• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi di Kabupaten Aceh Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi di Kabupaten Aceh Tengah"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOPI

DI KABUPATEN ACEH TENGAH

TESIS

Oleh

NURAINUN

127039007

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOPI DI

KABUPATEN ACEH TENGAH

TESIS

Tesis sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Master Pertanian pada Program Studi Magister Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Oleh

NURAINUN

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul : Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi di Kabupaten Aceh Tengah

Nama : NURAINUN NIM : 127039007

Program Studi : Magister Agribisnis

Menyetujui Komisi Pembimbing,

(Dr. Ir. Tavi Supriana, MS) Ketua

(Sri Fajar Ayu, SP. MM, DBA) Anggota

Ketua Program Studi,

(Dr. Ir. Tavi Supriana, MS)

Dekan,

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 9 Februari 2015

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr.Ir.Tavi Supriana, MS

(5)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul :

STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOPI DI KABUPATEN ACEH TENGAH

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasin oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, Februari 2015 yang membuat pernyataan,

Nurainun

(6)

ABSTRACT

NURAINUN. The Strategy of Developing Coffee Agribusiness in Aceh Tengah District (supervised by Dr. Ir.Tavi Supriana, MS as the chairperson and Sri Fajar Ayu, SP, MM, DBA as the member)

The research was conducted from September to November, 2014. Its objective was 1) to analyze internal and external factors which influenced the strategy of developing coffee agribusiness in Aceh Tengah District and 2) to formulate local government’s alternative strategy and select strategic priority in developing coffee agribusiness in Aceh Tengah District. The data consisted of primary and secondary data and were analyzed by using SWOT analysis.

The result of the research showed that the development of coffee agribusiness was in quadrant 1 which indicated that it had great opportunity and had internal power. Some strategies of developing coffee agribusiness were as follows: 1) using human resources through trainings and expanding agribusiness, 2) maximizing CU support as the capital for increasing coffee growers’ production, 3) using natural resources to increase coffee growers’ production, 4) using government’s support to develop market information, 5) using access to transportation to support the prospect of domestic and foreign markets, 6) strengthening capital for agribusiness and expanding market, 7) maximizing the advancement of communication and information technology in the development, research, and training, 8) using communication and information technology to increase marketing, 9) using human resources to increase economic growth, 10) using human resources to anticipate the uncertainty of global climate, 11) using the access to transportation to support unstable economic growth, 12) improving coffee marketing link with associated institutions, and 13) anticipating the fluctuation of coffee price as early as possible to increase marketing volume.

(7)

RIWAYAT HIDUP

NURAINUN , lahir di Blang Kolak I Takengon pada tanggal 05 Desember 1977 dari Bapak Yapan. R dan Ibu Aminah Ibrahim. Penulis merupakan anak keempat dari enam bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut :

1. Tahun 1984 masuk Sekolah Dasar Negeri Kemili Takengon, tamat tahun

1990.

2. Tahun 1990 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri I Takengon,

tamat tahun 1993.

3. Tahun 1993 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri I Takengon, tamat

tahun 1996.

4. Tahun 1997 diterima di Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Banda

Aceh, tamat Tahun 2002.

5. Tahun 2012 melanjutkan pendidikan S2 di Program Studi Magister

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr.Ir.Tavi Supriana, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing, dan Ibu Sri Fajar Ayu, SP, MM, DBA selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah membantu penulis dalam penyusunan tesis ini serta Ibu Ir.Diana Chalil, M.Si, Ph.D dan Ibu Ir.Iskandarini, MM, Ph.D yang telah bersedia menguji dan memberikan masukan dalam penyempurnaan tesis ini.

Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayah dan Ibu juga seluruh anggota keluarga yang telah mendo’akan, mendorong dan memotivasi penulis untuk menyelesaikan tesis ini.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Februari 2015

Penulis

(9)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Kegunaan Penelitian ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Pengembangan Agribisnis ... 10

2.2. Penelitian Terdahulu ... 16

2.2.1Penelitian Tentang Kopi ... 16

2.2.2Penelitian Tentang Strategi ... 17

2.3. Landasan Teori ... 18

2.3.1. Konsep Strategi ... 18

2.3.2. Analisis SWOT ... 20

2.4. Kerangka Pemikiran ... 21

2.4.1. Konsep Agribisnis ... 21

2.4.2. Konsep Perumusan Strategis ... 23

2.4.3. Analisis Lingkungan Eksternal dan Internal ... 25

III. METODE PENELITIAN ... 28

2.5. Metode Pemilihan Lokasi ... 28

2.6. Metode Pengambilan Sampel ... 28

2.7. Metode Pengumpulan Data ... 30

(10)

2.8.2. Matriks Faktor Strategi Internal ... 38

2.8.3. Matriks SWOT40 2.9. Definisi dan Batasan Operasional ... 41

2.9.1. Definisi ... 41

2.9.2. Batasan Operasional ... 42

III. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45

3.1. Deskripsi Daerah Penelitian ... 45

3.1.1. Letak Goegrafis dan Batas Wilayah ... 45

3.1.2. Iklim ... 45

3.1.3. Penduduk ... 46

3.2. Karakteristik Sampel ... 46

3.3. Rantai Tataniaga ... 48

3.4. Prasarana dan Sarana ... 48

4.1.4. Jalan dan Transportasi ... 48

4.1.2. Pasar ... 49

4.5. Pertanian ... 49

4.5.1. Kegiatan Pertanian ... 49

4.5.2. Kegiatan Pengusaha Kopi ... 50

4.5.3. Pemasaran Kopi ... 51

4.5.4. Asosiasi Kopi ... 52

4.6. Hasil Analisis Strategi Pengembangan Kopi ... 53

4.6.1. Analisis Faktor Internal ... 53

4.6.2. Analisis Faktor Eksternal ... 60

4.7.Matriks Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal ... 67

4.8.Penentuan Strategi Utama dengan Matriks SWOT ... 69

IV. KESIMPULAN DAN SARAN ... 75

4.1. Kesimpulan ... 75

4.2. Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 78

(11)

DAFTAR TABEL

No Judul Hal

1. Volume Ekspor Kopi Negara Terbesar

Dunia 2011-2012 ... 2

2. Volume Ekspor dan Impor Kopi Indonesia Tahun 2008-2012 ... 3

3. Luas Areal dan Produksi Kopi Indonesia Tahun 2007-2011 ... 3

4. Luas Tanam dan Produksi Kopi Perkebunan Rakyat Menurut Kabupaten/ Kota 2011 ... 5

5. Data dan Pengambilan Data ... 30

6. Matriks Faktor Strategi Eksternal ... 39

7. Matriks Faktor Strategi Internal ... 40

8. Karakteristik Sampel ... 46

9. Rantai Tataniaga Pemasaran Kopi Kabupaten Aceh Tengah ... 48

10. Penentuan Skor Faktor Internal ... 54

11. Bantuan Pemerintah Untuk Petani ... 57

12. Penggunaan Teknologi dan Ketresediaan Dana Petani Sampel ... 58

13. Penentuan Skor Eksternal ... 61

14. PDRB dan Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Aceh Tengah ... 65

15. Tabel IFAS ... 68

16. Tabel EFAS ... 69

(12)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal

1. Skema Kerangka Pemikiran ... 27

2. Diagram Analisis SWOT ... 31

3. Matriks SWOT ... 36

4. Saluran Pemasaran Kopi di Kabupaten Aceh Tengah ... 51

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Hal

1. Karakteristik Petani ... 80

2. Karakteristik Pedagang Pengumpul/Pengusaha Kopi ... 81

3. Karakteristik Aparatur Pemerintah ... 82

4. Rata-rata Harga Jual Yang Diterima Petani dari Pedagang Pengumpul ... 83

5. Rata-rata Harga Jual Yang Diterima Pedagang Pengumpul Dari Eksportir ... 84

6. Pendapatan Petani Sampel Sekali Panen... 85

7. Petani Sampel yang Menggunakan Alat Tradisional dan Moderen ... 86

8. Lembaga/Tempat Peminjaman Dana Petani Sampel ... 87

9. Bantuan Pemerintah Untuk Kelompok Tani /Petani Sampel ... 88

10. Pemberian Skor Parameter Faktor-Faktor Internal dan Eksternal Yang MempengaruhinPengembangan Agribisnis Kopi Di Aceh Tengah ... 89

11. Penilaian Skor Parameter Faktor Eksternal dan Internal Petani Kopi ... 92

12. Penilaian Skor Parameter Faktor Eksternal dan Internal Pedagang Pengumpul/Pengusaha Industri Kopi ... 94

13. Penilaian Skor Parameter Faktor Eksternal dan Internal Aparatur Pemerintah ... 95

14. Pembobotan Faktor Internal ... 96

15. Pembobotan Faktor Eksternal ... 98

(14)

17.Hasil Penilaian Bobot Faktor Eksternal ... 102

18. Hasil Normalisasi Bobot Faktor Internal ... 103

(15)

ABSTRACT

NURAINUN. The Strategy of Developing Coffee Agribusiness in Aceh Tengah District (supervised by Dr. Ir.Tavi Supriana, MS as the chairperson and Sri Fajar Ayu, SP, MM, DBA as the member)

The research was conducted from September to November, 2014. Its objective was 1) to analyze internal and external factors which influenced the strategy of developing coffee agribusiness in Aceh Tengah District and 2) to formulate local government’s alternative strategy and select strategic priority in developing coffee agribusiness in Aceh Tengah District. The data consisted of primary and secondary data and were analyzed by using SWOT analysis.

