• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Morfologi Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman monokotil, batangnya lurus, tidak bercabang dan tidak mempunyai kambium dan tingginya dapat mencapai 15- 20 meter. Batang kelapa sawit memiliki diameter 40-75 cm, dengan tinggi batang pada budidayanya biasanya tidak lebih dari 18 meter. Batang kelapa sawit mempunyai tiga fungsi utama, yaitu : a. Struktur yang mendukung daun, bunga dan buah, b. Sebagai sistem pembuluh yang mengangkut air dan hara mineral ke atas, serta hasil fotosintesis dari daun kebagian lain, c. Berfungsi sebagai organ penimbunan makanan. Batang kelapa sawit akan diselimuti bekas pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah 12 tahun pelepah yang mengering dan membusuk akan terlepas, sehingga penampilan kelapa sawit menjadi mirip dengan tanaman kelapa (Mangoensoekarjo dan Semangun 2005).

Akar kelapa sawit berfungsi untuk menunjang struktur batang di atas tanah, menyerap unsur hara dalam tanah, dan alat respirasi. Kelapa sawit memiliki sistem akar serabut, yang terdiri atas akar primer, sekunder, tersier dan kuarter. Akar primer tumbuh dari pangkal batang (bole), diameternya berkisar antara 8-10 mm, panjangnya dapat mencapai 18 cm. Akar sekunder tumbuh dari akar primer dengan diameter 2-4 mm, dari akar sekunder tumbuh akar tersier dengan diameter 0,7-1,5 mm dan panjangnya dapat mencapai 15 cm. Akar-akar kelapa sawit membentuk lapisan anyaman yang tebal di dekat permukaan tanah, dan juga terdapat beberapa akar napas yang mengarah ke samping atas. Sebagian besar perakaran tanaman kelapa sawit berada dekat permukaan tanah, hanya sedikit yang berada pada kedalaman 90 cm (Mangoensoekarjo dan Semangun 2005).

(2)

2

Kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu, yaitu bunga jantan dan betina berada terpisah tetapi masih di dalam satu pohon. Bunga jantan dan betina memiliki waktu pematangan yang berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan berbentuk lancip dan panjang, sementara bunga betina berbentuk lebih besar dan mekar. Jenis kelamin bunga jantan atau betina ditentukan 9 bulan setelah inisiasi, dan selang 24 bulan untuk inflor bunga berkembang sempurna.Buah kelapa sawit adalah buah batu yang sessile (sessile drup), menempel dan bergerombol pada tandan buah. Jumlah buah per tandan 6 dapat mencapai 1.600 buah, berbentuk lonjong membulat dengan panjang buah 2- 3 cm dan bobotnya 30 gram. Minyak dihasilkan oleh buah yang masak dengan kandungan 45-50 persen dari bobot mesokarp. Setelah melewati fase matang, kandungan asam lemak jenuh dan tak jenuh akan meningkat dan buah akan rontok dengan sendirinya. Buah terdiri atas tiga lapisan, a. Eksokarp, yaitu bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin, b. Mesokarp, yaitu bagian serabut buah, dan, c. Endokarp, yaitu cangkang pelindung inti (Mangoensoekarjo dan Semangun 2005).

Daun kelapa sawit tersusun majemuk menyirip. Daun kelapa sawit terdiri atas kumpulan anak daun (leaflets) yang mempunyai helaian dan tulang anak daun, rachis yang merupakan tempat anak daun melekat, tangkai daun (petiole) yang merupakan bagian antara daun dan tangkai, dan seludang pembuluh (sheath) yang berfungsi sebagai pelindung dari kuncup dan memberikan kekuatan pada batang. Pada tanaman dewasa dapat menghasilkan 40-60 daun dan akan menghasilkan bakal daun setiap dua minggu serta memiliki masa hidup fungsional selama dua tahun. Panjang daun dapat mencapai 5-7 meter dan memiliki 100-160 pasang anak daun linear. Setiap tahun 18-24 pelepah daun akan dihasilkan, daun tersusun secara spiral dan teratur yang dinamakan phylotaxis. Jumlah pelepah dalam satu spiral berjumlah delapan pelepah (Mangoensoekarjo dan Semangun 2005).

