BAB II KAJIAN TEORI
A. Sistem Bilangan Real
Sistem bilangan real Radalah himpunan bilangan real yang disertai dengan operasi penjumlahan dan perkalian sehingga memenuhi aksioma tertentu (Martono, 1999). Sistem bilangan real dinotasikan dengan R. Untuk lebih lanjut akan dimulai dengan mengangkat sifat dasar dari bilangan real. Definisi II.A.1
Sistem bilangan real Radalah suatu sistem aljabar yang terhadap operasi jumlahan (+) dan operasi perkalian ( . ) mempunyai sifat – sifat sebagai berikut
1. Rmerupakan grup komutatif terhadap operasi jumlahan (+) 2. R
0 merupakan grup komutatif terhadap operasi perkalian ( . ) 3. Untuk setiap x,y,zRberlaku x.(yz) x.yx.z(Darmawijaya, 2006) Definisi II.A.2
Harga mutlak xRditulis xdan didefinisikan sebagai berikut: 𝑥 = 𝑥,𝑥 ≥0
−𝑥,𝑥 < 0 1. Untuk setiap bilangan real x berlaku
c. x x x
d. x2 x2 x2
2. Untuk setiap bilangan real x dan y berlaku a. x y xyx2 y2
b. xy yx
3. Jika a0, maka
a. x aaxax2 a2
b. x axaatau xax2 a2
4. Ketaksamaan segitiga. Untuk setiap bilangan real x dan yberlaku a. xy x y
b. xy x y
c. x y x y
d. x y xy
5. Untuk setiap bilangan real x dan y berlaku a. xy x y
b. ,y0
y x y x
(Martono, 1999) Contoh:
Jika x 2 , buktikan
3 5 4 2
3 2
2 2
x x
Penyelesaian:
Karena penyebut bentuk pecahannya definit positif dengan
1
3 3Ini mengakibatkan
3
Dengan menggunakan sifat nilai mutlak dan pertaksamaan, diperoleh 2
Dengan menggunakan hasil di atas,
B. Himpunan
Himpunan merupakan konsep dasar dari semua cabang matematika. Setiap cabang matematika berkaitan erat dan termasuk di dalam (menjadi bagian) teori himpunan. Pada bagian ini akan dibahas mengenai himpunan terbatas, himpunan bilangan real, serta himpunan terbuka dan tertutup.
Himpunan adalah kumpulan obyek yang mempunyai syarat tertentu dan jelas. Obyek – obyek dalam kumpulan itu dapat berupa benda konkrit atau benda abstrak, seperti: bilangan, abjad, orang, sungai, negara. Obyek – obyek ini disebut anggota atau elemen dari himpunan itu.
(Theresia, 1989) Contoh:
a. Kumpulan orang kaya
Kumpulan ini bukan suatu himpunan. Tetapi kumpulan orang yang kekayaannya melebihi satu trilyun rupiah adalah suatu himpunan.
b. Kumpulan negara – negara Asia Tenggara Kumpulan ini merupakan suatu himpunan.
1. Himpunan Terbatas
Di bawah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai definisi urutan, himpunan terurut dan himpunan terbatas.
Definisi II.B.1.1
i. Jika xSdan ySmaka satu dan hanya satu diantara tiga pernyataan berikut yang benar
y
x atau x yatau y x
ii. Jika x,y,zS, dan jika x ydan yz, maka xz
(Soemantri, 2000) Definisi II.B.1.2
Jika pada suatu himpunan S telah didefinisikan suatu urutan, maka S
dinamakan himpunan terurut.
(Soemantri, 2000) Definisi II.B.1.3
a. Himpunan ARdan Adikatakan terbatas ke atas (upper bound) jika ada bilangan nyata k sehingga berlaku ak, untuk setiap aA; k disebut batas atas (upper bound) himpunan A. b. Himpunan ARdan Adikatakan terbatas ke bawah (lower
bound) jika ada bilangan nyata l sehingga berlaku l a, untuk setiap aA; l disebut batas bawah (lower bound) himpunan A. c. Himpunan ARdan Adikatakan terbatas (bounded) jika A
terbatas ke atas dan terbatas ke bawah.
(Darmawijaya, 2006) Contoh:
R
Penyelesaian:
A x
A x
p
8 , 8 terbatas ke atas. 8 merupakan batas atas A.
A x
A x
q
3 , 3 terbatas ke bawah. 3 merupakan batas bawah A.
A
terbatas.
Definisi II.B.1.4
Jika S suatu himpunan terurut, dan AS. Himpunan A terbatas ke atas dan terdapat suatu elemen pS yang memenuhi sifat – sifat berikut
a. p adalah suatu batas atas A
b. jika u < p maka u bukan batas atas A
maka elemen p ini disebut batas atas terkecil atau supremum himpunan A dan diberikan notasi pSupA
(Soemantri, 2000) Definisi II.B.1.5
Jika S suatu himpunan terurut, dan AS. Himpunan A terbatas ke bawah dan terdapat suatu elemen qSyang memenuhi sifat – sifat berikut:
Gambar II.1 Anggota Himpunan A
a. q adalah suatu bawah atas A
b. jika v > q maka v bukan bawah atas A
maka elemen q ini disebut batas atas terkecil atau infimum himpunan
A dan diberikan notasi q = inf A.
Contoh:
1,2,5,8,9
F
F terbatas ke atas, karena 9R sehingga xF,x9 . Batas atas F
tidak tunggal. pR,p9 merupakan batas atas F. Karena 9 merupakan batas atas paling kecil, maka 9 = Sup𝐹.
