• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESPON IMUN SPESIFIK LARVA IKAN MAS (Cyprinus carpio) MELALUI IMUNITAS MATERNAL YANG DIBERI VAKSIN INAKTIF WHOLE CELL Aeromonas salmonicida

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "RESPON IMUN SPESIFIK LARVA IKAN MAS (Cyprinus carpio) MELALUI IMUNITAS MATERNAL YANG DIBERI VAKSIN INAKTIF WHOLE CELL Aeromonas salmonicida"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

RESPON IMUN SPESIFIK LARVA IKAN MAS (Cyprinus carpio) MELALUI IMUNITAS MATERNAL YANG DIBERI VAKSIN INAKTIF

WHOLE CELL Aeromonas salmonicida

OLEH

SYOHIBAHTTUL ISLAMIYAH BAHAR

Aeromonas salmonicida merupakan bakteri spesifik yang dapat menyebabkan penyakit infeksi dan kematian pada ikan mas (Cyprinus carpio) saat stadia larva. Pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian vaksin, namun pemberian vaksin hanya dapat diberikan pada benih berumur lebih dari 3 minggu. Vaksinasi indukan perlu dilakukan untuk meningkatkan sistem imun larva dengan cara pemberian vaksin inaktif whole cell A. salmonicida pada indukan yang siap memijah. Tujuan dari pemberian vaksin yaitu untuk mengetahui efektivitas pemberian vaksin terhadap uji titer antibodi induk dan larva, serta Survival Rate

(SR) dan Relative Percent Survival (RPS) larva. Penelitian ini dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap, 4 perlakuan A (kontrol); B (0,3 ml/kg ikan); C (0,4 ml/kg ikan); D (0,5 ml/kg ikan) dan 3 kali ulangan. Hasil uji titer antibodi menunjukan bahwa dosis 0,3 ml/kg ikan mampu memberikan reaksi aglutinasi hingga pengenceran 64x pada indukan, dan dosis vaksin 0,4ml pada indukan mampu memberikan reaksi aglutinasi pada larva hingga pengenceran 32x. SR larva pada perlakuan tanpa vaksinasi jauh lebih rendah dari pada perlakuan dengan vaksinasi. Dosis 0,4 ml/kg ikan menghasilkan SR dan RPS tertinggi yaitu 96,11% dan 81,25%. Gejala kemerahan pada larva kontrol terlihat menyebar diseluruh tubuh sedangkan pada larva dengan perlakuan vaksin hanya dibagian tubuh tertentu.

(2)

ABSTRACT

SPECIFIC IMMUNE RESPONSE OF COMMON CARP (Cyprinus carpio) LARVAE THROUGHT MATERNAL IMMUNITY WITH

ADMINITSTRATION OF INACTIVE WHOLE OFF CELL VACCINE Aeromonas salmonicida

By

SYOHIBAHTTUL ISLAMIYAH BAHAR

Aeromonas salmonicida is a specific bacterium that can cause infections and death to the common carp (Cyprinus carpio) during larval stage. Prevention can be done with the administration of the vaccine, but the vaccine can only be given to the seed over the age of 3 weeks. Maternal vaccination needs to be done to improve the immune system of the larvae by means of inactivated whole cell vaccine A. salmonicida on broodstock ready to spawn. Vaccine the administration aims to determine the effectiveness of vaccines on breeders carp to the parent antibody titer test and larvae, as well Survival Rate (SR) and the Relative Percent Survival (RPS) larvae. This research was conducted with a completely randomized design, 4 treatments A (control); B (0.3 ml/kg fish); C (0.4 ml/kg fish); D (0.5 ml/kg fish) and 3 repetitions. The results showed that the antibody titer of 0.3 ml/kg fish dose capable of providing agglutination reaction to 64x dilution in broodstock, and vaccine doses 0.4 ml/kg fish on broodstock able to give agglutination reaction to the larvae until 32x dilution. A dose of 0.4 ml/kg fish resulted the highest SR and RPS with 96.11% and 81.25% respectively. Clinical symptoms of redness in control larvae was spread throughout the body whereas on the vaccine treatment was only in certain body parts.

(3)

RESPON IMUN SPESIFIK LARVA IKAN MAS (Cyprinus carpio) MELALUI IMUNITAS MATERNAL YANG DIBERI VAKSIN INAKTIF

WHOLE CELL Aeromonas salmonicida

Skripsi

Oleh

SYOHIBAHTTUL ISLAMIYAH BAHAR

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

ABSTRAK

RESPON IMUN SPESIFIK LARVA IKAN MAS (Cyprinus carpio) MELALUI IMUNITAS MATERNAL YANG DIBERI VAKSIN INAKTIF

WHOLE CELL Aeromonas salmonicida

OLEH

SYOHIBAHTTUL ISLAMIYAH BAHAR

Aeromonas salmonicida merupakan bakteri spesifik yang dapat menyebabkan penyakit infeksi dan kematian pada ikan mas (Cyprinus carpio) saat stadia larva. Pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian vaksin, namun pemberian vaksin hanya dapat diberikan pada benih berumur lebih dari 3 minggu. Vaksinasi indukan perlu dilakukan untuk meningkatkan sistem imun larva dengan cara pemberian vaksin inaktif whole cell A. salmonicida pada indukan yang siap memijah. Tujuan dari pemberian vaksin yaitu untuk mengetahui efektivitas pemberian vaksin terhadap uji titer antibodi induk dan larva, serta Survival Rate

(SR) dan Relative Percent Survival (RPS) larva. Penelitian ini dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap, 4 perlakuan A (kontrol); B (0,3 ml/kg ikan); C (0,4 ml/kg ikan); D (0,5 ml/kg ikan) dan 3 kali ulangan. Hasil uji titer antibodi menunjukan bahwa dosis 0,3 ml/kg ikan mampu memberikan reaksi aglutinasi hingga pengenceran 64x pada indukan, dan dosis vaksin 0,4ml pada indukan mampu memberikan reaksi aglutinasi pada larva hingga pengenceran 32x. SR larva pada perlakuan tanpa vaksinasi jauh lebih rendah dari pada perlakuan dengan vaksinasi. Dosis 0,4 ml/kg ikan menghasilkan SR dan RPS tertinggi yaitu 96,11% dan 81,25%. Gejala kemerahan pada larva kontrol terlihat menyebar diseluruh tubuh sedangkan pada larva dengan perlakuan vaksin hanya dibagian tubuh tertentu.

(5)

ABSTRACT

SPECIFIC IMMUNE RESPONSE OF COMMON CARP (Cyprinus carpio) LARVAE THROUGHT MATERNAL IMMUNITY WITH

ADMINITSTRATION OF INACTIVE WHOLE OFF CELL VACCINE Aeromonas salmonicida

By

SYOHIBAHTTUL ISLAMIYAH BAHAR

Aeromonas salmonicida is a specific bacterium that can cause infections and death to the common carp (Cyprinus carpio) during larval stage. Prevention can be done with the administration of the vaccine, but the vaccine can only be given to the seed over the age of 3 weeks. Maternal vaccination needs to be done to improve the immune system of the larvae by means of inactivated whole cell vaccine A. salmonicida on broodstock ready to spawn. Vaccine the administration aims to determine the effectiveness of vaccines on breeders carp to the parent antibody titer test and larvae, as well Survival Rate (SR) and the Relative Percent Survival (RPS) larvae. This research was conducted with a completely randomized design, 4 treatments A (control); B (0.3 ml/kg fish); C (0.4 ml/kg fish); D (0.5 ml/kg fish) and 3 repetitions. The results showed that the antibody titer of 0.3 ml/kg fish dose capable of providing agglutination reaction to 64x dilution in broodstock, and vaccine doses 0.4 ml/kg fish on broodstock able to give agglutination reaction to the larvae until 32x dilution. A dose of 0.4 ml/kg fish resulted the highest SR and RPS with 96.11% and 81.25% respectively. Clinical symptoms of redness in control larvae was spread throughout the body whereas on the vaccine treatment was only in certain body parts.

(6)

RESPON IMUN SPESIFIK LARVA IKAN MAS (Cyprinus carpio) MELALUI IMUNITAS MATERNAL YANG DIBERI VAKSIN INAKTIF

WHOLE CELL Aeromonas salmonicida

Oleh

SYOHIBAHTTUL ISLAMIYAH BAHAR

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA PERIKANAN

Pada

Jurusan Perikanan dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(7)
(8)
(9)
(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Mesuji, Lampung pada tanggal 25 Februari 1995 sebagai anak ke-1 dari pasangan Bapak M. Bakri Yanpuhan dan Hariyati. Penulis telah menyelesaikan jenjang pendidikan di Sekolah Taman Kanak-Kanak (TK) Yayasan Al-Qur’an Metro Lampung pada tahun 2000, SD Negeri 1 Suka Maju pada tahun 2006, SMP Negeri 1 Simpang Pematang pada tahun 2009, dan SMA Negeri 1 Tanjung Raya pada tahun 2012.

Penulis mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi Negeri di Universitas Lampung, Fakultas Pertanian, Jurusan Budidaya Perairan tahun 2012. Selama menempuh studi, penulis telah mengikuti magang kerja laboratorium di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan (LP2IL) Serang, Banten pada tahun 2014, penulis dipercaya mendapatkan hibah PKM –P dengan judul “Antibakteri Ekstrak Bunga Rosela (Hibiscus sabdariffa Linn) Terhadap Aeromonas Hydropilla Pada Ikan Lele (Clarias sp)” pada tahun 2014. Penulis melaksanakan praktik umum (PU) di PT. Centralpertiwi Bahari (CPB) dengan judul Analisa “Food Safety (Mikrobiologi) Udang Litopanaeus vannamei di Laboratorium Animal Health Service (AHS) PT Centralpertiwi Bahari Tulang Bawang pada tahun 2015, dan penulis melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama 40 hari di Desa Kibang Yekti, Kabupaten Tulang Bawang Barat pada tahun 2015.

