• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB2 GAMBARAN UMUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB2 GAMBARAN UMUM"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1. KONDISI GEOGRAFIS

Letak geografis Kota Bitung berada pada posisi 1º23’23”-1º35’39” Lintang Utara dan 125º1’43”-125º18’13” Bujur Timur.

Kota Bitung berbatasan dengan :

- Sebelah utara dengan : Kecamatan Likupang (Kabupaten Minahasa Utara dan Laut Maluku);

- Sebelah Timur dengan : Laut Maluku; - Sebelah Selatan dengan : Laut Maluku;

- Sebelah Barat dengan : Kecamatan Kauditan (Kabupaten Minahasa Utara).

Total panjang garis pantai 143,2 Km, di daratan utama 46,3 Km, di pulau-pulau 96,9 Km dan luas wilayah perairan 5439,81 Km2.

Wilayah daratan mempunyai luas 304 Km2 terbagi dalam 5 (lima)

kecamatan, 60 kelurahan, 235 lingkungan serta jumlah KK 42.233. Kecamatan Bitung Utara mempunyai luas 136.40 km2 meliputi 12

kelurahan, Kecamatan Bitung Tengah luas 24 km2 meliputi 10

kelurahan, Kecamatan Bitung Barat luas 33.62 km2 meliputi 10

kelurahan, Kecamatan Bitung Timur luas 59.08 km2 terdiri dari 13

kelurahan dan kecamatan Bitung Selatan yang terdapat di Pulau Lembeh luas 50.90 km2 meliputi 15 Kelurahan dengan jumlah

penduduk 169.458 jiwa (Sumber : Bagian Pemerintahan Setda Kota Bitung tahun 2006).

Jarak antara Ibukota Kota Bitung dengan Ibukota Kecamatan :

 Bitung-Kecamatan Bitung Tengah (Madidir) 4 km

 Bitung-Kecamatan Bitung Barat (Manembo-nembo atas) 12 km  Bitung-Kecamatan Bitung Selatan (Papusungan) 3,5 km

 Bitung-Kecamatan Bitung Timur (Winenet I) 5 km  Bitung-Kecamatan Bitung Utara (Danowudu) 10 km

(2)

datar dengan kemiringan 0-15 derajat, sehingga secara fisik dapat dikembangkan sebagai wilayah perkotaan, industri, perdagangan dan jasa serta pemukiman. Pada bagian utara keadaan topografi semakin bergelombang dan berbukit-bukit yang merupakan kawasan pertanian, perkebunan, hutan lindung, taman margasatwa dan cagar alam. Dibagian Selatan terdapat sebuah pulau yakni Pulau Lembeh yang keadaan tanahnya pada umumnya kasar ditutupi oleh tanaman kelapa, holtikultura dan palawija. Disamping itu memiliki pesisir pantai yang indah sebagai potensi yang dapat dikembangkan menjadi daerah wisata bahari.

Kota Bitung terdapat 8 buah Gunung, yaitu Gunung Duasudara 1.351 m, Gunung Tangkoko 774 m, Gunung Batu Angus 1.099 m, sebagian Gunung Klabat 1.990 m, Gunung Woka 370 m, Gunung Lembeh 430 m, Gunung Temboan Sela 430 m, dan Gunung Wiau 891 m. Gunung Batu Angus masih tercatat sebagai gunung berapi namun tidak aktif. Juga terdapat 5 buah sungai kecil yang bermuara di Selat Lembeh yaitu Sungai Girian, Sungai Sagerat, Sungai Tanjung Merah, Sungai Tewaan, dan Sungai Rinondoran.

Kota Bitung hanya dikenal dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Keadaan ini berkaitan erat dengan arus angin yang bertiup diwilayah ini, dimana pada bulan Oktober sampai dengan bulan April biasanya terjadi hujan. Hal ini disebabkan karena angin bertiup dari arah barat/barat laut yang banyak mengandung air sedangkan pada bulan juni sampai dengan bulan September biasanya terjadi musim kemarau karena dipengaruhi oleh arus angin dari arah timur yang tidak banyak mengandung air.

Secara umum rata-rata perbulan pada pengukuran stasiun Meteorologi Bitung pada tahun 2004, suhu terendah terjadi pada bulan Juli yakni 26,4º C dan tertinggi 28,6º C pada bulan Mei dan bulan

November.

