• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. BIDANG : IMAN, AJARAN, IBADAH ( IMAJI ) 1. IBADAH MINGGU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I. BIDANG : IMAN, AJARAN, IBADAH ( IMAJI ) 1. IBADAH MINGGU"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

MINGGU PENTAKOSTA

Minggu Pentakosta ini dirayakan selama 26 minggu. Masa ini disebut masa Gereja berjuang. Ada yang menyatakan bahwa sesudah Minggu Trinitas sudah tidak ada lagi hari raya. Sebenarnya, masih ada yaitu hari Minggu. Di mana melalui setiap hari Minggu, Gereja diingatkan tentang penyertaan TUHAN di dalam perjuangan hidup Gereja. ALLAH selalu beserta dengan GerejaNYA (ALLAH beserta kita) itulah perayaan yang besar dan penuh puji-pujian dan syukur.

Warna dasar : Hijau

Lambang/Logo : Burung merpati dengan ranting-ranting zaitun diparuhnya, perahu berlayar dan pelangi Warna pelangi : Merah, kuning hijau; Burung : Putih; Ranting : Pinggir putih;

Salib : Hijau; Ombak: Putih

Perahu : Bergaris putih; Tiang & Layar: Puith (penuh)

Arti : Pada mulanya dalam sejarah Gereja. Perahu merupakan symbol dari Gereja. Ide ini menjadi berarti bagi orang Kristen mula-mula yang mengalami penganiayaan dan pergumulan, ketika mereka mengetahui bahwa akan ada pertolongan dari TUHAN. Hal ini nyata lewat perpaduan antara perahu dan pelangi. Di sini janji ALLAH tentang pertolonganNYA itu mendapat penekanan yang kuat. Pelangi melambangkan kesetiaan ALLAH atas janjiNYA untuk memelihara bumi, dalam hal ini Gereja. Burung merpati dengan ranting zaitun di paruhnya mengungkapkan tentang janji keselamatan dan kehidupan dari ALLAH (band. Kej. 8:10-11) yang akan terus menyertai sampai ke tempat tujuan. Jadi sekalipun Gereja mengalami berbagai goncangan dan cobaan, Gereja akan tetap hidup di dalam dan oleh janji ALLAH tersebut. Minggu Sesudah Pentakosta adalah sepekan setelah Hari Minggu Trinitas.

P R A K A T A

Jemaat yang dikasihi TUHAN YESUS KRISTUS, Pelayan Firman beserta Penatua dan Diaken bertugas mengucapkan selamat datang dan selamat beribadah kepada Jemaat yang baru pertamakali beribadah maupun jemaat GPIB ”Galilea” Cilacap pada Minggu XXV sesudah PENTAKOSTA. Tema pada ibadah minggu ini adalah:

Mendengar Untuk Melaksanakan. Kiranya Ibadah yang kita lakukan saat ini berkenan dihadapan TUHAN

.

Pelayanan Pastoral dan Informasi penatalayanan dapat menghubungi :

1. Pdt. Ny. Retno W. Siahaan – Sumaredi, S.Th – Pastori Jl. Pisang Telp. 533040 (HP 081364939244) 2. Penatua atau Diaken yang terdekat dengan domisili Bpk/Ibu/Sdr.

3.

Kantor sekretariat setiap hari kerja,

Hari Selasa s/d Sabtu = Pukul 08.00 s/d 15.00 wib.

Hari Minggu = Pukul 08.00 – 13,00 WIB.

Hari Senin = Libur

HP. 085 328 337 040 (AS) 085 747 472 976 (IM3) Telp.& Fax 0282 - 542269 I. BIDANG : IMAN, AJARAN, IBADAH ( IMAJI )

1. IBADAH MINGGU

Unsur Minggu, 06 November 2016 Minggu, 13 November 2016 Minggu, 20 November 2016

NAS PEMBIMBING WAHYU 1 : 8 YEHEZKIEL 33 : 11c FILIPI 1 : 3 – 4

BERITA ANUGERAH KOLOSE 1 : 13 – 14 DANIEL 9 : 9 2 TAWARIKH 7 : 14

PERINTAH HIDUP BARU YESAYA 44 : 2 – 8 AYUB 22 : 21 – 22 YUDAS 1 : 20 – 23

BACAAN ALKITAB WAHYU 1 : 1 – 8 YEHEZKIEL 33 : 1 – 11 FILIPI 1 : 1 – 11

Pujian Umat

Menghadap Tuhan KJ. 53 : 1, 2, 3 GB. 20 : 1, 2 GB. 4 : 1, 2, 3

Menyambut Salam KJ. 240a : 1, 2, 3 GB. 17 : 1, 2 GB. 11 : 1, 2

Pengakuan Dosa GB. 333 : 1, 2, 3 GB. 25 : 1, 5, 6 GB. 227 : 1, 2

Pengampunan Dosa GB. 60 : 1, 2 GB. 29 : 1 GB. 214 : 1, 2 GB. 382 GB. 382 GB. 382 GB. 387 GB. 393 GB. 394 GB. 392a GB. 392b GB. 392a

Pernyataan Atas Firman GB. 237a : 1, 2, 3 Gb. 356 : 1, 5 GB. 299 : 1, 2, 3 GB. 389a GB. 389b GB. 389a

Pengucapan Syukur GB. 113 : 1, 2, 3 GB. 80 : 1, 2, 3 GB. 79 : 1, 2, 3

Pengutusan GB. 62 : 1, 2, 3 KJ. 436 : 1, 2, 3 KJ. 453 : 1, 2, 3

+1+

(2)

2. PELAYAN FIRMAN dan TUGAS PRESBITER, IBADAH MINGGU (UMUM), Minggu, 06 November 2016 TEMA : MENDENGAR UNTUK MELAKSANAKAN

Pel. Gereja Jl.Pisang, 06.00 WIB Gereja Jl. Rinjani, 09.00 WIB Gereja Jl.Pisang, 17.00 WIB Purwokerto, 09.00 WIB PF Anggoro, S.Si.Teol. Vik. Yosua Wahyu Pdt. Em. V. Marpaung Siahaan-Sumaredi, S.Th Pdt. Ny. Retno W. Dkn. E.Jakub Warella P. 1 P. 2 P. 3 P. 4 P. 5 P. 6 P. 7 P. 8 P.9 Pnt. David Y. Nisnoni Pnt. Lexy D. Korua Dkn. Antonius Slamet Dkn.Adrians Wattiheluw Pnt. Risna P. Bone Dkn. Ny.Yosanthy Louis Pnt. Yohanes Sartono Dkn. Ny. Erma Vinky

Pnt. Yusuf Jatimulya Pnt. P. Sihombing Pnt.Ny.Warni Situmeang Dkn. Stepanus Kale Dkn. Frans E. Fere Dkn. M. Taralalu. Pnt. Ir. Y.I.M. Nababan Pnt. J.W. Darmono Dkn. Jesaya Pelupessy Pnt. Irianto Sjioen Dkn. Sappe Pakpahan Pnt. Dr. Naek Siregar Dkn. P. Manalu Pnt. W. Leiwakabessy Pnt. Yance Kayadu Pnt. Johanes A. Piay Dkn. Derald Gaspersz

Organis Bpk. Marzel Sahuburua Ibu Sandra Lumba Adik. Noni Siregar Kantoria

Ibu RennyJohny, Bpk.Johny& Ibu Maria Sahuburua

PS. Naviri Daud Bpk. David Siahaan & Bpk. Yoyo Latupeirissa Isi Pujian PS. Naviri Daud

Multimedia Sdr. Vega Baloto Sdr. Roy Pasaribu Bpk. Tonny Itran

3 . JADWAL TUGAS PF dan PRESBITER, pada IBADAH UMUM (MINGGU), Minggu, 13 November 2016

TEMA : BERTOBATLAH Pel. Gereja Jl.Pisang,

06.00 WIB Gereja Jl. Rinjani, 09.00 WIB Gereja Jl.Pisang, 17.00 WIB Purwokerto, 09.00 WIB PF Siahaan-Sumaredi, S.Th. Pdt. Ny. Retno W. Pdt. W.T.C. Melatunan, M.Min. (Jakarta) Vik. Eni Wahyuningsih, S.Si. (GKJ Citara) Pnt. Lexy D. Korua

Dkn. Ny. Erma Vinky Organis Bpk. Marzel Sahuburua Ibu Sandra Lumba Sdr. Ricard Sugiharto

Kantoria Ibu Novi Tetengean &

Ibu Jeanne Yusuf PS. Jemaat

Ibu Maria Sahuburua & Ibu Elizabeth Piay

Isi Pujian PS. Jemaat

Multimedia Ibu Reta Budianto Sdr. Aditya Wattiheluw Sdri. Meli Nongkang

4. IBADAH KELUARGA, RABU, 09 November 2016

TEMA : DALAM KEKURANGAN TETAP TAAT ( WAHYU 3 : 7 – 13)

SEK. PKL. KELUARGA ALAMAT PELAYAN FIRMAN

I 18.00 KEL. Bpk. SIMON DIKIT

SUGIANTO Jl. Pisang No. 876

PF. : Pnt. Yusuf Jatimulya PD. : Pnt. Johanes A. Piay PS. : Dkn. E. Jakub Warella II 18.00 KEL. Bpk. SIMSON ITRAN Tamna Patra Indah

B. 1 No. 10

PF. : Pdt. Ny. Retno W. Siahaan-Sumaredi, S.Th PD. : Pnt. W. Leiwakabessy

PS. : Dkn. Ledrik Sahuburua III 18.00 KEL. Bpk. RISNA P. BONE Jl. Penyu Timur No.