(11)

Ku Persembahkan Karya Ku Ini Untuk:

Bapak Dan Ibu ku

Yang tidak pernah berhenti mendukung dan memberikan doa untuk keberhasilan ku.

Adik ku satu-satunya, dan Keluarga Besar ku

Yang selalu memberikan dukungan dan semangat untuk keberhasilan ku

Sahabat-sahabat ku tercinta, dan teman –teman angkatan 2012 Budidaya Perairan, Unila yang selalu memberikan kecerian, dukungan, semangat dan motivasi selama kuliah hingga mendapatkan gelar sarjana

perikanan.

“Tanpa Kalian Aku hanya Sebutir Mutiara di dalam Kerang

Berlumut”

(Cebong unyu, Ayu cantik, Weni imut, MB bro, Paul ulya, Desi dugong, Atik boncel, Heidy, Cung,

Culis, Puji pardi, Palupi, Docan, Ambar tuyul, Ayi, Denti, dan semuanya)

Ibu dan Bapak Dosen Jurusan Budidaya Perairan, Unila. Dan Almamater Tercinta Universitas Lampung Thank you for your gift of teaching with us

(

Special for Mrs Esti Harpeni, S.T., M.AppSc

)

(12)

TERIMAKASIH

BALAI BENIH IKAN SENTRA (BBIS) PURBOLINGGO

[Partisipasi, kerja keras, motivasi, ilmu pengetahuan & pengalaman, keceriaan,

kekeluargaan, persahabatan, kasih sayang]

Suatu kesempatan langka dan memang tidak salah jika dianggap adalah takdir yang

mempertemukan, berawal tidak saling mengenal dan akhirnya tinggal berbaur selama

kurang lebih 2 bulan bersama, tidak ada kata menyesal hanya ada kata rindu

dan ingin bersua kembali. Jangan lupa diri ini pernah singgah dan diri ini tidak

akan pernah lupa. Semua terkenang bahkan masih hangat terasa; Asrama, Indor, Kolam,

Lab, dan Bapak-Bapak kece yang sangat berjasa THANK YOU

(Bapak Surib, Bapak Wayan, Bapak Udin, Bapak Adit, Bapak Parjo, Bapak Juwoto, Bapak

Umi, Bapak Zaenal, Bapak Harjo, Bapak Nto, Keluarga Besar Bapak Parjo, adik cantik ku

(13)

KATA PENGANTAR

Mengucap syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunianya yang sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Respon Imun Spesifik Larva Ikan Mas (Cyprinus carpio) Melalui Imunitas Maternal yang diberi Vaksin Inaktif Whole Cell Aeromonas salmonicidayang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Budidaya Perairan, Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

2. Ibu Ir. Siti Hudaidah, M.Sc., selaku ketua Jurusan Perikanan Dan Kelauatan Universitas Lampung.

3. Bapak Limin Santoso, S.Pi., M.Si selaku ketua Program Studi Budidaya Perairan Universitas Lampung.

4. Ibu Esti Harpeni, S.T., MAppSc selaku dosen pembimbing akademik serta pembimbing utama, yang telah membimbing, memberi dukungan, saran dan ilmu selama kuliah hingga proses penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Eko Efendi, S.T., M.Si selaku pembimbing dua yang telah membimbing, memberi saran dan ilmu dalam proses penyelesaian skripsi ini.

6. Bapak Deny Sapto Chondro Utomo, S.Pi., M.Si selaku pembahas yang telah memberikan, motivasi, saran dan ilmu dalam perbaikan skripsi ini. 7. Almamater terncinta Universitas Lampung.

Bandar Lampung, Januari 2017 Penulis

(14)

DAFTAR ISI

2.3.1 Persiapan Penelitian... 7

a. Persiapan Alat dan Bahan ... 7

2.3.3 Rancangan Percobaan ... 10

2.3.4 Parameter Peneltian ... 12

2.3.5 Analisis Data ... 13

III. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 14

3.1Vaksin dan Pemberian Vaksin ... 14

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pemikiran ... 4

2. Tata Letak Rancangan Penelitian ... 11

3. Tata Letak Pemeliharaan Larva ... 12

4. Hasil Uji Viabilitas ... 14

5. Hasil Titer Antibodi ... 15

6. Grafik Rataan Kelangsungan Hidup Larva Paca Uji Tantang Hari Ke-5 Pasca Penetasan dan Hari Ke-13 Pasca Penetasan ... 19

7. Grafik Rataan Kelangsungan Hidup Relatif Larva Paca Uji Tantang Hari Ke-5 Pasca Penetasan dan Hari Ke-13 Pasca Penetasan ... 19

8. Simulasi Microdulution plate 96 ... 35

9. Persiapan Serum Darah Induk dan Larva ... 36

10. Microdulution plate 96 ... 36

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Alat Penelitian ... 6

2. Bahan Penelitian ... 7

3. Nilai Titer Antibodi pada Indukan yang Divaksinasi dengan Dosis yang Berbeda ... 16

4. Analisa Uji t pada Titer Antibodi Induk dan Larva ... 18

5. Gejala Klinis Pasca Uji Tantang ... 23

6. Kualitas Air selama Pemeliharaan Induk dan Larva ... 21

7. Perbandingan Komposisi BaCl2 dan H2SO4 1% dalam Mc.Farland ... 30

8. Standard Mc.Farland ... 31

9. Padat Tebar Larva Pada Uji Tantang ... 37

10. Perhitungan Uji t Titer Antibodi pada Induk antara Perlakuan A dan B ... 40

11. Hasil Analisis Uji t Titer Antibodi pada Induk antara Perlakuan A dan B .... 40

12. Perhitungan Uji t Titer Antibodi pada Induk antara Perlakuan A dan C ... 41

13. Hasil Analisis Uji t Titer Antibodi pada Induk antara Perlakuan A dan C .... 41

14. Perhitungan Uji t Titer Antibodi pada Induk antara Perlakuan B dan A ... 41

15. Hasil Analisis Uji t Titer Antibodi pada Induk antara Perlakuan B dan A ... 41

16. Perhitungan Uji t Titer Antibodi pada Induk antara Perlakuan B dan C ... 41

17. Hasil Analisis Uji t Titer Antibodi pada Induk antara Perlakuan B dan C ... 42

18. Perhitungan Uji t Titer Antibodi pada Induk antara Perlakuan B dan D ... 42

19. Hasil Analisis Uji t Titer Antibodi pada Induk antara Perlakuan B dan D ... 42

20. Perhitungan Uji t Titer Antibodi pada Induk antara Perlakuan C dan A ... 42

21. Hasil Analisis Uji t Titer Antibodi pada Induk antara Perlakuan C dan A ... 42

22. Perhitungan Uji t Titer Antibodi pada Induk antara Perlakuan C dan B ... 43

23. Hasil Analisis Uji t Titer Antibodi pada Induk antara Perlakuan C dan B ... 43

24. Perhitungan Uji t Titer Antibodi pada Induk antara Perlakuan C dan D ... 43

25. Hasil Analisis Uji t Titer Antibodi pada Induk antara Perlakuan C dan D ... 43

26. Perhitungan Uji t Titer Antibodi pada Induk antara Perlakuan D dan B ... 43

27. Hasil Analisis Uji t Titer Antibodi pada Induk antara Perlakuan D dan B ... 44

28. Perhitungan Uji t Titer Antibodi pada Induk antara Perlakuan D dan C ... 44

29. Hasil Analisis Uji t Titer Antibodi pada Induk antara Perlakuan D dan C ... 44

30. Perhitungan Uji t Titer Antibodi pada Larva antara Perlakuan A dan B ... 45

31. Hasil Analisis Uji t Titer Antibodi pada Larva antara Perlakuan A dan B ... 45

32. Perhitungan Uji t Titer Antibodi pada Larva antara Perlakuan A dan C ... 45

33. Hasil Analisis Uji t Titer Antibodi pada Larva antara Perlakuan A dan C ... 45

34. Perhitungan Uji t Titer Antibodi pada Larva antara Perlakuan B dan A ... 45

35. Hasil Analisis Uji t Titer Antibodi pada Larva antara Perlakuan B dan A ... 46

36. Perhitungan Uji t Titer Antibodi pada Larva antara Perlakuan B dan C ... 46

37. Hasil Analisis Uji t Titer Antibodi pada Larva antara Perlakuan B dan C ... 46

38. Perhitungan Uji t Titer Antibodi pada Larva antara Perlakuan C dan A ... 46

39. Hasil Analisis Uji t Titer Antibodi pada Larva antara Perlakuan C dan A ... 46

(17)

