• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN KALSIUM PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN YUWANA LOBSTER AIR TAWAR RED CLAW (Cherax quadricarinatus)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERAN KALSIUM PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN YUWANA LOBSTER AIR TAWAR RED CLAW (Cherax quadricarinatus)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Penelitian yang memiliki tujuan untuk mengetahui kadar kalsium yang tepat dalam formulasi pakan yang dapat memberikan pertambahan bobot badan tertinggi yuwana lobster air tawar red claw (Cherax quadricarinatus) ini dilakukan di Laboratorium Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadajaran, pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2007. Penelitian ini menggunakan yuwana lobster air tawar red claw dengan bobot rata-rata 0,42 g/ekor. Pemeliharaan yuwana dilakukan dalam akuarium, dengan jumlah 15 satuan percobaan. Penelitian ini dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan lima perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan yang diberikan adalah kadar kalsium yang berbeda dalam pakan, yakni 1,71%; 2,71%; 3,71%; 4,71%; dan 5,71%; sementara parameter yang diamati adalah pertambahan bobot badan (PBB). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan kadar kalsium dalam pakan pada penelitian ini tidak berpengaruh terhadap laju pertumbuhan yuwana lobster air tawar red claw, hal ini menunjukkan bahwa rentang kadar kalsium sebesar 1,71%–5,71% dapat menyokong pertumbuhan yuwana lobster air tawar red claw.

KATA KUNCI: kadar kalsium, yuwana, red claw PENDAHULUAN

Spesies lobster air tawar yang telah dibudidayakan dan diteliti adalah red claw crayfish (Cherax quadricarinatus), yabby (Cherax destructor), marron (Cherax tenuimanus) (Austin, 1996), red swamp crawfish (Procambarus clarkii) (Malone et al., 1994; Del Rio et al., 1999), noble crayfish (Astacus astacus), turkish crayfish (Astacus leptodactylus), signal crayfish (Pacifastacus leniusculus) (Fotedar 1998) dan Austropotamobius pallipes (Greenaway, 1973). Dari berbagai spesies tersebut yang paling banyak dibudidayakan di Indonesia adalah lobster air tawar red claw (C. quadricarinatus) (Badan Riset Perikanan dan Kelautan, 2005), merupakan jenis lobster air tawar daerah tropis yang habitat asalnya berada di sungai daerah utara Australia (Mather et al., 1994).

Lobster air tawar red claw mempunyai karakteristik biologis yang menguntungkan dalam kegiatan akuakulktur seperti mudah bereproduksi, toleransi yang baik terhadap kepadatan, laju pertumbuhan yang relatif cepat, bersifat omnivora, daya adaptasi tinggi, rendah biaya pakan, hasil daging tinggi, dan ketersediaan pasar domestik maupun luar negeri (Fotedar, 1998; Mather et al., 1994). Karena alasan tersebut lobster air tawar red claw banyak dipilih pembudidaya untuk memenuhi permintaan pasar.

Dalam usaha untuk mengoptimalkan kegiatan budidaya perikanan, informasi mengenai kadar nutrisi dalam pakan yang tepat harus diketahui. Salah satu nutrisi yang harus tersedia dalam pakan adalah mineral, tetapi sumber kajian akan jumlah kadar mineral yang diperlukan dalam pakan sangat jarang, padahal produsen pakan selalu memasukan suplemen mineral dalam pakan buatannya (Sukadi, 1999). Walaupun sebagai mikronutrien mineral selalu ada dalam komponen pakan untuk pertumbuhan optimal ikan budidaya.

Salah satu mineral terpenting dalam proses pertumbuhan ikan (finfish) adalah kalsium (Ca). Kekurangan kalsium pada ikan dapat menyebabkan berkurangnya laju pertumbuhan (Tacon, 1986). Pada udang dan lobster air tawar sebagai hewan krustase kalsium mempunyai fungsi tambahan yang sangat berperan dalam pertumbuhan yaitu sebagai bahan utama dalam proses pengerasan

PERAN KALSIUM PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN YUWANA LOBSTER AIR TAWAR

RED CLAW (

Cherax quadricarinatus

)

Rita Rostika*), Irsyaphiani Insan**), dan Aji Subakti***)

*) Staf Program Studi Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung Sumedang Km. 21, Jatinangor 45363

Telepon: (022) 7797763 **) Pusat Riset Perikanan Budidaya

(2)

eksoskeleton setelah moulting. Moulting merupakan peristiwa kritis dan penting dalam hidup lobster air tawar, proses moulting yang lancar diperlukan untuk pertumbuhan optimalnya (Fieber & Lutz, 1982 dalam Sukadi, 1999).

