• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERUBAHAN KONSEP SISWA MENGENAI RANGKAIAN LISTRIK PADA SISWA KELAS III SMP ANGKASA LANUD ADISUCIPTO MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERUBAHAN KONSEP SISWA MENGENAI RANGKAIAN LISTRIK PADA SISWA KELAS III SMP ANGKASA LANUD ADISUCIPTO MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI"

Copied!
202
0
0

Teks penuh

(1)

MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Miftahul Jennah NIM : 021424019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2008

(2)
(3)
(4)

iv HIDUP ADALAH SEBUAH PERJUANGAN “

Hanya kita yang bisa menolong diri kita sendiri

yang lain hanyalah faktor pendukung

SEBAGAI UNGKAPAN SYUKUR KUPERSEMBAHKAN KARYA INI BAGI :

(5)

Saya men atau bagia daftar pust

nyatakan de an karya or taka sebaga

engan sesun rang lain, k aimana laya

ngguhnya b kecuali yang aknya karya

bahwa skrip g telah dise

ilmiah.

psi ini tidak ebutkan dal

k memuat k lam kutipan

karya n dan

Y

Yogyakarta,

Miftahu

, Desember 2008

ul Jennah

(6)

vi Metode Demonstrasi. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2008.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Bagaimana konsep awal siswa mengenai Rangkaian Listrik, (2) Pada bagian mana konsep awal siswa salah atau kurang lengkap, (3) Apa yang menyebabkan konsep awal siswa salah atau kurang lengkap, (4) Bagaimana konsep siswa setelah mengalami proses pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi.

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 14 Juli - 2 Agustus 2008 di SMP Angkasa Lanud Adisucipto, Yogyakarta. Subjek penelitian adalah siswa SMP kelas IX yang berjumlah 35 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah tes tertulis yang terdiri dari pretes dan posttes, rancangan pembelajaran, dan pertanyaan wawancara. Rancangan pembelajaran disusun berdasarkan hasil pretes dan wawancara, wawancara dilakukan untuk mengetahui konsep awal siswa secara mendalam dan penyebab salah konsep atau konsep yang kurang lengkap pada siswa.

(7)

vii Adisucipto. Physics Education Study Program, Department Mathematics and Science Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

The aims of this research are to know: 1) How students early concept about circuit electric?, 2) where the part early concept student`s misconception or not complete?, 3) What cause early concept student`s misconception or not complete?, 4) How student`s concepts about circuit electric after experiencing process using guided Demonstration Method.

The research was held since 14 th July 2008 until 2th August 2008 at 3th Junior High School Angkasa Lanud Adisucipto in Yogyakarta. Sample of this research are student`s of 3-A class that has 35 number. There are four steps to obtain data in this research, that is: pretest, interview, learning design, and interview. Interview doing for to know students early concept more understanding and cause misconception are not complete of concept student`s.

(8)

viii Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karunia_Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perubahan Konsep Siswa Pada Siswa kelas III SMP Angkasa Adisucipto Menggunakan Metode Demonstrasi”, sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi dengan jenjang pendidikan strata satu.

Penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik atas kerjasama, bimbingan, kesempatan, sarana, fasilitas, bantuan, gagasan, serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bpk Drs. Domi Severinus, M.Si. selaku Dosen Pembimbing, yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh perhatian dan kesabaran selama penyusunan skripsi

2. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Fisika, yang telah memberikan bimbingan dan pengetahuan kepada peneliti selama menempuh studi di Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma.

3. Ibu Sri Maryani, Spd. Selaku Guru Mata Pelajara Fisika Kelas IX SMP Angkasa Adisucipto, atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian terhadap siswa-siswi yang diasuhnya. 4. Sekretariat JPMIPA khususnya Pa Narjo dan Pa Sugeng atas bantuan

(9)

KA

ucipto atas kerja samaa dan

2008 Y

Yogyakarta, Desember

Penuliss

(10)

x 1

1. Pengertian Konsep ... 10

JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN ... iii

PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang Masalah ... 1

A. Perumusan Masalah ... 4

B. Tujuan Penelitian ... 4

C. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II. DASAR TEORI ... 6

A. Pengetahuan Awal ... 6

B. Hubungan Pembelajaran dengan Pengetahuan Awal ... 7

(11)

xi BAB II

A. B

1

D. Miskonsepsi ... 25

E. Metode Demonstrasi ... 27

F. Rangkaian Listrik ... 33

I. METODE PENELITIAN ... 47

Jenis Penelitian ... 47

. Tempat dan Waktu Penelitian ... 47

C. Subjek Penelitian ... 47

D. Desain Penelitian ... 48

E. Metode Pengumpulan Data ... 49

F. Instrumen Penelitian ... 50

G. Metode Analisis Data ... 65

BAB IV. DATA DAN ANALISIS ... 67

A. Pelaksanaan Penelitian ... 67

B. Data Pretes Dan Wawancara Serta Pembahasan ... 68

C. Rangkuman Konsep Awal Siswa ... 105

D. Penyebab Konsep Yang Salah atau Kurang Lengkap pada Siswa ... 106

E. Pelaksanaan Pembelajaran ... 109

F. Data Postes dan Pembahasan ... 22

G. Rangkuman Konsep Akhir Siswa ... 144

H. Peta Pemahaman Siswa ... 146

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 149

(12)
(13)

xiii LAMPIRAN I

Data Hasil Pretes dan Posttest ... 154 LAMPIRAN II

Rancangan Perencanaan Pembelajaran ... 158 LAMPIRAN III

Lembar Kerja Siswa ... 164 LAMPIRAN IV

(14)

Yang bert

ahasiswa Unniversitas SSanata Dharmma:

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut para ahli psikologi kognitif, manusia tidak lahir dengan kepala yang kosong seperti tape kaset yang dapat diisi, tetapi waktu lahir pun manusia sudah punya “isi’ otak yang memungkinkannya untuk belajar dari lingkungan. Sejalan dengan perkembangan usia, anak tidak sekedar menyerap informasi apa saja dari lingkungannya tetapi otaknya sudah selektif dengan memilih informasi apa saja yang masuk dan mencari hubungannya dengan apa yang sudah ada dalam otaknya. Demikianlah siswa secara alami mengisi otaknya tentang berbagai fenomena alam sejak kecil sehingga dalam otaknya telah terbentuk seperangkat pengetahuan yang sering disebut pengetahuan awal atau sejenis teori siswa.

Siswa yang mengikuti pelajaran di kelas, sudah memiliki pengetahuan awal tentang alam dan fisika. Namun guru kadang tidak menyadari dan memperhitungkan hal tersebut. Secara umum, guru menganggap bahwa pikiran siswa masih kosong dalam memulai suatu materi yang baru (belum mempunyai konsep). Guru langsung memberikan dan menanamkan konsep yang benar pada siswa tanpa memperhatikan apa yang sudah ada sehingga dalam pikiran siswa terdapat campuran antara konsep yang dikembangkan sendiri dari lingkungannya dan konsep yang sebenarnya yang diajarkan oleh

(16)

guru. Campuran antara kedua konsep itu dapat menjadi pengertian yang salah yang akan menyebabkan banyak kesulitan dalam fisika.

Menurut Suparno (2005:94-95) Proses pembelajaran yang benar haruslah mengembangkan perubahan konsep pada diri siswa yang sedang belajar. Perubahan itu secara umum dapat terjadi dalam dua bentuk. Perubahan yang pertama adalah perubahan dalam arti memperluas konsep, dari konsep yang belum lengkap menjadi lebih lengkap, dari belum sempurna menjadi sempurna. Perubahan yang kedua adalah membetulkan konsep yang salah menjadi benar sesuai dengan konsep para ahli fisika. Perubahan konsep merupakan hal yang sangat penting maka hal itu perlu mendapat penekanan dari pihak guru. Dengan dua perubahan itu diharapkan siswa yang belajar akan mempunyai pengetahuan fisika yang lebih lengkap dan benar.

(17)

Walaupun perubahan konsep itu tidak mudah, terlebih perubahan konsep yang salah ke konsep yang sesuai dengan konsep ilmiah, namun bagi guru yang ingin memajukan siswanya tetap perlu mengusahakan metode-metode yang secara efesien membantu perubahan konsep tersebut. Salah satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah dengan siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan gagasan dan konsep-konsep mereka dengan demikian akan ketahuan salah konsep yang dimiliki siswa, sehingga siswa dapat merubah konsepnya.

Ada beberapa metode pembelajaran fisika yang dapat membantu proses perubahan konsep, salah satunya adalah dengan menggunakan metode demonstrasi. Proses perubahan konsep dapat dikembangkan melalui pembelajaran fisika dengan bantuan media karena dengan adanya media, siswa ditunjukkan langsung, dan dirangsang agar lebih berminat mencari dan melibatkan mereka secara aktif untuk mengamati, menalar mengenai hasil percobaan, merumuskan kesimpulan, dan menjelaskan hasil percobaan.

(18)

Berdasarkan uraian diatas, penulis berminat untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan awal siswa tentang fisika khususnya menyangkut pokok bahasan “Rangkaian Listrik” serta perubahan konsep yang dimiliki siswa setelah mengalami proses pembelajaran dengan metode demonstrasi dengan mengambil judul “PERUBAHAN KONSEP SISWA MENGENAI RANGKAIAN LISTRIK PADA SISWA KELAS III SMP ANGKASA LANUD ADISUCIPTO MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka permasalahan yang akan diungkap dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana konsep awal siswa pada pokok bahasan rangkaian listrik sederhana?

