• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED-LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA STANDAR KOMPETENSI MENGOLAH HASIL TERNAK UNGGAS DI SMKN 2 CILAKU CIANJUR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED-LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA STANDAR KOMPETENSI MENGOLAH HASIL TERNAK UNGGAS DI SMKN 2 CILAKU CIANJUR."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

(PROBLEM-BASED LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR SISWA PADA STANDAR KOMPETENSI MENGOLAH HASIL

TERNAK UNGGAS DI SMKN 2 CILAKU CIANJUR

SKRIPSI

Dianjukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Teknologi Agroindustri

Oleh

RATNA JUWITA

0811770

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI AGROINDUSTRI

FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

ABSTRAKSI

Ratna Juwita (0811770) : Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based-Learning) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Standar Kompetensi Mengolah Hasil Ternak Unggas Di SMKN 2 Cilaku Cianjur.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa yang menerapkan model pembelajaran berbasis masalah (Problem based-Learning) dan model pembelajaran konvensional pada standar kompentensi mengolah hasil ternak unggas di Program Keahlian Agribisnis Ternak Unggas. Penelitian ini menggunakan metode Pre- Experimental Designs dengan desain penelitian intact-group comparison design. Dalam penelitian ini kelas yang ada pada jurusan ATU di SMKN 2 Cilaku hanya satu kelas dan berjumlah sebelas orang sehingga peneliti membagi dua kelompok menjadi enam orang siswa untuk kelas eksperimen dengan penerapan model pembelajaran berbasis masalah dan lima orang siswa untuk kelas kontrol atau kelas pembanding dengan penerapan model pembelajaran konvensional. Instrument yang digunakan yaitu lembar observasi aktivitas siswa dan test soal pre test dan post test.

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa XII ATU pada standar kompetensi mengolah hasil ternak unggas. Hasil penelitian ini menunjukkan pengetahuan awal siswa dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen tidak terdapat perbedaan secara signifikan. Prestasi belajar untuk kelompok kontrol yang menerapkan model pembelajaran konvensional, dengan rata-rata pre test sebesar enam puluh satu sedangkan rata-rata nilai post test sebesar tujuh puluh delapan memiliki peningkatan sebesar 0,45 atau berkategori “sedang”. Prestasi belajar untuk kelompok eksperimen yang menerapkan model pembelajaran berbasis masalah memiliki rata-rata nilai pre test sebesar enam puluh lima koma delapan dan nilai rata-rata post test sebesar delapan puluh delapan koma tiga memiliki peningkatan sebesar 0,69 atau berkategori “sedang”.

Pada analisis data menunjukan, terdapat perbedaan prestasi belajar antara kelas eksperimen yang menerapkan model pembelajaran berbasis masalah dengan kelas kontrol yang menerapkan model pembelajaran konvensional. Peningkatan prestasi belajar siswa yang menerapkan model pembelajaran berbasis masalah lebih baik dari pada kelas kontrol yang menerapkan model pembelajaran konvensional.

(3)

DAFTAR ISI

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah... 5

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 8

G. Penjelasan Judul Penelitian ... 9

H. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13

A. Belajar dan pembelajaran ... 13

B. Pengertian model pembelajaran... 15

C. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-based learning) ... 17

D. Teori yang Melandasi Pembelajaran Berbasis Masalah ... 19

E. Tahapan-tahapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 21

F. Mata Pelajaran Produktif ... 24

G. Standar Kompetensi Penangan Hasil Ternak Unggas ... 25

H. Hasil Belajar ... 27

I. Aktivitas Belajar ... 29

J. kerangka pemikiran ... 32

(4)

xi

BAB III METODOLOGI ... 35

A. Metode dan design Penelitian ... 35

1. Metode Penelitian ... 35

2. Desain Penelitian ... 35

B. Variabel dan Paradigma Penelitian ... 36

1. Variabel Penelitian ... 36

2. Alur Penelitian ... 36

C. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 37

1. Lokasi Penelitian ... 37

2. Subjek Penelitian ... 38

D. Prosedur Penelitian ... 39

E. Teknik Analisis Instrumen Penelitian... 41

F. Teknik pengolahan Data ... 49

G. Hasil observasi ... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54

A. Deskripsi Data ... 54

B. Prestasi belajar kelas kontrol ... 54

C. Prestasi belajar kelas eksperimen ... 55

D. Peningkatan Hasil Belajar ... 56

E. Uji Prasyarat ... 59

F. Uji Hipotesis ... 61

G. Data Hasil Observasi ... 63

H. Pembahasan Hasil Penelitian ... 67

BAB V PENUTUP ... 71

A. Kesimpulan ... 71

B. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 73

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan elemen yang sangat penting dalam perkembangan suatu

bangsa. Melalui pendidikan yang maju, maka perkembangan dalam berbagai aspek baik

aspek sosial, budaya, dan bahkan teknologi akan semakin pesat. Karena itulah pendidikan

menjadi fokus perbincangan berbagai kalangan masyarakat. Seiring dengan perkembangan

jaman, tuntutan dan kebutuhan masyarakat akan pendidikan juga semakin beragam.

Masyarakat sekarang lebih cerdas dalam memilih pendidikan bagi anak – anaknya.