Kalsium diserap melalui proses pencernaan dan serapan langsung melalui insang serta epider-mis. Kadar kalsium total yang diserap oleh hewan krustase harus sesuai dengan kebutuhan metabolisme tubuh, pertumbuhan, dan proses moulting. Serapan kalsium yang berlebih mengakibatkan rendahnya tingkat asimilasi fosfor (P) oleh tubuh (Penaflorida, 1998). Kekurangan fosfor dapat berakibat terjadinya penguraian mineral pada tulang, berkurangnya laju pertumbuhan dan efisiensi pencernaan makanan (Tacon, 1986). Fosfor memegang peranan penting sebagai pembentuk otot, penunjang pertumbuhan tulang dan metabolisme energi, karbohidrat, asam amino serta lemak (Wahju, 1998). Tacon pada tahun 1986 menyebutkan kebutuhan kalsium pada yuwana udang maksimum 2,5% dan fosfor minimum 1,2%, sedangkan pada udang laut Penaeus japonicus, kebutuhan kadar kalsium dalam pakan mencapai 1%-2% (Kanazawa et al., 1984 dalam Tacon, 1986), menurut Deshimaru & Yone (1978 dalam Sukadi, 1999) pada spesies udang yang sama diketahui kadar kalsium dalam pakan sebesar 2% tidak meningkatkan laju pertumbuhan. Pada udang laut Penaeus vannamei agar pertumbuhan tidak terganggu kadar kalsium dalam pakan tidak dianjurkan melebihi 3% (Davis et al., 1993 dalam Penaflorida, 1998) sedangkan pada udang laut Penaeus monodon kadar kalsium dan fosfor dalam pakan sebesar 1% mengakibatkan penurunan bobot badan (Bautista & Baticados, 1990 dalam Penaflorida, 1998). Pada udang laut Penaeus californiensis kadar kalsium sebesar 3% dalam pakan mengakibatkan penurunan laju pertumbuhan dan kadar kalsium sebesar 2,06%-2,42% pada pakan mengakibatkan laju pertumbuhan normal, semua pakan tersebut mengandung 1% fosfor (Huner & Colvin, 1977 dalam Sukadi, 1999). Selanjutnya disebutkan pemberian pakan dengan kadar kalsium dan fosfor masing-masing sebesar 0,26%:1,18%; 2,12%:1,22%; dan 3,98%:2,14% pada post larva udang galah (udang air tawar) menghasilkan laju pertumbuhan yang relatif sama (Sukadi, 1999).

Tujuan Penelitian untuk mengetahui kadar kalsium yang tepat dalam formulasi pakan yang dapat memberikan PBB tertinggi lobster air tawar red claw (Cherax quadricarinatus).

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap yaitu penelitian pendahuluan pada bulan Januari 2008 dan penelitian utama pada bulan Agustus 2008. Penelitian dilakukan di Laboratorium Perikananan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNPAD.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan adalah, sebagai berikut: Ikan Uji

Ikan uji yang digunakan adalah yuwana lobster air tawar red claw (Gambar 1) dengan bobot rata-rata 0,42 g/ekor sebanyak 15 ekor pada penelitian pendahuluan dan 150 ekor pada penelitian utama. Disiapkan 100 ekor cadangan, untuk mengganti ikan uji mati. Ikan uji didapat dari koperasi petani lobster air tawar di Kotamadya Bandung, berasal satu induk dalam satu perkawinan.

Pakan Uji

Pakan uji yang digunakan merupakan pakan buatan berbentuk pelet. Pakan terbuat dari bahan baku tepung darah, tepung ikan, bungkil kedelai, dan dedak jagung sebagai bahan utama, tepung tapioka, minyak ikan, dan top mix sebagai bahan aditif serta tepung tulang dan kalsium karbonat sebagai bahan sumber kalsium (Tabel 1).

Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan adalah, sebagai berikut: Akuarium sebanyak enam buah, rak akuarium tiga tingkat sebanyak dua buah, pompa air berdaya 15 W sebanyak dua unit, filter air sebanyak satu

(3)

unit, rangkaian pipa sebanyak satu unit, botol plastik, aerator dengan daya 12 W, selang aerasi, batu aerasi sebanyak enam buah, timbangan digital merk Acis seri MA, termometer sebanyak tiga unit, Tester kit pH merk Sera, Tester kit DO merk Sera, Tester kit NH3 merk Sera, Tester kit dH merk Sera, saringan, plastik corong, oven, kompor gas.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen laboratorium Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas lima perlakuan pemberian pakan dengan formulasi berbeda, tiap perlakuan terdiri atas tiga ulangan. Perlakuan yaitu :

a. Perlakuan A : Pemberian pakan buatan dengan kadar kalsium 1,71% b. Perlakuan B : Pemberian pakan buatan dengan kadar kalsium 2,71% c. Perlakuan C : Pemberian pakan buatan dengan kadar kalsium 3,71% d. Perlakuan D : Pemberian pakan buatan dengan kadar kalsium 4,71% e. Perlakuan E : Pemberian pakan buatan dengan kadar kalsium 5,71%

Pengaruh perlakuan yang diberikan dapat diketahui dengan menggunakan uji-F pada taraf 5%. Apabila terdapat perbedaan yang nyata, maka pengujian dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan (Heryanto, 1996).

Gambar 1. Yuwana lobster air tawar red claw (Cherax quadricarinatus), (dokumentasi pribadi) Tabel 1. Komposisi bahan penyusun pakan buatan

A B C D E Bungkil kedelai 37,23 48,39 46,71 45,03 43,33 Dedak jagung 33,12 26,61 25,68 24,76 23,83 Tepung darah 14,88 8 7,72 7,44 7,17 Tepung ikan 2,77 5 4,83 4,65 4,48 Tepung tapioka 5 5 4,83 4,65 4,48 Minyak ikan 5 5 4,83 4,65 4,48 Top mix 2 2 1,93 1,86 1,79 Tepung tulang - - 2,47 4,96 7,44 CaCO3 - - 1 2 3 Total 100 100 100 100 100

(4)

Prosedur Penelitian Persiapan

1. Pembuatan pakan, melalui beberapa tahapan yaitu penyeragaman ukuran, penimbangan, pencampuran, penambahan air panas, pencetakan, dan pengeringan.

2. Persiapan pemeliharaan dilakukan melalui penyusunan instalasi wadah, aerasi, media. Pelaksanaan

Pemeliharaan ikan uji dilakukan selama 42 hari, tiap periode pengamatan terdiri atas 7 hari. Yuwana lobster air tawar dipelihara dalam wadah individu (Verhoef & Austin, 1998). Ikan uji diberi pakan dengan frekuensi dua kali sehari, pada pukul 10.00 WIB dan 22.00 WIB sampai penelitian berakhir, pemberian pakan sebanyak 10% dari bobot biomassa (Teguh, 2005). Dilakukan penggantian air sebanyak 5%, tiga hari sekali.

Pengamatan

Pertambahan Bobot Badan (PBB)

Pertambahan bobot badan dihitung dengan menggunakan rumus Efendi (1987) sebagai berikut:

Keterangan:

Wt= Rata-rata bobot yuwana lobster air tawar pada akhir penelitian (g) Wo= Rata-rata bobot yuwana lobster air tawar pada awal penelitian (g) Kualitas Air

Pengamatan kualitas air berupa suhu, (keasaman) pH, oksigen terlarut (DO), amoniak (NH3), dan kesadahan (dH). Pengukuran suhu air dilakukan setiap hari, sedangkan untuk pengukuran pH, DO, NH3, dan dH dilakukan setiap periode pengamatan.

HASIL DAN BAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan kadar kalsium dalam pakan pada penelitian ini dapat menyokong Pertambahan bobot badan (PBB) bagi yuwana lobster air tawar red claw. PBB rata-rata yuwana lobster air tawar red claw yang diberi pakan kadar kalsium berbeda disajikan pada Tabel 2.

Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan dengan beragam kadar kalsium dalam pakan yaitu sebesar 1,71% (perlakuan A); 2,71% (perlakuan B); 3,71% (perlakuan C); 4,71% (perlakuan D); dan 5,71% (perlakuan E) menghasilkan PBB yang tidak berbeda nyata. Nilai tersebut menunjukkan bahwa semua perlakuan pada penelitian ini tidak memberikan pengaruh yang signifikan bagi PBB yuwana lobster air tawar red claw (Cherax quadricarinatus).