2. Pada konsep mana sajakah, konsep awal siswa salah atau kurang lengkap? 3. Apakah yang menyebabkan konsep awal siswa salah atau kurang lengkap? 4. Bagaimana perubahan konsep siswa setelah mengikuti pembelajaran

dengan metode demonstrasi?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah: 1. Dapat mengetahui konsep awal siswa kelas pada pokok bahasan rangkaian

(19)

2. Dapat mengetahui pada konsep mana saja konsep awal siswa salah atau kurang lengkap

3. Dapat mengetahui sumber penyebab konsep awal siswa salah atau kurang lengkap

4. Dapat mengetahui perubahan konsep yang terjadi pada siswa setelah mengalami proses pembelajaran dengan metode demonstrasi

D. MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagi peneliti

Menambah pengelaman dalam menerapkan teori yang di peroleh selama kuliah serta memperluas pengetahuan dan wawasan tentang pembelajaran fisika yang menekankan pada perubahan konsep dengan metode demonstrasi.

2. Bagi guru atau calon guru

Hasil penelitian ini secara teoritis dapat dipakai sebagai pertimbangan dalam memilih metode mengajar yang sesuai dalam pembelajaran fisika.

3. Bagi siswa

(20)

A. Pengetahuan Awal

Pada saat siswa menerima pelajaran sains secara formal dibangku sekolah, didalam dirinya telah terbentuk seperangkat keyakinan tentang berbagai fenomena alam. Dalam kasus-kasus tertentu, keyakinan atau intuisi tersebut sangat kuat dipegang oleh siswa dan bisa jadi berbeda dengan teori-teori yang diterima kebenarannya dan diajarkan di sekolah melalui pelajaran sains, akan tetapi tidak jarang pula keyakinan yang telah berkembang sejalan dengan teori yang diakui kebenarannya oleh para ilmuwan (Driver 1983:2-3, dalam Sarkim,1998:242). Pengetahuan dan keyakinan yang dimiliki oleh siswa inilah yang disebut dengan pengetahuan awal.

Selain itu Filsafat konstruktivisme secara singkat mengatakan bahwa pengetahuan adalah hasil konstruksi manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuan mereka melalui interaksi dengan objek, fenomena, pengalaman, dan lingkungan mereka (Suparno,1997:28). Dengan demikian siswa sendiri yang mengkonstruksi pengetahuan mereka sejak awal sebelum mendapatkan pelajaran formal di sekolah tentang bahan tertentu. Mereka mengkonstruksi sendiri dari pengelaman mereka, lingkungan dan kejadian sehari-hari yang mereka alami.

Setiap orang mempunyai struktur pengetahuan awal (skema) yang berperan sebagai suatu filter dan fasilitator terhadap ide-ide dan

(21)

pengalaman yang baru. Skema dapat dikembangkan dan diubah, yaitu dengan proses asimilasi dan akomodasi. Proses berubah dan berkembangnya skema seseorang untuk dapat memahami tantangan pemikiran dari luar disebut proses adaptasi (Suparno,2005:88).

Pengetahuan awal menurut Driver seperti yang dikutip oleh Sarkim (1998:243) mempunyai ciri-ciri : (1) bersifat sangat personal, artinya pengetahuan sangat bervariasi meskipun mengacu pada pokok yang sama, (2) tampak tidak koheren, artinya bahwa pengetahuan tersebut seringkali tidak senilai dengan pengetahuan sebelumnya dan hal ini digunakan untuk menjelaskan atau meramalkan dalam konteks kepentingan yang berbeda-beda pula, (3) bersifat stabil, artinya sekalipun sudah mengikuti pelajaran di sekolah siswa tidak memodifikasi pengetahuannya meskipun pengetahuan itu sudah coba diubah oleh guru dengan menunjukkan bukti yang bertentangan dengan pengetahuan yang dimiliki siswa, (4) pemikiran anak didominasi oleh persepsi yang disebabkan oleh penalaran didasarkan pada peristiwa-peristiwa terobservasi, (5) pusat perhatian siswa terbatas dan kurang memperhatikan hal-hal lain yang mestinya terkait, (6) pusat perhatian lebih pada perubahan bukan pada keadaan, dimana hal ini sangat terkait dengan perhatian siswa yang terbatas.

B. Hubungan Pembelajaran Dengan Pengetahuan Awal

(22)

Belajar juga merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang diajarkan dan pengertian yang sudah dipunyai sehingga pengertiannya dikembangkan. Proses tersebut antara lain;

1. Belajar berarti membetuk makna. Makna diciptakan manusia dari apa yang

mereka lihat, dengar, rasakan, dan alami. Konstruksi arti itu dipengaruhi oleh pengertian yang telah ia punyai.

2. Konstruksi arti itu adalah proses yang terus menerus. Setiap kali berhadapan dengan fenomena atau persoalan yang baru, diadakan rekonstruksi, baik secara kuat maupun secara lemah.

3. Belajar bukanlah mengumpulkan fakta, melainkan lebih suatu pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru. Belajar bukan hasil perkembangan melainkan perkembangan itu sendiri; yakni suatu pengembangan yang menuntut penemuan dan pengaturan kembali pemikiran seseorang.

4. Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi ketidakseimbangan (disequilibrium) adalah situasi yang baik untuk memacu belajar.

5. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengelaman belajar dengan dunia fisik dan lingkungan.

6. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui siswa.

(23)

Dari uraian diatas dapat didefenisikan bahwa ciri-ciri kegiatan belajar adalah menghasilkan perubahan-perubahan tingkah laku, pengetahuan, keterampilan, dan sikap individu yang belajar, sehingga bagi siswa belajar berarti mencoba memahami apa yang disampaikan dalam proses belajar mengajar dengan pengelaman yang telah dimiliki atau mengkonstruksi struktur dasar baru yang merupakan perpaduan antara yang telah dimiliki dengan yang baru. Dengan demikian sangatlah penting mengetahui pengetahuan awal siswa.

Pandangan tentang pentingnya pengetahuan awal siswa dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, didasari keyakinan bahwa pembelajaran sains akan mengakibatkan restruktusasi konsep siswa. Keyakinan tersebut juga membawa konsekuensi pada perlunya guru memahami adanya konsep awal siswa agar guru dapat merancang dan melaksanakan pembelajaran yang membantu siswa dalam melakukan restrukturisasi konsepnya. Ausubel (dalam Dahar 1989:117) berpendapat bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi proses belajar adalah apa yang telah diketahui siswa. Untuk itu guru perlu mengetahui pengetahuan yang dimiliki siswa. Dalam hal ini Slameto (1988:37) mengatakan bahwa guru yang mengajar perlu memperhatikan pelajaran yang akan disampaikan dan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa sehingga siswa akan memperoleh hubungan antara pengetahuan yang telah dimiliki dengan pelajaran yang akan diterima.

(24)

mengembangkan pengetahuan yang baru. Juga mereka membawa perbedaan tingkat intelektual, personal, sosial, emosional, dan kultural. Ini semua mempengaruhi pemahaman mereka. Latar belakang dan pengertian awal yang dibawa siswa tersebut sangat penting dimengerti oleh pengajar agar dapat membantu memajukan dan memperkembangkannya sesuai dengan pengetahuan yang lebih ilmiah (Suparno,1997:63).

C. Konsep

1. Pengertian Konsep

Dalam belajar, guru dan siswa selalu menghadapi dan berhubungan dengan sejumlah konsep sesuai dengan pokok bahasan yang dipelajari. Setiap konsep dapat berhubungan dan hubungan ini dijelaskan dengan prinsip, hukum, dan teori yang ada. Euwee van Berg berpendapat bahwa dalam fisika konsep adalah segala pengertian yang sudah ada mengenai benda-benda, gejala-gejala atau peristiwa-peristiwa, kondisi-kondisi dan ciri – ciri yang menjadi obyek dalam proses belajar mengajar fisika, penelitian, dan penerapannya untuk berbagai kepentingan (Kartika Budi, 1992: 39).

(25)

diterima. Dengan demikian konsep merupakan pengertian yang dimiliki seseorang, yang tertanam dalam pikirannya berdasarkan pengelaman dan kejadian yang dialaminya dari suatu objek. Jadi ketika seseorang tersebut berurusan dengan objek yang sama maka dengan sendirinya konsep tentang objek tersebut sudah ada dalam pandangannya.

Pada saat belajar, setiap siswa akan menafsirkan dan menangkap makna dari konsep yang dipelajari. Tafsiran dari konsep yang dipelajari tersebut dapat berbeda pada setiap siswa. Perbedaan tersebut dapat dipengaruhi oleh oleh perbedaan proses pembentukan, tingkat pendidikan, aspek yang ditonjolkan, sudut pandang, dan konsep lain yang melatar belakangi (Kartika Budi,1998:162-163).

