• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 802007802 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 802007802 Full text"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

OLEH

EBEN EZER BUTARBUTAR 802007802

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

HUBUNGAN ANTARA IDENTITAS ETNIS BATAK DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA MAHASISWA ETNIS BATAK DI UNIVERSITAS

KRISTEN SATYA WACANA

Eben Ezer Butarbutar

Jusuf Tj. Purnomo

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

(8)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan positif signifikan antara identitas etnis Batak dengan perilaku prososial pada mahasiswa etnis Batak di Universitas Kristen Satya Wacana. Subjek penelitian terdiri dari 60 mahasiswa etnis Batak berjenis kelamin laki-laki dan perempuan di Universitas Kristen Satya Wacana. Untuk mengukur identitas etnis digunakan aspek dari Phinney (1992). Sedangkan untuk mengukur perilaku prososial digunakan aspek dari Carlo dan Randall (2002). Teknik sampling yang dipergunakan menggunakan teknik purposive sampling. Hipotesisnya adalah ada hubungan positif yang signifikan antara identitas etnis Batak dengan perilaku prososial pada mahasiswa etnis Batak di UKSW. Analisis data menggunakan korelasi Product Moment dari Karl Pearson. Hasil penelitian ini diperoleh korelasi, r = 0,407 dengan signifikansi sebesar 0,001 (p < 0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan positif signifikan antara identitas etnis Batak dengan perilaku prososial pada mahasiswa etnis Batak di UKSW.

(9)

ABSTRACT

The purpose of this study is to find a positive relationship between ethnic identity

Batak with the prosocial behavior the students ethnic Batak in Satya Wacana Christian University. The subject of study are 60 ethnic students Batak of the sex male and women in Satya Wacana Christian University. For measuring ethnic

identity used aspect of Phinney (1992). While for measuring prosocial behavior used aspect of Carlo and Randall (2002). Technique which used the sampling

method of using a technique of sampling purposive.Hypothesis is that there is a positive relationship between a significant ethnic identity batak with the prosocial behavior the students in ethnic Batak SWCU. Data analysis employing correlation

product moment of an Karl Pearson. This research result obtained correlation, r=0,407 with significance of 0,001 ( p < 0.05 ). This shows that there is a positive

relationship between ethnic identity Batak with the prosocial behavior on the students in ethnic Batak SWCU.

(10)

HUBUNGAN ANTARA IDENTITAS ETNIS BATAK DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA MAHASISWA ETNIS BATAK DI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

Latar Belakang

Manusia adalah makhluk sosial sehingga sebagian besar dari kehidupannya melibatkan pergaulan atau berinteraksi dengan orang lain. Cara-cara berinteraksi dengan orang lain, mempersepsi diri sendiri maupun orang lain, dan bekerja dengan orang lain sangat dipengaruhi oleh budaya dimana seseorang hidup. Salah satunya perilaku prososial. Menurut Fiske (1991) perilaku prososial mungkin ditemukan di dalam hampir semua kebudayaan yang dipelajari para antropolog, tetapi kemungkinan ini maknanya bervariasi secara luas. Seseorang mungkin menolong orang lain di luar kewajiban terhadap suatu kelompok (jika orang lain yang akan ditolong sama kelompoknya), bahkan mungkin di luar kepatuhan atau kesopanan, atau di luar keinginan untuk memberi kesan positif dan sebagainya. Dalam satu kesempatan Baron, Byrne dan Branscombe (2006) mengatakan bahwa perilaku prososial adalah tindakan individu untuk menolong orang lain tanpa adanya keuntungan langsung bagi si penolong.

Banyak penelitian yang menemukan kesediaan orang untuk menolong orang lain yang membutuhkan pertolongan. Penelitian yang dilakukan Berkowitz (dalam Peplau 2009) menemukan bahwa di salah satu kota besar di Amerika, lebih dari separuh wanita bersedia memberikan bantuan berupa uang kepada

(11)

oleh Latane dan Darley (dalam Peplau 2009) menemukan di New York City sebagian besar pejalan kaki mau membantu seseorang yang sedang melintas dan memerlukan bantuan: 85 persen bersedia meluangkan waktu, 85 persen memberi petunjuk arah, dan 73 persen mengantar.