Wo

Wt

PBB

=

Tabel 2. Pertambahan bobot badan rata-rata yuwana lobster air tawar red claw selama penelitian

(5)

Hasil penelitian berbeda dengan hasil penelitian Tacon (1986) yang menyatakan kebutuhan yuwana udang akan kalsium mencapai maksimum 2,5%; Kanazawa et al. (1984) dalam Tacon (1986), yang menyatakan kebutuhan kadar kalsium dalam pakan bagi udang laut Penaeus japonicus mencapai 1%-2%. Davis et al. (1993) dalam Penaflorida (1998) juga menyatakan pada udang laut Penaeus vannamei kadar kalsium dalam pakan tidak dianjurkan melebihi 3% serta Huner & Colvin (1977) dalam Sukadi (1999) yang menyatakan pada udang laut Penaeus californiensis pemberian pakan berkadar kalsium 3% mengakibatkan PBB.

Hasil penelitian tidak bertentangan dengan hasil penelitian Sukadi (1999) yang menyatakan post larva udang galah (udang air tawar) yang diberi pakan dengan kadar kalsium sebesar 0,26%; 2,12%; dan 3,98% tidak mengakibatkan perbedaan PBB. Begitu juga dengan hasil penelitian Deshimaru & Yone (1978) dalam Sukadi (1999) yang menyatakan udang laut P. japonicus, yang diberi pakan dengan kadar kalsium sebesar 2% tidak memberikan peningkatan laju pertumbuhan.

Walaupun terdapat kemiripan dan persamaan, namun terdapat perbedaan menonjol pada karakteristik biologis antara udang dan lobster air tawar. Udang memiliki lebih banyak stadium metamorfosis, udang penaeid memiliki enam stadium yaitu nauplius, zoea, mysis, post larva, yuwana, dan dewasa (Lee & Wickins, 1992) sedangkan lobster air tawar hanya memiliki tiga stadium yaitu larva, yuwana, dan dewasa (New South Wales DPI, 2006). Lobster air tawar tidak memiliki metamorfosis yang lengkap, morfologi yuwana sangat mirip dengan morfologi dewasa (Frye, 1992). Udang juga memiliki frekuensi moulting lebih tinggi, pada udang galah (Macrobrachium rosenbergii) frekuensi moulting stadium larva terjadi 5–10 hari sekali dan stadium dewasa 20–40 hari sekali (Murtidjo, 1992) sedangkan pada lobster air tawar, stadium larva terjadi beberapa hari sekali, sta-dium yuwana 7–14 hari sekali dan stasta-dium dewasa 1–3 kali per tahun (New South Wales DPI, 2006). Semua perbedaan karakteristik tersebut berhubungan dengan kebutuhan kadar kalsium dalam pakan yang tepat untuk menyokong pertumbuhan. Semakin banyak jumlah stadium metamorfosis pada organisme air berdampak pada lamanya fase awal hidup sebelum dewasa. Pertumbuhan pada fase awal dari hidup organisme air berjalan dengan lambat (Effendie, 1997), hal tersebut pada akhirnya berakibat pada kebutuhan nutrisi termasuk kalsium yang lebih rendah pada udang daripada lobster air tawar.

Semakin jarang frekuensi moulting, berdampak pada semakin lama waktu intermolt yang tersedia. Ruppert & Barnes (1991) menyatakan pada lobster air tawar lebih dari 90% waktu intermolt dihabiskan untuk akumulasi bahan makanan termasuk kalsium untuk persiapan proses moulting selanjutnya, ini menunjukkan bahwa lobster air tawar mempunyai lebih banyak peluang daripada udang untuk menyerap kalsium terutama dari pakan. Hal tersebut dapat menjelaskan perbedaan hasil penelitian dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan pada udang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar kalsium dalam pakan sebesar 1,71%; 2,71%; 3,71%; 4,71%; dan 5,71% dapat menyokong pertumbuhan lobster air tawar red claw.

Faktor lain yang dapat mengakibatkan tidak signifikannya laju pertumbuhan pada penelitian ini adalah kemampuan lobster air tawar untuk menyerap kalsium dari perairan melalui insang dan epidermis (Penaflorida, 1998). Kondisi yang berperan adalah kesadahan air, nilai kesadahan ditentukan oleh kadar mineral yang terkandung dalam air. Kadar kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) adalah penentu utama dari nilai kesadahan air (Baensch & Riehl, 1989).

