• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASKEP KOMUNITAS ASAM URAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASKEP KOMUNITAS ASAM URAT"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS KOMUNITAS I TUGAS KOMUNITAS I MAKALAH MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN GOUT ARHTRITIS

KELUARGA DENGAN GOUT ARHTRITIS (ASAM URAT)(ASAM URAT)

DISUSUN OLEH : DISUSUN OLEH :

SHINTA PUTRI GITAYU SHINTA PUTRI GITAYU

(10215026) (10215026)

PRODI S1 KEPERAWATAN PRODI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA

KEDIRI KEDIRI

2017 2017

(2)
(3)

KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang atas izin dan Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang atas izin dan kuasaNya makalah dengan judul

kuasaNya makalah dengan judul ”Asuhan Keper ”Asuhan Keper awatan Keluarga Dengan Goutawatan Keluarga Dengan Gout Arthritis (Asam Urat)

Arthritis (Asam Urat)”” dapat diselesaikan. dapat diselesaikan.

Penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata Penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah komuitas program studi ilmu keperawatan. Penyusunan makalah terlaksana kuliah komuitas program studi ilmu keperawatan. Penyusunan makalah terlaksana dengan baik berkat dukungan dari banyak pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini dengan baik berkat dukungan dari banyak pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada pihak

kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang bersangkutan.yang bersangkutan.

Kesalahan bukan untuk dibiarkan tetapi kesalahan untuk diperbaiki. Kesalahan bukan untuk dibiarkan tetapi kesalahan untuk diperbaiki. Walaupun demikian, dalam makalah ini kami menyadari masih belum sempurna. Walaupun demikian, dalam makalah ini kami menyadari masih belum sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan tugas Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan tugas makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat bagi kami dan dapat dijadikan makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat bagi kami dan dapat dijadikan acuan bagi pembaca terutama bagi ilmu keperawatan.

acuan bagi pembaca terutama bagi ilmu keperawatan.

Kediri, 22 November 2017 Kediri, 22 November 2017

Penyusun Penyusun

(4)

DAFTAR ISI DAFTAR ISI Halaman

Halaman Judul Judul ... ... ii Kata

Kata Pengantar Pengantar ... ... iiii Daftar

Daftar isi isi ... ... iiiiii I.

I. PENDAHULUANPENDAHULUAN A.

A. Latar Latar belakang belakang ... ... 11 B.

B. Rumusan Rumusan masalah masalah ... ... 22 C.

C. Tujuan... 2Tujuan... 2 II.

II. TINJAUAN PUSTAKATINJAUAN PUSTAKA A.

A. Konsep Konsep Dasar Dasar Keluarga...Keluarga... ... 33 B.

B. Konsep Konsep Dasar Dasar Gout Gout Arthritis Arthritis ... ... 88 III.

III. ASUHAN KEPERAWATANASUHAN KEPERAWATAN A.

A. Pre Pre Planning Planning ... ... 2020 B.

B. Gambaran Gambaran kasus kasus ... ... 3636 C.

C. Pengkajian Pengkajian ... ... 3737 D.

D. Analisa Analisa data data ... ... 5151 E.

E. Diagnosa Diagnosa keperawatan...keperawatan... ... 5353 F.

F. Scoring/Scoring/ pembobotan dan penentu pembobotan dan penentuan prioritas masalah an prioritas masalah ... ... 5353 G.

G. Prioritas Prioritas diagnosa diagnosa keperawatan keperawatan ... ... 5656 H.

H. Rencana Rencana tindakan tindakan keperawatan keperawatan ... ... 5757 I.

I. Implementasi Implementasi dan dan Evaluasi...Evaluasi... ... 6464 IV.

IV. PENUTUPPENUTUP A. A. Kesimpulan... 68Kesimpulan... 68 B. B. Saran Saran ... ... 6868 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR PUSTAKA... ... 1919 LAMPIRAN LAMPIRAN... ... 7070

(5)

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

WHO mendata penderita gangguan sendi di Indonesia mencapai 81% dari populasi, hanya 24% yang pergi ke dokter, sedangkan 71% nya cenderung langsung mengkonsumsi obat-obatan pereda nyeri yang dijual  bebas. Angka ini menempatkan Indonesia sebagai negara yang paling tinggi menderita gangguan sendi jika dibandingkan dengan negara di Asia lainnya seperti Hongkong, Malaysia, Singapura dan Taiwan. Penyakit sendi secara nasional prevalensinya berdasarkan wawancara sebesar 30,3% dan prevalensi berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan adalah 14% (Riskesdas 2007-2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit sendi adalah umur, jenis kelamin, genetik, obesitas dan penyakit metabolik, cedera sendi, pekerjaan dan olah raga. (Brunner & Suddarth. 2001)

Penyakit gout arthritis merupakan salah satu penyakit degeneratif. Salah satu tanda dari penyakit gout arthritis adalah adanya kenaikan kadar asam urat dalam darah (hiperurisemia). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hiperurisemia adalah jenis kelamin, IMT, asupan karbohidrat dan asupan purin. Asupan purin merupakan faktor risiko  paling kuat yang berhubungan dengan kejadian hiperurisemia.

(Setyoningsih, 2009)

Hiperurisemia yang merupakan kondisi predisposisi untuk gout arthritis, sangat berhubungan erat dengan sindrom metabolik seperti : hipertensi, intoleransi glukosa, dislipidemia, obesitas truncal, dan  peningkatan resiko penyakit kardiovaskular. Didapatkan bukti bahwa hiperurisemia sendiri mungkin merupakan faktor risiko independen untuk  penyakit kardiovaskular. Insiden dan prevalensi gout arthritis di seluruh dunia tampaknya meningkat karena berbagai alasan, termasuk yang iatrogenik. Gout arthritis memengaruhi minimal 1% dari populasi di negara-negara Barat dan merupakan penyakit yang paling umum bersama inflamasi pada pria lebih tua dari 40 tahun (Andrew, 2005). Satu survei epidemiologik yang dilakukan di Bandungan, Jawa Tengah atas kerjasama

(6)

WHO COPCORD terhadap 4.683 sampel berusia antara 15  –   45 tahun didapatkan bahwa prevalensi hiperurisemia sebesar 24,3 % pada laki-laki dan 11,7% pada wanita.(Purwaningsih, 2010)

Gejala dari gout arthritis berupa serangan nyeri sendi yang bersifat akut, biasanya menyerang satu sendi disertai demam, kemudian keluhan membaik dan disusul masa tanpa keluhan yang mungkin berlanjut dengan nyeri sendi kronis. Hampir 85-90% penderita yang mengalami serangan  pertama biasanya mengenai satu persendian dan umumnya pada sendi

antara ruas tulang telapak kaki dengan jari kaki. ( Yatim, 2006)

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep keluarga ?

2. Bagaimana asuhan keperawatan keluarga dengan Gout Arthritis ?

1.3 Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mendapatkan gambaran umum tentang asuhan keperawatan keluarga dengan Gout Arthritis.

2. Tujuan Khusus Mahas iswa mampu :

a) Dapat melakukan pengkajian keperawatan keluarga dengan Gout Arthritis.

 b) Dapat merencanakan tindakan keperawatan keluarga dengan Gout Arthritis.

c) Dapat melaksanakan tindakan keperawatan keluarga dengan Gout Arthritis.

d) Dapat melakukan evaluasi keperawatan keluarga dengan Gout Arthritis.

(7)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan ikatan-ikatan emosional dan yang mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga. Friedman (1998, dalam Suprajitno, 2004).

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan Depkes RI (1998 dalam Effendy, 1998).

Sayekti (1994 dalam Suprajitno 2004) berpendapat bahwa keluarga adalah suatu ikatan/persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak,  baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga. 2. Fungsi Keluarga

Menurut Friedman (1998, dalam Suprajitno, 2004), mengemukakan ada 5 fungsi keluarga yaitu:

a) Fungsi Afektif

Yaitu berhubungan dengan fungsi-fungsi internal keluarga,  pelindung dan dukungan psikososial bagi para anggotanya. Keluarga melakukan tugas-tugas yang menunjang pertumbuhan dan  perkembangan yang sehat bagi anggotanya dengan memenuhi

kebutuhan-kebutuhan anggotanya.  b) Fungsi Sosialisasi

Yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu melaksanakan sosialisasi dimana anggota keluarga belajar disiplin,

(8)

norma budaya prilaku melalui interaksi dalam keluarga selanjutnya individu mampu berperan dalam masyarakat.

c) Fungsi reproduksi

Yaitu fungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan menambah sumber daya manusia.

d) Fungsi Ekonomi

Yaitu fungsi memenuhi kebutuhan keluarga seperti : makan, pakaian,  perumahan dan lain-lain.

e) Fungsi Perawatan Keluarga

Yaitu keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan asuhan kesehatan/perawatan, kemampuan keluarga melakukan asuhan keperawatan atau pemeliharaan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga dan individu.

3. Tipe Keluarga

Tipe-tipe keluarga secara umum dikemukakan untuk mempermudah tentang pemahaman keluarga. Adapun tipe-tipe keluarga menurut Suprajitno (2004) antara lain:

a) Keluarga inti (konjungal )

Yaitu keluarga yang menikah sebagai orangtua atau pemberian nafkah, keluarga ini terdiri dari suami, istri dan anak mereka anak kandung, anak adopsi atau keduanya.

 b) Keluarga orentasi (keluarga asal)

Yaitu untuk keluarga yang didalamnya seseorang dilahirkan. Keluarga besar yaitu keluarga inti dan orang-orang yang  berhubungan (oleh darah), yang paling lazim menjadi anggota keluarga orientasi yaitu salah satu teman keluarga ini. Berikut ini termasuk sanak keluarga: kakek, nenek, tante, paman dan sepupu.

