STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOPI
DI KABUPATEN ACEH TENGAH
TESIS
Oleh
NURAINUN
127039007
PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOPI DI
KABUPATEN ACEH TENGAH
TESIS
Tesis sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Master Pertanian pada Program Studi Magister Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Oleh
NURAINUN
PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul : Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi di Kabupaten Aceh Tengah
Nama : NURAINUN NIM : 127039007
Program Studi : Magister Agribisnis
Menyetujui Komisi Pembimbing,
(Dr. Ir. Tavi Supriana, MS) Ketua
(Sri Fajar Ayu, SP. MM, DBA) Anggota
Ketua Program Studi,
(Dr. Ir. Tavi Supriana, MS)
Dekan,
Telah diuji pada
Tanggal : 9 Februari 2015
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr.Ir.Tavi Supriana, MS
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul :
STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOPI DI KABUPATEN ACEH TENGAH
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasin oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.
Medan, Februari 2015 yang membuat pernyataan,
Nurainun
ABSTRACT
NURAINUN. The Strategy of Developing Coffee Agribusiness in Aceh Tengah District (supervised by Dr. Ir.Tavi Supriana, MS as the chairperson and Sri Fajar Ayu, SP, MM, DBA as the member)
The research was conducted from September to November, 2014. Its objective was 1) to analyze internal and external factors which influenced the strategy of developing coffee agribusiness in Aceh Tengah District and 2) to formulate local government’s alternative strategy and select strategic priority in developing coffee agribusiness in Aceh Tengah District. The data consisted of primary and secondary data and were analyzed by using SWOT analysis.
The result of the research showed that the development of coffee agribusiness was in quadrant 1 which indicated that it had great opportunity and had internal power. Some strategies of developing coffee agribusiness were as follows: 1) using human resources through trainings and expanding agribusiness, 2) maximizing CU support as the capital for increasing coffee growers’ production, 3) using natural resources to increase coffee growers’ production, 4) using government’s support to develop market information, 5) using access to transportation to support the prospect of domestic and foreign markets, 6) strengthening capital for agribusiness and expanding market, 7) maximizing the advancement of communication and information technology in the development, research, and training, 8) using communication and information technology to increase marketing, 9) using human resources to increase economic growth, 10) using human resources to anticipate the uncertainty of global climate, 11) using the access to transportation to support unstable economic growth, 12) improving coffee marketing link with associated institutions, and 13) anticipating the fluctuation of coffee price as early as possible to increase marketing volume.
RIWAYAT HIDUP
NURAINUN , lahir di Blang Kolak I Takengon pada tanggal 05 Desember 1977 dari Bapak Yapan. R dan Ibu Aminah Ibrahim. Penulis merupakan anak keempat dari enam bersaudara.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut :
1. Tahun 1984 masuk Sekolah Dasar Negeri Kemili Takengon, tamat tahun
1990.
2. Tahun 1990 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri I Takengon,
tamat tahun 1993.
3. Tahun 1993 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri I Takengon, tamat
tahun 1996.
4. Tahun 1997 diterima di Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Banda
Aceh, tamat Tahun 2002.
5. Tahun 2012 melanjutkan pendidikan S2 di Program Studi Magister
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr.Ir.Tavi Supriana, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing, dan Ibu Sri Fajar Ayu, SP, MM, DBA selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah membantu penulis dalam penyusunan tesis ini serta Ibu Ir.Diana Chalil, M.Si, Ph.D dan Ibu Ir.Iskandarini, MM, Ph.D yang telah bersedia menguji dan memberikan masukan dalam penyempurnaan tesis ini.
Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayah dan Ibu juga seluruh anggota keluarga yang telah mendo’akan, mendorong dan memotivasi penulis untuk menyelesaikan tesis ini.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Februari 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Hal
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Identifikasi Masalah ... 8
1.3. Tujuan Penelitian ... 8
1.4. Kegunaan Penelitian ... 9
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.1. Pengembangan Agribisnis ... 10
2.2. Penelitian Terdahulu ... 16
2.2.1Penelitian Tentang Kopi ... 16
2.2.2Penelitian Tentang Strategi ... 17
2.3. Landasan Teori ... 18
2.3.1. Konsep Strategi ... 18
2.3.2. Analisis SWOT ... 20
2.4. Kerangka Pemikiran ... 21
2.4.1. Konsep Agribisnis ... 21
2.4.2. Konsep Perumusan Strategis ... 23
2.4.3. Analisis Lingkungan Eksternal dan Internal ... 25
III. METODE PENELITIAN ... 28
2.5. Metode Pemilihan Lokasi ... 28
2.6. Metode Pengambilan Sampel ... 28
2.7. Metode Pengumpulan Data ... 30
2.8.2. Matriks Faktor Strategi Internal ... 38
2.8.3. Matriks SWOT40 2.9. Definisi dan Batasan Operasional ... 41
2.9.1. Definisi ... 41
2.9.2. Batasan Operasional ... 42
III. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45
3.1. Deskripsi Daerah Penelitian ... 45
3.1.1. Letak Goegrafis dan Batas Wilayah ... 45
3.1.2. Iklim ... 45
3.1.3. Penduduk ... 46
3.2. Karakteristik Sampel ... 46
3.3. Rantai Tataniaga ... 48
3.4. Prasarana dan Sarana ... 48
4.1.4. Jalan dan Transportasi ... 48
4.1.2. Pasar ... 49
4.5. Pertanian ... 49
4.5.1. Kegiatan Pertanian ... 49
4.5.2. Kegiatan Pengusaha Kopi ... 50
4.5.3. Pemasaran Kopi ... 51
4.5.4. Asosiasi Kopi ... 52
4.6. Hasil Analisis Strategi Pengembangan Kopi ... 53
4.6.1. Analisis Faktor Internal ... 53
4.6.2. Analisis Faktor Eksternal ... 60
4.7.Matriks Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal ... 67
4.8.Penentuan Strategi Utama dengan Matriks SWOT ... 69
IV. KESIMPULAN DAN SARAN ... 75
4.1. Kesimpulan ... 75
4.2. Saran ... 76
DAFTAR PUSTAKA ... 78
DAFTAR TABEL
No Judul Hal
1. Volume Ekspor Kopi Negara Terbesar
Dunia 2011-2012 ... 2
2. Volume Ekspor dan Impor Kopi Indonesia Tahun 2008-2012 ... 3
3. Luas Areal dan Produksi Kopi Indonesia Tahun 2007-2011 ... 3
4. Luas Tanam dan Produksi Kopi Perkebunan Rakyat Menurut Kabupaten/ Kota 2011 ... 5
5. Data dan Pengambilan Data ... 30
6. Matriks Faktor Strategi Eksternal ... 39
7. Matriks Faktor Strategi Internal ... 40
8. Karakteristik Sampel ... 46
9. Rantai Tataniaga Pemasaran Kopi Kabupaten Aceh Tengah ... 48
10. Penentuan Skor Faktor Internal ... 54
11. Bantuan Pemerintah Untuk Petani ... 57
12. Penggunaan Teknologi dan Ketresediaan Dana Petani Sampel ... 58
13. Penentuan Skor Eksternal ... 61
14. PDRB dan Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Aceh Tengah ... 65
15. Tabel IFAS ... 68
16. Tabel EFAS ... 69
DAFTAR GAMBAR
No Judul Hal
1. Skema Kerangka Pemikiran ... 27
2. Diagram Analisis SWOT ... 31
3. Matriks SWOT ... 36
4. Saluran Pemasaran Kopi di Kabupaten Aceh Tengah ... 51
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Hal
1. Karakteristik Petani ... 80
2. Karakteristik Pedagang Pengumpul/Pengusaha Kopi ... 81
3. Karakteristik Aparatur Pemerintah ... 82
4. Rata-rata Harga Jual Yang Diterima Petani dari Pedagang Pengumpul ... 83
5. Rata-rata Harga Jual Yang Diterima Pedagang Pengumpul Dari Eksportir ... 84
6. Pendapatan Petani Sampel Sekali Panen... 85
7. Petani Sampel yang Menggunakan Alat Tradisional dan Moderen ... 86
8. Lembaga/Tempat Peminjaman Dana Petani Sampel ... 87
9. Bantuan Pemerintah Untuk Kelompok Tani /Petani Sampel ... 88
10. Pemberian Skor Parameter Faktor-Faktor Internal dan Eksternal Yang MempengaruhinPengembangan Agribisnis Kopi Di Aceh Tengah ... 89
11. Penilaian Skor Parameter Faktor Eksternal dan Internal Petani Kopi ... 92
12. Penilaian Skor Parameter Faktor Eksternal dan Internal Pedagang Pengumpul/Pengusaha Industri Kopi ... 94
13. Penilaian Skor Parameter Faktor Eksternal dan Internal Aparatur Pemerintah ... 95
14. Pembobotan Faktor Internal ... 96
15. Pembobotan Faktor Eksternal ... 98
17.Hasil Penilaian Bobot Faktor Eksternal ... 102
18. Hasil Normalisasi Bobot Faktor Internal ... 103
ABSTRACT
NURAINUN. The Strategy of Developing Coffee Agribusiness in Aceh Tengah District (supervised by Dr. Ir.Tavi Supriana, MS as the chairperson and Sri Fajar Ayu, SP, MM, DBA as the member)
The research was conducted from September to November, 2014. Its objective was 1) to analyze internal and external factors which influenced the strategy of developing coffee agribusiness in Aceh Tengah District and 2) to formulate local government’s alternative strategy and select strategic priority in developing coffee agribusiness in Aceh Tengah District. The data consisted of primary and secondary data and were analyzed by using SWOT analysis.