Sebagai daerah tropis Bitung mempunyai kelembaban udara relatif tinggi dengan rata-rata perbulan pada tahun 2004 berkisar antara 70 sampai dengan 90 persen (Bitung Dalam Angka 2005).

(3)
[image:3.610.138.412.172.394.2]

mengalami titik terendah bahkan tidak tercatat. Jumlah hari hujan terbanyak terjadi pada bulan Januari yakni sebanyak 25 hari. Keadaan iklim Kota Bitung secara lengkap dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 1-1 Perbandingan Curah Hujan di Kota Bitung Tahun 2003 – 2004 (mm)

359,5 124,4 311,6 186,4 78 135 85,3 23,448 62,6 69 222,4 141 78 103 174191 67 60

0 9 5 312 138 -10 40 90 140 190 240 290 340 390 440 490

Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des

2003 2004

Potensi Kota Bitung dilihat dari letak geografis sangat strategis dalam jalur perdagangan, transportasi, industri, pariwisata ditunjang dengan adanya fasilitas prasarana Pelabuhan Samudera Bitung yang dapat dikembangkan menuju pelabuhan internasional, baik untuk transportasi domestik maupun internasional.

2.2. PEREKONOMIAN DAERAH

Struktur perekonomian suatu daerah dapat di ketahui dengan melihat komposisi PDRB Daerah yang bersangkutan. Tahun 2004 PDRB Kota Bitung menurut harga konstan 1,56 trilyun meningkat 5,38 % menjadi 1,65 trilyun pada tahun 2005, sedangkan menurut harga berlaku tahun 2004 2,10 trilyun meningkat menjadi 2,21 trilyun pada tahun 2005. Demikian juga dengan struktur perekonomian Kota Bitung dapat dilihat bagaimana peranan atau kontribusi dari masing-masing sektor dalam pembentukan total PDRB Daerah. Semakin besar peranan suatu sektor terhadap total PDRB semakin besar pula pengaruh sektor tersebut dalam perkembangan perekonomian daerah tersebut.

(4)

memberikan kontribusi sebesar 24,03 %, kedua sektor industri dengan kontribusi 22,01 %, ketiga sektor komunikasi/angkutan dengan kontribusi sebesar 21,06 %. Dimana kontribusi sektor-sektor ini terhadap PDRB 2005 sebesar 67,10 persen, sehingga perubahan pada ketiga sektor tersebut akan sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Kota Bitung secara keseluruhan .

Pada tahun 2004 kontribusi sektor komunikasi/angkutan berada pada urutan pertama terhadap total PDRB yakni sebesar 37,16 persen sedangkan pada tahun 2005 sektor pertanian menempati urutan pertama dalam kontribusi terhadap PDRB yaitu sebesar 24,03 %. Tingginya kontribusi sektor pertanian lebih disebabkan sumbangan dari sub sektor perikanan kontribusinya 21,64 persen dari total PDRB, mengingat Kota Bitung memiliki potensi perikanan yang sangat besar.

Banyaknya kegiatan penangkapan ikan selain berpengaruh pada sektor industri juga meningkatkan kontribusi sektor pertanian. Pada sektor pertanian, sub sektor perikanan memberikan kontribusi 7,11 persen PDRB, paling besar dibandingkan sub sektor lain. Produksi perikanan laut mencapai 13,29% yakni dari 117.434 Ton menjadi 133.043,6 Ton. Sedangkan banyaknya perahu / kapal dan alat tangkap yang digunakan mengalami peningkatan seiring dengan kenaikan produksi, nilai produksi perikanan juga mengalami peningkatan sebesar 2,97% yakni dari 685,723 milyar rupiah pada tahun 2004 menjadi 706,107 milyar rupiah di tahun 2005. Melihat produksi perikanan laut menurut jenis ikan dan peningkatan produksi perikanan adalah wajar jika Kota Bitung dijuluki kota cakalang karena 40.11% atau 53.716,9 Ton dengan nilai produksi 309,433 Milyar Rupiah dari total produksi perikanan laut adalah ikan cakalang dan diikuti oleh ikan layang yang produksinya 25.567,30 Ton dengan nilai produksi 114,857 Milyar Rupiah.

