• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Kelapa Sawit

2.1.1 Botani

Kelapa sawit atau dalam bahasa latin disebut Elaeis guineensis Jacq. Elaeis berasal dari kata Elaion berarti minyak dalam bahasa Yunani. Guineesis berasal dari Guinea (pantai barat Afrika). Jacq berasal dari nama Botanis Amerika Jacquin (Lubis, 2008).

2.1.2 Morfologi

a. Akar (Radix)

Tanaman kelapa sawit berakar serabut yang terdiri atas akar primer, sekunder, terrier dan kuarter. Akar primer pada umumnya tumbuh kebawah, sedangkan akar sekunder, tertier dan kuarter arah tumbuhnya mendatar kebawah.

b. Batang (Caulis)

Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil, yaitu batangnya tidak mempunyai cambium dan pada umumnya tidak bercabang. Batang berfungsi sebagai penyangga tajuk serta menyimpan dan mengangkut bahan makanan. Batang kelapa sawit berbentuk silinder dengan diameter 20-75 cm. Tanaman yang masih muda, batang nya tidak terliahat karena tertutup oleh pelepah daun. Pertambahan tinggi batang terlihat jelas setelah tanaman berumur 4 tahun. Tinggi batang bertambah 25-45 cm/tahun. Tinggi maksimum yang ditanam di perkebunan antara 15-18 m sedangkan yang di alam mencapai 30m.

Batang kelapa sawit terdiri dari pembuluh-pembuluh yang terikat secara diskrit dalam jaringan parenkim. Maristem pucuk terletak dekat ujung batang, dimana

(2)

pertumbuhan batang sedikit agak besar. Penebalan danpembesaran batang terjadi karena aktivitas ‘penebalan maristem primer’ yang terletak dibawah maristem pucuk dan ketiak daun.Berikut perkembangan tinggi batang pada tanaman kelapa sawit di tabel 2.1

Tabel 2.1 Perkembangan Tinggi Batang Kelapa Sawit Berdasarkan Umur Umur (Tahun) Tinggi (Meter) Umur (Tahun) Tinggi (Meter)

3 1.6 14 9.8 4 2.2 15 10.0 5 2.6 16 10.5 6 3.8 17 11.0 7 4.5 18 11.3 8 5.4 19 11.5 9 5.7 20 11.9 10 6.7 21 12.2 11 7.5 22 12.4 12 8.4 23 13.0 13 8.9 24 13.3 25 14.0

Sumber : Buku Pintar Mandor (2007)

c. Daun (Folium)

Daun kelapa sawit mirip kelapa yaitu berbentuk susunan daun majemuk, bersirip genap dan bertulang sejajar. Daun-daun membentuk satu pelepah yang panjang nya mencapai lebih dari 7,5-9 m. Jumlah anak daun di setiap pelepah berkisar antara 250-400 helai. Daun muda yang masih kuncup berwarna kuning pucat. Pada tanah yang subur, daun cpat membuka sehingga makin efektif melakukan fungsinya sebagai tempat berlangsungnya fotosintesi dan alat respirasi.

(3)

Di Sumatera Utara, misalnya produksi daun mencapai 20-40 helai/tahun. Umur daun mulai terbentuk sampai tua sekitar 6-7 tahun. Daun kelapa sawit yang sehat dan segar berwarna hijau tua, jumlah pelepah, panjang pelepah dan jumlah anak daun tergantung pada umur tanaman. Tanaman yang berumur tua, jumlah pelepah dan anak daun lebih banyak. Begitu pula pelepahnya akan lebih panjang dibandingkan dengan tanaman yang masih muda. Berat kering satu pelepah mencapai 4,5 kg. Pada tanaman dewasa ditemukan sekitar 40-50 pelepah. Saat tanaman berumur sekitar 10-13 tahun dapat ditemukan daun yang luas permukaannya mencapai 10-15 m².

Jumlah kedudukan pelepah daun pada batang kelapa sawit disebut juga phyllotaxis yang dapat ditentukan berdasarkan perhitungan susunan anak daun, yaitu dengan menggunakan rumus duduk daun 1/8. Artinya, setiap satu kali berputar melingkari duduk daun mengarah ke kanan atau ke kiri menyerupai spiral. Pada tanaman yang normal, dapat dilihat 2 set spiral berselang 13 daun mengarah ke kiri.

Arah duduk daun sangat berguna untuk menentukan letak duduk daun ke-9 dan ke-17 saat pengambilan contoh daun. Disamping itu, duduk daun juga berguna untuk menentukan jumlah daun yang harus tetap ada dibawah buah terendah yang disebut songgoh (Rudi hartono, 2002).