4

PF. : Pnt. P. Sihombing PD. : Dkn. P. Manalu PS. : Dkn. Ny. Yosanthy Louis IV 18.00 KEL. Bpk. FREDDY

SILITONGA

Sidanegara Indah Blok V / 144

PF. : Vik. Yosua Wahyu Anggoro, S.Si. Teol PD. : Pnt. Yohanes Sartono

PS. : Dkn. Ny. Erma Vinky

10.00 PELAYANAN NUSAKAMBANGAN PF. : Pdt. Ny. Retno W. Siahaan-Sumaredi, S.Th

(3)

7. KELAS KETEKISASI

Kelas Katekisasi Tahun Ajaran 2016 – 2017 dilaksanakan setiap hari :

NO NAMA SEKTOR PUKUL KETERANGAN

I Mahlige Intan Puspitasari 11.00 WIB Setiap Minggu 2 Natalia Meliani Sukandar I 11.00 WIB Setiap hari Minggu 3 Michael Jackson E. Lomboan III 11.00 WIB Setiap hari Minggu 4 Retno Tri Setiyowati I 11.00 WIB Setiap Minggu

5 Devita Maharani IV 10.00 WIB Katekisasi Khusus setiap hari Kamis

6 Pujiyati II Katekisasi Khusus Okt – 03 Des 2016 Via Telp. 8. JADWAL TUGAS PF dan PRESBITER pada IBADAH KELUARGA, Rabu, 16 November 2016 TEMA : HATI-KU AKAN BAIK KEMBALI ( YEHEZKIEL 36 : 1 – 21)

Pel. SEKTOR I SEKTOR II SEKTOR III SEKTOR IV PF Pnt. Yance Kayadu Pnt. David Y. Nisnoni Pdt. Ny. Retno W.

Siahaan-Sumaredi, S.Th. Pnt. W. Leiwakabessy PD Dkn. Derald Gaspersz Pnt. Yusuf Jatimulya Pnt. Ny. Warni Situmeang Pnt. P. Sihombing PS Dkn. E. Jakub Warella Dkn. Frans E. Fere Dkn. M. Taralalu Dkn. Stepanus Kale

9. IBADAH PELKAT PA & PT.

Hari/Tanggal Pukul PA PT

Minggu, 06.11.2016 09.00

GEDUNG PELKAT JL. RINJANI

Kelas Indria : Kak Iis & Kak Roosye Kls. Kecil :

Kls. Besar : Dkn. Jesaya Pelupessy

Kelas EKA & DWI PF. : Ibu Yvone Noya PD. :

Organis : Minggu,

13.11.2016 09.00

GEDUNG PELKAT JL. RINJANI Kelas Indria : Kak Dora Kls. Kecil & Besar : Pdt. Ny. Retno W. Siahaan-Sumaredi, S.Th

Kelas EKA & DWI

PF. : Ibu Maria Sahuburua PD. :

Organis : 10. JADWAL ORGANIS / PROKANTOR / KANTORIA.& PADUAN SUARA

20 Nov 2016 Gereja Jl. Pisang, 06.00 WIB Gereja Jl. Rinjani, 09.00 WIB Gereja Jl. Pisang, 17.00 WIB Organis Bpk. Marzel Sahuburua Ibu Sandra Lumba Bpk. Marzel Sahuburua

Katoria Bpk. David Siahaan &

Bpk. Yoyo Latupeirissa PS. Pelkat PKP

Ibu Jeanne Yusuf & Ibu Budi Weken

Isi Pujian PS. Pelkat PKP

11. JADWAL TUGAS MULTIMEDIA

MINGGU Gereja Jl. Pisang, 06.00 WIB Gereja Jl. Rinjani, 09.00 Gereja Jl. Pisang, 17.00 WIB 20 Nov 2016 Sdri. Mitariana Sdri. Imelda Natalia Sdr. Sadrakh Piay 27 Nov 2016 Bpk. Tony Itran Sdr. Rinto Pasaribu Sdr. Vega Baloto 04 Des 2016 Sdr. Sadrakh Piay Ibu Reta Budianto 11 Des 2016 Sdri. Meli Nongkang Sdr. Aditya Wattiheluw 11. PERSIAPAN KANTORIA

Persiapan Organis & Kantoria yang bertugas hari Minggu dilaksanakan setiap hari Sabtu Pukul 18.00 wib di Gereja Jl. Rinjani. Atas perhatian dan kehadirannya diucapkan terimakasih.

12. LATIHAN PADUAN SUARA

 Latihan Paduan Suara Jemaat dilaksanakan setiap hari Senin, pukul 18.00 WIB bertempat di Gedung Pelkat Jl. Rinjani.

 Latihan Paduan Suara Pelkat PKP dilaksanakan setiap hari Selasa, pukul 16.30 WIB bertempat di Gedung Pelkat Jl. Rinjani.

II. BIDANG : PELAYANAN dan KESAKSIAN (PELKES) – LINGKUNGAN HIDUP 1. INFORMASI PELAYANAN ORANG SAKIT / KEDUKAAN

Apabila Bapak / Ibu / Saudara memerlukan pelayanan Diakonia dapat menghubungi Pengurus Komisi PELKES / Diakonia & KORSEK nya masing – masing tersebut dibawah ini :

NO SEKTOR N A M A NO. TELP.

1 I - Dkn. ELIZA JAKUB WARELLA ( KORSEK) 081215739174 2 II - Dkn. FRANS E. FERE (KORSEK) 085225631467 3 III - Pnt. Ny. WARNI E. SITUMEANG (KORSEK) 537361 / 085227059166 4 IV - Dkn. ADRIANS L. WATTIHELUW 08157609137

(4)

III. BIDANG : GEREJA MASYARAKAT dan AGAMA (GERMASA)

1. NO TELPON PENTING

NO NAMA INSTANSI NO. TELP

1 RUMAH SAKIT SANTA MARIA 0282 – 534859

2 RUMAH SAKIT UMUM DAERAH 0282 – 533010

3 RUMAH SAKIT ISLAM FATIMAH 0282 – 542396, 0282 – 541065, 0282 – 540422 4 POLRES 0282 – 541102, 0282 – 533699, 0282 – 542157

5 PALANG MERAH INDONESIA 0282 – 542201

6 PEMADAM KEBAKARAN SENTRAL 113 – (0282 – 537413) PUSAT PENGENDALIAN OPERASI BENCANA 0282 - 537155

7 AMBULANCE 118

8 RUMAH SAKIT PERTAMINA CILACAP 0282 - 533276

9 RUMAH SAKIT APRILIA 0282 – 536307

IV. BIDANG : PEMBINAAN dan PENGEMBANGAN SDI (PPSDI) V. BIDANG : PELAYANAN KATEGORIAL (PELKAT)

1. JADWAL TUGAS PF dan PRESBITER pada IBADAH PELKAT, Kamis, 17 Nov 2016 TEMA : MALU DAN MUAL ( YEHEZKIEL 36 : 22 – 32 )

Pel. PKP Wil I + II

GABUNGAN PKB

GP (Jum’at, 18.11.16) BA : AMSAL 10 : 31 - 32 PF Vik. Yosua Wahyu Anggoro, S.Si.Teol Dkn. P. Manalu. Dkn. M. Taralalu

PD Ibu Ani Anton Pnt. Yusuf Jatimulya Sdr. Roy Pasaribu

2. IBADAH PELKAT

PELKAT Hari/Tanggal Pukul TEMPAT

GP Jum’at, 11.11.2016 19.00 DI GEREJA JL. PISANG PF. : Dkn. Sappe Pakpahan. PD. : Sdr. Ricard Sugiharto PKP Wil. I Kamis, 10.11.2016 16.00

DI Rumah Ibu HERIYANI PURWANTO Jl. Pasiran depan Pos Masuk

PF. : Pnt. Ny. Warni Situmeang PD. : Ibu Jenny Hutabarat PKP Wil. II

DI Rumah Ibu NORMA WENAS Perum GSP Jl. Serutu A23 / 406 PF. : Dkn. Ny. Yosanthy Louis

PD. : Ibu Endah Latupeirissa

PKB 19.00

Bpk. H. SIHOTANG mengambil tempat di GEDUNG PELKAT Jl. Rinjani

PF. : Pdt. Ny. Retno W. Siahaan-Sumaredi, S.Th PD. : Bpk. Rendika Wowor

VI. BIDANG : INFORMASI ORGANISASI dan KOMUNIKASI (INFORKOM

)

1. PERSIAPAN PRESBITER

Persiapan Presbiter pukul 18.00 WIB dilaksanakan setiap hari Selasa, bertempat di Konsistori Gereja Jl. Rinjani. (Bacaan Alkitab Hari Rabu, 16 November 2016 dari YEHEZKIEL 36 : 1 - 21 Hari Kamis, 17 November 2016 YEHEZKIEL 36 : 22 - 32 Jum’at, 18 November 2016 dari AMSAL 10 : 31 - 32 ).

2. RAPAT PHMJ

Rapat PHMJ dilaksanakan setiap hari Jum’at pukul 10.00 WIB di Ruang Rapat Jl. Rinjani. 3. PERSIAPAN PELAYAN PA

Persiapan Pelayan Pelkat PA dilaksanakan setiap hari Minggu, pukul 10.30 WIB bertempat di Gedung Pelkat Jl. Rinjani. Diharapkan seluruh Pelayan PA untuk hadir dalam Persiapan.

4. PERSIAPAN PELAYAN PT

Persiapan Pelayan Pelkat PT dilaksanakan setiap hari Selasa, pukul 19.00 WIB bertempat di Gedung Pelkat Jl. Rinjani. Diharapkan seluruh Pelayan PT untuk hadir dalam Persiapan.

5. PEMBERITAHUAN

Bagi Bapak / Ibu yang ketinggalan Alkitab kecil sampul kulit warna coklat di Gereja Jl. Pisang, dapat mengambil di kantor Sekretariat Gereja Jl. Rinjani.