The result of the research showed that the development of coffee agribusiness was in quadrant 1 which indicated that it had great opportunity and had internal power. Some strategies of developing coffee agribusiness were as follows: 1) using human resources through trainings and expanding agribusiness, 2) maximizing CU support as the capital for increasing coffee growers’ production, 3) using natural resources to increase coffee growers’ production, 4) using government’s support to develop market information, 5) using access to transportation to support the prospect of domestic and foreign markets, 6) strengthening capital for agribusiness and expanding market, 7) maximizing the advancement of communication and information technology in the development, research, and training, 8) using communication and information technology to increase marketing, 9) using human resources to increase economic growth, 10) using human resources to anticipate the uncertainty of global climate, 11) using the access to transportation to support unstable economic growth, 12) improving coffee marketing link with associated institutions, and 13) anticipating the fluctuation of coffee price as early as possible to increase marketing volume.

(16)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu sub sektor yang memiliki basis sumberdaya alam adalah

subsektor perkebunan. Subsektor perkebunan merupakan salah satu subsektor

yang mengalami pertumbuhan paling konsisten, baik ditinjau dari areal

maupun produksi. Sebagai salah satu subsektor penting dalam sektor pertanian,

subsektor perkebunan secara tradisional mempunyai kontribusi yang signifikan

terhadap perekonomian Indonesia. Sebagai Negara berkembang dimana

penyediaan lapangan kerja merupakan masalah yang mendesak, subsektor

perkebunan mempunyai kontribusi yang cukup signifikan. Sampai dengan tahun

2011, jumlah tenaga kerja yang terserap oleh subsektor perkebunan

diperkirakan mencapai sekitar 3,1 juta jiwa (7,42%). Jumlah lapangan kerja

tersebut belum termasuk yang bekerja pada industri hilir perkebunan.

Kontribusi dalam penyediaan lapangan kerja menjadi nilai tambah sendiri,

karena subsektor perkebunan menyediakan lapangan kerja di pedesaan dan

daerah terpencil. Peran ini bermakna strategis karena penyediaan lapangan

kerja oleh subsektor berlokasi di pedesaan sehingga mampu mengurangi arus

urbanisasi.

Subsektor perkebunan merupakan salah satu subsektor yang mempunyai

kontribusi penting dalam hal penciptaan nilai tambah yang tercermin dari

kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto. Dari segi nilai absolut

berdasarkan harga yang berlaku, PDB perkebunan pada tahun 2012 menyumbang

(17)

perkebunan mempunyai peran strategis terhadap pertumbuhan ekonomi.

Ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi yang dimulai tahun 1997,

subsektor perkebunan kembali menunjukkan peran strategisnya. Pada saat itu,

kebanyakan sektor ekonomi mengalami kemunduran bahkan kelumpuhan

dimana ekonomi Indonesia mengalami krisis dengan laju pertumbuhan –13

persen pada tahun 1998. Dalam situasi tersebut, subsektor perkebunan

kembali menunjukkan kontribusinya dengan laju pertumbuhan antara 4-6 persen

per tahun.

Salah satu komoditas unggulan dalam subsektor perkebunan adalah kopi.

Kopi merupakan produk yang mempunyai peluang pasar yang baik di dalam

negeri maupun luar negeri. Sebagian besar produksi kopi di Indonesia merupakan

komoditas perkebunan yang diekspor ke pasar dunia. Menurut data statistik

International Coffee Organization (ICO), Indonesia merupakan Negara eksportir

ke-tiga, setelah Vietnam Tabel 1.

Tabel 1. Volume Eksportir Kopi Negara Terbesar Dunia 2011-2012

Negara Eksportir Volume Eksportir (Kg)

Brazil 28.260.000

Vietnam 25.470.000

Indonesia 10.620.000

Kolombia 7.16

India 5.280

Sumber : Ditjenbun,2012 (diolah)

Sebagai Negara eksportir kopi ke tiga, perkebunan kopi Indonesia dapat meningkatkan devisa ekonomi. Dari segi sosial, perkebunan kopi juga

(18)

dilakukan oleh rakyat. Indonesia sebagai eksportir ketiga,namun Indonesia

juga mengimpor kopi Tabel 2.

Tabel 2. Volume Ekspor dan Impor Kopi Indonesia pada Tahun 2008-2012

Tahun Ekspor (Ton) Impor (Ton)

2008 468,749 7,582

2009 507,968 14,400

2010 4,594 19,755

2011 692,285 18,108

2012 46,12 28,6

Sumber : BPS (diolah)

Berdasarkan Tabel 2, terlihat bahwa jumlah ekspor kopi Indonesia

berfluktuatif dari tahun 2008 sampai tahun 2009 jumlah ekspor kopi semakin

meningkat, tetapi pada tahun 2010 jumlah ekspor menurun. Sedangkan

jumlah impor meningkat drastis pada tahun 2009. Hal ini berarti bahwa

produksi kopi dalam negeri tidak dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri,

sehingga harus mengimpor kopi. Produksi kopi Indonesia dapat dilihat pada

Tabel 3.

Tabel 3. Luas Areal dan Produksi Kopi Indonesia Tahun 2007-2011

Tahun Luas Areal (Ha) Total produksi (Ton)

2007 1,295,912 676.475

2008 1,295,111 698,016

2009 1,266,235 682,591

2010 1,210,365 686,921

2011 1,233,698 638,647

Sumber : Ditjenbun, 2011 (diolah)

Berdasarkan Tabel 3, produksi kopi Indonesia berfluktuatif dari tahun

2007 sampai tahun 2008, produksi kopi meningkat, namun pada tahun 2009

(19)

kopi kembali menurun pada tahun 2011 sehingga mendorong petani untuk

memperluas lahan pertanian. Sebagian besar hal ini disebabkan bahwa teknik

budidaya kopi masih tradisional dan berkerakyatan, harga yang berfluktuatif

serta biaya produksi yang tinggi. Menurut Departemen Pertanian Direktorat

Jenderal Perkebunan, Sumatera merupakan penyumbang terbesar produksi

kopi nasional. Propinsi terbesar dicapai oleh Sumatera Selatan, Lampung,

Sumatera Utara dan Aceh.

Sektor perkebunan merupakan sektor unggulan di Kabupaten Aceh

Tengah yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pembentukan Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB). Komoditi perkebunan yang menjadi unggulan

adalah kopi. Luas perkebunan kopi di Kabupaten Aceh Tengah mencapai 47.854

ha atau 11% dari luas wilayah kabupaten, dengan jumlah produksi kopi (biji hijau)

rata-rata sebesar 21.861,42 ton/ tahun. Untuk perluasan tanaman kopi, masih

terdapat potensi lahan seluas 58.744 ha yang tersebar hampir diseluruh

kecamatan, sehingga secara total proporsi ekspor kopi Aceh Tengah mencapai 7%

dari volume total ekspor nasional. Namun keuntungan dari hasil produksi dan

penjualan kopi belum berpihak kepada petani secara langsung, melainkan,

komoditi ini masih dinikmati oleh para pedagang, akibat keterbatasan

(20)

Tabel 4. Luas Tanam dan Produksi Kopi Perkebunan Rakyat menurut Kabupaten/Kota 2011

NO Kabupaten Luas Lahan (Ha) Produksi (Ton)

1. Simeulu - -

Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Aceh (2011)

Pada tahun 2011, Kabupaten Aceh Tengah hanya mampu memproduksi

25.187 ton per hektar. Demikian juga pada tahun 2010, produksi hanya

24.328 ton dengan luas panen 48.000 Ha. Dari tahun 2010 sampai tahun

2011 produktivitasnya menurun dari 0,52 per hektar menjadi 0,50 per hektar,

(21)

tahun 2011 dari 0,35 per hektar menjadi 0,37 per hektar. Produktivitas Aceh

Tengah belum mencapai 1 ton per hektar Tabel 4.

