• Tidak ada hasil yang ditemukan

DASAR-DASAR TEORI RUANG HILBERT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DASAR-DASAR TEORI RUANG HILBERT"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

DASAR-DASAR TEORI RUANG HILBERT

Herry P. Suryawan

1

Geometri Ruang Hilbert

Definisi 1.1 Ruang vektor V atas lapanganK∈ {R, C}disebut ruang hasilkali dalam jika ada fungsi

(·,·): V×V→K sehingga untuk setiap x, y, zV dan αK berlaku:

(i) (x, x) >0 dan(x, x) =0 jika dan hanya jika x =0 (ii) (x, y+z) = (x, y) + (x, z)

(iii) (x, αy) =α(x, y) (iv) (x, y) = (y, x)

Fungsi(., .)disebut hasilkali dalam (pada V).

Perhatikan bahwa (ii), (iii), dan (iv) berakibat(x, αy+βz) = α(x, y) +β(x, z)dan(αx, y) = α(x, y). Menurut definisi di atas hasilkali dalam bersifat linear terhadap komponen kedua dan bersifat konjugat linear terhadap komponen pertama.

Contoh 1.2 Diberikan Cn yaitu himpunan semua n-tupel bilangan kompleks. Fungsi (·,·) : Cn×CnC dengan (x, y) = n

j=1 xjyj,

untuk setiap x = (x1, . . . , xn), y = (y1, . . . , yn) ∈ Cn mendefinisikan sebuah hasilkali dalam

padaCn.

Contoh 1.3 Diberikan C[a, b] yaitu himpunan semua fungsi kontinu bernilai kompleks pada interval[a, b]. Fungsi(·,·): C[a, b] ×C[a, b] →C dengan

(f , g) =

Z b

a f

(x)g(x)dx,

untuk setiap f , g∈C[a, b]mendefinisikan sebuah hasilkali dalam pada C[a, b].

Definisi 1.4 Dua vektor x dan y di dalam ruang hasilkali dalam V dikatakan ortogonal jika(x, y) =0. Himpunan vektor {xi} ⊂ V dikatakan himpunan ortonormal jika (xi, xi) = 1 untuk setiap i dan (xi, xj) =0 jika i6= j.

Untuk setiap x ∈ V didefinisikan kxk := p(x, x). Akan diperlihatkan bahwa k.k meru-pakan norma pada V. Kita ingat kembali definisi norma.

(2)

Definisi 1.5 Ruang vektor V atas lapangan K ∈ {R, C} disebut ruang bernorma jika ada fungsi

k.k: V→R sehingga untuk setiap x, yV dan αK berlaku:

(i) kxk ≥0

(ii) kxk =0 jika dan hanya jika x=0 (iii) kαxk = |α|kxk

(iv) kx+yk ≤ kxk + kyk(ketaksamaan segitiga) Fungsik.kdisebut norma (pada V).

Teorema 1.6 (Teorema Phytagoras) Diberikan{xn}mn=1himpunan ortonormal di dalam ruang

hasil-kali dalam V. Maka untuk setiap x∈ V,

kxk2=

m n=1 |(x, xn)|2+ x− m

n=1 (x, xn)xn 2

Bukti. Tulis x sebagai

x= m

n=1 (x, xn)xn+ x− m

n=1 (x, xn)xn ! . Dengan menggunakan sifat-sifat hasilkali dalam diperoleh bahwa

m

n=1 (x, xn)xn dan x− m

n=1 (x, xn)xn

ortogonal. Oleh karena itu

(x, x) = m

n=1 (x, xn)xn 2 + x− m

n=1 (x, xn)xn 2 = m

n=1 |(x, xn)|2+ x− m

n=1 (x, xn)xn 2 .

Akibat 1.7 (Ketaksamaan Bessel) Diberikan {xn}mn=1 himpunan ortonormal di dalam ruang

hasil-kali dalam V. Maka untuk setiap x∈ V

kxk2≥ m

n=1

|(x, xn)|2.

Akibat 1.8 (Ketaksamaan Cauchy-Schwarz) Jika x dan y dua vektor di dalam ruang hasilkali dalam V, maka

|(x, y)| ≤ kxkkyk.

Bukti. Kasus y = 0 trivial, jadi diasumsikan y 6=0. Himpunan nkyy||o merupakan himpunan ortonormal, maka dengan menerapkan ketaksamaan Bessel pada sebarang x∈V diperoleh

kxk2  x, y kyk  2 = |(x, y)| 2 kyk2

(3)

yakni diperoleh|(x, y)| ≤ kxkkyk.

Diingat bahwa setiap ruang bernorma merupakan ruang metrik. Teorema berikut menun-jukkan bahwa setiap ruang hasilkali dalam merupakan ruang bernorma.

Teorema 1.9 Setiap ruang hasilkali dalam V merupakan ruang bernorma dengan normakxk = (x, x)1/2. Bukti. Karena V adalah ruang vektor, maka tinggal diperiksa bahwak.kmemenuhi sifat-sifat norma. Di sini hanya akan ditunjukkan bahwa ketaksamaan segitiga berlaku. Ambil x, y ∈V, maka dengan menggunakan ketaksamaan Cauchy-Schwarz

kx+yk2 = (x, x) + (x, y) + (y, x) + (y, y) = (x, x) +2<(x, y) + (y, y) ≤ (x, x) +2|(x, y)| + (y, y) ≤ (x, x) +2(x, x)1/2(y, y)1/2+ (y, y). Jadi kx+yk2≤ (kxk + kyk)2

dan terbuktilah ketaksamaan segitiga.

Teorema 1.9 menunjukkan bahwa di dalam ruang hasilkali dalam V terdapat metrik natural yang diinduksi oleh hasilkali dalam

d(x, y) = kx−yk =

q

(x−y, x−y).

Dengan menggunakan metrik ini kita dapat mendefinisikan konsep kekonvergenan, kelengka-pan, dan kepadatan di dalam V. Khususnya, kita dapat melengkapkan V ke suatu ruang bernorma ˜V dimana V tersisip secara isometrik sebagai subhimpunan padat. Catat bahwa

˜

V juga merupakan ruang hasilkali dalam sebab hasilkali dalam di V dapat diperluas ke ˜V menggunakan sifat kekontinuan.

Norma yang berasal dari hasilkali dalam haruslah memenuhi hukum jajargenjang

kx+yk2+ kxyk2 =2kxk2+2kyk2.

Dengan kata lain, apabila hukum jajargenjang berlaku di dalam sebuah ruang bernorma, maka ruang tersebut merupakan ruang hasilkali dalam. Lebih lanjut hasilkali dalam tersebut dapat diperoleh kembali dari norma melalui identitas polarisasi

(x, y) = 1

4 kx+yk

2− kxyk2+ikx+iyk2ikxiyk2 .

Lebih jelasnya kita mempunyai teorema berikut.

Teorema 1.10 Ruang bernorma(V,k · k)merupakan ruang hasilkali dalam jika dan hanya jika norma

(4)

Definisi 1.11 Ruang hasilkali dalam yang lengkap disebut ruang Hilbert1 . Ruang hasilkali dalam seringkali disebut ruang pra-Hilbert.

Definisi 1.12 Dua ruang Hilbert H1 danH2 dikatakan isomorfik jika ada operator linear surjektif T dari H1keH2 sehingga(Tx, Ty)H2 = (x, y)H1 untuk setiap x, y ∈ H1. Operator demikian dikatakan uniter.