Mereka menginginkan anaknya mendapatkan pendidikan yang dapat langsung

diaplikasikan kedalam kehidupan sehari-hari.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu solusi untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat di bidang pendidikan. Di SMK diajarkan berbagai macam ilmu dan

pengetahuan yang pada umumnya berbasis teknologi.Ilmu dan materi yang diajarkan di

SMK merupakan materi-materi pelajaran yang dapat diaplikasikan langsung dalam

kehidupan sehari-hari. Untuk memenuhi tuntutan masyarakat maka SMK merupakan

lembaga pendidikan yang diharapkan mampu mencetak generasi yang terdidik dan

memiliki keterampilan yang aplikatif. Sehingga siswa SMK dapat langsung terjun ke

dunia industri baik itu sebagai tenaga kerja maupun sebagai pengusaha dari industri itu

sendiri. Sesuai dengan tujuan umum SMK, yaitu untuk memberikan keterampilan kepada

siswa. Maka SMK merupakan sekolah yang dalam pembelajarannya lebih banyak

(6)

adalah 60 % dan 40 %. Sehingga diharapkan siswa benar - benar menguasai dan mampu

mempraktekan materi yang diajarkan di sekolah.

Kualitas pembelajaran ditentukan oleh interaksi komponen-komponen dalam

sistemnya. Yaitu tujuan, bahan ajar (materi), anak didik, sarana, media, metode, partisipasi

masyarakat, performance sekolah, dan evaluasi pembelajaran (Moh, Shochib, 1998).

Optimalisasi komponen ini, menentukan kualitas (proses dan produk) pembelajaran.

Upaya yang dapat dilakukan oleh pendidik adalah melakukan analisis tentang karakteristik

setiap komponen dan mensinkronisasikan sehingga ditemukan konsistensi dan keserasian

di antaranya untuk tercapainya tujuan pembelajaran. Karena pembelajaran mulai dari

perencana, pelaksanaan dan evaluasinya senantiasa merujuk pada tujuan yang diharapkan

untuk dikuasai atau dimiliki oleh anak didik baik sesuai dengan tujuan yang dirancang

(instructional effect) maupun dampak pengiring (nurturrant effect) (Moch. Shochib:

1999).

Selama ini proses pembelajaran di sekolah masih terperangkap pada paradigma

bahwa pengetahuan (knowledge) merupakan perangkat fakta-fakta yang harus dihafal,

selain itu cara pembelajaran di dalam kelas masih didominasi oleh peran guru sebagai

sumber pengetahuan serta metode ceramah sebagai pilihan utama strategi belajar

mengajar. Hal ini sesuai dengan fakta bahwa mayoritas proses belajar mengajar di

Indonesia masih menggunakan metode konvensional yaitu masih terbatas pada teacher

oriented.

Seiring perkembangan dunia pendidikan, telah ditemukan berbagai macam model,

metode, strategi dan pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada siswa, sehingga

siswa dapat berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran yang

menyenangkan memang menjadi langkah awal untuk mencapai hasil belajar yang

(7)

apabila siswa atau anak didik mengalami sendiri apa yang dipelajarinya”. Pembelajaran

kontekstual ini merupakan model pembelajaran yang mampu mendorong siswa

mengkonstruksikan pengetahuan yang telah diperolehnya melalui pola pikir mereka

sendiri.

Nurhadi, dkk (2003:13) menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual adalah sebagai

berikut.

Konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antar pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari hari, sementara siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkonstruksi sendiri sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.

Berkaitan dengan hal tersebut pendekatan kontekstual memang sangat relevan untuk

mendapatkan pembelajaran yang bermakna. Pendekatan ini dapat dilakukan dengan

menerapkan berbagai macam strategi di dalamnya. Salah satunya dengan menggunakan

model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning)

Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-Based Learning) dipandang cocok

untuk menghadirkan suasana nyata di dalam proses pembelajaran. Secara kontekstual,

permasalahan pembelajaran mata pelajaran produktif perternakan sangat dekat dengan

realitas permasalahan-permasalahan para peternak yang terjadi di masyarakat.

Nurhadi, dkk (2004:56) mendefinisikan Pembelajaran berbasis masalah (

Problem-Based Learning) adalah: Suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah

dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis

dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep

yang esensial dari materi pelajaran.

SMK Pertanian merupakan salah satu sistem pendidikan yang mulai dikembangkan

di Negara Indonesia, akan tetapi minat terhadap pembelajaran pertanian di masyarakat

(8)

yang lebih bermakna dan menyenangkan akan meningkatkan pemahaman dan minat

siswa dan masyarakat terhadap pendidikan pertanian.

Berdasarkan masalah dan gambaran umum yang telah dipaparkan di atas, peneliti

memandang perlu untuk meneliti tentang “Penerapan Model Pembelajaran Berbasis

Masalah (Problem-Based Learning) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada

Standar Kompetensi Mengolah Hasil Ternak Unggas Di SMKN 2 Cilaku Cianjur”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian diatas, muncul beberapa masalah yang memperkuat alasan

mengapa permasalahan tersebut diangkat. Adapun identifikasi masalah dari judul yang

penulis pilih adalah sebagai berikut:

1. Kegiatan pembelajaran pada umumnya masih berpusat pada guru (teacher oriented)

dan siswa cenderung kurang dilibatkan dalam kegiatan pembelajaran.