Ditinjau dari sumberdaya alam, agroklimat dan keadaan alam yang cocok

untuk pertanian kopi serta peluang kopi di pasar lokal maupun

internasional, Kabupaten Aceh Tengah sudah semestinya mampu meningkatkan

produktivitasnya. Untuk pengembangannya perlu diketahui persoalan apa

yang sedang dihadapi serta upaya apa yang akan dilakukan dalam

menghadapi persoalan tersebut.

Aceh Tengah merupakan daerah penghasil kopi di Indonesia, namun

dalam pengembangannya masih dijumpai beberapa kendala antara lain

produktivitasnya rendah, kelembagaan petani belum kuat, proporsi nilai tambah

usahatani kopi yang dinikmati oleh petani masih rendah. Terkait dengan

permasalahan tersebut maka untuk pengembangan kopi di wilayah ini perlu dikaji

sistem usaha tani yang spesifik yang dapat meningkatkan produktivitas kopi

petani

Dari segi potensi lahan untuk pengembangan kopi di Kabupaten Aceh

Tengah bukan berarti tidak ada kendala potensi lahan masalah yang amat serius

dihadapi petani adalah (1) tingkat kesuburan tanah yang rendah terutama unsur

hara P tersedia, (2) Kopi dibudidayakan pada lereng 15% atau lebih tanpa diikuti

dengan tindakan konservasi tanah dan air, (3) kondisi naungan yang tidak optimal.

Masalah ini bertambah berat dengan adanya pasar berorientasi produk organik,

(22)

Di dalam pengembangan kopi arabika di Kabupaten Aceh Tengah mempunyai prospek yang baik, terutama terpenuhinya syarat tumbuh tanaman (tanah dan iklim), tersedianya lahan, sarana produksi dan tenaga kerja serta pemasaran hasil. Namun masih dijumpai berbagai kendala antara lain produksi, manajemen dan permodalan. Agar keunggulan kopi dapat memberikan kontribusi yang maksimal terhadap peningkatan kesejahteraan petani maka perlu kiranya dikaji hambatan dan kelemahan didalam pengembangan kopi tersebut.

Mengingat tanaman kopi adalah tanaman tahunan, sehingga tidak semudah tanaman semusim untuk dilakukan perubahan apabila terjadi kerugian didalam berusahataninya. Untuk itu strategi pengembangannya harus dirumuskan secara cermat agar tujuan peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani dapat tercapai. Strategi pengembangan merupakan salah satu faktor yang amat penting bagi suatu pengembangan.

Penyebab rendahnya produktivitas dan kualitas kopi arabika di

Kabupaten Aceh Tengah adalah (1) pemeliharaan belum optimal,(2) kesuburan

tanah menurun, (3) kelembagaan petani lemah (4) kopi sudah tua, (5) varietas

bercampur di dalam hamparan ketinggian tempat yang sama, (6) pengolahan buah

kopi belum seragam, (7) rantai pemasaran terlalu panjang.

Adapun bentuk pengolahan hasil pertanian yang telah dilaksanakan

oleh sebagian masyarakat adalah industri kopi dan dilakukan dalam skala usaha

kecil. Persoalan lainnya adalah harga kopi yang murah dan biaya produksi

yang tinggi juga merupakan permasalahan utama yang dihadapi para petani,

sehingga sulit bagi petani untuk mengembangkan kegiatan usahataninya.

(23)

sarana dan prasarana kendala yang dihadapi oleh pemerintah dan masyarakat

adalah tidak ada balai penelitian untuk komoditi kopi, rendah dalam bidang

pemasaran dan pengolahan hasil pertanian juga menjadi kendala yang dapat

menghambat pengembangan kopi di Kabupaten Aceh Tengah. Permasalahan

tersebut akan menghambat pengembangan kopi di Kabupaten Aceh Tengah.

Untuk itu diperlukan strategi untuk pengembangan kopi di Kabupaten Aceh

Tengah.

1.2. Identifikasi Masalah

Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor-faktor

eksternal (peluang dan ancaman) agribisnis kopi di Kabupaten Aceh Tengah.

2. Bagaimana strategi pengembangan agribisnis kopi di Kabupaten Aceh Tengah.

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1.Menganalisis faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal yang

mempengaruhi strategi pengembangan agribisnis kopi di Kabupaten Aceh

Tengah.

2.Merumuskan alternatif strategi pemerintah daerah dan memilih prioritas strategi

(24)

1.4. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

bahan pertimbangan bagi berbagai pihak yang berkepentingan, antara lain :

1.Bagi petani sebagai sumber informasi untuk pengembangan agribisnis kopi

2.Bahan pertimbangan Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Tengah dalam

mengambil kebijakan strategis yang berkaitan dengan perencanaan

pengembangan agribisnis kopi di Aceh Tengah.

3.Sebagai bahan informasi dan buat rujukan untuk penelitian selanjutnya serta

pihak lainnya untuk investor.

(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengembangan Agribisnis

Ada beberapa aspek yang dapat ditempuh dalam upaya mengembangkan

kegiatan agribisnis diantaranya :

1. Pembangunan agribisnis merupakan pembangunan industri dan pertanian serta

jasa yang dilakukan sekaligus, dilakukan secara simultan dan harmonis

Industri yang sering kita dapatkan selama ini adalah industri pengolahan

(Agroindustri) berkembang di Indonesia, tapi bahan bakunya dari impor.

Dipihak lain, peningkatan produksi pertanian tidak diikuti oleh perkembangan

industri pengolahan (Membangun industri berbasis sumberdaya

domestik/lokal). Sehingga perlu pengembangan Agribisnis Vertikal.

Membangun Agribisnis adalah membangun keunggulan bersaing diatas

keunggulan komparatif. Dalam arti bahwa membangun daya saing produk

agribisnis melalui transformasi keunggulan komparatif menjadi keunggulan

bersaing, yaitu dengan cara: 1) Mengembangkan subsistem hulu (pembibitan,

agro-otomotif, agro-kimia) dan pengembangan subsistem hilir yaitu pendalaman

industri pengolahan ke lebih hilir dan membangun jaringan pemasaran secara

internasional, sehingga pada tahap ini produk akhir yang dihasilkan sistem

agribisnis didominasi oleh produk-produk lanjutan atau bersifat capital and skill

labor intensive.2) Pembangunan sistem agribisnis yang digerakkan oleh kekuatan

(26)

merupakan produk bersifat Technology intensive and knowledge based.3) Perlu

orientasi baru dalam pengelolaan

2. sistem agribisnis yang selama ini hanya pada peningkatan produksi harus

diubah pada peningkatan nilai tambah sesuai dengan permintaan pasar serta

harus selalu mampu merespon perubahan selera konsumen secara efisien.

3. Menggerakkan kelima subsistem agribisnis secara simultan, serentak dan

harmonis. Untuk menggerakkan Sistem agribisnis perlu dukungan semua

pihak yang berkaitan dengan agribisnis/ pelaku-pelaku agribisnis mulai dari

Petani, Koperasi, BUMN dan swasta serta perlu seorang Dirigent yang

mengkoordinasi keharmonisan Sistem Agribisnis.