The result of the research showed that the development of coffee agribusiness was in quadrant 1 which indicated that it had great opportunity and had internal power. Some strategies of developing coffee agribusiness were as follows: 1) using human resources through trainings and expanding agribusiness, 2) maximizing CU support as the capital for increasing coffee growers’ production, 3) using natural resources to increase coffee growers’ production, 4) using government’s support to develop market information, 5) using access to transportation to support the prospect of domestic and foreign markets, 6) strengthening capital for agribusiness and expanding market, 7) maximizing the advancement of communication and information technology in the development, research, and training, 8) using communication and information technology to increase marketing, 9) using human resources to increase economic growth, 10) using human resources to anticipate the uncertainty of global climate, 11) using the access to transportation to support unstable economic growth, 12) improving coffee marketing link with associated institutions, and 13) anticipating the fluctuation of coffee price as early as possible to increase marketing volume.
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu sub sektor yang memiliki basis sumberdaya alam adalah
subsektor perkebunan. Subsektor perkebunan merupakan salah satu subsektor
yang mengalami pertumbuhan paling konsisten, baik ditinjau dari areal
maupun produksi. Sebagai salah satu subsektor penting dalam sektor pertanian,
subsektor perkebunan secara tradisional mempunyai kontribusi yang signifikan
terhadap perekonomian Indonesia. Sebagai Negara berkembang dimana
penyediaan lapangan kerja merupakan masalah yang mendesak, subsektor
perkebunan mempunyai kontribusi yang cukup signifikan. Sampai dengan tahun
2011, jumlah tenaga kerja yang terserap oleh subsektor perkebunan
diperkirakan mencapai sekitar 3,1 juta jiwa (7,42%). Jumlah lapangan kerja
tersebut belum termasuk yang bekerja pada industri hilir perkebunan.
Kontribusi dalam penyediaan lapangan kerja menjadi nilai tambah sendiri,
karena subsektor perkebunan menyediakan lapangan kerja di pedesaan dan
daerah terpencil. Peran ini bermakna strategis karena penyediaan lapangan
kerja oleh subsektor berlokasi di pedesaan sehingga mampu mengurangi arus
urbanisasi.
Subsektor perkebunan merupakan salah satu subsektor yang mempunyai
kontribusi penting dalam hal penciptaan nilai tambah yang tercermin dari
kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto. Dari segi nilai absolut
berdasarkan harga yang berlaku, PDB perkebunan pada tahun 2012 menyumbang
perkebunan mempunyai peran strategis terhadap pertumbuhan ekonomi.
Ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi yang dimulai tahun 1997,
subsektor perkebunan kembali menunjukkan peran strategisnya. Pada saat itu,
kebanyakan sektor ekonomi mengalami kemunduran bahkan kelumpuhan
dimana ekonomi Indonesia mengalami krisis dengan laju pertumbuhan –13
persen pada tahun 1998. Dalam situasi tersebut, subsektor perkebunan
kembali menunjukkan kontribusinya dengan laju pertumbuhan antara 4-6 persen
per tahun.
Salah satu komoditas unggulan dalam subsektor perkebunan adalah kopi.
Kopi merupakan produk yang mempunyai peluang pasar yang baik di dalam
negeri maupun luar negeri. Sebagian besar produksi kopi di Indonesia merupakan
komoditas perkebunan yang diekspor ke pasar dunia. Menurut data statistik
International Coffee Organization (ICO), Indonesia merupakan Negara eksportir
ke-tiga, setelah Vietnam Tabel 1.
Tabel 1. Volume Eksportir Kopi Negara Terbesar Dunia 2011-2012
Negara Eksportir Volume Eksportir (Kg)
Brazil 28.260.000
Vietnam 25.470.000
Indonesia 10.620.000
Kolombia 7.16
India 5.280
Sumber : Ditjenbun,2012 (diolah)
Sebagai Negara eksportir kopi ke tiga, perkebunan kopi Indonesia dapat meningkatkan devisa ekonomi. Dari segi sosial, perkebunan kopi juga
dilakukan oleh rakyat. Indonesia sebagai eksportir ketiga,namun Indonesia
juga mengimpor kopi Tabel 2.