F juga terbatas ke bawah, karena 1R sehingga xF,x1. Batas batas F juga tidak tunggal. qR,q1 merupakan batas bawah
F. Karena –1 merupakan batas bawah paling besar, maka −1 = Inf𝐹.
2. Himpunan Bilangan Real
Himpunan bilangan real yang memenuhi suatu pertaksamaan tertentu dikenal sebagai selang (interval) hingga dan selang tak hingga. Selang hingga adalah himpunan bagian dari R yang terbatas di atas dan di bawah, sedangkan selang tak hingga tidak terbatas di atas atau tidak terbatas di bawah. Di bawah ini diberikan definisi selang sebagai himpunan titik dan gambarnya pada garis bilangan.
c. (a,b]
xR:axb
disebut selang tertutup di kanan atau selang terbuka di kiri.d. [a,b)
xR:axb
disebut selang tertutup di kiri atau selang terbuka di kanan.Untuk selang tak hingga diperlukan lambang dan, yang memenuhi relasi urutan xuntuk setiap bilangan real x. Berdasarkan ini lambang digunakan untuk sesuatu yang lebih kecil dari setiap bilangan real (membesar tanpa batas) dan lambang digunakan untuk sesuatu yang lebih kecil dari setiap bilangan real (mengecil tanpa batas).
a. (a,){xR:xa}disebut selang terbuka
b. [a,){xR:xa}disebut selang tertutup di kiri atau terbuka di kanan
c. (,b){xR:xb} disebut selang terbuka
d. (,b]{xR:xb} disebut selang tertutup di kanan atau di terbuka di kiri
e. (,)R
(Martono, 1999)
3. Himpunan Terbuka dan Tertutup
Definisi II.B.3.1
Ruang metrik
X,d
adalah himpunan tak kosong X yang elemen – elemennya disebut titik yang diperlengkapi dengan fungsi bernilai real d yang didefinisikan pada XXsedemikian sehingga untuk setiap x, y dan z di dalam X, dipenuhi:a. d
x,y 0;b. d
x,y 0, jika dan hanya jika x y; c. d
x,y d y,x ;d. d
x,y d x,z d z,y .Fungsi d yang memenuhi keempat sifat di atas dinamakan jarak atau metrik pada X.
Definisi II.B.3.2
Diberikan
X,d
ruang metrik. Jika pX dan r 0, maka himpunan Nr
p
xX:d
x,p r
disebut persekitaran (neighborhood) titik p dengan jari – jari r.Definisi II.B.3.3
Diberikan
X,d
ruang metrik, himpunan A X dan titik pX . a. p disebut titik limit (limit point, cluster point) himpunan A jikab. p disebut titik dalam (interior point) himpunan A jika ada bilangan r0sehingga Nr
p A.(Soemantri, 2000) Definisi II.B.3.4
Diberikan ruang metrik
X,d
.a. Himpunan A X merupakan himpunan terbuka jika setiap anggota A merupakan titik dalam A.
b. Himpunan A X merupakan himpunan tertutup jika A memuat semua titik limitnya.
(Soemantri, 2000)
C. Fungsi
Sebuah fungsi f adalah suatu aturan padanan yang menghubungkan tiap obyek x dalam satu himpunan, yang disebut daerah asal, dengan sebuah nilai f (x) dari himpunan kedua. Pada bagian ini dibicarakan mengenai fungsi komposisi, fungsi aljabar, fungsi transenden dan fungsi terbatas.
(Varberg, dkk, 1993) Definisi II.C
Diberikan A,B Rfungsi f :AB adalah suatu aturan yang mengaitkan setiap unsur xA dengan tepat satu unsur yB. Unsur y
Terdapat suatu fungsi y f(x),xA, maka daerah asal fungsi f adalah himpunan A, ditulis ADf, dan daerah nilai fungsi f adalah himpunan
} :
) (
{ f
f f x x A D
R . Unsur f(x)Bdinamakan nilai fungsi f di x. Jika diketahui hanya y f(x), maka daerah asal dan daerah nilai fungsi
f adalah Df {xR: f(x)R}dan Rf {f(x):xA Df}
1. Fungsi Komposisi Definisi II.C.1.1
Fungsi komposisi dari g dan f (f dilanjutkan g), ditulis g f adalah suatu fungsi yang daerah asalnya himpunan bagian dari Df dan
aturannya ditentukan oleh (g f)(x)g(f(x)). Daerah asal dan daerah nilai fungsi g f adalah Dgf {xDf : f(x)Dg}dan
} ),
( :
{ g f
f
g y R y g t t R
R
R R
f
D
f
R
x f(x)
Gambar II.2 Diagram Panah Fungsi
xf y
R R
f
R
f
D
) (x f
(Martono,1999) 2. Fungsi Aljabar
Fungsi aljabar merupakan fungsi yang diperoleh dari berhingga operasi aljabar atas fungsi konstan yk dan fungsi kesatuan y x. Operasi aljabar yang dilakukan terhadap kedua fungsi tersebut adalah penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, pemangkatan dan penarikan akar ke-n, n = 2,3,....
(Martono, 1999) Fungsi linear, fungsi kuadrat, fungsi pecahan linear atau kuadrat, dan fungsi trigonometri semuanya merupakan fungsi aljabar.