Menurut Feldman (dalam Dayakisni, 2004), Yunani adalah salah satu negara yang terkenal dalam memberi sambutan baik kepada orang-orang asing yang datang. Dalam penelitiannya, Feldman menemukan bahwa di Athena orang-orang asing yang meminta pertolongan akan menerima lebih banyak bantuan daripada yang dilakukan terhadap orang-orang Yunani sendiri yang meminta pertolongan yang sama dan di tempat yang sama. Kenyataan sebaliknya terjadi di Paris dan Boston (Amerika).

Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Trommsdorff, dkk (2007) pada anak-anak dari dua budaya Barat, Jerman dan Israel, dan dua budaya Asia Tenggara, Indonesia dan Malaysia, menyatakan bahwa anak-anak dari dua budaya Asia Tenggara, dibandingkan dengan anak-anak dari dua budaya Barat, ditampilkan lebih berfokus pada diri sendiri dan kurang memiliki perilaku prososial. Sementara penelitian di Indonesia yang dilakukan oleh Rizal (dalam Sarwono, 2009) menemukan bahwa etnis melayu mempunyai kecenderungan untuk menolong moderat dan tinggi dibandingkan dengan etnis Cina.

(12)

bangsa tertua yang ada di Indonesia. Suku bangsa Batak memiliki sejarah yang cukup panjang dalam kebudayaan yang dimiliki Indonesia sehingga suku bangsa Batak memiliki arti penting dalam ranah kebudayaan di Indonesia. Suku bangsa Batak secara umum diketahui berasal dari Sianjur Mula-Mula yang terletak di gunung Pusuk Buhit dan dari sanalah keturunan-keturunan si Raja Batak menyebar ke penjuru negeri (Harbangan, 1999). Salah satu kebudayaan suku bangsa Batak yang masih dijunjung tinggi adalah sistem kekerabatan yang disusun dalam kebudayaan Dalihan Na Tolu (Simorangkir, 2006). Lebih lanjut Simanjuntak (2000), menyatakan bahwa ajaran Dalihan Na Tolu merupakan sistem yang mendukung terciptanya persatuan, solidaritas dan persamaan dalam kehidupan suku bangsa Batak, komunikasi yang harmonis serta rasa hormat terhadap orang lain.

(13)

untuk merantau, oleh karena itu orang Batak termasuk etnis yang paling tinggi mobilitasnya daripada etnis lainnya.

Pada etnis Batak marga merupakan identitas kelompok asal-usul puluhan jumlah kelompok marga yang ada. Marga juga menjadi pengikat sekaligus identitas serta sebagai alat penentu hubungan kekerabatan (Sirait, 1995). Sementara menurut Daulay (1996) marga bukan sekedar nama keluarga atau nama kedua, tetapi marga merupakan identitas diri sebagai orang Batak yang mengandung kewajiban-kewajiban sosial yang dilandasi adat. Menurut Marbun (1987) fungsi sosial dari marga tersebut menjadi landasan pokok dalam mengatur tata tertib sosial, khususnya mengenai kekerabatan dan hubungan masyarakat, antara pribadi dan pribadi, antar pribadi dan golongan serta antara golongan dengan golongan lain.

Etnis atau ras yang melekat dapat menjadi identitas seseorang kepada satu kelompoknya. Sejalan dengan hal ini, Minderovic (1998) menyatakan bahwa identitas seseorang terdapat aspek yang menyusunnya, salah satunya identitas etnis. Gormly dan Brodzinsky (1993) menyatakan identitas etnis atau ras adalah sebuah perasaan keanggotaan dari sebuah kelompok etnis atau ras. Hal yang serupa juga diungkapkan oleh Spencer dan Dornbusch (1990) yaitu identitas etnis merupakan identifikasi erat dengan kelompok keagamaan atau etnis tertentu.

(14)

istiadat atau kebiasaan yang sama. Tidak jauh berbeda diungkapkan Phinney (dalam Tarakanita 2001) menyatakan bahwa identitas etnis merupakan suatu konsep yang kompleks meliputi sebuah komitmen dan perasaan memiliki terhadap suatu kelompok, penilaian positif atas sebuah kelompok ketertarikan dan pengetahuan tentang kelompok serta keterlibatan individu degan kegiatan sosial yang ada dalam kelompok tersebut.