2. Pemahaman dan penguasaan siswa terhadap Standar Kompetensi Penanganan Hasil

Panen masih sangat kurang karena masih banyak yang belum memenuhi angka

KKM yang ditetapkan sekolah

3. Usaha untuk meningkatkan hasil belajar dan Aktivitas belajar siswa masih kurang

optimal, karena banyak siswa malu bertanya atau tampil kedepan kelas.

4. Siswa hanya terfokus dengan permasalahan sederhana yang diciptakan oleh guru,

sehingga kurang memahami permasalahan yang terjadi di masyarakat yang lebih

komplek dan kritis.

C. Batasan Masalah

Untuk menghindari penyimpangan tujuan dan penelitian menjadi lebih terarah,

maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(9)

2. Model pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model

pembelajaran konvensional untuk kelas kontrol dan model pembelajaran

pengajaran berbasis masalah (problem based learning) untuk kelas eksperimen.

3. Hasil belajar dan Aktivitas belajar meliputi pada aspek penguasaan materi

(kognitif) yaitu nilai pretest-posttest dan sikap (Afektif) selama kegiatan belajar

mengajar dengan menggunakan Model pembelajaran Pengajaran berbasis

masalah (Problem-Based Learning) dan model pembelajaran konvensional.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan dan identifikasi masalah yang telah diuraikan, maka dapat

dirumuskan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana hasil belajar siswa dengan diterapkan Model pembelajaran

konvensional pada standar kompetensi Pengolahan hasil Ternak di kelas XII

program keahlian Agribisnis Ternak Unggas di SMKN 2 Cilaku Cianjur?

2. Bagaimana hasil belajar siswa dengan diterapkan Model pembelajaran berbasis

masalah (Problem-Based Learning) pada kompetensi dasar Pengolahan hasil

Ternak di kelas XII program keahlian Agribisnis Ternak Unggas di SMKN 2

Cilaku Cianjur?

3. Apakah terdapat perbedaan antara hasil belajar yang dicapai oleh siswa antara

yang menerapkan model pembelajaran Model pembelajaran berbasis masalah

(Problem-Based Learning) dan model pembelajaran konvensional pada

kompetensi dasar Pengolahan hasil Ternak di kelas XII program keahlian

Agribisnis Ternak Unggas di SMKN 2 Cilaku Cianjur?

4. Bagaimana aktivitas siswa pada standar kompetensi Pengolahan hasil Ternak di

(10)

Cianjur dengan adanya penerapan Model pembelajaran berbasis masalah

(Problem-Based Learning) ?

E. Tujuan

Tujuan penelitian merupakan pedoman bagi peneliti dalam melakukan

penelitian. Tujuan dari penelitian ini pada umumnya adalah untuk memberikan sebuah

alternatif pada pembelajaran yang diharapkan dapat digunakan oleh guru di SMKN 2

Cilaku. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa yang menerapkan model pembelajaran

konvensional pada standar kompetensi Pengolahan hasil Ternak di kelas XII

program keahlian Agribisnis Ternak Unggas di SMKN 2 Cilaku Cianjur

2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa yang menerapkan model pembelajaran

Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-Based Learning) pada standar

kompetensi Pengolahan hasil Ternak di kelas XII program keahlian Agribisnis

Ternak Unggas di SMKN 2 Cilaku Cianjur

3. Mengetahui perbedaan hasil belajar yang dicapai oleh siswa antara yang

menerapkan Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-Based Learning)

dan model pembelajar Konvensional pada standar kompetensi Pengolahan hasil

Ternak di kelas XII program keahlian Agribisnis Ternak Unggas di SMKN 2

Cilaku Cianjur

4. Mengetahui aktivitas siswa kompetensi dasar Pengolahan hasil Ternak di kelas

XII program keahlian Agribisnis Ternak Unggas di SMKN 2 Cilaku Cianjur

dengan adanya penerapan Model pembelajaran berbasis masalah (

Problem-Based Learning)

(11)

Berdasarkan dari tujuan yang dikemukakan diatas, maka setelah selesai penelitian

dilakukan dan hasilnya diperoleh, diharapkan memiliki manfaat. Adapun manfaat yang

ingin diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Teoritis

Memberikan gambaran umum tentang penerapan model pembelajaran

berbasis masalah (Problem-Based Learning) untuk meningkatkan aktivitas

belajar dan hasil belajar pada standar kompetensi mengolah di SMK N 2 Cilaku

Cianjur.

2. Praktis

a. Dapat memberikan masukan kepada praktisi pendidikan khususnya guru

pengajar, jika hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model

pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan penguasaan materi dalam

pembelajaran mata pelajaran produktif.

b. Peneliti mengharapkan, siswa lebih kritis dalam menanggapi pelajaran produktif

terutama yang sangat berkaitan terhadap permasalahan yang terjadi di

masyarakat.

c. Bagi peneliti, dapat menjadi wahana memperoleh pengetahuan dan

keterampilan penggunaan model pembelajaran berbasis masalah, sebagai

langkah awal dalam mendapatkan solusi terkait dengan masalah-masalah yang

tejadi dalam proses pembelajaran kompetensi dasar pengolaha hasil ternak.

d. Bagi peneliti lain, dapat memberikan wawasan baru dan sebagai bahan

masukan bagi peneliti yang mengkaji masalah serupa.