Menurut Kartika Budi (1987:237) dalam pembelajaran fisika kita berhadapan dengan konsep fisis, baik itu konsep konkrit maupun konsep proses. Robert B. Sund dalam Kartika Budi (1987:235) menjelaskan bahwa konsep konkrit adalah konsep yang mengacu pada obyek seperti benda-benda, besaran-besaran, atau atribut dari besaran. Sedangkan konsep proses adalah konsep yang mengacu pada proses dari benda-benda atau besaran-besaran fisis. Menurut Flavell (1970) sebagaimana dikutip oleh Ratna Willis Dahar (1989:79-80) mengungkapkan bahwa konsep-konsep dapat berbeda dalam tujuh dimensi yaitu :

(26)

mempunyai permukaan yang datar, dan sambungan-sambungan yang mengarah kebawah yang mengangkat permukaan itu dari lantai.

b. Struktur yaitu menyangkut cara terkaitnya atau tergabungnya atribut-atribut. Ada tiga macam struktur yaitu (1) stuktur konjunktif yaitu konsep dimana terdapat dua atau lebih sifat-sifat sehingga dapat memenuhi syarat-syarat sebagai konsep, misalnya percepatan adalah perubahan kecepatan tiap selang waktu. Dua atribut yaitu perubahan kecepatan dan selang waktu harus ada agar memenuhi konsep percepatan, (2) konsep-konsep disjunktif yaitu konsep-konsep dimana satu dari dua atau lebih sifat-sifat harus ada, (3) konsep-konsep relasional yaitu konsep yang menyatakan hubungan tertentu antara atribut-atribut konsep.

c. Keabstrakkan. konsep yang dapat dilihat dan konkret, atau konsep-konsep itu terdiri dari konsep-konsep-konsep-konsep lain.

d. Keinklusifan, mengacu pada jumlah contoh-contoh yang terlibat dalam konsep.

e. Generalisasi atau keumuman. Bila diklasifikasikan, konsep-konsep dapat berbeda dalam posisi superordinat atau subordinatnya., misalnya energi merupakan superordinat dari energi kinetik.

f. Ketepatan, menyangkut apakah ada sekumpulan aturan-aturan untuk membedakan contoh-contoh dari noncontoh-noncontoh suatu konsep.

(27)

Oleh karena orang mengalami stimulus-stimulus yang berbeda-beda, maka orang membentuk konsep sesuai dengan pengelompokan stimulus-stimulus dengan cara yang tertentu. Karena konsep-konsep itu adalah abstraksi-abstraksi yang berdasarkan pengalaman, dan karena tidak ada dua orang yang mempunyai pengalaman yang sama persis, maka konsep-konsep yang dibentuk orang mungkin berbeda juga

2. Pemahaman Konsep

Salah satu tujuan pembelajaran di sekolah adalah agar siswa memiliki kemampuan untuk memahami hal yang dipelajari. Pemahaman adalah suatu bentuk pengertian yang menyebabkan seseorang mengetahui apa yang sedang dibicarakan. Seseorang dikatakan dapat memahami apabila ia dapat menjelaskan suatu situasi, menafsirkan grafik, mengubah hukum kedalam persamaan matematis, mengubah persamaan matematis kedalam kalimat, dan menafsirkan tabel (Irmina Umi Purwanti,2002:17). Sehingga pemahaman konsep dapat didefinisikan sebagai bentuk pengertian terhadap suatu gambaran atau abstraksi tentang situasi-situasi atau ciri-ciri yang memiliki ciri khas yang terwakili dalam setiap budaya oleh suatu benda atau simbol.

(28)

dicapai adalah memahami atau mengerti apa yang dipelajari. Untuk memutuskan seseorang memahami suatu konsep maka diperlukan kriteria atau indikator-indikator. Kriteria atau indikator tersebut antara lain menurut Kartika Budi (1992:114): (a) dapat menyatakan pengertian konsep dalam bentuk definisi menggunakan kalimat sendiri; (b) dapat menjelaskan makna dari konsep bersangkutan kepada orang lain; (c) dapat menganalisis hubungan antar konsep dalam suatu hukum; (d) menerapkan konsep untuk: (i) menganalisis dan menjelaskan gejala-gejala alam khusus, (ii) untuk memecahkan masalah fisika baik secara teoritis maupun praktis, (iii) memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang bakal terjadi pada suatu sistem bila kondisi tertentu dipenuhi; (e) dapat mempelajari konsep lain yang berkaitan dengan lebih cepat; (f) dapat membedakan konsep yang satu dengan konsep yang lain yang saling berkaitan; (g) dapat membedakan konsepsi yang salah; dan (h) dapat membuat peta konsep dari konsep-konsep yang ada dalam suatu pokok bahasan. Hasil belajar yang dicapai seseorang dapat diketahui berdasarkan beberapa indikator diatas.

3. Perubahan Konsep

(29)

Perubahan konsep dapat berupa melengkapi pengetahuan (konsep) yang sudah ada ataupun mengkonstruksi pengetahuan baru. Pengertian dan pengetahuan manusia terus berubah, terus berkembang, tidak pernah statis berhenti.

(30)

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa belajar adalah proses perubahan konsep dimana melalui tahap proses asimilasi dan proses akomodasi. Dalam asimilasi siswa menggunakan konsep-konsep yang telah ada untuk menghadapi gejala baru dengan suatu perubahan kecil yang berupa penyesuaian sedangkan dalam akomodasi, siswa harus mengganti atau mengubah konsep-konsep mereka yang lama karena tidak cocok lagi dengan persoalan yang baru. Disini ada perubahan secara drastis dan siswa sungguh-sunguh mengubah konsep yang telah mereka punyai. Hal ini biasanya terjadi bila siswa mempunyai konsep yang tidak cocok dengan konsep ilmiah.

Menurut Posner dkk. (Suparno,2005:90) supaya terjadi proses akomodasi memerlukan beberapa kondisi yang harus dipenuhi, antara lain :

a. Harus ada ketidakpuasan terhadap konsep yang ada. Siswa mengubah

konsep mereka jika mereka percaya bahwa konsep yang telah mereka punyai tidak dapat lagi digunakan dalam menghadapi situasi, pengelaman atau gejala yang baru. Jadi konsep lama sudah usang.

b. Konsep yang baru harus intelligible (dapat dimengerti). Siswa dapat mengerti bagaimana pengalaman-pengalaman baru dapat didekati dengan konsep-konsep baru tersebut.

c. Konsep yang baru harus masuk akal, yaitu mempunyai kemampuan untuk

(31)

d. Konsep baru harus berguna untuk program riset dan mempunyai kemampuan untuk dikembangkan dan membuka penemuan yang baru.

Menurut Posner dkk. salah satu penyebab terbesar ketidak puasan terhadap konsep lama adalah adanya peristiwa anomali. Suatu peristiwa yang bertentangan dengan yang dipikirkan siswa, dimana siswa tidak dapat mengasimilasikan pengetahuannya untuk memahami fenomena yang baru (Suparno, 1997:51). Bila siswa mengalami peristiwa anomali mereka akan merevisi dan mengubah konsep yang lama untuk menghindari konflik dipikirannya.

Banyak pendidik sains menggunakan data anomali untuk memacu perubahan konsep pada anak (Chinn 1993 dalam Suparno 1997:51). Dalam proses itu mereka membuat atau menyediakan eksperimen atau pengalaman yang memberikan data-data yang berlawanan dengan prediksi siswa atau pengertian siswa (Suparno, 2005:91). Data anomali berperan besar dalam perubahan konsep dalam sejarah sains.

(32)

dari Posner, sedangkan restrukturisasi kuat sesuai dengan istilah akomodasi dari Posner. Dalam restrukturisasi lemah, konsep awal yang dipunyai siswa tidak diubah secara total tetapi hanya disesuaikan sedangkan dengan restrukturisasi kuat, konsep siswa diubah secara total menjadi konsep yang berlainan (Suparno, 2005:93).

Pembelajaran fisika yang baik adalah pembelajaran yang memungkinkan terjadinya perubahan konsep secara cepat dan efesien. Perubahan konsep yang terjadi pada kegiatan pembelajaran fisika yang pertama adalah perubahan dalam arti siswa memperluas konsep dari konsep yang belum lengkap menjadi lebih lengkap, dari konsep yang belum sempurna menjadi sempurna sedangkan perubahan kedua adalah proses pembetulan konsep yaitu dari konsep yang salah menjadi benar atau menjadi sesuai dengan konsep para ahli fisika.

1) Proses perluasan konsep

Proses yang pertama adalah proses memperluas konsep yang sudah ada. beberapa cara membantu siswa menambah konsep atau pengetahuan mereka tentang bahan fisika, antara lain :

(33)

b) Siswa diberi bahan baru dan diajak untuk mempelajari sendiri bahan itu sehingga konsepnya bertambah. Model belajar mandiri ini perlu bantuan pengarahan dari guru.

c) Siswa diberi kesempatan untuk mencari bahan-bahan baru yang telah disediakan, baik dari buku maupun multimedia fisika.

Pembelajaran untuk menambah konsep diatas juga dapat mengakibatkan bertambahnya miskonsepsi. Memang dalam pembelajaran siswa mengalami penambahan konsep yang sangat banyak, namun miskonsepsinya juga bertambah. Dalam proses pengembangan pengetahuan, memang kedua hal ini dapat berjalan seiring. Namun tentu saja yang ideal adalah bila miskonsepsinya makin berkurang.

2) Pembetulan konsep yang salah

(34)

konsepnya. Dengan hasl eksperimen yang berlainan dengan konsep awal siswa, maupun melalui diskusi dengan orang yang mempunyai konsep lain, siswa tertantang untuk memikirkan kembali konsep awalnya, sehingga siswa terbantu untuk mengubah konsep awal mereka.

Menurut Joan Davis (2001) sebagaimana dikutip oleh Suparno (2005:97) seorang guru dalam mengajarkan perubahan konsep harus memperhatikan dua hal pokok:

a) Membuka konsep awal siswa.