3. Fungsi Transenden
Fungsi transenden merupakan fungsi yang tidak dapat dinyatakan sebagai sejumlah berhingga operasi aljabar atas fungsi konstan y = k dan fungsi kesatuan y = x.
(Martono,1999)
f
D
x
) (x f
f g
f
R Dg Rg
)) ( (f x g
f g
f g
D
f g
R
g
f D
R
Gambar II.3 Diagram Panah fungsi f
Fungsi transenden terdiri dari fungsi – fungsi berikut: a. Fungsi eksponensial, didefinisikan oleh x
a
y , untuk a0dan 1
a , xR.
Jika a = e, maka x
e
y fungsi tersebut yang disebut sebagai fungsi eksponen natural.
b. Fungsi logaritma, dinyatakan oleh yalogxxay,a1& x > 0. Jika a = e, maka yelogxy lnx fungsi tersebut yang disebut sebagai fungsi logaritma natural.
c. Fungsi trigonometri 1) y f(x)sinx 2) y f(x)cosx 3) y f(x)tanx 4) y f(x)cotx 5) y f(x)cscx 6) y f(x)secx
d. Fungsi invers trigonometri
1)
2 2
, sin
sin 1
x x
y y x
2)
2 0
, cos
cos 1
x x y
y x
3)
2 2
, tan
tan 1
x x
y y x
4)
2 & 0
, sec
sec 1
x x
x y
e. Fungsi Hiperbolik
1)
2 sinh
x x
e e x
2)
2 cosh
x x
e e x
3)
x x x
cosh sinh tanh
4)
x x x
sinh cosh coth
5) 𝑠𝑒𝑐ℎ
x
cosh 1
6) csch𝑥
x
sinh 1
(Varberg, dkk, 2010) 4. Fungsi Terbatas
Definisi II.C.4.1
Fungsi f dikatakan terbatas jika terdapat M > 0 sehingga f(x) M
untuk setiap xDf
(Martono, 1999) Definisi II.C.4.2
Fungsi f dikatakan tidak terbatas jika untuk sebarang M > 0 terdapat
f
D
Contoh:
a. Fungsi f(x)sinx terbatas karena f(x) sinx 1untuk setiap
f
D x .
b. Fungsi
x x
f( ) 1 tidak terbatas pada selang (0,)karena untuk
sebarang M 0, terdapat 0
2 1
0
M
x sehingga
M M M
f x
f
2
2 1 )
( 0 .
D. Limit
Di bawah ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai limit fungsi di R,
2
R dan n
R .
1. Limit Fungsi di R
Definisi II.D.1.1
Diberikan fungsi f terdefinisi pada selang terbuka I yang memuat c, kecuali mungkin di c sendiri. Limit fungsi f di c adalah L (ditulis
L x f
c
x ( )
lim atau f(x)L bila xc) jika 0
0 0 x c f(x) L .
Definisi II.D.1.2
Diberikan fungsi f terdefinisi pada selang (c,b), limit kanan fungsi f
di c adalah L ( f x L
(Martono, 1999) Contoh:
Sifat – sifat Limit Fungsi a. Ketunggalan limit
Jika f x L
b. Operasi aljabar pada limit
Jika f x L
c. Limit fungsi sederhana
a) k k k
2. Limit Fungsi di R2
Fungsi f adalah fungsi dua variabel dengan domain D maka dapat dikatakan bahwa limit dari f(x,y)L dan ditulis f
x y Lb a y
x,lim , ,
jika untuk setiap 0 terdapat 0 sedemikian sehingga
x y L f , bilamana
x,y D dan 0
x,y a,b dengan
2
2,
,y a b x a y b
x
(Varberg, dkk, 2003) 3. Limit Fungsi di Rn
Definisi yang diungkapkan untuk limit fungsi di R dan di R2 tersebut
sedemikian sehingga dapat diperluas untuk fungsi tiga peubah atau lebih. Secara umum, jika z f
x1,x2,x3,...,xn
adalah fungsi n-variabeldengan domain D maka dapat dikatakan bahwa limit dari
x x x x
Lf 1, 2, 3,..., n dan ditulis f x x xn L x
x x x x
x n n
( , ,..., )
lim 1 2
,..., , ,...,
, ' '
2 ' 1 2
1
,
jika untuk 0, 0 sedemikian sehingga
x x x x
L f 1, 2, 3,..., n bilamana
x1,x2,x3,...,xn
Ddan
' '
3 ' 2 ' 1 2
1, ,..., , , ,..,
0 x x xn x x x xn
E. Kekontinuan
Bila suatu fungsi terdefinisi pada selang terbuka yang memuat suatu titik, kekontinuan fungsinya di titik itu dapat didefinisikan dengan limit fungsi. Di bawah ini akan dipaparkan kekontinuan di R, R2dan n
R . 1. Kekontinuan di R
Definisi II.E.1.1
Fungsi f terdefinisi pada satu interval terbuka yang memuat c. Dikatakan bahwa f kontinu di c jika lim f(x) f(c)
c
x . Jadi fungsi f
dikatakan kontinu disuatu titik c jika dan hanya jika: a. lim f(x)
c
x ada
b. f(c)ada (yakni, c berada dalam daerah asal f ), dan c. lim f(x) f(c)
c
x
(Varberg, dkk, 2010) Definisi II.E.1.2
Fungsi f adalah kontinu kanan pada a jika lim f(x) f(a)
a
x dan
kontinu kiri pada b jika lim f(x) f(b)
a
x . Fungsi f kontinu pada
sebuah interval terbuka jika f kontinu pada setiap titik pada interval tersebut. Serta kontinu pada sebuah interval tertutup [a,b] jika kontinu pada (a,b), kontinu kanan pada a, dan kontinu kiri pada b.