(5)

6. WARGA JEMAAT BARU

Telah didaftar sebagai Warga Jemaat GPIB Galilea Cilacap Kel. Bpk. MARZEL STEWARD SAHUBURUA jumlah jiwa 2 orang dengan alamat Jl. Katik No. 12. Tuhan memberkati dimanapun kita bersekutu.

7. JANJI IMAN

Program Kerja Tahun Pelayanan 2016 – 2017, telah disahkan dalam Sidang Majelis Jemaat pada tanggal 05 April 2016 maka berdasarkan Proker tersebut Majelis Jemaat mohon peran serta Jemaat untuk mendukung Program Bidang PEG yaitu :

 Proker PEG 4014.02 tentang Kartu Janji Iman untuk Penggantian Lantai Gereja Jl. Rinjani.  Proker PEG 8114.02 tentang Dana untuk Pengadaan Mobil melalui Kotak Khusus. 8. PERSEMBAHAN KOTAK KHUSUS

Menunjuk Surat dari :

 Yayasan Perguruan Tinggi Kristen Duta Wacana No. : 074/A.02/Yas/HDW/2016 perihal : Ucap Syukur Hari Duta Wacana ke 54. Untuk mewujudkan hal dimaksud Jemaat dimohon memberikan Persembahan Syukurnya melalui Kota yang tersedia pada Ibadah Minggu, 06 November 2016 pukul 06.00 & pukul 17.00 WIB di Gereja Jl. Pisang selanjutnya dikirin ke UKDW.

 Majelis Sinode Nomor. : 1927/V-15/MS.XIX perihal Ibadah Syukur HUT ke 68 GPIB, untuk mewujudkan hal dimaksud Jemaat dimohon memberikan Persembahan Syukurnya melalui Kota yang tersedia pada Ibadah Minggu, 06 November 2016 pukul 09.00 WIB di Gereja Jl. Rinjani dan selanjutnya di setor ke Majelis Sinode.

9. PRESBITER YANG IJIN

Daftar nama Presbiter yang Ijin Ke Luar Kota pada Minggu ini

NO NAMA TANGGAL KETERANGAN

1 Dkn. Ny. Nelly Sunaryo Sept - Okt Yogyakarta

2 Pnt. T. Sihombing Jakarta

3 Dkn. Ledrik Sahuburua 03 – 07 Nov Batam

10. RANGKAIAN KEGIATAN PANITIA HUT GPIB, NATAL 2016 & PASKAH 2017 PENYEGARAN IMAN

Dalam rangka HUT ke 68 GPIB & HUT ke 43 GPIB Jemaat Galilea Cilacap, mengundang seluruh Warga Jemaat untuk hadir dalam Ibadah Penyegaran Iman & Perayaan yang akan dilaksanakan pada:

Hari/Tanggal : Sabtu, 12 November 2016 Tempat : Gereja Jl. Rinjani Waktu : Pukul 17.00 WIB – Selesai Dresscode / Pakaian : Pakaian Nuansa Etnis / Daerah

Pembicara : Pdt. W.T.C. Melatunan, M.Min dari GPIB Nazareth Jakarta  AKSI SOSIAL

Akan mengadakan Aksi Sosial untuk Guru-Guru TK sampai SMA Kristen Cilacap,Tukang Penggali Kubur dan Penjaga Palang Kereta sebanyak 60 paket. Adapun yang dibutuhkan Panitia adalah sebagai berikut : Beras 300 kg, Gula Pasir ukuran 1 kg 60 kg, Minyak Goreng Kemasan ukuran 1 liter 60 liter, dan Mie Instan 10 Dos. Untuk itu Panitia memohon Partisipasi Warga Jemaat untuk membantu memenuhi kebutuhan yang disebutkan diatas. Bantuan dapat dikumpulkan di Sekretariat Gereja paling lambat tanggal 16 November 2016. Untuk info lebih lanjut dapat menghubungi Panitia Ibu Ketty Manabung (081 390 682 777) dan Ibu Elizabeth Piay ( 081 327 270 097). Terimakasih. Sumbangan yang sudah masuk :

NO N A M A BERAS GULA PASIR MINYAK GRG MIE INSTAN

1 NN 50 kg - - -

2 Kel. Bpk. V. Hutagalung 25 kg - - 2 Dos

3 Cilla Kale - 2 kg 2 ltr -

4 Grace & Gabby Louis - - 15 ltr -

5 Kel. Bpk. Ari Budianto - - 12 ltr 2 Dos

6 Ibu Ihda Budi Prayitno - - 12 ltr -

7 Moses & Belen - 10 Kg 12 ltr -

(6)

VII. BIDANG : PENELITIAN dan PENGEMBANGAN (LITBANG) 1. TINGKAT KEHADIRAN JEMAAT PADA IBADAH

NO KEGIATAN SEK /

PELKAT HARI / TGL TEMPAT

JML. HADIR M P W A JML 1 Ibadah Umum Minggu, 30.10.2016 Gereja Jl. Pisang (06.00) 6 11 17 34

Gereja Jl. Rinjani (09.00) 8 82 86 10 186 Gereja Jl. Pisang (17.00) 6 13 27 46 Purwokerto 2 1 5 8 Minggu, 23.10.2016 Purwokerto 2 2 3 7 2 Ibadah Keluarga I Rabu, 02.11.2016 Kel. Bpk. Deddy Warella 3 10 17 6 36

II Kel. Bpk. Jerry N. Piay 5 13 16 6 40 III Kel. Bpk. Michael Louis 5 6 13 5 29 IV Kel. Bpk. R. Suherman 9 5 17 2 33 3 Ibadah Pelkat PKP I+II Kamis, 03.11.2016 Ibu Maria Wibowo 2 33 35

PKB Bpk. Tommy Sitompul 11 11 22

GP Jum’at, 28.10.2016 Gedung Pelkat Jl. Rinjani 9 4 13 PT Minggu, 30.10.2016 Ruang PT 8 11 19

PA Gedung Pelkat 6 43 49

4 Ibadah Diakonia Senin, 31.10. 2016 Gereja Jl. Pisang 15 VIII. BIDANG : DAYA dan DANA

1. PERBENDAHARAAN MAJELIS JEMAAT 1.1 PEMBANGUNAN EKONOMI GEREJA (PEG)

1.2 Bagi Warga Jemaat maupun Jemaat Tamu, apabila berkerinduan memberikan sumbangan untuk pelayanan dapat melalui rekening BCA :

- DANA RUTIN : 0962073423 a.n. YOSANTHY DESIRA SOHILAIT/ DAVID YAN NISNONI - DANA PEMELIHARAAN : 0962073326 a.n. YOSANTHY D. SOHILAIT/ DAVID YAN NISNONI 1.5. UCAPAN TERIMA KASIH

 Terpujilah Tuhan untuk segala persembahan jemaat. Kiranya Tuhan memberkati dan melimpahkan berkat dalam kehidupan segenap warga jemaat.

IX. BIDANG : UMUM 1. DUKUNGAN DOA

1.1 JEMAAT YANG SAKIT :

 Bpk. Ir. SARTONO - Sektor III Dalam Proses Penyembuhan  Bpk. S. HARIANDJA - Sektor I di Rumah

 Ibu G. SAHERTIAN - Sektor I di Rumah

 Pnt. M. DARTAM HARSONO - Sektor I Dalam Proses Penyembuhan  Ibu FEMMY PELUPESSY - Sektor II dalam Proses Penyembuhan  Ibu ZIPORA - Sektor Pelayanan Purwokerto di Rumah  Sdri. DEBORA N. SAIYA - Sektor IV di Klinik Bpk. Wondo Jl. Pucang

1.2 DOA SUBUH:

MAJELIS

JEM AAT MENGUNDANG SETIAP JEM AAT YANG TERPANGGIL UNTUK BERDOA

BERSAM A DALAM DOA SUBUH YANG DIADAKAN SETIAP HARI :

1. SENIN, 7 NOVEMBER 2016 PUKUL 05.00 WIB DI GEREJA JL. PISANG. YANG MEM IMPIN

PDT. NY. RETNO W. SIAHAAN-SUMAREDI, S.TH.

2.

SAB TU,

12

NOVEMBER

2016 PUKUL

05.00

WIB DI

GEREJA

JL.

RINJANI. YANG

MEMIMPIN DKN. ANTONIUS SLAMET.

TUHAN MEMBERKATI PELAYANAN KITA BERSAM A.

(7)

1.3 DAFTAR PELAYANAN DOA DAN KUNJUNGAN PENDETA, VIKARIS DAN KORSEK BAGI JEMAAT MINGGU INI :

NO NAMA KELUARGA NO NAMA KELUARGA

SEKTOR I SEKTOR III

1 KEL. Ibu OCTAVIANUS PARIAMA 1 KEL. Bpk. DJONI L. DIAS 2 Ibu YOHANA PARIAMA 2 KEL. Bpk. DANIEL MALIGHENOHI

SEKTOR II SEKTOR IV

1 KEL. Bpk. H. SIHOTANG 1 KEL. Bpk. MARKUS MAITIMU 2 KEL. Bpk. BAMBANG SETYABUDI 2 KEL. Bpk. DWI ADI SANTOSA 2. SELAMAT ULANG TAHUN

2.1 Majelis Jemaat mengucapkan Selamat Ulang Tahun Kelahiran bagi : 1 Bpk. S. HARIANDJA 06 Nov Sektor I 2 Bpk. WESLYN SITUMEANG 06 Nov Sektor III 3 Bpk. DAVID ALEXANDER MALIGHENOHI 06 Nov Sektor I

4 Sdr. MICA ATANNAEL TUHAERVAN BARUS 06 Nov Sektor II Anak Kel. Herman Barus 5 Bpk. BROERY TJOKRO 08 Nov Sektor II

6 Adik CINDY DWI ARYAWATI WATTIHELUW 08 Nov Sektor IV Anak Kel. Adrians Wattiheluw 7 Adik EMMANUEL ALBERT GERAD 08 Nov Sektor II Anak Kel. Alex L. Wattimena 8 Pnt. Bpk. RISNA PUDJANA BONE 09 Nov Sektor III