(9)

4. Bentuk Keluarga

Ada enam tipe atau bentuk keluarga menurut Effendy (1998) : a) Keluarga inti ( Nuclear Family)

Adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.  b) Keluarga besar ( Exstende Family)

Adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara misalnya, nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan seba gainya.

c) Keluarga berantai (Serial family)

Adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.

d) Keluarga duda/janda ( single family)

Adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian. e) Keluarga berkomposisi (composite)

Adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara  bersama.

f) Keluarga kabitas (cababitation)

Adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.

5. Tingkat Perkembangan Keluarga

Seperti individu yang mengalami tahap pertumbuhan dan  perkembangan yang berturut-turut keluarga sebagai sebuah unit juga

mengalami tahap-tahap perkembangan yang berturut-turut.

Adapun delapan tahap siklus kehidupan keluarga menurut Friedman (1998) antara lain:

a) Tahap I : keluarga pemula (juga menunjuk pasangan menikah atau tahap pernikahan)

Tugasnya adalah :

1. Membangun perkawinan yang saling memuaskan.

(10)

3. Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orang tua).

 b) Tahap II : keluarga yang sedang mengasuh anak (anak tertua adalah  bayi sampai umur 30 tahun).

Tugasnya adalah :

1. Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap. 2. Rekonsiliasi tugas untuk perkembangan yang bertentangan dan

kebutuhan anggota keluarga.

3. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.

4. Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran-peran orang tua dan kakek dan nenek.

c) Tahap III : keluarga dengan anak usia prasekolah (anak tertua  berumur 2 hingga 6 bulan).

Tugasnya adalah :

1. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti : rumah, ruang  bermain, privasi, keamanan.

2. Mensosialisasikan anak.

3. Mengintegrasikan anak yang sementara tetap memenuhi kebutuhan anak-anak yang lain.

4. Mempertahankan hubungan yang sehat dalam (hubungan  perkawinan dan hubungan orang tua dan anak) dan diluar keluarga

(keluarga besar dan komunitas).

d) Tahap IV : keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua berumur hingga 13 tahun).

Tugasnya adalah :

1. Mensosialisasikan anak-anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat.

2. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan. 3. Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.

(11)

e) Tahap V : Keluarga dengan anak remaja (anak tertua berumur 13 hingga 20 tahun).

Tugasnya :

1. Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri.

2. Memfokuskan kembali hubungan perkawinan.

3. Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak. f) Tahap VI : Keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda

(mencakup anak pertama sampai terakhir yang meninggalkan rumah). Tugasnya :

1. Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga  baru yang didapatkan melalui perkawinan anak-anak.

2. Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali hubungan perkawinan.

3. Membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dan suami maupun istri.

g) Tahap VII : Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan, pensiunan) Tugasnya :

1. Menyelidiki lingkungan yang meningkatkan kesehatan

2. Mempertahankan hubungan-hubungan yang memuaskan dan  penuh arti dengan para orang tua, lansia dan anak-anak.

h) Tahap VIII : keluarga dalam masa pensiunan dan lansia Tugasnya :

1. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan. 2. Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun. 3. Mempertahankan hubungan perkawinan.

4. Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan. 5. Mempertahankan ikatan keluarga antara generasi. 6. Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka.

(12)

6. Lima Tugas Keluarga dan Bidang Kesehatan

Seperti dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas dibidang kesehatan menurut Suprajitno (2004) yang  perlu dipahami dan dilakukan meliputi :

1) Mengenal masalah kesehatan keluarga

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti, orang tua  perlu mengenal kesehatan.

2) Memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga.

3) Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau di rumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk  pertolongan pertama.

4) Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.

5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi keluarga.

B. Konsep Dasar Gout Arthritis 1. Pengertian Gouth Arthritis

Penyakit asam urat atau dalam dunia medis disebut penyakit gout/  penyakit pirai (arthritis pirai) adalah senyawa nitrogen yang dihasilkan dari proses katabolisme (pemecahan) purin baik dari diet maupun dari asam nukleat endogen (asam deoksiribonukleat DNA). Asam urat sebagian besar dieksresi melalu ginjal dan hanya sebagian kecil melalui saluran cerna(Syukri, 2007).

Purin adalah zat alami yang merupakan salah satu kelompok struktur kimia pembentuk DNA dan RNA. Ada dua sumber utama  purin, yaitu purin yang diproduksi sendiri oleh tubuh dan purin yang

(13)

 jumlahnya mencapai 85%. Untuk mencapai 100%, tubuh manusia hanya memerlukan asupan purin dari luar tubuh (makanan) sebesar 15%. Ketika asupan purin masuk kedalam tubuh melebihi 15%, akan terjadi penumpukan zat purin. Akibatnya, asam urat akan ikut menumpuk. Hal ini menimbulka risiko penyakit asam urat (Noviyanti, 2015).

Asam urat sebenarnya memiliki fungsi dalam tubuh, yaitu sebagai antioksidan dan bermanfaat dalam regenerasi sel. Setiap peremajaan sel, kita membutuhkan asam urat. Jika tubuh kekurangan asam urat sebagai antioksidan maka akan banyak oksidasi atau radikal bebas yang bisa membunuh sel-sel kita. Metabolisme tubuh secara alami menghasilkan asam urat. Makanan yang dikonsumsi juga menghasilkan asam urat. Asam urat menjadi masalah ketika kadar di dalam tubuh melewati batas normal.

Artritis pirai (Gout) adalah suatu proses inflamasi yang terjadi karena deposisi kristal asam urat pada jaringan sekitar sendi. Gout terjadi sebagai akibat dari hiperurisemia yang berlangsung lama (asam urat serum meningkat) disebabkan karena penumpukan purin atau eksresi asam urat yang kurang dari ginjal. Artritis pirai adalah suatu sindrom klinis yang mempunyai gambaran khusus, yaitu artritis akut. Artritis akut disebabkan karena reaksi inflamasi jaringan terhadap  pembentukan kristal monosodium urat monohidrat (Arya, 2013).

2. Klasifikasi

Klasifikasi gout dibagi dua yaitu: 1. Gout Primer

Gout primer dipengaruhi oleh factor genetic. Terdapat produksi/sekresi asam urat yang berlebihan dan tidak diketahui penyebabnya.

2. Gout Sekunder

Gout sekunder dapat disebabkan oleh dua hal yaitu; a. Produksi asam urat yang berlebihan, misalnya pada:

(14)

Kelainan mieloproliferatif (polisitemia, leukemia, myeloma retikulasi) Sindroma Lesch-Nyhan yaitu kelainan akibat defisiensi hipoxantin guanine fosforibosil transferase yang terjadi pada anak-anak dan pada sebagian orang dewasa Gangguan penyimpanan glikoge.

Pada pengobatan anemia pernisiosa oleh karena maturasi sel megaloblastik menstimulasi pengeluaran asam urat.

 b. Sekresi asam urat yang berkurang misalnya pada:

Kegagalan ginjal kronik, pemakaian obat-obat salisilat, tiazid, beberapa macam diuretic dan sulfonamide

Keadaan-keadaan alkoholik, asidosis laktik, hiperparatiroidisme dan pada miksedema

c. Obesitas (kegemukan)

d. Intoksikasi (keracunan timbal)

e. Pada penderita diabetes mellitus yang tidak terkontrol dengan baik dimana akan ditemukan mengandung benda-benda keton (hasil buangan metabolism lemak) dengan kadar yang tinggi. Kadar benda-benda keton yang meninggi akana menyebabkan kadar asam urat juga ikut meninggi.

Penyakit asam urat mempunyai 4 tahapan, yaitu: a. Tahap 1 (Tahap akut)

Pada tahap ini penderita akan mengalami serangan arthritis yang khas untuk pertama kalinya. Serangan arthritis tersebut akan menghilang tanpa pengobatan dalam waktu 5-7 hari. Bila dilakukan pengobatan maka akan cepat menghilang. Karena cepat menghilang maka penderita sering menduga kakinya hanya keseleo atau terkena infeksi, sehingga tidakmenduga terkena penyakit gout arthritis dan tidak melakukan  pemeriksaan lebih lanjut. Pada pemeriksaan kadang-kadang tidak ditemukan ciri-ciri penderita terserang penyakit gout arthritis. Ini karena serangan pertama berlangsung secara singkat dan dapat sembuh dengan

(15)

sendirinya (self-limiting), maka penderita sering berobat ke tukang urut dan pada saat penderita sembuh, penderita menyangka hal itu dikarenakan hasil urutan/pijatan. Namun jika dilihat dari teori, nyeri yang diakibatkan asam urat tidak boleh dipijat atau diurut, tanpa diobati atau diurut sekalipun serangan pertama kali akan hilang dengan sendirinya.  b. Tahap 2 (Tahap Interkritikal)

Pada tahap ini penderita dalam keadaan sehat selama rentang waktu tertentu. Rentang waktu setiap penderita berbeda-beda. Dari rentang waktu 1-10 tahun. Namun rata-rata rentang waktunya antara 1-2 tahun. Panjangnya rentang waktu pada tahap ini menyebabkan seseorang lupa bahwa dirinya pernah menderita serangan gout arthritis akut .

c. Tahap 3 (Tahap Intermitten)

Setelah melewati masa Interkritikal selama bertahun-tahun tanpa gejala, maka penderita akan memasuki tahap ini yang ditandai dengan serangan arthritis yang khas seperti diatas. Selanjutnya penderita akan sering mendapat serangan (kambuh) yang jarak antara serangan yang satu dengan serangan berikutnya makin lama makin rapat dan lama serangan makin lama makin panjang, dan jumlah sendi yang terserang makin  banyak.

d. Tahap 4 (Tahap Kronik Tofaceous)

Tahap ini terjadi bila penderita telah mengalami sakit selama 10 tahun atau lebih. Pada tahap ini akan terbentuk benjolan-benjolan disekitar sendi yang sering meradang yang disebut dengan Thopi. Thopi ini berupa benjolan keras yang berisi serbuk kapur yang merupakan deposit dari Kristal monosodium urat. Thopi ini akan menyakibatkan kerusakan pada sendi dan tulang disekitarnya.