2. Kekontinuan di R2
DefinisiII.E.2.1
Fungsi f(x,y) dikatakan kontinu dititik (a,b)D,DR2jika
x,ylima,b f(x,y) f(a,b). Fungsi f dikatakan kontinu pada domain
D jika f kontinu di setiap titik (a,b) dalam D.
(Varberg, dkk, 2003) DefinisiII.E.2.2
Fungsi f(x,y) dikatakan kontinu pada suatu himpunan S, jika
) , (x y
f kontinu di setiap titik pada himpunan S.
(Varberg, dkk, 2003)
3. Kekontinuan di Rn
Fungsi z f
x1,x2,x3,...,xn
, kontinu di titik
, ,...,
,' ' 2 '
1 x x D
x n
n
R D
jika
2' '
' 1 2
1 ,..., , ,...,
, lim ' ' ( , ,..., ) , ,..., 2
' 1 2
1
n n
x x x x x x
x x x f x x x f
n n
. Fungsi f dikatakan
kontinu pada domain D jika f kontinu di setiap titik
2' '
'1,x ,...,xn
x dalam
D.
(Varberg, dkk, 2003) B
A S
F. Turunan
Pada bagian kali ini akan dibahas lebih lanjut mengenai turunan di R, turunan di n
R . 1. Turunan di R
Definisi II.F.1.1
Jika fungsi f terdefinisi pada suatu selang terbuka I yang memuat
(Martono, 1999)
Definisi II.F.1.2
Jika fungsi f terdefinisi pada selang (a,c]. Turunan kiri dari fungsi f
di titik c, ditulis f’(c) didefinisikan sebagai
Definisi II.F.1.3
Jika fungsi f terdefinisi pada selang [c,b). Turunan kanan dari fungsi
f di titik c, ditulis f'(c) dan didefinisikan sebagai
(Martono, 1999) Definisi II.F.1.4
Jika fungsi f terdefinisi pada selang terbuka I yang memuat c, maka fungsi f terdiferensialkan di c f'(c) f'(c)
Teorema II.F.1.5
a. Aturan pencarian turunan
Jika y f(x), turunan f dapat dinyatakan dengan tiga notasi (notasi
f dan g adalah fungsi yang terdiferensialkan 5)
f g
' x f'
x g'
x7)
f.g ' x f
x g' x g x f' x8)
) (
) ( ' ) ( ) ( ) ( ' ) (
' 2
x g
x g x f x g x f x g
f
(Varberg, dkk, 2000) b. Turunan fungsi trigonometri
Di bawah ini diberikan turunan pertama untuk fungsi trigonometri. 1) f(x)sinx f'(x)cosx
2) f(x)cosx f'(x)sinx 3) f(x)tanx f'(x)sec2 x 4) f(x)cotx f'(x)csc2x 5) f(x)secx f'(x)secxtanx 6) f(x)cscx f'(x)cscxcotx
(Martono,1999) c. Turunan fungsi invers
Definisi II.F.1.c
Jika fungsi f kontinu dan satu – satu pada selang I Df dengan
aturan y f(x),xIdan inversnya adalah x f 1(y),yRf. Jika fungsi f terdiferensialkan pada I dengan f'(x)0pada I, maka fungsi 1
f juga terdiferensialkan pada Rf dan aturan
turunannya ditentukan oleh
) ( '
1 ))' ( ( 1
x f y
f atau
dy dx dx dy 1
d. Turunan fungsi komposisi Definisi II.F.1.d
Jika y f
u dan u g
x . Jika g terdiferensiasikan di x dan fterdiferensiasikan di u g
x , maka fungsi komposisi f g yang didefinisikan oleh (f g)(x) f(g(x)), adalah terdiferensiasikan di x dan (f g)'(x) f'(g(x))g'(x)ataudx du du dy dx dy
.
(Varberg, dkk, 2000)
e. Turunan fungsi logaritma
1) Turunan fungsi logaritma alami dapat dituliskan sebagai berikut:
x x f x x
f( )ln '( ) 1
2) Turunan fungsi logaritma dapat dituliskan sebagai berikut:
a x x f x x
f a
ln 1 . 1 ) ( ' log
)
(
f. Turunan fungsi eksponensial
1) Turunan fungsi eksponen alami dapat dituliskan sebagai berikut:
x x
e x f e x
f( ) '( )
2) Turunan fungsi eksponen dapat dituliskan sebagai berikut:
1 , ln )
( ' )
(x a f x a a a
f x x
g. Turunan tingkat tinggi
Operasi diferensiasi mengambil sebuah fungsi f dan menghasilkan sebuah fungsi baru f'. Jika f' didiferensiasi menghasilkan fungsi
''
f (f dua aksen) dan disebut turunan kedua dari f. Dan boleh didiferensiasi yang menghasilkan f' '' yang disebut turunan ketiga dari f. Turunan keempat dinyatakan dengan f (4), turunan kelima dinyatakan (5)
f dan seterusnya.