Tabel 2. Volume Ekspor dan Impor Kopi Indonesia pada Tahun 2008-2012
Tahun Ekspor (Ton) Impor (Ton)
2008 468,749 7,582
2009 507,968 14,400
2010 4,594 19,755
2011 692,285 18,108
2012 46,12 28,6
Sumber : BPS (diolah)
Berdasarkan Tabel 2, terlihat bahwa jumlah ekspor kopi Indonesia
berfluktuatif dari tahun 2008 sampai tahun 2009 jumlah ekspor kopi semakin
meningkat, tetapi pada tahun 2010 jumlah ekspor menurun. Sedangkan
jumlah impor meningkat drastis pada tahun 2009. Hal ini berarti bahwa
produksi kopi dalam negeri tidak dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri,
sehingga harus mengimpor kopi. Produksi kopi Indonesia dapat dilihat pada
Tabel 3.
Tabel 3. Luas Areal dan Produksi Kopi Indonesia Tahun 2007-2011
Tahun Luas Areal (Ha) Total produksi (Ton)
2007 1,295,912 676.475
2008 1,295,111 698,016
2009 1,266,235 682,591
2010 1,210,365 686,921
2011 1,233,698 638,647
Sumber : Ditjenbun, 2011 (diolah)
Berdasarkan Tabel 3, produksi kopi Indonesia berfluktuatif dari tahun
2007 sampai tahun 2008, produksi kopi meningkat, namun pada tahun 2009
kopi kembali menurun pada tahun 2011 sehingga mendorong petani untuk
memperluas lahan pertanian. Sebagian besar hal ini disebabkan bahwa teknik
budidaya kopi masih tradisional dan berkerakyatan, harga yang berfluktuatif
serta biaya produksi yang tinggi. Menurut Departemen Pertanian Direktorat
Jenderal Perkebunan, Sumatera merupakan penyumbang terbesar produksi
kopi nasional. Propinsi terbesar dicapai oleh Sumatera Selatan, Lampung,
Sumatera Utara dan Aceh.
Sektor perkebunan merupakan sektor unggulan di Kabupaten Aceh
Tengah yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pembentukan Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB). Komoditi perkebunan yang menjadi unggulan
adalah kopi. Luas perkebunan kopi di Kabupaten Aceh Tengah mencapai 47.854
ha atau 11% dari luas wilayah kabupaten, dengan jumlah produksi kopi (biji hijau)
rata-rata sebesar 21.861,42 ton/ tahun. Untuk perluasan tanaman kopi, masih
terdapat potensi lahan seluas 58.744 ha yang tersebar hampir diseluruh
kecamatan, sehingga secara total proporsi ekspor kopi Aceh Tengah mencapai 7%
dari volume total ekspor nasional. Namun keuntungan dari hasil produksi dan
penjualan kopi belum berpihak kepada petani secara langsung, melainkan,
komoditi ini masih dinikmati oleh para pedagang, akibat keterbatasan
Tabel 4. Luas Tanam dan Produksi Kopi Perkebunan Rakyat menurut Kabupaten/Kota 2011
NO Kabupaten Luas Lahan (Ha) Produksi (Ton)
1. Simeulu - -
Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Aceh (2011)
Pada tahun 2011, Kabupaten Aceh Tengah hanya mampu memproduksi
25.187 ton per hektar. Demikian juga pada tahun 2010, produksi hanya
24.328 ton dengan luas panen 48.000 Ha. Dari tahun 2010 sampai tahun
2011 produktivitasnya menurun dari 0,52 per hektar menjadi 0,50 per hektar,
tahun 2011 dari 0,35 per hektar menjadi 0,37 per hektar. Produktivitas Aceh
Tengah belum mencapai 1 ton per hektar Tabel 4.
Ditinjau dari sumberdaya alam, agroklimat dan keadaan alam yang cocok
untuk pertanian kopi serta peluang kopi di pasar lokal maupun
internasional, Kabupaten Aceh Tengah sudah semestinya mampu meningkatkan
produktivitasnya. Untuk pengembangannya perlu diketahui persoalan apa
yang sedang dihadapi serta upaya apa yang akan dilakukan dalam
menghadapi persoalan tersebut.
