkan pelanggan

baru kami.

Volume penjualan Warung kami menyediakan jenis

makanan variasi agar meningkatkan

(56)

Warung kami menyediakan minuman

terbaru sesuai permintaan pelanggan

agar meningkatkan penjualan.

Warung kami yakin volume penjualan

semakin meningkat.

D. Pengukuran Skala Variabel

Pengukuran variabel yang digunakan adalah skala Likert’s, menurut Suliyanto

(2018:134) skala Likert’s digunakan untuk mengukur tanggapan atau respon

seseorang tentang seseorang tentang objek sosial. Jawaban setiap instrument

yang menggunakan skala Likert’s mempunyai gradasi dari sangat positif

sampai dengan sangat negatif, di mana setiap item diberi pilihan respons yang

sifatnya tertutup.

Berikut merupakan skor nilai untuk tiap tanggapan :

Jawaban / Skor

Sangat Setuju (SS) : 5

Setuju (S) : 4

Netral (N) : 3

Tidak Setuju (TJ) : 2

(57)

Skor penelitian akan digunakan untuk menjawab kuisoner peneliti mengenai

pengaruh orientasi strategi, orientasi kewirausahaan dan orientasi pasar

terhadap kinerja pemasaran studi pada warung burjo/warmindo di kabupaten

Sleman, Yogyakarta.

E. Populasi dan Sampel

Populasi adalah gabungan dari seluruh elemen yang berbentuk

peristiwa, hal atau orang yang memiliki karakteristik yang serupa yang menjadi

pusat perhatian seorang peneliti, karena itu dipandang sebagai sebuah semesta

penelitian menurut Ferdinand 2006 (dalam Islami dan Ferdinand 2012:4).

Populasi mengacu pada semua kelompok manusia, kejadian, atau hal-hal

menarik yang ingin diselidiki peneliti menurut Sudana dan Setianto (2018:86).

Populasi seluruh warung burjo/warmindo di kabupaten Sleman, Yogyakarta.

Sampel adalah sebagian elemen-elemen populasi yang digunakan

dalam penelitian, sedangkan unit sampel adalah suatu elemen atau sekelompok

elemen yang menjadi dasar untuk dipilih menjadi sampel menurut Supono 1999

(dalam Islami dan Ferdinand 2012:4). Sampel penelitian sebesar delapan puluh

warung burjo/warmindo di kabupaten Sleman, Yogyakarta.

F. Unit Analisis

Menurut Zulganef (2018:71) unit analisis adalah sumber informasi mengenai

variabel yang akan diolah dalam penelitian (pembuktian hipotesis). Unit

Gambar

Gambar II.1  Kerangka Berpikir                                                             H1     H2  H3 Orientasi Strategi  (X1)Orientasi
Tabel III.1
Tabel III.2
Gambar IV.1
+6

Referensi

Dokumen terkait

Rencana pemasaran telah tercapai sesuai dengan yang direncanakan dengan hasil adanya pembuatan brosur dan menyebarkan brosur tersebut kepada pasar konsumen, dan melaksanakan

Untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif yang dilihat dari hasil belajar siswa, maka peneliti mengadakan tes hasil

Pengaruh Perceived Value terhadap Purchase Intention Wattpad Premium Melalui Satisfaction Sebagai Variabel.. Mediasi; Telaah Pada Pengguna

Alhamdulilah, puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, taufik, hidayah dan Inayah-Nya, melalui ilmu-Nya sehingga peneliti mampu menyelesaikan

Tabel 5.5-61 Hasil Error Relative arsitektur 63 FAM Bahasa Inggris dataset 1 165 Tabel 5.5-62 Hasil Error Relative arsitektur 63 FAM Bahasa Inggris dataset 2 166 Tabel 5.5-63

1. Hasil penelitian menunjukkan responden memiliki persepsi positif terhadap kualitas dan harga smartphone android merek Samsung, oleh karena itu perusahaan

Dengan ini saya menyatakan bahwa skipsi dengan judul PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KREATIF PRODUKTIF DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MATERI GAYA DI KELAS VIII SEMESTER

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Perbandingan Kemudahan Penggunaan dan Kemanfaatan Teknologi Informasi Dalam