41. Hasil Analisis Uji t Titer Antibodi pada Larva antara Perlakuan C dan B ... 47 42. Perhitungan Uji t Titer Antibodi pada Larva antara Perlakuan C dan D ... 47 43. Hasil Analisis Uji t Titer Antibodi pada Larva antara Perlakuan C dan D ... 47 44. Perhitungan Uji t Titer Antibodi pada Larva antara Perlakuan D dan B ... 47 45. Hasil Analisis Uji t Titer Antibodi pada Larva antara Perlakuan D dan B ... 48 46. Perhitungan Uji t Titer Antibodi pada Larva antara Perlakuan D dan C ... 48 47. Hasil Analisis Uji t Titer Antibodi pada Larva antara Perlakuan D dan C ... 48 48. Ringkasan Hasil Analisis Uji t pada Titer Antibodi Induk dan Larva ... 48 49. Perhitugan Uji Normalitas Lilifore pada Kelangsungan Hidup Larva

setelah Diuji Tantang pada Hari Ke-5 Pasca Menetas ... 50 50. Perhitugan Uji Homogenitas Bartlett pada Kelangsungan Hidup Larva

setelah Diuji Tantang pada Hari Ke-5 Pasca Menetas ... 51 51. Hasil Analisis Uji Homogenitas Bartlett pada Kelangsungan Hidup Larva

setelah Diuji Tantang pada Hari Ke-5 Pasca Menetas ... 52 52. Hasil Pengamatan Kelangsungan Hidup Larva setelah Diuji Tantang

pada Hari Ke-5 Pasca Menetas ... 52 53. Sidik Ragam Kelangsungan Hidup Larva setelah Diuji Tantang pada Hari

Ke-5 Pasca Menetas ... 52 54. Perhitungan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada Kelangsungan Hidup

Larva setelah Diuji Tantang pada Hari Ke-5 Pasca Menetas ... 53 55. Hasil Analisis Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada Kelangsungan

Hidup Larva setelah Diuji Tantan pada Hari Ke-5 Pasca Menetas ... 53 56. Perhitugan Uji Normalitas Lilifore pada Kelangsungan Hidup Larva

setelah Diuji Tantang pada Hari Ke-13 Pasca Menetas ... 55 57. Perhitugan Uji Homogenitas Bartlett pada Kelangsungan Hidup Larva

setelah Diuji Tantang pada Hari Ke-13 Pasca Menetas ... 55 58. Hasil Analisis Uji Homogenitas Bartlett pada Kelangsungan Hidup Larva

setelah Diuji Tantang pada Hari Ke-13 Pasca Menetas ... 56 59. Hasil Pengamatan Kelangsungan Hidup Larva setelah Diuji Tantang

pada Hari Ke-13 Pasca Menetas ... 56 60. Sidik Ragam Kelangsungan Hidup Larva setelah Diuji Tantang pada Hari

Ke-13 Pasca Menetas ... 56 61. Perhitugan Uji Normalitas Lilifore pada Kelangsungan Hidup Relatif

Larva setelah Diuji Tantang pada Hari Ke-5 Pasca Menetas ... 58 62. Perhitugan Uji Homogenitas Bartlett pada Kelangsungan Hidup Relatif

Larva setelah Diuji Tantang pada Hari Ke-5 Pasca Menetas ... 59 63. Hasil Analisis Uji Homogenitas Bartlett pada Kelangsungan Hidup

Relatif Larva setelah Diuji Tantang pada Hari Ke-5 Pasca Menetas ... 59 64. Hasil Pengamatan Kelangsungan Hidup Relatif Larva setelah Diuji

Tantang pada Hari Ke-5 Pasca Menetas ... 60 65. Sidik Ragam Kelangsungan Hidup Relatif Larva setelah Diuji Tantang

pada Hari Ke-5 Pasca Menetas ... 60 66. Perhitugan Uji Normalitas Lilifore pada Kelangsungan Hidup Relatif

Larva setelah Diuji Tantang pada Hari Ke-13 Pasca Menetas ... 62 67. Perhitugan Uji Homogenitas Bartlett pada Kelangsungan Hidup Relatif

Larva setelah Diuji Tantang pada Hari Ke-13 Pasca Menetas ... 63

(18)

68. Hasil Analisis Uji Homogenitas Bartlett pada Kelangsungan Hidup Relatif Larva setelah Diuji Tantang pada Hari Ke-13 Pasca Menetas ... 63 69. Hasil Pengamatan Kelangsungan Hidup Relatif Larva setelah Diuji

Tantang pada Hari Ke-13 Pasca Menetas ... 64 70. Sidik Ragam Kelangsungan Hidup Relatif Larva setelah Diuji Tantang

pada Hari Ke-13 Pasca Menetas ... 64

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Roadmap Penelitian ... 28

2. Prosedur Pembuatan Vaksin inaktif Aeromonas salmonicida menggunakan formalin 1,5% ... 29

3. Prosedur Vaksinasi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio) ... 33

4. Prosedur Uji Titer Antibodi Pada Induk dan Larva ... 34

5. Prosedur Uji Tantang ... 37

6. Gejala Klinis Larva Ikan Mas (C. carpio) yang Diuji Tantang dengan Bakteri A. salmonicida ... 39

7. Analisis Statistik Hasil Uji Titer Antibodi Induk ... 40

8. Analisis Statistik Hasil Uji Titer Antibodi Larva ... 45

9. Analisis Statistika Kelangsungan Hidup Larva setelah Diuji Tantang pada Hari Ke-5 Pasca Menetas ... 49

10. Analisis Statistika Kelangsungan Hidup Larva setelah Diuji Tantang pada Hari Ke-13 Pasca Menetas ... 54

11. Analisis Statistika Kelangsungan Hidup Relatif Larva setelah Diuji Tantang pada Hari Ke-5 Pasca Menetas ... 57

12. Analisis Statistika Kelangsungan Hidup Relatif Larva setelah Diuji Tantang pada Hari Ke-13 Pasca Menetas ... 61

(20)

1 I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit infeksi pada ikan mas mulai mewabah tahun 2001 di Jawa Barat yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas sp. seperti Aeromonas salmonicida.

Bakteri ini merupakan penyebab penyakit infeksi pada ikan-ikan salmonid yaitu penyakit furunculosis yang ditandai dengan munculnya hemoragi, luka berbentuk cekungan, mata menonjol dan warna tubuh menjadi gelap (Bernoth et al., 1997), namun laporan lain menunjukkan bahwa terdapat gejala infeksi bakteri A. salmonicida pada ikan–ikan cyprinid, yaitu penyakit carperytrodermatitis

(Irianto, 2005). Ikan yang terserang penyakit ini akan mengalami pendarahan pada bagian tubuh seperti dada, perut dan pangkal sirip, serta dapat menular dan dapat menyebabkan kematian pada ikan budidaya (Austin et al., 2007).

Penggunaan obat-obatan yang kadang tidak sesuai dengan dosis dapat menyebabkan dampak negatif seperti timbulnya resistensi pada bakteri, adanya residu dalam tubuh ikan, menyebabkan pencemaran, bahkan dapat menyebabkan penolakan ekspor oleh negara lain. Salah satu upaya pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan pemberian vaksin (vaksinasi) (Astuti, 2015).

Vaksin adalah satu antigen yang biasanya berasal dari suatu jasad patogen yang telah dilemahkan atau dimatikan untuk meningkatkan ketahanan (kekebalan) ikan atau menimbulkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit tertentu. Vaksinasi merupakan proses pemberian vaksin ke dalam tubuh hewan (termasuk ikan) agar memiliki ketahanan terhadap serangan penyakit. Salah satu tujuan vaksinasi adalah untuk meningkatkan antibodi spesifik. Peningkatan antibodi tidak saja akan meningkatkan kemampuan pertahanan humoral tetapi juga pertahanan seluler. Respon humoral merupakan respon yang bersifat spesifik dilakukan oleh suatu substansi yang dikenal sebagai antibodi atau imunoglobulin, sedangkan respon seluler ikan bersifat non spesifik dilakukan oleh cell mediated immunity (Alifuddin, 2002; Soeripto, 2002).

(21)

2 3 minggu, organ-organ yang berperan dalam sistem pembentukan antibodi belum sempurna. Organ-organ yang terlibat dalam sistem kekebalan tubuh ikan meliputi

reticulo endothelial (ginjal bagian depan, thymus, limfa, dan hati), limfosit, plasmosit dan fraksi serum protein tertentu. Dengan demikian bakteri patogen dapat menginfeksi ikan pada stadia larva.

Infeksi pada larva dapat dicegah melalui pemberian vaksin inaktif Whole cell A. salmonicida ke indukan yang siap memijah. Mor & Avtalion (1990) menyatakan bahwa pada golongan tilapia aktivitas antibodi yang terdapat pada embrio sama dengan induknya, sehingga dapat diasumsikan bahwa terdapat imunitas bawaan dari induk ke larva yang dihasilkan. Pernyataan tersebut sesuai dengan Davis et al., (2007) yang menyatakan bahwa vaksin yang disuntikkan ke indukan akan masuk ke dalam tubuh melalui darah dan ditransfer ke hati yang merupakan organ penting dalam pembentukan bakal kuning telur lalu terbawa ke dalam oosit dan terjadi proses vitelogenesis (pembentukan kuning telur). Penelitian sebelumnya membuktikan bahwa pemberian vaksin pada indukan dapat meningkatkan ketahanan tubuh benih ikan yang ditetaskan dengan SR mencapai 83% (Nur et al., 2004; Nur et al., 2006; Hadie et al., 2010)

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui pengaruh pemberian vaksin inaktif whole cell A. salmonicida

pada induk ikan mas (Cyprinus carpio) dengan dosis yang berbeda terhadap pembentukan titer antibodi pada induk dan larva.

2. Mengetahui pengaruh pemberian vaksin inaktif whole cellA. salmonicida

pada induk ikan mas (Cyprinus carpio) dengan dosis yang berbeda terhadap Survival rate (SR) dan Relative percent survival (RPS) larva dari hasil indukan yang divaksinasi

1.3 Manfaat Penelitian

(22)

3 kepada pembudidaya ikan, serta pihak-pihak yang memerlukan tentang vaksinasi ikan, khususnya pada ikan mas terhadap infeksi A. salmonicida.