9 Sdr. RULY MENANDO BALOTO 09 Nov Sektor I Anak Kel. Herman Baloto 10 Sdr. ARTON VIKAXY PIAY 09 Nov Sektor I Anak Kel. Tonny Piay 11 Adik GIEZEL ZIVANNA SITUMEANG 09 Nov Sektor III Anak Kel. Ruben Situmeang 12 Adik ADELINA AYU CHRISTANTI 09 Nov Sektor III Anak Kel. Trijatmiko W. Adi 13 Ibu SUMIRAH JACOB 11 Nov Sektor III

14 Bpk. MARTHEN SAIYA 11 Nov Sektor IV 15 Dkn. Bpk. SAPPE PAKPAHAN 11 Nov Sektor IV

16 Sdr. SINTONG M. SINAMBELA 11 Nov Sektor III Anak Kel. V. Sinambela 17 Bpk. Pdt. Em. V. MARPAUNG 12 Nov Sektor III

18 Bpk. FERNANDO DJAWAMATA 12 Nov Sektor IV

19 Adik ABELLA VANIA STEFANI KALE 12 Nov Sektor IV Anak Kel. Stepanus Kale

2.2 Majelis Jemaat mengucapkan Selamat Ulang Tahun Perkawinan bagi :

1 KEL. Bpk. YOHANES ASTIONO CHRISTANTO & Ibu YUNITA SITOMPUL 08 Nov Sektor IV 19 Tahun 2 KEL. Bpk. YOYO LATUPEIRISSA & Ibu ENDAH 08 Nov Sektor III 8 Tahun 3 KEL. Bpk. FREDDY CHARLYSTON SILITONGA & Ibu ANRIA RISMA SARI SINAGA 10 Nov Sektor IV 4 Tahun 4 KEL. Bpk. MARKUS MAITIMU & Ibu WHELLY ROOSYE 11 Nov Sektor IV 21 Tahun 5 KEL. Bpk. ADRIAN ESAU MALAIMUTA & Ibu HILDA Br. HUTAPEA 12 Nov Sektor IV 5 Tahun 6 KEL. Bpk. HERMAN BARUS & Ibu T. HARI LESTYOWATI PERTIWI 12 Nov Sektor II 22 Tahun Demikian Warta Jemaat, atas perhatian jemaat diucapkan terimakasih. Tuhan memberkati.

Pdt. Ny. Retno W. Siahaan-Sumaredi, S.Th. Pnt. H. Yance Kayadu Ketua Sekretaris

WJ Nov HYK / rnt

Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan cetak dan lain-lain. Terimakasih atas koreksi dalam penulisan Warta Jemaat ini

(8)

+8+

WARTA SEKTOR I

Rabu, 19 Oktober 2016

1. Ibadah Pelkat PKP Wil I Kamis, 20 Oktober 2016 pukul 16.00 WIB Ibu Anie

Warella mengambil tempat di Gereja Jl. Pisang

2. Ibadah Pelkat PKP Wil II Kamis, 20 Oktober 2016 pukul 16.00 WIB Di

Rumah Ibu M. Taralalu Perum GSP Jl. Gebe AC 27 / 8

3. Kel. Ibu Margaretha Sri Guritno mengundang segenap Warga Jemaat Sektor

II dan majelis Jemaat beserta Keluraga untuk hadir dalam Ibadah

Pengucapan Syukur pada hari Jum’at, 21 Oktober 2016 pukul 18.00 WIB.

3. Ibadah Pelkat PKB hari Kamis, 20 Oktober 2016 pukul 19.00 WIB Bpk.

Rendika Wowor Perum Bukit Panorama Tunggul Wulung Blok Q 24 Tritih Lor

4. Ibadah Pelkat GP hari Jum’at, 21 Oktober 2016 pukul 19.00 WIB di Gerejha

Jl. Pisang.

(9)

5. Majelis Jemaat mengundang setiap jemaat yang terpanggil untuk berdoa

bersama dalam Doa Subuh yang diadakan setiap hari Senin, pukul 05.00

WIB di Gereja Jl. Pisang dan setiap hari Sabtu, pukul 05.00 WIB di Gereja Jl.

Rinjani.

6. Ibadah Keluarga Rabu, 26 Oktober 2016 pukul 18.00 WIB berdasar Jadwal :

 Sektor I di Rumah Kel. Bpk. Benyamin Priwidodo

(10)

RESUME BUKU

JUDUL

: MENELITI JEMAAT: PEDOMAN RISET PARTISIPATORIS

PENULIS

: JOHN MANSFORD PRIOR

TAHUN TERBIT

: 1997

PENERBIT

: GRASINDO

TEBAL

: 312 (dengan lampiran) + xviii

Buku ini hadir dari adanya kesadaran mengenai konteks sosial-budaya yang terus bergerak dan

berubah. Di mana dalam konteks yang seperti itulah gereja lahir, hidup, dan berkembang. Oleh karena

itu gereja (perlu) terus menerus menggumuli kehadiran dan keberadaan Allah dalam situasi konteks

saat ini. Tugas-tugas rutin gereja seperti ibadah atau penggembalaan belum tentu cukup untuk

menjawab tantangan konteks saat ini. Perlu adanya peninjauan kembali akan cara-cara tradisional itu

sehingga kehadiran gereja bisa tepat sasaran dengan konteks saat ini. Dalam hal inilah, penelitian

terhadap gereja atau jemaat yang sifatnya ilmiah perlu dilakukan.

Dalam melakukan penelitian, John Mansford Prior menunjukkan ada 10 pedoman yang harus

diperhatikan oleh peneliti. Pertama, rumuskan dengan tepat apa yang hendak diteliti; apa

permasalahan atau fenomena yang ditemukan. Peneliti tidak boleh memulai dari sebuah kesimpulan.

Kedua, peneliti harus menyadari bahwa ia tidak dapat bebas dari prasangka atau dugaan, maka itu ia

harus menyadari apa kepentingannya dan perspektif apa yang ia gunakan dalam penelitian. Ketiga,

peneliti perlu memiliki tujuan yang jelas. Dalam artian penelitian ini dilakukan untuk apa dan untuk

siapa. Penelitian tidak dapat dimulai hanya dari sekedar “ingin tahu” saja.

Keempat, merupakan proses pengumpulan data. Ada 2 jenis peneliti, yaitu (1) peneliti asli yang

berasal dari kelompok sasaran penelitian dan (2) peneliti asing yang berasal dari luar. Dalam hal cara

mengumpulkan data atau metode penelitian, setidaknya ada 2 sumber data yaitu sumber lisan

(pengalaman/perilaku) dan sumber tulisan. Sumber tulisan itu dapat diperoleh dari berbagai macam

dokumen, yaitu dokumen resmi seperti hasil sensus penduduk, surat nikah/baptis, kontrak kerja, dsb.,

juga dokumen pribadi seperti jurnal, otobiografi, catatan harian, dsb..

Dalam sumber lisan ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk memperoleh data: 1)

Pengamatan-Serta. Di sini seorang peneliti ikut masuk ke dalam kehidupan kelompok sasaran penelitian dan ia

harus melakukan observasi dan pengamatan atas kehidupan itu. Fokusnya adalah “mengamati”, maka

itu peneliti tidak boleh menggurui, mengoreksi, ikut campur, atau memihak kelompok2 tertentu yang

sedang diamati.

(11)

RESUME BUKU

JUDUL

: MENELITI JEMAAT: PEDOMAN RISET PARTISIPATORIS

PENULIS

: JOHN MANSFORD PRIOR

TAHUN TERBIT

: 1997

PENERBIT

: GRASINDO

TEBAL

: 312 (dengan lampiran) + xviii

2) Wawancara Terbuka. Sebenarnya ada 3 jenis wawancara: a) Wawancara Sambil Lalu, ini

dilakukan tanpa rencana dan cenderung bebas dan spontan; b) Wawancara Terfokus, ini

dilakukan dengan perencanaan yang baik: siapa sasarannya, apa pertanyaannya, dan

bagaimana urutan pertanyaannya; c) Wawancara Terbuka, tipe ini bisa memiliki sifat yang

tertutup dan terstruktur seperti Wawancara Terfokus, namun bisa juga cenderung bebas.

Meskipun tetap memiliki 1 topik yang jelas untuk dijadikan bahan pertanyaan. Dalam

Wawancara Terbuka diharpkan responden dapat memberikan respon dan informasi yang

mendalam akan suatu hal. Jika Pengamatan-Serta hanya memberikan gambaran umum,

Wawancara Terbuka memberikan gambaran yang lebih mendalam.

Di dalam konteks Indonesia, salah satu yang paling sering muncul dalam wawancara adalah

responden memberikan informasi dalam bentuk cerita, bisa cerita rakyat atau pengalaman

pribadi. Cerita ini juga perlu dianalisis, misalnya dengan melihat tema, bentuk, pelaku dalam

cerita, dan sebagainya. Sehingga kita bisa menangkap isi dan maksud sebenarnya dari cerita

itu.

Mengingat bahwa setiap metode itu memiliki keterbatasan dalam memberikan data, maka

perlu juga dikembangkan Strategi Terpadu, yaitu strategi dengan menggunakan lebih dari 1

metode, sejumlah jenis data, sejumlah teori, dan sejumlah peneliti.

Pedoman kelima, peneliti harus sungguh2 masuk dan memahami sumber. Misalnya, dalam

wawancara peneliti harus sungguh2 mendengarkan dengan telinga, mata, dan hati. Peneliti

juga harus sabar dalam proses pencarian data yang mungkin berlangsung lama. Keenam,

peneliti harus objektif dalam melihat data. Ia tidak bisa memaksakan hasil data harus sesuai

dugaannya. Ia harus menyingkirkan prasangka pribadi dan terbuka jika hasil data itu berbeda

dari dugaannya.

