PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
(PROBLEM-BASED LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR SISWA PADA STANDAR KOMPETENSI MENGOLAH HASIL
TERNAK UNGGAS DI SMKN 2 CILAKU CIANJUR
SKRIPSI
Dianjukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Teknologi Agroindustri
Oleh
RATNA JUWITA
0811770
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI AGROINDUSTRI
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
ABSTRAKSI
Ratna Juwita (0811770) : Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based-Learning) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Standar Kompetensi Mengolah Hasil Ternak Unggas Di SMKN 2 Cilaku Cianjur.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa yang menerapkan model pembelajaran berbasis masalah (Problem based-Learning) dan model pembelajaran konvensional pada standar kompentensi mengolah hasil ternak unggas di Program Keahlian Agribisnis Ternak Unggas. Penelitian ini menggunakan metode Pre- Experimental Designs dengan desain penelitian intact-group comparison design. Dalam penelitian ini kelas yang ada pada jurusan ATU di SMKN 2 Cilaku hanya satu kelas dan berjumlah sebelas orang sehingga peneliti membagi dua kelompok menjadi enam orang siswa untuk kelas eksperimen dengan penerapan model pembelajaran berbasis masalah dan lima orang siswa untuk kelas kontrol atau kelas pembanding dengan penerapan model pembelajaran konvensional. Instrument yang digunakan yaitu lembar observasi aktivitas siswa dan test soal pre test dan post test.
Penerapan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa XII ATU pada standar kompetensi mengolah hasil ternak unggas. Hasil penelitian ini menunjukkan pengetahuan awal siswa dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen tidak terdapat perbedaan secara signifikan. Prestasi belajar untuk kelompok kontrol yang menerapkan model pembelajaran konvensional, dengan rata-rata pre test sebesar enam puluh satu sedangkan rata-rata nilai post test sebesar tujuh puluh delapan memiliki peningkatan sebesar 0,45 atau berkategori “sedang”. Prestasi belajar untuk kelompok eksperimen yang menerapkan model pembelajaran berbasis masalah memiliki rata-rata nilai pre test sebesar enam puluh lima koma delapan dan nilai rata-rata post test sebesar delapan puluh delapan koma tiga memiliki peningkatan sebesar 0,69 atau berkategori “sedang”.
Pada analisis data menunjukan, terdapat perbedaan prestasi belajar antara kelas eksperimen yang menerapkan model pembelajaran berbasis masalah dengan kelas kontrol yang menerapkan model pembelajaran konvensional. Peningkatan prestasi belajar siswa yang menerapkan model pembelajaran berbasis masalah lebih baik dari pada kelas kontrol yang menerapkan model pembelajaran konvensional.
DAFTAR ISI
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Pembatasan Masalah... 5
D. Perumusan Masalah ... 6
E. Tujuan Penelitian ... 7
F. Manfaat Penelitian ... 8
G. Penjelasan Judul Penelitian ... 9
H. Sistematika Penulisan ... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13
A. Belajar dan pembelajaran ... 13
B. Pengertian model pembelajaran... 15
C. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-based learning) ... 17
D. Teori yang Melandasi Pembelajaran Berbasis Masalah ... 19
E. Tahapan-tahapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 21
F. Mata Pelajaran Produktif ... 24
G. Standar Kompetensi Penangan Hasil Ternak Unggas ... 25
H. Hasil Belajar ... 27
I. Aktivitas Belajar ... 29
J. kerangka pemikiran ... 32
xi
BAB III METODOLOGI ... 35
A. Metode dan design Penelitian ... 35
1. Metode Penelitian ... 35
2. Desain Penelitian ... 35
B. Variabel dan Paradigma Penelitian ... 36
1. Variabel Penelitian ... 36
2. Alur Penelitian ... 36
C. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 37
1. Lokasi Penelitian ... 37
2. Subjek Penelitian ... 38
D. Prosedur Penelitian ... 39
E. Teknik Analisis Instrumen Penelitian... 41
F. Teknik pengolahan Data ... 49
G. Hasil observasi ... 53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54
A. Deskripsi Data ... 54
B. Prestasi belajar kelas kontrol ... 54
C. Prestasi belajar kelas eksperimen ... 55
D. Peningkatan Hasil Belajar ... 56
E. Uji Prasyarat ... 59
F. Uji Hipotesis ... 61
G. Data Hasil Observasi ... 63
H. Pembahasan Hasil Penelitian ... 67
BAB V PENUTUP ... 71
A. Kesimpulan ... 71
B. Saran ... 72
DAFTAR PUSTAKA ... 73
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan elemen yang sangat penting dalam perkembangan suatu
bangsa. Melalui pendidikan yang maju, maka perkembangan dalam berbagai aspek baik
aspek sosial, budaya, dan bahkan teknologi akan semakin pesat. Karena itulah pendidikan
menjadi fokus perbincangan berbagai kalangan masyarakat. Seiring dengan perkembangan
jaman, tuntutan dan kebutuhan masyarakat akan pendidikan juga semakin beragam.