1.4 Kerangka Pemikiran

Penyakit bakterial yang disebabkan oleh A. salmonicida masih menjadi masalah bagi pembudidaya ikan mas. Penyakit ini dapat menular bahkan menyebabkan kematian pada ikan budidaya, terutama golongan cyprinid (Irianto, 2005; Austin et al., 2007). Tatang (2014) menyatakan bahwa, pada umur kurang dari 3 minggu, organ-organ yang berperan dalam sistem pembentukan antibodi belum sempurna, sehingga patogen dengan mudah dapat menginfeksi benih ikan mas.

Penggunaan obat-obatan saat ini sebagai metode pengobatan juga sudah tidak dianjurkan karena menyebabkan dampak negatif seperti timbulnya resistensi pada bakteri, adanya residu dalam tubuh ikan, menyebabkan pencemaran, bahkan dapat menyebabkan penolakan ekspor oleh negara lain. Salah satu upaya pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan pemberian vaksin (vaksinasi) (Astuti, 2015).

Aplikasi pemberian vaksin inaktif whole cell A. salmonicida pada indukan ikan mas yang sudah matang gonad pada tahap oosit primer dilakukan dalam penelitian ini sebagai bentuk pencegahan awal agar larva memiliki kekebalan spesifik bawaan dari induk yang divaksinasi (Gambar 1). Hal ini sesuai dengan pendapat (Davis et al., 2007; Mor & Avtalion, 1990).

Respon imun spesifik dapat dilihat pada uji titer antibodi induk maupun larva. Apabila terdapat reaksi antara antigen A. salmonicida dan antibodi (reaksi aglutinasi) pada uji titer antibodi induk maka dapat dipastikan larva yang dihasilkan juga memiliki imunitas spesifik sama dengan induknya. Respon lainnya dapat diamati dari tingkat kelangsungan hidup dan tingkat kelangsungan hidup relatif. Reaksi hasil uji dapat dilihat setelah uji tantang larva dengan bakteri

(23)

4 1.5 Hipotesis

Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah : Uji Titer Antibodi Induk dan Larva

H0 :µ1=µ2 Tidak ada perbedaan pengaruh pemberian dosis vaksin inaktif

whole cellA. Salmonicida yang berbeda pada induk ikan mas (C. carpio) terhadap titer antibody pada induk dan larva.

H1 :µ1 ≠ µ2 Sedikitnya ada satu perlakuan pemberian dosis vaksin inaktif whole

cell A. salmonicida yang berbeda pada induk ikan mas (C. carpio) yang berpengaruh terhadap peningkatan titer antibodi induk dan larva

Uji Tantang Larva

H0 : Tidak ada perbedaan pengaruh pemberian dosis vaksin inaktif whole

cell A. salmonicida yang berbeda pada induk ikan mas (C. carpio) terhadap SR dan RPS larva.

Pemberian vaksin inaktif A.salmonicida pada indukan ikan mas yang siap memijah

Penurunan sifat kekebalan tubuh pada larva ikan mas

Penyakit bakterial A. salmonicida sering menyerang larva ikan mas

Peningkatan respon imun spesifik, SR dan RPS larva ikan mas Gambar 1. Kerangka Pemikiran

(24)

5 H1 : Ada pengaruh setidaknya satu pemberian dosis vaksin inaktif whole

(25)

6 II. METODE PENELITIAN

2.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juli - Agustus 2016 bertempat di Balai Benih Ikan Sentra (BBIS) Purbolinggo Lampung Timur sebagai lokasi pemeliharaan induk, kegiatan vaksinasi, uji titer antibodi dan uji tantang larva.

Pembuatan vaksin dilakukan di Laboratorium Budidaya Perikanan, Jurusan Perikanan dan Kelautan, Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Alur kegiatan penelitian secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 1.

2.2 Alat dan Bahan Penelitian

Alat dan bahan yang digunakan untuk mendukung penelitian ini,disajikan pada (Tabel 1 dan Tabel 2):

Tabel 1.Alat Penelitian

No Alat Spesifikasi Alat Kuantitas

1

- Induk betina: 1x1 mdengan hapa - Induk jantan: kolam besar.

(26)

7 Tabel 2. Bahan Penelitian

No Bahan Spesifikasi Bahan Kuantitas

1

Media TSA (trypcase soy agar)

Media TSB (tryptone soya borth)

** bobot induk 1100gr, panjang tubuh ±30cm berumur ±18 bulan

** bobot induk 1000gr, panjang tubuh ±22cm berumur ±18 bulan)

15%

0,13 ml tween dalam 250 PBS

12 ekor

* Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu Dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas I Lampung ** Balai Benih Ikan Sentra (BBIS) Purbolinggo

2.3 Rancangan Penelitian 2.3.1 Persiapan Penelitian a. Persiapan Alat dan Bahan

(27)

8 b. Persiapan Induk

Induk yang digunakan adalah indukan ikan mas, sebanyak 12 pasang. Ciri-ciri induk yang digunakan sesuai dengan (Suseno, 1996) untuk induk betina yang digunakan adalah indukan yang sudah tahap matang gonad oosit primer ditandai dengan perutnya akan mengeluarkan cairan kuning seperti feses saat diurut. Indukan betina memiliki bobot ± 1100 g, panjang tubuh ± 30 cm, dan berumur ± 18 bulan. Induk jantan yang digunakan adalah indukan yang sudah matang gonad, diitandai dengan sudah keluarnya sperma pada saat perut diurut. Induk jantan yang dipakai yaitu memiliki bobot ± 1000 g, dan panjang badan ± 22 cm dan berumur ± 18 bulan.

c. Persiapan Media Kultur dan Vaksin

Media kultur bakteri yang digunakan dalam penelitian ini yaitu media TSA (Trycase soy agar) dan media TSB (Tryptone soya borth)

.

Media ditimbang sesuai takaran pada kemasan lalu dimasukan ke dalam labu erlenmeyer, ditambahkan aquades ke dalam erlenmeyer. Kemudian dihomogenisasi menggunakan hot stirrer plate. Media yang telah homogen disterilisasi di dalam autoklaf suhu 121 ºC selama 15 menit. Media TSB dituang ke dalam tabung reaksi sebelum sterilisasi, sedangkan media TSA dituangkan ke dalam cawan petri setelah sterilisasi. Proses penuangan dilakukan secara aseptis. Media disimpan dalam refrigerator atau inkubator sampai saat digunakan.

(28)

9 2.3.2 Pelaksanaan Penelitian

a. Vaksinasi Induk

Induk dianestesi menggunakan minyak cengkeh (0,3 ml/l) sebelum vaksin diberikan (Hadie et al., 2010). Indukan divaksinasi dengan cara disuntik dibagian

Intra muscullar (IM) (Anderson, 1974) menggunakan vaksin inaktif whole cell A. salmonicida dengan kepadatan 107 CFU/ml (Setyawan et al., 2012). Pemberian vaksin diberikan sebanyak 2 kali, vaksinasi pertama dilakukan untuk membantu limfosit B dalam mengenal antigen (Tatang, 2014), dan pemberian vaksin yang kedua sebagai booster untuk meningkatkan limfosit B dalam pengenalaan terhadap antigen (Kamiso, 1999; Nur et al., 2004). Indukan yang divaksinasi diberi makan dengan FR 2%, untuk menekan perkembangan gonad (Bachtiar, 2002) (Lampiran 3).

b. Pemijahan dan Penetasan Telur

Indukan jantan dan betina diletakan ke dalam satu kolam yang telah berisi kakaban. Indukan tidak diberi makan selama pemijahan. Indukan dibiarkan sampai telur yang dibuahi menempel pada subtrat. Proses pemijahan berlangsung selama satu malam setelah indukan disatukan.

Telur yang berada pada subtrat dipindah ke wadah pemeliharaan larva. Penetasan telur mengacu pada Susanto (2007). Pakan yang diberikan yaitu berupa pakan alami Artemia sp., Daphnia sp, dan cacing sutra secara adlibitum.

c. Pengukuran Titer Antibodi

Pengukuran titer antibodi terdiri dari 2 pengukuran, yaitu titer antibodi pada indukan dan juga pada larva. Persiapan serum merupakan langkah awal dari proses pengukuran titer antibodi. Serum induk disiapkan dengan cara, indukan dianestesi menggunakan minyak cengkeh 0,3 ml/l. Darah diambil dengan menggunakan spuit 1 ml 26G pada vena caudal tidak terlalu dalam dengan sudut kemiringan ± 45º. Darah disentrifuge dengan 3500 rpm (selama 15 menit). Lapisan ke-2 diambil sebagai serum (Wintoko et al., 2012).

(29)

10 larutan PBStween (0,13 ml Tween dalam 250 PBS) dengan cara digerus dengan perbandingan 1:4 (v/v). Hasil gerusan disentrifuge 6000 rpm selama 15 menit. Hasil sentrifuge menghasilkan 3 lapisan ; lemak, koloid+PBS, pellet (jaringan ikan). Supernatan pada lapisan ke-2 (Koloid+PBS) diambil sebagai serum (Roberson, 1990; Nur et al., 2004). Proses titer antibodi secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 4.

d. Uji Tantang

Larva diuji tantang pada umur 5 hari pasca penetasan dan umur 13 hari pasca penetesan. Metode yang digunakan dalam uji tantang ini adalah dengan perendaman. Bakteri aktif A. salmonicida disiapkan pada wadah uji dengan kepadatan 107 CFU/ml. Larva diambil 10% dari total populasi larva pada akuarium penetasan, dan dipindah kan ke wadah uji untuk diuji tantang. Larva direndam selama 30 menit. Larva dikembalikan lagi ke akuarium dan dipelihara selama 7 hari. Kegiatan dilakukan selama pemeliharan pasca uji tantang adalah menghitung SR dan RPS nya selain itu diamati perubahan abnormal yang terjadi. Proses uji tantang secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 5.