Aceh Tengah merupakan daerah penghasil kopi di Indonesia, namun
dalam pengembangannya masih dijumpai beberapa kendala antara lain
produktivitasnya rendah, kelembagaan petani belum kuat, proporsi nilai tambah
usahatani kopi yang dinikmati oleh petani masih rendah. Terkait dengan
permasalahan tersebut maka untuk pengembangan kopi di wilayah ini perlu dikaji
sistem usaha tani yang spesifik yang dapat meningkatkan produktivitas kopi
petani
Dari segi potensi lahan untuk pengembangan kopi di Kabupaten Aceh
Tengah bukan berarti tidak ada kendala potensi lahan masalah yang amat serius
dihadapi petani adalah (1) tingkat kesuburan tanah yang rendah terutama unsur
hara P tersedia, (2) Kopi dibudidayakan pada lereng 15% atau lebih tanpa diikuti
dengan tindakan konservasi tanah dan air, (3) kondisi naungan yang tidak optimal.
Masalah ini bertambah berat dengan adanya pasar berorientasi produk organik,
Di dalam pengembangan kopi arabika di Kabupaten Aceh Tengah mempunyai prospek yang baik, terutama terpenuhinya syarat tumbuh tanaman (tanah dan iklim), tersedianya lahan, sarana produksi dan tenaga kerja serta pemasaran hasil. Namun masih dijumpai berbagai kendala antara lain produksi, manajemen dan permodalan. Agar keunggulan kopi dapat memberikan kontribusi yang maksimal terhadap peningkatan kesejahteraan petani maka perlu kiranya dikaji hambatan dan kelemahan didalam pengembangan kopi tersebut.
Mengingat tanaman kopi adalah tanaman tahunan, sehingga tidak semudah tanaman semusim untuk dilakukan perubahan apabila terjadi kerugian didalam berusahataninya. Untuk itu strategi pengembangannya harus dirumuskan secara cermat agar tujuan peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani dapat tercapai. Strategi pengembangan merupakan salah satu faktor yang amat penting bagi suatu pengembangan.
Penyebab rendahnya produktivitas dan kualitas kopi arabika di
Kabupaten Aceh Tengah adalah (1) pemeliharaan belum optimal,(2) kesuburan
tanah menurun, (3) kelembagaan petani lemah (4) kopi sudah tua, (5) varietas
bercampur di dalam hamparan ketinggian tempat yang sama, (6) pengolahan buah
kopi belum seragam, (7) rantai pemasaran terlalu panjang.
Adapun bentuk pengolahan hasil pertanian yang telah dilaksanakan
oleh sebagian masyarakat adalah industri kopi dan dilakukan dalam skala usaha
kecil. Persoalan lainnya adalah harga kopi yang murah dan biaya produksi
yang tinggi juga merupakan permasalahan utama yang dihadapi para petani,
sehingga sulit bagi petani untuk mengembangkan kegiatan usahataninya.
sarana dan prasarana kendala yang dihadapi oleh pemerintah dan masyarakat
adalah tidak ada balai penelitian untuk komoditi kopi, rendah dalam bidang
pemasaran dan pengolahan hasil pertanian juga menjadi kendala yang dapat
menghambat pengembangan kopi di Kabupaten Aceh Tengah. Permasalahan
tersebut akan menghambat pengembangan kopi di Kabupaten Aceh Tengah.
Untuk itu diperlukan strategi untuk pengembangan kopi di Kabupaten Aceh
Tengah.
1.2. Identifikasi Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor-faktor
eksternal (peluang dan ancaman) agribisnis kopi di Kabupaten Aceh Tengah.
2. Bagaimana strategi pengembangan agribisnis kopi di Kabupaten Aceh Tengah.
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1.Menganalisis faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal yang
mempengaruhi strategi pengembangan agribisnis kopi di Kabupaten Aceh
Tengah.
2.Merumuskan alternatif strategi pemerintah daerah dan memilih prioritas strategi
1.4. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
bahan pertimbangan bagi berbagai pihak yang berkepentingan, antara lain :
1.Bagi petani sebagai sumber informasi untuk pengembangan agribisnis kopi
2.Bahan pertimbangan Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Tengah dalam
mengambil kebijakan strategis yang berkaitan dengan perencanaan
pengembangan agribisnis kopi di Aceh Tengah.
3.Sebagai bahan informasi dan buat rujukan untuk penelitian selanjutnya serta
pihak lainnya untuk investor.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengembangan Agribisnis
Ada beberapa aspek yang dapat ditempuh dalam upaya mengembangkan
kegiatan agribisnis diantaranya :
1. Pembangunan agribisnis merupakan pembangunan industri dan pertanian serta
jasa yang dilakukan sekaligus, dilakukan secara simultan dan harmonis
Industri yang sering kita dapatkan selama ini adalah industri pengolahan
(Agroindustri) berkembang di Indonesia, tapi bahan bakunya dari impor.