2.2 Penyakit Busuk Pangkal Batang

2.2.1 Penyebab Penyakit

Busuk pangkal batang kelapa sawit disebabkan oleh jamur Ganoderma. Jamur ganoderma sudah lama dikenal dan sampai sekarang belum dapat dikendalikan dengan baik. Pada generasi kedua dan ketiga tingkat serangan dapat terjadi lebih tinggi dan lebih awal. (Darmosarkoro, 2008).

(4)

Penularan penyakit busuk pangkal batang terutama terjadi melalui kontak akar tanaman sehat dengan sumber inokulum yang dapat berupa akar dan batang sakit. Hal ini didukung oleh distribusi penyakit yang mengelompok. Di sekeliling tanaman sakit, biasanya ada tanaman sakit dengan gejala yang lebih ringan. Banyak tanaman kelapa sawit mati yang disebabkan Ganonerma boninense, apabila penanaman dengan system underplanting (Lubis, 2008).

2.2.2 Gejala Serangan

Busuk pangkal batang merupakan penyakit yang terpenting pada kelapa sawit yang menyerang TBM dan TM. Gejala awalnya daun-daun muda banyak tidak membuka, daun-daun tuaakan layu, pelepah patah dan jaringan dalam akan membusuk dan kering (LPP, 2010).

Gejala awal penyakit busuk pangkal batang ini sulit di identifikasi dikarenakan perkembangannya yang lambat dan dikarenakan gejala eksternal berbeda-beda dengan gejala internal. Sangat mudah untuk di identifikasi gejala di tanaman dewasa atau saat telah membentuk tubuh buah, konsekuensinya penyakit lebih sulit untuk di kendalikan. Gejala utama kelapa sawit ini adalah terhambatnya pertumbuhan, warna daun menjadi hijau pucat busuk pada barang tanaman. Pada tanaman dewasa, semua pelepah menjadi pucat, semua daun dan pelepah mengering, daun tombak tidak membuka dan suatu saat akan mati.

2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit

Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada dataran rendah di daerah tropis yang beriklim basah, yaitu sepanjang garis khatulistiwa yaitu 15° LU sampai 15° LS. Di Iuar zona terscbut biasanya pertumbuhan tanaman kelapa sawit agak terhambat sehingga masa awal produksinyn juga terhambat. Umumnya tanaman kelapa sawit tumbuh optimum pada dataran rendah dengnn ketinggian 200-500 m dari permukaan laut (dpI).Kctinggian lebih dari 600 m dpl tidak cocok untuk

(5)

pertumbuhan tanaman kelapa sawit. Perbedaan ketinggian tempat akan mempengaruhi suhu, tingkat pencahayaan dan curah hujan pada tanaman kelapa sawit (Setyamidjaja, I993).

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada suhu 27°C dengan suhu maksimum 33°C dan suhu minimum 22°C sepanjang tahun. Curah hujan yang cocokuntuk pertumbuhan kelapa sawit berkisar 1.250-3.000 dengan penyebaran merata sepanjang tahun (dengan jumlah bulan kering kurang dari tiga bulan) Dan curah hujan optimal berkisar 1.750-2.500 mm. (Sugiyono ., 2003)

Sinar matahari dapat mendorong pertumbuhan vegetatif, pembentukan bunga, dan produksi buah. Berkurangnya penyinaran matahari akan mengurangi proses asimilasi untuk memproduksi karbohidrat dan pembentukan bunga (sex ratio) yang berakibat berkurangnya jumlah bunga betina. Selain itu, kelapa sawit yang kurang mendapatkan sinar matahari, pertumbuhannya akan tinggi, kurus, dan lemah, serta produksi daunnya sedikit (Risza, 2010).

Hal yang penting untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit adalah distribusi hujan yang merata. Temperatur yang optimum bagi kelapa sawit 24°C-28°C. Akan tetapi, kelapa sawit masih dapat tumbuh dengan baik pada temperatur terendah 18oC dan temperatur tertinggi 32°C dengan kelembaban 80 dan penyinaran matahari 5-7 jam/hari. Kelembaban rata-rata yang tinggi akan merangsang perkembangan penyakit. Kecepatan angin 5-6 kmjam, sangat baik untuk membantu proses peyerbukan. Angin yang terlalu kencang akan menyebabkan tanaman miring (Lubis, 2008).