(16)

3. Etiologi Gout Arthritis

Menurut (Ahmad, 2011) penyebab asam urat yaitu : a. Faktor dari luar

Penyebab asam urat yang paling utama adalah makanan atau factor dari luar. Asam urat dapat meningkat dengan cepat antara lain disebabkan karena nutrisi dan konsumsi makanan dengan kadar purin tinggi.

 b. Faktor dari dalam

Adapun faktor dari dalam adalah terjadinya proses penyimpangan metabolisme yang umumnya berkaitan dengan faktor usia, dimana usia diatas 40 tahun atau manula beresiko besar terkena asam urat. Selain itu, asam urat bisa disebabkan oleh penyakit darah, penyakit sumsum tulang dan polisitemia, konsumsi obat-obatan, alkohol, obesitas, diabetes mellitus juga bisa menyebabkan asam urat.

4. Patofisiologi

Hiperurisemia (konsentrasi asam urat dalam serum yang lebih  besar dari 7,0 mg/dl) dapat (tetapi tidak selalu) menyebabkan  penumpukan kristal monosodium urat. Serangan gout tampaknya  berhubungan dengan peningkatan atau penurunan mendadak kadar asam urat serum. Kalau kristal urat mengendap dalam sebuah sendi, respons inflamasi akan terjadi dan serangan gout dimulai. Dengan serangan yang berulang –  ulang, penumpukan kristal natrium urat yang dinamakan tofus akan mengendap di bagian perifer tubuh seperti ibu  jari kaki, tangan dan telinga. Nefrolitiasis urat (batu ginjal) dengan  penyakit renal kronis yang terjadi sekunder akibat penumpukan urat

dapat timbul (Smeltzer, 2002).

Gambaran kristal urat dalam cairan sinovial sendi yang asimtomatik menunjukkan bahwa faktor  –  faktor non-kristal mungkin  berhubungan dengan reaksi inflamasi. Kristal monosodium urat yang ditemukan tersalut dengan imunoglobulin yang terutama berupa IgG.

(17)

IgG akan meningkatkan fagositosis kristal dan dengan demikian memperlihatkan aktivitas imunologik (Smeltzer, 2002).

Pada keadaan normal kadar urat serum pada laki-laki mulai meningkat setelah pubertas. Pada perempuan kadar urat tidak meningkat sampai setelah menopause karena estrogen meningkatkan ekskresi asam urat melalui ginjal. Setelah menopause, kadar urat serum meningkat seperti pada laki-laki.

Ada prevalensi familial dalam penyakit gout yang mengesankan suatu dasar genetik dari penyakit ini. Namun, ada sejumlah faktor yang agaknya memengaruhi timbulnya penyakit ini termasuk diet, berat  badan, dan gaya hidup.

Terdapat empat tahap perjalanan klinis dari penyakit gout yang tidak dionati. Tahap pertama adalah hiperurisemia asimtomatik. Nilai normal asam urat serum pada laki-laki adalah 5,1 ± 1,0 mg/dl, dan  pada perempuan adalah 4,0 ± 1,0 mg/dl. Nilai-nilai ini meningkat sampai 9-10 mg/dl pada seseorang dengan gout. Dalam tahapan ini  pasien tidak menunjukan gejala-gejala selain dari peningkatan asam

urat serum. Hanya 20% dari pasien hiperurisemia asimtomatik yang  berlanjut menjadi serangan gout akut. Tahap kedua adalah artritis gout akut. Pada tahap ini terjadi awitan mendadak pembengkakan dan nyeri yang luar biasa, biasanya pada sendi ibu jari kaki dan sendi metatarsofalangeal. Artritis bersifat monoartikular dan menunjukkan tanda-tanda peradangan lokal. Mungkin terdapat demam dan  peningkatan jumlah leukosit. Serangan dapat dipicu oleh pembedahan, trauma, obat-obatan (diuretik), alkohol, atu stres emosional. Tahap ini  biasanya mendorong pasien untuk mencari pengobatan segera. Sendi-sendi lainnya juga dapat terserang, termasuk Sendi-sendi jari-jari tangan, lutut, mata kaki, pergelangan tangan, dan siku. Serangan gout akut  biasanya pulih tanpa pengobatan, tetapi dapat memakan waktu 10-14

hari.

Tahap ketiga setelah serangan gout akut, adalah tahap interktiris. Tidak dapat gejala-gejala pada masa ini, yang dapat berlangsung dari

(18)

 beberapa bulan sampai tahun. Kebanyakan orang mengalami serangan gout berulang dalam waktu kurang dari 1 tahun jika tidak diobati.

Tahap keempat adalah tahap gout kronik, dengan timbunan asam urat yang terus bertambah dalam beberapa tahun jika pengobatan tidak dimulai. Peradangan kronik akibat kristal-kristal asam urat mengakibatkan nyeri, sakit, dan kaku, pembesaran dan penonjolan sendi yang bengkak. Serangan akut artritis gout dapat terjadi dalam tahap ini.

Gout dapat merusak ginjal, sehingga ekskresi asam urat akan  bertambah buruk. Kristal-kristal asam urat dapat terbentuk dalam interstitum medula, papila, dan piramid, sehingga timbul proteinuria dan hipertensi ringan. Batu ginjal asma urat juga dapat terbentuk sebagai akibat sekunder dari gout. Batu biasanya berukuran kecil,  bulat, dan tidak terlihat pada pemeriksaan radiografi (Kowalak, 2002). 5. Manifestasi Klinis Gout Arthritis

Gejala klinis dari gout athritist meliputi : 1. Akut

Serangan awal gout berupa nyeri yang berat, bengkak dan  berlangsung cepat, lebih sering di jumpai pada ibu jari kaki dan  biasanya bersifat monoartikular. Ada kalanya serangannyeri di sertai kelelahan, sakit kepala dan demam ( Junaidi, 2006 dalam Dianati, 2015).

Serangan akut ini dilukiskan sebagai sembuh beberapa hari sampai  beberapa minggu, bila tidak terobati, rekuren yang multipel, interval antara serangan singkat dan dapat mengenai beberapa sendi (Tehupeiory, 2006 dalam Widyanto, 2014 ). Ketika serangan artritis gout terjadi eritema yang luas di sekitar area sendi yang terkena dapat terjadi. Meskipun serangan bersifat sangat nyeri biasanya dapat sembuh sendiri dan hanya beberapa hari. Setelah serangan terdapat interval waktu yang sifatnya asimptomatik dan disebut juga stadium interkritikal (Sunkureddi et al, 2006 dalam Widyanto, 2014).

(19)

Stadium ini merupakan kelanjutan stadium akut dimana terjadi  periode interkritikal asimtomatik. Secara klinik tidak dapat ditemukan tanda-tanda radang akut ( Junaidi, 2006 dalam Dianati, 2015). Namun  pada aspirasi sendi ditemukan kristal urat. Hal ini menunjukkan  bahwa proses peradangan tetap berlanjut, walaupun tanpa keluhan. Keadaan ini dapat terjadi satu atau beberapa kali pertahun, atau dapat sampai 10 tahun tanpa serangan akut. Apabila tanpa penanganan yang  baik dan pengaturan asam urat yang tidak benar, maka dapat timbul serangan akut lebih sering yang dapat mengenai beberapa sendi dan  biasanya lebih berat (Tehupeiory, 2006 dalam Widyanto, 2014)

c. Kronis

Pada gout kronis terjadi penumpukan tofi (monosodium urat) dalam jaringan yaitu di telinga, pangkal jari dan ibu jari kaki ( Junaidi, 2006 dalam Dianati, 2015). Tofus terbentuk pada masa artritis gout kronis akibat insolubilitas relatif asam urat. Awitan dan ukuran tofus secara proporsional mungkin berkaitan dengan kadar asam urat serum. Bursa olekranon, tendon achilles, permukaan ekstensor lengan bawah,  bursa infrapatelar, dan heliks telinga adalah tempat-tempat yang

sering dihinggapi tofus. Secara klinis tofus ini mungkin sulit dibedakan dengan nodul rematik. Pada masa kini tofus jarang terlihat dan akan menghilang dengan terapi yang tepat (Carter, 2006 dalam Widyanto 2014).

6. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan yang paling utama untuk gout arthritis yaitu  pemeriksaan cairan sinovial. Pada pemeriksaan ini menunjukkan adanya kristal monosodium urate (MSU). Identifikasi kristal MSU dianggap sebagai standar emas untuk diagnosis (Saigal & Abhishek, 2015). Diagnosis dapat dikonfirmasi melalui aspirasi persendian yang mengalami inflamasi akut atau dicurigai topus (Sholikah, 2014).

Diagnosis artritis gout dilakukan sesuai dengan kriteria dari The American College of Rheumatology (ACR) yaitu terdapat kristal urat

(20)

dalam cairan sendi atau tofus dan/atau bila ditemukan 6 dari 12 kriteria yaitu, Inflamasi maksimum pada hari pertama, serangan akut lebih dari satu kali, artritis monoartikuler, sendi yang terkena berwarna kemerahan, pembengkakan dan nyeri pada sendi metatarsofalangeal, serangan pada sendi metatarsofalangeal unilateral, adanya tofus, hiperurisemia (kadar asam urat dalam darah lebih dari 7,5 mg/dl) ,  pada foto sinar-X tampak pembengkakan sendi asimetris dan kista subkortikal tanpa erosi, dan kultur bakteri cairan sendi negatif (Widyanto, 2014).

7. Penatalaksanaan Gout Arthritis

Penatalaksanaan keperawatan adalah kombinasi pengistirahatan sendi dan terapi makanan/diet. Pengistirahatan sendi meliputi pasien harus disuruh umtuk meninggikan bagian yang sakit untuk menghindari penahanan beban dan tekanan yang berasal dari alas tempat tidur dan memberikan kompres dingin untuk mengurangi rasa sakit.