G. Penjelasan Judul Penelitian

Guna menghindari salah penafsiran dalam penelitian ini, maka penulis

(12)
(13)

1. Penerapan

Penerapan adalah pemasangan, pengenaan atau perihal mempraktikan

(KBBI, 1992). Yang dimaksud dengan penerapan di sini adalah mempraktikan

pembelajaranberbasis masalah (Problem-Based Learning) dalam kegiatan belajar

mengajar Mata pelajaran produktif.

2. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-Based Learning)

Suatu pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata

sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan

keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan

konsep yang esensial dari materi pelajaran. (Nurhadi, dkk, 2004:56).

Pembelajaran berbasis masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah

membahas permasalah yang terjadi di masyarakat yang relevan dengan

kompetensi pada pembelajaran mata pelajaran produktif.

3. Aktifitas belajar

Aktivitas belajar yang dimaksud adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses

belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Sardiman (Erwin Ridha,

2007 : 37) menegaskan bahwa pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada

belajar jika tidak ada aktivitas. Pada penelitian ini yang termasuk kedalam

aktivitas belajar di dalam kelas adalah mengumpulkan informasi, melakukan

diskusi, keterampilan siswa bertanya, keterampilan siswa menjawab, membuat

kesimpulan, mempresentasikan dan lain-lain.

4. Hasil Belajar

Hasil belajar menurut Anni (2004:4) merupakan perubahan perilaku yang

(14)

(1990:22) adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

pengalaman belajaranya. Hasil belajar yang dimaksud disini adalah perubahan

sikap, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki siswa setelah mengalami

pembelajaran pada pelajaran produktif.

H. Sistematika Penulisan

Agar pembahasan dalam proposal penelitian nanti terdapat kesinambungan dan

sistematis, maka dalam penulisannya ini mencakup tiga bab berdasarkan pembahasan

sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang penelitian, identifikasi masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, dan sistematika

penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

Berisi tentang tinjauan pustaka mengenai belajar dan pembelajaran,

pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), pelajaran

produktif ATU di SMKN 2 cianjur, hasil belajar dan aktivitas belajar. Selain berisi

tinjauan pustaka, pada bab ini juga terdapat kerangka pemikiran dan hipotesis

penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Berisi tentang lokasi dan subjek penelitian, metode dan desain penelitian,

variabel penelitian, instrumen penelitian dan pengembangan instrumen, teknik

pengumpulan data, analisis data, dan tahapan penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

(15)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain penelitian

1. Metode penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode

pre-experimental design. Pre- Experimental Designs (non designs) belum

merupakan eksperimen sungguh – sungguh karena masih terdapat variabel

luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen

(sugiono, 2010:107). Metode ini dipilih karena harus dijalankan dengan

menyelidiki suatu kelompok yang dibagi dua dan diberikan perlakuan.

Dalam penelitian eksperimen ini, peneliti juga membagi menjadi dua grup

yaitu grup treatment dan grup kontrol (Sukardi, 2003:16).

Dalam penelitian ini kelas yang ada pada jurusan APTU di SMKN 2

Cilaku hanya satu kelas dan berjumlah 11 orang sehingga peneliti membagi

dua kelompok menjadi 6 orang siswa untuk kelas eksperimen dan 5 orang

siswa untuk kelas kontrol atau kelas pembanding.

2. Design penelitian

Adapun desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian

intact-group comparison design, yaitu pada desain ini terdapat satu

kelompok yang digunakan untuk penelitian, tetapi di bagi menjadi dua.

Yaitu setengah kelompok untuk eksperimen (yang di beri perlakuan) dan

(16)

setengah untuk kelompok kontrol (yang tidak diberi perlakuan). Paradigma

penelitian dapat digambarkan dengan pola seperti berikut :

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Keterangan :

O1= Hasil pengukuran setengah kelompok yang diberi perlakuan

O2= Hasil pengukuran setengah kelompok yang tidak di beri perlakuan

Pengaruh perlakuan = O1– O2

B. Variabel dan Paradigma Penelitian

1. Variabel penelitian

Dari judul penelitian Eksperimen Penerapan Model Pembelajaran

Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa maka

terdapat 2 variabel bebas. Variabel bebas adalah variabel penyebab yang

saling tidak mempengaruhi variabel lainnya. Adapun variabel–variabel

bebas dalam penelitian ini, yaitu:

X1 : Prestasi belajar yang menerapkan model pembelajaran berbasis

masalah.

X2 : Prestasi belajar yang menerapkan model pembelajaran konvesional.

2. Paradigma penelitian

Paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan

bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan

perlakuan peneliti terhadap ilmu atau teori.