2.3.3 Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan pemberian dosis vaksin yang berbeda (3 perlakuan dengan vaksinasi dan 1 perlakuan sebagai kontrol). Pada setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali, dengan kepadatan vaksin 107 CFU/ml. Penelitian ini memodifikasi, Nur et al., (2004); Nur et al., (2006); Hadie et al., (2010), sebagai berikut :

1. Perlakuan A : Kontrol (tanpa pemberian vaksin pada induk betina ikan mas).

2. Perlakuan B : Pemberian vaksin induk betina ikan mas dengan dosis 0,3 ml/kg ikan.

(30)

11 4. Perlakuan D : Pemberian vaksin induk betina ikan mas dengan dosis 0,5

ml/kg ikan.

Model Rancangan Acak Lengkap dengan uji ANOVA yang digunakan adalah sebagai berikut:

Yij = μ + τi + ɛij

Keterangan:

i : Perlakuan A, B, C, dan D j : Ulangan 1, 2, 3

Yij : Nilai pengamatan dari pengaruh pemberian dosis vaksinasi induk ikan mas yang berbeda ke-i terhadap SR dan RPS pada larva ikan mas kelompok ke-j µ : Nilai Tengah umum

i : Pengaruh pemberian dosis vaksinasi induk ikan mas ke-i terhadap SR dan RPS larva

ɛij : Pengaruh acak dari galat perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

Tata letak rancangan penelitian disusun secara acak dengan semua perlakuan mendapatkan peluang yang sama. Wadah pemeliharaan indukan disusun secara acak di dalam kolam besar disekat dengan happa (Gambar 2), dan wadah pemeliharaan larva menggunakan akuarium disusun seperti pada Gambar 3.

Gambar 2. Tata Letak Kolam Pemeliharaan Induk B2

A3

C2 D1 C3

A2

B3 B1

D3 C1

(31)

12

Gambar 3. Tata Letak Pemeliharaan Larva Keterangan : “A, B, C, D (Perlakuan)” “1,2,3 (Ulangan)”

2.3.4 Parameter yang Diamati

Parameter yang diamati pada penelitian ini terdiri dari parameter utama dan pendukung. Parameter utama terdiri dari dua parameter yaitu uji titer antibodi dan uji tantang. Sedangkan parameter pendukungnya adalah kualitas air.

Parameter uji titer antibodi dilihat berdasarkan ada tidaknya reaksi aglutinasi, yang ditandai dengan menyebarnya titik didasar sumuran, diberi keterangan (+), sedangkan apabila tidak ada aglutinasi ditandai dengan berpusatnya titik di dasar sumuran, diberi keterangan (-) (Hadie et al., 2010) .

Parameter uji tantang, dilihat berdasarkan tingkat kelangsungan hidup (SR) dan tingkat kelangsungan hidup (RPS). Dihitung menggunakan rumus menurut Effendi et al., (2006):

a. SR =

Nt = Jumlah ikan yang hidup pada awal pengujian. N0 = Jumlah ikan yang hidup pada akhir pengujian.

b. RPS =

Mv = Mortalitas larva denganperlakuan (%)

Mc = Mortalitas larva tanpa perlakuan (kontrol) (%)

Parameter uji tantang yang lain adalah gejala klinis yang disebabkan akbibat uji tantang. Hal ini dilakukan agar memastikan larva yang mati benar disebabkan oleh bakteri A. salmonicida.

Hasil yang baik menunjukan jika, nilai tingkat kelangsungan hidup (SR) ikan rata-rata yang berkisar 73,50 - 86,60 % (Gudkovs, 1988), sedangkan untuk RPS > 60% (Nur et al., 2004).

BI

A2 A3

C2 CI

D3 D1 B2 AI

B3 D2

(32)

13 Pengukuran pendukung berupa kualitas air yang diukur yaitu, suhu, pH, dan DO. Kualitas air yang baik untuk pemeliharaan induk dan larva ditandai dengan nilai baku mutu, suhu (25 – 30 ºC) (Suseno, 1996), pH (6,5 - 9) (Afriyanto et al.,

1992), dan DO (>3 ppm) (Cholik et al., 1986).

2.3.5 Analisis Data

(33)

14 III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Vaksin dan PemberianVaksin

Vaksin Whole cell A. salmonicida yang diinaktivasi dengan menggunakan formalin 1,5% dianggap aman untuk digunakan karena dari hasil uji viabilitas menunjukan bahwa tidak ada pertumbuhan bakteri A. salmonicida pada media kultur TSA (Gambar 4a). Sebagai perbandingan bakteri A. salmonicida yang tidak diinaktivasi akan menunjukan indikasi pertumbuhan pada media TSA (Gambar 4b).

Gambar 4. Hasil Uji Viabilitas

Keterangan : (a) Bakteri A. salmonicida yang telah diinaktivasi, pada media kultur TSA; (b) Bakteri A. salmonicida yang tumbuh pada media TSA

Bakteri A. salmonicida yang sudah dikatakan inaktif setelah direndam dalam formalin 1,5% selama 22 jam, dan tidak menunjukan tanda-tanda tumbuh pada media TSA dalam waktu 22 jam, dengan ini bakteri sudah siap digunakan sebagai vaksin. Buller (2004) menjelaskan bahwa bakteri aktif A. salmonicida akan tumbuh optimal pada media kultur TSA dalam waktu 18 - 24 jam dengan koloni yang tumbuh memiliki ciri-ciri berwarna putih, berbentuk bulat, dan permukaan cembung. Vaksin yang telah siap selanjutnya diaplikasikan pada ikan uji yaitu indukan ikan mas.

3.2 Uji Titer Antibodi

Hasil dari uji titer antibodi induk maupun larva menunjukan adanya reaksi positif (+) aglutinasi ditandai dengan menyebarnya titik di dasar sumuran (Gambar 5a). Sedangkan Gambar 5b menunjukan bahwa ada indukan dan larva yang tidak memiliki respon imun spesifik (-) ditandai dengan berpusatnya titik di dasar sumuran pada saat uji titer antibodi.

(34)

15

Gambar 5. Hasil Titer Antibodi

Keterangan: (a)Ada reaksi aglutinasi (b)Tidak ada reaksi aglutinasi

Kekebalan tubuh indukan akan terbentuk setelah pemberian vaksin inaktif A. salmonicida. Respon imun yang terjadi merupakan respon imun spesifik terhadap bakteri yang sama dengan bakteri vaksinasi, sehingga pada saat diuji titer antibodi reaksi aglutinasi akan terbentuk (reaksi antigen dan antibodi). Hasil tersebut sesuai dengan pernyataan Supriyadi (2011) yang menggambarkan bahwa saat antigen dicampur pada serum yang mengandung antibodi, reaksi yang terjadi adalah antibodi berikatan dengan antigen.

Larva yang dihasilkan dari indukan yang divaksinasi akan memiliki sifat yang sama dengan induknya saat larva tersebut diuji titer antibodi. Hasil respon positif pada larva menunjukan bahwa adanya respon antibodi terhadap antigen yang membuktikan bahwa transfer imunitas induk pada larva berhasil.

Kondisi awal uji titer antibodi induk sebelum vaksinasi tidak ditemukan reaksi aglutinasi, hal ini karena sebelumnya indukan belum terinfeksi (terpapar) antigen yang sama (A. salmonicida), Nur (2006) menyatakan bahwa secara alami ikan yang telah terinfeksi akan menunjukan reaksi aglutinasi saat dilakukan pengujian titer antibodi (Tabel 3).

Hasil respon tertinggi dilihat berdasarkan banyaknya reaksi aglutinasi yang muncul disetiap sumuran. Respon uji titer antibodi tertinggi pada indukan didapatkan dari perlakuan pemberian dosis vaksinasi induk 0,3 ml/kg ikan, reaksi aglutinasi terjadi hingga pengenceran 64x. Pemberian dosis vaksin 0,4 ml/kg ikan hanya sampai pengenceran 32x. Namun pemberian vaksin 0,5ml dan kontrol tidak terjadi reaksi aglutinasi (Tabel 3).

(35)

16 Sejalan dengan indukan, reaksi aglutinasi pada larva juga hanya terbentuk pada perlakuan pemberian dosis vaksin indukan 0,3 ml/kg ikan dan 0,4 ml/kg ikan. Namun reaksi aglutinasi tertinggi diperoleh dari dosis 0,4 ml/kg ikan hingga pengenceran 32x (Tabel 3).

Tabel 3. Nilai Kualitatif Titer Antibodi pada Indukan yang Divaksinasi dengan Dosis Berbeda

Keterangan : ( + ) Ada reaksi aglutinasi (pembentukan antibodi) ( - ) Tidak ada reaksi aglutinasi (tidak terbentuk antibodi)

Kondisi ikan uji yang akan divaksinasi sebaiknya belum terpapar bakteri spesifik yang digunakan sebagai vaksin, dalam keadaan sehat, dan minimal berumur > 3 minggu pasca menetas. Tatang (2014); Astuti (2015), menyatakan bahwa pemberian vaksin diberikan pada ikan yang status kondisinya dalam keadaan optimal ( > 3 minggu pasca menetas) dan tidak memiliki riwayat penyakit akibat patogen yang akan digunakan sebagai vaksin.

(36)

17 Vaksinasi dengan pemberian dosis 0,5 ml/kg ikan belum mampu memunculkan antibodi. Hal ini diduga karena dosis yang terlalu tinggi akan menghambat respon imun spesifik yang diharapkan. Pasaribu et al., (1990) menyatakan, jika dosis dan konsentrasi vaksin yang diberikan melebihi batas kemampuan tubuh ikan, maka vaksin akan bersifat immunosupresif (menghambat munculnya respon imun). Dosis vaksin yang cukup besar belum tentu dapat memberikan kekebalan yang tinggi dalam tubuh ikan (Nur, 2006). Selain itu juga tidak munculnya reaksi dapat disebabkan juga karena limfosit tidak dapat mengenal antigen yang merangsang terbentuknya antibodi (Fujaya, 1999).