Dipihak lain, peningkatan produksi pertanian tidak diikuti oleh perkembangan
industri pengolahan (Membangun industri berbasis sumberdaya
domestik/lokal). Sehingga perlu pengembangan Agribisnis Vertikal.
Membangun Agribisnis adalah membangun keunggulan bersaing diatas
keunggulan komparatif. Dalam arti bahwa membangun daya saing produk
agribisnis melalui transformasi keunggulan komparatif menjadi keunggulan
bersaing, yaitu dengan cara: 1) Mengembangkan subsistem hulu (pembibitan,
agro-otomotif, agro-kimia) dan pengembangan subsistem hilir yaitu pendalaman
industri pengolahan ke lebih hilir dan membangun jaringan pemasaran secara
internasional, sehingga pada tahap ini produk akhir yang dihasilkan sistem
agribisnis didominasi oleh produk-produk lanjutan atau bersifat capital and skill
labor intensive.2) Pembangunan sistem agribisnis yang digerakkan oleh kekuatan
merupakan produk bersifat Technology intensive and knowledge based.3) Perlu
orientasi baru dalam pengelolaan
2. sistem agribisnis yang selama ini hanya pada peningkatan produksi harus
diubah pada peningkatan nilai tambah sesuai dengan permintaan pasar serta
harus selalu mampu merespon perubahan selera konsumen secara efisien.
3. Menggerakkan kelima subsistem agribisnis secara simultan, serentak dan
harmonis. Untuk menggerakkan Sistem agribisnis perlu dukungan semua
pihak yang berkaitan dengan agribisnis/ pelaku-pelaku agribisnis mulai dari
Petani, Koperasi, BUMN dan swasta serta perlu seorang Dirigent yang
mengkoordinasi keharmonisan Sistem Agribisnis.
4. Menjadikan Agroindustri sebagai A Leading Sector.
Agroindustri adalah industri yang memiliki keterkaitan ekonomi (baik langsung
maupun tidak langsung) yang kuat dengan komoditas pertanian. Keterkaitan
langsung mencakup hubungan komoditas pertanian sebagai
bahan baku (input) bagi kegiatan agroindustri maupun kegiatan pemasaran dan
perdagangan yang memasarkan produk akhir agroindustri. Sedangkan
keterkaitan tidak langsung berupa kegiatan ekonomi lain yang menyediakan
bahan baku(input) lain diluar komoditas pertanian, seperti bahan kimia, bahan
kemasan, dll. Dalam mengembangkan agroindustri, tidak akan berhasil tanpa
didukung oleh agroindustri penunjang lain seperti industri pupuk, industri
pestisida, industri bibit/benih, industri pengadaan alat-alat produksi pertanian
dan pengolahan agroindustri seperti industri mesin perontok dan industri
5. Membangun Sistem agribisnis melalui Industri Perbenihan
Industri Perbenihan merupakan mata rantai terpenting dalam pembentukan atribut
produk agribisnis secara keseluruhan. Atribut dasar dari produk agribisnis
seperti atribut nutrisi (kandungan zat-zat nutrisi) dan atribut nilai (ukuran,
penampakan, rasa, aroma dan sebagainya) serta atribut keamanan dari produk
bahan pangan seperti kandungan logam berat, residu pestisida, kandungan
racun juga ditentukan pada industri perbenihan. Oleh karena itu Pemda perlu
mengembangkan usaha perbenihan (benih komersial) berdasar komoditas
unggulan masing-masing daerah, yang selanjutnya dapat dikembangkan
menjadi industri perbenihan modern.
6. Dukungan Industri Agro-otomotif dalam pengembangan sistem agribisnis
Perlu adanya rental Agro-otomotif yang dilakukan oleh Koperasi Petani atau
perusahaan agro-otomotif itu sendiri.