Perubahan konsep hanya mungkin terjadi bila siswa sadar akan konsep awal mereka, entah benar entah tidak. Dari konsep awal itulah dapat dilihat dimana miskonsepsi mereka dengan segala alasannya. Maka diperlukan kepiawaian guru untuk membantu siswa berani mengungkapkan pikiran atau gagasan mereka.

b) Membantu siswa mengubah kerangka berpikir awal

Dalam langkah ini guru mencari beberapa teknik yang sesuai untuk menantang agar siswa mengubah gagasan mereka yang tidak benar. Untuk dapat membantu mengubah kerangka berpikir awal siswa, guru perlu mengerti ekologi konseptual siswa, yaitu semua pengetahuan dan kepercayaan yang dipunyai siswa. Hal ini meliputi antara lain ;

(35)

(3) Pengetahuan baru tentang konsep-konsep alternatif yang dipunyai siswa

(4) Keyakinan epistemologis siswa, yaitu keyakinan siswa yang

membuat siswa percaya bahwa pengetahuannya benar. Keyakinan ini sangat penting agar guru dapat membantu siswa mengubah keyakinan. Tanpa perubahan keyakinan, siswa akan sulit mengubah konsep dan gagasan mereka.

Dalam mengajar untuk perubahan konsep perlu dimengerti bahwa konsep awal siswa itu resisten terhadap perubahan. Ini terjadi karena siswa percaya bahwa pengertian awal mereka telah berjasa dalam memahami dunia ini. Maka untuk membuang pengertian itu tidaklah mudah. Itulah sebabnya seorang guru hanya menyajikan konsep yang benar kepada siswa dan memberitahukan kepada siswa bahwa pikiran mereka tidak tepat, tidak akan mengubah konsep awal siswa. Dalam pengajaran perubahan konsep, siswa perlu dibantu untuk secara konstruktif mau mereorganisasi pengetahuan mereka dan ini tidaklah mudah (Davis, 2001:6 dalam Suparno, 2005 :98)

Menurut Duit (1999, dalam Suparno, 2005:98), strategi yang perlu dikembangkan dalam perubahan konsep agar lebih efektif menyangkut dua hal pokok:

1. Guru membuat situasi sedemikian rupa sehingga konsep awal siswa

(36)

2. Guru menantang agar muncul konflik kognitif pada siswa dan terjadi disequilibrium dalam pengertian siswa. Bila ini terjadi maka siswa akan merasa tidak nyaman pikirannya dan akan lebih menerima pengertian baru yang lebih intelligible,plausible, dan fruitfull.

Beberapa peneliti, ahli, dan pendidik fisika menemukan beberapa metode pembelajaran fisika yang telah terbukti dapat membantu perubahan konsep, terutama perubahan konsep fisika yang kurang benar ke arah yang lebih benar (Suparno, 2005:102). Beberapa metode itu antara lain:

1. Bridging analogy (analogi penghubung)

Model penjelasan analogis adalah model penjelasan suatu konsep atau topik dengan cara menganalogikan suatu konsep dengan suatu peristiwa yang dimengerti siswa

2. Simulasi komputer

Dalam simulasi ini siswa dapat memanipulasi data, mengumpulkan data, manganalisis data, dan mengambil kesimpulan.bila dalam simulasi siswa menemukan siswa menemukan data yang sangat berbeda dengan yang mereka pikirkan sebelumnya, maka siswa akan mengalami konflik dalam pikirannya. Konflik inilah yang memacu memacu mereka untuk bertanya. 3. Wawancara diagnosis

(37)

dipersiapkan. Pada wawancara terstruktur, pertanyaan sudah dipersiapkan dan urutannya secara garis besar sudah disusun sehingga memudahkan dalam wawancara. Melalui wawancara tersebut akan diketahui pemahaman yang dimiliki siswa mengenai konsep tertentu dan hubungannya dengan konsep lain. Siswa juga dapat menjelaskan alasan dari pemahaman konsep tersebut, sehingga apabila terjadi salah konsep ataupun perubahan konsep dapat terdeteksi dengan jelas

4. Diskusi kelompok

Diskusi merupakan cara yang baik untuk mengungkapkan pengetahuan siswa. Diskusi dengan teman lain tentang konsep yang baru saja dipelajari akan membuat mereka tertantang untuk mengerti lebih dalam. Mereka saling mengungkapkan konsep dan gagasan mereka maing-masing mendengarkan gagasan teman lain dan memperdebatkannya secara argumentatif rasional gagasan mereka yang berbeda.

5. Peta konsep

(38)

konsep lain. Selain mendeteksi miskonsepsi pada siswa, peta konsep dapat pula menunjukkan perubahan konsep yang telah terjadi. Hal ini akan lebih jelas apabila disertai dengan wawancara yang dilakukan oleh guru pada siswa.

6. Problem solving

Problem solving adalah model pembelajaran dengan cara pemecahan persoalan. Biasanya guru memberikan persoalan yang sesuai dengan topik yang hendak diajarkan dan siswa diminta untuk memecahkan persoalan itu.sebaiknya guru meminta agar iswa mengungkapkan bagaimana cara mereka memecahkan persoalan tersebut dan bukan hanya melihat hasil akhirnya.

7. Percoban atau pengalaman lapangan

Percobaan tau pengalaman lapangan adalah cara yang baik untuk mengontraskan pengertian siswa dengan kenyataan (Gilbert, watts,osborne, 1982; brauwer, 1984;McClelland, 1985 dalam Suparno, 2005:114). Percobaan dan pengamatan dapat menghilangkan miskonsepsi intuitif siswa. Percobaan dapat menantang intuisi mereka , apakah benar atau tidak.

8. Pertanyaan terus menerus di kelas

(39)

jawaban siswa, guru meneruskan bertanya lebih dalam sehingga semua konsep, baik yang tidak benar dan benar, diungkapkan. Metode ini memang tidak dapat meyakinkan bahwa setiap siswa akan mengalami perubahan konsep, tetapi siswa secara klasikal dapat membantu beberapa siswa mengubah konsepnya. Yang diperlukan agar cukup piawai mengembangkan pertanyaan-pertanyaan yang dapat memancing gagasan siswa.

D. Miskonsepsi

Miskonsepsi atau salah konsep menunjuk pada suatu konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima para pakar dalam bidang itu. Bentuk miskonsepsi dapat berupa konsep awal, kesalahan, hubungan yang tidak benar antara konsep-konsep, gagasan intuitif, atau pandangan yang naif (Suparno, 2005:4).

(40)

pengertian yang tidak akurat akan konsep, penggunaaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh yang salah, kekacauan konsep-konsep yang berbeda, dan hubungan hirarkis konsep-konsep yang tidak benar.

Banyak peneliti menemukan bahwa siswa telah mempunyai miskonsepsi sebelum mereka memperolah pelajaran formal. Jenis miskonsepsi yang paling banyak terjadi adalah, bukan pengertian yang salah selama proses belajar mengajar, tetapi suatu konsep awal (prakonsepsi) yang dibawa siswa ke kelas formal. Jadi demikian dapat dilihat bahwa konsep awal pada siswa sangat berpengaruh dalam mereka mengikuti proses pembelajaran, dimana dalam pikiran mereka sudah ada pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri dari pengelaman mereka dengan lingkungan baik dari lingkungan tempat tinggal maupun lingkungan bermain mereka dengan teman sebaya. Bahkan konstruksi pengetahuan sudah terjadi dari kecil dimana mereka sudah belajar untuk mengetahui sesuatu. Miskonsepsi terdapat dalam semua bidang sains. Miskonsepsi dalam bidang fisika meliputi banyak bidang seperti mekanika, termodinamika, optika, bunyi, dan gelombang, listrik magnet, dan fisika modern.

(41)

mereka untuk bertanya. Metode mengajar yang dimaksud adalah dengan mejelaskan pada siswa menggunakan peristiwa anomali yang mana peristiwa tersebut bertentangan dengan konsep awal siswa seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya.

Miskonsepsi terjadi di semua jenjang pendidikan, dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi, bahkan juga terjadi pada guru dan dosen sehingga menyebabkan miskonsepsi pada siswa lebih besar. Miskonsepsi juga terjadi pada buku-buku pelajaran fisika yang dijual di pasaran sehingga menyebabkan terjadinya miskonsepsi pada guru dan siswa yang menggunakan buku tersebut. Untuk mengatasi miskonsepsi tidak hanya dari satu pihak saja tetapi dari berbagai pihak dan berbagai level yang berkaitan dengan pendidikan.

E. Metode Demonstrasi

(42)

Dengan demikian kegiatan belajar mengajar dengan demonstrasi adalah kegiatan belajar mengajar yang didalamnya terdapat kegiatan untuk menunjukkan sesuatu. Demonstrasi berasal dari kata demonstration yang berarti pertunjukan. Maka model pembelajaran dengan demonstrasi diartikan sebagai model mengajar dengan pendekatan visual agar siswa dapat mengamati proses, informasi, peristiwa, alat dalam pembelajaran fisika (Suparno, 2006:142)

Dalam arti sempit demonstrasi sebagai metode pembelajaran mempunyai hakikat yaitu percobaan yang dilakukan untuk memperoleh data (Sund, 1973: 61 dalam Kartika Budi, 2005 :43), sehingga proses analisis dan kesimpulan dapat berlangsung. Dalam demonstrasi, guru atau sekelompok siswa menunjukkan sesuatu kepada orang lain atau kelompok lain. Menurut Muhibbin Syah (1995: 209) metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kegiatan, aturan dan urutan melakukan suatu kegiatan baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat dikemukakan bahwa metode demonstrasi merupakan interaksi belajar mengajar yang sengaja mempertunjukkan atau memperagakan tindakan, proses, atau prosedur yang dilakukan oleh guru atau orang lain kepada seluruh siswa atau sebagian siswa (Moedjiono dan Dimyanti, 1992 :72 ).