(5)

2005 mengalami penurunan yang signifikan dibanding tahun-tahun sebelumnya. Dari total produksi tanaman perkebunan didominasi oleh tanaman kelapa dengan produksi mencapai 13.304,00 ton yang terdiri dari kelapa dalam dan kelapa hibrida.

Sektor industri dipengaruhi oleh banyaknya industri non migas yang ada di Kota Bitung, yang sebagian besar adalah industri pengolahan makanan seperti pengolahan ikan, minyak kelapa, kopra dan lain-lain. Bertumbuhnya sektor industri merupakan sektor andalan Kota Bitung sangat membantu perekonomian terutama dengan meluasnya tenaga kerja. Begitu juga dari sisi kapital dimana peningkatan jumlah perusahaan diikuti juga dengan peningkatan jumlah investasi menjadi 541,67 miliard rupiah atau meningkat 23,47 % dibandingkan tahun sebelumnya. Dengan nilai investasi yang meningkat 23,47 % ternyata mampu meningkatkan produksi hingga 7,92%.

Sektor komunikasi/angkutan lebih disebabkan sumbangan dari sub sektor angkutan laut kontribusinya 21,06 % dari total PDRB, hal ini wajar mengingat Bitung sebagai Kota Pelabuhan yang cukup ramai.

PDRB per kapita di Kota Bitung tahun 2005 atas dasar harga berlaku sebesar Rp. 13.036.207 dengan pendapatan per kapitanya adalah Rp. 11.015.595. Berdasarkan harga konstan atas tahun dasar 2000, PDRB perkapita tahun 2005 Rp. 9.733.606. Sedangkan pendapatan perkapita tahun 2005 sebesar Rp. 8.224.897.

Pertumbuhan ekonomi Kota Bitung tahun 2005 sebesar 5,37 persen, laju pertumbuhan ini melambat jika dibandingkan tahun lalu yang menunjukan adanya sedikit penurunan dalam kegiatan sektor perekonomian di Kota Bitung. Hal yang sedikit mempengaruhinya adalah situasi politik pasca perhelatan PILKADA di Kota Bitung.

2.3. SOSIAL BUDAYA DAERAH

(6)
[image:6.610.139.470.81.292.2]

Gambar 4 - Perbandingan Jumlah Guru - Murid di Kota Bitung 2004

686

20.118

350

7.025

321

5.634

0 5000 10000 15000 20000

SD SLT P SLT A

GURU MURID

Gambar ini memberikan gambaran mengenai jumlah sekolah maupun guru selama beberapa tahun sampai dengan 2004 pada seluruh jenjang pendidikan dasar sampai perguruan tinggi.

Tahun 2005 ratio murid dan guru SD sebesar 12,99 menurun dibanding tahun 2004 sebesar 29,33. Angka tersebut berarti tiap guru SD rata-rata membimbing 13 siswa, penambahan guru SD merupakan hal yang mendesak mengingat rasio murid – guru SD terus meningkat dari tahun-tahun sebelumnya.

Berbeda dengan rasio murid-guru SD, rasio murid-guru pada jenjang SLTP masih dalam kisaran angka yang ideal dimana pada tahun 2005 ini sebesar 19,40, artinya setiap guru rata-rata membimbing sekitar 20 siswa. Kecamatan Bitung Selatan mempunyai rasio terbesar yaitu 32,62 dibanding kecamatan lain. Seperti halnya rasio pada SLTP, rasio yang ideal juga terjadi pada jenjang SLTA dimana rasio murid-gurunya sebesar 16,17. Berbeda dengan situasi tahun-tahun sebelumnya, angka ratio murid – guru baik pada tingkat SD, SLTP dan juga pada tingkat SLTA, semua mengalami penurunan yang disebabkan oleh adanya penambahan jumlah guru secara signifikan selama tahun 2005.

Untuk menampung para lulusan SLTA terdapat 2 sekolah tinggi dan 2 akademi yang dapat dijadikan pilihan untuk peningkatan kualitas SDM penduduk di Kota Bitung.