(3)

3 2.2 Morfologi Ulat Api Setothosea asigna

Ulat dari hama ini menyerang daun nomor 9-25 yaitu daun yang memang dalam keadaan aktif dan merupakan hama yang utama di Sumatera Utara. Kupu kupunya berwarna coklat dengan garis-garis pada sayap depan. Rentangan sayap 20-30 mm, telurnya berwarna kekuningan diletakkan berderet (3-4 deretan) pada daun sebanyak 40 butir pada setiap peletakan telur. Ulat dewasa mencapai 35 mm. kokon berbentuk oval berwarna hitam dengan diameter 15-20 mm (Lubis, 2008).

Siklus hidup hama Ulat Api Pemakan Daun Kelapa Sawit (UPDKS) melalui empat stadium yaitu telur, larva (ulat), pupa (kepompong), dan imago (dewasa). Laju perkembangan populasi didukung oleh kemampuan berkembang biak dan waktu yang diperlukan dalam menyelesaikan siklus hidup. Semakin tinggi daya berbiak dan semakin pendek siklus hidup maka semakin cepat laju pertambahan populasi. Semakin tinggi kemampuan hama untuk merusak, toleransi tingkat batas kritis populasi menjadi rendah (PPKS, 2008)

Pengendalian biologis dapat di lakukan dengan menggunakan musuh alami musuh hama ini yaitu jamur cordisep millitaris dan juga menggunakan semut angkarang (karanggo) yang merupakan predator selain itu melakukan penanaman tanaman penutup tanah, sedangkan cara manual dilakukan pada serangan hama yang masih sedikit dengan cara mengambil atau mengutip dan dibunuh, dilakukan pada tanaman yang berumur satu sampai lima tahun yang luas serangannya kecil atau kurang dari 25 ha dan populasi ulat kira-kira 4 ekor per pelepah (Satyamidjaja, 2006).

Berikut merupakan klasifikasi ulat apiSetothosea asigna Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda Class : Insekta

(4)

4 Ordo : Lepidoptera Family : Limacodidae Genus : Setothosea

Spesies :Setothosea asigna Van Eecke (Sulistyo et al, 2010).

2.2.1 Siklus Hidup Ulat Api (Setothosea asigna) A. Telur

Telur diletakkan secara berkelompok pada permukaan bawah anak daun arah ketepi tiap kelompok berkisar antara 33-111 telur. Telur akan menetas setelah 4-8 hari (Pahan, 2011).

Gambar 2.1. Telur Setothosea asigna Sumber : PT Kerasaan Indonesia (Arif, 2017)

B. Larva

Larva yang baru menetas, hidupnya secara berkelompok, memakan bagian bawah daun. Larva instar 2 - 3 memakan helaian daun mulai dari ujung ke arah bagian pangkal daun. Selama perkembangannya larva mengalami pergantian instar sebanyak 7 - 8 atau 8 - 9 kali dan mampu menghabiskan helaian daun seluas 400 cm² (Susanto, dkk, 2012).

(5)

5

Gambar. 2.2. Ulat api Setothosea asigna Sumber : Dokumen pribadi

C. Imago

Lebar rentangan sayap serangga dewasa (ngengat) jantan dan betina (Gambar 2.3) masing-masing 41 mm dan 51 mm. Sayap depannya berwarna coklat kemerahan dengan garis transparan dan bintik-bintik gelap, sedangkan sayap belakang berwarna coklat muda (Sudharto, 1991).

Gambar 2.3. Imago Setothosea asigna Sumber (PPKS 2012) D. Siklus Hidup

Telur berwarna kuning kehijauan, berbentuk oval, sangat tipis dan transparan. Telur diletakkan berderet 3-4 baris sejajar dengan permukaan bawah daun, biasanya pada pelepah daun ke 6-17. Satu kumpulan telur

(6)

6

berisi sekitar 44 butir dan seekor ngengat betina mampu menghasilkan telur 300-400 butir. Telur menetas 4-8 hari setelah diletakkan. Larva berwarna hijau kekuningan dengan bercak bercak yang khas dan duri-duri di bagian punggung. Larva instar terakhir (instar ke-9) berukuran panjang 36mm dan lebar 14,5 mm. Stadia ulat ini berlangsung selama 49- 50,3 hari. Larva berpupa pada permukaan tanah yang relatif gembur di sekitar piringan atau pangkal batang kelapa sawit. Pupa dilapisi oleh kokon yang terbuat dari saliva (air liur), berbentuk bulat telur dan berwarna coklat gelap. Pupa jantan dan betina masingmasing berukuran 16 x 13 mm dan 20 x 16,5 mm. Stadia pupa berlangsung