Masyarakat sekarang lebih cerdas dalam memilih pendidikan bagi anak – anaknya.
Mereka menginginkan anaknya mendapatkan pendidikan yang dapat langsung
diaplikasikan kedalam kehidupan sehari-hari.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu solusi untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat di bidang pendidikan. Di SMK diajarkan berbagai macam ilmu dan
pengetahuan yang pada umumnya berbasis teknologi.Ilmu dan materi yang diajarkan di
SMK merupakan materi-materi pelajaran yang dapat diaplikasikan langsung dalam
kehidupan sehari-hari. Untuk memenuhi tuntutan masyarakat maka SMK merupakan
lembaga pendidikan yang diharapkan mampu mencetak generasi yang terdidik dan
memiliki keterampilan yang aplikatif. Sehingga siswa SMK dapat langsung terjun ke
dunia industri baik itu sebagai tenaga kerja maupun sebagai pengusaha dari industri itu
sendiri. Sesuai dengan tujuan umum SMK, yaitu untuk memberikan keterampilan kepada
siswa. Maka SMK merupakan sekolah yang dalam pembelajarannya lebih banyak
adalah 60 % dan 40 %. Sehingga diharapkan siswa benar - benar menguasai dan mampu
mempraktekan materi yang diajarkan di sekolah.
Kualitas pembelajaran ditentukan oleh interaksi komponen-komponen dalam
sistemnya. Yaitu tujuan, bahan ajar (materi), anak didik, sarana, media, metode, partisipasi
masyarakat, performance sekolah, dan evaluasi pembelajaran (Moh, Shochib, 1998).
Optimalisasi komponen ini, menentukan kualitas (proses dan produk) pembelajaran.
Upaya yang dapat dilakukan oleh pendidik adalah melakukan analisis tentang karakteristik
setiap komponen dan mensinkronisasikan sehingga ditemukan konsistensi dan keserasian
di antaranya untuk tercapainya tujuan pembelajaran. Karena pembelajaran mulai dari
perencana, pelaksanaan dan evaluasinya senantiasa merujuk pada tujuan yang diharapkan
untuk dikuasai atau dimiliki oleh anak didik baik sesuai dengan tujuan yang dirancang
(instructional effect) maupun dampak pengiring (nurturrant effect) (Moch. Shochib:
1999).
Selama ini proses pembelajaran di sekolah masih terperangkap pada paradigma
bahwa pengetahuan (knowledge) merupakan perangkat fakta-fakta yang harus dihafal,
selain itu cara pembelajaran di dalam kelas masih didominasi oleh peran guru sebagai
sumber pengetahuan serta metode ceramah sebagai pilihan utama strategi belajar
mengajar. Hal ini sesuai dengan fakta bahwa mayoritas proses belajar mengajar di
Indonesia masih menggunakan metode konvensional yaitu masih terbatas pada teacher
oriented.
Seiring perkembangan dunia pendidikan, telah ditemukan berbagai macam model,
metode, strategi dan pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada siswa, sehingga
siswa dapat berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran yang
menyenangkan memang menjadi langkah awal untuk mencapai hasil belajar yang
apabila siswa atau anak didik mengalami sendiri apa yang dipelajarinya”. Pembelajaran
kontekstual ini merupakan model pembelajaran yang mampu mendorong siswa
mengkonstruksikan pengetahuan yang telah diperolehnya melalui pola pikir mereka
sendiri.
Nurhadi, dkk (2003:13) menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual adalah sebagai
berikut.
Konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antar pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari hari, sementara siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkonstruksi sendiri sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.
Berkaitan dengan hal tersebut pendekatan kontekstual memang sangat relevan untuk
mendapatkan pembelajaran yang bermakna. Pendekatan ini dapat dilakukan dengan
menerapkan berbagai macam strategi di dalamnya. Salah satunya dengan menggunakan
model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning)
Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-Based Learning) dipandang cocok
untuk menghadirkan suasana nyata di dalam proses pembelajaran. Secara kontekstual,
permasalahan pembelajaran mata pelajaran produktif perternakan sangat dekat dengan
realitas permasalahan-permasalahan para peternak yang terjadi di masyarakat.
Nurhadi, dkk (2004:56) mendefinisikan Pembelajaran berbasis masalah (
Problem-Based Learning) adalah: Suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah
dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis
dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep
yang esensial dari materi pelajaran.
SMK Pertanian merupakan salah satu sistem pendidikan yang mulai dikembangkan
di Negara Indonesia, akan tetapi minat terhadap pembelajaran pertanian di masyarakat
yang lebih bermakna dan menyenangkan akan meningkatkan pemahaman dan minat
siswa dan masyarakat terhadap pendidikan pertanian.