Contoh 1.13 Didefinisikan L2[a, b]adalah himpunan semua fungsi terukur Lebesgue yang

berni-lai kompleks pada interval hingga [a, b] yang memenuhi Rab|f(x)|2dx < ∞. Untuk f , g ∈

L2[a, b]didefinisikan hasilkali dalam

(f , g) =

Z b

a f

(x)g(x)dx. Hasilkali dalam ini terdefinisi dengan baik sebab

|f(x)g(x)| ≤ 1

2|f(x)|

2+1

2|g(x)|

2

sehingga f(x)g(x) ∈ L1[a, b]. Dapat ditunjukkan bahwa L2[a, b]lengkap dan karenanya

meru-pakan ruang Hilbert. Selain itu L2[a, b]merupakan lengkapan dari C[a, b]terhadap norma

kfk = Z b a |f(x)|2dx 1/2 .

Contoh 1.14 Didefinisikan l2 adalah himpunan semua barisan bilangan kompleks {xn}∞n=1

yang memenuhi∑∞n=1|xn|2dx <∞ dengan hasilkali dalam ({xn}∞n=1,{yn}∞n=1) =

n=1

xnyn.

Norma yang diinduksi oleh hasilkali dalam ini diberikan oleh

k{xn}∞n=1k = ∞

n=1 |xn|2 !1/2 .

Pertama kita periksa bahwa hasilkali dalam di atas terdefinisi dengan baik. Perhatikan jumlah parsial berikut N

n=1 |xnyn| ≤ N

n=1 |xn|2 !1/2 N

n=1 |yn|2 !1/2 ≤

∞ n=1 |xn|2 !1/2

n=1 |yn|2 !1/2 <∞.

Karena jumlah parsialnya terbatas maka deret∑∞n=1|xnyn|konvergen, dan akibatnya∑∞n=1xnyn

konvergen. Mudah ditunjukkan bahwa l2 merupakan ruang vektor dan aksioma hasilkali

dalam dipenuhi. Sekarang kita buktikan kelengkapan l2. Diberikan sebarang barisan Cauchy

{x(nl)}∞l,n=1 di l2dan sebarang ε>0, maka ada M∈N sehingga

{x (l) n }∞n=1− {x (k) n }∞n=1 = ∞

n=1 |x(nk)−xn(l)|2 !1/2 <ε1/2, 1David Hilbert (1862-1943), matematikawan Jerman.

(5)

untuk setiap k, l ≥ M. Jadi untuk setiap N ∈N, N

n=1

|x(nk)−xn(l)|2< ε, untuk setiap k, l ≥M ...(∗) Untuk sebuah n yang tetap dan menggunakan (*) diperoleh

|xn(k)−xn(l)| <ε1/2, untuk setiap k, l≥ M.

Dengan demikian barisan {x(nk)}∞k=1 adalah barisan Cauchy di C, dan karenanya konvergen,

katakan

yn:= lim k→∞x

(k)

n , n∈N.

Hal ini berlaku untuk setiap n ∈ N sehingga diperoleh barisan bilangan kompleks {yn}∞n=1.

Karena setiap barisan Cauchy terbatas, maka ada K>0 sehingga {x (k) n }∞n=1 ≤K untuk setiap k∈N. Akibatnya N

n=1 |x(nk)|2< K2, untuk setiap k, N∈N. Dengan mengambil k→∞, N

n=1 |yn|2 <K2, untuk setiap N ∈N.

dan dengan mengambil N → ∞ disimpulkan bahwa {yn}∞n=1 ∈ l2. Kembali ke (*) untuk N

yang tetap, l ≥ M yang tetap, dan k→∞, maka N

n=1 |x(nl)−yn|2 = lim k→∞ N

n=1 |x(nl)−xn(k)|2 ≤ε. Dengan mengambil N →∞, maka

{x (l) n }∞l,n=1− {yn}∞n=1 ≤ε 1/2, untuk setiap l M.

Ini memperlihatkan kekonvergenan{x(nl)}∞l,n=1 di l2. Terbukti l2 ruang Hilbert. Pada subbab 3

akan diperlihatkan bahwa setiap ruang Hilbert berdimensi tak hingga yang memiliki subhim-punan terhitung yang padat isomorfik dengan l2. Dalam konteks ini l2 adalah contoh kanonik dari ruang Hilbert.

Contoh 1.15 Diketahui µ adalah ukuran Borel pada Rn dan L2(Rn, dµ) adalah himpunan se-mua fungsi terukur bernilai kompleks padaRnyang memenuhiR

Rn|f(x)|2<∞. L2(Rn, dµ)

adalah ruang Hilbert terhadap hasilkali dalam

(f , g) =

Z

Rn f(x)g(x)dµ.

Contoh 1.16 Misalkan (X, µ)adalah ruang ukuran danH adalah ruang Hilbert. L2(X, dµ;H)

menotasikan himpunan semua fungsi terukur pada X dengan nilai diH yang memenuhi

Z

X

(6)

Himpunan ini merupakan ruang Hilbert terhadap hasilkali dalam

(f , g) =

Z

X

(f(x), g(x))H(x).

Contoh 1.17 (Jumlah langsung) Diberikan ruang HilbertH1danH2. Himpunan

{(x, y): x∈ H1, y∈ H2}

merupakan ruang Hilbert terhadap hasilkali dalam

((x1, y1),(x2, y2)) = (x1, x2)H1+ (y1, y2)H2.

Ruang ini disebut jumlah langsung dari H1 dan H2, dan dinotasikan dengan H1⊕ H2. Dua ukuran µ1 dan µ2 pada ruang M yang dilengkapi dengan aljabar-σ A dikatakan saling

sin-gular jika ada A ∈ A dengan µ1(A) = 0 dan µ2(M\A) = 0. Jika µ1 dan µ2 adalah dua

ukuran Borel pada R yang saling singular dan µ = µ1+µ2, maka L2(R, dµ) isomorfik

den-gan L2(R, dµ1) ⊕L2(R, dµ2). Kita juga dapat mengkonstruksi jumlah langsung terhitung ru-ang Hilbert. Diberikan barisan ruru-ang Hilbert {Hn}∞n=1. MisalkanH adalah himpunan semua barisan{xn}∞n=1dengan xn∈ Hn yang memenuhi

n=1

kxnk2Hn <∞.

MakaH adalah ruang Hilbert terhadap hasilkali dalam

({xn}∞n=1,{yn}∞n=1) = ∞

n=1

(xn, yn)Hn.

2

Teorema Representasi Riesz

Salah satu cara untuk mengkonstruksi ruang Hilbert adalah dengan membatasi hasilkali dalam pada suatu subruang tertutup M dari ruang Hilbert H yang diberikan. Terhadap hasilkali dalam di H, M merupakan ruang Hilbert. Komplemen ortogonal dariM, dinotasikan dengan

M⊥, adalah himpunan semua vektor di H yang ortogonal terhadapM. Mudah ditunjukkan bahwa M⊥merupakan subruang tertutup dari H. JadiM⊥ merupakan ruang Hilbert. Catat bahwaM ∩ M⊥ = {0}. Teorema berikut menunjukkan bahwa terdapat vektor yang tegaklurus dengan setiap subruang proper tertutup , yakni

H = M + M⊥= {x+y : x∈ M, y∈ M⊥}.