7. Dukungan Industri Pupuk dalam pengembangan sistem agribisnis.
Pada waktu yang akan datang industri pupuk perlu mengembangkan sistem
Networking baik vertikal (dari hulu ke hilir) maupun Horisontal (sesama
perusahaan pupuk), yaitu dengan cara penghapusan penggabungan perusahaan
pupuk menjadi satu dimana yang sekarang terjadi adalah perusahaan terpusat
pada satu perusahaan pupuk pemerintah. Oleh karena perusahaan-perusahaan
pupuk harus dibiarkan secara mandiri sesuai dengan bisnis intinya dan
bersaing satu sama lain dalam mengembangkan usahanya. Sehingga terjadi
harmonisasi integrasi dalam sistem agribisnis. Serta perlu dikembangkan
8. Pengembangan Sistem Agribisnis melalui Reposisi Koperasi Agribisnis
Koperasi perlu mereformasi diri agar lebih fokus pada kegiatan usahanya
terutama menjadi koperasi pertanian dan mengembangkan kegiatan usahanya
sebagai koperasi agribisnis. Untuk memperoleh citra positif layaknya sebuah
koperasi usaha misalnya: Koperasi Agribisnis atau Koperasi Agroindustri atau
Koperasi Agroniaga yang menangani kegiatan usaha mulai dari hulu sampai
ke hilir
9. Pengembangan Sistem Agribisnis melalui pengembangan sistem informasi
agribisnis.Dalam membangun sistem informasi agribisnis, ada beberapa aspek
yang perlu diperhatikan adalah informasi produksi, informasi proses,
distribusi, dan informasi pengolahan serta informasi pasar.
10.Membumikan pembangunan sistem Agribisnis dalam otonomi daerah
Pembangunan Ekonomi Desentralistis-Bottom-up, yang mengandalkan
industri berbasis Sumberdaya lokal. Pembangunan ekonomi nasional akan
terjadi di setiap daerah.
11.Dukungan perbankan dalam pengembangan sistem agribisnis di daerah.
Untuk membangun agribisnis di daerah, peranan perbankan sebagai lembaga
pembiayaan memegang peranan penting. Ketersediaan skim pembiayaan dari
perbankan akan sangat menentukan maju mundurnya agribisnis daerah.
Selama ini yang terjadi adalah sangat kecilnya alokasi kredit perbankan pada
agribisnis daerah, khususnya pada on farm agribisnis.
12.Pengembangan strategi pemasaran. Pengembangan strategi pemasaran menjadi
sangat penting peranannya terutama menghadapi masa depan, dimana
heterogen. Dari hal tersebut, sekarang sudah mulai mengubah paradigma
pemasaran menjadi menjual apa yang diinginkan oleh pasar (konsumen).
13.Pengembangan sumberdaya agribisnis. Dalam pengembangan sektor agribisnis
aggar dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan pasar, diperlukan
pengembangan sumberdaya agribisnis, khususnya pemanfaatan dan
pengembangan teknologi serta pembangunan kemampuan Sumberdaya
Manusia (SDM) Agribisnis sebagai aktor pengembangan agribisnis.
14. Pengembangan Pusat Pertumbuhan Sektor Agribisnis. Perlu pengembangan
pusat-pusat pertumbuhan sektor agribisnis komoditas unggulan yang
didasarkan pada peta perkembangan komoditas agribisnis, potensi
perkembangan dan kawasan kerjasama ekonomi.
15.Pengembangan Infrastruktur Agribisnis. Dalam pengembangan pusat
pertumbuhan Agribisnis, perlu dukungan pengembangan Infrastruktur seperti
jaringan jalan dan transportasi (laut, darat, sungai dan udara), jaringan listrik,
air, pelabuhan domestik dan pelabuhan ekspor dan lain-lain.
16.Kebijaksanaan terpadu pengembangan. Ada beberapa bentuk kebijaksanaan
terpadu dalam pengembangan agribisnis.
a. Kebijaksanaan pengembangan produksi dan produktivitas ditingkat
perusahaan.
b. Kebijaksanaan tingkat sektoral untuk mengembangkan seluruh kegiatan
usaha sejenis.
c. Kebijaksanaan pada tingkat sistem agribisnis yang mengatur keterkaitan
d. Kebijaksanaan ekonomi makro yang mengatur seluruh kegiatan
perekonomian yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung
terhadap agribisnis.
17.Pengembangan agribisnis berskala kecil
Kebijakan-kebijakan yang perlu dilakukan adalah:
a. Farming Reorganization
Reorganisasi jenis kegiatan usaha yang produktif dan diversifikasi
usaha yang menyertakan komoditas yang bernilai tinggi serta
reorganisasi manajemen usahatani. Dalam hal ini disebabkan karena
keterbatasan lahan yang rata-rata kepemilikan hanya 0,1 Ha.
b. Small-scale Industrial Modernization
Modernisasi teknologi, modernisasi sistem, organisasi dan manajemen,
serta modernisasi dalam pola hubungan dan orientasi pasar.
c. Services Rasionalization
Pengembangan layanan agribisnis dengan rasionalisasi lembaga
penunjang kegiatan agribisnis untuk menuju pada efisiensi dan daya
saing lembaga tersebut. Terutama adalah lembaga keuangan pedesaan,
lembaga litbang khususnya penyuluhan.