Menurut Ashmore, Deaux dan Volpe (2004),salah satu kelebihan dari kepemilikan identitas etnis adalah bahwa seseorang dapat mengidentifikasikan diri dengan kelompok, merasa bangga menjadi bagian sebuah kelompok, merasa memiliki hubungan yang mendalam dengan kelompok tersebut, serta berperilaku sesuai aturan, nilai-nilai dan norma-norma kelompok.

(15)

Dari beberapa penelitian yang mendukung adanya hubungan antara identitas etnis dengan perilaku prososial,terdapat feneomena yang bertolak belakang dengan hal itu, yaitu adanya konflik di antara sesama etnis, seperti konflik pertentangan mengenai identitas Batak pada etnis Batak Mandailing yang tidak ingin disebut sebagai bagian dari etnis Batak serta konflik pembentukan propinsi Tapanuli pada tahun 2009 (http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Batak). Konflik yang terjadi pada antara jemaat gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) resort Bandung Riau dengan jemaat gereja HKBP resort Bandung dalam kasus pemakaian gedung gereja HKBP untuk beribadah pada tahun 2007 (detikcom - Gereja Dikunci, Ratusan Jemaat HKBP Bandung Riau Terlantar). Konflik yang terjadi dalam tubuh gereja HKBP juga terjadi pada tahun 1988 yang mengakibatkan adanya perpecahan dan menimbulkan 2 kelompok besar pada tubuh gereja HKBP itu sendiri, konflik ini terjadi karena adanya isu ketidakjujuran salah satu kelompok dengan menyuap peserta ketika akan memilih pimpinan tertinggi gereja HKBP (Simanjuntak, 2009).

(16)

caramengamen untuk korban letusan gunung Sinabung yang menimpa masyarakat di Tanah Karo, gunung merapi di Yogyakarta dan korban gempa di Pahae, penyelesaian konflik yang terjadi antara salah satu mahasiswa Etnis Batak dengan Etnis Halmahera melalui jalan musyawarah serta bersama-sama mencari dana untuk biaya Rumah Sakit salah satu mahasiswa Batak yang mengalami kecelakaan. Melakukan perkumpulan marga atau perkumpulan rumpun etnisnya dengan tujuan sama-sama melestarikan ajaran adatnya antara lain melakukan kegiatan manortor (menari). Mahasiswa etnis Batak akan lebih terbuka untuk menolong orang lain yang dianggap sama dan memiliki kedekatan dengan individu tersebut dikarenakan adanya kesamaan pada budaya mereka dibandingkan dengan orang yang dianggap bukan satu kelompok dengan individu tersebut, sehingga mereka akan lebih suka menolong orang-orang yang dalam satu kelompoknya dalam segala situasi, hal ini disebabkan adat istiadat yang sama. Pengumpulan uang untuk biaya kuliah mahasiswa Batak yang mengalami kesulitan dana serta pengurusan biaya kepulangan jenazah salah satu mahasiswa Batak yang meninggal dunia.

(17)

TINJAUAN PUSTAKA Perilaku Prososial

Baron, Byrne dan Brascombe (2006) menjelaskan perilaku prososial merupakan tindakan menolong yang cenderung menguntungkan orang lain, namun tidak menghasilkan keuntungan yang jelas bagi orang yang menolong dan kadang justru menimbulkan resiko bagi orang yang melakukannya. Selanjutnya, William (dalam, Dayakisni dan Hudaniah, 2003) membatasi perilaku prososial secara lebih rinci sebagai perilaku yang memiliki intensi untuk mengubah keadaan fisik atau psikologi penerima bantuan dari kurang baik menjadi lebih baik, dalam arti secara material maupun psikologis. Hay (1994) menjelaskan perilaku prososial adalah sebagai suatu tindakan atau aksi, sebagaimana hal itu terjadi, berguna untuk memberi sesuatu bagi orang lain, atau menguatkan keharmonisan relasi dengan sesama, jika di sana tidak ada pengorbanan pada pihak pelaku dan bahkan jika disana ada keuntungan bagi pelaku. Sementara iu Jackson dan Tisak (2001) mengatakan perilaku prososial mengarah pada interaksi positif dengan orang lain, termasuk menolong, berbagi, kerjasama dan menyenangkan seseorang. Carlo dan Randall (2002) menjelaskan bahwa perilaku prososial adalah perilaku yang dilakukan untuk kepentingan orang lain baik diminta ataupun tidak untuk memenuhi kesejahteraan orang tersebut.