(7)

indikator kesiapan penduduk dalam menerima perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional dan bertujuan agar semua lapisan masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, leluasa dan murah. Dengan upaya tersebut diharapkan akan tercapai derajat kesehatan masyarakat yang baik. Upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sudah dilakukan oleh pemerintah antara lain dengan memberikan penyuluhan agar keluarga berperilaku hidup sehat dan penyediaan fasilitas seperti rumah sakit, puskesmas, BKIA, Posyandu, Toko Obat, Apotik. Tenaga kesehatan seperti Dokter, Bidan, Perawat dan para medis.

Pemerintah bersama masyarakat melaksanakan usaha kesejahteraan sosial untuk mewujudkan tata kehidupan serta penghidupan sosial material dan spiritual. Usaha ini terutama diarahkan untuk mengatasi masalah-masalah pokok kesejahteraan sosial yaitu kemiskinan, ketertinggalan, keterlantaran, ketunaan sosial dan kebutuhan perumahan dan fasilitas. Kota Bitung memiliki keluarga prasejahtera sebanyak 7.661 keluarga atau 20,25%, dari jumlah itu 6.077 keluarga diantaranya adalah keluarga prasejahtera karena alasan ekonomi. Persentasi keluarga prasejahtera ini mengalami penignkatan dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 17,75%. Peningkatan ini karena adanya penurunan status dari keluarga sejahtera tahap 1 keluarga prasejahtera. Dampak dari kenaikan BBM juga mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat sehingga keluarga miskin meningkat.

2.4. PRASARANA DAN SARANA DAERAH

Makin meningkatnya usaha pembangunan menuntut pula peningkatan pembangunan jalan guna memudahkan mobilitas penduduk dan arus barang dan jasa antar daerah.

Panjang jalan kota selama tahun 2004 tidak mengalami perubahan dari tahun sebelumnya yakni mencapai 332,42 km. Demikian pula dengan halnya panjang jalan yang berada dibawah wewenang negara sejak tahun 1998 tidak mengalami penambahan dan masih tetap 18,7 km.

(8)

negara tidak ada yang berkondisi kritis, sedangkan yang tidak mantap masih 3 Km yakni di Kecamatan Bitung Utara. Kondisi jalan kota mengalami peningkatan kualitas dimana panjang jalan dengan kondisi mantap pada tahun 2004 mencapai 165,04 Km bertambah 0,6 Km, karena ada perbaikan pada ruas jalan yang tidak mantap sehingga jalan tidak mantap ini menjadi 42,83 Km. Kondisi jalan kota yang kritis mencapai 126,45 Km. Untuk memenuhi kebutuhan transportasi darat pada tahun 2004 di Kota Bitung tersedia sarana angkutan penumpang roda 4 sebanyak 851 buah kendaraan yang terdiri dari angkutan kota sebanyak 590 kendaraan, angkutan antar kota sebanyak 205 buah dan angkutan pedesaan sebanyak 56 buah kendaraan. Selain kendaraan roda 4 juga di Kota Bitung terdapat sarana angkutan roda 2 (ojek) yang melayani trayek yang tidak dilalui oleh mikrolet. Tidak diketahui secara pasti jumlah angkutan ojek tetapi secara umum jumlah sepeda motor non dinas 9.616 unit.

Angkutan laut merupakan sarana perhubungan yang sangat penting bagi Indonesia sebagai negara kepulauan untuk itu pemerintah telah berusaha meningkatkan panambahan kapal dengan sewa beli atau menyewa. Jumlah kapal yang masuk keluar pelabuhan Samudra Bitung tahun 2004 tercatat sebanyak 3.699 buah kapal atau naik cukup signifikan yakni sebesar 13,32 persen dibanding tahun 2003. Komposisi jenis kapal yang singgah adalah 4,08 persen kapal luar negeri, 44,12 persen pelayaran dalam negeri, 32,74 persen pelayanan khusus, pelayaran rakyat 16,68 persen serta perintis 2,38 persen.