Terapi makanan mencakup pembatasan makanan dengan kandungan purin yang tinggi, alkohol serta pengaturan berat badan. Perawat harus mendorong pasien untuk minum 3 liter cairan setiap hari untuk menghindari pembentukan calculi ginjal dan perintahkan untuk menghindari salisilat.

Pola diet yang harus diperhatikan adalah : 1. Golongan A ( 150 - 1000 mg purin/ 100g ) :

Hati, ginjal, otak, jantung, paru, lain-lain jerohan, udang, remis, kerang, sardin, herring, ekstrak daging, ragi (tape), alkohol, makanan dalam kaleng.

2. Golongan B ( 50 - 100 mg purin/ 100g ) :

Ikan yang tidak termasuk gol.A, daging sapi, kacang-kacangan kering, kembang kol, bayam, asparagus, buncis, jamur, daun singkong, daun  pepaya, kangkung.

(21)

Keju, susu, telur, sayuran lain, buah-buahan. 4. Bahan makanan yang diperbolehkan :

a. Semua bahan makanan sumber karbohidrat, kecuali havermout (dalam jumlah terbatas).

 b. Semua jenis buah-buahan.

c. Semua jenis minuman, kecuali yang mengandung alkohol. d. Semua macam bumbu.

5. Bila kadar asam urat darah >7mg/dL dilarang mengkonsumsi bahan makanan gol.A, sedangkan konsumsi gol.B dibatasi.

6. Batasi konsumsi lemak. 7. Banyak minum air putih.

Obat –  obat penurun kadar asam urat terdiri dari :

a. Kelompok urikosurik yaitu probenesid, sulfinpirazon,  bensbromaron, azapropazon.

 b. Kelompok xanthine oxydase yaitu : allopurinol. (Pudiyono, 2011).

8. Komplikasi Gout Arthritis

Menurut Rotschild (2013), komplikasi dari artritis gout meliputi severe degenerative arthritis, infeksi sekunder, batu ginjal dan fraktur pada sendi. Sitokin, kemokin, protease, dan oksidan yang  berperan dalam proses inflamasi akut juga berperan pada proses

inflamasi kronis sehingga menyebabkan sinovitis kronis, dekstruksi kartilago, dan erosi tulang.

Arthritis gout telah lama diasosiasikan dengan peningkatan resiko terjadinya batu ginjal. Penderita dengan artritis gout membentuk batu ginjal karena urin memilki pH rendah yang mendukung terjadinya asam urat yang tidak terlarut (Liebman et al, 2007). Terdapat tiga hal yang signifikan kelainan pada urin yang digambarkan pada penderita dengan uric acid nephrolithiasis yaitu hiperurikosuria (disebabkan karena peningkatan kandungan asam urat dalam urin), rendahnya pH (yang mana menurunkan kelarutan asam urat), dan rendahnya volume

(22)

urin (menyebabkan peningkatan konsentrasi asam urat pada urin) (Sakhaee dan Maalouf, 2008).

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Bedah Medikal Bedah. Vol 3. Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta.

 Noviyanti. 2015. Hidup Sehat Tanpa Asam Urat . Yogyakarta: Notebook. Syukri M. 2007. Asam Urat dan Hiperuresemia. Majalah Kedokteran  NusantaraVolume 40 No. 1 Maret 2007.

Arya, RK & Jain, V. 2013. Osteoarthritis of the Knee Joint . Journal Indian Academy of Clinical Medicine. Vol 14. No 2. Page 154-162.

Ahmad, N. (2011). Cara Mencegah Dan Mengobati Asam Urat.  Jakarta : Rineka Cipta.

Liebman et al. 2007, Urid Acid Nephrolithiasis, Current Rheumatology Reports, Vol. 9, No. 3, pp. 251-257.

Rotschild, BM 2013, Gout and Pseudogout, Emedicine Medscape. Sakhaee K, Maalouf NM 2008, Metabolic Syndrome and Uric Acid  Nephrolithiasis, Seminars in Nephrology, Vol.28, No. 2, pp. 174-180.

Saigal, Renu & Abhishek Agrawal. 2015.  Pathogenesis and Clinical  Management of Gouty Arthrhitis. Journal of The Association of Physicians of

India Vol. 63 December 2015 :56-63.

Dianati, Nur Amalia. 2015. GOUT AND HYPERURICEMIA. J MAJORITY Vol. 4 No. 3 Januari 2015 : 82-89.

Sholihah, Fatwa Maratus. 2014. DIAGNOSIS AND TREATMENT GOUT  ARTHRITIS . J MAJORITY Vol. 3 No. 7 Desember 2014 : 39-45.

Widyanto, Fandi Wahyu. 2014. ARTRITIS GOUT DAN

 PERKEMBANGANNYA. Jurnal bidang kedokteran dan kesehatan Saintika Medika Vol. 10 No. 2 Desember 2014 : 145-152.

(24)

PRE PLANNING PENGKAJIAN PERTAMA PADA KELUARGA DENGAN ASAM URAT (GOUT ARTHRITIS)

A. LATAR BELAKANG

WHO mendata penderita gangguan sendi di Indonesia mencapai 81% dari populasi, hanya 24% yang pergi ke dokter, sedangkan 71% nya cenderung langsung mengkonsumsi obat-obatan pereda nyeri yang dijual  bebas. Angka ini menempatkan Indonesia sebagai negara yang paling tinggi menderita gangguan sendi jika dibandingkan dengan negara di Asia lainnya seperti Hongkong, Malaysia, Singapura dan Taiwan. Penyakit sendi secara nasional prevalensinya berdasarkan wawancara sebesar 30,3% dan prevalensi  berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan adalah 14% (Riskesdas 2007-2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit sendi adalah umur, jenis kelamin, genetik, obesitas dan penyakit metabolik, cedera sendi, pekerjaan dan olah raga. (Brunner & Suddarth. 2001).

Penyakit gout arthritis merupakan salah satu penyakit degeneratif. Salah satu tanda dari penyakit gout arthritis adalah adanya kenaikan kadar asam urat dalam darah (hiperurisemia). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hiperurisemia adalah jenis kelamin, IMT, asupan karbohidrat dan asupan purin. Asupan purin merupakan faktor risiko paling kuat yang  berhubungan dengan kejadian hiperurisemia. (Setyoningsih, 2009).

Hiperurisemia yang merupakan kondisi predisposisi untuk gout arthritis, sangat berhubungan erat dengan sindrom metabolik seperti : hipertensi, intoleransi glukosa, dislipidemia, obesitas truncal, dan peningkatan resiko penyakit kardiovaskular. Didapatkan bukti bahwa hiperurisemia sendiri mungkin merupakan faktor risiko independen untuk penyakit kardiovaskular. Insiden dan prevalensi gout arthritis di seluruh dunia tampaknya meningkat karena berbagai alasan, termasuk yang iatrogenik. Gout arthritis memengaruhi minimal 1% dari populasi di negara-negara Barat dan merupakan penyakit yang paling umum bersama inflamasi pada pria lebih tua dari 40 tahun (Andrew, 2005). Satu survei epidemiologik yang dilakukan di Bandungan,

(25)

Jawa Tengah atas kerjasama WHO COPCORD terhadap 4.683 sampel berusia antara 15 –  45 tahun didapatkan bahwa prevalensi hiperurisemia sebesar 24,3 % pada laki-laki dan 11,7% pada wanita.(Purwaningsih, 2010).

Gejala dari gout arthritis berupa serangan nyeri sendi yang bersifat akut, biasanya menyerang satu sendi disertai demam, kemudian keluhan membaik dan disusul masa tanpa keluhan yang mungkin berlanjut dengan nyeri sendi kronis. Hampir 85-90% penderita yang mengalami serangan  pertama biasanya mengenai satu persendian dan umumnya pada sendi antara

ruas tulang telapak kaki dengan jari kaki. (Yatim, 2006). B. TUJUAN

a. Tujuan Umum

Untuk mendapatkan data pada keluarga sehingga dapat dirumuskan masalah keperawatan pada keluarga khususnya dengan masalah asam urat.

 b. Tujuan Khusus

1. Mengetahui riwayat dan tahap perkembangan keluarga. 2. Mengetahui karakteristik lingkungan keluarga.

3. Mengetahui struktur keluarga. 4. Mengetahui fungsi keluarga.

5. Mengetahui stress dan koping keluarga. 6. Mengetahui status kesehatan keluarga. 7. Mengetahui harapan keluarga.

8. Melakukan pemeriksaan fisik pada keluarga.

C. METODE PELAKSANAAN

Wawancara, observasi, pemeriksaan fisik.

D. SASARAN DAN TARGET Sasaran : Keluarga.

(26)

E. STRATEGI PELAKSANAAN Hari/tanggal : 24 November 2017 Waktu : Pukul 11.00-Selesai

No. Tahap Kegiatan

1. Pra interaksi (5 menit )

a. Menyampaikan salam.  b. Memperkenalkan diri.

c. Menyampaikan maksud dan tujuan. 2. Interaksi

(30 menit )

a. Wawancara dengan keluarga tentang data yang diperlukan.

 b. Melakukan pemeriksaan fisik pada seluruh anggota keluarga.

c. Melakukan observasi lingkungan.

3. Terminasi (5 menit )

a. Mengakhiri kontrak dan mengucapkan terimakasih.

 b. Kontrak waktu kembali untuk melengkapi data yang kurang.

c. Salam penutup. F. MEDIA DAN ALAT

Alat tulis, instrumen pengkajian, dan alat pemeriksaan fisik.

G. SETTING TEMPAT Keterangan : A : Mahasiswa B : Pasien C : Keluarga pasien H. KRITERIA EVALUASI 1. Evaluasi Struktur

a. Menyiapkan pre planning.

 b. Kontrak waktu dengan keluarga.

B A

(27)

c. Menyiapkan instrument pengkajian, alat tulis dan alat pemeriksaan fisik. 2. Evaluasi Proses

a. Keluarga menyambut kedatangan sesuai kontrak yang disepakati.

 b. Keluarga kooperatif terhadap pertanyaan yang diajukan untuk melengkapi data.

c. Keluarga kooperatif saat dilakukan pemeriksaan fisik.

d. Keluarga mengijinkan ketika lingkungan rumahnya diobservasi. e. Wawancara berjalan dengan lancar.