2.4 Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan

ldealnya setiap kebun harus sudah dievaluasi lahannya secara benar. Evaluasi kelas kesesuaian lahan (LKK) pada suatu perkebunan kelapa sawit sangat perlu

(6)

untuk memprediksi produktivitas kelapa sawit tersebut dalam jangka panjang (Mangoensoekarjo, 2007).

Penilaian kesesuaian lahan baik secara aktual maupun secara potensial. Penilaian secara aktual ditunjukan secara karakteristik lahan pada keadaan sebelum diperbaiki. Sedangkan penilaian potensial ditunjukan terhadap karakteristik lahan setelah diperbaiki.

2.4.1 Keadaan Lahan

a. Ketinggian Tempat

Tanaman kelapa sawit bisa tumbuh dan berbuah hingga ketinggian tempat 1000 meter diatas permukaan laut(dpl).Namun, pertumbuhan tanaman dan produktivitas optimal akan lebih baik jika ditanam di lokasi dengan ketingian 400 meter diatas permukaan laut.

b.Topografi

Kelapa sawit sebaiknya ditanam di lahan yang memiliki kemiringan lereng 0-12º atau 21%.Lahan yang kemiringannya 13º-25º masih bisa ditanami kelapa sawit, tetapi pertumbuhannya kurang baik. Untuk lahan yang kemiringannya 25º sebaiknya tidak dipilih karena menyulitkan dalam pengangkutan buah saat panen dan beresiko terjadi erosi.

c. Drainase

Kondisi tanah yang sering mengalami genangan air biasanya tidak disukai tanaman kelapa sawit karena akarnya memerlukan banyak oksigen.Drainase yang jelek akan menghambat kelancaran penyerapan unsur hara dan proses nitrifikasi sehingga tanaman akan kekurangan unsur nitrogen. Karena itu, drainase tanah yang akan dijadikan lokasi perkebunan kelapa sawit harus baik dan lancer sehingga ketika musim hujan lahan tidak tergenang (Sunarko,2014).

(7)

d. Tanah

Sifat tanah yang ideal dalam batas tertentu dapat mengurangi pengaruh buruk dari keadaan yang kurang sesuai. Misalnya tanaman kelapa sawit pada lahan yang beriklim agak kering masih dapat tumbuh baik jika kemampuan tanahnya tergolong tinggi dalam menyimpan dan menyediakan air. Secara umum, Kelapa sawit dapat tumbuh dan berproduksi baik pada tanah-tanah Ultisol, Entisols,Inceptisol,Andisols,dan Histosols. (Sulistya,2010).

Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah podzolik, Latosol, Ultisol, Hidromorfik, kelabu, Alluvial atau Regosol. Tanah Latosol, Ultisol atau Alluvial, tanah gambut saprik, dataran pantai dan muara sungai dapat dijadikan perkebunan Kelapa sawit. (Hartono, 2011).

Berbeda dengan tanaman perkebunan lainnya, kelapa sawit dapat diusahakan pada tanah yanga memiliki tekstur agak kasar sampai halus yaitu antar pasir berlempung sampai liat masif. Beberapa karakteristik tanah yang digunakan dalam penilaian kesesuaian lahan untuk kelapa sawit meliputi batuan dipermukaan tanah, kedalam efektif tanah, dan tingkat kemasaman tanah (pH). (Sulistyo,2013).

Tekstur tanah yang paling ideal untuk kelapa sawit adalah lempung berdebu, lempung liat berdebu, lempung berliat, dan lempung liat berpasir.Kedalaman efektif tanah yang baik adalah jjika >100 cm, sebaliknya andai kata kedalaman efektif <50 cm dan tidak memungkinkan untuk diperbaiki maka tidak direkomendasikan untuk kelapa sawit. Kemasaman (pH) tanah yang optimal adalah pada pH 5,0-6,0, tetapi kelapa sawit masih toleran terhadap ph <pH5,0 misalnya pada pH 3,5-4,0 ( pada tanah gambut). Beberapa perkebunan kelapa sawit terdapat pada tanah yang memiliki pH tanah > pH 7,0, tetapi produktivitasnya tidak optimal.Pengelolaan tingkat kemasaman tanah dapat dilakukan melalui tindakan pemupukan dengan menggunakan jenis-jenis pupuk

(8)

yang berkemampuan mwningkatkan pH seperti pupuk dolomit, kapur,pertanian (kaptan) dan fosfat alam (rock phosphate) (sulistyo, 2011).