(12)

Ketujuh, ketika melakukan analisis terhadap data-data, peneliti perlu menggunakan

imajinasi dan kreatifitas. Perlu mencari berbagai cara dalam mengolah data, misalnya

dengan mencari benang merah dan hubungan antar data atau meneliti penyebab data

itu muncul. Jadi peneliti tidak bisa cukup hanya dengan data “mentah”. Kedelapan,

peneliti perlu mengambil jarak dari data, sehingga bisa melihat kembali data itu dari

perspektif yang lebih luas dan bisa menemukan hal2 yang mungkin selama ini tidak

disadari. Hal ini merupakan pengembangan dari prinsip ketujuh sebelumnya.

Kesembilan, karena sejak awal penelitian ini harus memiliki tujuan dan sasaran yang

jelas, maka peneliti perlu meninjau kembali hasil penelitian yang didapat bersama

dengan kelompok atau Jemaat sasaran. Keterlibatan Jemaat sasaran merupakan hal

yang penting. Peneliti menyerahkan hasil penelitian dan berharap akan respon balik

dari jemaat sasaran. Sehingga baik peneliti maupun jemaat sasaran bisa semakin

diperkaya dan saling belajar satu sama lain.

Kesepuluh, hasil penelitian diharapkan dapat membaharui karya dan kehidupan

Jemaat. Maka itu aksi Pastoral sebagai tindakan konkret perlu dilakukan. Akan tetapi

juga perlu diperhatikan kondisi Jemaat. Disadari bahwa Jemaat sendiri memiliki

kekurangan dan keterbatasan kemampuan atau juga sumber daya, sehingga tidak

semua usulan Aksi Pastoral dari penelitian bisa langsung diterapkan begitu saja.

Untuk itu perlu membatasi diri dengan pertanyaan: untuk saat ini, hal apa yang dapat

dilakukan oleh Jemaat?

Tanggapan terhadap Buku Meneliti Jemaat

Buku ini menyajikan pedoman praktis dan bahkan sangat detil mengenai penelitian,

seperti apa saja yang harus dilakukan dalam penelitian, bagaimana caranya,

bagaimana harus memulai, bagaimana mencatat dan menyimpan data, bagaimana

menulis kesimpulan, bahkan hingga karakter-karakter apa saja yang perlu dimiliki

oleh seorang peneliti. Lengkap!

Selain lengkap, buku ini juga dilengkapi dengan berbagai ilustrasi atau gambar dan

juga bagan atau tabel sehingga terkesan sangat menarik, tidak monoton, dan membuat

kita mampu menangkap maksud dan intisari dari apa yang dijelaskan. Selain itu juga,

buku ini juga dilengkapi dengan Lampiran yang berisi usulan program dan rencana

(13)

penelitian, sehingga bisa dijadikan panduan praktis jika kita ingin mencoba untuk

memulai sebuah penelitian.

Maka dari itu secara umum buku ini sangat bermanfaat bagi kita yang tertarik untuk

membuat dan memulai sebuah penelitian, terlebih bagi kita yang ingin melakukan

penelitian dalam rangka pengembangan Gereja atau Jemaat.

Tidak dapat dipungkiri bahwa “penelitian” merupakan salah satu bagian yang tidak

dapat dilupakan begitu saja dari kehidupan gereja. Sebagaimana dikatakan Prior,

penelitian dibutuhkan agar gereja bisa selalu mewujudkan karyanya yang tepat guna,

atau dalam bahasa lain “kontektual”. Apalagi jika kita mengingat kembali akan

konsep Gereja Misioner yang dikembangkan D. R. Maitimoe, di mana ada 3 langkah

yang harus dilakukan untuk mewujudkan konsep itu, yaitu Survey, Mengenali Diri,

dan Rancangan, maka kita bisa menemukan bahwa ketiga langkah itu adalah bagian

dari sebuah penelitian jemaat! Artinya, konsep Gereja Misioner tidak akan bisa

diwujudkan jika kita tidak melakukan penelitian yang mendalam terhadap jemaat!

Sumbangsih Buku “Meneliti Jemaat” bagi Kehidupan Gereja saat Ini

Buku ini sejak awal menyajikan sebuah paradigma berfikir bahwa gereja perlu

melihat kembali karya dan rutinitas yang selama ini dilakukan. Untuk itulah perlu

adanya penelitian sebagai salah satu cara utama agar gereja bisa selalu tepat guna. Di

sini gereja kembali diingatkan bahwa ia tidak bisa cukup merasa “nyaman” dengan

yang ada sehingga menjadi tertutup dengan perubahan2 dan kreatifitas. Gereja perlu

membuka diri untuk selalu berkembang dan diperbarui, seperti slogan gereja

reformasi: ecclesia reformata semper reformanda, gereja reformasi adalah gereja

yang harus terus menerus direformasi (dibaharui). Maka itu GPIB sebagai bagian dari

Gereja Reformasi juga perlu terbuka untuk itu.

Salah satu fungsi paling konkret yang bisa dilakukan melalui penelitian adalah ketika

gereja (Jemaat) masuk ke dalam proses pembuatan Rancangan Program dan

Anggaran. Terkadang sering menjadi masalah yaitu banyak program tiap tahun hanya

sekedar copy paste (salin dan tempel) dari program tahun sebelumnya. Tak jarang

juga pembuatan program dilakukan hanya atas dasar “kepingin” tanpa ada tujuan dan

dasar yang jelas.

(14)

Dalam hal ini, penelitian awal akan sangat bisa memberikan kontribusi sehingga

program yang disusun bisa sesuai dengan konteks dan kebutuhan. Misalnya, sebuah

gereja bergumul karena kehadiran pemuda dalam Ibadah GP sangat minim sekali.

Pengurus sudah mencoba ibadah dengan berbagai kreatifitas namun tetap tidak

berpengaruh. Dalam hal inilah bisa dilakukan penelitian dengan bertanya: mengapa

kehadiran pemuda sedikit? Gereja tidak boleh langsung memulai dari sebuah

kesimpulan, seperti “oh itu karena pemudanya pemalas”. Dalam penelitian bisa

ditemukan dasar penyebabnya. Dari penelitian juga bisa diketahui apa yang anggota

pemuda harapkan dan butuhkan dari Pelkat GP.

Dalam contoh kasus di atas misalnya justru bisa ditemukan hasil yang mungkin tidak

diduga. Sekalipun ibadah sudah disusun dengan meriah namun kehadiran tetap sedikit

karena ternyata banyak anggota pemuda yang sibuk bekerja. Mereka lelah dan penat

dengan hiruk pikuk kehidupan. Maka itu mereka merindukan persekutuan yang lebih

teduh dan sifatnya justru tenang dan kontemplatif.

Hal-hal tak terduga seperti ini hanya bisa ditemukan melalui penelitian. Dengan

demikian untuk program tahun selanjutnya, pengurus bisa mengajukan program

untuk ibadah yang berkonsep teduh atau pelaksanaan retreat yang sungguh2

“menyepi” dari keramaian.

Di atas hanya salah satu contoh kemungkinan yang bisa didapat dari sebuah

penelitian. Dengan demikian diharapkan penelitian selalu berujung dan membawa

kebaikan di dalam kehidupan gereja.

• DOA PERSEMBAHAN

P.4 : Jemaat Tuhan, marilah kita berdiri untuk menyerahkan

persembahan syukur :

Semua : Ya Tuhan, terimalah persembahan syukur kami, yaitu umat yang

telah Engkau selamatkan. Jadikanlah persembahan syukur kami ini

sebagai berkat bagi sesama dan bagi pembangunan tubuh Kristus,

amin.

(15)

P.4 : Jemaat Tuhan, marilah kita berdiri untuk menyerahkan

persembahan syukur :

Kehadapan-Mu ya Allah, kami menaikan syukur dan mempersembahkan

diri kami untuk dijadikan berkat dalam pelayanan dan kemuliaan bagi

nama-Mu.

Semua : Sebagaimana adanya: ini kami Tuhan, kiranya Engkau berkenan akan

persembahan syukur dan bakti diri kami kepada-Mu, Amin.

• DOA PERSEMBAHAN

P.4 : Jemaat Tuhan, marilah kita berdiri untuk menyerahkan

persembahan syukur :

Ya Allah, Bapa Pemurah, kami bersyukur karena kemurahan kasih,

kuasa dan berkat-Mu melimpah dalam hidup kami.

Semua : Terimalah syukur kami melalui pemberian sukarela ini, ya Tuhan, dan

berkatilah agar dipakai untuk mewartakan Injil-Mu dalam kata dan

perbuatan bagi sesama demi kemuliaan nama-Mu. Dalam nama

Yesus, Tuhan dan Juruselamat kami. Amin.

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Gedung Pelkat Gedung Pelkat Gedung Pelkat Gedung Pelkat

(16)

Jl. Rinjani

Jl. Rinjani

Jl. Rinjani

Jl. Rinjani

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

Gedung Pelkat

Jl. Rinjani

(17)

Resume Buku 3

(oleh Vik. Yosua Wahyu Anggoro)

JUDUL

: BAHTERA GUNA DHARMA GPIB

PENULIS

: S. W. LONTOH DAN HALLIE JONATHANS

TAHUN TERBIT

: 1982 (EDISI REVISI 2014)

PENERBIT

: BPK GUNUNG MULIA

TEBAL

: 626 + XX Hlm (Di luar lampiran foto belakang)

Bab 6 membahas mengenai keterlibatan GPIB dalam bidang sosial budaya. Peran serta GPIB

dalam hal ini sudah tampak misalnya dalam kegiatan diakonia sosial. GPIB juga berusaha

menjadi gereja yang terbuka bagi siapapun, tidak hanya suku namun juga agama lain. Untuk

itu dalam hal relasi antar agama GPIB melakukan dialog dengan penganut agama-agama lain.