Berdasarkan masalah dan gambaran umum yang telah dipaparkan di atas, peneliti
memandang perlu untuk meneliti tentang “Penerapan Model Pembelajaran Berbasis
Masalah (Problem-Based Learning) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada
Standar Kompetensi Mengolah Hasil Ternak Unggas Di SMKN 2 Cilaku Cianjur”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian diatas, muncul beberapa masalah yang memperkuat alasan
mengapa permasalahan tersebut diangkat. Adapun identifikasi masalah dari judul yang
penulis pilih adalah sebagai berikut:
1. Kegiatan pembelajaran pada umumnya masih berpusat pada guru (teacher oriented)
dan siswa cenderung kurang dilibatkan dalam kegiatan pembelajaran.
2. Pemahaman dan penguasaan siswa terhadap Standar Kompetensi Penanganan Hasil
Panen masih sangat kurang karena masih banyak yang belum memenuhi angka
KKM yang ditetapkan sekolah
3. Usaha untuk meningkatkan hasil belajar dan Aktivitas belajar siswa masih kurang
optimal, karena banyak siswa malu bertanya atau tampil kedepan kelas.
4. Siswa hanya terfokus dengan permasalahan sederhana yang diciptakan oleh guru,
sehingga kurang memahami permasalahan yang terjadi di masyarakat yang lebih
komplek dan kritis.
C. Batasan Masalah
Untuk menghindari penyimpangan tujuan dan penelitian menjadi lebih terarah,
maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
2. Model pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model
pembelajaran konvensional untuk kelas kontrol dan model pembelajaran
pengajaran berbasis masalah (problem based learning) untuk kelas eksperimen.
3. Hasil belajar dan Aktivitas belajar meliputi pada aspek penguasaan materi
(kognitif) yaitu nilai pretest-posttest dan sikap (Afektif) selama kegiatan belajar
mengajar dengan menggunakan Model pembelajaran Pengajaran berbasis
masalah (Problem-Based Learning) dan model pembelajaran konvensional.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan dan identifikasi masalah yang telah diuraikan, maka dapat
dirumuskan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana hasil belajar siswa dengan diterapkan Model pembelajaran
konvensional pada standar kompetensi Pengolahan hasil Ternak di kelas XII
program keahlian Agribisnis Ternak Unggas di SMKN 2 Cilaku Cianjur?
2. Bagaimana hasil belajar siswa dengan diterapkan Model pembelajaran berbasis
masalah (Problem-Based Learning) pada kompetensi dasar Pengolahan hasil
Ternak di kelas XII program keahlian Agribisnis Ternak Unggas di SMKN 2
Cilaku Cianjur?
3. Apakah terdapat perbedaan antara hasil belajar yang dicapai oleh siswa antara
yang menerapkan model pembelajaran Model pembelajaran berbasis masalah
(Problem-Based Learning) dan model pembelajaran konvensional pada
kompetensi dasar Pengolahan hasil Ternak di kelas XII program keahlian
Agribisnis Ternak Unggas di SMKN 2 Cilaku Cianjur?
4. Bagaimana aktivitas siswa pada standar kompetensi Pengolahan hasil Ternak di
Cianjur dengan adanya penerapan Model pembelajaran berbasis masalah
(Problem-Based Learning) ?
E. Tujuan
Tujuan penelitian merupakan pedoman bagi peneliti dalam melakukan
penelitian. Tujuan dari penelitian ini pada umumnya adalah untuk memberikan sebuah
alternatif pada pembelajaran yang diharapkan dapat digunakan oleh guru di SMKN 2
Cilaku. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa yang menerapkan model pembelajaran
konvensional pada standar kompetensi Pengolahan hasil Ternak di kelas XII
program keahlian Agribisnis Ternak Unggas di SMKN 2 Cilaku Cianjur
2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa yang menerapkan model pembelajaran
Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-Based Learning) pada standar
kompetensi Pengolahan hasil Ternak di kelas XII program keahlian Agribisnis
Ternak Unggas di SMKN 2 Cilaku Cianjur
3. Mengetahui perbedaan hasil belajar yang dicapai oleh siswa antara yang
menerapkan Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-Based Learning)
dan model pembelajar Konvensional pada standar kompetensi Pengolahan hasil
Ternak di kelas XII program keahlian Agribisnis Ternak Unggas di SMKN 2
Cilaku Cianjur
4. Mengetahui aktivitas siswa kompetensi dasar Pengolahan hasil Ternak di kelas
XII program keahlian Agribisnis Ternak Unggas di SMKN 2 Cilaku Cianjur
dengan adanya penerapan Model pembelajaran berbasis masalah (
Problem-Based Learning)
Berdasarkan dari tujuan yang dikemukakan diatas, maka setelah selesai penelitian
dilakukan dan hasilnya diperoleh, diharapkan memiliki manfaat. Adapun manfaat yang
ingin diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Teoritis
Memberikan gambaran umum tentang penerapan model pembelajaran
berbasis masalah (Problem-Based Learning) untuk meningkatkan aktivitas
belajar dan hasil belajar pada standar kompetensi mengolah di SMK N 2 Cilaku
Cianjur.