Aspek-Aspek Perilaku Prososial

(18)

1. Altruistic prosocial behavior

Altruistic prosocial behavior, merupakan perilaku membantu orang lain terutama yang berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan dan kesejahteraan orang lain, seringkali disebabkan oleh respon-respon simpati dan diinternalisasikan ke dalam norma-norma atau prinsip-prinsip yang tetap dengan membantu orang lain.

2. Compliant Prosocial Behavior

Altruistic prosocial behavior, merupakan perilaku membantu orang lain karena dimintai pertolongan baik verbal maupun norverbal.

3. Emotional prosocial behavior

Emotional prosocial behavior, merupakan perilaku membantu orang lain karena disebabkan perasaan emosi berdasarkan situasi yang terjadi

4. Public prosocial behavior

Public prosocial behavior, merupakan perilaku membantu orang lain yang dilakukan di depan orang-orang setidaknya dengan suatu tujuan untuk memperoleh pengakuan dan rasa hormat dari orang lain (orang tua, teman sebaya) dan meningkatkan harga diri.

5. Anonymous prosocial behavior

Anonymous prosocial behavior, merupakan perilaku membantu orang lain yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang lain yang ditolong.

6. Dire prosocial behavior

(19)

Berdasarkan pada paparan di atas, aspek-aspek perilaku prososial yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan yang dikemukakan oleh Carlo dan Randall (2002), karena pada aspek-aspek tersebut telah mencakup pengertian dan menggambarkan perilau prososial serta alasan seseorang dalam melakukan perilaku prososial.

Identitas Etnis

Menurut Gormly dan Brodzinsky (1993) identitas etnis adalah sebuah perasaan keanggotaan dari sebuah kelompok etnis. Perasaan tersebut menyangkut satu pemikiran, perasaan dan kebiasaan dengan kelompok etnis tempat individu bergabung menjadi anggotanya. Selanjutnya Weinreich (1985) menjelaskan identitas etnis merupakan penggabungan ide-ide, perilaku, sikap dan simbol-simbol bahasa yang ditransfer dari generasi ke generasi melalui sosialisasi. Roberts et al, (1999) menyatakan bahwa identitas etnis menunjukkan kepada pengalaman subjektif tentang warisan budaya. Identitas etnis menurut Tajfel (dalam Hjort dan Frissen 2004) didefinisikan sebagai bagian dari konsep diri individu yang berasal dari pengetahuan individu atau keanggotaan dirinyadi kelompok sosial yang dikombinasikan dengan nilai-nilai dan rasa emosi yang dibubuhkan pada keanggotaan tersebut.

(20)

Aspek-Aspek Identitas Etnis

Phinney (1992) menjelaskan bahwa identitas etnis memiliki beberapa aspek, yaitu:

1. Identifikasi etnis diri yaitu label yang digunakan untuk kelompok sendiri. Pengakuan individu terhadap etnis yang melekat pada diri individu.

2. Perasaan memiliki dan komitmen di dalam etnis. Individu memilih atau mengenali kelompok etnis dan individu memiliki komitmen terhadap kelompok etnisnya.

3. Sikap terhadap etnis yaitu perasaan tentang kelompok etnis sendiri dengan kelompok etnis lain. Individu menunjukkan penilaian positif atau negative terhadap kelompok etnisnya.

4. Perilaku dalam etnis yaitu pola perilaku khusus yang ditunjukkan individu dengan kelompok etnisnya. Perilaku etnis ini merujuk pada keterlibatan individu dalam budaya etnis juga yang ditunjukkan seperti bahasa, pastisipasi atau kebiasaan dalam budaya etnis, persahabatan atau hubungan dengan orang-orang dalam kelompok etnisnya.