(18)

Ini semua dilakukan karena sebagai sesama warga Negara Indonesia, GPIB juga memegang

teguh Pancasila dan slogan Bhineka Tunggal Ika sebagai jati diri bangsa.

Bab 7 membahas mengenai pergumulan dan harapan GPIB. Pergumulan antara lain

mengenai struktur GPIB, yaitu terkait dengan badan organisasi, sistem kerja, dan

aturan-aturan di GPIB yang masih harus disempurnakan agar koordinasi di dalamnya bisa semakin

baik. Juga pergumulan dalam ibadah, misalnya terkait ibadah kategorial dan fungsional agar

tidak sekedar mengulang ibadah hari Minggu. Lalu ada juga pergumulan terkait dengan

berkembangnya Gerakan Kharismatik dyang fundamentalis yang menekankan praktik

karisma (karunia) bahasa Roh di dalam peribadahan dan penafsiran literer atas teks Alkitab.

Selain pergumulan, ada harapan yang juga muncul. Di antaranya adalah terkait dengan

keberadaan Bidang Pelayanan Khusus yang berfokus pada pelayanan kategorial dan

fungsional sehingga bisa menjangkau dan bahkan menggerakkan umat dari latar belakang

kategori usia dan fungsi sosial yang berbeda. Harapan juga terlihat dalam potensi materiil

GPIB, di mana seiring dengan bertambahnya jumlah Jemaat maka bertambah pula harta milik

GPIB, tidak hanya aset gedung gereja namun juga proyek lain yang bisa menolong

keberlangsungan dana GPIB

.

(bersambung...)

Resume Buku 3

(oleh Vik. Yosua Wahyu Anggoro)

JUDUL

: BAHTERA GUNA DHARMA GPIB

PENULIS

: S. W. LONTOH DAN HALLIE JONATHANS

TAHUN TERBIT

: 1982 (EDISI REVISI 2014)

PENERBIT

: BPK GUNUNG MULIA

TEBAL

: 626 + XX Hlm (Di luar lampiran foto belakang)

Catatan terhadap Bahtera Guna Dharma GPIB dan Relevansinya bagi GPIB saat Ini

Membaca buku ini dari awal sampai akhir sungguh tidak hanya sekedar menambah

wawasan, namun lebih kepada pemahaman dan pengenalan yang baik akan GPIB.

Sekalipun data-data yang disajikan di dalam buku ini terbatas sampai tahun 1981,

namun justru itu yang membuatnya menjadi menarik! Karena banyak data-data yang

disajikan tidak mudah lagi untuk ditemukan dewasa ini. Tak jarang pula data dan

informasi yang diberikan menimbulkan kesan seperti: “ooh, ternyata dulu begitu toh”,

(19)

atau “waah ternyata dari dulu hal ini sudah menjadi pergumulan”, atau juga “hebat,

ternyata dulu bisa begitu. Terus sekarang gimana?”, dan sebagainya.

Akan tetapi dari sekian banyak hal menarik yang dipaparkan dalam buku ini, ada satu

hal yang paling menarik menurut saya, yaitu terkait dengan Oikumene. Dalam buku

ini, Oikumene bahkan termasuk di dalam Dharma gereja, “sejajar” dengan

Persekutuan, Pelayanan, dan Kesaksian. Dari awal sampai akhir buku hampir selalu

aspek Oikumene disinggung. Dasar eksistensi GPIB yang multikultural dikaitkan

dengan Oikumene, yaitu bagaimana GPIB dan gereja-gereja (dari kultur dan budaya)

lain bisa bersama-sama menjawab tantangan di Indonesia. Dalam praktiknya memang

terlihat ada beberapa kegiatan pelayanan dan kesaksian yang dilakukan bersama-sama

antara GPIB dengan gereja lain.

Tidak hanya dalam hal pelayanan bersama, bahkan dalam Ibadah pun juga dibahas

terkait dengan Oikumene, mulai dari tata ibadah, buku nyanyian, hingga konfesi

bersama sebagai gereja di Indonesia. Dalam beberapa kesempatan juga ditunjukkan

bagaimana GPIB mengkritisi peran Dewan Gereja Indonesia (disingkat DGI.

Sekarang PGI, Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia) yang dirasa kurang efektif

dalam menyelesaikan pergumulan atau ketegangan gereja-gereja di Indonesia. Untuk

itu ada harapan besar akan lahirnya kader-kader Oikumene dari GPIB, baik dalam

tingkat lokal, nasional, dan bahkan Internasional.

Hal inilah yang menggelitik hati, ketika melihat kenyataan Oikumene GPIB beberapa

tahun terakhir yang rasa-rasanya tidak se”wah” pemaparan dalam buku ini. Belum

ada lagi terdengar adanya karya atau proyek bersama dalam skala besar yang

dilakukan oleh GPIB secara institusi dengan gereja lain.

Kegiatan bersama masih “terbatas” di tingkat lokal (Jemaat) atau regional dalam hal

Ibadah dan seremonial, diskusi, seminar, atau juga bantuan karitatif bencana alam dan

sejenisnya. Dalam tingkat nasional masih terbatas pada kehadiran GPIB sebagai

peserta dalam Sidang Raya. Bahkan untuk kepengurusan Majelis Pekerja Harian PGI

2014-2019, tidak ada anggota atau kader GPIB di sana. Ini seharusnya merupakan

sebuah pergumulan besar bagi gereja yang sering dianggap sebagai salah satu gereja

Protestan terbesar di Indonesia. Meskipun kita masih bisa bersyukur bahwa dalam

kepengurusan PGIW (tingkat Wilayah/regio), masih ada kader-kader GPIB yang

berkarya di sana.

(20)

Pergumulan Oikumene tidak berhenti di situ, karena pergumulan yang pelik juga

terjadi dalam tubuh GPI, di mana GPIB juga merupakan bagian di dalamnya.

Hidupnya keberadaan Jemaat GMIT di wilayah GPIB di Batam, sempat

dibekukannya hubungan GPIB dari GPI beberapa tahun lalu, hingga yang terbaru

mengenai terbukanya kemungkinan bagi GMIM membuka area pelayanan di wilayah

gereja lain dan “melanggar” kesepakatan sebagai sesama saudara, menunjukkan

adanya persoalan yang cukup akut di dalam tubuh GPI.

Jika kita melihat semangat Oikumenisme yang tinggi sebagaimana tercermin dalam

buku Bahtera Guna Dharma GPIB, maka adalah lumrah jika muncul harapan yang

tinggi bahwa GPIB bisa menjadi pionir dan penggerak kebersamaan antar gereja,

sehingga upaya mewujudkan rumah bersama (oikos + nomos = oikumene) itu bisa

terwujud. Saat ini semangat berpelayanan dan kesaksian (pelkes) GPIB sangatlah

tinggi, jika tidak dapat disebut sedang tinggi-tingginya. Dalam setiap edisi majalah

Arcus hampir pasti selalu ada liputan tentang kegiatan Pelkes. Namun masih jarang

sekali terlihat liputan yang begitu luar biasa akan peran GPIB dalam gerakan

Oikumene. Tentu ada harapan agar semangat GPIB yang menggebu-gebu dalam

berpelkes ini bisa juga hidup dalam upaya beroikumene. Semua demi terwujudnya

cita-cita gereja Kristen yang Esa di Indonesia sebagai upaya perwujudan cita-cita

Tuhan Yesus dalam doaNya di Getsemani: “supaya mereka menjadi satu”, et omnes

unum sint.

(Selesai...)

Bab 3 membahas mengenai Organisasi GPIB. Di sini disinggung antara lain mengenai tata Gereja

GPIB, penjelasan mengenai Persidangan Sinode, Majelis SInode, Jemaat, para pejabat di GPIB yang

saat itu terdiri dari pendeta, penatua, diaken, dan penginjil. Juga disinggung mengenai status

Musyawarah Pelayanan (Mupel) sebagai wadah kebersamaan Jemaat-Jemaat, apakah perlu

distrukturkan dalam artian menjadi lembaga di atas Jemaat atau tidak. Juga dibahas mengenai

Garis-Garis Besar Kebijaksanaan Umum Pelayanan Gereja (GBKUPG) yang menunjukkan panduan,

patokan, dan arah yang jelas dalam GPIB menjalankan panggilan dan pengutusannya.

Bab 4 membahas mengenai pembentukan dan pembinaan pejabat dan warga GPIB. Antara lain

disinggung mengenai proses vikariat sebagai syarat menjadi pendeta, juga kemungkinan studi lanjut

bagi para pendeta. Selain itu juga ada pembinaan yang menyeluruh dan luas terhadap segenap warga

GPIB, mulai dari pembinaan mengenai organisasi GPIB, ibadah, Alkitab, kesejahteraan keluarga,

hingga wawasan kebangsaan.

Bab 5 membahas mengenai Catur Dharma GPIB, yaitu Persekutuan, Pelayanan, Kesaksian, dan

Oikumene. Dalam Persekutuan dibahas mengenai Ibadah di GPIB. Salah satu yang menarik dan

penting adalah bahwa dalam rangka mewujudkan Gereja yang Misioner harus ada hubungan langsung

(21)

antara liturgi ibadah dengan Pekabaran Injil. Artinya konsep dan amanat di ibadah itu harus

membentuk dan menggerakkan umat menjalankan panggilan misionernya dalam konteks Indonesia.

Dalam hal Pelayanan, ada dua bagian besar dalam Pelayanan GPIB yaitu dalam hal Pendidikan dan

Diakonia. Dalam bidang pendidikan GPIB bergerak antara lain melalui Bakordik GPIB dengan

mendirikan sekolah-sekolah Kristen dalam lingkup GPIB, pendidikan guru agama, dan sebagainya.