Hasil penelitian menunjukkan terdapat laju pertumbuhan positif pada setiap perlakuan selama penelitian. Hal ini menunjukkan formulasi pakan dan kondisi lingkungan pada penelitian ini mampu menyokong pertumbuhan yuwana lobster air tawar red claw. Effendie (1997) menyatakan pertumbuhan didefinisikan sebagai penambahan ukuran, panjang, atau bobot ikan dalam kurun waktu tertentu yang dipengaruhi pakan tersedia, jumlah ikan yang mengkonsumsi pakan, suhu, umur, dan ukuran ikan. PBB rata-rata individu yuwana lobster air tawar red claw meningkat seiring bertambahnya waktu pemeliharaan (Gambar 2).

Gambar 2 menunjukkan bahwa semua perlakuan menghasilkan PBB rata-rata individu yuwana lobster air tawar red claw yang tidak jauh berbeda. Nilai tersebut berhubungan dengan nilai laju pertumbuhan yang tidak berbeda nyata pada semua perlakuan. Nilai bobot akhir rata-rata individu

(6)

yuwana lobster air tawar red claw pada perlakuan A (kadar kalsium pakan 1,71%) yaitu 2,03 g, perlakuan B (kadar kalsium pakan 2,71%) yaitu 2,30 g; perlakuan C (kadar kalsium pakan 3,71%) yaitu 2,13 g; perlakuan D (kadar kalsium pakan 4,71%) yaitu 2,29 g; dan perlakuan E (kadar kalsium pakan 5,71%) yaitu 2,12 g.

Pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal (Effendie, 1997; Zonneveld et al., 1991), hasil tersebut menunjukkan pada penelitian ini, kedua faktor tersebut berada pada kondisi yang menyokong pertumbuhan. Respons penerimaan (acceptabilitas) lobster air tawar terhadap pakan cukup memuaskan. Pakan yang diterima memungkinkan nutrisi yang terkandung dalam pakan diserap optimal, dengan demikian pertumbuhan dapat terjadi sesuai dengan pendapat Lovell (1988) yaitu pertumbuhan terjadi jika jumlah nutrisi pakan yang dicerna dan diserap oleh ikan lebih besar dari jumlah yang diperlukan untuk pemeliharaan tubuh.

Kondisi lingkungan juga menyokong bagi pertumbuhan. Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan wadah individu pada penelitian ini mampu memberikan kondisi optimal untuk pertumbuhan. Effendie (1997) menyatakan pertumbuhan dipengaruhi oleh pakan tersedia serta jumlah ikan yang mengkonsumsi pakan. Dengan penggunaan wadah individu, tidak terjadi persaingan antar ikan uji untuk mendapat makanan. Tiap porsi pakan yang diberikan, dapat dimakan sesuai takaran prosedur pelaksanaan penelitian. Yuwana lobster air tawar red claw dalam penelitian ini mengkonsumsi pakan tanpa persaingan dan terpelihara tanpa kemungkinan kanibalisme.

Kualitas air juga dapat mempengaruhi hasil penelitian. Kualitas air merupakan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi pertumbuhan organisme air (Effendie, 1997; Zonneveld et al., 1991). Semua parameter air yang diamati termasuk kesadahan yang mendapat perhatian khusus, menunjukkan nilai yang layak untuk menyokong pertumbuhan yuwana lobster air tawar red claw (Tabel 3).

Gambar 2. Pertambahan bobot rata-rata individu yuwana lobster air tawar red claw selama penelitian

0 0.5 1 1.5 2 2.5 1 2 3 4 5 6 7

Periode (minggu ke-)

Bo bo t r at a-rat a ( g) Pakan A Pakan B Pakan C Pakan D Pakan E

Tabel 3. Kisaran nilai kualitas air yang diamati

1 2 3 4 5 6 Suhu (°C) 25-26 24-25 24-27 25-27 24-26 25-26 Keasaman (pH) 8 8 8 7,5 7,5 8 Oksigen terlarut (mg/L) 4 4 4 4 4 4 Amoniak (mg/L) 0,03 0,03 0,03 0,009 0,009 0,03 Kesadahan (°dH) 12 12 12 12 12 12 Parameter air

(7)

Nilai suhu air selama penelitian berkisar antara 24°C-27°C, merupakan suhu optimal bagi pertumbuhan lobster air tawar red claw (Wiyanto & Hartono, 2005; Verhoef et al., 1998 dalam Verhoef & Austin, 1998). Nilai pH selama penelitian berkisar antara 7,5-8 sesuai dengan pendapat Wiyanto & Hartono (2005) bagi kondisi optimal pemeliharaan lobster air tawar red claw. Nilai oksigen terlarut (DO) selama penelitian berada pada angka 4 mg/L, di atas batas minimum oksigen terlarut bagi lobster air tawar red claw (Iskandar, 2006). Sedangkan nilai kadar amoniak selama penelitian berkisar antara 0,009-0,03 mg/L, di bawah batas maksimum kadar amoniak dalam air bagi lobster air tawar red claw (Iskandar, 2006).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kadar kalsium dalam pakan sebesar 1,71% sampai dengan 5,71% tidak memberikan perbedaan yang nyata bagi laju pertumbuhan yuwana lob-ster air tawar red claw (Cherax quadricarinatus).