4. Menjadikan Agroindustri sebagai A Leading Sector.

Agroindustri adalah industri yang memiliki keterkaitan ekonomi (baik langsung

maupun tidak langsung) yang kuat dengan komoditas pertanian. Keterkaitan

langsung mencakup hubungan komoditas pertanian sebagai

bahan baku (input) bagi kegiatan agroindustri maupun kegiatan pemasaran dan

perdagangan yang memasarkan produk akhir agroindustri. Sedangkan

keterkaitan tidak langsung berupa kegiatan ekonomi lain yang menyediakan

bahan baku(input) lain diluar komoditas pertanian, seperti bahan kimia, bahan

kemasan, dll. Dalam mengembangkan agroindustri, tidak akan berhasil tanpa

didukung oleh agroindustri penunjang lain seperti industri pupuk, industri

pestisida, industri bibit/benih, industri pengadaan alat-alat produksi pertanian

dan pengolahan agroindustri seperti industri mesin perontok dan industri

(27)

5. Membangun Sistem agribisnis melalui Industri Perbenihan

Industri Perbenihan merupakan mata rantai terpenting dalam pembentukan atribut

produk agribisnis secara keseluruhan. Atribut dasar dari produk agribisnis

seperti atribut nutrisi (kandungan zat-zat nutrisi) dan atribut nilai (ukuran,

penampakan, rasa, aroma dan sebagainya) serta atribut keamanan dari produk

bahan pangan seperti kandungan logam berat, residu pestisida, kandungan

racun juga ditentukan pada industri perbenihan. Oleh karena itu Pemda perlu

mengembangkan usaha perbenihan (benih komersial) berdasar komoditas

unggulan masing-masing daerah, yang selanjutnya dapat dikembangkan

menjadi industri perbenihan modern.

6. Dukungan Industri Agro-otomotif dalam pengembangan sistem agribisnis

Perlu adanya rental Agro-otomotif yang dilakukan oleh Koperasi Petani atau

perusahaan agro-otomotif itu sendiri.

7. Dukungan Industri Pupuk dalam pengembangan sistem agribisnis.

Pada waktu yang akan datang industri pupuk perlu mengembangkan sistem

Networking baik vertikal (dari hulu ke hilir) maupun Horisontal (sesama

perusahaan pupuk), yaitu dengan cara penghapusan penggabungan perusahaan

pupuk menjadi satu dimana yang sekarang terjadi adalah perusahaan terpusat

pada satu perusahaan pupuk pemerintah. Oleh karena perusahaan-perusahaan

pupuk harus dibiarkan secara mandiri sesuai dengan bisnis intinya dan

bersaing satu sama lain dalam mengembangkan usahanya. Sehingga terjadi

harmonisasi integrasi dalam sistem agribisnis. Serta perlu dikembangkan

(28)

8. Pengembangan Sistem Agribisnis melalui Reposisi Koperasi Agribisnis

Koperasi perlu mereformasi diri agar lebih fokus pada kegiatan usahanya

terutama menjadi koperasi pertanian dan mengembangkan kegiatan usahanya

sebagai koperasi agribisnis. Untuk memperoleh citra positif layaknya sebuah

koperasi usaha misalnya: Koperasi Agribisnis atau Koperasi Agroindustri atau

Koperasi Agroniaga yang menangani kegiatan usaha mulai dari hulu sampai

ke hilir

9. Pengembangan Sistem Agribisnis melalui pengembangan sistem informasi

agribisnis.Dalam membangun sistem informasi agribisnis, ada beberapa aspek

yang perlu diperhatikan adalah informasi produksi, informasi proses,

distribusi, dan informasi pengolahan serta informasi pasar.

10.Membumikan pembangunan sistem Agribisnis dalam otonomi daerah

Pembangunan Ekonomi Desentralistis-Bottom-up, yang mengandalkan

industri berbasis Sumberdaya lokal. Pembangunan ekonomi nasional akan

terjadi di setiap daerah.

11.Dukungan perbankan dalam pengembangan sistem agribisnis di daerah.

Untuk membangun agribisnis di daerah, peranan perbankan sebagai lembaga

pembiayaan memegang peranan penting. Ketersediaan skim pembiayaan dari

perbankan akan sangat menentukan maju mundurnya agribisnis daerah.

Selama ini yang terjadi adalah sangat kecilnya alokasi kredit perbankan pada

agribisnis daerah, khususnya pada on farm agribisnis.

12.Pengembangan strategi pemasaran. Pengembangan strategi pemasaran menjadi

sangat penting peranannya terutama menghadapi masa depan, dimana

(29)

heterogen. Dari hal tersebut, sekarang sudah mulai mengubah paradigma

pemasaran menjadi menjual apa yang diinginkan oleh pasar (konsumen).

13.Pengembangan sumberdaya agribisnis. Dalam pengembangan sektor agribisnis

aggar dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan pasar, diperlukan

pengembangan sumberdaya agribisnis, khususnya pemanfaatan dan

pengembangan teknologi serta pembangunan kemampuan Sumberdaya

Manusia (SDM) Agribisnis sebagai aktor pengembangan agribisnis.

14. Pengembangan Pusat Pertumbuhan Sektor Agribisnis. Perlu pengembangan

pusat-pusat pertumbuhan sektor agribisnis komoditas unggulan yang

didasarkan pada peta perkembangan komoditas agribisnis, potensi

perkembangan dan kawasan kerjasama ekonomi.

15.Pengembangan Infrastruktur Agribisnis. Dalam pengembangan pusat

pertumbuhan Agribisnis, perlu dukungan pengembangan Infrastruktur seperti

jaringan jalan dan transportasi (laut, darat, sungai dan udara), jaringan listrik,

air, pelabuhan domestik dan pelabuhan ekspor dan lain-lain.

16.Kebijaksanaan terpadu pengembangan. Ada beberapa bentuk kebijaksanaan

terpadu dalam pengembangan agribisnis.

a. Kebijaksanaan pengembangan produksi dan produktivitas ditingkat

perusahaan.

b. Kebijaksanaan tingkat sektoral untuk mengembangkan seluruh kegiatan

usaha sejenis.

c. Kebijaksanaan pada tingkat sistem agribisnis yang mengatur keterkaitan

(30)

d. Kebijaksanaan ekonomi makro yang mengatur seluruh kegiatan

perekonomian yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung

terhadap agribisnis.

17.Pengembangan agribisnis berskala kecil

Kebijakan-kebijakan yang perlu dilakukan adalah:

a. Farming Reorganization

Reorganisasi jenis kegiatan usaha yang produktif dan diversifikasi

usaha yang menyertakan komoditas yang bernilai tinggi serta

reorganisasi manajemen usahatani. Dalam hal ini disebabkan karena

keterbatasan lahan yang rata-rata kepemilikan hanya 0,1 Ha.

b. Small-scale Industrial Modernization

Modernisasi teknologi, modernisasi sistem, organisasi dan manajemen,

serta modernisasi dalam pola hubungan dan orientasi pasar.

c. Services Rasionalization

Pengembangan layanan agribisnis dengan rasionalisasi lembaga

penunjang kegiatan agribisnis untuk menuju pada efisiensi dan daya

saing lembaga tersebut. Terutama adalah lembaga keuangan pedesaan,

lembaga litbang khususnya penyuluhan.

18. Pembinaan Sumberdaya Manusia untuk mendukung pengembangan agribisnis

dan ekonomi. Dalam era Agribisnis, aktor utama pembangunan agribisnis dan

aktor pendukung pembangunan agribisnis perlu ada pembinaan kemampuan

aspek bisnis, manajerial dan berorganisasi bisnis petani serta peningkatan

wawasan agribisnis. Dalam hal ini perlu reorientasi peran penyuluhan

(31)

perlu peningkatan pendidikan penyuluh baik melalui pendidikan formal,

kursus singkat, studi banding. Serta perlu perubahan fungsi BPP yang selama

ini sebagai lembaga penyuluhan agro-teknis, menjadi klinik konsultasi

Agribisnis. (Sudrajat Laksana,2013)

2.2. Penelitian Terdahulu

2.2.1. Penelitian tentang Kopi

Penelitian yang dilakukan Sitohang (1996) mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi produksi dan permintaan kopi di pasar domestik pada periode

1969-1993. Penelitian ini dilaksanakan dengan pendekatan model ekonometrika

dengan pendugaan parameter dilakukan dengan menggunakan metode 3 SLS.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa produksi kopi Indonesia tidak responsif

terhadap harga kopi dan komoditas substitusi di pasar domestik, harga ekspor,luas

areal dan tingkat upah. Kecuali kopi jenis robusta yang responsive terhadap luas

areal dalam jangka panjang.

Penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2008) tentang produksi, konsumsi,

harga dan ekspor kopi nasional dengan menggunakan model ekonometrika bahwa

adanya prospek yang cukup besar terhadap permintaan kopi dalam maupun luar

negeri terus meningkat setiap tahunnya. Besarnya produksi nasional dapat

dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan permintaan pasar tersebut.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Jimmy Andar Siahaan (2008)

mengenai analisis daya saing komoditas kopi arabika. Industri kopi arabika

(32)

dapat dilihat dari para petani yang umumnya belum mampu menghasilkan biji

kopi dengan mutu yang baik minimnya sarana pengolahan dan keterbatasan

teknologi untuk pengolahan biji kopi, rendahnya pendidikan petani. Pemerintah

berusaha meningkatkan keunggulan kompetitif kopi melalui perbaikan teknik

budidaya, penyediaan modal, pengadaan infrastruktur yang mendukung industry

kopi arabika sehingga menghasilkan kopi yang berkualitas.

Penelitian yang dilakukan oleh Antonio Bani Lolik Carceres (2010)

mengenai analisis potensi sebagai produk unggulan ekspor. Kopi sebagai

komoditi unggulan ekspor terdapat beberapa factor antara lain : factor kondisi

alam, faktor permintaan, struktur dan persaingnya. Pemerintah lebih berperan

sebagai fasilisator yang akan memfasilitasi keempat factor pendukung tersebut

agar komoditi kopi dapat bertahan baik di pasar dalam negeri maupun luar negeri..

2.2.2. Penelitian tentang Strategi

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Purwoko (2006) mengenai nilai

tambah dan strategi pemasaran kopi bubuk arabika kelompok tani. Strategi

yang dapat ditetapkan adalah membuka peluang investasi kepada pihak lain,

memperluas jaringan pasar, memperbaiki mutu dan tampilan produk olahan

kopi, mengikutsertakan anggota kelompok tani dalam program pemerintah

pengembangan usaha dan pelatihan.

Penelitian yang dilakukan oleh Basuki Rahmat (2009) tentang strategi

pengembangan produk unggulan yang mengidenfikasikan status tingkat

(33)

strategi dan program pengembangan produk unggulan.Menggunakan analisis

SWOT dan QSPM, analisi SWOT digunakan untuk memaksimalkan peranan

faktor yang bersifat positif, meminalisir kelemahan yang terdapat dalam tubuh

organisasi dan menekan dampak ancaman yang timbul .

Ariswandi (2009) dalam penelitiannya mengenai strategi kebijakan

pengembangan komoditas kopi, menanalisis keunggulan komparatif komoditas

kopi. Sebagai komoditas basis dalam perekonomian wilayah menghitung besarnya

efek multiplier dari segi produksi yang ditimbulkan oleh adanya pertumbuhan

komoditas kopi tumbuh dan berkembang, merumuskan strategi kebijakan dan

perancangan program pengembangan komoditas kopi. .

Dari penelitian yang dilakukan oleh beberapa penelitian tersebut

dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian yang akan dilakukan mengenai

Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi di Kabupaten Aceh Tengah memiliki

persamaan dan perbedaan dengan penelitian terdahulu. Pada umumnya alat analis

penelitian sama namun komoditi serta lokasi berbeda, demikian juga alat

analis berbeda namun komoditi sama.

2.3. Landasan Teori

2.3.1. Konsep Strategis

Menurut Jauch dan Glueck (1995), strategi adalah rencana yang disatukan,

menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan keunggulan strategi organisasi dengan

tantangan lingkungan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama

(34)

Disamping itu menurut Gitosudarmo (2001), strategi adalah pedoman arah

kebijakan yang disesuaikan dengan kondisi kekuatan dan kelemahan usaha, lebih

realitik lagi strategi suatu usaha adalah sebuah rencana kegiatan untuk mencapai

tujuan dengan memperhatikan keterbatasan factor-faktor produksinya, perubahan

lingkungan dan persaingan.

Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan (Rangkuti,2005). Strategi

adalah pola sasaran, tujuan, kebijakan, dan rencana penting untuk mencapai

tujuan. Strategi juga merupakan rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu

yang mengaitkan keunggulan dan tantangan lingkungan dan dirancang untuk

memastikan bahwa tujuan utama dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat.

Tujuan utama adalah agar dapat melihat secara objektif kondisi-kondisi eksternal

sehingga dapat mengantisipasi perubahan lingkungan eksternalnya. Manfaat

strategi menurut Rangkuti (2005) adalah dapat mengantisipasi kesempatan dan

masalah-masalah dimasa datang, memberikan arahan yang jelas dalam pencapaian

tujuan.

Menurut David (2005) strategi merupakan cara untuk mencapai sasaran

jangka panjang merumuskan perencanaan komprehensif tenteng bagaimana

organisasi akan mencapai misi dan tujuannya. Proses manajemen strategis

didasarkan pada keyakinan bahwa organisasi seharusnya terus menerus

memonitor peristiwa dan kecenderungan internal dan eksternal sehingga

melakukan perubahan tepat waktu. Teknologi informasi dan globalisasi adalah

(35)

2.3.2. Analisis SWOT (Strengths,Weaknesess, Opportunities, Threats)

Analisis SWOT adalah perangkat umum yang didesain dan digunakan

sebagi langkah awal dalam proses pembuatan keputusan dan sebagai perencanaan

strategis. Menurut Rangkuti (2000), analisis SWOT adalah indentifikasi berbagai

faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini

didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan

peluang (Oppurtunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan

kelemahan, (Weaknesess) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan

strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan

kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencanaan strategis (strategic planner)

harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan,

peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini.

Menurut David (2006) faktor-faktor kunci eksternal dan internal

merupakan pembentuk matriks SWOT yang menghasilkan empat tipe

strategi, yaitu a) Strategi SO yakni strategi yang menggunakan kekuatan

internal untuk memanfaatkan peluang eksternal, b) strategi WO yakni

mengatasi kelemahan internal dengan memanfaatkan keunggulan peluang

eksternal, c) strategi ST yaitu strategi yang menggunakan kekuatan internal

untuk menghindari pengaruh dari ancaman eksternal, serta d) strategi WT

adalah strategi bertahan dengan meminimalkan kelemahan dan mengantisipasi

(36)

Data dan informasi internal perusahaan dapat digali dari fungsional

perusahaan, misalnya dari aspek manajemen, keuangan, SDM, pemasaran, sistem

informasi dan produksi. Data eksternal dikumpulkan untuk menganalisis hal-hal

yang menyangkut persoalan ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan

politik, pemerintahan, hukum, teknologi, persaingan di pasar industri di

mana perusahaan berada.

2.4.Kerangka Pemikiran

2.4.1.Konsep Agribisnis

Secara harfiah agribisnis adalah kegiatan bertani yang sudah

dipandang sebagai kegiatan bisnis, tidak lagi hanya sekedar untuk memenuhi

kebutuhan hidup sendiri. Menurut Davis dan Goldberg dalam Syahyuti

(2006),agribisnis adalah rangkaian semua kegiatan mulai dari pabrik dan

distribusi alat-alat maupun bahan untuk pertanian, kegiatan produksi pertanian,

pengolahan, penyimpanan, serta distribusi komoditas pertanian dan

barang-barang yang dihasilkannya. Sistem agribisnis terdiri dari lima subsistem, yaitu: (1)

agribisnis hulu (up-stream agribusiness) berupa ragam kegiatan industri dan

perdagangan sarana produksi pertanian, (2) pertanian primer atau disebut

subsistem budidaya (on-farm agribusiness), (3) agribisnis hilir (down-stream

agribusiness) atau subsistem pengolahan, ada kalanya disebut dengan

”agroindustri”, (4) subsistem perdagangan atau tata niaga hasil, dan (5)

subsistem jasa pendukung berupa kegiatan penelitian, penyediaan kredit,

sistem transportasi, pendidikan dan penyuluhan, serta kebijakan makro.

(37)

pertanian haruslah profit oriented; pertanian hanyalah satu komponen rantai dalam

sistem komoditi sehingga kinerjanya ditentukan oleh kinerja system komoditi

secara keseluruhan; pendekatan sistem agribisnis adalah formulasi kebijakan

sektor pertanian yang logis, dan harus dianggap sebagai sistem ilmiah yang

positif, bukan ideologis dan normatif; sistem agribisnis secara intrinsik

netral terhadap semua skala usaha dan pendekatan sistem agribisnis khususnya

ditujukan untuk negara sedang berkembang. Strategi pembangunan pertanian

dengan menerapkan konsep agribisnis, sesungguhnya terdiri dari 3 tahap

perkembangan yang semestinya terjadi secara berurutan yaitu :

1.Agribisnis berbasis sumberdaya yang digerakkan oleh kelimpahan sumber daya

sebagai faktor produksi (faktor-driven), dan berbentu ekstensifikasi agribisnis

dengan dominasi komoditas primer.