Lema 2.1 Diketahui H ruang Hilbert, M subruang tertutup dari H, dan x ∈ H. Maka terdapat dengan tunggal z∈ Myang jaraknya terdekat ke x.

Bukti. Misalkan d=infy∈Mky−xk. Pilih barisan{yn}diMsehingga kyn−xk →d.

(7)

Maka kyn−ymk2= k(yn−x) − (ym−x)k2 =2kyn−xk2+2kym−xk2− k −2x+yn+ymk2 =2kyn−xk2+2kym−xk2−4kx−1 2(yn+ym)k 2 ≤2kyn−xk2+2kym−xk2−4d2 →2d2+2d2−4d2=0 untuk m→∞, n→∞.

Identitas kedua berasal dari hukum jajargenjang sementara ketaksamaan diperoleh dari fakta bahwa 12(yn+ym) ∈ M. Jadi {yn} adalah barisan Cauchy dan karena M tertutup, {yn}

konvergen ke suatu elemen z ∈ M. Jadi diperolehkx−zk = d. Misalkan z1, z2 ∈ M dengan

jarak masing-masing ke x adalah d, maka

kz1−z2k ≤2kz1−xk2+2kz2−xk2−4d2 =0.

Ini menunjukkan ketunggalan titik dengan jarak terdekat.

Teorema 2.2 (Teorema proyeksi) Diketahui H ruang Hilbert dan M subruang tertutup dari H. Maka setiap x ∈ Hdapat dituliskan secara tunggal sebagai x=z+w dengan z∈ Mdan w∈ M⊥. Bukti. Ambil x ∈ H. Maka menurut Lema 2.1 terdapat dengan tunggal z ∈ Mdengan jarak terdekat ke x. Definisikan w =x−z. Ambil y∈ Mdan t∈R. Jika d= kx−zk, maka

d2 ≤ kx− (z+ty)k2= kw−tyk2=d22t<(w, y) +t2kyk2.

Jadi,−2t<(w, y) +t2kyk2 0 untuk setiap t, yang berakibat<(w, y) =0. Secara analog dengan

mengganti peranan t dengan it diperoleh=(w, y) =0. Jadi w∈ M⊥. Bukti ketunggalan untuk latihan.

Teorema proyeksi memberikan isomorfisma natural antaraM ⊕ M⊥denganH melalui

(z, w) 7→z+w. Di dalam konteks isomorfisma ini kita tulis H = M ⊕ M⊥.

Proposisi 2.3 DiketahuiHruang Hilbert danMsubruang dariH. Maka M =M⊥⊥.

Khususnya, apabilaM⊥= {0}, makaMpadat di dalamH.

Bukti. Karena M⊥⊥ tertutup dan memuatMmaka jelas bahwa M⊂ M⊥⊥. Selanjutnya, ambil sebarang x ∈ M⊥⊥ =M⊥⊥, x=m+mdengan m M, m∈ M. Jadi berlaku

(x, m⊥) =0= (m, m⊥). Akibatnya(m⊥, m⊥) =0, yang berarti m⊥=0 dan x=m∈ M.

Selanjutnya kita mengingat kembali pengertian dan sifat-sifat dasar operator linear terbatas di ruang bernorma.

(8)

Definisi 2.4 Operator linear terbatas dari ruang bernorma (V1,k.k1) ke ruang bernorma (V2,k.k2)

adalah pemetaan T : V1→V2yang memenuhi untuk setiap u, v∈V1dan α, βK:

(i) T(αu+βv) =αTu+βTv (ii) kTuk2≤Ckuk1

Konstanta terkecil C yang memenuhi (ii) disebut norma dari T, dituliskTk. Jadi

kTk =inf{C :kTuk2 ≤Ckuk1} =sup{kTuk2:kuk1≤1}.

Teorema 2.5 Diberikan T suatu operator linear dari suatu ruang bernorma ke ruang bernorma yang lain. Maka ketiga pernyataan berikut ekuivalen:

(a) T kontinu di satu titik (b) T kontinu di setiap titik (c) T terbatas

Teorema 2.6 Misalkan T operator linear terbatas dari ruang bernorma (V1,k.k1) ke ruang Banach (V2,k.k2). Maka T dapat diperluas secara tunggal ke operator linear terbatas ˜T dari lengkapan V1 ke (V2,k.k2).

Misalkan L(H1,H2) adalah himpunan semua operator linear terbatas dari ruang Hilbert H1 ke ruang HilbertH2. MakaL(H1,H2)merupakan ruang Banach terhadap norma

kTk =sup{kTxkH2 :kxkH1 ≤1}.

Untuk bagian selanjutnya akan dibicarakan kasus khusus yakni untukH2=K.

Definisi 2.7 Ruang L(H,K)disebut ruang dual dari H dan dinotasikan dengan H∗. Anggota H∗ disebut fungsional linear kontinu.

Teorema berikut menyatakan bahwa setiap fungsional linear kontinu di dalam ruang Hilbert dapat dinyatakan sebagai hasilkali dalam.

Teorema 2.8 (Teorema representasi Riesz) Untuk setiap T∈ H∗, terdapat dengan tunggal y

T ∈ H

sehingga Tx = (yT, x)untuk setiap x∈ H. Lebih jauhkyTkH= kTkH∗.

Bukti. Definisikan N := {x ∈ H : Tx = 0}, yakni kernel dari T. Dengan menggunakan kekontinuan T, N merupakan subruang tertutup. Jika N = H, maka Tx = 0 = (0, x)untuk setiap x. Selanjutnya diasumsikanN 6= H. Menurut teorema proyeksi terdapat vektor tak nol x0 ∈ N⊥. Kita definisikan yT := Tx0kx0k−2x0. Akan diperlihatkan bahwa yT memiliki sifat

yang diinginkan. Jika x ∈ N, maka Tx=0= (yT, x). Selanjutnya apabila x= αx0, maka

(9)

Karena fungsi-fungsi T dan (yT, .) bersifat linear dan bernilai sama pada N dan x0, maka

keduanya bernilai sama pada ruang yang dibangun oleh N dan x0. Di lain pihak N dan x0

membangunH sebab setiap elemen y∈ Hdapat ditulis sebagai y=  y− Ty tx0 x0  + Ty Tx0 x0.

Jadi Tx = (yT, x)untuk setiap x ∈ H. Untuk bukti ketunggalan, misalkan Tx = (z, x), maka kz−yTk2 = (z, z−yT) − (yT, z−yT) = T(z−yT) −T(z−yT) = 0. Jadi z = yT. Terakhir

dibuktikan bahwa kyTkH= kTkH∗. Perhatikan bahwa

kTk =sup{|Tx|: kxk ≤1} =sup{|(yT, x)|:kxk ≤1} ≤sup{kyTkkxk:kxk ≤1} = kyTk

dan kTk =sup{Tx : kxk ≤1} ≥ T  yT kyTk  =  yT, yT kyTk  = kyTk.

Catat bahwa ketaksamaan Cauchy-Schwarz menunjukkan bahwa konvers dari teorema rep-resentasi Riesz berlaku: setiap y ∈ Hmendefinisikan sebuah fungsional linear kontinu Typada Hdengan Tyx = (y, x). Subbab ini diakhiri dengan sebuah akibat penting dari teorema

repre-sentasi Riesz.