2. Praktis
a. Dapat memberikan masukan kepada praktisi pendidikan khususnya guru
pengajar, jika hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model
pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan penguasaan materi dalam
pembelajaran mata pelajaran produktif.
b. Peneliti mengharapkan, siswa lebih kritis dalam menanggapi pelajaran produktif
terutama yang sangat berkaitan terhadap permasalahan yang terjadi di
masyarakat.
c. Bagi peneliti, dapat menjadi wahana memperoleh pengetahuan dan
keterampilan penggunaan model pembelajaran berbasis masalah, sebagai
langkah awal dalam mendapatkan solusi terkait dengan masalah-masalah yang
tejadi dalam proses pembelajaran kompetensi dasar pengolaha hasil ternak.
d. Bagi peneliti lain, dapat memberikan wawasan baru dan sebagai bahan
masukan bagi peneliti yang mengkaji masalah serupa.
G. Penjelasan Judul Penelitian
Guna menghindari salah penafsiran dalam penelitian ini, maka penulis
1. Penerapan
Penerapan adalah pemasangan, pengenaan atau perihal mempraktikan
(KBBI, 1992). Yang dimaksud dengan penerapan di sini adalah mempraktikan
pembelajaranberbasis masalah (Problem-Based Learning) dalam kegiatan belajar
mengajar Mata pelajaran produktif.
2. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-Based Learning)
Suatu pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata
sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan
keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan
konsep yang esensial dari materi pelajaran. (Nurhadi, dkk, 2004:56).
Pembelajaran berbasis masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah
membahas permasalah yang terjadi di masyarakat yang relevan dengan
kompetensi pada pembelajaran mata pelajaran produktif.
3. Aktifitas belajar
Aktivitas belajar yang dimaksud adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses
belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Sardiman (Erwin Ridha,
2007 : 37) menegaskan bahwa pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada
belajar jika tidak ada aktivitas. Pada penelitian ini yang termasuk kedalam
aktivitas belajar di dalam kelas adalah mengumpulkan informasi, melakukan
diskusi, keterampilan siswa bertanya, keterampilan siswa menjawab, membuat
kesimpulan, mempresentasikan dan lain-lain.
4. Hasil Belajar
Hasil belajar menurut Anni (2004:4) merupakan perubahan perilaku yang
(1990:22) adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajaranya. Hasil belajar yang dimaksud disini adalah perubahan
sikap, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki siswa setelah mengalami
pembelajaran pada pelajaran produktif.
H. Sistematika Penulisan
Agar pembahasan dalam proposal penelitian nanti terdapat kesinambungan dan
sistematis, maka dalam penulisannya ini mencakup tiga bab berdasarkan pembahasan
sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang penelitian, identifikasi masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, dan sistematika
penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
Berisi tentang tinjauan pustaka mengenai belajar dan pembelajaran,
pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), pelajaran
produktif ATU di SMKN 2 cianjur, hasil belajar dan aktivitas belajar. Selain berisi
tinjauan pustaka, pada bab ini juga terdapat kerangka pemikiran dan hipotesis
penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN
Berisi tentang lokasi dan subjek penelitian, metode dan desain penelitian,
variabel penelitian, instrumen penelitian dan pengembangan instrumen, teknik
pengumpulan data, analisis data, dan tahapan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode dan Desain penelitian
1. Metode penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
pre-experimental design. Pre- Experimental Designs (non designs) belum
merupakan eksperimen sungguh – sungguh karena masih terdapat variabel
luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen
(sugiono, 2010:107). Metode ini dipilih karena harus dijalankan dengan
menyelidiki suatu kelompok yang dibagi dua dan diberikan perlakuan.
Dalam penelitian eksperimen ini, peneliti juga membagi menjadi dua grup
yaitu grup treatment dan grup kontrol (Sukardi, 2003:16).
Dalam penelitian ini kelas yang ada pada jurusan APTU di SMKN 2
Cilaku hanya satu kelas dan berjumlah 11 orang sehingga peneliti membagi
dua kelompok menjadi 6 orang siswa untuk kelas eksperimen dan 5 orang
siswa untuk kelas kontrol atau kelas pembanding.
2. Design penelitian
Adapun desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian
intact-group comparison design, yaitu pada desain ini terdapat satu
kelompok yang digunakan untuk penelitian, tetapi di bagi menjadi dua.
Yaitu setengah kelompok untuk eksperimen (yang di beri perlakuan) dan
setengah untuk kelompok kontrol (yang tidak diberi perlakuan). Paradigma
penelitian dapat digambarkan dengan pola seperti berikut :
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Keterangan :
O1= Hasil pengukuran setengah kelompok yang diberi perlakuan
O2= Hasil pengukuran setengah kelompok yang tidak di beri perlakuan
Pengaruh perlakuan = O1– O2
B. Variabel dan Paradigma Penelitian
1. Variabel penelitian
Dari judul penelitian Eksperimen Penerapan Model Pembelajaran
Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa maka
terdapat 2 variabel bebas. Variabel bebas adalah variabel penyebab yang
saling tidak mempengaruhi variabel lainnya. Adapun variabel–variabel
bebas dalam penelitian ini, yaitu:
X1 : Prestasi belajar yang menerapkan model pembelajaran berbasis
masalah.