2.Agribisnis berbasis investasi (investment-driven) melalui percepatan industri

pengolahan dan industri hulu serta peningkatan sumberdaya manusia.

3.Agribisnis berbasis inovasi (inovation-driven), dengan kemajuan teknologi.

Pada tahap ini, komoditas yang diproduksi adalah hasil dari penerapan

ilmu pengetahuan yang tinggi dan tenaga kerja terdidik, memiliki nilai tambah

(38)

2.4.2.Konsep Perumusan Strategi

Strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu strategos dan strategus yang

berarti seni perang. Suatu strategi mempunyai dasar-dasar atau skema

untuk mencapai sasaran yang dituju. Menurut Hamel dan Prahalad (1995):

“Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa

meningkatkan) dan terus menerus dan dilakukan berdasarkan sudut pandang

tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan

demikian perencanaan strategi hampir selalu dimulai dari “apa yang dapat

terjadi”, bukan dimulai dari apa yang terjadi”. Terjadinya kecepatan inovasi

pasar baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti (core

competencies). Perusahaan perlu mencari kompetensi inti di dalam bisnis yang

dilakukan”.

Definisi strategi yang dikemukakan oleh Chandrel (1962:13)

menyebutkan bahwa ”Strategi adalah tujuan jangka panjang dari suatu

perusahaan, serta pendayagunaan dan alokasi semua sumber daya yang

penting untuk mencapai tujuan tersebut”. Menurut Umar (2008), strategi

merupakan tindakan yang bersifat (incremental) senantiasa meningkat dan

terus menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandangan tentang apa

yang diharapkan oleh para pelanggan di masa yang akan datang.

Menurut David (2006) strategi adalah alat untuk mencapai tujuan

jangka panjang. Manajemen strategis didefenisikan sebagai seni dan

pengetahuan untuk merumuskan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi

(39)

obyektivitasnya. Sedangkan proses manajemen strategi adalah suatu

pendekatan secara obyektif, logis, dan sistematis dalam penetapan keputusan

utama dalam suatu organisasi. Proses manajemen strategis terdiri dari tiga

tahap berturut-turut, perumusan strategi, implementasi strategi, dan evaluasi

strategi.

Perencanaan strategi adalah: (a) mengukur dan memanfaatkan kesempatan

(peluang) sehingga mampu mencapai keberhasilan, (b) membantu

meringankan beban pengambil keputusan dalam tugasnya menyusun dan

mengimplementasikan manajemen strategi, (c) agar lebih terkordinasi

aktivitas-aktivitas yang dilakukan (d) sebagai landasan untuk memonitor perubahan

yang terjadi, sehingga dapat segera dilakukan penyesuaian, dan (e) sebagai

cermin atau bahan evaluasi, sehingga bisa menjadi penyempurnaan

perencanaan strategis yang akan datang. Jadi manajemen strategi penting

untuk memperoleh keunggulan bersaing dan memiliki produk yang sesuai

dengan keinginan konsumen dengan dukungan yang optimal dari sumberdaya

yang ada.

Proses manajemen strategi terdiri dari tiga tahap, yaitu perumusan

(formulasi) strategi, implementasi strategi dan evaluasi strategi. Tahap perumusan

strategi meliputi pengembangan pernyataan misi, penetapan tujuan jangka

panjang, dan pengembangan evaluasi serta seleksi atau pemilihan strategi. Tahap

pelaksanaan strategi meliputi penetapan kebijakan dan tujuan tahunan serta

alokasi sumberdaya. Pada tahap evaluasi strategi dilakukan pengukuran dan

(40)

2.4.3. Analisis Lingkungan Eksternal dan Internal

Analisis lingkungan internal adalah lebih pada analisis internal

perusahaan dalam rangka menilai atau mengindentifikasi kekuatan dan

kelemahan dari tiap-tiap divisi (Rangkuti, 2000). Analisa lingkungan internal

perusahaan merupakan proses untuk menentukan dimana perusahaan atau

pemerintah daerah mempunyai kemampuan yang efektif sehingga perusahaan

dapat memanfaatkan peluang secara efektif dan dapat menangani ancaman di

dalam lingkungan.

David (2006), menyebutkan sosial-faktor lingkungan yang akan

dianalisa berhubungan dengan kegiatan fungsional perusahaan diantaranya

adalah bidang manajemen, sumberdaya manusia, keuangan, produksi,

pemasaran, dan oragnisasi. Analisis lingkungan internal ini pada akhirnya akan

mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan yang dimiliki perusahaan.

Sedangkan sosial lingkungan eksternal yang dianalisa adalah terdiri

dari lingkungan makro dan mikro. Lingkungan makro adalah lingkungan yang

secara tidak langsung mempengaruhi keputusan dalam jangka panjang.

Lingkungan ini terdiri dari sosial ekonomi, sosial budaya, dan teknologi.

Sedangkan lingkungan mikro adalah kegiatan perusahaan yang secara

langsung mempengaruhi kegiatan perusahaan itu sendiri. Lingkungan mikro

terdiri dari pesaing, kreditur, pemasok, dan pelanggan.

Analisa lingkungan eksternal untuk mengidentifikasi peluang dan

(41)

menguntungkan bagi perusahaan, sedangkan ancaman adalah keadaan yang tidak

menguntungkan bagi perusahaan.

Penelitian mengenai strategi pengembangan kopi dilakukan dengan

mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang berkaitan dengan kopi

Kabupaten Aceh Tengah. Untuk mengetahui alternatif strategi pengembangan

kopi, maka identifikasi faktor internal dan eksternal dianalisis dengan analisis

SWOT.

Dari alternatif yang sudah didapat, selanjutnya dilakukan analisis dan

evaluasi strategi sebelum tahap penetapan rencana strategi, setelah evaluasi

dilakukan maka dilanjutkan dengan tahap terakhir menetapkan rencana

strategis pengembangan kopi Kabupaten Aceh Tengah, untuk lebih ringkasnya

(42)

Permasalahan Agribisnis Kopi Kabupaten Aceh Tengah

Faktor-faktor keragaan sumber daya :

 Sumberdaya alam dan lingkungan

 Sumber daya manusia

 Sumberdaya sosial dan kelembagaan

 Sumberdaya buatan

Faktor Strategi

Analisis SWOT

Internal Eksternal

 Kedaaan sumber daya manusia

 Ketersediaan lahan

 Akses transportasi

 Keadaan sumber daya alam

 Penggunaan teknologi tradisional

 Ketersediaan dana

 Lembaga Pembina, penelitian dan pelatihan

Pasar yang masih terbuka baik domestic maupun luar negri

Tumbuhnya CU

 Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi

 Pertumbuhan ekonomi

Ketidakpastian iklim global

Fluktuasi harga kopi

Keamanan berusaha

Gambar 1 .Skema Kerangka Pemikiran

(43)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Metode Pemilihan Lokasi

Penelitian dilakukan di Kabupaten Aceh Tengah Propinsi Aceh. Pemilihan

daerah penelitian ini dilakukan dengan sengaja (purposive) dengan beberapa

pertimbangan. Pertimbangan pertama, Kabupaten Aceh Tengah adalah salah satu

kabupaten penghasil kopi di Propinsi Aceh Pertimbangan kedua, Kabupaten

Aceh Tengah mempunyai potensi sumberdaya alam khususnya lahan

pertanian yang subur, sumberdaya manusia yang memiliki semangat kerja

keras dan budaya bertani yang turun-temurun.

3.2. Metode Pengambilan Sampel

Responden penelitian ini terdiri dari 3 komponen adalah petani kopi sebagai produser, pedagang pengumpul/pengusaha industri kopi, aparatur pemerintah. Prosedur yang digunakan dalam penentuan sampel adalah prosedur sampling non-probabilitas. Pengambilan pedagang pengumpul dan aparatur pemerintah

menggunakan teknik snowball sampling yaitu cara pengambilan sampel secara berantai, dimulai dari satu responden dan selanjutnya responden tersebut

(44)

populasi sebanyak 53 petani, dari populasi diambil sampel dengan menggunakan

persamaan Taro Yamane :

n=

1

2 + Nd

N

(Yamane dalam Rahmat, 1997)

dimana :

n = Sampel

N = Populasi

d = Presisi (10%)

Berdasarkan rumus tersebut di atas maka dapat dihitung jumlah responden

(sampel) yaitu :

Selain sampel petani sebanyak 35 orang, penelitian ini juga menggunakan

pedagang pengumpul/pengusaha sebanyak 7 orang dan aparatur pemerintah

sebanyak 6 orang sehingga total seluruh sampel penelitian adalah 35+7+6 = 48

orang.