Akibat 2.9 Jika B(·,·) sebuah fungsi dari H × H ke K yang memenuhi untuk setiap x, y, z ∈ H, α, βK:

(i) B(x, αy+βz) =αB(x, y) +βB(x, z) (ii) B(αx+βy, z) =αB(x, z) +βB(y, z) (iii) |B(x, y)| ≤kkxkkykuntuk suatu k>0,

maka terdapat dengan tunggal operator linear terbatas A dariHkeH sehingga B(x, y) = (Ax, y) untuk setiap x, y∈ H. Norma dari A adalah konstanta terkecil k sehingga (iii) berlaku.

Bukti. Pilih sebuah x tetap, maka (i) dan (iii) menunjukkan bahwa B(x,·)adalah fungsional linear kontinu pada H. Teorema representasi Riesz menjamin adanya x0 ∈ Hsehingga

B(x, y) = (x0, y) untuk setiap y∈ H.

Definisikan operator A dengan Ax = x0. Mudah ditunjukkan bahwa A adalah operator linear kontinu dengan sifat yang diinginkan.

(10)

3

Basis Ortonormal

Pada subbab ini kita akan memperluas konsep basis dari ruang vektor dimensi hingga ke ruang Hilbert. Jika S adalah sebuah himpunan ortonormal di dalam ruang Hilbert H dan tidak ada himpunan ortonormal lain yang memuat S sebagai subhimpunan proper, maka S disebut basis ortonormal (sistem ortonormal lengkap) dari H.

Teorema 3.1 Setiap ruang Hilbert tak nolHmempunyai basis ortonormal.

Bukti. Misalkan Oadalah himpunan semua himpunan ortonormal di dalamH. Catat bahwa

O 6=∅ (mengapa?). Selanjutnya didefinisikan relasi urutan padaOyaitu S1 ≺S2jika S1 ⊂S2.

Jelas bahwa (O,≺) merupakan himpunan terurut parsial. Ambil sebarang {Si}i∈I subhim-punan terurut linear dari O. Maka S

i∈ISi merupakan himpunan ortonormal yang memuat

semua Si, dan karenanya merupakan batas atas untuk{Si}i ∈I. Oleh karena itu menurut Lema Zorn O memiliki elemen maksimal, yakni himpunan ortonormal yang tidak termuat secara proper di dalam setiap himpunan ortonormal yang lain.

Teorema berikut memperlihatkan bahwa seperti halnya pada kasus ruang vektor dimensi hingga setiap elemen dari ruang Hilbert dapat dinyatakan sebagai suatu kombinasi linear (mungkin tak hingga) dari elemen-elemen basis.

Teorema 3.2 Diberikan H ruang Hilbert dan S = {xα}α∈I sebuah basis ortonormal. Maka untuk

setiap y∈ H y=

α∈I (xα, y)xα (1) dan kyk2 =

α∈I |(xα, y)|2 (2)

Kesamaan (1) berarti bahwa jumlahan di ruas kanan konvergen (tidak bergantung pada urutan α) ke y diH. Sebaliknya, jikaα∈I|cα|2< ∞, cαC, maka ∑α∈Icαxα konvergen ke suatu elemen dariH.

Bukti. Pada subbab 1 telah ditunjukkan (ketaksamaan Bessel) bahwa untuk setiap subhim-punan berhingga A0 ⊂ A, ∑α∈A0|(xα, y)|2 ≤ kyk2. Jadi (xα, y) 6= 0 untuk sejumlah paling

banyak terhitung α di dalam A yang dapat kita urutkan sebagai α1, α2, . . .. Lebih jauh karena

∑N

j=1|(xαj, y)|

2 naik monoton dan terbatas, maka konvergen untuk N ∞. Misalkan

yn= n

j=1

(xαj, y)xαj,

maka untuk setiap n> m,

kyn−ymk2 = n

j=m+1 (xαj, y)xαj 2 = n

j=m+1 |(xαj, y)| 2.

Jadi{yn}adalah barisan Cauchy dan karenanya konvergen ke suatu y0 ∈ H. Perhatikan bahwa (y−y0, xαl) =nlim y− n

j=1 (xαj, y)xαj, xαl ! = (y, xαl) − (y, xαl) =0,

(11)

dan jika α6=αl untuk suatu l maka (y−y0, xα) = lim n→∞ y− n

j=1 (xαj, y)xαj, xα ! =0.

Oleh karena itu y−y0 ortogonal dengan semua xα ∈ S. Mengingat bahwa S adalah sistem

ortonormal lengkap maka haruslah y−y0 =0. Jadi y= lim n→∞ n

j=1 (xαj, y)xαj,

yakni (1) berlaku. Lebih jauh

0= lim n→∞ y− n

j=1 (xαj, y)xαj 2 = lim n→∞ kyk 2

n j=1 |(xαj, y)| 2 ! = kyk2

α∈I |(xα, y)|2,

yakni (2) berlaku. Bukti pernyataan konvers ditinggalkan sebagai latihan.

Identitas (2) seringkali disebut sebagai identitas Parseval dan bilangan(xα, y)seringkali disebut

sebagai koefisien Fourier dari y terhadap basis {xα}.

Sekarang kita akan membicarakan suatu prosedur untuk mengkonstruksi sebuah him-punan ortonormal dari sebarang barisan vektor yang bebas linear. Prosedur ini dikenal sebagai ortogonalisasi Gram-Schmidt. Diberikan barisan vektor yang bebas linear u1, u2, . . . dan kita

definisikan w1 =u1, v1= w1 kw1k w2 =u2− (v1, u2)v1, v2= w2 kw2k .. . wn =un− n−1

k=1 (vk, un)vk, vn= wn kwnk .. .

Himpunan{vj}merupakan sebuah himpunan ortonormal dan mempunyai sifat bahwa untuk

setiap m, {uj}mj=1 dan {vj}mj=1 membangun ruang vektor yang sama. Khususnya, himpunan

kombinasi linear berhingga dari vj, j = 1, 2, . . . sama dengan himpunan kombinasi linear

berhingga dari uj, j = 1, 2, . . .. Sebagai contoh polinomial Legendre diperoleh dengan

men-erapkan proses Gram-Schmidt ke fungsi 1, x, x2, x3, . . . pada interval [−1, 1]terhadap hasilkali dalam baku di L2[−1, 1].

Definisi 3.3 Sebuah ruang metrik dikatakan separabel apabila memiliki subhimpunan terhitung yang padat.

Sebagian besar ruang Hilbert yang muncul dalam penerapan bersifat separabel. Teorema berikut memberikan karakterisasi dari ruang Hilbert separabel.

(12)

Teorema 3.4 Ruang Hilbert H separabel jika dan hanya jika H memiliki basis ortonormal S yang terhitung. Jika S berhingga dengan n elemen makaH isomorfik denganCn. Jika S denumerabel maka

Hisomorfik dengan l2(contoh 1.13).

Bukti. Misalkan H separabel dan {xn} suatu himpunan terhitung yang padat di dalam H.

Dengan membuang beberapa xn kita dapat memperoleh subhimpunan {xnj} dari {xn} yang

terdiri dari vektor-vektor bebas linear dengan ruang yang dibangun {xnj}sama dengan ruang

yang dibangun oleh {xn}dan oleh karenanya {xnj}padat di dalam H. Dengan menerapkan

prosedur Gram-Schmidt pada {xnj} kita memperoleh suatu sistem ortonormal lengkap yang

terhitung. Sebaliknya, jika{yn}adalah sistem ortonormal lengkap dari ruang HilbertHmaka

Teorema 3.2 mengakibatkan himpunan kombinasi linear dari vektor-vektor di {yn} dengan

koefisien rasional padat diH. Karena{yn}terhitung, makaHseparabel.