(43)

kelas, atau di luar kelas. Demonstrasi dapat dilakukan dimanapun sesuai dengan kemudahan yang tersedia dan prosedur-prosedur pelaksanaannya (Kartika Budi, 1998). Demonstrasi dapat dilakukan oleh guru; guru dengan bantuan siswa; atau siswa secara perorangan atau kelompok.

Menurut (Sund,1973:168 dalam Kartika Budi,1998), pelaksanaan demonstrasi dibedakan atas demonstrasi guru, demonstrasi guru-siswa, dan demonstrasi siswa. Demonstrasi guru merupakan demonstrasi yang dilakukan sepenuhnya oleh guru, demonstrasi ini baik dilakukan apabila percobaan sukar. Perlu kahati-hatian dan resiko yang tinggi, resiko kerusakan alat dan bahaya cukup tinggi, kemungkinan kegagalan cukup besar. Demonstrasi guru siswa adalah demonstrasi yang dilakukan oleh guru, dibantu oleh satu atau dua siswa untuk bagian kegiatan yang dapat dilakukan oleh siswa. Demonstrasi siswa adalah demonstarsi yang sepenuhnya dilakukan oleh siswa dibawah pengawasan dan bimbingan guru, demonstrasi ini dapat dilakukan dengan percobaan yang muda, aman, dan yang pasti berhasil.

(44)

guru dapat meminta siswa untuk memprediksikan hasil percobaan dan menulis hasil prediksi serta penjelasan. Tugas memprediksi sangat penting dalam percobaan dengan hasil yang tidak cocok dengan intuisi. Dalam percobaan semacam itu, kebanyakan siswa merasa mampu untuk memprediksikan hasil, tetapi jika hasil percobaan berbeda dengan intuisi siswa, motivasi mereka untuk memahami penjelasan justru tinggi.

Demonstrasi dan hasilnya seringkali lebih mudah dipahami dan diingat dibandingkan dengan bahasa buku ataupun penjelasan dari guru. Demonstrasi akan bermanfaat dengan baik apabila dilaksanakan dengan tepat dan persiapan yang mantap. Demonstrasi memiliki kelemahan dan keunggulan tersendiri. Adapun keunggulan dari metode demonstrasi adalah sebagai berikut : Muhibbin Syah (1995: 210-211) mengungkapkan keunggulan menggunakan metode demonstrasi antara lain : (1) perhatian siswa lebih dapat dipusatkan, (2) proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari, (3) pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa.

(45)

benar-benar memberikan perhatian khusus pada hal tesebut. Dengan kata lain, perhatian siswa lebih mudah dipusatkan pada proses belajar dan tidak tertuju yang lain; (4) memungkinkan para siswa mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang belum mereka ketahui selama proses demonstrasi berjalan, jawaban dari pertanyaan dapat disampaikan oleh guru.

Sedangkan Menurut Ed van den Berg dkk (1991:25) keunggulan demonstrasi adalah : (a) dengan demonstrasi pemikiran siswa dapat dibimbing oleh guru secara langsung. Maka demonstrasi merupakan cara mengajar yang lebih sistematis dan lebih terkontrol; (b) demonstrasi dapat dilaksanakan dalam pelajaran biasa (tidak membutuhkan waktu di luar jam sekolah); (c) demonstrasi dapat diajar secara terpadu dengan teori; (d) demonstrsi tidak membutuhkan ruangan khusus dan satu set peralatan cukup; (e) demonstrasi membutuhkan waktu persiapan tetapi tidak sama banyak dengan praktikum.

Adapun kelemahan demonstrasi adalah sebagai berikut : 1) Apabila jumlah siswa terlalu banyak maka tidak semua siswa bisa melihat dengan jelas, 2) Bila obyek yang didemonstrasikan terlalu kecil dan hanya dapat dilihat dengan mikroskop, maka sulit sekali untuk dapat menunjukkan yang mana yang harus diperhatikan, 3) Tidak semua hal yang didemonstrasikan guru dapat diulang berkali-kali. 4) Dengan metode demonstrasi siswa tidak selalu mengalami percobaan sendiri.

(46)

ditengah-tengah siswa atau menggunakan meja yang lebih tinggi dibandingkan meja siswa, (2) jika peralatan demonstrasi sederhana dan dimungkinkan siswa bisa membuatnya maka siswa dapat menirukannya diluar sekolah sehingga siswa mengalami sendiri percobaan.

Menurut Ed van den Berg, dkk (1991: 24 ) manfaat demonstrasi dapat dilihat dari dua aspek yaitu manfaat dari segi pendidikan dan manfaat dari segi ilmu.

1. Manfaat demonstrasi dari segi pendidikan

Manfaat dari segi pendidikan antara lain: a) demonstrasi dapat menghidupkan pelajaran; b) demonstrasi dapat mengaitkan teori dengan peristiwa alam dalam lingkungan kita; c) apabila dilaksanakan secara tepat, demonstrasi dapat menimbulkan rasa ingin tahu siswa; d) demonstrasi dapat mendorong motivasi siswa; e) demonstrasi dan hasilnya seringkali lebih mudah teringat daripada bahasa dalam buku pegangan atau penjelasan guru, seperti film lebih mudah diingat daripada ceramah.

2. Manfaat dari segi ilmu

(47)

F. Rangkaian Listrik

1. Pengertian Arus Listrik dan Kuat Arus listrik

Arus diartikan sebagai aliran atau gerakan. Arus listrik mirip dengan aliran. Arus listrik dapat di analogikan dengan air. Misalnya, air mengalir melalui suatu rangkaian pipa sedangkan arus listrik mengalir melalui suatu rangkaian listrik. Pada aliran air , pompa air menghasilkan suatu tekanan yang memaksa air mengalir melalui rangkaian pipa, sehingga air yang mengalir mampu melakukan usaha untuk memutar poros turbin. berdasarkan (gambar 1) pada arus listrik, baterai menghasilkan tegangan listrik yang memaksa muatan listrik bergerak (arus listrik), sehingga arus listrik yang mengalir melalui kumparan motor listrik mampu untuk melakukan usaha untuk memutar poros motor.

Gambar 1. aliran air Gambar 2. aliran listrik

(48)

dapat dianalogikan dengan aliran air dimana air juga mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Pada gambar 1 jika salah satu pipa lepas maka turbin tidak akan berputar dengan demikian secara analogi jika salah satu kabel penghubung putus maka lampu tidak akan menyala. Maka dalam rangkaian tersebut tidak ada aliran muatan, dalam kondisi ini rangkaian tersebut disebut rangkaian terbuka. Dengan demikian arus listrik akan mengalir dalam suatu rangkaian apabila rangkaian dalam keadaan tertutup, yaitu rangkaian yang tidak berpangkal dan tidak berujung (Marthen Kanginan,1997).

2. Kuat Arus

Kuat arus listrik adalah jumlah muatan yang mengalir melalui penghantar setiap satuan waktu, jika dalam waktu t mengalir muatan listrik sebanyak Q, maka kuat arus listrik I adalah :

I= t q

...(1)

I = arus listrik (A) q = muatan listrik (C) t = waktu (s)

3. Sumber Tegangan

(49)

positif dan potensial yang lebih rendah disebut kutub negatif. Bila kedua penghubung dihubungkan dengan suatu penghantar maka elektron-elektron bebas didalam penghantar akan mengalir dari kutub negatif ke kutub positif. Namun ketika membuat konsesus tentang arah arus banyak yang belum mengenal tentang teori elektron sehingga orang menyimpulkan bahwa yang mengalir adalah muatan positif yaitu dari kutub positif ke kutub negatif. Berdasarkan anggapan saat itu maka, arah arus adalah aliran muatan dari kutub positif ke kutub negatif.

Beda potensial antara kedua kutub sumber merupakan penggerak

muatan listrik (PML) yang diberi lambang ∈. PML didefenisikan sebagai

usaha untuk membawa satu satuan muatan positif dari kutub negatif ke kutub positif dalam sumber (Kartika Budi,buku kegiatan mahasiswa :70). Ditinjau dari sumber arus yang dihubungkan dengan konduktor, beda potensial kedua ujung beban dalam suatu rangkaian tertutup disebut dengan tegangan jepit yang dinyatakan dengan volt.

4. Hubungan Kuat Arus dan Tegangan

(50)

oleh suatu penghantar berbanding lurus dengan beda potensial kedua ujung penghantar tersebut.