3. Evaluasi hasil

Didapatkan kurang lebih 75% data tentang data umum, riwayat dan tahap  perkembangan keluarga, lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga,

(28)

PRE PLANNING KUNJUNGAN KEDUA PADA KELUARGA DENGAN ASAM URAT (GOUT ARTHRITIS)

A. LATAR BELAKANG

WHO mendata penderita gangguan sendi di Indonesia mencapai 81% dari populasi, hanya 24% yang pergi ke dokter, sedangkan 71% nya cenderung langsung mengkonsumsi obat-obatan pereda nyeri yang dijual  bebas. Angka ini menempatkan Indonesia sebagai negara yang paling tinggi menderita gangguan sendi jika dibandingkan dengan negara di Asia lainnya seperti Hongkong, Malaysia, Singapura dan Taiwan. Penyakit sendi secara nasional prevalensinya berdasarkan wawancara sebesar 30,3% dan prevalensi  berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan adalah 14% (Riskesdas 2007-2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit sendi adalah umur, jenis kelamin, genetik, obesitas dan penyakit metabolik, cedera sendi, pekerjaan dan olah raga. (Brunner & Suddarth. 2001).

Penyakit gout arthritis merupakan salah satu penyakit degeneratif. Salah satu tanda dari penyakit gout arthritis adalah adanya kenaikan kadar asam urat dalam darah (hiperurisemia). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hiperurisemia adalah jenis kelamin, IMT, asupan karbohidrat dan asupan purin. Asupan purin merupakan faktor risiko paling kuat yang  berhubungan dengan kejadian hiperurisemia. (Setyoningsih, 2009).

Hiperurisemia yang merupakan kondisi predisposisi untuk gout arthritis, sangat berhubungan erat dengan sindrom metabolik seperti : hipertensi, intoleransi glukosa, dislipidemia, obesitas truncal, dan peningkatan resiko penyakit kardiovaskular. Didapatkan bukti bahwa hiperurisemia sendiri mungkin merupakan faktor risiko independen untuk penyakit kardiovaskular. Insiden dan prevalensi gout arthritis di seluruh dunia tampaknya meningkat karena berbagai alasan, termasuk yang iatrogenik. Gout arthritis memengaruhi minimal 1% dari populasi di negara-negara Barat dan merupakan penyakit yang paling umum bersama inflamasi pada pria lebih tua dari 40 tahun (Andrew, 2005). Satu survei epidemiologik yang dilakukan di Bandungan,

(29)

Jawa Tengah atas kerjasama WHO COPCORD terhadap 4.683 sampel berusia antara 15 –  45 tahun didapatkan bahwa prevalensi hiperurisemia sebesar 24,3 % pada laki-laki dan 11,7% pada wanita.(Purwaningsih, 2010).

Gejala dari gout arthritis berupa serangan nyeri sendi yang bersifat akut, biasanya menyerang satu sendi disertai demam, kemudian keluhan membaik dan disusul masa tanpa keluhan yang mungkin berlanjut dengan nyeri sendi kronis. Hampir 85-90% penderita yang mengalami serangan  pertama biasanya mengenai satu persendian dan umumnya pada sendi antara

ruas tulang telapak kaki dengan jari kaki. (Yatim, 2006). B. TUJUAN

a. Tujuan Umum

Setelah dilakukan implementasi diharapkan Tn.A mampu mengetahui masalah tentang kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan diri dalam menangani penyakit asam urat.

 b. Tujuan Khusus

Setelah dilakakuan implementasi diharapkan keluarga khususnya Tn.A mampu :

1. Menjelaskan strategi untuk mengurangi perilaku tidak sehat berupa menyebutkan makanan yang baik dikonsumsi oleh penderita asam urat ataupun yang tidak dianjurkan.

2. Melaporkan penggunaan strategi untuk mengurangi perilaku tidak sehat dari asam urat.

3. Melaporkan penggunaan strategi untuk memaksimalkan kesehatan  penderita asam urat.

4. Melakukan pemeriksaan diri dan pemantauan diri penderita asam urat. 5. Menggunakan layanan kesehatan yang sesuai kebutuhan untuk penderita

asam urat.

C. METODE PELAKSANAAN Penyuluhan, berdiskusi.

(30)

D. SASARAN DAN TARGET Sasaran : Keluarga.

Target : Bapak dengan masalah asam urat.

E. STRATEGI PELAKSANAAN

Hari/tanggal : Selasa, 5 Desember 2017 Waktu : Pukul 09.30-Selesai

No. Tahap Kegiatan

1. Pra interaksi (5 menit)

a. Menyampaikan salam.

 b. Menyampaikan maksud dan tujuan.

2. Interaksi (30 menit)

a. Wawancara dengan keluarga tentang data yang diperlukan.

 b. Melakukan penyuluhan tentang penyakit asam urat.

c. Melakukan tanya jawab dan berdiskusi

3. Terminasi (5 menit)

a. Mengakhiri kontrak dan mengucapkan terimakasih.

 b. Kontrak waktu kembali untuk melengkapi data yang kurang.

c. Salam penutup.

F. MEDIA DAN ALAT

Alat tulis, leaflet, laptop (ppt).

G. SETTING TEMPAT Keterangan : A : Mahasiswa B : Pasien C : Keluarga pasien C B A

(31)

H. KRITERIA EVALUASI 1. Evaluasi Struktur

a. Menyiapkan pre planning.

 b. Kontrak waktu dengan keluarga.

c. Menyiapkan instrument pengkajian, alat tulis. 2. Evaluasi Proses

a. Keluarga menyambut kedatangan sesuai kontrak yang disepakati.

 b. Keluarga kooperatif terhadap pertanyaan yang diajukan untuk melengkapi data.

c. Wawancara berjalan dengan lancar. 3. Evaluasi hasil

Didapatkan 80% dari 100% data tentang kesiapan meningkatkan manajemen ksehatan diri pada keluarga Tn.A khususnya Tn.A sendiri. a. Keluarga dapat menyebutkan kembali pengertian asam urat , penyebab

asam urat, tanda dan gejala asam urat akibat asam urat yang tidak teratasi, pencegahan asam urat, pengobatan asam urat.

 b. Keluarga mengatakan setuju untuk mengatasi masalah asam urat.

c. Hasil observasi diketahui adanya perubahan perilaku dalam mengatasi asam urat.

(32)

PRE PLANNING KUNJUNGAN KETIGA PADA KELUARGA DENGAN ASAM URAT (GOUT ARTHRITIS)

A. LATAR BELAKANG

WHO mendata penderita gangguan sendi di Indonesia mencapai 81% dari populasi, hanya 24% yang pergi ke dokter, sedangkan 71% nya cenderung langsung mengkonsumsi obat-obatan pereda nyeri yang dijual  bebas. Angka ini menempatkan Indonesia sebagai negara yang paling tinggi menderita gangguan sendi jika dibandingkan dengan negara di Asia lainnya seperti Hongkong, Malaysia, Singapura dan Taiwan. Penyakit sendi secara nasional prevalensinya berdasarkan wawancara sebesar 30,3% dan prevalensi berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan adalah 14% (Riskesdas 2007-2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit sendi adalah umur, jenis kelamin, genetik, obesitas dan penyakit metabolik, cedera sendi, pekerjaan dan olah raga. (Brunner & Suddarth. 2001).

Penyakit gout arthritis merupakan salah satu penyakit degeneratif. Salah satu tanda dari penyakit gout arthritis adalah adanya kenaikan kadar asam urat dalam darah (hiperurisemia). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hiperurisemia adalah jenis kelamin, IMT, asupan karbohidrat dan asupan purin. Asupan purin merupakan faktor risiko  paling kuat yang berhubungan dengan kejadian hiperurisemia.

(Setyoningsih, 2009).

Hiperurisemia yang merupakan kondisi predisposisi untuk gout arthritis, sangat berhubungan erat dengan sindrom metabolik seperti : hipertensi, intoleransi glukosa, dislipidemia, obesitas truncal, dan  peningkatan resiko penyakit kardiovaskular. Didapatkan bukti bahwa hiperurisemia sendiri mungkin merupakan faktor risiko independen untuk  penyakit kardiovaskular. Insiden dan prevalensi gout arthritis di seluruh dunia tampaknya meningkat karena berbagai alasan, termasuk yang iatrogenik. Gout arthritis memengaruhi minimal 1% dari populasi di negara-negara Barat dan merupakan penyakit yang paling umum bersama inflamasi pada pria lebih tua dari 40 tahun (Andrew, 2005). Satu survei epidemiologik yang dilakukan di Bandungan, Jawa Tengah atas kerjasama

(33)

WHO COPCORD terhadap 4.683 sampel berusia antara 15  –   45 tahun didapatkan bahwa prevalensi hiperurisemia sebesar 24,3 % pada laki-laki dan 11,7% pada wanita.(Purwaningsih, 2010).

Gejala dari gout arthritis berupa serangan nyeri sendi yang bersifat akut, biasanya menyerang satu sendi disertai demam, kemudian keluhan membaik dan disusul masa tanpa keluhan yang mungkin berlanjut dengan nyeri sendi kronis. Hampir 85-90% penderita yang mengalami serangan  pertama biasanya mengenai satu persendian dan umumnya pada sendi

antara ruas tulang telapak kaki dengan jari kaki. ( Yatim, 2006).

B. TUJUAN

a. Tujuan Umum

Setelah dilakukan implementasi diharapkan Tn.A mampu mengetahui masalah tentang kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan diri dalam menangani penyakit asam urat.

 b. Tujuan Khusus

Setelah dilakakuan implementasi diharapkan keluarga khususnya Tn.A mampu :

a. Memutuskan masalah yang berhubungan dengan asam urat.  b. Merawat anggota keluarga yang menderita asam urat.

c. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk mengatasi asam urat.

d. Menggunakan fasilitas kesehatan untuk mengatasi masalah asam urat.