X O1

(17)

Gambar 3.1. Diagram Alur Penelitian

C. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Negeri 2 Cilaku Kabupaten Cianjur

Pretest

pengolahan hasil ternak) Analisis Kesimpulan

(18)

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas XII Kompetensi Keahlian

Agribisnis Ternak Unggas SMK Negeri 2 Cilaku Cianjur.

a. Populasi

Populasi adalah objek atau subjek yang memiliki karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti. Subjek populasi dalam

penelitian ini adalah siswa kelas XII Kompetensi Keahlian

Agribisnis Ternak Unggas SMK Negeri 2 Cilaku Cianjur yang

berjumlah 1 kelas dengan siswa 11 orang.

b. Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini merupakan

sampel total. Sehingga, sampel dalam penelitian ini diambil

sebesar populasi yaitu seluruh siswa kelas XII ATU yang berjumlah

11 orang yang di bagi menjadi 2 kelompok, dimana kelas

eksperimen berjumlah 6 orang siswa laki-laki, Dan yang aktif

mengikuti pembelajaran sampai akhir penelitian hanya 6 orang.

Kelas eksperimen ini merupakan kelas yang pembelajarannya

menggunakan model pembelajaran berbasis masalah.

Sementara kelas kontrol yaitu berjumlah 5 orang siswa

(19)

orang. Kelas kontrol ini merupakan kelas yang pembelajarannya

menggunakan Metode Konvensional.

D. Prosedur Penelitian

Tahapan dalam pelaksanaan penelitian ini terdiri dari 3 tahap yaitu

tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap akhir.

1. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan ini, penulis melaksanakan langkah-langkah

sebagai berikut:

a. Membuat proposal penelitian;

b. Mengusulkan surat keputusan mengenai dosen pembimbing skripsi;

c. Melaksanakan bimbingan kepada dosen pembimbing;

d. Melaksanakan seminar proposal penelitian;

e. Mengadakan perbaikan-perbaikan proposal penelitian berdasarkan

hasil seminar dan arahan-arahan Pembimbing I dan Pembimbing II;

dan

f. Mengajukan surat izin observasi dan penelitian di SMK Negeri 2

Cilaku Cianjur.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Melaksanakan observasi tempat penelitian dan mengadakan konsultasi

dengan Kepala Sekolah SMK Negeri 2 Cilaku Cianjur., dan Wakasek

(20)

b. Mengadakan konsultasi dengan guru mata diklat pengolahan hasil

ternak terkait dengan penelitian yang akan dilaksanakan;

c. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP);

d. Melaksanakan penelitian di kelas XII Program Keahlian Agribisnis

Ternak Unggas SMK Negeri 2 Cilaku Cianjur. dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

1) Membagi kelompok kontrol dan eksperimen. Kelompok kontrol

menggunakan model pembelajaran konvensional, sedangkan

kelompok eksperimen menggunakan model pembelajaran berbasis

masalah.

2) Memberikan pretest dengan menggunakan 20 butir soal pilihan

ganda, setelah terlebih dahulu meminta lembar judgement

(pernyataan) pada guru Mata Pelajaran Produktif SMK Negeri 2

Cilaku Cianjur guna validasi soal-soal tersebut.

3) Memberikan perlakuan kepada kelompok kontrol dengan

menggunakan model pembelajaran konvensional dan kelompok

eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran berbasis

masalah.

4) Memberikan postest pada akhir pertemuan.

e. Konsultasi pada Pembimbing I dan Pembimbing II mengenai hasil

(21)

f. Melaksanakan perbaikan berdasarkan saran dari pembimbing I dan

Pembimbing II;

3. Tahap Akhir

a. Pengolahan data dilakukan terhadap hasil pretest dan postest yang

telah dilaksanakan selama penelitian;

b. Pengolahan data dimaksudkan untuk menguji peningkatan (N-gain)

dan menguji hipotesis;

c. Membuat penafsiran dan kesimpulan hasil penelitian.

E. Teknik Analisis Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Pedoman Observasi

Observasi merupakan suatu pengamatan yang dilakukan dengan

teliti dan sistematis untuk tujuan tertentu.Pedoman obseravsi digunakan

untuk mengamati tingkat aktivitas belajar siswa selama kegiatan belajar

mengajar. Observasi adalah suatu teknik evaluasi non tes yang

menginventariskan data tentang sikap dan kepribadian siswa dalam

kegiatan belajarnya. Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan

data ini berupa format observasi.Teknik observasi pada penelitian ini

dilakukan untuk mengetahui keterlaksanaan model pembelajaran dan

(22)

a. Observasi keterlaksanaan model pembelajaran

Teknik observasi ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana

perlakuan, yang berupa model pembelajaran berbasis masalah

(problem based learning), diterapkan dalam pembelajaran. Instrumen

observasi ini berupa lembar observasi yang memuat daftar check list

(√) tahap-tahap pembelajaran berbasis masalah (problem based

learning) dan kolom komentar atau saran-saran. Teknik yang

digunakan dalam pengisian lembar observasi tersebut adalah dengan

memberikan skor 1 (satu) jika indikator pada fase pembelajaran

muncul dan 0 (nol) jika tidak muncul.

b. Observasi aktivitas siswa

Teknik observasi ini digunakan untuk mengetahui aktivitas

siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Aktivitas yang dimaksud

berupa aktivitas visual, aktivitas lisan, dan aktivitas motorik, yang

masing-masing terdiri dari tiga aspek kegiatan yang diamati.