Sedangkan pelayanan diakonia dilakukan dalam bentuk pelayanan karitatif dan pelayanan

komprehensif-oikumenis yang di dalamnya juga bekerjasama dengan gereja-gereja lain, dengan

sasaran yang menjangkau mulai dari individu, kelompok masyarakat seperti petani, tukang becak, dan

sebagainya, hingga upaya pembaharuan struktur atau sistem sosial, seperti Undang-Undang dan

sebagainya.

Dalam bidang Kesaksian tercermin melalui wilayah-wilayah Pekabaran Injil (PI) yang dikembangkan

oleh GPIB, yang menjangkau hingga wilayah-wilayah pelosok dan pedalaman. GPIB juga bekerjasama

dengan gereja dan lembaga PI di luar GPIB. Selain itu juga dikembangkan sistem adopsi, di mana ada

Jemaat-jemaat tertentu yang menjadi sponsor moril, tenaga, maupun materiil bagi jemaat-jemaat P!.

Dalam bidang Oikumene, GPIB terpanggil untuk bisa berjalan bersama-sama dengan gereja-gereja

lain di Indonesia menjawab tantangan dan pergumulan yang ada di Indonesia. Ini sekaligus sebagai

upaya perwujudan gereja Kristen yang Esa di Indonesia. Untuk itu GPIB aktif di wadah Dewan Gereja

Indonesia (DGI), menjadi anggota di Dewan Gereja Dunia (WCC), Dewan Gereja Asia (CCA), juga

Persekutuan Gereja Reform (Protestan) Dunia (WARC). (bersambung...)

Buku Bahtera Guna Dharma GPIB ini menyajikan sebuah gambaran yang komprehensif dan

utuh mengenai GPIB, mulai dari awal berdirinya tahun 1948 sampai tahun 1980. Bahkan

dalam bagian tertentu disajikan juga mengenai peristiwa sebelum GPIB berdiri. Tidak heran

buku ini bisa menjadi begitu tebal, karena ia tidak hanya menyajikan sejarah GPIB, namun

juga dasar eksistensi GPIB, perangkat organisasi GPIB, panggilan GPIB, hingga pergumulan

yang dihadapi oleh GPIB. Tulisan itu tersebar dalam 7 Bab buku ini.

Pada Bab 1 disajikan mengenai dasar eksistensi (keberadaan) GPIB, terkait dengan

pandangan mengenai ekumenitas, missioner, juga sistem presbiterial sinodal. Penulis buku ini

menunjukkan bahwa eksistensi GPIB adalah multikultural, karena GPIB terdiri dari

orang-orang dnegan latar belakang suku, budaya, dan bahasa yang berbeda. GPIB merupakan

cerminan Indonesia. Maka itu GPIB juga merupakan Gereja Nasional, dalam artian ia hadir

dan bereksistensi di bumi Indonesia untuk menjawab tantangan dan pergumulan yang dialami

oleh bangsa Indonesia.

Bab 2 membahas mengenai Sejarah GPIB. Di mulai dari masa pra-GPIB sejak zaman VOC

abad 17 dalam nama De Indische Kerk yang cenderung mengikuti sistem Gereja Hervormd

Belanda. Di mana gereja saat itu sangat “terikat” kepada pemerintah. Kemudian mulai

muncul kesadaran bahwa gereja perlu lebih mandiri dalam berbagai hal (dana, teologi,

pekerja), maka mulailah di beberapa wilayah dilahirkan gereja-gereja mandiri dari Indische

Kerk (GPI-Gereja Protestan di Indonesia). Tahun 1934 lahir Gereja Masehi Injili di Minahasa

(GMIM); tahun 1935 lahir Gereja Protestan Maluku (GPM); tahun 1947 lahir Gereja Masehi

Injili di Timor (GMIT); dan melalui Proto SInode 1948 lahirlah GPIB.

(22)

Sejak saat itu ada beberapa periode yang dilalui GPIB: (1) Periode Peletakan dasar GPIB

(1948-1964), di mana GPIB fokus pada masalah antara lain penggunaan bahasa dalam ibadah

dan pelayanan (Indonesia atau Belanda); (2) Periode Pembangunan Jemaat Misioner

(1964-1974), antara lain terlihat dalam semakin besarnya peran Bidang Pelayanan Khusus (BPK)

dalam lingkup Sinodal maupun Jemaat.; (3) Periode Pembangunan Material dan Masa Depan

GPIB (1974-1978), di mana GPIB semakin memperhatikan aspek ekonomi, finansial, serta

pengembangan asset gereja. Pada masa ini juga terjadi Konsultasi Pendeta Wanita tahun

1977. (bersambung...)

RESUME BUKU 2

(Oleh Vik. Yosua Wahyu Anggoro)

JUDUL

: MEMBINA JEMAAT MISIONER

PENULIS

: D. R. MAITIMOE

PENERBIT/ TAHUN

: BPK GUNUNG MULIA/1984

TEBAL

: 87 HALAMAN

Buku ini bisa dikatakan merupakan “kelanjutan” dari buku D. R. Maitimoe sebelumnya, yaitu

Pembangunan Jemaat Misioner. Buku ini bersifat seperti “panduan praktis”, yaitu bagaimana

mengimplementasikan konsep-konsep dalam buku Pembangunan Jemaat Misioner itu dalam

kehidupan sehari-hari. Sekalipun lebih bersifat praktis, namun Maitimoe tetap memulainya

dari pemaparan akan konsep teologis tertentu sebagai dasar dari Jemaat Misioner ini.

Dasar-dasar teologis itu dapat tercermin misalnya dari Yoh. 3:16, yang menunjukkan bahwa

seharusnya Jemaat (Gereja) hidup bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk dunia ini.

Ini dikarenakan karya penyelamatan Allah berlaku untuk dunia dan segenap manusia, bukan

hanya untuk gereja. Maka itu perlu ada pembinaan kepada jemaat yang meliputi berbagai

aspek, seperti ibadah, pelayanan, kesaksian, atau persekutuan sehingga Jemaat bisa memiliki

sifat yang terbuka, luwes, dinamis, kreatif, positif, dan tetap kritis dalam melihat

perkembangan dunia dan masyarakat (Rom. 1:14; Rom. 12:1-2; 1 Kor. 9:19-23).

Setelah memulai dari dasar teologis, Maitimoe juga menyinggung mengenai strategi

missioner yang dikembangkan Kristus yang bisa menjadi dasar dan teladan dalam strategi

Jemaat Misioner, lalu apa-apa saja yang menghambat/memperlambat upaya perwujudan

Jemaat yang Misioner ini, kepemimpinan seperti apa yang perlu dikembangkan dalam Jemaat

Misioner, apa apa saja dinamika konteks yang dijumpai jemaat.

Dari penjelasan di atas, Maitimoe sampai kepada usulan langkah konkret dan praktis dalam

perwujudan Jemaat Misioner itu. Ada 3 langkah dasar dalam upaya membina jemaat yang

missioner ini, yaitu (1) survey, (2) mengenali dan memahami diri, dan (3) rancangan.

Pertama Survey. Survey ini penting dalam kita memahami dan mengenal konteks di mana

jemaat yang missioner itu hendak hidup, tumbuh, dan berkarya. Perumpamaan mengenai

seorang Penabur (Mat 13:1-23; Mark 4:1-20; Luk 8:4-15) yang mengisahkan tentang benih

(23)

yang ditaburkan di berbagai jenis tanah sesungguhnya juga menunjukkan bahwa beda jenis

tanah, bisa berbeda tunas bertumbuh. Begitu juga Injil yang dikabarkan bisa tumbuh secara

berbeda tergantung dengan konteks di mana Injil itu diberitakan atau ditaburkan.

Kita perlu melakukan pengamatan (observasi) yang memadai mengenai konteks, melakukan

pengumpulan data, dan menganalisis data atas konteks itu. Dari sini kita bisa memahami

pokok-pokok permasalahan yang secara riil terjadi di dalam konteks, dan kita bisa mencari

tahu bagaimana Injil bisa berbicara dan berperan di dalam permasalahan-permasalahan itu.

Dari sini juga kita bisa tahu bagaimana secara pribadi maupun secara komunal (organisasi)

kita bertindak dalam menghadapi permasalahan-permasalahan yang ada itu.

Untuk itu dalam bagian ini juga diperlukan bantuan dari tenaga-tenaga ahli dan orang-orang

yang berpengalaman, tidak hanya untuk mengobservasi, namun juga untuk mengumpulkan

data dan melakukan analisis terhadapnya. Sehingga data yang didapat dan hasil olahan data

itu bisa dipertanggungjawabkan. Selain itu penting juga adanya kesediaan dari Majelis

Jemaat untuk terbuka mempelajari hasil survey itu, dan tidak hanya diam dan betah saja

dengan kondisi dan kebiasaan-kebiasaan yang sudah ada. Karena perlu dipahami juga bahwa

kegiatan Survey ini bukan sekedar cara manusia memahami konteks, namun juga merupakan

cara Roh Kudus turut berkarya bagi gereja.

Hasil upaya dari observasi, pengumpulan, dan analisis data itu membawa Jemaat kepada

momen yang kedua, yaitu pengenalan dan pemahaman diri (Sumber Daya Jemaat). Maitimoe

menawarkan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat). Jemaat perlu melihat

dirinya, mencari tahu apa saja kekuatan (strength) dan kelemahan (Weakness) mereka.

Namun mereka juga perlu tahu apa saja kesempatan (Opportunity) yang ada di sekitar

mereka, dan ancaman (Threat) apa yang bisa menghambat mereka.

Pemahaman dan pengenalan diri yang baik mampu mendorong Jemaat untuk berkarya lebih

luas ke luar gereja. Melalui analisis diri yang baik, disertai dengan penelaahan Alkitab,

persekutuan, diskusi, studi, dan pergumulan doa, maka Jemaat akan mampu memiliki sebuah

pemahaman (gambaran) yang tepat dan utuh perihal tugas perutusannya di dunia.