(45)

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan

data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dan pengisian kuisioner

oleh responden, yang bertujuan untuk memperoleh informasi dan masukan

tentang kendala dan upaya yang harus dilakukan dalam pengembangan komoditas

kopi di Kabupaten Aceh Tengah. Data sekunder yang dikumpulkan yaitu data

sumberdaya fisik lahan, data produktivitas sumberdaya alam, data sumberdaya

buatan, data sumberdaya manusia dan data PDRB sektor pertanian yang

terkait dengan penelitian. Data tersebut diperoleh dari instansi seperti, Kantor

Bappeda Aceh Tengah, Dinas Perkebunan Aceh Tengah, BPS Aceh Tengah dan

dinas-dinas terkait dalam pengembangan kopi di Aceh Tengah pada Tabel 5.

Tabel 5. Data dan Pengambilan Data

Data Sumber Metode

Luas lahan, produksi dan Dinas Perkebunan Survey produktivitas Kab.Aceh Tengah

Ketersediaan Dana Pemerintah Survey Lembaga pembinaan, Dinas Perkebunan Survey Penelitian dan pelatihan Kab.Aceh Tengah

Pemasaran Kopi Pedagang pengumpul dan Survey Pengusaha Industri Kopi

Otonomi daerah Pemda Kab.Aceh Tengah Survey

Fluktuasi Harga Kopi Pedagang Pengumpul dan

(46)

3.4. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam menjelaskan identifikasi

masalah adalah dengan analisi deskriptif, yaitu dengan matrik SWOT. Matrik ini

menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang

dihadapi Kabupaten Aceh Tengah disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan

yang dimilikinya. Analisis SWOT menyediakan pemahaman realistis tentang

hubungan suatu organisasai dengan lingkungannya untuk mendapatkan

terciptanya strategi yang dapat memaksimumkan kekuatan dan peluang serta

meminimumkan kelemahan dan ancaman yang ada. Selanjutnya untuk

mengetahui hasil analisis berada diposisi mana, dapat dilihat pada gambar berikut

ini (Rangkuti, 2008)

3.Mendukung startegi turn around 1.Mendukung strategi agresif

4.Mendukung strategi defensif 2. Mendukung strategi diversifikasi

Gambar 2. Diagram Analisis SWOT

Peluang

Ancaman

(47)

Kuadran 1 : Merupakan situasi yang sangat menguntungkan, organisasi memiliki

peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang

ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah

mendukung kebijakan yang agresif.

Kuadran 2 : Meskipun menghadapi berbagai ancaman, organisasi masih memiliki

kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus digunakan adalah

menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka

panjang dengan cara strategi diversifikasi.

Kuadran 3 : Organisasi menghadapi peluang yang sangat besar, tetapi dilain

pihak harus mengahadapi beberapa kendala/kelemahan internal.

Fokus strategi organisasi adalah meminimalkan masalah-masalah

internal organisasi.

Kuadran 4 : Merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, organisai

menghadapai berbagai ancaman dan kelemahan internal.

Langkah-langkah pembuatan SWOT, sebagai berikut :

1. Metode SWOT yaitu metode penyusunan strategi dengan mengevaluasi

kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan

ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Strategi

yang disusun adalah strategi yang akan dilaksanakan oleh petani, pedagang

pengumpul/pengusaha kopi, aparatur pemerintah. Langkah-langkah yang

dilakukan adalah : a. Mengidentifikasikasi faktor-faktor yang berpengaruh

(48)

c.Faktor strategis tersebut dibedakan atas faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal adalah faktor yang dapat dikendalikan oleh petani, pedagang

pengumpul/pengusaha industri kopi, aparatur pemerintah. Faktor eksternal

adalah faktor yang tidak dapat dikendaliakan oleh petani, pedagang

pengumpul/pengusaha industri kopi, aparatur pemerintah.

2. Penentuan faktor S, W, O dan T berdasarkan skor.

Setelah diklasifikasi faktor-faktor internal dan eksternal, kemudian disusun

kuesioner yang akan ditanyakan kepada responden untuk memperoleh

penilaian setiap faktor. Nilai skor berkisar antara 1 dan 4, dari penilaian

terendah sampai tertinggi. Untuk faktor internal, skor 1 dan 2 menunjukkan

Kelemahan (Weakness) sedangkan 3 dan 4 menunjukkan Kekuatan (Strength).

Untuk faktor Eksternal, skor 1 dan 2 menunjukkan Ancaman (Threat)

sedangkan 3 dan 4 menunjukkan peluang (Opportunity). Setelah diperoleh skor

tiap faktor dari setiap responden, kemudian dicari nilai rata-rata aritmatika dari

seluruh responden.

3. Penentuan Bobot

Setelah diperoleh skor tiap faktor kemudian dilakukan pembobotan setiap

faktor. Pembobotan ini dilakukan dengan cara tehnik komparasi berpasangan

dengan memakai pembobotan yang dilakukan oleh Saaty (1998). Metode ini

menggunakan model Pairwise Comparision Scale yaitu dengan

membandingkan faktor yang satu dengan faktor lainnya dalam satu hirarki

berpasangan, sehingga diperoleh nilai kepentingan dari masing-masing faktor.

(49)

responden untuk membedakan nilai antar faktor yang dipasangkan. Semakin

besar kemampuan responden untuk membedakan, maka akan semakin rinci

juga pembagian nilanya. Nilai dari masing-masing faktor tidak lepas dari skala

banding berpasangan yang ditemukan oleh Saaty (1998) dengan tingkat

perbandingan :

Kepentingan Definisi Penjelasan

1 Kedua elemen sama pentingnya Kedua elemen mempunyai pengaruh yang sama terhadap tujuan yang akan dicapai

2 Elemen yang satu lebih penting Penilaian lebih sedikit dari elemen lainnya mempengaruhi satu faktor dibandingkan faktor lainnya

3 Satu faktor mutlak lebih Faktor tersebut paling penting dari dari faktor lainnya dari faktor lainnya yang memiliki tingkat penegasan tertinggi.

4. Matriks Perbandingan Seluruh Faktor untuk tiap responden

Setelah diperoleh nilai kepentingan masing-masing faktor dari tiap responden

selanjutnya dibuat matriks penilaian tiap responden yang akan menjadi bobot

dari tiap faktor.

5. Matriks perbandingan seluruh faktor untuk seluruh responden

Setelah diperoleh matriks perbandingan penilaian tiap faktor dari setiap

responden, kemudian dicari nilai rata-rata geometris perbandingan dari seluruh

responden dengan rumus :

G =

(50)

X2 = Nilai untuk responden 2

X3 = Nilai untuk respoden 3

6. Normalitas dan rata-rata bobot

Setelah diketahui nilai rata-rata geometris, kemudian nilai rata-rata tersebut

dinormalisasikan untuk mendapatkan nilai dari masing-masing faktor strategis.

Nilai inilah yang akan menjadi bobot faktor-faktor strategis pengembangan

agribisnis kopi di Kabupaten Aceh Tengah.

7. Menentukan skor terbobot dan prioritas

Setelah diperoleh bobot tiap faktor strategis, dicari skor terbobot dengan cara

mengalikan skor dari dari tiap faktor dengan bobot yang diperoleh dengan tiap

faktor.

8. Penyusunan strategi dengan menggunakan matriks SWOT

Selanjutnya menyusun faktor-faktor strategis dengan menggunakan matriks

(51)

Gambar 3 . Matrik SWOT

3.4.1. Matriks Faktor Strategi Eksternal

Sebelum membuat matriks faktor strategi eksternal, kita perlu mengetahui

terlebih dahulu faktor strategi eksternal (EFAS). Berikut ini adalah cara-cara

penentuan Faktor Strategi Eksternal (EFAS) :

1. Menyusun dalam kolom 1 (5 sampai dengan 10 peluang dan ancaman )

2. Memberi bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1 (sangat

penting) sampai dengan 0 (tidak penting). Faktor-faktor tersebut kemungkinan

dapat memberikan dampak terhadap faktor strategis.

3. Menghitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan

memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor)

berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang

bersangkutan. Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif

(peluang yang semakin besar diberi rating 4, tetapi jika peluangnya kecil,

(52)

Misalnya, jika nilai ancamannya sangat besar, ratingnya adalah 1. Sebaliknya

jika ancamannya sedikit ratingnya 4.

4. Mengalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk

memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor

pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4

(outstanding) sampai dengan 1 (poor).

5. Menggunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa

faktor-faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya dihitung.

6. Menjumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4) untuk memperoleh skor

pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan.Nilai total ini menunjukkan

bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis

eksternalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk membandingkan

perusahaan ini dengan perusahaan lainnya dengan kelompok industri yang

(53)

3.4.2. Matriks Faktor Strategi Internal

Faktor-faktor strategis internal perusahaan yang diidentifikasikan akan

disusun dalam table IFAS (Internal Strategic Factors Analysis) dengan tujuan

untuk merumuskan faktor-faktor startegis internal tersebut dalam kerangka

Strenght and Weakness perusahaan. Tahapannya adalah sebagai berikut :

1. Menentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan perusahaan

dalam kolom 1.

2. Memberi bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1

(paling penting) samapai dengan 0 (tidak penting) berdasarkan pengaruh

faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan . (semua bobot

tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1).

3. Menghitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan

memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor)

berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang

bersangkutan. Variabel yang bersifat positif (semua variable yang masuk

kategori kekuatan ) diberi nilai mulai dari 1 sampai dengan 4 (sangat baik)

dengan membandingkan dengan rata-rata industri atau dengan pesaing

utama.Sedangkan variabel yang bersifat negatif kebalikannya.

4. Mengalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk

memperoleh faktor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya

bervariasi mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor).

5. Menggunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa

(54)

6. Menjumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4) untuk memperoleh skor

pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan

bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis

internalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan

ini dengan perusahaan lainnya dalam kelompok industri yang sana

(Rangkuti,2008).

Tabel 6. Matriks Faktor Strategi Eksternal

Faktor-faktor

Strategi Eksternal

Bobot Rating Bobot x Rating

Peluang 1. 2. 3. 4.

Ancaman 1.

2. 3. 4.

(55)

Tabel 7. Matriks Faktor Strategi Internal

Faktor-faktor Strategi Eksternal

Bobot Rating Bobot x Rating

Kekuatan 1.

2. 3. 4.

Kelemahan 1.

2. 3. 4.

Total 100

Berdasarkan Tabel 6 dan Tabel 7, tahapan yang dilakukan dalam

menentukan faktor strateginya adalah menentukan faktor-faktor yang menjadi

kekuatan kelemahan serta peluang ancaman dalam kolom 1, lalu diberi bobot

masing-masing faktor tersebut yang jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 100

pada kolom 3.

3.4.3. Matriks SWOT

Alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan

adalah matriks SWOT. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana

peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan

dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matrik ini dapat menghasilkan

(56)

a.Strategi SO

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan

memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang

sebesar-besarnya.

b.Strategi ST

Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk

mengatasi ancaman.

c.Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara

meminimalkan kelemahan yang ada.

d.Strategi WT

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive dan berusaha

meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

3.5. Definisi dan Batasan Operasional

3.5.1. Definisi Operasional

1. Strategi adalah tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan peningkatan

pengembangan dengan cara memanfatkan kekuatan dan peluang yang ada.

Memperkecil kelemahan dan ancaman dengan cara memanfaatkan kekuatan

dan peluang tersebut. Sehingga apa yang menjadi tujuan dapat tercapai dengan

hasil yang maksimal.

2. Analisis SWOT adalah untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan

(weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam

(57)

mengidentifikasikan faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang

tidak dalam mencapai tujuan tersebut.

3. Faktor internal adalah keadaan sumber daya manusia, ketersediaan lahan,

keamanan berusaha, akses transfortasi, keadaan sumber daya alam,

penggunaan teknologi tradisional, ketresediaan dana, lembaga Pembina

penelitian dan pelatihan, pemasaran kopi, dukungan kebijakan pemerintah

daerah merupakan kekuatan dan kelemahan strategi pengembangan agribisnis

kopi.

4. Faktor eksternal adalah otonomi daerah, tumbuhnya asosiasi, pasar yang

terbuka baik domestik maupun luar negeri, tumbuhnya CU, perdagangan

bebas, perkembangan teknologi dan komunikasi dan informasi, pertumbuhan

ekonomi, ketidakpastian iklim global, fluktuasi harga kopi.

3.5.2. Batasan Operasional

1. Petani kopi ditiap kecamatan terpilih yang lebih mengetahui permasalahan

dalam pengembangan kopi di Kabupaten Aceh Tengah

2. Pedagang pengumpul dan pengusaha industri kopi yang sudah mengetahui

bagaimana cara penjualan kopi untuk diekspor yang ada di Kabupaten Aceh

(58)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1. Letak Geografis dan Batas Wilayah

Kabupaten Aceh Tengah memiliki luas 445.404,12 Ha yang secara

geografis terletak pada 4022’ 14,42” – 4042’ 40,8” LU dan 960 15’ 23,6” – 970

Sebelah Utara

22’

10,76” BT. Batas administratif Kabupaten Aceh Tengah sebagai berikut:

: Kabupaten Bener Meriah, Bireuen dan Pidie

Sebelah Selatan : Kabupaten Aceh Timur dan Gayo Lues

Sebelah Timur : Kabupaten Gayo Lues, Aceh Barat dan Nagan Raya

Sebelah Barat : Kabupaten Aceh Barat, Nagan Raya dan Pidie

4.1.2. Iklim

Kabupaten Aceh Tengah beriklim tropis, tergolong ke dalam tipe iklim B

menurut Schimidt Ferguson. Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Januari sampai

dengan Juli, dan musim hujan berlangsung dari bulan Agustus sampai bulan Desember.

Curah hujan berkisar antara 1.082 sampai dengan 2.409 Milimeter per tahun

dengan jumlah hari hujan antara 113 sampai dengan 160 hari per tahun. Tingkat curah

hujan tertinggi terjadi pada bulan November yang mencapai 316,5 mm, terendah pada

umumnya terjadi pada bulan Juli mencapai 6,2 mm.

Gambar

Tabel  1. Volume  Eksportir  Kopi  Negara  Terbesar  Dunia  2011-2012
Tabel 2. Volume Ekspor dan Impor Kopi Indonesia pada Tahun 2008-2012
Tabel  4. Luas Tanam dan Produksi Kopi Perkebunan Rakyat menurut
Gambar 1 . Skema Kerangka Pemikiran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Secara keseluruhan dari hasil analisis kinerja pasar pada masing-masing saluran pemasaran kopi Arabika Gayo di Kabupaten Aceh Tengah menunjukkan bahwa saluran 2 (petani

Jumlah dan Jenis bahan Baku yang Pemilik Usaha dalam 1 Bulan Terakhir Pada Industri Kopi Di Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2012 .... Jumlah Tenaga Kerja Pemilik Usaha dalam 1

Seperti Arabika varietas lain Coffe yang telah dikembangkan dari itu, tanaman kopi Typica memiliki bentuk kerucut dengan batang vertikal utama dan vertikal sekunder yang

KHALIDA UTAMI ( 090304096 ), 2013 dengan judul Skripsi “ Prospek Pengembangan Kopi Arabika di Kabupaten Gayo Lues “ ( Studi Kasus Desa Cane Baru Kecammatan Pantan Cuaca ).

Meski sudah mendapat pengakuan sebagai penghasil kopi arabika terbaik di dunia, dan hamparan kebunnya sangat luas, namun produktivitas kopi arabika Gayo masih

Selanjutnya melakukan analisa penentuan lokasi dan jumlah yang sesuai untuk didirikan kilang kopi di Kecamatan Atu Lintang Kabupaten Aceh Tengah, dengan Metode

The research was conducted from September to November, 2014. Its objective was 1) to analyze internal and external factors which influenced the strategy of developing

Matriks SWOT, Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi Arabika Topidi di Kelurahan Bontolerung Kecamatan Tinggimoncong Kabupaten Gowa IFAS EFAS Kekuatan Strenght - Sumber daya