(Varberg, dkk, 2000) Contoh:
8 7 4 2 )
( 3 2
x x x x
f , maka
7 8 6 ) (
' x x2 x f
8 12 ) (
'' x x f
12 ) ( '' ' x f
0
) 4 (
f
Karena turunan fungsi nol adalah nol, maka turunan keempat dan semua turunan tingkat yang lebih tinggi (higher-order derivative)
dari f akan nol.
2. Turunan di n
R
bidang dengan sebuah bilangan real (unik) dari f
x,y . Himpunan Ddisebut daerah asal (domain) suatu fungsi. Jika tidak dinyatakan secara spesifik, D dapat dinyatakan sebagai daerah asal alami (natural domain), yaitu himpunan seluruh titik
x,y pada suatu bidang dimana fungsi tersebut masuk akal dan menghasilkan nilai bilangan real. Daerah hasil (range) dari sebuah fungsi adalah himpunan dari nilai – nilainya. Jika
x y fz , , maka x dan y disebut sebagai peubah bebas (independent variable) dan z sebagai peubah tak bebas (dependent variable). Seluruh hal diatas berlaku untuk fungsi – fungsi bernilai real dengan tiga peubah real (atau bahkan n peubah real).
(Varberg, dkk, 2003)
Definisi II.F.2.1
Jika f adalah fungsi dengan dua peubah x dan y. Jika y dijaga agar tetap konstan, misal y y0 maka f(x,y0)adalah fungsi dengan
(x,y) f (x,y) (x,y)
f
peubah tunggal x. Turunannya di x x0 disebut turunan parsial f
Demikian pula, turunan parsial f terhadap x2di
' '
dan dituliskan
sebagai
dituliskan sebagai
2 3
2 menghasilkan empat buah turunan parsial kedua (second partial derivative) dari f.(Varberg, dkk, 2003)
Contoh:
Tentukan empat turunan parsial kedua dari
2 secara analogis, dan notasi penulisannya juga serupa. Jika f adalah fungsi dengan dua peubah x dan y, maka turunan parsial ketiga f diperoleh
(Varberg, dkk, 2003)
G. Integral
Keterkaitan antara dua integral ini dikenal sebagai Teorema Dasar Kalkulus yang salah satunya adalah turunan dari bentuk integral tertentu dengan peubah di limit atasnya. Di bawah ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai integral tak tentu dan integral tentu.
1. Integral Tak Tentu Definisi II.G.1.1
F suatu anti turunan dari f pada selang I jika F'
x f'
x untuk semua x dalam I.(Varberg, dkk, 1993)
Teorema II.G.1.2
Jika f dan g dua fungsi sedemikian sehingga f'
x g'
x untukI x
( I selang ), maka suatu konstanta c sehingga
x g x cf , untuk xI. Bukti:
Ambil fungsi h yang didefinisikan pada selang I dengan definisi I
x x g x f x
h( ) ( ) ( ),
maka h'(x) f'(x)g'(x),xI
karena f'(x) g'(x) untuk xI berakibat
0 ) ( ' ) ( ' ) ( ' ) ( ' ) (
' x f x g x g x g x h
Jadi, h'(x)0,xI
c x g x
f
( ) ( )
I x c x g x
f
( ) ( ) , .█
Teorema II.G.1.3
Jika f merupakan anti turunan khusus dari f pada selang I maka setiap anti turunan dari f pada I diberikan oleh F
x c dengan csembarang konstanta. Bukti:
Ambil G sembarang anti turunan dari f pada I maka
x f x x IG' ( ), ... (1)
Karena F merupakan anti turunan khusus dari f pada I maka
x f x x IF' ( ), ... (2)
dari (1) dan (2) diperoleh:
x F x x I G' '( ), Menurut teorema 7.a.2 terdapat konstanta c sedemikian sehingga
x F
x c.G
Karena G sembarang, berarti setiap anti turunan f diberikan oleh
x c.F
Jadi,
f
x dxF
x c dengan F'
x f
x atau
F x
f
x dxTeorema II.G.1.4 maka akan ditunjukkan
Untuk integral pada fungsi trigonometri adalah sebagai berikut: a.
sinxdxcosxcd.
csc2 xdxcotxc e.
secxtanxdxsecxcf.
cscxcotxdxcscxcTeorema II.G.1.5
Jika fungsi f dan g mempunyai anti turunan (integral tak tentu) dan misalkan k suatu konstanta, maka:
a.
kf(x)dxk
f(x)dxb.
f(x)g(x)
dx
f(x)dx
g(x)dx Bukti:f dan g mempunyai anti turunan. c
x
F( ) anti turunan dari f, jadi
f(x)dx F(x)c,
F(x) c
f(x)d
c x
G( ) anti turunan dari g, jadi
g(x)dxG(x)c,
G(x) c
g(x)d
a.
kf(x)dxk
f(x)dx
dx kc x kF d dx
c x F k
d
0 ) (
'
kF x
F x
f
x dx dx
kf
( ),
b.
f(x)g(x)
dx
f(x)dx
g(x)dx
dx
c x G x F d dx
c x G d c x F
d 2
x G x F'( ) '
x g xf
( )
Dengan kata lain,
f(x)g x dx F x c G x c f(x)dx g(x)dx.█Teorema II.G.1.6
Diberikan g fungsi yang dapat didiferensialkan dan daerah hasil (nilai) dari g adalah selang I. Jika f fungsi yang didefinisikan pada I
dan F anti turunan dari f pada I, maka
g x
g x dx
F
g
x
cf
'Bukti:
Karena F anti turunan dari f pada selang I maka F'
g
x
f
g
x
dibuktikan
F
g
x
c
f
g
x
g x
dxd
' .