Misalkan H separabel dan {yn}∞n=1 adalah sistem ortonormal lengkap. Kita mendefinisikan

pemetaan T :H →l2dengan

Tx= {(yn, x)}∞n=1.

Teorema 3.2 menunjukkan bahwa pemetaan ini terdefinisi dengan baik dan bersifat pada. Mu-dah diperlihatkan bahwa T uniter. Bukti bahwa H isomorfik dengan Cn jika S berhingga dengan n elemen dilakukan dengan cara yang sejalan.

Catat bahwa dalam kasus separabel, proses Gram-Schmidt memungkinkan kita untuk mengkon-struksi sebuah basis ortonormal tanpa menggunakan Lema Zorn.

Terakhir di bagian ini akan diberikan sebuah contoh yang menunjukkan bagaimana ru-ang Hilbert muncul secara alami dari masalah di dalam analisis klasik. Jika f sebuah fungsi terintegral pada[0, 2π]maka dapat didefinisikan

cn = 1 √ Z 0 e −inxf(x)dx. Deret ∞

n=−∞ cn√1 e inx

disebut deret Fourier dari f . Masalah klasik: untuk fungsi f yang mana dan dalam jenis kekon-vergenan apa deret Fourier dari f konvergen ke f ? Masalah ini mulai dipelajari oleh matem-atikawan Perancis Joseph Fourier sejak tahun 1811 dan terus berkembang sampai sekarang dalam cabang matematika modern yang disebut analisis harmonik atau analisis Fourier. Salah satu hasil klasik di dalam analisis Fourier adalah

Teorema 3.5 Jika f fungsi terdiferensial kontinu dan periodik dengan periode2π, maka fungsi

n

−n cn√1 e inx

konvergen seragam ke f untuk n →∞.

Teorema di atas memberikan syarat cukup kekonvergenan seragam dari deret Fourier suatu fungsi. Namun demikian mencari kelas fungsi sehingga deret Fouriernya konvergen seragam

(13)

atau konvergen titik demi titik merupakan masalah yang cukup sukar. Salah satu pemecahan persoalan ini adalah dengan menggunakan konsep kekonvergenan yang lain dan disinilah teori ruang Hilbert muncul. Himpunan fungsi{1

e inx}

n=−∞ merupakan himpunan ortonormal di ruang L2[0, 2π]. Apabila himpunan ortonormal ini lengkap maka Teorema 3.2 memberikan

kesimpulan untuk setiap fungsi f ∈ L2[0, 2π]berlaku f(x) = lim n→∞ n

−n cn 1 √ e inx

dengan kekonvergenan merupakan kekonvergenan terhadap norma L2. Dapat dibuktikan

bahwa{√1

e inx}

n=−∞merupakan sistem ortonormal lengkap. Kita akan membuktikan dengan memanfaatkan hasil klasik di atas (Teorema 3.5).

Teorema 3.6 Jika f ∈ L2[0, 2π], maka ∑∞n=−∞cn√1einx konvergen ke f di dalam norma L2 untuk

n→∞.

Bukti. Dapat diperlihatkan bahwa ruang fungsi terdiferensial kontinu yang periodik C1p[0, 2π]

padat di dalam L2[0, 2π]. Idenya adalah himpunan fungsi tangga padat di dalam L2[0, 2π]. Lebih jauh setiap fungsi tangga dapat dihampiri di dalam norma L2oleh suatu fungsi di dalam C1p[0, 2π]. Detailnya ditinggalkan sebagai latihan.

Untuk menunjukkan bahwa{1 e

inx}

n=− lengkap cukup ditunjukkan bahwa(einx, g) =0 untuk setiap n berakibat g=0. Ambil sebarang f ∈C1p[0, 2π], maka menurut Teorema 3.5

n

−n cn 1 √ e inx f

seragam dan karenanya juga di dalam norma L2. Oleh karena itu

(f , g) = lim n→∞ n

−n cn 1 √ e inx, g ! =0

jika (einx, g) =0 untuk setiap n. Jadi g ortogonal dengan semua fungsi f di dalam himpunan padat C1

p[0, 2π]. Hal ini berakibat g=0. Jadi{√1einx}∞n=−adalah sistem ortonormal lengkap dan menurut Teorema 3.2 deret Fourier dari setiap f ∈ L2[0, 2π]konvergen di dalam norma L2 ke f .

Teorema di atas menunjukkan bahwa konsep alami untuk kekonvergenan deret Fourier adalah kekonvergenan di dalam norma L2. Hal ini juga mengilustrasikan salah satu dari

prin-sip dasar dari analisis fungsional yakni memilih sebuah ruang abstrak dan konsep kekonver-genan yang sesuai sehingga sebuah permasalahan dapat diselesaikan dengan mudah.

4

Hasilkali Tensor

Di dalam subbab 1 dan 2 telah dibicarakan beberapa cara untuk membentuk ruang Hilbert dari ruang Hilbert yang lain (jumlah langsung dan subruang). Pada subbab ini akan dijelaskan

(14)

hasilkali tensorH1⊗ H2dari dua ruang Hilbert H1 danH2. Hasil ini dapat diperluas dengan mudah untuk mengkonstruksi hasilkali tensor H1⊗ H2⊗. . .⊗ Hn dari sejumlah berhingga

ruang Hilbert.

Diberikan dua ruang Hilbert H1 dan H2. Untuk setiap h1 ∈ H1, h2 ∈ H2, h1⊗h2

meno-tasikan bentuk konjugat linear yang beraksi padaH1× H2 menurut

(h1⊗h2)hϕ1, ϕ2i = (ϕ1, h1)H1(ϕ2, h2)H2.

Definisikan E sebagai himpunan semua kombinasi linear berhingga dari semua bentuk konju-gat linear yang dideskripsikan di atas. Selanjutnya didefinisikan hasilkali dalam (., .)pada E

dengan

(h1⊗h2, g1⊗g2) = (h1, g1)H1(h2, g2)H2

dan kita dapat memperluas definisi ini untuk anggota E menggunakan kelinearan. Lema 4.1 Hasilkali dalam(., .)di atas terdefinisi dengan baik dan bersifat definit positif.

Bukti. Untuk menunjukkan(., .)terdefinisi dengan baik kita harus menunjukkan bahwa(ϕ, ϕ0) tidak bergantung pada bentuk kombinasi linear berhingga yang menyusun ϕ dan ϕ0. Untuk itu cukup ditunjukkan jika µ adalah jumlahan berhingga yang merupakan bentuk nol, maka

(η, µ) =0 untuk setiap η ∈ E. Misalkan η= ∑iN=1ci(fi⊗gi), maka (η, µ) = N

i=1 ci(fi⊗gi), µ ! = N

i=1 ciµhfi, gii =0

karena µ adalah bentuk nol. Jadi (., .) terdefinisi dengan baik. Selanjutnya, misalkan ϕ =

∑M

k=1dk(ηk⊗µk), maka {ηk}Mk=1 dan {µk}Mk=1 berturut-turut membangun subruang M1 ⊂ H1

dan M2 ⊂ H2. Jika kita pilih {ωj}Nj=11 basis ortonormal dari M1 dan{ψl} N2

l=1 basis ortonormal

dari M2, maka kita dapat menyatakan setiap ηk dalam ωj dan µk dalam ψl dan diperoleh ϕ= N1

j=1 N2

l=1 cjl(ωj⊗ψl). Dari sini diperoleh

(ϕ, ϕ) = N1

j=1 N2

l=1 cjl(ωjψl), N1

s=1 N2

t=1 cst(ωs⊗ψt) ! = N1

j=1 N2

l=1 N1

s=1 N2

t=1 cjlcst(ωj, ωs)H1(ψl, ψt)H2 = N1

j=1 N2

l=1 |cjl|2.