E. Gejala Serangan

Serangan Setothosea asigna di lapangan umumnya mengakibatkan daun kelapa sawit habis dengan sangat cepat dan berbentuk seperti melidi. Tanaman tidak dapat menghasilkan tandan selama 2-3 tahun jika serangan yang terjadi sangat berat. Umumnya gejala serangan dimulai dari daun bagian bawah hingga akhirnya helaian daun berlubang habis dan bagian yang tersisa hanya tulang daun saja. Ulat ini sangat rakus, mampu mengkonsumsi 300-500 cm2 daun sawit selama instar (Sulistyo,2012)

2.3 Insektisida Nabati

Konsep pertanian ramah lingkungan adalah konsep pertanian yang mendapatkan keamanan seluruh komponen yang ada pada lingkungan ekosistem dimana pertanian ramah lingkungan mengutamakan untuk meningkatkan dampak yang negative bagi lingkungan. pestisida nabati adalah pestisida yang aktif berasal dari tanaman atau tumbuhan dan bahan organic lainnya yang berkhasiat mengendalikan serangan hama pada tanaman (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB, 2011).

Pestisida sendiri terbagi menjadi dua bagian yaitu pestisida nabati dan bio pestisida. Pestisida nabati adalah racun yang berasal dari bahan toksik

(7)

7

tumbuhan. Contohnya dari pestisida alami adalah pestisida berasal dari daun mimba, tembakau, daun sirsak daun kecubung daun gamal dan lainnya. Sedangkan bio - pestisida adalah berasal dari jasad renik. Sebagai contoh bio pestisida dari bakteri Bacillus thuringiensis dan lain sebagainya, mampu merusak dari dalam bagian hama itu (Rachmawati, 2012).

2.3.1 Kelebihan pestisida nabati

a.Teknologi pembuatannya lebih mudah dan murah, sehingga memungkinkan untuk dibuat sendiri dalam skala rumah tangga.

b. Pestisida nabati tidak menimbulkan efek negatif bagi lingkungan maupun terhadap makhluk hidup, sehingga, relatif aman untuk digunakan.

c.Tidak beresiko menimbulkan keracunan pada tanaman, sehingga, tanaman yang diaplikasikan pestisida nabati jauh lebih sehat dan aman dari pencemaran zat kimia berbahaya.

d.Tidak menimbulkan resistensi (kekebalan) pada hama. Dalam artian pestisida nabati aman bagi keseimbangan ekosistem.

2.3.2 Kelemahan pestisida nabati yaitu :

a. Daya kerja pestisida nabati lebih lambat, tidak bisa terlihat dalam jangka waktu yang cepat.

b. Pada umumnya tidak membunuh langsung hama sasaran, akan tetapi hanya bersifat mengusir dan menyebabkan hama menjadi tidak berminat mendekati tanaman budidaya.

c. Daya simpan relatif pendek, artinya pestisida nabati harus segera digunakan setelah proses produksi. Hal ini menjadi hambatan tersendiri bagi petani untuk mendapatkan pestisida nabati instan ataupun untuk memproduksi pestisida nabati untuk tujuan komersil.

Perlu dilakukan penyemprotan yang berulang - ulang. Hal ini dari sisi ekonomi tentu saja tidak efektif dan efisien (Suriana, 2012)

(8)

8

2.3.3 Prinsip kerja pestisida nabati

a. Merusak perkembangan telur, larva dan pupa. b. Menghambat pergantian kulit.

c. Mengganggu komunikasi serangga. d. Menyebabkan serangga menolak makan. e. Menghambat reproduksi serangga betina. f. Mengurangi nafsu makan.

g. Memblokir kemampuan makan serangga. h. Mengusir serangga.

i. Menghambat perkembangan patogen penyakit (HeDndayana, 2010) 2.3.4 Daun Kecubung (Datura Metel)

2.3.5 Klasifikasi Daun Kecubung

Tanaman Kecubung (Datura metel L.) merupakan salah satu tumbuhan yang banyak ditemukan ditempat terbuka pada tanah berpasir yang tidak begitu lembab, seperti semak, padang rumput, tepi sungau atau ditanamn di pekarangan sebagai tumbuhan obat.