Instrumen observasi ini memuat daftar persentase siswa yang aktif

pada aspek-aspek aktivitas tersebut, dengan penilaian jumlah siswa

aktif dibagi jumlah keseluruhan dikali 100%, yang sesuai dengan

(23)

2. Tes

Tes adalah sebuah alat atau prosedur sistematik bagi pengukuran

sebuah contoh perilaku.Tes yang diberikan ialah berupa soal-soal yang

berkaitan dengan materi yang dibahas. Tes ini digunakan untuk

mengetahui nilai kognitif yang merupakan hasil belajar siswa.

Setelah dibuat instrument berupa tes, maka diadakan uji coba

instrument, tujuannya untuk melihat validitas dan reabilitas instrumen

sehingga ketika instrument itu diberikan pada kelas eksperimen,

instrumen tersebut telah valid dan reliabel.

a. Analisis Validasi instrument

Suatu alat evaluasi disebut valid apabila alat evaluasi tersebut

mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi. Pengujian

validitas instrumen ini merupakan pengujian validitas setiap butir

tes. Pengujian validitas setiap butir soal dapat dihitung dengan

menggunakan teknis analisis point biserial,karena skor setiap soal

untuk jawaban benar adalah 1 dan jawaban salah adalah 0 yang

dinyatakan dalam persamaan berikut ini.

q

(peserta tes) pada butir soal yang sedang dicari korelasinya

(24)

Mt = mean (rata-rata) skor yang dijawab salah oleh testee

(peserta tes) pada butir soal yang sedang dicari korelasinya

dengan tes secara keseluruhan.

St = deviasi standar

P = proporsi testee yang menjawab betul terhadap butir soal

yang sedang diuji validitasnya

q = proporsi testee yang menjawab salah terhadap butir soal

yang sedang diuji validitasnya

(Arikunto, 2012:93)

perhitungan pengujian validitas instrumen tes ini terdapat pada

Lampiran B.3. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, diperoleh

data bahwa dari 30 soal yang diujicobakan terdapat 24 soal yang

dinyatakan valid. Butir-butir soal tersebut adalah soal nomor 3, 4,

5, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 24, 25,

27, 28, 29. Semua soal yang valid ini selanjutnya akan disaring

kembali berdasarkan kriteria yang lainnya untuk digunakan dalam

(25)

b. Analisis Reliabilitas instrument

Suatu alat evaluasi dikatakan reliabel apabila hasil evaluasi

tersebut tidak berubah ketika digunakan untuk subjek yang

berbeda. Setelah dilakukan pengujian validitas semua instrumen,

maka butir-butir soal yang valid dihitung koefisien reliabilitasnya.

Seperti yang diuraikan pada bagian uji validitas, didapat bahwa dari

30 soal yang diujicobakan terdapat 24 soal yang dinyatakan valid.

Oleh karena itu, yang dihitung koefisien reliabilitasnya adalah 24

soal tersebut.

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menunjukkan

reliabilitas suatu instrumen tes adalah rumus KR-20 yang

ditunjukkan dengan rumus berikut ini.



Selanjutnya koefisien reliabilitas yang diperoleh

diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi koefisien

(26)

Tabel 3.2 Kriteria Reliabilitas

Koefisien Korelasi Derajat Reliablitas

r11< 0,20 Sangat rendah

0,20 ≤ r11< 0,40 Rendah

0,40 ≤ r11< 0,70 Sedang

0,70 ≤ r11< 0,90 Tinggi

0,90 ≤ r11< 1,00 Sangat tinggi.

(Arikunto, 2007:93)

Perhitungan nilai reliabilitas ini terdapat pada Lampiran B.3.

Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh bahwa nilai reliabilitas

instrumen tes ini adalah 0,837. Nilai ini termasuk kategori tinggi

(r11>0,70) atau dengan kata lain bahwa instrumen ini reliabel. Oleh

karena itu, dapat disimpulkan instrumen ini layak untuk di ujikan

kepada siswa.

c. Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal

Tes yang baik adalah tes yang mempunyai taraf kesukaran

tertentu, sesuai dengan karakteristik peserta tes. Taraf kesukaran

suatu tes dapat dicari dengan menggunakan rumus berikut ini.

JS B P

(Arikunto, 2012:223)

Dimana :

P = derajat kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar

(27)

Adapun klasifikasi interpretasi untuk tingkat kesukaran

adalah sebagai berikut :

Tabel 3.3 Kriteria Tingkat Kesukaran

Rentang

Tingkat Kesukaran Kategori

0,01 < IK ≤ 0,30 Sukar

derajat kesukaran. Soal-soal tersebut adalah soal nomor 3, 4, 5, 6,

7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 24, 25, 27,

28, 29. Tingkat kesukaran yang diperoleh untuk tiap butir soal

disajikan pada Lampiran.

d. Analisis Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk

membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan

siswa yang berkemampuan rendah. Untuk menentukan daya

(28)

D = Daya pembeda

Ja = banyaknya peserta kelompok atas

Jb = bayaknya peserta kelompok bawah

Ba = bayaknya kelompok peserta atas yang menjawab soal

dengan benar

Bb = banyaknya kelompok peserta bawah yang menjawab soal

dengan benar

Pa = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

Pb = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

(Arikunto, 2012:228)