Jadi (ϕ, ϕ) =0 berakibat cjl =0 untuk semua j dan l. Ini berarti ϕ adalah bentuk nol. Terbukti

(., .)definit positif.

Definisi 4.2 Hasilkali tensorH1⊗ H2dariH1danH2didefinisikan sebagai lengkapan dariEterhadap hasilkali dalam(., .)yang didefinisikan di atas.

(15)

Teorema 4.3 Jika {ωk}adalah basis ortonormal dari H1 dan{ψl}adalah basis ortonormal dari H2,

maka{ωkψl}adalah basis ortonormal dariH1⊗ H2

Bukti. Untuk penyederhanaan notasi, kita memperhatikan kasus dimanaH1danH2keduanya berdimensi tak hingga dan separabel. Mudah dilihat bahwa himpunan{ωk⊗ψl}ortonormal

dan karenanya kita hanya perlu membuktikan bahwa E termuat di dalam ruang tertutup S yang dibangun oleh {ωkψl}. Ambil sebarang ωψ ∈ E. Karena {ωk} dan {ψl} adalah basis, maka ω = ∑kckωk dan ψ = ∑ldlψl dengan ∑k|ck|2 < ∞ dan ∑l|dl|2 < ∞. Akibatnya

∑l∑k|ckdl|2 < ∞. Jadi menurut Teorema 3.2 ada vektor µ = ∑l∑kckdlωk⊗ψl di S. Dengan

perhitungan langsung diperoleh ωψ

k<M,l<N ckdl ωkψl →0 untuk M, N →∞.

Contoh 4.4 Ruang Hilbert di dalam deskripsi mekanika kuantum dari sebuah partikel Schrödinger tunggal dengan spin 12 adalah L2(R3, dx;C2), yakni himpunan pasangan (ψ1(x), ψ2(x)) dari

fungsi-fungsi yang kuadratnya terintegral Lebesgue. Dapat ditunjukkan bahwa L2(R3, dx;C2) ∼= L2(R3, dx) ⊗C2.

5

Operator di dalam Ruang Hilbert

Pada bagian iniHdanHi selalu menyatakan ruang Hilbert atas lapanganK∈ {R, C}.

Pertama kita mengingat pengertian operator adjoin ruang bernorma. Diberikan ruang bernorma X and Y dengan ruang dualnya berturut-turut X0 and Y0, dan operator T ∈ L(X, Y). Operator adjoin (ruang bernorma) T0 : Y0 →X0 didefinisikan melalui

(T0y0)(x) =y0(Tx), dengan y0 ∈Y0 and x∈X.

Definisi 5.1 Diberikan ruang Hilbert H1,H2, T ∈ L(H1,H2), dan Φi : Hi → Hi0, i = 1, 2 adalah

isomorfisma isometrik yang diberikan oleh teorema representasi Riesz. Operator adjoin (ruang Hilbert) T∗ dari T didefinisikan sebagai

T∗ :=Φ−11T0Φ2.

Dengan kata lain berlaku,

(Tx, y)H2 = (x, T∗y)H1, untuk setiap x∈ H1, y∈ H2.

Sifat-sifat dasar dari operator adjoin diberikan dalam teorema berikut. Teorema 5.2 Diberikan S, T ∈ L(H1,H2), R∈ L(H2,H3), dan λK.

(16)

(a) (S+T)∗ =S∗+T∗ (b) (λS)∗ =λS∗ (c) (RS)∗= S∗R∗ (d) S∗ ∈ L(H2,H1)andkSk = kS∗k (e) S∗∗=S (f) kSS∗k = kS∗Sk = kSk2

(g) ker(S) = (ran(S∗))⊥, ker(S∗) = (ran(S))⊥. Khususnya, S injektif jika dan hanya jika ran(S∗)

padat di dalamH1.

Bukti. (a) - (e) mudah dibuktikan dari definisi operator adjoin. (f). Perhatikan bahwa untuk setiap x ∈ H1,

kSxk2 = (Sx, Sx) = (x, SSx) ≤ kxk kSSxk, yang berarti kSk2= sup kxk≤1 kSxk2 ≤ sup kxk≤1 kxkkS∗Sxk ≤ kS∗Sk ≤ kS∗kkSk = kSk2.

Hal ini memberikankSk2 = kSSkdan juga

kSk2 = kS∗k2 = kS∗∗S∗k = kSS∗k. (g). Untuk setiap x∈ H1berlaku

Sx=0⇐⇒ (Sx, y) =0 untuk setiap y∈ H2 ⇐⇒ (x, S∗y) =0 untuk setiap y∈ H2 ⇐⇒ x∈ (ran(S∗))⊥.

Ini berarti ker(S) = (ran(S∗))⊥. Selanjutnya, ker(S∗) = (ran(S∗∗))⊥ = (ran(S))⊥.

Dengan demikian pemetaan S7→ S∗ merupakan sebuah isometri surjektif konjugat linear dari

L(H1,H2)keL(H2,H1). Perhatikan bahwa hal ini analog dengan pemetaan λ7→ λpadaC. Sekarang kita akan mendefinisikan beberapa kelas yang penting dari operator-operator di ruang Hilbert.

Definisi 5.3 Diberikan T ∈ L(H1,H2).

1. T disebut operator uniter jika T invertibel dengan TT∗ =IdH2 dan T∗T =IdH1 2. Dalam halH1= H2, T disebut operator adjoin-diri (atau Hermitian) jika T=T∗ 3. Dalam halH1= H2, T disebut operator normal jika TT∗ = T∗T

(17)

• T operator uniter jika dan hanya jika T surjektif dan(Tx, Ty) = (x, y)untuk setiap x, y ∈ H1

• T operator adjoin-diri jika dan hanya jika(Tx, y) = (x, Ty)untuk setiap x, y∈ H1

• T operator normal jika dan hanya jika(Tx, Ty) = (T∗x, T∗y)untuk setiap x, y ∈ H1

• Operator adjoin-diri dan operator uniter (dalam kasus H1 = H2) merupakan operator normal

• T∗T dan TT∗ merupakan operator adjoin-diri

Contoh 5.4 (i). DiberikanH =L2[0, 1]dan Tk ∈ L(H)adalah operator integral (Tk)(x):=

Z 1

0

k(s, t)x(t)dt.

Maka Tk∗ = Tk∗ dengan k∗(s, t) = k(t, s), sebab dengan menggunakan Teorema Fubini kita

memperoleh (Tkx, y) = Z 1 0 Z 1 0 k (s, t)x(t)dt y(s)ds = Z 1 0 Z 1 0 k (s, t)x(t)dt  y(s)ds = Z 1 0 x (t) Z 1 0 k (s, t)y(s)ds  dt = (x, Tk∗y).

Tkmerupakan operator adjoin-diri jika dan hanya jika k(s, t) =k(t, s)dt-hampir di mana-mana. Dalam hal ini k disebut kernel simetris.