X2 : Prestasi belajar yang menerapkan model pembelajaran konvesional.
2. Paradigma penelitian
Paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan
bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan
perlakuan peneliti terhadap ilmu atau teori.
X O1
Gambar 3.1. Diagram Alur Penelitian
C. Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Negeri 2 Cilaku Kabupaten Cianjur
Pretest
pengolahan hasil ternak) Analisis Kesimpulan
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas XII Kompetensi Keahlian
Agribisnis Ternak Unggas SMK Negeri 2 Cilaku Cianjur.
a. Populasi
Populasi adalah objek atau subjek yang memiliki karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti. Subjek populasi dalam
penelitian ini adalah siswa kelas XII Kompetensi Keahlian
Agribisnis Ternak Unggas SMK Negeri 2 Cilaku Cianjur yang
berjumlah 1 kelas dengan siswa 11 orang.
b. Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
sampel total. Sehingga, sampel dalam penelitian ini diambil
sebesar populasi yaitu seluruh siswa kelas XII ATU yang berjumlah
11 orang yang di bagi menjadi 2 kelompok, dimana kelas
eksperimen berjumlah 6 orang siswa laki-laki, Dan yang aktif
mengikuti pembelajaran sampai akhir penelitian hanya 6 orang.
Kelas eksperimen ini merupakan kelas yang pembelajarannya
menggunakan model pembelajaran berbasis masalah.
Sementara kelas kontrol yaitu berjumlah 5 orang siswa
orang. Kelas kontrol ini merupakan kelas yang pembelajarannya
menggunakan Metode Konvensional.
D. Prosedur Penelitian
Tahapan dalam pelaksanaan penelitian ini terdiri dari 3 tahap yaitu
tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap akhir.
1. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan ini, penulis melaksanakan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Membuat proposal penelitian;
b. Mengusulkan surat keputusan mengenai dosen pembimbing skripsi;
c. Melaksanakan bimbingan kepada dosen pembimbing;
d. Melaksanakan seminar proposal penelitian;
e. Mengadakan perbaikan-perbaikan proposal penelitian berdasarkan
hasil seminar dan arahan-arahan Pembimbing I dan Pembimbing II;
dan
f. Mengajukan surat izin observasi dan penelitian di SMK Negeri 2
Cilaku Cianjur.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Melaksanakan observasi tempat penelitian dan mengadakan konsultasi
dengan Kepala Sekolah SMK Negeri 2 Cilaku Cianjur., dan Wakasek
b. Mengadakan konsultasi dengan guru mata diklat pengolahan hasil
ternak terkait dengan penelitian yang akan dilaksanakan;
c. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP);
d. Melaksanakan penelitian di kelas XII Program Keahlian Agribisnis
Ternak Unggas SMK Negeri 2 Cilaku Cianjur. dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1) Membagi kelompok kontrol dan eksperimen. Kelompok kontrol
menggunakan model pembelajaran konvensional, sedangkan
kelompok eksperimen menggunakan model pembelajaran berbasis
masalah.
2) Memberikan pretest dengan menggunakan 20 butir soal pilihan
ganda, setelah terlebih dahulu meminta lembar judgement
(pernyataan) pada guru Mata Pelajaran Produktif SMK Negeri 2
Cilaku Cianjur guna validasi soal-soal tersebut.
3) Memberikan perlakuan kepada kelompok kontrol dengan
menggunakan model pembelajaran konvensional dan kelompok
eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran berbasis
masalah.
4) Memberikan postest pada akhir pertemuan.
e. Konsultasi pada Pembimbing I dan Pembimbing II mengenai hasil
f. Melaksanakan perbaikan berdasarkan saran dari pembimbing I dan
Pembimbing II;
3. Tahap Akhir
a. Pengolahan data dilakukan terhadap hasil pretest dan postest yang
telah dilaksanakan selama penelitian;
b. Pengolahan data dimaksudkan untuk menguji peningkatan (N-gain)
dan menguji hipotesis;
c. Membuat penafsiran dan kesimpulan hasil penelitian.