C. METODE PELAKSANAAN Berdiskusi.

D. SASARAN DAN TARGET Sasaran : Keluarga.

Target : Bapak dengan masalah asam urat.

E. STRATEGI PELAKSANAAN

(34)

Waktu : Pukul 16.00-Selesai

No. Tahap Kegiatan

1. Pra interaksi (5 menit)

a. Menyampaikan salam.

 b. Menyampaikan maksud dan tujuan.

2. Interaksi (30 menit)

a. Berdiskusi.  b. Wawancara.

c. Mendemonstrasikan ROM pada keluarga khususnya Tn. A.

3. Terminasi (5 menit)

a. Mengakhiri kontrak dan mengucapkan terimakasih.

 b. Salam penutup.

F. MEDIA DAN ALAT Alat tulis, leaflet, laptop.

G. SETTING TEMPAT Keterangan : A : Mahasiswa B : Pasien C : Keluarga pasien H. KRITERIA EVALUASI 1. Evaluasi Struktur

a. Menyiapkan pre planning.

 b. Kontrak waktu dengan keluarga.

c. Menyiapkan alat tulis dan persiapan alat yang akan digunakan. 2. Evaluasi Proses

a. Keluarga menyambut kedatangan sesuai kontrak yang disepakati.  b. Keluarga kooperatif terhadap pertanyaan yang diberikan.

C

(35)

c.

c. Keluarga aktif bertanya terhadap hal yang masih lupa atau belumKeluarga aktif bertanya terhadap hal yang masih lupa atau belum diketahui.

diketahui. d.

d. Tanya jawab berlangsung dengan lancar.Tanya jawab berlangsung dengan lancar. e.

e. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi sesuai tMahasiswa dapat melakukan evaluasi sesuai tujuan yang akan dicapaiujuan yang akan dicapai 3.

3. Evaluasi hasilEvaluasi hasil a.

a. Hasil observasi diketahui adanya perubahan perilaku dalam mengatasiHasil observasi diketahui adanya perubahan perilaku dalam mengatasi asam urat.

asam urat.  b.

 b. Hasil dalam memodifikasi lingkungan yaitu dengan keluarga menyediakanHasil dalam memodifikasi lingkungan yaitu dengan keluarga menyediakan  pegangan

 pegangan atau atau kursi kursi kayu kayu jika jika Tn. Tn. A A sedang sedang kambuh kambuh dan dan kakinyakakinya mengalami pembengkakan.

mengalami pembengkakan. c.

c. Tanya jawab dengan keluarga menyatakan akan mengunakan fasilitasTanya jawab dengan keluarga menyatakan akan mengunakan fasilitas kesehatan yaitu puskesmas terdekat atau di apotik jika menyediakan kesehatan yaitu puskesmas terdekat atau di apotik jika menyediakan  pengecekan asam urat secara rutin.

(36)

PRE PLANNING KUNJUNGAN KEEMPAT PADA

PRE PLANNING KUNJUNGAN KEEMPAT PADA KELUARGAKELUARGA DENGAN ASAM URAT

DENGAN ASAM URAT (GOUT ARTHRITIS)(GOUT ARTHRITIS) A.

A. LATAR BELAKANGLATAR BELAKANG

WHO mendata penderita gangguan sendi di Indonesia mencapai 81% WHO mendata penderita gangguan sendi di Indonesia mencapai 81% dari populasi, hanya 24% yang pergi ke dokter, sedangkan 71% nya dari populasi, hanya 24% yang pergi ke dokter, sedangkan 71% nya cenderung langsung mengkonsumsi obat-obatan pereda nyeri yang dijual cenderung langsung mengkonsumsi obat-obatan pereda nyeri yang dijual  bebas.

 bebas. Angka Angka ini ini menempatkan menempatkan Indonesia Indonesia sebagai sebagai negara negara yang yang palingpaling tinggi menderita gangguan sendi jika dibandingkan dengan negara di Asia tinggi menderita gangguan sendi jika dibandingkan dengan negara di Asia lainnya seperti Hongkong, Malaysia, Singapura dan Taiwan. Penyakit lainnya seperti Hongkong, Malaysia, Singapura dan Taiwan. Penyakit sendi secara nasional prevalensinya berdasarkan wawancara sebesar sendi secara nasional prevalensinya berdasarkan wawancara sebesar 30,3% dan prevalensi berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan adalah 14% 30,3% dan prevalensi berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan adalah 14% (Riskesdas 2007-2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit sendi (Riskesdas 2007-2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit sendi adalah umur, jenis kelamin, genetik, obesitas dan penyakit metabolik, adalah umur, jenis kelamin, genetik, obesitas dan penyakit metabolik, cedera sendi, pekerjaan dan olah raga. (

cedera sendi, pekerjaan dan olah raga. (Brunner & Suddarth. 2001).Brunner & Suddarth. 2001).

Penyakit gout arthritis merupakan salah satu penyakit degeneratif. Penyakit gout arthritis merupakan salah satu penyakit degeneratif. Salah satu tanda dari penyakit gout arthritis adalah adanya kenaikan kadar Salah satu tanda dari penyakit gout arthritis adalah adanya kenaikan kadar asam urat dalam darah (hiperurisemia). Faktor-faktor yang berhubungan asam urat dalam darah (hiperurisemia). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hiperurisemia adalah jenis kelamin, IMT, asupan dengan kejadian hiperurisemia adalah jenis kelamin, IMT, asupan karbohidrat dan asupan purin. Asupan purin merupakan faktor risiko karbohidrat dan asupan purin. Asupan purin merupakan faktor risiko  paling

 paling kuat kuat yang yang berhubungan berhubungan dengan dengan kejadian kejadian hiperurisemia.hiperurisemia. (Setyoningsih, 2009).

(Setyoningsih, 2009).

Hiperurisemia yang merupakan kondisi predisposisi untuk gout Hiperurisemia yang merupakan kondisi predisposisi untuk gout arthritis, sangat berhubungan erat dengan sindrom metabolik seperti : arthritis, sangat berhubungan erat dengan sindrom metabolik seperti : hipertensi, intoleransi glukosa, dislipidemia, obesitas truncal, dan hipertensi, intoleransi glukosa, dislipidemia, obesitas truncal, dan  peningkatan

 peningkatan resiko resiko penyakit penyakit kardiovaskular. kardiovaskular. Didapatkan Didapatkan bukti bukti bahwabahwa hiperurisemia sendiri mungkin merupakan faktor risiko independen untuk hiperurisemia sendiri mungkin merupakan faktor risiko independen untuk  penyakit

 penyakit kardiovaskular. kardiovaskular. Insiden Insiden dan dan prevalensi prevalensi gout gout arthritis arthritis di di seluruhseluruh dunia tampaknya meningkat karena berbagai alasan, termasuk yang dunia tampaknya meningkat karena berbagai alasan, termasuk yang iatrogenik. Gout arthritis memengaruhi minimal 1% dari populasi di iatrogenik. Gout arthritis memengaruhi minimal 1% dari populasi di negara-negara Barat dan merupakan penyakit yang paling umum bersama negara-negara Barat dan merupakan penyakit yang paling umum bersama inflamasi pada pria lebih tua dari 40 tahun (Andrew, 2005). Satu survei inflamasi pada pria lebih tua dari 40 tahun (Andrew, 2005). Satu survei epidemiologik yang dilakukan di Bandungan, Jawa Tengah atas kerjasama epidemiologik yang dilakukan di Bandungan, Jawa Tengah atas kerjasama

(37)

WHO COPCORD terhadap 4.683 sampel berusia antara 15

WHO COPCORD terhadap 4.683 sampel berusia antara 15  –  –   45 tahun  45 tahun didapatkan bahwa prevalensi hiperurisemia sebesar 24,3 % pada laki-laki didapatkan bahwa prevalensi hiperurisemia sebesar 24,3 % pada laki-laki dan 11,7% pada wanita.(Purwaningsih, 2010).

dan 11,7% pada wanita.(Purwaningsih, 2010).

Gejala dari gout arthritis berupa serangan nyeri sendi yang bersifat Gejala dari gout arthritis berupa serangan nyeri sendi yang bersifat akut, biasanya menyerang satu sendi disertai demam, kemudian keluhan akut, biasanya menyerang satu sendi disertai demam, kemudian keluhan membaik dan disusul masa tanpa keluhan yang mungkin berlanjut dengan membaik dan disusul masa tanpa keluhan yang mungkin berlanjut dengan nyeri sendi kronis. Hampir 85-90% penderita yang mengalami serangan nyeri sendi kronis. Hampir 85-90% penderita yang mengalami serangan  pertama

 pertama biasanya biasanya mengenai mengenai satu satu persendian persendian dan dan umumnya umumnya pada pada sendisendi antara ruas tulang telapak kaki dengan jari kaki. (

antara ruas tulang telapak kaki dengan jari kaki. ( Yatim, 2006).Yatim, 2006).

B.

B. TUJUANTUJUAN a.

a. Tujuan UmumTujuan Umum

Setelah dilakukan implementasi diharapkan Tn.A dan keluarga mampu Setelah dilakukan implementasi diharapkan Tn.A dan keluarga mampu mengetahui masalah tentang kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan mengetahui masalah tentang kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan diri dengan keluarga yang menderita penyakit asam urat.

diri dengan keluarga yang menderita penyakit asam urat.  b.

 b. Tujuan KhususTujuan Khusus

Setelah dilakakuan implementasi diharapkan keluarga khususnya Tn.A Setelah dilakakuan implementasi diharapkan keluarga khususnya Tn.A mampu :

mampu : 1.

1. Memahami dan mengetahui secara detail tentang penyakit asam uratMemahami dan mengetahui secara detail tentang penyakit asam urat .. 2.

2. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang menderita asam urat.Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang menderita asam urat. 3.

3. Keluarga mengingat mengenai materi yang pernah disampaikan.Keluarga mengingat mengenai materi yang pernah disampaikan. C.