DAFTAR ACUAN

Austin, C. M., Jones, P.L., Stagnitti, F., & Mitchell, B.D. 1996. Response of The Yabby, Cherax destructor Clark, to natural and artificial diets: phenotypic variation in juvenile growth. Aquaculture, 149: 39-46.

Badan Riset Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. 2005. Pelepasan Varietas Ikan/Udang Di Sukamandi. http://www.brkpd.dkp.go.id.htm. Diunduh pada tanggal 25 Desember 2006.

Del Rio, M.C., Soler, M., Carmona., Fernandez, J., & Jover, M. 1999. Effect of feeding cooked-extruded diets, containing different levels of protein, lipid and carbohydrate on growth of red swamp crawfish (Procambarus clarkii). Aquaculture, 178: 127-137.

Effendie, I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Utama. 163 hlm.

Fotedar, R. 1998. Nutrition of marron (Cherax tenuimanus) (Smith) under different culture environment-a comparative study. Tesis. Curtin University of Technology. Australia, 174 pp.

Greenaway, P. 1973. Calcium Balance at The Postmoult Stage of The Freshwater Crayfish Austropotamobius pallipes (Lereboullet). Departement of Zoology Newcastle University. Great Britain, p. 35-45. Mather, P.B., Capra. F.M., & Gu, H. 1994. The relative growth of chelipeds and abdomen and muscle

production in male and female red claw crayfish (Cherax quadricarinatus von Martens). Aquaculture, 123: 249-257.

Penaflorida, V.D. 1998. Interaction Between Diatery Levels of Calcium and Phosphorus on Growth of Juvenile Shrimp, (Penaeus Monodon). Aquaculture, 172: 281-289.

Sukadi, M.F. 1999. The Influence of Water Hardness and Dietary Calcium on Growth and Survival of Postlarval Prawn, Macrobrachium rosenbergii. Jakarta, IFR Journal, V(1).

Tacon, A.G.J. 1986. The Nutritional of Feeding of Farmed Fish and Shrimp. FAO of The United Nation. Brazil, 117 pp.

Wahju, J. 1988. Ilmu Nutrisi Unggas. Fakultas Peternakan IPB. Gadjah Mada University Press.

Zonnevel, N., Huisman, E.A., & Boon, J.H. 1991. Prinsip-prinsip Budidaya Ikan. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 336 hlm.

Gambar

Gambar 1. Yuwana lobster air tawar red claw (Cherax quadricarinatus), (dokumentasi pribadi) Tabel 1
Tabel 2. Pertambahan bobot badan rata-rata yuwana lobster air tawar red claw selama penelitian
Gambar 2. Pertambahan bobot rata-rata individu yuwana lobster air tawar red claw selama penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan periode krisis mata uang ( currency crisis ) dengan menghitung indek tekanan spekulatif pasar valas ( Index of

Dapat menambah ilmu pengetahuan dan wacana yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan penelitian lebih lanjut, mengenai pengaruh dana alokasi umum, pendapatan asli

Dalam hal terjadi jabatan lowong seorang Pimpinan/Pengurus KNPI di semua tingkatan yang diakibatkan oleh Rangkap Jabatan dengan OKP yang diatur dalam Peraturan Organisasi ini,

Prestasi belajar siswa dapat ditunjukkan dalam bentuk nilai yang diberikan oleh guru raport yang merupakan hasil dari beberapa bidang studi yang telah dipelajari oleh peserta

Pengumuman ini dapat dilihat di papan pengumuman lelang melalui Website www.sambas.go.id dan papan pengumuman di Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Sambas.

Pimpinan perusahan dapat mewakilkan kehadirannya selama proses pembuktian kualifikasi kepada pengurus perusahaan yang namanya tercantum dalam akte pendirian/perubahan

Motif belanja Utilitarian merupakan variabel ketiga pada penelitian dengan pengertian dorongan dalam diri orang untuk evaluasi kognitif suatu tingkatan motif

[r]