F g x c
F
g
x
g x
dx d
' . '
g x
g x f . '
Teorema II.G.1.7
Jika g suatu fungsi yang dapat terdiferensiasi dan f suatu bilangan
rasional yang bukan -1, maka
c rx g dx x g x g
r r
' ( )11
.
Bukti:
Jika u = g (x) adalah fungsi yang dapat didiferensiasi dan r suatu bilangan rasional
r 1
maka,u D u r
u
D r x
r
x .
1
1
atau
g
x
g
x rx g
D r
r
x . '
1
1
.█
2. Integral Tentu
Jika f didefinisikan pada interval tertutup [a,b]. Fungsi ini bisa bernilai positif atau negatif pada interval tersebut dan bahkan tidak perlu kontinu. Misalkan suatu partisi P membagi interval [a,b] menjadi n
interval bagian (tidak perlu sama panjang) dengan menggunakan titik – titik ax0 x1 x2 ...xn1 xn b dan misalkan xi xi xi1.
Pada setiap bagian interval
xi1xi
, dengan mengambil sebuah titiksebarang titik xi (mungkin saja titik ujung) yang disebut sebagai titik
sampel untuk interval bagian ke-i.
(Varberg, dkk, 2010)
interval tertutup [a,b]. Jika
terintegrasikan pada [a,b]. Suatu jumlah Riemann ditafsirkan sebagai sebuah jumlah aljabar dari luas-luas.
Kemudian
b
a
dx x
f( ) disebut integral tentu (atau integral Riemann) f dari
a ke b, kemudian diberikan oleh
Teorema II.G.2.1
Jika f kontinu (karenanya terintegrasikan) pada [a,b] dan diberikan
F adalah sebarang anti – turunan dari f pada [a,b], maka,
Gambar II.6 Jumlah Riemann
Bukti:
Karena fungsi F dan G kontinu pada interval tertutup [a,b], didapatkan F(a) = G(a) + c dan F(b) = G(b) + c. Jadi F(x) = G(x) + c
pada interval tertutup [a,b].
Karena
b
a
dt t f a
G( ) ( ) 0, maka F(a)G(a)c0cc.
Karena itu,
b
a
dt t f b G c c b G a F b
F( ) ( ) ( ) ( ) ( ) .█
a. Integral lipat dua atas persegi panjang
Jika R adalah sebuah persegi panjang dengan sisi – sisi sejajar dengan sumbu koordinat R{(x,y):a xb,c yd}. Bentuk partisi P dari R dalam pengertian membentuk garis – garis sejajar dengan sumbu x dan sumbu y (Gambar II.7).
Gambar II.7 Daerah R
x,y :a xb,c yd
xk,ykc d
a b
x
y z
k
R
Pembuatan partisi ini membagi R menjadi persegi panjang yang lebih kecil sebanyak n, kemudian menotasikannya dengan Rk, k =
1,2,3,...,n. Misalkan xkdan ykadalah panjang sisi – sisi Rk dan
misalkan Ak xkykadalah luasnya. Pada Rkambil sebuah titik
contoh
xk,yk
dan bentuk jumlah Riemann
n
k
k k k y A
x f
1
) ,
( yang
berhubungan (jika f(x,y)0) dengan jumlah volume n kotak (Gambar II.8).
Dengan membuat partisi tersebut semakin kecil sedemikian rupa sehingga seluruh Rk juga mengecil, akan menuntun ke konsep yang
dikehendaki. Dengan ketentuan tambahan bahwa aturan partisi P, dilambangkan dengan P adalah diagonal terpanjang dari sub persegi panjang dalam partisi tersebut.
(Varberg, dkk, 2003) Gambar II.8 Permukaan z = f (x,y)
) , (x y f z
Volume =
k k k y A
x
f( , )
c d
a b
x
y z
k
R
Definisi II.G.2.a
Jika f adalah fungsi dengan dua peubah yang didefinisikan pada
sebuah persegi panjang tertutup R. Jika
(Varberg, dkk, 2003) Sifat – sifat integral lipat dua
Jika f (x,y) dan g (x,y) kontinu dan kR maka 1) Integral lipat dua bersifat linear, yaitu
R R
dA y x g dA y x
f( , ) ( , )
(Varberg,dkk, 2003) b. Integral lipat dua atas daerah bukan persegi panjang
Definisi II.G.2.b
Suatu himpunan S yang tertutup dan terbatas pada bidang. S
dikelilingi dengan persegi panjang R dengan sisi – sisi sejajar sumbu – sumbu koordinatnya (Gambar II.9 & Gambar II.10). Andaikan f
x,y didefinisikan (atau didefinisikan ulang)
x,y 0f pada bagian R diluar S (Gambar II.11). f dapat terintegralkan di S jika f dapat diintegralkan pada R dan dituliskan dengan
R S
dA y x f dA y x
f( , ) ( , ) .