(21)

METODE Partisipan

Partisipan berjumlah 60 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu purposive sampling. Ciri-ciri sampel dalam penelitian ini, yaitu:

a. Mahasiswa UKSW etnis Batak baik laki-laki maupun perempuan. b. Berusia 18-23 tahun

Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan angket (Questionnaire). Penyusunan angket ini berdasar 2 jenis item yaitu item favorable (pernyataan yang mendukung pada obyek yang diukur) dan item unfavorable (pernyataan yang tidak mendukung pada obyek yang diukur).

Pernyataan mendukung (favorable) dalam penelitian ini diberi urutan penilaian yaitu Sangat Sesuai (SS) diberi skor 4, Sesuai (S) diberi skor 3, Tidak Sesuai (TS) diberi skor 2, dan Sangat Tidak Sesuai (STS) diberi skor 1. Untuk pernyataan yang tidak mendukung (unfavorable) yaitu Sangat Sesuai (SS) diberi skor 1, Sesuai (S) diberi skor 2, Tidak Sesuai (TS) diberi skor 3 dan Sangat Tidak Sesuai (STS) diberi skor 4. Untuk memperoleh data dari penelitian ini, peneliti menggunakan skala penilaian guna mengukur tingkat identitas etnis dan perilaku prososial.

(22)

memiliki dan komitmen di dalam etnis (Item: saya senang bahwa saya anggota/bagian kelompok etnis yang saya miliki), sikap terhadap etnis (Item: saya tidak mencoba untuk menjadi teman dengan orang-orang dari kelompok etnis

lain), perilaku dalam etnis (Item: saya berpartisipasi dalam praktek-praktek budaya kelompok saya sendiri seperti makanan khas, musik, atau kebiasaan).

Sebaliknya untuk mengukur perilaku prososial, peneliti menggunakan skala prososial yang dibuat oleh Carlo dan Randall (2002) yang bernama skala Prosocial Tendencies Measure (PTM). Enam aspek tersebut, yaitu altruistic prosocial behavior (Item: saya merasa salah satu hal terbaik tentang membantu orang lain adalah bahwa hal itu membuat saya jadi terlihat baik), compliant prosocial behavior (Item: saya akan membantu orang lain ketika mereka meminta bantuan saya), emotional prosocial behavior (Item: Hal ini paling memuaskan bagi saya ketika saya bisa menghibur seseorang yang sangat tertekan), public prosocial behavior (Item: saya bisa membantu orang lain dengan baik ketika orang melihat/menonton saya), anonymous (Item: saya lebih memilih untuk menyumbangkan uang secara anonim), dire prosocial behavior (Item: saya cenderung untuk membantu orang-orang yang sedang berada dalam kebutuhan atau saat darurat).

HASIL a. Uji daya beda item dan Reliabilitas

(23)

digunakan bergerak dari angka 0,372 sampai dengan 0,748 dengan realibilitas sebesar α = 0,914.

Identitas etnis

Sedangkan berdasarkan hasil perhitungan daya beda item pada skala perilaku prososial, diperoleh bahwa dari 30 item yang diuji terdapat 10 item yang gugur sehingga item valid yang digunakan sebanyak 20 item. Skor yang digunakan bergerak dari angka 0,307 sampai dengan 0,666 dengan realibilitas sebesar α = 0, 862.

Perilaku Prososial

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.862 20

b. Uji Normalitas

Berdasarkan hasil pengujian normalitas, kedua variabel memiliki signifikansi lebih besar dari 0,05 (p>0,05). Variabel identitas etnis memiliki nilai K-S-Z sebesar 1,128 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,157 (p> 0,05).

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

(24)

Variabel perilaku prososial memiliki nilai normalitas K-S-Z sebesar 0,727 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,665 (p >0,05). Dengan demikian kedua variabel memiliki distribusi data yang normal karena p > 0,05.

c. Uji Linearitas

Hasil uji linearitas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Berdasarkan analisis hasil uji linearitas yang menggunakan tabel Anova nilai deviation from linearity maka dapat diketahui bahwa kedua variabel tersebut memiliki nilai Fbeda sebesar 1,496 dengan signifikansi p = 0,148 (p > 0,05) yang menunjukkan hubungan antara variabel identitas etnis dengan perilaku prososial adalah linear.