C. METODE PELAKSANAANMETODE PELAKSANAAN Berdiskusi, tanya jawab.

Berdiskusi, tanya jawab.

D.

D. SASARAN DAN TARGETSASARAN DAN TARGET Sasaran

Sasaran : : Keluarga.Keluarga. Target

Target : : Bapak Bapak dengan dengan masalah masalah asam asam urat.urat.

E.

E. STRATEGI PELAKSANAANSTRATEGI PELAKSANAAN

Hari/tanggal : Rabu, 13 Desember 2017 Hari/tanggal : Rabu, 13 Desember 2017 Waktu

(38)

No. Tahap Kegiatan 1. Pra interaksi

(5 menit)

a. Menyampaikan salam.

 b. Menyampaikan maksud dan tujuan.

2. Interaksi (30 menit)

a. Berdiskusi.  b. Tanya Jawab.

c. Mereview pengetahuan keluarga

mengenai asam urat dan materi yang pernah disampaikan.

3. Terminasi (5 menit)

a. Mengakhiri kontrak dan mengucapkan terimakasih.

 b. Salam penutup.

F. MEDIA DAN ALAT Alat tulis, leaflet, laptop.

G. SETTING TEMPAT Keterangan : A : Mahasiswa B : Pasien C : Keluarga pasien H. KRITERIA EVALUASI 4. Evaluasi Struktur

a. Menyiapkan pre planning.

 b. Kontrak waktu dengan keluarga.

c. Menyiapkan alat tulis dan persiapan alat yang akan digunakan. 5. Evaluasi Proses

a. Keluarga menyambut kedatangan sesuai kontrak yang disepakati.  b. Keluarga kooperatif terhadap pertanyaan yang diberikan.

c. Keluarga berperan aktif dalam proses diskusi tanya jawab. C

(39)

d. Tanya jawab berlangsung dengan lancar.

e. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi sesuai tujuan yang akan dicapai. 6. Evaluasi hasil

a. Hasil observasi diketahui adanya perubahan pemahaman mengenai keluarga klien dalam mengenal masalah asam urat. Keluarga mampu menyebutkan kembali pengertian asam urat, penyebab asam urat, tanda dan gejala asam urat, akibat asam urat yang tidak teratasi, pencegahan asam urat dan pengobatan asam urat.

 b. Hasil observasi diketahui adanya perubahan perilaku dalam mengatasi asam urat.

c. Hasil dalam memodifikasi lingkungan yaitu dengan keluarga menyediakan  pegangan atau kursi kayu jika Tn. A sedang kambuh dan kakinya

mengalami pembengkakan.

d. Tanya jawab dengan keluarga menyatakan akan mengunakan fasilitas kesehatan yaitu puskesmas terdekat atau di apotik jika menyediakan  pengecekan asam urat secara rutin.

(40)

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN 1.2 Gambaran Kasus

Keluarga Tn. A merupakan tipe keluarga nuclear family  dimana dalam satu rumah Tn. A terdiri dari Tn. A (66 tahun) sebagai kepala keluarga, Ny. M (54 tahun) sebagai istri, Tn. MU (33 tahun), Tn. MI (22 tahun), Nn. U (20 tahun) sebagai anak. Tn. A merupakan kelolaan utama mahasiswa untuk dilakukan asuhan keperawatan keluarga dengan asam urat. Masalah yang terjadi pada keluarga Tn. A adalah asam urat.

Pengkajian yang dilakukan dengan keluarga Tn. A, didapatkan data  bahwa saat ini Tn. A yang bekerja yaitu sebagai Wiraswasta. Tn. A dan keluarganya tinggal di dusun Gapuk RT/RW 01/09, desa bulu, kecamatan semen, kabupaten Kediri. Tn. A mengeluhkan nyeri pada sendi jari kaki,  pergelangan kaki, lutut. Klien mengatakan menderita asam urat sudah satu tahun dan sering kambuh apalagi ketika cuaca dingin. Keluarga mengatakan klien senangnya makan makanan yang berlemak dan mengandung kolesterol seperti jeroan. Dari hasil pemeriksaan didapatkan TTV TD: 170/100 mmHg, RR: 24 x/menit, suhu 38 C, kadar asam urat 8 mg/dl, jempol kaki, persendian  jari, sendi lutut dan kaki terlihat inflamasi (kemerahan, bengkak dan teraba

hangat).

 Ny. M mengatakan bahwa akhir-akhir ini Tn. A tidak nafsu makan, dan apaabila cuaca sedang dingin biasanya Tn. A mengeluhkan kakinya sangat sakit dan tidak bisa berjalan sendiri, biasanya berjalan dibantu dengan anak-anaknya.

(41)

1.3 Pengkajian

Fasilitas Yankes Dokter Umum (Klinik Salsabilla)

 No. Registrasi 1003-1786

 Nama perawat yang mengkaji

 Ns. Shinta Tanggal Pengkajian 24 November 2017

1.2.1 DATA KELUARGA

 Nama Kepala Keluarga Ahmad Saidi Bahasa Sehari-hari Jawa Alamat Rumah & Telp dusun Gapuk RT/RW

01/09, desa bulu, kecamatan semen, kabupaten Kediri 085749197320

Jarak Yankes terdekat 2 km

(42)

DATA ANGGOTA KELUARGA

 No Nama Hub

dgn KK

Umur JK Suku Pendidikan terakhir Pekerjaan Saat ini Status Gizi (TB, BB, BMI) TTV (TD, N, S, RR) Status Imunisasi Dasar Alat Bantu / Protesa 1. Ahmad Saidi

Suami 60 tahun Laki-laki Jawa SMP Wiraswasta BB 63kg, TB 175cm 170/100 mmHg, 78/menit, RR 24/menit, 380C

Terpenuhi Tidak Ada

2. Mudawam ah

Istri 54 tahun Peremp uan Jawa SMP Wiraswasta BB 42 kg, TB 160 cm 90/70mm Hg, 80/menit, RR 23/menit, 36,50C

Terpenuhi Tidak Ada

3. Muamar Sururi

Anak 33 tahun Laki-laki

Jawa SMA Wiraswasta Belum Dikaji

Belum Dikaji

Terpenuhi Tidak Ada

4. M. Imam Ansori

Anak 22 tshun Laki-laki

Jawa Mahasiswa Pelajar Belum Dikaji Belum Dikaji Terpenuhi Tidak Ada 5. Umi Saidati Fatimah

Anak 20 tahun Peremp uan

Jawa Mahasiswi Pelajar BB 40 kg, TB 155 90/60mm Hg, 75/menit, RR 21/menit, 360C

Terpenuhi Tida Ada

LANJUTAN

 No Nama Penampilan

Umum Status Kesehatan Saat ini Riwayat Penyakit / Alergi Analisis Masalah Kesehatan INDIVIDU

1. Tn. A Pincang Sedang sakit Asam Urat,

alergi sinar matahari

Tidak ada

2. Ny. M Sempurna Sedang Sakit TBC Tidak ada

3. Tn. MU Sempurna Sehat Tidak ada Tidak ada

4. Tn. MI Sempurna Sehat Tidak ada Tidak ada

(43)

GENOGRAM KETERANGAN : : Perempuan : Laki-laki : Klien : Garis keturunan : Pernikahan

: Tinggal satu rumah : Meninggal

Keluarga Tn. S merupakan tipe keluarga nuclear family  dimana dalam satu rumah Tn. A terdiri dari Tn. A (60 tahun) sebagai kepala keluarga, Ny. M (54 tahun) sebagai istri, Tn. MU (33 tahun) sebagai anak. Tn. MI (22 tahun) sebagai anak dan Nn. U (20 tahun) sebagai anak. Tn. MU adalah anak Tn. A dan Ny. M yang sudah menikah namun masih tetap tinggal dalam satu rumah bersama dengan orang tua dan kedua adiknya. Tn. MI dan Nn. U merupakan anak dari Tn. A dan Ny. M yang saat ini masih berstatus mahasiswa. Kedua orang tua Ny. M sudah meninggal. Ibu dari Ny. M memiliki riwayat tbc namun tidak meninggal

Tn. T  Ny. P Tn. J  Ny. R Tn. A Tn. MU  Ny. M Tn. MI Nn. U

(44)

karena penyakit tbc, melaikan karena faktor umur yang sudah tua. Begitu pula dengan ayah Ny. M dan ibu dari Tn. A.

1.2.2 DATA PENGKAJIAN KESEHATAN KELUARGA

 Nama Individu yang sakit : Ahmad Saidi Diagnosa medik : Asam Urat, Alergi Sinar UV Sumber dana kesehatan : Tabungan Rujukan dokter / rumah sakit :

-a. Keadaan Umum

Lemah, lesu, lemas, mata sayu, suhu tubuh meningkat.  b. Sirkulasi / Cairan

 Normal, intake output cairan terpenuhi klien banyak minum. c. Sistem Perkemihan

 Normal, tidak ada gangguan eliminasi urine. d. Sistem Pernapasan

 Normal, tidak ada pernafasan cuping hidung klien. e. Sistem Pencernaan

 Normal, BAB 1 hari sekali. f. Sistem Muskuloskeletal

Kaki terasa nyeri, semapt bengkak, kadang mengalami gangguan dalam berjalan.

g. Sistem Neurosensori Kesadaran Normal. h. Kulit

Bekas Alergi mengering. i. Tidur dan Istirahat

Istirahat dan tidur terpenuhi, namun klien mengatakan tidak bisa tidur saat ramai dan biasanya klien tidur di pagi maupun siang hari.

 j. Mental

Kondisi mental klien baik. k. Komunikasi dan Budaya

Klien mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa jawa.. l. Kebersihan Diri

(45)

Klien mampu menjaga kebersihan diri karena sudah dewasa. m. Perawatan Diri Sehari-hari

Kadang apabila sakit kambuh masih dibantu berjalan dengan anaknya, apalagi saat cuaca dingin.