(ii). Diberikan operator geser kiri T : l2 → l2 yakni (s1, s2, . . .) 7→ (s2, s3, . . .). Maka operator

adjoin T∗ dari T adalah operator geser kanan, yakni T∗((t1, t2, . . .)) = (0, t1, t2, . . .). T bukan

operator normal sebab TT∗ = Id tetapi T∗T = PU dengan U = {(si) : s1 = 0}. PU adalah

operator proyeksi pada subruang U.

(iii). Transformasi Fourier F : L2(Rn) →L2(Rn), yakni

F (f)(t) = p 1

()n

Z

Rn f(x)e

−itxdx

merupakan operator uniter.

Sifat berikutnya secara geometris mengatakan bahwa operator yang mengawetkan jarak juga mengawetkan sudut.

Lema 5.5 Diberikan T ∈ L(H1,H2). Kedua pernyataan berikut ekuivalen: (i) T isometri

(18)

Teorema 5.6 Diberikan ruang HilbertH atas lapanganC dan T ∈ L(H). Kedua pernyataan berikut ekuivalen:

(i) T adjoin-diri

(ii) (Tx, x) ∈R untuk setiap x∈ H

Bukti. (i)⇒(ii): cukup jelas melalui

(Tx, x) = (x, T∗x) = (x, Tx) = (Tx, x). (ii) ⇒(i): untuk λC diperhatikan bilangan real

(T(x+λy), x+λy) = (Tx, x) +λ(Tx, y) +λ(Ty, x) + |λ|2(Ty, y). Dengan mengambil konjugat kompleks pada kedua ruas diperoleh

(T(x+λy), x+λy) = (Tx, x) +λ(y, Tx) +λ(x, Ty) + |λ|2(Ty, y). Selanjutnya substitusikan λ=1 dan λ= −i untuk mendapatkan

(Tx, y) + (Ty, x) = (y, Tx) + (x, Ty) dan (Tx, y) − (Ty, x) = −(y, Tx) + (x, Ty)

dan dari sini disimpulkan(Tx, y) = (x, Ty).

Teknik menggunakan x+λy seperti dalam pembuktian di atas dikenal sebagai polarisasi.

Lema 5.7 (Ketaksamaan Cauchy-Schwarz yang diperumum) Jika operator T ∈ L(H) adjoin-diri, maka

|(Tx, y)| ≤Mkxk kyk, dengan M :=sup{|(Tx, x)|:kxk ≤1}.

Bukti. Perhatikan dua kesamaan

(T(x+y), x+y) = (Tx, x) + (Tx, y) + (Ty, x) + (Ty, y)

dan

−(T(x−y), x−y) = −(Tx, x) + (Tx, y) + (Ty, x) − (Ty, y).

Dengan menjumlahkan kedua kesamaan di atas dan dengan memanfaatkan sifat adjoin-diri dari T diperoleh

4<(Tx, y) = (T(x+y), x+y) − (T(x−y), x−y).

Dengan menggunakan argumentasi homogenitas diperoleh untuk setiap x∈ H |(Tx, x)| ≤ Mkxk2.

(19)

Selanjutnya hukum jajargenjang memberikan

|4<(Tx, y)| = |(T(x+y), x+y) − (T(x−y), x−y)| ≤ |(T(x+y), x+y)| + |(T(x−y), x−y)| ≤ Mkx+yk2+Mkx−yk2

=2M(kxk2+ kyk2).

Untuk x, y ∈ H dengan kxk = kyk = 1 berlaku |<(Tx, y)| ≤ M. Untuk x, y ∈ H dengan

kxk = kyk =1 yang tetap dapat dipilih sebuah bilangan kompleks θ dengan|θ| = 1 sehingga θ(Tx, y) = |(Tx, y)|. Jadi

|(Tx, y)| = |(Tx, θy)| = |<(Tx, θy)| ≤ M.

Dengan menerapkan kembali argumentasi homogenitas terbuktilah lema. . Teorema 5.8 Jika operator T∈ L(H)adjoin-diri, maka

kTk = sup kxk≤1

|(Tx, x)|.

Bukti. Dengan menggunakan ketaksamaan Cauchy-Schwarz sup kxk≤1 |(Tx, x)| ≤ sup kxk≤1 kTxkkxk = sup kxk≤1 kTxk = kTk. Sebaliknya dengan menggunakan Lema 5.7 diperoleh

kTk = sup kxk≤1 kTxk = sup kxk≤1 sup kyk≤1 |(Tx, y)| ≤ sup kxk≤1 sup kyk≤1 Mkxk kyk = sup kxk≤1 |(Tx, x)|. Catatan:

• supkxk≤1|(Tx, x)|dapat dinyatakan sebagai max ( sup kxk≤1 (Tx, x),− inf kxk≤1(Tx, x) ) .

• Jika T∈ L(H)adjoin-diri dan(Tx, x) =0 untuk setiap x∈ H, maka T=0. Terakhir akan diberikan karakterisasi dari operator proyeksi yang adjoin-diri.

Teorema 5.9 Diberikan P ∈ L(H) sebuah operator proyeksi, yakni P2 = P dengan P 6= 0. Kelima

pernyataan berikut ekuivalen:

(i) P proyeksi ortogonal, yakni ran(P) ⊥ker(P)

(ii) kPk =1 (iii) P adjoin-diri (iv) P normal

(20)

6

Soal Latihan

1. Buktikan Teorema 1.10

2. Ruang Hardy pada cakram satuan terbuka Diberikan cakram satuan terbuka

D := {z∈C :|z| <1}

di bidang kompleks dan 1≤ p< ∞. Definisikan

Hp(D):= {f :DC : f analitik , Np(f) <∞}, dengan Np(f):= sup 0≤r<1  1 Z 0 |f(re)|p 1/p . Buktikan:

(i) Untuk setiap z0∈D dan setiap f ∈ Hp(D)berlaku |f(z0)| ≤

1

(d(z0, ∂D)2)1/p

Np(f),

dengan ∂D := {z∈C :|z| =1}.

(ii) Hp(D), Np merupakan ruang bernorma

(iii) Hp(D), Np merupakan ruang Banach

(iv) Hp(D), N

p ruang Hilbert jika dan hanya jika p=2

(v) Apabila f(z) = ∞

n=0 anzn,

maka f ∈ H2(D) jika dan hanya jika (an)n≥0 ∈ l2. Lebih lanjut, pemetaan h :

H2(D) → l2 yang didefinisikan dengan h(f) = (a

n)n≥0 merupakan isomorfisma

isometrik ruang Hilbert.

3. Diberikan X adalah ruang vektor dari semua fungsi f :RC dengan

f(t) = n

k=1 ckekt, n∈ N, ckC, αkR.

(i) Buktikan bahwa pemetaan (·,·): X×X→C dengan (f , g):=lim a→0 1 2a Z a −a f (t)g(t)dt merupakan sebuah hasilkali dalam pada X

(21)

(ii) Apabilak · kadalah norma yang diinduksi oleh(·,·), maka tunjukkan kfk = n

k=1 |ck|2 !1/2 , dengan f ∈ X, f(t) =∑nk=1ckekt, αk 6=αj untuk k6=j.

(iii) ApabilaHadalah ruang Hilbert yang diperoleh sebagai lengkapan dari X terhadap

k · k, buktikan bahwaH tidak separabel.