Masih terdeteksinya antibodi pada larva membuktikan adanya transfer antibodi dari induk ke larva yang diduga terbawa oleh telur setelah perlakuan vaksinasi (Tang & Affandi, 2000). Keberadaan antibodi di dalam telur diperjelas dengan terdapatnya keberadaan antibodi yang ikut dalam aliran darah yang terbawa ke hati (tempat terbentuknya Vitellogenin) kemudian terbawa oleh aliran darah ke dalam oosit primer, selanjut oosit primer berkembang sampai terbentuk embrio dan ditetaskan. Kuning telur merupakan sumber makanan utama benih pada awal pertumbuhannya, hal ini menyebabkan keberadaan antibodi dalam cairan tubuh larva saat uji titer antibodi (Davis et al., 2007). Transfer imun dari induk ke larva telah dibuktikan dalam telur dan embrio dari beberapa spesies ikan air tawar (Bly et al., 1986) seperti, ikan nila (Oreochromis niloticus) (Nur et al.,

(37)

18 Tabel 4. Analisa Uji t pada Uji Titer Antibodi Induk dan Larva

Perlakuan Nilai t Induk Nilai t Larva

B - A 2,7651* 2,0436*

C - A 2,5405* 2,5405*

A - D 0tb 0tb

B - C 0,28888tb -0,6520tb

B - D 2,50405* 2,0436*

C - D 2,05405* 2,5405*

Keterangan: * “Perbedaan pengaruh yang signifikan 0,05” tb “Tidak ada pengaruh yang signifikan 0,05”

A (Kontrol); B (0,3 ml); C (0,4ml); D (0,5ml)

Tidak ada pengaruh yang signifikan antara pemberian dosis vaksin 0,3 ml/kg ikan dan 0,4 ml/kg ikan menunjukan bahwa pemberian dosis vaksin yang tepat dapat diberikan pada kisaran dosis 0,3 – 0,4 ml/kg ikan. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa pemberian 0,4 ml/kg indukan memberikan respon titer antibodi yang cukup baik (Nur et al., 2004; Hadie et al., 2010).

3.3 Uji Tantang Larva

Nilai tingkat kelangsungan hidup (SR) larva dari induk yang divaksinasi lebih tinggi dibanding kontrol dengan nilai peluang 0,02 < 0,05 atau sama dengan 20% dari seluruh perlakuan yang mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup larva pasca uji tantang yang merujuk pada perbedaan sangat nyata antara perlakuan terhadap kontrol untuk uji tantang pada hari ke-5 (Lampiran 11). Sedangkan pada uji tantang hari ke 13 tidak berbeda nyata, namun jika dilihat berdasarkan rataan presentasenya menunjukan bahwa vaksinasi pada indukan mampu melindungi larva dari paparan bakteri A. salmonicida (Mor & Avtalion, 1990) (Gambar 6 dan Lampiran 10).

(38)

19

Gambar 6. Rata-Rata Kelangsungan Hidup Larva yang Diuji setelah 5 Hari dan 13 Hari Pasca Menetas

Keterangan : “Sunperskrip Huruf yang Berbeda pada Warna Kolom Grafik yang Sama Menunjukan Perbedaan yang Sangat Nyata P (0,02 < 0,05)”

“Perlakuan (A) Kontrol/Tanpa vaksin ; (B) Pemberian Vaksinasi Induk 0,3ml/kg ikan; (C) Pemberian Vaksinasi Induk 0,4ml/kg ikan; (D) Pemberian Vaksinasi Induk 0,5ml/kg ikan”

Gambar 7. Rata-Rata Kelangsungan Hidup Relatif Larva yang Diuji setelah 5 Hari dan 13 Hari Pasca Menetas

Keterangan : “ (B) pemberian vaksinasi induk 0,3ml/kg ikan; (C) pemberian vaksinasi induk 0,4ml/kg ikan; (D) pemberian vaksinasi induk 0,5ml/kg ikan”

(39)

20 Nilai SR dan RPS menunjukan bahwa antibodi cukup berperan pada pertahanan larva dalam melawan serangan bakteri uji tantang. Perbedaan yang sangat nyata antara perlakuan terhadap kontrol pada uji tantang hari ke-5 disebabkan karena pada awal pasca penetasan larva masih rentan terhadap paparan sehingga larva kontrol yang tidak memiliki sistem imun bawaan dari induknya lebih banyak mengalami kematian dibanding perlakuan, sedangkan antar perlakuan tidak terjadi perbedaan nyata yang signifikan. Jika dilihat dari pengamatan pasca uji tantang, larva kontrol dan larva dengan pemberian dosis vaksin induk 0,5 ml/kg ikan lebih cepat menunjukan gejala klinis berupa kemerahan pada perut dan sirip ekor pada hari ke-3, kemerahan yang menyebar keseluruh tubuh, dan sudah mulai terjadi kematian, hal ini sejalan dengan titer antibodi larva yang menunjukan bahwa reaksi kontrol sama dengan larva dari pemberian vaksin 0,5ml/kg ikan. Sedangkan pada perlakuan 0,3 dan 0,4 ml/kg ikan luka umumnya terjadi tidak menyebar hanya di bagian tubuh tertentu (lokalisasi) (Tabel 5). Ghenghesh et al., (2008) menyatakan bahwa infeksi A. salmonicida akan mulai muncul gejala klinis hingga kematian berawal dari hari ke-3 pasca menginfeksi inang. Hal ini membuktikan bahwa vaksinasi induk memberikan tingkat perlindungan yang bervariasi pada larva (Nur, 2006). Hal tersebut tidak ada kaitannya dengan kualitas air, karena saat pengukuran kualitas air menunjukan hasil yang cukup baik untuk kelangsungan hidup larva (Tabel 6 dan Lampiran 6).

Keadaan larva dari hasil indukan yang divaksinasi dengan dosis 0,5 ml/kg ikan memiliki nilai SR tinggi dibandingkan dengan kontrol, hal ini diduga karena adanya pengaruh berupa respon imun selular (non spesifik) yang tidak di teliti. Limfosit T berasal dari sel pluripotensial embrio pada yolk sac (Davis et al., 2007). Antigen berupa vaksin yang masuk ke dalam tubuh tergantung pada sel T

dependent antigen, antigen akan mengaktifkan sel imunokompeten bila sel mendapat bantuan dari sel T helper yang aktif (Sigel et al., 1978). Limfosit T

(40)

21 molekul MHC II kepada sel T helper sehingga terjadi ikatan antara TCR (citoxin reseptor) dengan antigen (Nakanishi et al., 2015). Ikatan tersebut terjadi menimbulkan aktivasi enzim dalam sel limfosit T sehingga terjadi transformasi blast, proliferasi, dan diferensiasi menjadi sel T helper aktif dan sel T citotoxic

memori (Castro et al., 2011). Namun pada perlakuan ini reaksi respon imun tubuh larva tidak sampai pada fase pembentukan antibodi, hal ini diduga karena adanya reaksi imunosupresan (menekan timbulnya respon imun) yang diakibatkan karena berlebihnya dosis vaksin yang diberikan pada indukan ikan mas (Pasaribu et al.,

1990).

Pada uji tantang hari ke-13 tidak terdapat perbedaan yang nyata baik SR maupun RPS, hal ini karena fase larva sudah mulai berkembang menjadi fase benih dan organ-organ yang membantu terbentuknya antibodi sudah mulai berkembang, sehingga pada perlakuan kontrol (tanpa vaksinasi) sudah dapat mengurangi kematian akibat paparan bakteri A. salmonicida (Tatang, 2014).

Pemeliharaan larva pasca uji tantang tidak dipengaruhi oleh kualitas air, karena pada saat pemeliharaan kualitas air cukup baik dengan kisaran kualitas air memenuhi baku mutu, baik suhu, pH maupun DO (Tabel 6).

Tabel 6. Kualitas Air selama Pemeliharaan Induk dan Larva

Pemeliharan Induk/Larva Suhu (ºC) pH DO (ppm)

Awal 27 – 28 7,0 – 7,2 3,79 – 4,24

Tengah 27 – 29 7,0 – 7,2 3,75 – 5,45 Akhir 27 – 28 7,0 – 7,2 3,79 – 5,56

Baku mutu 25-30* 6,5-9** >3***

*Suseno, 1996

** Afriyanto dan Liviawaty, 1992 *** Cholik, 1986; Cahyono, 2000

(41)
(42)

23 Tabel 6. Gejala Klinis Pasca Uji Tantang

Perlakuan H-1 H -2 H -3 H -4 H -5 H-6 H-7

Keterangan: A (kontrol); B (0,3 ml/kg ikan); C (0,4 ml/kg ikan); D (0,5 ml/kg ikan) H (Hari ; 1-7) : Hari pengamatan pasca uji tantang

(43)

24 IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah, pemberian vaksin inaktif A. salmonicida pada indukan dengan dosis yang berbeda, berpengaruh terhadap titer antibodi induk maupun larva, dengan hasil terbaik secara kualitatif ditunjukan oleh dosis vaksin induk 0,3 ml/kg ikan pada indukan, dan pemberian vaksin induk 0,4 ml/kg ikan terhadap titer antibodi larva sedangkan pemberian vaksin induk 0,5 ml/kg ikan tidak memberikan pengaruh terhadap titer antibodi induk dan larva.