Hasil Deskripsi Penelitian

Berdasarkan perhitungan kategori skor yang dilakukan, diperoleh analisis deskriptif sebagai berikut.

Tabel 1.1

Kategori Skor Identitas Etnis

Interval Kategori Frekuensi Persentase Mean Standard Deviasi 98,6 ≤ x ≤ 116 Sangat

Tinggi

14 23%

90,95 10,50 81,2 ≤ x < 98,6 Tinggi 34 57%

63,8 ≤ x < 81,2 Sedang 12 20% 46,4 ≤ x < 63,8 Rendah 0 0

29 ≤ x < 46,4 Sangat rendah

0 0

[image:24.595.102.509.310.680.2]
(25)
[image:25.595.99.512.120.713.2]

Tabel 1.2

Kategori Skor Perilaku Prososial

Interval Kategori Frekuensi Persentase Mean Standard Deviasi 68 ≤ x ≤ 80 Sangat

Tinggi

1 1%

54,26 7,44 56 ≤ x < 68 Tinggi 21 35%

44 ≤ x < 56 Sedang 34 57% 32 ≤ x < 44 Rendah 4 7%

20 ≤ x < 32 Sangat rendah

0 0

Dari 60 mahasiswa yang dijadikan sampel menunjukkan hasil 57% atau 34 mahasiswa memiliki perilaku prososial pada kategori sedang.

d. Uji Korelasi

Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi menggunakan Product Moment oleh Karl Pearson antara variabel identitas etnis dengan perilaku prososial, diperoleh hasil koefisien korelasi r = 0,407 dengan signifikansi sebesar 0,001 (p < 0,05).

Hasil Uji Korelasi Antara Identitas Etnis dan Perilaku Prososial Correlations

Identitas_Etnis Prososial Identitas_Etnis Pearson Correlation 1 .407**

Sig. (2-tailed) .001

N 60 60

Prososial Pearson Correlation .407** 1

Sig. (2-tailed) .001

N 60 60

(26)

Hasil ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan positif signifikan antara identitas etnis Batak dengan perilaku prososial pada mahasiswa etnis Batak UKSW Salatiga.

PEMBAHASAN

Hasil dari penelitian tentang hubungan identitas etnis Batak dengan perilaku prososial pada mahasiswa etnis Batak di UKSW, menunjukkan hasil perhitungan koefisien korelasi (r) sebesar 0,407 dengan signifikansi sebesar 0,001 (p < 0,05). Data ini menunjukkan terdapat hubungan yang positif signifikan antara identitas etnis Batak dengan perilaku prososial pada mahasiswa etnis Batak di UKSW. Hal ini menunjukkan bahwa H1 pada penelitian ini diterima dan H0 ditolak. Artinya bahwa semakin tinggi identitas etnis pada mahasiswa etnis Batak di UKSW maka akan semakin tinggi pula perilaku prososial mahasiswa etnis Batak di UKSW. Jadi, dapat dikatakan bahwa identitas etnis berkorelasi dengan perilaku prososial.

(27)

cenderung untuk menolong orang lain saat memiliki kesamaan dengan dirinya seperti kesamaan asal dan juga kesamaan etnis. Hal ini juga menjadi salah satu faktor individu untuk menolong orang lain yaitu adanya pertalian keluarga, kesamaan latar belakang ras tau etnis (Brigham dalam Hudaniah & Dayakisni, 2003).