4. (i) Diberikan dua ruang Hilbert H1 danH2, sistem ortonormal {e1, . . . , en} ⊂ H1 dan {b1, . . . , bn} ⊂ H2, λ1, . . . , λn ∈C, dan T :H1 → H2 dengan definisi

T(x) = n

j=1 λjbj(x, ej). TentukankTk.

(ii) Diberikan ruang Hilbert H dan sebuah sistem ortonormal {e1, e2} ⊂ H, matriks

persegi A = a b

c d !

dengan a, b, c, d ∈ C, dan operator S, T : H → H dengan definisi S(x) =a(x, e1)e1+b(x, e2)e2dan T(x) =c(x, e1)e1+d(x, e2)e2. Buktikan:

kS+Tk2+ kS−Tk2=2 kSk2+ kTk2 jika dan hanya jika

(max(|a+c|,|b+d|))2+ (max(|a−c|,|b−d|))2 =2 max(|a|,|b|)2+max(|c|,|d|)2 . (iii) Buktikan apabila H adalah ruang Hilbert dengan dimensi ≥ 2, maka L(H) :=

L(H,H)bukan ruang Hilbert.

5. (a) Buktikan apabila µ1 dan µ2 adalah dua ukuran Borel pada R yang saling singular

dan µ= µ1+µ2, maka L2(R, dµ)isomorfis dengan L2(R, dµ1) ⊕L2(R, dµ2)

(b) Apabila µ adalah sebuah ukuran Borel pada R, maka buktikan bahwa L2(R, dµ)

separabel.

(c) Berikan sebuah ruang ukuran hingga (yakni(M,F, µ)dengan µ(M) <∞) sehingga

L2(M, dµ)tidak separabel.

(d) Diberikan(M1, µ1)dan(M2, µ2)dua ruang ukuran sehingga L2(M1, dµ1)dan L2(M2, dµ2)

separabel. Tunjukkan bahwa terdapat dengan tunggal sebuah isomorfisma dari L2(M

1, dµ1) ⊗L2(M2, dµ2)ke L2(M1×M2, dµ1⊗2)sehingga f⊗g7→ f g.

6. (a) Berikan contoh ruang hasilkali dalam X dan sebuah subruang U⊆ X dengan i. U6= U⊥⊥

ii. U⊕U⊥6=X.

(b) Diberikan ruang HilbertH dan M subruang dariH. Misalkan f : M →C sebuah

fungsional linear padaMdengan batas K. Buktikan bahwa terdapat dengan tunggal perluasan dari f ke sebuah fungsional linear kontinu pada H dengan batas yang sama.

(22)

(c) Tunjukkan bahwa bola satuan di dalam suatu ruang Hilbert berdimensi tak hingga memuat tak hingga banyaknya translasi yang saling asing dari sebuah bola dengan jari-jari

2 4 .

7. (i) Diberikan ruang HilbertH dan A :H → Hoperator adjoin-diri sehingga (Ax, x) =

0 untuk setiap x∈ H. Buktikan A= 0.

(ii) Berikan sebuah matriks tak nol M ∈ M2(R) sehingga (Ax, x) = 0 untuk setiap x∈R2.

(iii) Diberikan ruang HilbertHatasR. Buktikan ketiga pernyataan berikut ekuivalen: (a) Untuk setiap T ∈ L(H) dengan sifat (Tx, x) = 0 untuk setiap x ∈ H berlaku

T =0

(b) dimR(H) =1

(c) Topologi konveks lokal pada L(H) yang dibangun oleh keluarga seminorma

(px)x∈H adalah Hausdorff, dengan px(T):= |(Tx, x)|.

Sifat ini memberikan karakterisasi ruang Hilbert real berdimensi satu.

8. (a) Diberikan k∈ L2([0, 1]2)dan Tk : L2[0, 1] →L2[0, 1]adalah operator integral dengan

definisi

(Tk)(s):=

Z 1

0 k

(s, t)x(t)dt. Tentukan kondisi pada kernel k sehingga operator Tk normal.

(b) Diberikan ruang Hilbert H atas lapangan C dan operator T ∈ L(H) adjoin-diri. Buktikan bahwa operator T+iId dan T−iId bijektif dan mempunyai invers yang kontinu. Lebih jauh, tunjukkan bahwa transformasi Cayley dengan definisi

CT := (T+iId)(T−iId)−1

merupakan operator uniter.

9. Nilai karakteristik dari sebuah operator T adalah bilangan kompleks λ sehingga TλId mempunyai kernel tak trivial. Jika λ adalah sebuah nilai karakteristik dari operator T maka setiap penyelesaian tak trivial dari persamaan Tx= λxdisebut vektor karakteristik dari T yang berkorespondensi dengan nilai karakteristik λ. Apabila diberikan ruang HilbertHdan sebuah operator adjoin-diri T ∈ L(H), buktikan

(i) Semua nilai karakteristik dari T bernilai real.

(ii) Setiap dua vektor karakteristik dari T yang berkorespondensi dengan nilai karakter-istik yang berbeda bersifat ortogonal.

(iii) Bentuk kuadratik x7→ (Tx, x)bernilai real. 10. Buktikan Teorema 5.9

(23)

Daftar Pustaka

[1] Alt, Hans Wilhelm. Lineare Funktionalanalysis, 5., überarb. Auflage. Berlin, Heidelberg: Springer, 2006.

[2] Reed, Mike, and Simon, Barry. Methods of Modern Mathematical Physics. I. Functional Anal-ysis. New York: Academic Press, 1972.

[3] Werner, Dirk. Funktionalanalysis, 6., korrigierte Auflage. Berlin, Heidelberg: Springer, 2007.

David Hilbert was old and partly deaf in the nineteen thirties. Yet being a diligent man, he still attended seminars, usually accompanied by his assistant Richard Courant. One day a visitor was talking on his new findings in linear operators on Hilbert spaces. The professor was puzzled first. Soon he grew impatient and finally turned to Courant. "Richard, what is a Hilbert space?" he asked loudly.

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa sifat dari ruang topologi X bergantung kepada distribusi dari himpunan-himpunan terbuka dalam ruang topologi tersebut. Ruang topologi X disebut ruang Hausdorff atau

Ruang Hilbert merupakan ruang vektor atas suatu lapangan, dimana pada ruang vektor tersebut juga terdapat suatu inner product dan norm , sedemikian sehingga setiap

Himpunan X yang tidak kosong dilengkapi metrik d ditulis ( disebut ruang metrik sedangkan anggota-anggota himpunan X disebut titik-titik pada ruang metrik yang

Beberapa sifat dari ruang topologi X bergantung kepada distribusi dari himpunan-himpunan terbuka dalam ruang topologi tersebut. Ruang topologi X disebut ruang Hausdorff atau

Ruang Hilbert merupakan ruang vektor atas suatu lapangan, dimana pada ruang vektor tersebut juga terdapat suatu inner product dan norm, sedemikian sehingga setiap

Pada ruang Hilbert dapat didefinisikan beberapa jenis pemetaan, seperti pemetaan nonexpansive dan pemetaan nonspreading. Titik tetap dari pemetaan tertentu pada ruang Hilbert

Sebuah sub himpunan dari S sebuah ruang vektor V dimana sebuah sub ruang dari V, jika S itu adalah sebuah ruang vektor di bawah penambahan dan perkalian skalar yang

Dalam bab ini, dibahas mengenai konsep yang akan digunakan dalam pembahasan selanjutnya, diantaranya konsep ruang bernorma, ruang Hilbert, basis ortonormal, operator linear,