Pemberian vaksin inaktif A. salmonicida pada indukan dengan dosis yang berbeda, berpengaruh terhadap tingkat kelangsungan hidup larva dengan hasil tertinggi diperoleh dari larva hasil induk yang divaksinasi dengan dosis 0,4 ml/kg ikan dengan SR 96,11% dan RPS 81,25%.

Dengan ini pemberian vaksin yang efektif pada indukan ikan mas, dapat diberikan dengan kisaran dosis vaksin 0,3 – 0,4 ml/kg ikan.

4.2 Saran

(44)

25 DAFTAR PUSTAKA

Afriyanto, E. & E. Liviawaty. 1992. Pengendalian Hama dan penyakit.

Yogyakarta: Kanisius.

Alifuddin, M. 2002. Imunostimulasi pada Hewan Akuatik. Jurnal Akuakultur Indonesia , 1(2): 87-92.

Anderson, D. P. 1974. Immunology of Fish Disease: Disease of Fish. Sniesko JF, Axelrod HR (eds) Book 4. New York: TFH publ. Neptune.

Astuti, S. P. 2015. Aplikasi Vaksin. Balai Pengembangan Teknologi Perikanan dan Kelautan. Jakarta: Laboratorium Kesehatan Ikan dan Lingkungan. Austin, A. & D. A. Austin. 2007. Bacterial Fish pathogen, Disease of Farm and

Wild Fish Fourt Edition. UK: Spinger-Praxis Publising.

Bachtiar, Y. 2002. Pembesaran Ikan di dalam Kolam Pekarangan. Jakarta: Agro Media Pustaka.

Bernoth, M. E, A. E. Ellis, P. J. Midtlyn., O. Giller, & P, Smith. 1997.

Furunculosis Mutidisciplinary Fish Disease Research. San Diego: Academic Press.

Bly, J. E, A. S. Grimm, & I. G. Morris. 1986. Transfer of Passive Immunity from Mother to Young in A Teleost Fish: Haemagglutinating Activity in the Serum and Eggs of Plaice, Pleuronectes platessa L. Comparative Biochemistry and Physiology Part A (84): 309-313.

Buller, N. B. 2004. Bacteria from Fish and Other Aquatic Animals: A paractical Identification Manual. Western Australia: CABI Publishing.

Cahyono, B. 2000. Budidaya Air Tawar. Yogyakarta: Kanisius.

Castro, R, D. Bernard, M. P. Lefranc, A. Six, A. Benmansour, P. Boudinot. 2011. T Cell Diversity in Teleost Fish. Fish & Sellfish Immunology, (31): 644-654. Cholik, F, Artanty, & Arifudin. 1986. Pengelolahan Kualitas Air Kolam. Jakarta:

Direktorat Jendral Perikanan.

(45)

26 1 Axis in a Euryhaline Teleost, the Tilapia (Oroechomis mossambicus).

Biology of Reproduction (77): 614-625.

Effendi, I, N. J. Bugri, Wirdani. 2006. Pengaruh pada Penebaran terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Gurami Osphronemus guramy Ukuran 2 cm. Jurnal Akuakultur Indonesia, 5 (2): 127-135.

Fujaya, Y. 1999. Bahan Pengajaran Fisiologis Ikan. Ujung Pandang: Universitas Hasanudin.

Ghenghesh, S. K., F. Ahmed, A. El- Khalek, A. Al - Gendy, & J. Klena. 2008. Aeromonas - Associated Infections in Developing Countries. J. Infect Developing Countries , 81-98.

Gudkovs, N. 1988. Fish Immunology. Fish Disease Veterinarians , 531-544. Hadie, W., L. M. Angela, Sularto, & T. Evi. 2010. Imunitas Maternal Terhadap

Aeromonas hidrophila: Pengaruhnya Terhadap Fekunditas dan Daya Tetas Ikan Patin Siam (Pangasionodon hypothalamus). Jurnal Ris. Akuakultur , 5 (2): 229-235.

Irianto, A. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. Kamiso. 1999. Vaksinasi Induk Untuk Meningkatkan Bibit Lele Dumbo (Clarias

garepinus) Terhadap Serangan Aeromonas hydrophila. Jakarta: P4M Dirjen Dikti.

Matjjik, A. A, M. Sumertajaya. 2000. Perancangan Percobaan. Bogor: IPB Press. Mor, A, & R. R. Avtalion. 1990. Transfer of Antibody Activity from Immunized

Mother to Embryo in Tilapias. Journal Fish Biology (37): 249-255. Nakanishi, T, S. Yasuhiro, M. Yuta. 2015. T Cell in Fish. Biology, (4): 640-663. Nazir, M. 2005. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia indonesia.

Nur, Sukenda, & D. Dana. 2004. Ketahanan Benih Ikan Nila Gift (Oreochromis niloticus Linn) dari Hasil Induk yang Diberi Vaksin Terhadap Infeksi Buatan Streptococus iniae. Jurnal Akuakultur Indonesia , 3(1): 37-43. Nur, I. 2006. Respon Humoral Ikan Nila (Oreochromis niloticus Linne) yang

(46)

27 Nur, I, Halipa, & Yusnaini. 2006. Peningkatan Imunitas Benih Ikan Nila

(Oreochromis niloticus) Melalui Vaksinasi Induk. Warta-wiptek , 14(2): 60-66.

Olga, K. R. Rini, J. Akbar, A. Isnansetyo, & L. Sembiring. 2007. Protein

Aeromonas hydrophila Sebagai Vaksin untuk Pengendalian MAS (Motile Aeromonas Septicemia) pada Jambal Siam (Pangasius hypophthalamus).

Jurnal Perikanan , 9(1): 17-25.

Pasaribu, F. H., N. Dalimunthe. & M. Poeloengan. 1990. Pengobatan dan Pencegahan Penyakit Bercak Merah. Bogor: Balai Penelitian Perikanan Air Tawar.

Roberson, B. S. 1990. Bacterial Aglutination, In: Techniques in Fish Immunology 1st Ed. New York: SOS Publication, Fair Haven.

Sigel, M. M, J. C. Lee, E. C. McKinney, D. M. Lopez. 1978. Cellular Immunity in fish as Measured by Lympocyte Stimulation. Marine Fisheries Review. Miami: University of Miami School of Medicine

Setyawan, A., S. Hudaidah, Z. Z. Ranopati, & Sumino. 2012. Imunogenesitas Vaksin Inaktif Wholecell Aeromonas salmonicida pada Ikan Mas (Cyprinus carpio). Aquasains , 1: 17-21.

Soeripto. 2002. Pendekatan Konsep Kesehatan Hewan Melalui Vaksinasi. Jurnal Litbang Pertanian , 48-55.

Supriyadi, H. 2011. Sistem Pertahanan Tubuh pada Ikan. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar. Jakarta: Laboratorium Penyakit Ikan Pasar Minggu. Susanto. 2007. Pembenihan Ikan Mas. Yogyakarta: Kanisius.

Suseno, D. 1996. Pengelolahan Usaha Pembenihan Ikan Mas. Jakarta: Penebar Swadaya.

Tang, U. M. & R. Affandi. 2000. Biologi Reproduksi Ikan. Riau: UNRI PRESS. Tatang. 2014. Modul Praktek Vaksinasi Pada Ikan. Jakarta: Loka pemeriksaan

penyakit ikan dan lingkungan.

(47)

RESPON IMUN SPESIFIK LARVA IKAN MAS (Cyprinus carpio) MELALUI IMUNITAS MATERNAL YANG DIBERI VAKSIN INAKTIF

WHOLE CELL Aeromonas salmonicida

Skripsi

Oleh

SYOHIBAHTTUL ISLAMIYAH BAHAR

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(48)

ABSTRAK

RESPON IMUN SPESIFIK LARVA IKAN MAS (Cyprinus carpio) MELALUI IMUNITAS MATERNAL YANG DIBERI VAKSIN INAKTIF

WHOLE CELL Aeromonas salmonicida

OLEH

SYOHIBAHTTUL ISLAMIYAH BAHAR

Aeromonas salmonicida merupakan bakteri spesifik yang dapat menyebabkan penyakit infeksi dan kematian pada ikan mas (Cyprinus carpio) saat stadia larva. Pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian vaksin, namun pemberian vaksin hanya dapat diberikan pada benih berumur lebih dari 3 minggu. Vaksinasi indukan perlu dilakukan untuk meningkatkan sistem imun larva dengan cara pemberian vaksin inaktif whole cell A. salmonicida pada indukan yang siap memijah. Tujuan dari pemberian vaksin yaitu untuk mengetahui efektivitas pemberian vaksin terhadap uji titer antibodi induk dan larva, serta Survival Rate

(SR) dan Relative Percent Survival (RPS) larva. Penelitian ini dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap, 4 perlakuan A (kontrol); B (0,3 ml/kg ikan); C (0,4 ml/kg ikan); D (0,5 ml/kg ikan) dan 3 kali ulangan. Hasil uji titer antibodi menunjukan bahwa dosis 0,3 ml/kg ikan mampu memberikan reaksi aglutinasi hingga pengenceran 64x pada indukan, dan dosis vaksin 0,4ml pada indukan mampu memberikan reaksi aglutinasi pada larva hingga pengenceran 32x. SR larva pada perlakuan tanpa vaksinasi jauh lebih rendah dari pada perlakuan dengan vaksinasi. Dosis 0,4 ml/kg ikan menghasilkan SR dan RPS tertinggi yaitu 96,11% dan 81,25%. Gejala kemerahan pada larva kontrol terlihat menyebar diseluruh tubuh sedangkan pada larva dengan perlakuan vaksin hanya dibagian tubuh tertentu.