(Varberg, dkk, 2003) S
R
Gambar II.10
Kurva S Dikelilingi Persegi Panjang R
S
Gambar II.9 Kurva S tertutup
S
z = f (x,y)
f (x,y) = 0
c. Perhitungan Integral lipat dua atas persegi panjang
Himpunan dengan batas – batas melengkung bisa menjadi sangat rumit. Untuk tujuan yang akan dicapai, akan cukup memadai jika menggunakan himpunan sederhana-x dan himpunan sederhana-y
(dan gabungan terhingga dari himpunan – himpunan tersebut). Sebuah himpunan S dikatakan sederhana y jika himpunan tersebut sederhana pada arah y, artinya bahwa sebuah garis pada arah ini memotong S dalam selang tunggal (atau titik atau tidak sama sekali). Jadi, sebuah himpunan S disebut sederhana-y (y-simple) (Gambar II.12) jika terdapat fungsi 1 dan fungsi 2 pada [a,b] sedemikian rupa sehingga
x y x y x a x b
S , :1 2 ,
Suatu himpunan S dikatakan sederhana-x (x-simple) (Gambar II.13) jika terdapat fungsi 1 dan fungsi 2 pada [c,d] sedemikian rupa sehingga
x y y x x c y d
S , :1 2 ,
y
0 x
Gambar II.13 Kurva Sederhana-x
y x1d
c
y x2S
S y
0 x
Gambar II.12 Kurva Sederhana-y
x y2
x y1Jika akan menghitung integral lipat-dua dari fungsi f (x,y) atas sebuah himpunan sederhana-yS. Lingkupi S di dalam sebuah persegi panjang R (Gambar II.14) dan menbuat f (x,y) = 0 diluar S.
Pada pengintegralan sebelah dalam, x dipertahankan tetap. Jadi pengintegralan dilakukan disepanjang garis vertikal tebal pada Gambar II.14 Pengintegralan ini menghasilkan luas A(x) dari suatu penampang melintang (cross section). Akhirnya, A(x) diintegralkan dari a ke b.
Jika himpunan S adalah sederhana-x (Gambar II.13), maka dengan cara yang sama akan menghasilkan rumus
Jika himpunan S bukan sederhana-x maupun sederhana-y (Gambar II.15), maka biasanya himpunan tersebut dapat dilihat sebagai sebuah gabungan dari bagian – bagian yang mempunyai salah satu dari sifat – sifat lainnya. Dicontohkan lingkaran pada Gambar II.16 tidak sederhana-y S1 dan S2. Integral – integral dari bagian – bagian lingkaran ini dapat ihitung dan kemudian dijumlahkan untuk memperoleh integral atas S.
(Varberg, dkk, 2003)
d. Integral lipat dua dalam koordinat kutub
Kurva – kurva tertentu pada suatu bidang, seperti lingkaran, kardiodid, dan mawar lebih mudah dijelaskan dengan menggunakan
0 x
Gambar II.15 Kurva Bukan Sederhana-x atau Sederhana-y S
1
S
2
S
koordinat Cartesius (koordinat siku – siku). Sehingga dapat diharapkan bahwa integral lipat dua atas daerah yang tertutup oleh kurva-kurva seperti itu akan mudah dihitung dengan menggunakan koordinat kutub.
Misalkan R mempunyai bentuk seperti yang digambarkan pada Gambar II.17, yang disebut dengan persegi panjang kutub (polar rectangle). Misal z f
x,y menentukan sebuah permukaan atas Rdan andaikan f kontinu dan tak negatif. Maka volume V benda padat di bawah permukaan ini dan di atas R (Gambar II.18) dapat dinyatakan dengan
R
dA y x f
V ( , ) ... (1)
Di dalam koordinat kutub, persegi panjang kutub R mempunyai bentuk R
r, :arb,
. Untuk menghitung volumenya yaitu menggunakan koordinat kutub.R
b r
a r
0 Sumbu Kutub
Gambar II.17 Persegi Panjang Kutub
R
x
y z
,) ,
(x y F r f
z
R dibagi – bagi menjadi partisi – partisi yang lebih kecil berbentuk persegi panjang kutub R1,R2,....,Rndengan menggunakan
kisi kutub (polar grid), dan misalkan rkdan kmenyatakan
Saat menggunakan limit sebagai aturan pembagian partisi yang mendekati nol, maka akan memperoleh volume yang sebenarnya. Limit ini adalah sebuah integral lipat dua.
Dari (1) dan (2) diperoleh
fungsi – fungsi kontinu dengan tanda sebarang.
(Varberg, dkk, 2003) R
H. Integral Kurzweil-Henstock
Pendefinisian integral Kurzweil – Henstock diawali dengan pendefinisian partisi - fine.
Definisi II.H.1
Diberikan :
a,b R. Sebuah partisi
,
u,v
pada
a,b disebut fine jika
u
merupakan indikasi bahwa adalah partisi - fine.
(Yee, 2000)
Teorema II.H.2 (Causin’s Lemma)
Jika :
a,b Rdan acdb maka terdapat partisi fine pada
c,dBukti:
Andaikan tidak ada partisi - fine pada
c,d dengan
c,d a,b .Diambil titik tengah
c,d yaitu
2 ,d c
, maka
2 , c d
c dan
c d
,d2
juga tidak mempunyai partisi - fine.
Ambil setengah dari interval
c,d yang tidak mempunyai partisi – partisi - fine sebut
c1,d1
. Selanjutnya, ambil setengah dari interval
c1,d1
yang tidak mempunyai partisi - fine. Proses dilanjutkan sampai diperoleh interval bersarang
cn,dn
dengan
2 0n n
n c d c
d .