Apabila tegangan antara ujung-ujung penghantar dilambangkan V dan kuat arus pada penghantar dilambangkan I maka hubungannya adalah :

V ∞ I atau dapat dinyatakan I V

= konstan

Tegangan pada ujung-ujung sebuah komponen adalah sebanding dengan kuat arus listrik, oleh Ohm dinyatakan sebagai hambatan yang dimiliki oleh penghantar dan diberi lambang R. Sehingga persamaannya menjadi :

R = I V

...(2)

atau

V = IR...(3) Satuan SI untuk tegangan adalah volt (V) dan kuat arus adalah amper (A), maka satuan SI untuk hambatan adalah volt/ampere (V/I) dan diberi nama

Ohm (Ω). Hukum Ohm hanya berlaku untuk hambatan dimana I sebanding

(51)

Gambar 4 grafik hubungan V dan I

5. Hambatan Penghantar

Jika beda potensial ujung-ujung tongkat tembaga dan tongkat kayu yang memiliki geometri yang serupa diukur, maka akan memiliki hasil yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh perbedaan resistansi kedua penghantar. Sesuatu yang dihubungkan dengan hambatan adalah resistivitas yang merupakan sifat dari bahan dan dirumuskan sebagai :

ρ = J E

...(4)

Dimana :

E = kuat medan listrik (N/C)

J = rapat arus listrik (A/mm2 atau A/m2)

ρ = hambatan jenis (Ohm.m)

(52)

I

Gambar 5. Perhitungan hambatan penampang kawat

Pada gambar diatas tampak sebuah penampang kawat serba sama dialiri arus I. Misalkan beda potensial pada titik P dan Q adalah V yaitu V (P) – V (Q) = V, luas penampang kawat A. Bila medan listrik dalam logam dapat dianggap serba sama, maka kuat medan listrik dalam logam adalah :

E =

Dari persamaan 4 diperoleh R = V/I maka persamaan 9 menjadi :

(53)

ρ = hambatanm jenis (Ω.m)

L = panjang kawat (m)

A = luas penampang kawat ( m2 )

6. Hukum Kirchhoff

Gustaf Kirchhoff ahli fisika Jerman (1824-1887) mengemukakan dua aturan (hukum) yang dapat digunakan sebagai dasar dalam perhitungan rangkaian listrik, baik untuk menghitung kuat arus pada rangkaian ataupun potensial suatu titik dalam rangkaian yang didalamnya terdapat sumber arus. a. Hukum Kirchhoff I

Hukum Kirchhoff I sebenarnya merupakan penerapan dari hukum kekelan muatan yang menyatakan bahwa jumlah muatan listrik yang ada pada suatu sistem tertutup adalah tetap. Bunyi hukum Kirchhoff I adalah : “Jumlah arus yang masuk pada sebuah titik cabang sama dengan jumlah arus yang keluar dari titik cabang tersebut”.

Gambar di bawah melukiskan titik percabangan pada suatu bagian rangkaian listrik. Arus yang masuk pada titik p adalah I1, sedangkan arus yang keluar adalah I2, I3, I4.Berdasarkan hukum Kirchhoff dapat dinyatakan bahwa:

(54)

Bila I1 = I2 + I3 + I4, maka ΣI = I1 – I1

ΣI = 0

Rangkaian listrik adalah rangkaian yang terdiri dari sumber tegangan dan beban sumber adalah piranti yang menghasilkan beda potensial (tegangan) dalam jangka waktu lama pada kutub-kutubnya, sedangkan beban adalah piranti yang mengkonsumsi energi. Dalam rangkaian listrik, komponen listrik dapat dirangkai dalam berbagai cara. Tetapi secara garis besar dapat dibedakan atas dua cara yaitu rangkaian seri dan paralel.

b. Rangkaian seri

(55)

Gambar 8a. Rangkaian seri Gambar 8b Rangkaian pengganti

Pada gambar 8a. Ditunjukkan dua buah hambatan yang disusun seri. Tegangan pada ujung-ujung R1 dan R2 adalah :

Vab = IR1 Vbc = IR2

Sehingga tegangan antara a dan b adalah : V = Vab + Vbc

V = IR1 + IR2 = I (R1 + R2)...(10) Kedua hambatan seri diatas dapat diganti dengan sebuah hambatan pengganti seri yang diberi lambang Rs, sehingga tegangan antara a dan b adalah :

V = IRs ...(11) Dari persamaan 19 dan 20 diperoleh :

IRs = I (R1 + R2)

(56)

Rs = R1 + R2 + ... + Rn ...(12) Jadi hambatan pengganti rangkaian seri sama dengan jumlah hambatan masing-masing penghambat dan lebih besar dari setiap hambatan penyusunnya.

c. Rangkaian Paralel

Rangkaian paralel dari beberapa beban adalah rangkaian yang antara ujung beban hanya terdapat beda potensial yang merupakan beda potensial persekutuan.

Pada gambar 9 ditunjukkan gambar rangkaian paralel. Bila di ukur beda potensial antara titik A dan titik B, yaitu VAB. Maka yang di ukur

adalah VR1, VR2, dan VR3 karena titik A dan B merupakan titik

(57)

Rp cabang a, kuat arus yang masuk adalah I dan kuat arus yang keluar adalah I1 + I2, karena tegangan tiap komponen sama maka: Kedua susunan komponen dapat diganti dengan sebuah hambatan pengganti paralel Rp (gambar 9b).

I = V/Rp...(16) Dari persamaan diatas dapat diperoleh :

)

7. Konsep – konsep pokok listrik arus searah

Secara ringkas materi diatas memuat konsep-konsep pokok sebagai berikut :

(58)

searah, dan tegangan yang menghasilkan arus searah itu di sebut tegangan searah.

b. Arus listrik mengalir dalam rangkaian tertutup dari titik yang berpotensisl tinggi ke titik yang berpotensial rendah.

c. Sumber arus listrik mempunyai dua kutub yaitu positif dan negatif. Kutub positif berpotensial tinggi sedangkan kutub negatif berpotensial redah. d. Sumber arus listrik mempunyai dua kutub yaitu poisitif dan negatif. Kutub

positif berpotensil tinggi dan kutub negatif berpotensial rendah.

e. Beda potensial kutub-kutub sumber arus pada waktu kutub-kutub itu tidak di hubungkan dengan penghantar disebut gaya gerak listrik (ggl), dan diberi simbol ε. Sedangkan bila penghantar dihubungkan dengan sumber arus, maka beda potensial ujung-ujung konduktor disebut tegangan jepit dilambangkan V. Beda potensial merupakan penyebab timbulnya arus listrik.

f. Hukum Ohm berbunyi : kuat arus listrik yang ditimbulkan dalam suatu

penghantar berbanding lurus dengan beda potensial (V) kedua ujung penghantar itu. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut :

V ∝ I atau V/I = konstan

(59)

berlaku untuk hambatan-hambatan dimana I sebanding dengan V untuk semua nulai I dan V.

g. Hukum I Kirchhoff berbunyi : jumlah arus yang masuk pada sebuah titik percabangan sama dengan jumlah arus yang keluar pada titik percabangan itu. Secara matematis dirumuskan sebagi berikut : Imasuk = Ikeluar

h. Hukum II Kirchhoff berbunyi : pada rangkaian tertutup jumlah aljabar ggl sumber arus sama dengan jumlah aljabar penurunan potensialnya (hasil kali antar kuat arus dan hambatannya). Secara matematis dirumuskan ∑ε = ∑IR i. Rangkaian seri

1) Kuat arus yang mengalir pada tiap-tiap komponen sama, hanya ada

satu jalan arus mewkipun besar hambatan masing-masingkomponen tidak sama. I1 = I2 = I

2) Tegangan pada hambatan pengganti seri (V) sama dengan jumlah

tegangan pada tiap-tiap komponen . V1 + V2 + V3 +....= V

3) Pada rangkaian seri berlaku pembagi tegangan. Tegangan pada tiap-tiap komponen sebanding dengan hambatannya.

V1 : V2 : V3 :.... = R1 : R2 : R3 j. Rangkaian paralel

1) Tegangan pada tiap komponen sama V1 =V2 =V3 =....= V

2) Kuat arus yang melalui hambatan pengganti paralel (I) sama dengan

(60)

3) Pada komponen yang disusun paralel berlaku pembagi arus. Kuat arus yang melalui tiap-tiap komponen sebanding dengan kebalikan hambatannya.

I1 : I2 : ... = 1/R1 : 1/R2 :

RANGKAIAN LISTRIK

Rangkaian seri Rangkaian paralel

beban

Jaringan listrik dalam rumah

Hanya ada satu arus

Is = I1 + I2 + I3 + …… Hukum I Khirchof resistor

Hanya ada satu arus

I diseluruh bagian sama

Vac = Vab + Vbc

Rs = R1 + R2 + R3

mungkin mungkin

Dapat terdiri dari contoh

(61)

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental kualitatif. Dikatakan eksperimental karena pada penelitian ini ada perlakuan pada partisipan penelitian dengan menggunakan metode demonstrasi, jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental lemah karena tidak ada kelas kontrol. sedangkan dikatakan kualitatif karena hasil analisis penelitian ini berupa kualitatif yaitu memberikan penjelasan dan mendeskripsikan pemahaman siswa tentang rangkain listrik dan perubahan konsep yang terjadi.

Hasil dari penelitian ini hanya berlaku pada partisipan penelitian, tidak untuk digeneralisasikan pada kelompok lain.

B. Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan di SMP ANGKASA LANUD ADISUCIPTO, pada bulan juli-agustus 2008.

C. Subyek Penelitian

Untuk subyek penelitian ini memilih siswa kelas III SMP ANGKASA LANUD ADISUCIPTO.

(62)

D. Desain Penelitian

(63)

Dari hasil analisis pretes dan wawancara yang telah diperoleh, peneliti akan merancang kegiatan pembelajaran untuk membantu perubahan konsep siswa. Pembelajaran tersebut sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh siswa. Kemudian siswa diberi pembelajaran sesuai dengan rancangan yang telah dibuat. Setelah kegiatan pembelajaran dengan metode demonstrasi dilaksanakan, maka siswa akan diberikan posttes untuk soal tertulis yang mirip dengan pretest.

Dari hasil posttest dapat dilihat dan akan diperiksa bagaimana konsep siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dengan metode demonstrasi.

Dari data pretest dan postest, akan dibandingkan dan kemudian dilihat apakah ada perubahan konsep yang terjadi sehingga siswa memiliki pemahaman yang benar dan apakah terjadi salah konsep pada hal yang sama.