Jumlah barang yang dimuat sebanyak 1.190.914 ton naik jika dibanding tahun sebelumnya yang hanya 911.473 ton. Demikian juga barang yang dibongkar sepanjang tahun 2004 sebanyak 2.255.818 ton atau stabil dari tahun sebelumnya 2.253.870 ton. Dari keseluruhan barang yang dibongkar sebagian besar merupakan barang dari pelayaran dalam negeri yang berjumlah 1.341.246 ton atau 59,46 persen. Sedangkan kegiatan muat barang, sebagian besar merupakan barang muatan khusus (42,79 %) serta muatan luar negeri yang mencapai 391.706 atau 32,89 %.

(9)

tahun 2004 tercatat 2 buah kantor pos, 1 pos keliling, 70 kotak pos dan 8 tromol pos. Dalam perkembangan teknologi komunikasi seperti Handphone dengan segala fiturnya serta teknologi online perbankan yang sangat praktis mulai menggeser pelayanan pos yang masih konvensional. Jasa paket pos yang memang belum tergantikan oleh teknologi lain menyebabkan layanan ini masih mengalami perkembangan. Kapasitas sentral telepon otomat tahun 2004 tersedia 9.000 SST, sedangkan pelanggan berjumlah 8.265 SST ini berarti masih tersedia 735 SST dari jumlah pelanggan itu terbanyak diwilayah Bitung Timur, Bitung Tengah dan Bitung Barat. Wilayah Bitung Selatan di Pulau Lembeh terpisah dari daratan utama baru terdapat 30 pelanggan. Bitung Utara mengalami perkembangan pesat dengan dibukanya jalur telepon didaerah itu sehingga menambah pelanggan dari 48 SST menjadi 372 SST. Dari sisi kelompok, kelompok pelanggan sebagian besar pengguna fixline telkom adalah rumah tangga 88,69% kemudian kelompok bisnis 810 SST atau 9,80%.

Pengembangan sektor perhubungan di Kota Bitung diarahkan untuk meningkatkan arus lalulintas terutama untuk mobilitas manusia, barang dan jasa baik dalam daerah maupun luar daerah. Untuk saat ini pusat pelayanan di Kota Bitung yang memiliki fungsi primer adalah kegiatan pelabuhan Samudra Bitung dan terminal angkutan darat Tangkoko, kedua kegiatan tersebut tidak hanya melayani penduduk yang berada di Kota Bitung tetapi juga melayani kebutuhan penduduk diluar Kota Bitung bahkan Sulawesi Utara.

Kebutuhan akan listrik baik untuk tenaga penerangan maupun usaha di Kota Bitung dipenuhi oleh PT. PLN dengan memanfaatkan generator, diesel atau PLTD. Perkembangan daya terpadang PLN dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Sampai dengan tahun 2004, daya terserap di Kota Bitung mencapai 39.143 KVA.

(10)

yakni dari 2.384.420 m3 pada tahun 2003 menjadi 2.784.788 m3.

Dengan produksi sebesar itu berartia rata-rata penyaluran air bersih perkapita tahun 2004 sebesar 40,00 m3 perkapita. Intensitas

penyaluran air masih dapat dilakukan terutama dengan melibatkan sektor swasta untuk berinvestasi pada sektor ini.

Di Kota Bitung mempunyai hutan lindung, hutan wisata, suaka alam dan taman wisata. Luas hutan Kota bItung sebesar 13.757,5 ha sebagain besar merupakan hutan cagar alam seluas 7.495 ha (54.48%) dan hutan lindung seluas 4.991 ha (36.28%). Sisanya adalah taman wisata 1.250 ha (9,08%) dan hutan wisata 21,5 ha (0,16%).

2.5. PEMERINTAHAN UMUM

Pemerintah Kota Bitung menciptakan sistem pemerintahan yang tertib hukum dengan berbagai peraturan daerah dan kebijakan instansi dimana terdapat 21 instansi, BUMD dan unit yang terkait dengan pelaksanaan kinerja Kota Bitung. Dalam hal menjalankan tugas pemerintah kota belum sepenuhnya mencapai hasil sebagaimana yang diinginkan. Hal itu disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, bahwa meskipun merupakan daerah otonom tapi kewenangan otonomi belum mencapai harapan sebagaimana mestinya. Kedua, kemampuan aparatur dalam arti profesionalisme dalam menjalankan tugas dan fungsi belum memadai. Namun begitu tetap dibutuhkan suatu atmosfir lingkungan pemerintah kota sebagaimana tuntutan terhadap arus demokrasi dan reformasi disudut hukum dan pemerintahan. Untuk meningkatkan kinerja pemerintah maka pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan organisasi sesusai tugas dan fungsi dari masing-masing dians/unti, pendekatan fungsional antara atasan dan bawahan, serta pendekatan efektif danefisiensi kerja, serta dilakukan suatu penilaian terhadap kinerja instansi dalam bentuk analisis kinerja instansi pemerintah.