E. Teknik Analisis Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Pedoman Observasi
Observasi merupakan suatu pengamatan yang dilakukan dengan
teliti dan sistematis untuk tujuan tertentu.Pedoman obseravsi digunakan
untuk mengamati tingkat aktivitas belajar siswa selama kegiatan belajar
mengajar. Observasi adalah suatu teknik evaluasi non tes yang
menginventariskan data tentang sikap dan kepribadian siswa dalam
kegiatan belajarnya. Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan
data ini berupa format observasi.Teknik observasi pada penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui keterlaksanaan model pembelajaran dan
a. Observasi keterlaksanaan model pembelajaran
Teknik observasi ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana
perlakuan, yang berupa model pembelajaran berbasis masalah
(problem based learning), diterapkan dalam pembelajaran. Instrumen
observasi ini berupa lembar observasi yang memuat daftar check list
(√) tahap-tahap pembelajaran berbasis masalah (problem based
learning) dan kolom komentar atau saran-saran. Teknik yang
digunakan dalam pengisian lembar observasi tersebut adalah dengan
memberikan skor 1 (satu) jika indikator pada fase pembelajaran
muncul dan 0 (nol) jika tidak muncul.
b. Observasi aktivitas siswa
Teknik observasi ini digunakan untuk mengetahui aktivitas
siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Aktivitas yang dimaksud
berupa aktivitas visual, aktivitas lisan, dan aktivitas motorik, yang
masing-masing terdiri dari tiga aspek kegiatan yang diamati.
Instrumen observasi ini memuat daftar persentase siswa yang aktif
pada aspek-aspek aktivitas tersebut, dengan penilaian jumlah siswa
aktif dibagi jumlah keseluruhan dikali 100%, yang sesuai dengan
2. Tes
Tes adalah sebuah alat atau prosedur sistematik bagi pengukuran
sebuah contoh perilaku.Tes yang diberikan ialah berupa soal-soal yang
berkaitan dengan materi yang dibahas. Tes ini digunakan untuk
mengetahui nilai kognitif yang merupakan hasil belajar siswa.
Setelah dibuat instrument berupa tes, maka diadakan uji coba
instrument, tujuannya untuk melihat validitas dan reabilitas instrumen
sehingga ketika instrument itu diberikan pada kelas eksperimen,
instrumen tersebut telah valid dan reliabel.
a. Analisis Validasi instrument
Suatu alat evaluasi disebut valid apabila alat evaluasi tersebut
mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi. Pengujian
validitas instrumen ini merupakan pengujian validitas setiap butir
tes. Pengujian validitas setiap butir soal dapat dihitung dengan
menggunakan teknis analisis point biserial,karena skor setiap soal
untuk jawaban benar adalah 1 dan jawaban salah adalah 0 yang
dinyatakan dalam persamaan berikut ini.
q
(peserta tes) pada butir soal yang sedang dicari korelasinya
Mt = mean (rata-rata) skor yang dijawab salah oleh testee
(peserta tes) pada butir soal yang sedang dicari korelasinya
dengan tes secara keseluruhan.
St = deviasi standar
P = proporsi testee yang menjawab betul terhadap butir soal
yang sedang diuji validitasnya
q = proporsi testee yang menjawab salah terhadap butir soal
yang sedang diuji validitasnya
(Arikunto, 2012:93)
perhitungan pengujian validitas instrumen tes ini terdapat pada
Lampiran B.3. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, diperoleh
data bahwa dari 30 soal yang diujicobakan terdapat 24 soal yang
dinyatakan valid. Butir-butir soal tersebut adalah soal nomor 3, 4,
5, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 24, 25,
27, 28, 29. Semua soal yang valid ini selanjutnya akan disaring
kembali berdasarkan kriteria yang lainnya untuk digunakan dalam
b. Analisis Reliabilitas instrument
Suatu alat evaluasi dikatakan reliabel apabila hasil evaluasi
tersebut tidak berubah ketika digunakan untuk subjek yang
berbeda. Setelah dilakukan pengujian validitas semua instrumen,
maka butir-butir soal yang valid dihitung koefisien reliabilitasnya.
Seperti yang diuraikan pada bagian uji validitas, didapat bahwa dari
30 soal yang diujicobakan terdapat 24 soal yang dinyatakan valid.
Oleh karena itu, yang dihitung koefisien reliabilitasnya adalah 24
soal tersebut.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menunjukkan
reliabilitas suatu instrumen tes adalah rumus KR-20 yang
ditunjukkan dengan rumus berikut ini.
Selanjutnya koefisien reliabilitas yang diperoleh
diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi koefisien
Tabel 3.2 Kriteria Reliabilitas
Koefisien Korelasi Derajat Reliablitas
r11< 0,20 Sangat rendah
0,20 ≤ r11< 0,40 Rendah
0,40 ≤ r11< 0,70 Sedang
0,70 ≤ r11< 0,90 Tinggi
0,90 ≤ r11< 1,00 Sangat tinggi.
(Arikunto, 2007:93)
Perhitungan nilai reliabilitas ini terdapat pada Lampiran B.3.
Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh bahwa nilai reliabilitas
instrumen tes ini adalah 0,837. Nilai ini termasuk kategori tinggi
(r11>0,70) atau dengan kata lain bahwa instrumen ini reliabel. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan instrumen ini layak untuk di ujikan
kepada siswa.
c. Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal
Tes yang baik adalah tes yang mempunyai taraf kesukaran
tertentu, sesuai dengan karakteristik peserta tes. Taraf kesukaran
suatu tes dapat dicari dengan menggunakan rumus berikut ini.