Adapun klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda adalah

sebagai berikut:

Tabel 3.4 Kriteria Daya Pembeda Soal

Rentang

Daya Beda

Kategori

0,00 < DP ≤ 0,20 Buruk

0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup

0,40 < DP ≤ 0,70 Baik

0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat baik

(Arikunto, 2012:232)

Hasil uji coba dengan menggunakan statistik menunjukkan

bahwa 30 soal terdapat 5 soal yang termasuk kategori buruk, 0 soal

termasuk kategori cukup, 15 soal termasuk kategori baik dan 10

soal termasuk kategori baik sekali. Jika ditinjau dari soal-soal valid

dan memenuhi kriteria derajat kesukaran, maka dari 20 soal yang

(29)

beda ini. Daya pembeda yang diperoleh untuk tiap butir soal

disajikan pada Lampiran.

Dari keseluruhan soal yang diujicobakan, jumlah soal yang

digunakan dalam penelitian ini adalah 20 soal. Pemilihan 20 soal

ini disamping didasarkan pada keempat kriteria di atas juga

didasarkan pada keterwakilan semua indikator materi

pembelajaran. soal-soal yang dipilih dianggap memiliki kriteria

yang paling baik berdasarkan keempat kriteria yang disyaratkan.

Disamping itu, 20 soal yang digunakan ini dianggap telah mewakili

setiap indikator pembelajaran sehingga ketercapaian tujuan

pembelajaran dapat diukur dengan 20 soal ini.

F. Teknik Pengelohan data

Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik observasi dan tes.

1. Observasi

Lembar observasi adalah instrumen non tes yang digunakan untuk

melihat aktivitas siswa dan aktivitas guru dalam proses pembelajaran.

lembar observasi ini digunakan ketika pembelajaran sedang

berlangsung. Setiap pernyataan pada lembar observasi untuk aktivitas

siswa di ambil jumlah keseluruhan siswa yang aktif selanjutnya dibagi

(30)

dimaksudkan untuk mengetahui apakah guru melaksanakan aktivitas

yang disebutkan atau tidak.

Observasi/pengamatan digunakan untuk mengukur keterampilan

praktik siswa dalam memahami Standar kompetensi Mengolah Hasil

Ternak Unggas (merawat ternak sakit). Data yang diperoleh dengan

teknik-teknik tersebut dikumpulkan secara bertahap pada setiap

pelaksanaan pembelajaran. Pedoman observasi merupakan indikator

penilaian aktivitas belajar siswa, yang dihitung menggunakan rumus:

P = (Arikunto, 2000:246)

P : Presentase

F : frekuensi data

N : jumlah sampel yang diolah

Tabel 3.5 Kriteria Persentase Aktivitas Belajar Siswa

No. Persentase (%) Klasifikasi

1 92 – 100 Baik sekali

2 75 – 91 Baik

3 50 – 74 Cukup baik

4 25 – 49 Kurang baik

5 0 – 24 Tidak baik

2. Pengolahan data hasil Tes

a. Menghitung rentang kelas

b. Menghitung banyaknya kelas

(31)

d. Membuat tabel distribusi

e. Mencari media

f. Mencari modus

g. Mencari rata-rata kelas dengan rumus

̅

Keterangan:

̅ = angka rata-rata

xi = nilai data

n = jumlah data 1. Diviasi standar

(Sudjana, 1984:66)

3. Uji Normalitas

Uji normalitas data ini untuk mengetahui apakah sampel yang

diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji kenormalan yang digunakan

yaitu chi-kuadrat, dengan rumus:

Dengan dk = K-3 = 0,05

(Sudjana, 1984:270)

Simbol Oi pada persamaan tersebut menunjukkan frekuensi

observasi sedangkan simbol Ei menunjukkan frekuensi ekspektasi

(harapan). Kriteria pengujian nilai chi-kuadrat adalah sebagai berikut:

(32)
(33)

4. Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui bahwa kedua kelas

(kelas eksperimen dan kelas kontrol) memiliki varian yang sama atau

penguasaan yang homogen. Rumus yang digunakan adalah:

Keterangan:

Vb = varians (Sd) yang lebih besar

Vk = varians (Sd) yang lebih kecil

(Sudjana, 1984:242)

Kriteria pengujian nilai homogenitas adalah sebagai berikut:

c. Jika Fhitung≤ Ftabel, maka data berdistribusi normal

d. Jika Fhitung > Ftabel, maka data tidak berdistribusi normal

5. Uji Hipotesis

Bila hasil test yang diperoleh berdistribusi normal dan homogen,

maka dilakukan uji hipotesis dengan rumus:

Keterangan:

X1 = Mean sampel kelompok eksperimen

X2 = Mean sampel kelompok kontrol

(34)

n1 = jumlah anggota sampel kelas eksperimen

n2 = jumlah anggota sampel kelas kontrol

(Arikunto, 2008:56)

6. Nilai Normal Gain

Gain adalah antara selisih anatara nilai pretest dan nilai posttest.