Pastilah terdapat titik C yang berada pada interval
cn,dn
untuk setiap n.Karena
c 0, maka terdapat suatu bilangan N sedemikian hingga untuk nNberlaku dn cn
c , Pertidaksamaan tersebut menunjukkan bahwa
Cn u1C v1 dn
maka merupakan partisi - fine
cn,dn
. Padahal diketahui bahwa
cn,dn
tidak mempunyai partisi - fine sehingga kontradiksi.█
Teorema II.H.3
Jika 1:
a,b Rdan 2:
a,b R merupakan 2 fungsi bernilai positif, :
a,b R dengan
min
1
,2
untuk setiap
a,b
, maka partisi - fine juga merupakan partisi -ifine dengan
i=1,2. Bukti:
Ambil partisi - fine pada
a, , maka berlaku: b
u v
Karena
min
1
,2
maka
i dan i
Sehingga berlaku
Berakibat
i u v i
Sehingga merupakan partisi -i fine atau merupakan partisi - fine.█
Definisi II.H.4
Fungsi f :
a,b Rdikatakan terintegral Kurzweil – Henstock pada
a, jika terdapat bilangan b I sehingga untuk setiap bilangan 0terdapat fungsi :
a,b R sehingga untuk setiap partisi - fine
,u,v
pada
a, berlaku b
f I , dengan
f f
vu
(Yee, 2000)
Teorema II.H.5 (Teorema Kekonvergenan Monoton) Diberikan
i. Barisan
fk
x
adalah monoton untuk hampir semuan
R J
x .
ii. Fungsi fk adalah terintegral Kurzweil-Henstock dan barisan
J k
f adalah terbatas, dengan kata lain untuk beberapa K
semua kN.
iii. fk f
k
Maka f terintegral Kurzweil-Henstock pada J dan
J k k J
f
f lim ... (1)
Bukti:
Diasumsikan bahwa
fk adalah barisan naik, fk 0 dan f . Barisan
BA k
f merupakan barisan monoton dan terbatas. Limit kanan dari (1) ada,
dan dinotasikan dengan L. Diberikan , dapat diperoleh N dimana
3
f LJ N
kemudian diperoleh k
x N untuk kk
x ,
x
x f
x f
xf k
3 1
(2)
dari Lemma Henstock ada ukuran n pada n
R dimana
k K
k i i k
i
f K x f
2 .
3 (3)
dimana partisi bagian
xi,Ki
;i1,...,r
merupakan -fine. Dandidefinisikan
x k x
x e
x untuk xJ
diberikan merupakan partisi dari J. Akan dibuktikan
.
f xi Ki L (4)
dari sebelumnya
selanjutnya diestimasikan perbedaan diantara (5) dan (6), dengan kata lain
3 2
3 L
f K
x f K
x f
i i i
K x k i
i x k i
i
Dengan kata lain
L f
K x f K
x f
i i i
K x k i
i x k i
i
3 2
3 █
I. Himpunan Terukur
Terdapat dua ukuran di dalam suatu himpunan yaitu ukuran luar dan ukuran dalam. Definisi dari kedua ukuran tersebut sebagai berikut.
1. Ukuran luar Definisi II.I.1
Diberikan himpunan E R. Ukuran luar E diberi notasi *
E yang didefinisikan sebagai berikut: *
E inf{
O :EOdan Ohimpunan terbuka} 2. Ukuran dalam
Definisi II.I.2
Diberikan himpunan ER. Ukuran dalam E diberi notasi *
Eyang didefinisikan sebagai berikut: *
E sup{
K :EKdan K himpunan tertutup}3. Himpunan Terukur
Di bawah ini akan diberikan definisi dari himpunan yang terukur. Definisi II.I.3
Suatu himpunan E R dikatakan terukur jika ukuran luar sama dengan ukuran dalam atau *
E *
E(Royden, 1968)
J. Fungsi Terukur
Sebelum dibahas lebih lanjut mengenai fungsi terukur, terlebih dahulu akan dibahas mengenai definisi fungsi hampir dimana – mana.
Definisi II.J.1
Suatu fungsi dikatakan mempunyai sifat P pada E hampir dimana – mana jika fungsi tersebut bersifat P hampir dimana – mana kecuali untuk himpunan AEdan
A 0.Contoh:
Suatu fungsi f :ERdan g:ER adalah hampir dimana – mana pada E jika dan hanya jika f
x g x untuk xEA dengan
A 0Definisi II.J.2
Suatu fungsi f :E R adalah terukur jika E adalah himpunan terukur dan untuk setiap rR, himpunan
xE| f
x r
adalah terukur.(Gordon, 1994)
Teorema II.J.3
Diberikan E himpunan terukur dan jika f :ER kontinu hampir dimana – mana pada E, maka f terukur.
Bukti:
Diberikan B himpunan diskontinu pada E. Jika
B 0, semua subset Badalah terukur. Misalkan rRdan diperoleh
xE| f x r
xEB| f
x r
xB| f
x r
. Maka akandibuktikan bahwa himpunan C
xBB| f
x r
adalah terukur. Jika f kontinu pada setiap titik pada C, untuk xC terdapat x 0 sedemikian sehingga f
t r dimana t
zE: zx z
. Misalkan
C x
x
x z z U
: , maka U himpunan terukur dan berakibat
E B
U
K. Teorema Tonelli
J didefinisikan sebagai interval pada n
R dengan J AB, A adalah interval pada l
R dan B adalah interval pada m
R , nlm. Teorema II.K.1 ( Teorema Tonelli )
1. f terukur pada J
f terintegral Kurzweil-Henstock pada J.
Untuk g f , berakibat: Akibat II.K.2
Jika f terukur,
Akibat II.K.3