Klasifikasi Tanaman Kecubung

Taksonomi tanaman kecubung, menurut Tjitrosoepomo (1994) sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Kelas : Dicotyledonae (Berkeping dua)

Ordo : Solanales

Famili : Solanaceae

Genus : Datura

(9)

9

Gambar 2.4. Daun Kecubung (Datura Metel) Sumber ; Dokumen pribadi

2.4. Kandungan Dan Kegunaan Daun Kecubung

Kandungan didalam tanaman kecubung adalah zat alkaloid yang merupaka bahan yang digunakan untuk membius dan juga digunakan sebagai obat (Kartasapoerta, 1998). Kandungan alkaloid terdapat di akar dan biji dengan kadar antara 0,4-0,9%, sedangkan daun dan bunga hanya 0,2-0,3% Alkaloid tumbuhan kecubung terdiri dari saponin, dan tanin.

1. Saponin

Senyawa lain pada daun kecubung yang memiliki peran sebagai insektisida adalah saponin. Saponin merupakan senyawa terpenoid yang memiliki aktifitas mengikat sterol bebas dalam sistem pencernaan, sehingga dengan menurunnya jumlah sterol bebas akan mempengaruhi proses pergantian kulit pada serangga. Saponin terdapat pada seluruh bagian tanaman kecubung seperti akar, daun, batang, dan bunga. Senyawa aktif pada saponin mampu membentuk busa jika dikocok dengan air dan menghasilkan rasa pahit yang dapat merusak membran sel serangga (Astuti, 2016).

(10)

10

2. Tanin

Senyawa kompleks yang dihasilkan dari interaksi tanin dengan protein tersebut bersifat racun atau toksik yang dapat berperan dalam menghambat pertumbuhan dan mengurangi nafsu makan serangga melalui penghambatan aktifitas enzim pencernaan. Tanin mempunyai rasa yang pahit dan pada umumnya tumbuhan yang mengandung tanin dihindari oleh hewan pemakan tumbuhan karena rasanya yang pahit (Astuti, 2016).

2.4.1 Manfaat Daun Kecubung

Ada beberapa manfaat dan khasiat tanaman kecubung, sebagai berikut: a. Merusak perkembangan telur, larva dan pupa.

b. Menghambat pergantian kulit. c. Mengganggu komunikasi serangga. d. Menyebabkan serangga menolak makan. e. Menghambat reproduksi serangga betina. f. Mengurangi nafsu makan.

g. Memblokir kemampuan makan serangga. h. Mengusir serangga.

Referensi

Dokumen terkait

Tangkai daun pendek; helaian daun bentuk memanjang atau lanset, dengan pangkal runcing ujung berduri tempel, sering berlekuk menyirip-bercang menyirip dengan tepi

Pengendalian Ulat Pemakan Daun Kelapa Sawit (UPDKS) dengan menggunakan insektisida kimia jika tingkat populasi sudah sangat tinggi dan tidak dapat dilakukan dengan

Serangan ulat ini biasanya mulai dari pelepah daun yang terletak di strata tengah dari tajuk kelapa sawit ke arah pelepah daun yang lebih muda atau lebih

Pengendalian ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS) dengan menggunakan insektisida kimia merupakan cara umum dilakukan di perkebunan kelapa sawit untuk mengatasi

Ulat pemakan daun kelapa sawit yang terdiri dari ulat api, ulat kantung, ulat bulu merupakan hama yang paling sering menyerang kelapa sawit.. Untuk beberapa daerah

Gejala sekunder dari penyakit ini berupa menguningnya daun kelapa sawit yang dimulai dari daun paling bawah hingga daun atas (Gambar 2.3) pada serangan yang berat, gejala dari

Pada fase vegetatif, kekeringan pada tanaman kelapa sawit ditandai dengan daun tombak yang tidak membuka dan terhambatnya produksi pelepah bahkan

vittata terlihat pada ukuran panjang dan lebar dari tangkai daun, helaian daun, bagian terlebar helaian daun, jumlah anak daun, anak daun paling ujung, anak daun subur