Disamping itu, gain juga menunjukkan peningkatan pemahaman siswa

atau penguasaan konsep siswa setelah pembelajaran dilakukan. Uji

normal gain menurut Meltzer adalah:

dengan kategori perolehan:

g tinggi : nilai (g) > 0,70

g sedang : nilai 0,70 > (g) > 0,3

g rendah : nilai (g) < 0,3

G. Hasil Observasi

Data hasil observasi akan dianalisis secara deskriftif. Hal ini

dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran umum tentang pelaksanaan

pembelajaran di kelas selama diberi perlakuan berupa penerapan model

pembelajaran berbasis masalah (problem based-learning) pada

(35)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka kesimpulan yang

dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hasil belajar siswa untuk kelompok kontrol yang menerapkan model

pembelajaran konvensional, dengan rata-rata pretest sebesar 61

sedangkan rata-rata nilai posttest adalah 78. interpretasi peningkatan

N-Gain berada pada kategori “sedang” dengan nilai 0,45.

2. Hasil belajar siswa untuk kelompok eksperimen yang menerapkan

model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning),

dengan rata-rata pretest sebesar 65,83 sedangkan rata-rata nilai

posttest adalah 88,33. interpretasi peningkatan N-Gain berada pada

kategori “sedang” dengan nilai 0,69.

3. Pada analisis data menunjukkan terdapat perbedaan hasil belajar siswa

antara kelas eksperimen yang menerapkan model pembelajaran

berbasis masalah (problem based learning) dengan kelas kontrol yang

menerapkan model pembelajaran konvensional. Peningkatan hasil

belajar siswa yang menerapkan model pembelajaran berbasis masalah

(problem based learning) lebih baik dari pada kelas kontrol yang

(36)

4. Aktivitas siswa yang menggunakan model pembelajaran berbasis

masalah (problem based learning) lebih aktif dibandingkan dengan

siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, maka

penulis mengajukan beberapa saran sebagai perbaikan di masa mendatang.

1. Untuk Guru bidang studi kompetensi dasar hasil pengolahan ternak

yang mengalami permasalahan hasil belajar dan aktivitas siswa

disarankan agar dapat menerapkan pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (problem based

learning).

2. Untuk siswa diharapkan lebih aktif dan dapat lebih berfikir kritis

dalam memecahkan masalah di ingkungan luar terutama permasalah

didunia perternakan.

3. Untuk peneliti selanjutnya, disarankan untuk mengembangkan

penelitian ini lebih luas dengan menerapkan model pembelajaran

berbasis masalah (problem based learning) pada bidang keilmuan

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Agus Suprijono. (2012). Metode dan Model-Model Mengajar. Bandung: Alfabeta.

Arikunto, Suharsimi. (2008). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta:

Arikunto, Suharsimi. (2007). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Barrows, Howard. (2001). Problem Based Learning. [Online] tersedia: http://barrows.mountaincable.net [16 mei 2012]

Dasna, I Wayan dan Sutrisno. (2008). Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem based learning). Malang : jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang.

Departemen Pendidikan Nasional (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta:Balai Pustaka

Depdikbud. (2001).Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta : PN Persero Balai Pustaka.

Dimyati dan Mudjiono. (1999). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:Rineka Cipta.

Isjoni (2007). Cooperative Learning: Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok. Bandung. Alfabeta

Miftahul Huda.(2011). Cooperative Learning :Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rachminurrachmi, Ulfa. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Rasional dan prestasi Belajar Siswa. Skripsi S1 Prodi Pendidikan Fisika UPI Bandung : tidak diterbitkan

(38)

Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media.

Slavin, Robert, E. (2009). Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung. Nusa Media

Sudjana, N. (2008). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Sugiyono.(2009). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sukardi.(2003). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara

Universitas Pendidikan Indonesia, (2012). “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah”. Bandung: Univesity Press UPI

Gambar

Tabel 3.1 Desain Penelitian
Gambar 3.1. Diagram Alur Penelitian
Tabel 3.2 Kriteria Reliabilitas
Tabel 3.3 Kriteria Tingkat Kesukaran
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dari suatu barisan aritmatika, suku ketiga adalah 36, jumlah suku kelima dan ketujuh adalah 144.. Jumlah sepuluh suku pertama deret tersebut

Pada perkembangan selanjutnya protokol diartikan sebagai tata aturan, pedoman standard/formal yang digunakan sebagai acuan pihak tertentu, misalkan

Theoretically, this study is expected to enrich the literature on need analysis for economics and business students of vocational school in the context of 2013

Konsentrasi nitrat di

Giafik Persen Aktivitas Fraksi Etil Asetat Biji, Serabut Buah, dan Daging Buah dari Pare Putih dan Hijau dibandingkan dengan Kontrol Positif Vitamin c, BHT,

Jika sekarang massa balok diwakilkan pada 2 titik masing-masing dengan massa ‘m’ dan ‘2m’ seperti pada gambar di bawah ini, dan kemudian ditempatkan 2 mesin pada kedua

Berdasarkan pengepasan pola survival penduduk Pulau Sumatera yang dilakukan terhadap fungsi survival Makeham dan fungsi survival ME, diperoleh perbandingan antara

Ekowisata adalah wisata berbasis alam yang melibatkan pendidikan, interpretasi dari lingkungan dan dikelola secara berkelanjutan. Perkembangan ekowisata saat ini cukup