Ketiga, setelah Jemaat sudah melakukan Survey dan melakukan pemahaman dan pengenalan

yang dalam tentang dirinya, yang harus dilakukan adalah melakukan rancangan sebagai

implementasi perwujudan Jemaat yang Misioner. Di sini setidaknya ada 2 hal yang harus

diperhatikan, yaitu [a] motivasi (teologis) dan [b] tujuan (missioner). Kedua hal ini perlu

dimiliki sehingga proses dan arah pembangunan jemaat ini menjadi jelas.

Dalam hal ini secara teknis perlu dibentuk panitia, yang oleh Maitimoe disebut “Panitia

Perencanaan Pembinaan Jemaah Misioner”, yang terdiri dari warga jemaat, para ahli, majelis,

dan/atau pendeta. Panitia inilah yang berfungsi membuat rancangan yang jelas bagaimana

Jemaat Misioner itu hendak diwujudkan, baik dalam program kerja maupun rencana

pembinaan dan persiapan, hingga bagaimana pelaksanaannya dilakukan oleh warga Jemaat.

(24)

Agar semua proses dan rencana itu dapat terwujud, juga perlu untuk diperhatikan adalah

pentingnya semua ini dilaksanakan dengan tidak sambil lalu begitu saja namun dilaksanakan

dengan sungguh-sungguh, dengan metode kerja yang baik, dan dengan tekad iman yang kuat.

Dari seluruh hal di atas terlihat bahwa proses ini membentuk 3 pola, yaitu (1) Pola Datang,

yaitu bagaimana melibatkan dan memobilisasi warga jemaat untuk terlibat; (2) Pola Pergi,

yaitu bagaimana gerakan dan karya missioner itu dilakukan kepada dunia (di luar gereja); dan

(3) Pola Pengemban, yaitu bagaimana membina Jemaat menjadi Jemaat yang Misioner. Pada

akhirnya membina Jemaat Misioner ini memiliki tujuan untuk mengembangkan bentuk, cara,

dan pola berjemaat (bergereja) yang relevan dengan konteks, dan bersama-sama dengan yang

lain membangun dunia yang dipenuhi dengan damai sejahtera.

(bersambung...)

RESUME BUKU 2

(Oleh Vik. Yosua Wahyu Anggoro)

JUDUL

: MEMBINA JEMAAT MISIONER

PENULIS

: D. R. MAITIMOE

PENERBIT/ TAHUN

: BPK GUNUNG MULIA/1984

TEBAL

: 87 HALAMAN

Catatan-Catatan terhadap Pemikiran Maitimoe

Tul

isan Maitimoe ini meskipun tipis (87 halaman), namun tetaplah sebuah tulisan yang

berbobot. Karena ia tidak hanya menunjukkan hal-hal praktis, namun juga dasar konseptual

yang baik. Sekalipun dasar konseptual yang lebih komprehensif ada di buku yang

sebelumnya, yaitu Pembangunan Jemaat Misioner. Sekalipun demikian ada catatan yang

menurut saya penting untuk diperhatikan terkait dengan konsep yang dijabarkan Maitimoe.

Dalam Bab 2 mengenai Membina Pertumbuhan Jemaah, Maitimoe menjadikan peristiwa

Pentakosta dalam Kisah Para Rasul sebagai contoh, di mana dalam waktu singkat ada 3000

jiwa baru yang menjadi anggota jemaat. Dan memang, sekalipun Maitimoe menekanan

pentingnya kualitas karya pelayanan, namun ia juga melihat pentingnya pertambahan

kuantitas anggota jemaat. Yaitu bahwa Injil yang diberitakan perlu juga untuk menambah

anggota jemaat. Penginjilan perlu dilakukan baik kepada orang Kristen lama maupun

generasi Kristen baru.

Menurut saya, bagian ini perlu kita lihat secara hati-hati. Kecenderungan Gereja untuk

menambah jumlah anggota dalam praktiknya seringkali justru menyinggung kebersamaan

dengan orang lain, baik sesama Gereja maupun orang-orang non Gereja. Tak bisa dipungkiri

salah satu persoalan Ekumenis di Indonesia adalah persoalan “curi domba”. Bagaimana satu

gereja menambah jumlah anggota gerejanya dengan “mengambilnya” dari gereja lain. Hal ini

sering menimbulkan ketegangan antar gereja.

Belum lagi dengan kecurigaan dan cap “Kristenisasi” yang tidak jarang dicetuskan oleh

orang-orang kepada Gereja yang melakukan pelayanan masyarakat. Akibatnya banyak

penolakan-penolakan yang dilakukan kepada gereja, dan menimbulkan kericuhan antar umat

beragama. Gereja bukan membawa damai sejahtera namun justru menjadi sumber keributan!

Untuk itulah kita perlu melihat kembali secara kritis mengenai pemahaman dan motivasi

(25)

mengenai kuantitas anggota gereja sebagai salah satu tolok ukur utama dalam pertumbuhan

jemaat.

Maitimoe sendiri sesungguhnya menyadari bahaya akan hal ini, maka itu dalam tulisan ini ia

juga mengatakan bahwa “pelipatgandaan jumlah warga gereja (baru) tidak merupakan

satu-satunya ukuran berhasilnya … Jemaah missioner” (hal. 23). Akan tetapi dalam keseluruhan

tulisannya, terlihat seolah ia keukeuh dengan pemahaman bahwa kuantitas dan angka

merupakan hal yang penting, setidaknya sebagai umpan balik bagi strategi yang akan

dikembangkan ke depan. Karena dalam strategi Kristus sendiri, menurut Maitimoe,

pelipatgandaan jemaat juga merupakan salah satu yang menonjol. Pertanyaannya, benarkah

demikian? Mari kita lihat kembali.

Dalam Matius 18:20 Yesus berkata: “Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam

nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka”. Ayat ini mau menunjukkan bahwa

dalam jumlah yang sedikit sekalipun, Tuhan berkenan hadir. Ini menunjukkan bahwa jumlah

yang lebih banyak tidak berarti lebih baik daripada jumlah yang sedikit. Sedikit asalkan

disertai dengan kualitas yang baik itulah yang diterima Yesus. Ini senada dengan kisah

persembahan seorang janda miskin (Markus 12:41-44; Lukas 21:1-4), di mana janda ini

hanya memberikan persembahan 2 peser, sedikit dari segi jumlah, tapi dari segi nilai dan

kualitas persembahannya lebih besar dari siapapun.

Tidak hanya itu saja, dalam kehidupan-Nya, bukan berarti Yesus selalu senang dan

menyambut dengan terbuka jika ada orang yang ingin menjadi pengikutNya. Dalam Lukas

9:57-62 menunjukkan bagaimana ada orang yang ingin mengikut Yesus, namun ingin

mengubur bapaknya dahulu dan juga ada yang ingin pamitan dengan keluarganya, dan

kepada keduanya Yesus justru menyampaikan kritikan yang pedas. Apa artinya? Ini

menunjukkan bahwa Yesus tidak mengutamakan penambahan jumlah (kuantitas)

pengikutNya, namun Ia lebih memperhatikan dan mengutamakan kualitas diri seseorang.

Demikianlah hendaknya Jemaat yang Misioner dalam melakukan karya misi kepada dunia

tidak memiliki motivasi dan tujuan pertama-tama untuk menambah jumlah anggota, tapi

fokus kepada bagaimana karya misi itu bisa meningkatkan kualitas kehidupan. Bukan hanya

kualitas orang lain, namun juga kualitas diri sendiri.

Sumbangsih Pemikiran Maitimoe bagi Kehidupan Gereja saat Ini

Pertama, Maitimoe menunjukkan kepada gereja mengenai pentingnya memahami dan

mengenali konteks di mana gereja itu hidup. Pertanyaan-pertanyaan seperti: apa saja

permasalahan sosial yang ada di sekitar sini? Apa yang masih kurang di lingkungan ini?

Siapa-siapa saja yang hidup di sini? Dan pertanyaan yang sejenis perlu diajukan. Observasi

dan analisis diperlukan supaya karya misi yang hendak dilakukan menjadi tepat, kabar

sukacita (Injil) yang ditaburkan pun bisa tumbuh.

Kedua, sebagaimana memahami konteks, Maitimoe juga menunjukkan betapa gereja juga

perlu memahami dan mengenal dirinya sendiri. Gereja perlu mengajukan

Referensi

Dokumen terkait

Guru memberikan umpan balik (guru mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan pembelajaran  yang dilakukan). Pertemuan Ke Langkah-Langkah Pembelajaran Alokasi Waktu

Wignjosoebroto (2000), ”  ”  Perencanaan tata letak fasilitas sama Perencanaan tata letak fasilitas sama dengan perancangan tata letak pabrik yang dapat

Masraflar, bütçenin % 5'ini (eğer hafızamız yanıltmıyorsa) geçmezdi. Çünkü hareket ilericiydi, halka dayanma durumundaydı, milletin sinmesinde değil

Seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran hukum masyarakat, dalam perkembangan selanjutnya timbul permasalahan tanggung jawab pidana seorang dokter, khususnya

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi sistem penangkal petir (SPP) eksternal yang telah terpasang dan untuk mengetahui efektifitas sistem penangkal petir

DESKRIPSI UNIT : Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang digunakan untuk merencanakan pengendalian tekanan sumur pada

Melalui praktikum ini praktikan berusaha untuk menentukan ukuran (diameter) partikel umpan (feed) yang berbentuk padatan dan produk grinding dengan menggunakan

gar pro%il permukaan bukan logam *elas dengan SEM maka permukaan material tersebut harus dilapisi dengan logam.>ilm tipis logam dibuat pada permukaan material tersebut