Kegiatan yang dilakukan Pertemuan Kegiatan

I (2 x 45 menit) Pretest

II (2 x 45 menit) Wawancara

III-V (6 x 45 menit) Pembelajaran (Metode demonstrasi)

III (2 x 45 menit) Posttest

E. Metode Pengumpulan Data

Data penelitian dikumpulkan dengan tiga cara, yaitu : 1. Pretest

(64)

agar siswa bebas dalam menjawab sehingga siswa dapat mengungkapkan konsep yang mereka punyai.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mengungkapkan pemahaman konsep awal siswa lebih mendalam dan mengetahui letak masalah yang dihadapi setelah melihat hasil pretest. Wawancara dilakukan pada siswa yang memiliki banyak permasalahan pada konsep awalnya.

3. Posttest

Setelah siswa mengikuti kegiatan pembelajaran dengan metode demonstrasi, siswa akan diberikan tes (posttest) dengan soal esai yang mirip dengan soal pretest. Posttest ini bertujuan untuk mengetahui perubahan konsep pada siswa

F. Instrument Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan beberapa instrument, yaitu 1. Instrumen Untuk Pembelajaran

Instrumen untuk pembelajaran terdiri dari RPP dan LKS a) Silabus dan RPP (Rencana Perencanaan Pembelajaran)

(65)

konsep-konsep yang diperlukan untuk membangun kompetensi. Konsep-konsep-konsep itu diidentifikasi berdasarkan indikator. Setelah konsep diidentifikasikan masing-masing konsep-konsepnya dirancang menjadi pengalaman belajar siswa. Untuk mengukur pencapaian indikator maka dilakukan evaluasi yang tertuang dalam butir-butir soal. Format RPP yang digunakan sesuai dengan Kurikulum Terpadu Satuan Pendidikan. (Lampiran).

Format RPP

Mata pelajaran : ………

Satuan pendidikan : ………

Kelas / Semester : ………

Alokasi Waktu : ………

I. Kompetensi Dasar :

II. Indikator : 1. 2. III. Materi Pokok : IV. Analisis Konsep :

Indikator Konsep

V. Uraian Konsep : VI. Langkah Pembelajaran :

Indikator Pengalaman belajar

VII. Sarana dan Sumber Belajar : 1.

2. Dst. VIII. Penilaian

(66)

b) LKS (Lembar Kegiatan Siswa)

Lembar kegiatan siswa digunakan agar kegiatan belajar dapat berjalan dengan lancar dan terarah, sehingga siswa dengan mudah terlibat secara aktif selama proses pembelajaran. Dalam menyusun Lembar Kegiatan Siswa (LKS), perlu diperhatikan komponen–komponen penting yang terdapat dalam LKS (Lampiran) yaitu : (a) pokok bahasan, (b) sub pokok bahasan, (c) tujuan, (d) petunjuk umum, (e) pendahuluan, (f) kegiatan belajar.

Contoh lembar kegiatan siswa sebagai berikut: LEMBAR KEGIATAN SISWA

A. POKOK BAHASAN

B. SUB POKOK BAHASAN

C. TUJUAN

D. PETUNJUK UMUM

E. KEGIATAN BELAJAR

KEGIATAN 1

1. Merancang percobaan KEGIATAN 2

(67)

2. Instrumen Untuk Memperoleh Data Instrumen untuk memperoleh data, yaitu : a). Pretest

Pretest dilakukan sebelum pembelajaran. Pretest bertujuan untuk mengetahui konsep awal yang dimiliki siswa dan pemahaman siswa mengenai Rangkaian Listrik Sederhana. Selain itu pretest juga sebagai panduan dalam melakukan wawancara. Pretest yang diberikan kepada siswa disusun berdasarkan konsep-konsep yang terkait dalam Rangkaian Listrik Sederhana.

Adapun kisi kisi soal pretest adalah sebagai berikut :

KONSEP INDIKATOR SOAL 1) Syarat terjadinya arus

listrik adalah - Rangkaian dalam

keadaan tertutup - Adanya sumber

tegangan

1) Menjelaskan konsep arus listrik dan beda potensial listrik

1. Perhatikan gambar rangkaian dibawah ini!

(68)

(HUKUM OHM) 1) Untuk nilai beda

potensial dan kuat arus yang berubah-ubah, nilai hambatan R tetap

2) Makin tinggi beda potensial makin kuat arusnya

2) Menyelidiki

hubungan antara arus listrik dan beda potensial dalam suatu rangkaian (hukum Ohm)

dapat membuat lampu menyala?

b. Jelaskan mengapa lampu dalam rangkaian tersebut dapat menyala! 2. Perhatikan gambar

dibawah ini!

a. Jika sakelarnya ditutup apa yang terjadi pada lampu? Jelaskan b. Jika sakelarnya dibuka

apa yang terjadi pada lampu? Jelaskan! Untuk soal no 3-4 (perhatikan pernyataan dan gambar 3 dibawah ini)!

Didalam suatu rangkaian listrik yang di tunjukkan pada gambar 3 di bawah ini, apabila sumber tegangan diubah dari 4 volt menjadi 6 volt.

(69)

(Hambatan kawat) 1. Hambatan kawat ditentukkan oleh penjang kawat, luas penampang kawat, dan jenis kawat

3) Menemukan

hubungan antara hambatan, panjang kawat, luas

penampang dan jenis

hambatannya berubah? b. Apabila berubah

menjadi lebih besar atau lebih kecil? (diisi jika

b. Apabila berubah menjadi lebih besar atau lebih kecil? (diisi jika jawabannya berubah pada pertanyaan a) c. Jelaskan!

5) Perhatikan gambar 3! Jika tegangannya dibuat tetap yaitu 6 V dan hambatannya diganti dengan nilai yang lebih kecil.

a. Apakah kuat arusnya berubah? b. Apabila berubah

menjadi lebih besar atau lebih kecil? c. Jelaskan!

(70)

(Rangkaian seri ) 1. Besarnya arus pada

setiap rangkain adalah sama

2. Hanya ada satu jalan arus

3 Tegangan keseluruhan merupakan jumlah masing-masing dari tegangan beban penyusunnya

4. R1, R2, R3,…Rn dapat diganti dengan sebuah beban dengan

resistansi Rp yang nilainya

Rp = R1 + R2 + R3 +….+Rn

kawat.

4) Menggunakan hukum I Kirchoff untuk menghitung tegangan dan arus dalam rangkaian.

5) Membuat rangkaian

komponen listrik dengan berbagai variasi baik seri maupun parallel. 6) Menghitung

hambatan pengganti rangkaian listrik seri dan paralel

sama maka kawat manakah yang memiliki hambatan lebih besar? jelaskan! 7) Dua potong kawat

nikrom, panjang keduanya sama-sama 20 m. Tetapi jari-jari salah satu kawat 3 mm, sedangkan jari-jari kawat yang lain ialah 2 mm. Kawat manakah yang memiliki hambatan yang lebih besar? jelaskan!

Untuk soal no 8-10 (Perhatikan gambar 3 dibawah ini!). Gambar tersebut merupakan rangkaian seri dan kedua lampu sama.

L1 L2

V

Gambar 5

8) Sama besarkah kuat arus listrik di lampu L1 dan lampu L2? Jelaskan!

9) Sama besarkah nilai tegangan di lampu L1 dan lampu L2? Jelaskan

(71)

(Rangkaian Paralel) 1. Rangkaian paralel

hanya ada satu beda potensial persekutuan 2. Arus yang masuk titik

percabangan sama dengan arus yang keluar dari titik percabangan. 3. Beban-beban yang nilai

resistansinya R1, R2, R3 ……Rn dapat diganti dengan sebuah beban lampu L2? Tetap menyala atau padam, jelaskan!

Untuk soal No 11-13 (Perhatikan gambar). Gambar tersebut merupakan rangkaian parallel dan kedua lampu sama.

11) a. Sama besarkah nilai tegangan pada kedua lampu tersebut jelaskan!?

b. Sama besarkah nilai kuat arus pada kedua lampu tersebut? Jelaskan!

12) Sama besarkah nilai kuat arus yang masuk pada titik percabangan A dengan jumlah kuat arus pada lampu L1 dan lampu L2? Jelaskan!

(72)

lampu L2? Tetap menyala atau padam, Jelaskan!

14) Jika diketahui R1 = 5Ω, R2 = 2Ω dan R3 = 10Ω, tentukan

hambatan pengganti dari rangkaian seri di bawah ini!

15) Jika diketahui R1 = 4Ω, R2 = 8Ω dan R3 = 8Ω, tentukan hambatan pengganti dari

rangkaian parallel di bawah ini!

(73)

b). Posttest

Posttest bertujuan untuk melihat konsep siswa setelah pembelajaran dengan demonstrasi. Posttest yang diberikan disusun berdasarkan soal pretest dan materi pembelajaran yang diberikan kepada siswa. Adapun soal postestnya adalah sebagai berikut :

KONSEP INDIKATOR SOAL

1) Syarat terjadinya arus listrik adalah

- Rangkaian dalam keadaan tertutup - Adanya sumber

tegangan

1. Menjelaskan konsep arus listrik dan beda potensial listrik.

1) Perhatikan gambar dibawah ini!

a) Dari kedua gambar rangkaian listrik tersebut di atas, manakah yang bisa membuat lampu menyala?

(74)

(HUKUM OHM) 1) Untuk nilai beda

potensial dan kuat arus yang berubah-ubah, nilai hambatan R tetap 2) Makin tinggi beda

potensial makin kuat arusnya

2. Menyelidiki hubungan antara arus listrik dan beda potensial dalam suatu rangkaian (hukum Ohm)

dapat menyala?

Untuk soal no 2, 3, dan 4 (perhatikan pernyataan dan gambar 3 dibawah ini)!

Didalam suatu rangkaian listrik yang di tunjukkan pada gambar 3 di bawah ini, apabila sumber tegangan diubah dari 6 volt menjadi 3 volt.