Berdasarkan hasil analisis deskriptif dalam penelitian ini diperoleh data dari tingkat identitas etnis, mahasiswa etnis Batak memiliki identitas etnis rata-rata sebesar 90,95 yang berada pada kategori tinggi dengan persentase sebesar 57%. Dengan perincian 23% atau 14 mahasiswa memiliki identitas etnis pada kategori sangat tinggi, 20% atau 12 siswa memiliki identitas etnis kategori sedang. Hasil ini menunjukkan bahwa mahasiswa etnis Batak memiliki identitas etnis yang tinggi. Di sisi lain, berdasarkan jawaban yang diberikan subyek atas item pertanyaan dalam angket menunjukkan bahwa kecenderungan dari mereka masih menghargai keberadaan etnis lain tanpa mengingkari identitas etnisnya sendiri, hal ini menyebabkan terdapat variasi pada kategori identitas etnis pada subyek dipengaruhi oleh adanya pencampuran budaya asli individu dengan budaya lain melalui proses akulturasi ditempat individu tinggal. Menurut Wade & Travis (2007) menyatakan orang-orang yang melakukan asimilasi memiliki hubungan yang relatif lemah dengan etnis asalnya, namun memiliki hubungan yang kuat dalam proses akulturasinya.

(28)

atau 1 mahasiswa memiliki perilaku prososial pada kategori sangat tinggi, 35% atau 21 mahasiswa memiliki perilaku prososial pada kategori tinggi, 7% atau 4 mahasiswa memiliki perilaku prososial pada kategori rendah. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa etnis Batak memiliki perilaku prososial yang tergolong sedang. Adanya variasi kategori perilaku prososial pada subyek dipengaruhi oleh perbedaan gender juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan melakukan perilaku prososial. Batson & Thompson (2001) menyatakan perbedaan persepsi dan motivasi serta moralitas individu dapat memengaruhi dalam melakukan perilaku prososial terhadap orang lain

(29)

dalam Baron dan Byrne (2005) menyatakan bahwa pria memiliki kecenderungan untuk menolong dibandingkan dengan wanita.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan yang positif signifikan antara identitas etnis Batak dengan perilaku prososial pada mahasiswa etnis Batak di UKSW. Dalam hal ini semakin tinggi identitas etnis mahasiswa etnis Batak semakin tinggi perilaku prososial mahasiswa etnis Batak tersebut. Identitas etnis tergolong rendah dan perilaku prososial tergolong sedang. Sumbangan efektif dari identitas etnis terhadap perilaku prososial sebesar 16,5% dan sisanya sebesar 83,5% menunjukkan bahwa banyak faktor lain yang mempengaruhi perilaku prososial.

SARAN

Adapun saran yang diberikan peneliti sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan, antara lain:

1. Mahasiswa etnis Batak

(30)

2. Masyarakat etnis Batak

Dari hasil penelitian ini diharapkan bahwa masyarakat sebagai suatu komunitas serta lingkungan awal dari pemahaman individu tentang identitas etnis seseorang dapat membantu memberikan pemahaman serta pengetahuan supaya membantu individu mengenali identitas etnisnya. Hal ini juga untuk meningkatkan perilaku prososial yang ada di dalam diri individu.

3. Implikasi penelitian selanjutnya

(31)

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. (2012). Reliabilitas dan Validitas, Edisi 4. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Baron, R. A & Donn, B. (2005). Psikologi Sosial. Edisi: 10. Jilid:2. Terj: Djuwita. Jakarta: Erlangga.

. (2007). Mastering social psychology. USA: Person International Edition.

Batson, C. D., & Thompson, E. R. (2001). Why don’t moral people act morally? Motivational considerations. Current Directions in Psychological science, 10, 54-57

Brigham, J.C. (1991). Social psychology. New York: Harpercollins Publisher.

Carlo, G. & Randall, B. (2002). The development of a measure of prosocial behaviors for late adolescents. Journal of Youth and Adolescence, 31, 31-44.

Dayakisni, T & Hudaniah. (2003). Psikologi sosial. Cet:2. Malang: UMM Press.

Dayakisni, T & Yuniardia. (2004). Psikologi lintas budaya. Ed: 1. Cet: 1. Malang: UMM Press.

Eisenberg, N., Fabes, R. A., & Spinhard, T.L. (2006). Prosocial development. Dalam W. Damon dan R Lerner (ed). Handbook of child psychology, 3: social, emotional, and personality development (edisi 6). New York: John Wiley & Sons, Inc.

Gormly, A.V., & Brozinsky, D.M. (1993). Lifespan human development fifth edition. Orlando Florida: Holt, Rinehart and Winston, inc

Harbangan, P. S. (1999). Migrasi di kalangan suku batak. Salatiga: Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana Press.