(11)

tahun 2001. Dari seluruh kelurahan yang ada di Kota Bitung, semua sudah berstatus swasembada.

Pelayanan administrasi kependudukan dan catatan sipil, telah diupayakan diterbitkan Peraturan Daerah tentang Kartu Keluarga dan Kartu Penduduk, melalui Kantor Catatan Sipil pada tahun 2005 telah diterbitkan Kutipan Akte Kelahiran sebanyak 574 lembar atau turun 42,02 persen dibanding tahun sebelumnya sebanyak 990 lembar, sedangkan penerbitan akte kematian mengalami penurunan, dari 533 lembar di tahun sebelumnya menjadi 269 lembar. Akte perkawinan terbit sebanyak 865 lembar atau naik sebesar 7,85 persen dari tahun sebelumnya sebanyak 802 lembar. (Bitung Dalam Angka 2006).

Pelaksanaan pembinaan ketertiban dan keamanan di bidang pemerintahan dan pembangunan dilaksanakan secara terpadu dengan instansi terkait, diarahkan pada peningkatan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah, maupun undang-undang yang berlaku seperti penertiban perjudian dan penjualan minuman keras tanpa izin serta pemanfaatan organisasi pertahanan sipil dalam rangka pelaksanaan fungsi perlindungan masyarakat.

Dalam rangka pemantapan penyelenggaraan pemerintahan telah dikeluarkan produk-produk hukum daerah berupa Peraturan Daerah, Peraturan Walikota, Keputusan Walikota, Instruksi Walikota, Keputusan DPRD.

(12)

melaksanakan tugas-tugas yang diembannya sehingga reformasi birokrasi merupakan suatu keharusan, terutama untuk mengembalikan tugas dan fungsi hakiki birokrasi sebagai organisasi yang profesional, netral, legal dan moderen. Birokrasi seperti itu diharapkan mampu memberi pelayanan yang prima bagi masyarakat sekaligus menjadi motor penggerak kemajuan pembangunan disegala bidang.

Gambar

Gambar 1-1 Perbandingan Curah Hujan di Kota Bitung
Gambar 4 -  Perbandingan Jumlah Guru - Murid di Kota Bitung 2004

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Melihat gambaran di atas, dan dengan melihat share tiap sektor terhadap pembentukan PDRB Kota Bitung, maka subsektor perikanan di Kota Bitung merupakan sektor unggulan di

Sektor industri pengolahan pada PDRB Kalimantan Selatan tahun 2015 adalah sebesar Rp 384.323 juta rupiah memiliki share kontribusi sebesar 3,35 persen dari total PDRB dengan

Ketujuh sektor jasa-jasa dengan pertumbuhan perekonomian tahun 2009 adalah 6,56 persen, kontribusi sektor ini mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya,

 Struktur perekonomian pada triwulan ini masih didominasi oleh sektor pertanian, sektor pertambangan dan sektor perdagangan, hotel & restoran, dengan

Dengan memperhatikan peranan masing-masing sektor utama dalam pembentukan nilai PDRB (Tabel 1), laju pertumbuhan nilai NTB untuk setiap sektor (Tabel 2) dan juga

Kontribusi PDRB sektor pertanian terhadap total pdrb Kabupaten Sarolangun Kontribusi sektor pertanian sebagai salah satu sektor ekonomi dalam pembentukan PDRB Kabupaten

Struktur PDRB Aceh dengan migas menunjukkan bahwa dua sektor memberikan peranan terbesar bagi perekonomian Aceh yaitu sektor pertanian sebesar 27,75 persen dan

Kontribusi Pembentukan PDRB Masing-Masing Sektor dengan Migas Atas Dasar Harga Berlaku (%) …… 48 PDRB Kabupaten Banyuasin Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku (Juta