JS B P
(Arikunto, 2012:223)
Dimana :
P = derajat kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar
Adapun klasifikasi interpretasi untuk tingkat kesukaran
adalah sebagai berikut :
Tabel 3.3 Kriteria Tingkat Kesukaran
Rentang
Tingkat Kesukaran Kategori
0,01 < IK ≤ 0,30 Sukar
derajat kesukaran. Soal-soal tersebut adalah soal nomor 3, 4, 5, 6,
7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 24, 25, 27,
28, 29. Tingkat kesukaran yang diperoleh untuk tiap butir soal
disajikan pada Lampiran.
d. Analisis Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk
membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan
siswa yang berkemampuan rendah. Untuk menentukan daya
D = Daya pembeda
Ja = banyaknya peserta kelompok atas
Jb = bayaknya peserta kelompok bawah
Ba = bayaknya kelompok peserta atas yang menjawab soal
dengan benar
Bb = banyaknya kelompok peserta bawah yang menjawab soal
dengan benar
Pa = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
Pb = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
(Arikunto, 2012:228)
Adapun klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.4 Kriteria Daya Pembeda Soal
Rentang
Daya Beda
Kategori
0,00 < DP ≤ 0,20 Buruk
0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup
0,40 < DP ≤ 0,70 Baik
0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat baik
(Arikunto, 2012:232)
Hasil uji coba dengan menggunakan statistik menunjukkan
bahwa 30 soal terdapat 5 soal yang termasuk kategori buruk, 0 soal
termasuk kategori cukup, 15 soal termasuk kategori baik dan 10
soal termasuk kategori baik sekali. Jika ditinjau dari soal-soal valid
dan memenuhi kriteria derajat kesukaran, maka dari 20 soal yang
beda ini. Daya pembeda yang diperoleh untuk tiap butir soal
disajikan pada Lampiran.
Dari keseluruhan soal yang diujicobakan, jumlah soal yang
digunakan dalam penelitian ini adalah 20 soal. Pemilihan 20 soal
ini disamping didasarkan pada keempat kriteria di atas juga
didasarkan pada keterwakilan semua indikator materi
pembelajaran. soal-soal yang dipilih dianggap memiliki kriteria
yang paling baik berdasarkan keempat kriteria yang disyaratkan.
Disamping itu, 20 soal yang digunakan ini dianggap telah mewakili
setiap indikator pembelajaran sehingga ketercapaian tujuan
pembelajaran dapat diukur dengan 20 soal ini.
F. Teknik Pengelohan data
Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik observasi dan tes.
1. Observasi
Lembar observasi adalah instrumen non tes yang digunakan untuk
melihat aktivitas siswa dan aktivitas guru dalam proses pembelajaran.
lembar observasi ini digunakan ketika pembelajaran sedang
berlangsung. Setiap pernyataan pada lembar observasi untuk aktivitas
siswa di ambil jumlah keseluruhan siswa yang aktif selanjutnya dibagi
dimaksudkan untuk mengetahui apakah guru melaksanakan aktivitas
yang disebutkan atau tidak.
Observasi/pengamatan digunakan untuk mengukur keterampilan
praktik siswa dalam memahami Standar kompetensi Mengolah Hasil
Ternak Unggas (merawat ternak sakit). Data yang diperoleh dengan
teknik-teknik tersebut dikumpulkan secara bertahap pada setiap
pelaksanaan pembelajaran. Pedoman observasi merupakan indikator
penilaian aktivitas belajar siswa, yang dihitung menggunakan rumus:
P = (Arikunto, 2000:246)
P : Presentase
F : frekuensi data
N : jumlah sampel yang diolah
Tabel 3.5 Kriteria Persentase Aktivitas Belajar Siswa
No. Persentase (%) Klasifikasi
1 92 – 100 Baik sekali
2 75 – 91 Baik
3 50 – 74 Cukup baik
4 25 – 49 Kurang baik
5 0 – 24 Tidak baik
2. Pengolahan data hasil Tes
a. Menghitung rentang kelas
b. Menghitung banyaknya kelas
d. Membuat tabel distribusi
e. Mencari media
f. Mencari modus
g. Mencari rata-rata kelas dengan rumus
̅
Keterangan:
̅ = angka rata-rata
xi = nilai data
n = jumlah data 1. Diviasi standar
(Sudjana, 1984:66)
3. Uji Normalitas
Uji normalitas data ini untuk mengetahui apakah sampel yang
diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji kenormalan yang digunakan
yaitu chi-kuadrat, dengan rumus:
∑
Dengan dk = K-3 = 0,05
(Sudjana, 1984:270)
Simbol Oi pada persamaan tersebut menunjukkan frekuensi
observasi sedangkan simbol Ei menunjukkan frekuensi ekspektasi
(harapan). Kriteria pengujian nilai chi-kuadrat adalah sebagai berikut:
4. Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui bahwa kedua kelas
(kelas eksperimen dan kelas kontrol) memiliki varian yang sama atau
penguasaan yang homogen. Rumus yang digunakan adalah:
Keterangan:
Vb = varians (Sd) yang lebih besar
Vk = varians (Sd) yang lebih kecil
(Sudjana, 1984:242)
Kriteria pengujian nilai homogenitas adalah sebagai berikut:
c. Jika Fhitung≤ Ftabel, maka data berdistribusi normal
d. Jika Fhitung > Ftabel, maka data tidak berdistribusi normal
5. Uji Hipotesis
Bila hasil test yang diperoleh berdistribusi normal dan homogen,
maka dilakukan uji hipotesis dengan rumus:
√
Keterangan:
X1 = Mean sampel kelompok eksperimen
X2 = Mean sampel kelompok kontrol
n1 = jumlah anggota sampel kelas eksperimen
n2 = jumlah anggota sampel kelas kontrol
(Arikunto, 2008:56)
6. Nilai Normal Gain
Gain adalah antara selisih anatara nilai pretest dan nilai posttest.