Keterangan Tambahan terkait Individu ...

1.2.3 DATA PENUNJANG KELUARGA

Rumah dan Sanitasi Lingkungan Kondisi Rumah :

Bangunan permanen memiliki 8 ruangan, yaitu empat kamar tidur, satu ruang tamu, dua kamar mandi, satu dapur. Keluarga tidak memiliki ruang makan sendiri. Kamar mandi keluarga model toilet jongkok. Memiliki teras. Lantai rumah terbuat dari keramik. Kondisi rumah sedikit berantakan dan kurang terawat.

Ventilasi :

Cukup / Kurang* Ventilasi udara dan sinar matahari masuk melalui pintu dan dan jendela depan.

Pencahayaan rumah :

Baik / Tidak * Sumber cahaya masuk melalui pintu dan  jendela depan. Fasilitas lampu terpenuhi.

Saluran Buang Limbah :

Baik /Cukup/Kurang* Saluran limbah tertutup Sumber Air Bersih :

Sehat / Tidak Sehat * Sumber air yang digunakan adalah sumber air PAM

Jamban Memenuhi Syarat :

Ya / Tidak * Keluarga menggunakan toilet jongkok Tempat Sampah :

Ya / Tidak * tempat sampah berada di depan rumah Rasio Luas Bangunan Rumah dengan Jumlah Anggota

PHBS Di Rumah Tangga

Jika ada Bunifas, Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan :

Ya / Tidak *

Tiada ada Bunifas

Jika ada bayi, Memberi ASI eksklusif : Ya / Tidak *

Tidak ada bayi.

Jika ada balita, Menimbang balita tiap bulan : Ya / Tidak *

Tida ada balita.

Menggunakan air bersih untuk makan & minum : Ya / Tidak*

Semua keluarga memperhatikan kesehatan Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun : Ya / Tidak*

Biasanya dilakukan sebelum dan sesudah makan Melakukan pembuangan sampah pada tempatnya : Ya / Tidak*

Untuk menjaga lingkungan agar tetap bersih Menjaga lingkungan rumah tampak bersih : Ya / Tidak *

Kondisi rumah sedikit berantakan dan kurang terawat.

(46)

Keluarga 8m2/orang :

Ya / Tidak* Rasio luas bangunan rumah tergolong luas 8m2/orang

Mengkonsumsi laup dan pauk setiap hari : Ya / Tidak*

Keluarga menkonsumsi lauk pauk setiap hari. Menggunakan jamban sehat :

Ya / Tidak*

Menjaga kesehatan keluarga

Memberantas jentik di rumah sekali seminggu : Ya / Tidak *

Keluarga mengatakan bahwa terkadang

memberantas jentik dirumah 1 kalli dalam satu  bulan.

Makan buah dan sayur setiap hari : Ya / Tidak*  Nutrisi keluarga terpenuhi

Melakukan aktivitas fisik setiap hari : Ya / Tidak* Setiap anggota keluarga melakukan aktivitas fisik masing-masing

Tidak merokok di dalam rumah : Ya / Tidak * Tida ada anggota keluarga yang merokok.

1.2.4 KEMAMPUAN KELUARGA MELAKUKAN TUGAS

PEMELIHARAAN KESEHATAN ANGGOTA KELUARGA 1) Adakah perhatian keluarga kepada anggotanya yang menderita sakit : Ya / Tidak

2) Apakah keluarga mengetahui masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya : Ya / Tidak 3) Apakah keluarga mengetahui penyebab masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya : Ya /

Tidak

4) Apakah keluarga mengetahui tanda dan gejala masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya : Ya / Tidak

5) Apakah keluarga mengetahui akibat masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya bila tidak diobati / dirawat : Ya / Tidak

6) Pada siapa keluarga biasa menggali informasi tentang masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya : Keluarga / Tetangga / Kader / Tenaga kesehatan, yaitu Klinik Salsabilla, dr. Nunik, SpKk

(47)

karena akan sembuh sendiri biasanya / Perlu berobat ke fasilitas yankes / Tidak terpikir

8) Apakah keluarga melakukan upaya peningkatan kesehatan yang dialami anggota keluarganya secara aktif : Ya / Tidak, jelaskan karena keluarga menjaga asupan nutrisi yang dikonsumsi

9) Apakah keluarga mengetahui kebutuhan pengobatan masalah kesehatan yang dialaminya yang dialami anggota keluarganya : Ya / Tidak, jelaskan apabila merasa sakit segera diperiksakan

10) Apakah keluarga dapat melakukan cara merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan yang dialaminya : Ya / Tidak, jelaskan karena keluarga tidak memperbolehkann klien memakan makanan yang dapat memperparah kondisi penyakitnya.

11) Apakah keluarga dapat melakukan pencegahan masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya : Ya / Tidak, jelaskan dengan keluarga mengontrol asupan makanan yang masuk agar tidak memperparah kondisi  penyakit.

12) Apakah keluarga mampu memelihara atau memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan : Ya / Tidak , jelaskan apabila kesulitan berjalan klien masih dibantu oleh anggota keluarga.

13) Apakah keluarga mampu menggali dan memanfaatkan sumber di masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya : Ya / Tidak, jelaskan sudah diperiksakan ke yankes.

1.2.5 HASIL PEMBINAAN BERDASARKAN TINGKAT KEMANDIRIAN KELUARGA

Kunjungan Pertama (K-1) : Keluarga sudah masuk

kemandirian 2. Keluarga tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya dengan benar.

Perawat : Ns. Shinta

Kunjungan Keempat (K-4) : Belum dilakukan. Perawat :

Kunjungan Kedua (K-2) : Keluarga sudah masuk kemandirian 2. Keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan sesuai dengan anjuran.

Perawat : Ns. Shinta

Kunjungan Kelima (K-5) : Belum dilakukan. Perawat :

Kunjungan Ketiga (K-3) : Keluarga sudah masuk kemandirian 2. Keluarga melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai anjuran.

Perawat :

Kunjungan Keenam (K-6) : Belum dilakukan. Perawat :

1. Tipe Keluarga

Keluarga Tn. A merupakan tipe keluarga nuclear family dimana dalam satu rumah Tn. A terdiri dari Tn. A (60 tahun) sebagai kepala

(48)

keluarga, Ny. M (54 tahun) sebagai istri, Tn. MU (33 tahun) sebagai anak, Tn. MI (22 tahun), Nn. U (20 tahun).

2. Latar Belakang Budaya

Keluarga Tn. A mempunyai latar belakang budaya Jawa. Ny. M juga mengatakan tidak ada mitos atau pantangan tertentu yang harus dipegang dan dapat mempengaruhi pemeliharaan kesehatan dalam keluarga. Apabila ada anggota keluarga yang sakit maka akan membeli obat yang banyak di jual di warung atau ke puskesmas. Aktivitas yang dilakukan sehari-hari sama seperti masyarakat di sekitarnya, yaitu makan, tidur, bekerja, berbincang-bincang dengan keluarga, berbincang-bincang dengan tetangga, dan sebagainya. Bahasa sehari-hari yang digunakan adalah bahasa Jawa. Tidak ada kebiasaan makan yang mengarah ke kebiasaan budaya. Biasanya makan 2-3 kali sehari dan tidak ada menu tertentu yang sesuai dengan  budaya keluarga.

3. Agama

Keluarga Tn. A menganut agama Islam, dan mengatakan selama ini menjalankan sholat, puasa, dan ibadah lainnya. Ny. M mengatakan kadang mengikuti pengajian yang dilaksaakan di sekitar tempat tinggalnya. Keluarga sangat meyakini dengan banyak- banyak berdo’a dan berusaha, maka Allah pasti mengabulkan keinginan hambaNya termasuk dalam hal kesehatan keluarganya dan juga setiap masalah yang terjadi pada keluarga.

4. Status Sosial Ekonomi

Tn. A saat ini bekerja sebagai wiraswasta. Tn. A bekerja dari pagi hari hingga sore hari. Sedangkan Ny. M saat ini juga masih tetap bekerja sebagai wiraswasta membantu Tn. A. Penghasilan yang diperoleh keluarga selama sebulan tidak menentu, namun Ny. M tidak menyebutkan nominal penghasilan perbulan keluarga. Ny. M hanya mengatakan cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Ny. M mengatakan  bahwa keluarga mereka bisa menyisihkan sedikit uang untuk

Referensi

Dokumen terkait

Walaupun secara uji statistik cairan terhadap asam urat tidak bermakna, ditemukan 2 orang subyek dengan konsumsi purin dalam jumlah yang sama, IMT hampir sama

Pada pasien ini terdapat 6 kriteria dari 12 kriteria klinis untuk penegakan diagnosis gout, yaitu lebih dari satu kali serangan, inflamasi maksimal dalam 1

 Stadium ini merupakan kelanjutan stadium gout akut, dimana secara klinik tidak muncul tanda-tanda radang akut, meskipun pada aspirasi cairan sendi masih ditemukan kristal urat,

Istilah gout menggambarkan suatu spektrum penyakit termasuk hiperurisemia$ serangan akut pada sendi beberapa kali yang berkaitan dengan adanya monosodium urat

Sebuah serangan gout terjadi ketika asam urat yang tidak dikeluarkan dari tubuh bentuk kristal dalam cairan yang melumasi lapisan sendi, menyebabkan inflamasi dan pembengkakan

Pada pasien ini terdapat 6 kriteria dari 12 kriteria klinis untuk penegakan diagnosis gout, yaitu lebih dari satu kali serangan, inflamasi maksimal dalam 1

Walaupun secara uji statistik cairan terhadap asam urat tidak bermakna, ditemukan 2 orang subyek dengan konsumsi purin dalam jumlah yang sama, IMT hampir sama sedangkan asupan

Sedangkan pada klien 2 penulis mengambil diagnosa keperawatan nyeri akut dan defisit pengetahuan karena klien mengeluh nyeri pada sendi kaki dan tangan sejak 1 bulan yang lalu dengan