2) a. Apakah

hambatannya berubah? b. Apabila berubah

menjadi lebih besar atau lebih kecil? (diisi jika

jawabannya berubah pada pertanyaan a) c. Jelaskan!

3) a. Apakah kuat

arusnya mengalami perubahan?

(75)

(Hambatan kawat) 1) Hambatan kawat ditentukkan oleh penjang kawat, luas penampang kawat, dan jenis kawat

(Rangkaian seri ) 1) Besarnya arus pada

setiap rangkain adalah sama

2) Hanya ada satu jalan arus

3. Menemukan hubungan

antara hambatan, panjang kawat, luas penampang dan jenis kawat.

4. Menggunakan hukum

I Kirchoff untuk menghitung tegangan dan arus dalam rangkaian.

4) Jika diketahui nilai hambatan dari resistor tersebut diatas 10 ohm dan kuat arus yang dihasilkan sebesar o,6 A. Berapakah nilai tegangannya ?

5) Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya hambatan kawat

6) Tuliskan hubungan hambatan kawat dengan faktor-faktor tersebut dan tulislah dalam persamaan matematis

7) Dibawah ini adalah gambar kawat tembaga yang berbentuk silinder yang memiliki

hambatan jenis 1,68 x 10-8Ω.m. hitunglah hambatan kawat tembaga tersebut!

(76)

3) Tegangan keseluruhan diganti dengan sebuah beban dengan

resistansi Rp yang nilainya

Rp = R1 + R2 + R3 +….+Rn

5. Membuat rangkaian

komponen listrik dengan berbagai variasi baik seri maupun parallel. 6. Menghitung

hambatan pengganti rangkaian listrik seri dan paralel

kedua lampu beda (RL1>RL2). Gambar tersebut merupakan rangkaian seri.

8) Sama besarkah kuat arus listrik di lampu L1 dan lampu L2?

Jelaskan!

) Sama besarkah nilai

tegangan di lampu L1 dan lampu L2? Jelaskan!

10) Jika lampu L1 dicabut dari rangkaian,

bagaimanakah keadaan lampu L2? Tetap menyala atau padam, jelaskan!

11) Jika diketahui R1 = 5Ω, R2 = 2Ω dan R3 = 10Ω, tentukan hambatan pengganti dari rangkaian seri di bawah ini!

(77)

(Rangkaian Paralel) 1. Rangkaian paralel

hanya ada satu beda potensial persekutuan 2. Arus yang masuk titik

percabangan sama dengan arus yang keluar dari titik percabangan. 3. Beban-beban yang nilai

resistansinya R1, R2, R3 ……Rn dapat diganti dengan sebuah beban

(Perhatikan gambar 6). Gambar dibawah terdiri dari baterai, bola lampu dan kabel-kabel

penghubung, kedua lampu beda (RL1>RL2) . Gambar tersebut merupakan rangkaian paralel.

12. a. Sama besarkah nilai tegangan pada kedua lampu tersebut? jelaskan! b. sama besarkah nilai

arus pada setiap lampu tersebut? 13. Jika diketahui arus

yang masuk lewat L1 = 2A dan L2= 3A. berapakah arus yang masuk pada titik cabang A?

14. Jika lampu L1 dicabut, bagaimanakah keadaan lampu L2? Tetap menyala atau padam, Jelaskan!

(78)

bawah ini!

c). Wawancara

Wawancara dimaksudkan untuk mengungkap pemahaman siswa secara mendalam. Hasil wawancara ini digunakan untuk mendukung pemahaman siswa dari jawaban pretest. Wawancara yang akan dilakukan bersifat bebas terstruktur dimana bebas berarti peneliti bebas memberikan pertanyaan apa saja yang diperlukan untuk penelitian dan siswa bebas menjawab apa yang diketahuinya, sedangkan terstruktur berarti pertanyaan sudah dipersiapkan dan urutannya secara garis besar sudah dipersiapkan lebih dahulu sehingga peneliti lebih sistematis dalam mengarahkan pemikiran siswa, memberikan pertanyaan dan mengungkapakan konsepsi siswa.

(79)

G. Metode Analisis Data 1. Data Pretest dan Posttes

Hasil pretes dan posttes diperiksa dan diberi skor sesuai dengan tingkat kebenaran jawaban. Setiap soal memiliki 4 kategori penilaian dengan skor yang berbeda berdasarkan tingkat kebenaran jawaban. Adapun kriteria penskoran untuk setiap soal adalah sebagai berikut:

a. Tingkat jawaban benar (75% - 100 %) diberi skor 3 b. Tingkat jawaban benar (50% - 74%) diberi skor 2 c. Tingkat jawaban benar (25% - 49%) diberi skor 1 d. Tingkat jawaban benar (< 25%) diberi skor 0

Analisis meliputi :

1. Mengecek jawaban dari setiap soal untuk siswa

2. Menghitung skor yang diperoleh siswa dan porsentase skornya 3. Menghitung porsentase skor jawaban dari setiap soal

4. Menganalisis soal mana saja yang siswa kesulitan dalam menjawab dan

soal mana siswa yang dengan mudah dapat menjawab.

2. Wawancara

(80)

permasalahan yang mereka hadapi yang berhubungan dengan rangkaian listrik sederhana. Data wawancara dicatat dan digabungkan dengan data pretest, kemudian dari data ini dapat digunakan untuk menentukkan pembelajaran dengan metode demonstrasi.

(81)

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMP Angkasa Lanud Adisucipto Babarsari pada tanggal 14 Juli 2007 dan berakhir pada tanggal 2 Agustus 2007. Peneliti memilih SMP Angkasa sebagai tempat penelitian karena sekolah ini masih berada dalam kawasan yang bisa dijangkau dan cukup mudah bagi peneliti untuk bermobilisasi. Penelitian dimulai dengan observasi kelas, yaitu kelas IX A yang merupakan kelas yang ditunjuk oleh guru fisika di sekolah tersebut. Observasi ini bertujuan agar peneliti dan siswa dapat saling mengenal agar komunikasi dapat berjalan dengan lancar dan kegiatan penelitian dapat berjalan dengan baik. Selain itu juga observasi ini bertujuan agar peneliti dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah dan keadaan siswa.

Setelah observasi, maka dilakukan pretes dan wawancara. Data dan pretes yang diperoleh dari wawancara digunakan untuk menyusun rancangan pembelajaran dengan metode demonstrasi. Pembelajaran yang digunakan dimaksudkan untuk memfasilitasi siswa melakukan perubahan konsep. Selanjutnya peneliti melakukan pembelajaran sesuai dengan rancangan yang telah dipersiapkan. Setelah pembelajaran selesai maka dilakukan posttes kepada seluruh siswa.

(82)

Adapun kegiatan yang dilaksanakan pada penelitian adalah sebagi berikut :

Observasi : 14 Juli 2008 Pretes : 15 Juli 2008 Wawancara : 17 Juli 2008 Kegiatan mengajar

Demonstrasi I : 24 Juli 2008 Demonstrasi II : 28 Juli 2008 Demonstrasi III : 30 Juli 2008

Posttes : 2 Agustus 2008

B. Data Pretes Dan Wawancara Serta Pembahasan

Pretes dilaksanakan pada tanggal 14 Juli 2008 di SMP Angkasa Adisucipto diikuti oleh 35 siswa kelas IX A. Semua siswa mengerjakan soal yang berkaitan dengan Rangkaian Listrik berjumlah 15 soal pemahaman konsep, yang meliputi 2 soal konsep rangkaian listrik sederhana, 3 soal konsep hukum Ohm, 2 soal konsep hambatan kawat, 4 soal konsep rangkaian seri dan 4 soal konsep rangkaian paralel. Soal-soal tersebut berbentuk esai. Para siswa diberikan waktu 90 menit untuk mengerjakan soal pretes. Dengan waktu tersebut cukup untuk setiap siswa dapat mengerjakan semua soal yang diberikan.

Gambar

Gambar 5. Perhitungan hambatan penampang kawat
Gambar 8b Rangkaian pengganti
Gambar tersebut
gambar kawat tembaga
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kinerja dari mesin penyiang power weeder diperoleh kapasitas kerja efektif sebesar 0,0377 ha/jam, kapasitas kerja teoritis 0,0427 ha/jam, kehilangan waktu selama penyiangan

Berdasarkan hasil penelitian data yang diperoleh, menunjukkan bahwa responden yang membeli produk pakaian blus batik lebih menyukai bahan yang bermotif flora sebanyak

Berdasarkan hasil penelitian bahwa isi dan tujuan dalam kebijakan alokasi dana desa yang tertuang dalam Peraturan Bupati Kubu Raya Nomor 44 Tahun 2014 yang berkaitan

Untuk mengidentifikasi potensi dan distribusi aliran aliran permukaan yang dapat di panen dan optimasi pemanfaatannya untuk pertanian setempat, dilakukan beberapa tahapan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan beberapa hal tentang hasil belajar setelah diterapkannya model pembelajaran ARIAS yaitu hasil

Persamaan burger yang mana merupakan persamaan differensial parsial nonlinier dilinierkan menjadi persamaan difusi dengan tranformasi Hopf-Cole, kemudian pada metode

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa sel yang mengekspresikan CYP1A1 pada kelompok perlakuan dengan DMBA 20 mg/kg bb hampir merata pada setiap sel hepar dengan

Tamponade jantung yang merupakan kompresi jantung yang cepat atau lambat, akibat akumulasi cairan, pus, darah, bekuan atau gas di perikardium; menyebabkan