2.4.2. Keadaan Iklim

a. Suhu

Pada umumnya kelapa sawit tumbuh dan memperoduksi optimal memerlukan tempratur bulamam 20-32oC dan minimum antara 22-24oC, minimum 18oC mungkin jga masi dapat diterima. Pada kelapa sawit dewasa tempratur pada kondisi minim dapat si tumbuhan walaupun ada sinar matahari dan relative lembab. Perbedaan musim panas dan dingin sangat mempengaruhi tanaman kelapa sawit. Ketika tempratur musim dingin rendah sampar 15oC pertumbuan menjadi kerdil dan hasilnya buruk. Rendahnya tempratur malam hari pada tanaman daerah yang tinggi sampai 200m menyebabkan perkembangan menjadi lambat (Tunerdan Gillbanks,2013).

b. Itensitas Penyinaran

Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman heliofil atau menyukai cahaya matahari. Penyinaran matahari sangat berpengaruh terhadap perkembangan buah kelapa sawit. Tanaman yang ternaungi karena jarak tanam yag sempit, pertumbuhannya akan terhambat karena hasil asimilasinya kurang (sastrosayono, 2003)

Sinar matahari, radiasi matahari dan kelembaban berhubungan degan curah hujan. Produktifitas dapat dipegaruhi noleh tingkat radiasi yang di terima. Air dan nutrisi yang memadai, kondisi tanah yang bagus , terbebas dari hama dan penyakit, radiasi menjadi factor dominan produktifitas kelapa sawit. Konsep efektif penyinaran mataharai untuk iklim tahunan didefeniskan sebagai total penyinaran selama oeriode air cukup, bersama dengan fraksi yang terjadi selama periode kering. Hubungan diemukan antara efektiftas penyinaran dan sex ratio dua tahun kemudia dan dengan hasil 28 bulan kemudian. Sex ratio dipegaruhi

(9)

oleh jumlah bulan kering , lama penyinaran dan total hujan pertahun (Tuner dan Gillbanks,20013).

Lama penyinaran matahari yang dibutuhkan kelapa sawit minimum sekitar 1.600jam/tahun atau 4,3 jam/hari dan optimum sekitar 6-7 jam/hari (suanrko, 2014)

c. Angin

Tanaman kelapa sawit relatife tahan angina, tetapi sebaiknya kecepatan angin rata-rata tidak melebihi 40km/jam. Angin yang kencag dapat merusak daun dan pertumbuhan kelapa sawit dapat terganggu. (sunarko,2014).

Kerusakan kelapa sawit yang dapat disebabkan oleh angin sangant bervariasi baik kekerasannya dan tipe kerusakannya. Kerusakan pada tanaman muda lebih luas. Kekuatan angina topan dapat merusak sesuatu arean penanaman baru yang dapat menghambta perkembangan sehingga dibutuhkan perbaikan stabilitas system akar. Bergeserya tanaman muda, dari proses vertical sering kal terjadi pada tanaman baru khususnya pada area dengan tipe tanah ringan dan pada kemiringan terbuka yang ada angin.

Pada tanaman tua pengaruh angin besar sekali aneh. Keseluruhan sawit dapat tumbang, tapi umumnya kerusakan tejadi hanya pada mahkota beserta hasil yang hilang(Turnerdan Gillbanks,2013)

Gambar

Tabel 2.1 Perkembangan Tinggi Batang Kelapa Sawit Berdasarkan Umur  Umur (Tahun)  Tinggi (Meter)  Umur (Tahun)  Tinggi (Meter)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasar permasalahan tersebut dapat diketahui adanya nilai beta yang fluktuatif, dari hasil tersebut peneliti ingin mengetahui apakah tingkat Leverage, Likuiditas

4 Net surplus adalah modal awal + premi - klaim 5 Jika net surplus kurang dari atau sama dengan nol =.. Bangkrut

Pada dasarnya semua kegiatan atau program yang dibuat memiliki tujuan. Begitu pula dengan apa yang dilakukan oleh Divisi Humas Polsek Cikarang Selatan. Tujuan

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah akseptabilitas kondisi asuransi, kompetensi penyedia jasa asuransi, sikap moneter konsumen terhadap asuransi, dan

Event A adalah terjadinya kelambatan pelayanan karena ada seorang nasabah yang memerlukan pelayanan lama di teller pertama, dan event B adalah terjadinya peristiwa

Manakala sebanyak 12.6 peratus (32 orang) sangat tidak setuju dan tidak setuju bahawa mangsa telah lebih tiga kali menyatakan hasrat bagi bunuh diri melalui komunikasi