Disamping itu, gain juga menunjukkan peningkatan pemahaman siswa
atau penguasaan konsep siswa setelah pembelajaran dilakukan. Uji
normal gain menurut Meltzer adalah:
dengan kategori perolehan:
g tinggi : nilai (g) > 0,70
g sedang : nilai 0,70 > (g) > 0,3
g rendah : nilai (g) < 0,3
G. Hasil Observasi
Data hasil observasi akan dianalisis secara deskriftif. Hal ini
dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran umum tentang pelaksanaan
pembelajaran di kelas selama diberi perlakuan berupa penerapan model
pembelajaran berbasis masalah (problem based-learning) pada
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka kesimpulan yang
dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Hasil belajar siswa untuk kelompok kontrol yang menerapkan model
pembelajaran konvensional, dengan rata-rata pretest sebesar 61
sedangkan rata-rata nilai posttest adalah 78. interpretasi peningkatan
N-Gain berada pada kategori “sedang” dengan nilai 0,45.
2. Hasil belajar siswa untuk kelompok eksperimen yang menerapkan
model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning),
dengan rata-rata pretest sebesar 65,83 sedangkan rata-rata nilai
posttest adalah 88,33. interpretasi peningkatan N-Gain berada pada
kategori “sedang” dengan nilai 0,69.
3. Pada analisis data menunjukkan terdapat perbedaan hasil belajar siswa
antara kelas eksperimen yang menerapkan model pembelajaran
berbasis masalah (problem based learning) dengan kelas kontrol yang
menerapkan model pembelajaran konvensional. Peningkatan hasil
belajar siswa yang menerapkan model pembelajaran berbasis masalah
(problem based learning) lebih baik dari pada kelas kontrol yang
4. Aktivitas siswa yang menggunakan model pembelajaran berbasis
masalah (problem based learning) lebih aktif dibandingkan dengan
siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, maka
penulis mengajukan beberapa saran sebagai perbaikan di masa mendatang.
1. Untuk Guru bidang studi kompetensi dasar hasil pengolahan ternak
yang mengalami permasalahan hasil belajar dan aktivitas siswa
disarankan agar dapat menerapkan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (problem based
learning).
2. Untuk siswa diharapkan lebih aktif dan dapat lebih berfikir kritis
dalam memecahkan masalah di ingkungan luar terutama permasalah
didunia perternakan.
3. Untuk peneliti selanjutnya, disarankan untuk mengembangkan
penelitian ini lebih luas dengan menerapkan model pembelajaran
berbasis masalah (problem based learning) pada bidang keilmuan
DAFTAR PUSTAKA
Agus Suprijono. (2012). Metode dan Model-Model Mengajar. Bandung: Alfabeta.
Arikunto, Suharsimi. (2008). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta:
Arikunto, Suharsimi. (2007). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Barrows, Howard. (2001). Problem Based Learning. [Online] tersedia: http://barrows.mountaincable.net [16 mei 2012]
Dasna, I Wayan dan Sutrisno. (2008). Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem based learning). Malang : jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang.
Departemen Pendidikan Nasional (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta:Balai Pustaka
Depdikbud. (2001).Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta : PN Persero Balai Pustaka.
Dimyati dan Mudjiono. (1999). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:Rineka Cipta.
Isjoni (2007). Cooperative Learning: Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok. Bandung. Alfabeta
Miftahul Huda.(2011). Cooperative Learning :Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rachminurrachmi, Ulfa. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Rasional dan prestasi Belajar Siswa. Skripsi S1 Prodi Pendidikan Fisika UPI Bandung : tidak diterbitkan
Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media.
Slavin, Robert, E. (2009). Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung. Nusa Media
Sudjana, N. (2008). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Sugiyono.(2009). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sukardi.(2003). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara
Universitas Pendidikan Indonesia, (2012). “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah”. Bandung: Univesity Press UPI