(49)

ABSTRACT

SPECIFIC IMMUNE RESPONSE OF COMMON CARP (Cyprinus carpio) LARVAE THROUGHT MATERNAL IMMUNITY WITH

ADMINITSTRATION OF INACTIVE WHOLE OFF CELL VACCINE Aeromonas salmonicida

By

SYOHIBAHTTUL ISLAMIYAH BAHAR

Aeromonas salmonicida is a specific bacterium that can cause infections and death to the common carp (Cyprinus carpio) during larval stage. Prevention can be done with the administration of the vaccine, but the vaccine can only be given to the seed over the age of 3 weeks. Maternal vaccination needs to be done to improve the immune system of the larvae by means of inactivated whole cell vaccine A. salmonicida on broodstock ready to spawn. Vaccine the administration aims to determine the effectiveness of vaccines on breeders carp to the parent antibody titer test and larvae, as well Survival Rate (SR) and the Relative Percent Survival (RPS) larvae. This research was conducted with a completely randomized design, 4 treatments A (control); B (0.3 ml/kg fish); C (0.4 ml/kg fish); D (0.5 ml/kg fish) and 3 repetitions. The results showed that the antibody titer of 0.3 ml/kg fish dose capable of providing agglutination reaction to 64x dilution in broodstock, and vaccine doses 0.4 ml/kg fish on broodstock able to give agglutination reaction to the larvae until 32x dilution. A dose of 0.4 ml/kg fish resulted the highest SR and RPS with 96.11% and 81.25% respectively. Clinical symptoms of redness in control larvae was spread throughout the body whereas on the vaccine treatment was only in certain body parts.

(50)

RESPON IMUN SPESIFIK LARVA IKAN MAS (Cyprinus carpio) MELALUI IMUNITAS MATERNAL YANG DIBERI VAKSIN INAKTIF

WHOLE CELL Aeromonas salmonicida

Oleh

SYOHIBAHTTUL ISLAMIYAH BAHAR

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA PERIKANAN

Pada

Jurusan Perikanan dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(51)
(52)
(53)
(54)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Mesuji, Lampung pada tanggal 25 Februari 1995 sebagai anak ke-1 dari pasangan Bapak M. Bakri Yanpuhan dan Hariyati. Penulis telah menyelesaikan jenjang pendidikan di Sekolah Taman Kanak-Kanak (TK) Yayasan Al-Qur’an Metro Lampung pada tahun 2000, SD Negeri 1 Suka Maju pada tahun 2006, SMP Negeri 1 Simpang Pematang pada tahun 2009, dan SMA Negeri 1 Tanjung Raya pada tahun 2012.

Penulis mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi Negeri di Universitas Lampung, Fakultas Pertanian, Jurusan Budidaya Perairan tahun 2012. Selama menempuh studi, penulis telah mengikuti magang kerja laboratorium di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan (LP2IL) Serang, Banten pada tahun 2014, penulis dipercaya mendapatkan hibah PKM –P dengan judul “Antibakteri Ekstrak Bunga Rosela (Hibiscus sabdariffa Linn) Terhadap Aeromonas Hydropilla Pada Ikan Lele (Clarias sp)” pada tahun 2014. Penulis melaksanakan praktik umum (PU) di PT. Centralpertiwi Bahari (CPB) dengan judul Analisa “Food Safety (Mikrobiologi) Udang Litopanaeus vannamei di Laboratorium Animal Health Service (AHS) PT Centralpertiwi Bahari Tulang Bawang pada tahun 2015, dan penulis melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama 40 hari di Desa Kibang Yekti, Kabupaten Tulang Bawang Barat pada tahun 2015.

(55)

Ku Persembahkan Karya Ku Ini Untuk:

Bapak Dan Ibu ku

Yang tidak pernah berhenti mendukung dan memberikan doa untuk keberhasilan ku.

Adik ku satu-satunya, dan Keluarga Besar ku

Yang selalu memberikan dukungan dan semangat untuk keberhasilan ku

Sahabat-sahabat ku tercinta, dan teman –teman angkatan 2012 Budidaya Perairan, Unila yang selalu memberikan kecerian, dukungan, semangat dan motivasi selama kuliah hingga mendapatkan gelar sarjana

perikanan.

“Tanpa Kalian Aku hanya Sebutir Mutiara di dalam Kerang

Berlumut”

(Cebong unyu, Ayu cantik, Weni imut, MB bro, Paul ulya, Desi dugong, Atik boncel, Heidy, Cung,

Culis, Puji pardi, Palupi, Docan, Ambar tuyul, Ayi, Denti, dan semuanya)

Ibu dan Bapak Dosen Jurusan Budidaya Perairan, Unila. Dan Almamater Tercinta Universitas Lampung Thank you for your gift of teaching with us

(

Special for Mrs Esti Harpeni, S.T., M.AppSc

)

(56)

TERIMAKASIH

BALAI BENIH IKAN SENTRA (BBIS) PURBOLINGGO

[Partisipasi, kerja keras, motivasi, ilmu pengetahuan & pengalaman, keceriaan,

kekeluargaan, persahabatan, kasih sayang]

Suatu kesempatan langka dan memang tidak salah jika dianggap adalah takdir yang

mempertemukan, berawal tidak saling mengenal dan akhirnya tinggal berbaur selama

kurang lebih 2 bulan bersama, tidak ada kata menyesal hanya ada kata rindu

dan ingin bersua kembali. Jangan lupa diri ini pernah singgah dan diri ini tidak

akan pernah lupa. Semua terkenang bahkan masih hangat terasa; Asrama, Indor, Kolam,

Lab, dan Bapak-Bapak kece yang sangat berjasa THANK YOU

(Bapak Surib, Bapak Wayan, Bapak Udin, Bapak Adit, Bapak Parjo, Bapak Juwoto, Bapak

Umi, Bapak Zaenal, Bapak Harjo, Bapak Nto, Keluarga Besar Bapak Parjo, adik cantik ku

(57)

KATA PENGANTAR

Mengucap syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunianya yang sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Respon Imun Spesifik Larva Ikan Mas (Cyprinus carpio) Melalui Imunitas Maternal yang diberi Vaksin Inaktif Whole Cell Aeromonas salmonicidayang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Budidaya Perairan, Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

2. Ibu Ir. Siti Hudaidah, M.Sc., selaku ketua Jurusan Perikanan Dan Kelauatan Universitas Lampung.

3. Bapak Limin Santoso, S.Pi., M.Si selaku ketua Program Studi Budidaya Perairan Universitas Lampung.

4. Ibu Esti Harpeni, S.T., MAppSc selaku dosen pembimbing akademik serta pembimbing utama, yang telah membimbing, memberi dukungan, saran dan ilmu selama kuliah hingga proses penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Eko Efendi, S.T., M.Si selaku pembimbing dua yang telah membimbing, memberi saran dan ilmu dalam proses penyelesaian skripsi ini.

6. Bapak Deny Sapto Chondro Utomo, S.Pi., M.Si selaku pembahas yang telah memberikan, motivasi, saran dan ilmu dalam perbaikan skripsi ini. 7. Almamater terncinta Universitas Lampung.

Bandar Lampung, Januari 2017 Penulis

(58)
(59)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pemikiran ... 4 2. Tata Letak Rancangan Penelitian ... 11 3. Tata Letak Pemeliharaan Larva ... 12 4. Hasil Uji Viabilitas ... 14 5. Hasil Titer Antibodi ... 15 6. Grafik Rataan Kelangsungan Hidup Larva Paca Uji Tantang Hari Ke-5

Pasca Penetasan dan Hari Ke-13 Pasca Penetasan ... 19 7. Grafik Rataan Kelangsungan Hidup Relatif Larva Paca Uji Tantang Hari

(60)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Alat Penelitian ... 6 2. Bahan Penelitian ... 7 3. Nilai Titer Antibodi pada Indukan yang Divaksinasi dengan Dosis yang

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Tabel 1.Alat Penelitian
Tabel 2. Bahan Penelitian
Gambar 2. Tata Letak Kolam Pemeliharaan Induk
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini dosis probiotik yang optimum yang dapat meningkatkan respon imun non spesifik ikan mas yang diinfeksi bakteri Aeromonas salmonicida adalah 4

Imunogenisitas Vaksin Inaktif Whole Cell Aeromonas salmonicida dengan Penambahan Jenis Adjuvant yang Berbeda pada Ikan Mas (Cyprinus carpio L)

Menurut Firdaus (2004) bahwa pada ikan, suhu lingkungan yang tinggi tetapi masih dalam batas toleransi umumnya akan mempercepat produksi antibodi dan meningkatkan

Hasil titer antibodi pada perlakuan C yaitu vaksin dengan penambahan gliserol 0,25% dan perlakuan E yaitu vaksin dengan penambahan gliserol 0,75% meningkat tinggi

Hasil titer antibodi pada perlakuan C yaitu vaksin dengan penambahan gliserol 0,25% dan perlakuan E yaitu vaksin dengan penambahan gliserol 0,75% meningkat tinggi

Untuk memastik- an bakteri sudah inaktif, dilakukan uji vi- abilitas dengan cara mengkultur inokulum yang sudah diinaktivasi ke dalam medium GSP dan diinkubasi 24 jam dalam suhu ru-

Hasil titer antibodi pada perlakuan C yaitu vaksin dengan penambahan gliserol 0,25% dan perlakuan E yaitu vaksin dengan penambahan gliserol 0,75% meningkat tinggi

Hal ini menunjukkan bahwa ikan yang divaksin dengan antigen H pada Aeromonas salmonicida dan penambahan vitamin C memiliki respon imun adaptif yang tinggi terbukti dari