(32)

Isajiw, W. (1999). Definition and Dimensions of Ethnicity. Toronto: University of Toronto Press.

Ma, H. (2005). The relation of gender-role classifications to the prosocial and antisocial behavior of Chinese adolescents. The Journal of Genetic Psychology, 166, 189-201.

Ritonga, J. T. (2003). Prospek ekonomi pasca pemekaran. Waspada. Online – www.waspada.co.id.

Sarwono, W. S. (2011). Teori-teori psikologi sosial. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Schwartz, S. J., & Zamboanga, B.L. (2007). Ethnic Identity and Acculturation in Hispanic Early Adolescents:Mediated Relationships to Academic Grades, Prosocial Behaviors, and Externalizing Symptoms. Cultural diversity and ethnic minority psychology, 13, 364-373.

Sears, D. O., Fredman, J. L., & Peplau, L. A. (1991). Psikologi sosial. Jilid 2 (Terjemahan). Edisi kelima. Jakarta: Erlangga.

Sibarani, C. V. R. (2008). Perilaku prososial individu etnis batak perantauan yang tinggal di salatiga. Skripsi (Tidak diterbitkan). Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana.

Simanjuntak, B. A. (2006). Struktur sosial dan sitem politik batak toba hingga 1945 (Suatu pendekatan sejarah, antropologi budaya politik). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Simanjuntak, R. (2006). DALIHAN NA TOLU: Studi terhadap nilai budaya DNT ditengah perubahan sosial dan implementasinya bagi kerukunan umat dalam masyarakat batak toba. Thesis (Tidak Diterbitkan). Salatiga. Universitas Kristen Satya Wacana.

Simorangkir, O. P. (2006). Berhala, adat istiadat dan agama (kajian batak kristen). Jakarta Selatan: Yayasan Lobu Hambir.

(33)

Tambunan, E. H. (1982). Sekelumit mengenai masyarakat batak toba dan kebudayaannya, sebagai sarana pembangunan. Bandung: Penerbit Tarsito.

Tarakanita, I. (2001). Hubungan antara status identitas etnis dengan konsep diri mahasiswa (Studi pada kelompok remaja akhir etnik Sunda & etnik Cina di Universitas Kristen Maranatha Bandung). Jurnal Psikologi, 7, 1-16.

Taylor, Shelley E., Peplau, L.A., & Sears, D.A. (2009). Psikologi sosial edisi kedua belas. Alih bahasa oleh Tri Wibowo B.S. Jakarta: Kencana.

Gambar

     Tabel 1.1                                    Kategori Skor Identitas Etnis
Tabel 1.2 Kategori Skor Perilaku Prososial

Referensi

Dokumen terkait

Perencanaan fasilitas ini bertujuan untuk mendukung meningkatkan, membina, dan membentuk kepribadian peserta didik usia muda yang sudah memiliki potensi dalam

1) Terhadap Pengisian formasi jabatan fungsional Pengawas Mutu Pakan yang diusulkan oleh Kepala Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan ellipsis yang mencakup jenis dan konteks situasi dari ellipsis yang terdapat pada naskah film Transformer

BPR Shinta Daya dalam kriteria Sehat, dalam arti bahwa pelaksanaan dan pengelolaan bank selama tahun 2009 telah dijalankan dengan baik berdasarkan prinsip-prinsip perbankan

Namun tidak terdapat hubungan rasio lingkar pinggang terhadap tinggi bada dan IMT dengan kadar asam urat dengan kadar asam urat Penelitian ini menunjukan adanya hubungan yang

Tujuan dari penelitian adalah untuk membangun sistem informasi Primata Home Store Samarinda yang dapat mempermudah pihak penjual dalam hal manajemen produk dan

Pada perawatan luka dengan metode tertutup, memerlukan bermacam-macam tipe balutan yang digunakan. Balutan disiapkan untuk digunakan sebagai penutup pada cream yang digunakan.

Untuk itu dengan dibuatnya karya ilmiahini diharapkan warga masyarakat dapat sadar dan segera meninggalkan atau mengurangi kebiasaan mereka yang tidak