18. Pembinaan Sumberdaya Manusia untuk mendukung pengembangan agribisnis
dan ekonomi. Dalam era Agribisnis, aktor utama pembangunan agribisnis dan
aktor pendukung pembangunan agribisnis perlu ada pembinaan kemampuan
aspek bisnis, manajerial dan berorganisasi bisnis petani serta peningkatan
wawasan agribisnis. Dalam hal ini perlu reorientasi peran penyuluhan
perlu peningkatan pendidikan penyuluh baik melalui pendidikan formal,
kursus singkat, studi banding. Serta perlu perubahan fungsi BPP yang selama
ini sebagai lembaga penyuluhan agro-teknis, menjadi klinik konsultasi
Agribisnis. (Sudrajat Laksana,2013)
2.2. Penelitian Terdahulu
2.2.1. Penelitian tentang Kopi
Penelitian yang dilakukan Sitohang (1996) mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi dan permintaan kopi di pasar domestik pada periode
1969-1993. Penelitian ini dilaksanakan dengan pendekatan model ekonometrika
dengan pendugaan parameter dilakukan dengan menggunakan metode 3 SLS.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa produksi kopi Indonesia tidak responsif
terhadap harga kopi dan komoditas substitusi di pasar domestik, harga ekspor,luas
areal dan tingkat upah. Kecuali kopi jenis robusta yang responsive terhadap luas
areal dalam jangka panjang.
Penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2008) tentang produksi, konsumsi,
harga dan ekspor kopi nasional dengan menggunakan model ekonometrika bahwa
adanya prospek yang cukup besar terhadap permintaan kopi dalam maupun luar
negeri terus meningkat setiap tahunnya. Besarnya produksi nasional dapat
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan permintaan pasar tersebut.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Jimmy Andar Siahaan (2008)
mengenai analisis daya saing komoditas kopi arabika. Industri kopi arabika
dapat dilihat dari para petani yang umumnya belum mampu menghasilkan biji
kopi dengan mutu yang baik minimnya sarana pengolahan dan keterbatasan
teknologi untuk pengolahan biji kopi, rendahnya pendidikan petani. Pemerintah
berusaha meningkatkan keunggulan kompetitif kopi melalui perbaikan teknik
budidaya, penyediaan modal, pengadaan infrastruktur yang mendukung industry
kopi arabika sehingga menghasilkan kopi yang berkualitas.
Penelitian yang dilakukan oleh Antonio Bani Lolik Carceres (2010)
mengenai analisis potensi sebagai produk unggulan ekspor. Kopi sebagai
komoditi unggulan ekspor terdapat beberapa factor antara lain : factor kondisi
alam, faktor permintaan, struktur dan persaingnya. Pemerintah lebih berperan
sebagai fasilisator yang akan memfasilitasi keempat factor pendukung tersebut
agar komoditi kopi dapat bertahan baik di pasar dalam negeri maupun luar negeri..
2.2.2. Penelitian tentang Strategi
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Purwoko (2006) mengenai nilai
tambah dan strategi pemasaran kopi bubuk arabika kelompok tani. Strategi
yang dapat ditetapkan adalah membuka peluang investasi kepada pihak lain,
memperluas jaringan pasar, memperbaiki mutu dan tampilan produk olahan
kopi, mengikutsertakan anggota kelompok tani dalam program pemerintah
pengembangan usaha dan pelatihan.
Penelitian yang dilakukan oleh Basuki Rahmat (2009) tentang strategi
pengembangan produk unggulan yang mengidenfikasikan status tingkat
strategi dan program pengembangan produk unggulan.Menggunakan analisis
SWOT dan QSPM, analisi SWOT digunakan untuk memaksimalkan peranan
faktor yang bersifat positif, meminalisir kelemahan yang terdapat dalam tubuh
organisasi dan menekan dampak ancaman yang timbul .
Ariswandi (2009) dalam penelitiannya mengenai strategi kebijakan
pengembangan komoditas kopi, menanalisis keunggulan komparatif komoditas
kopi. Sebagai komoditas basis dalam perekonomian wilayah menghitung besarnya
efek multiplier dari segi produksi yang ditimbulkan oleh adanya pertumbuhan
komoditas kopi tumbuh dan berkembang, merumuskan strategi kebijakan dan
perancangan program pengembangan komoditas kopi. .
Dari penelitian yang dilakukan oleh beberapa penelitian tersebut
dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian yang akan dilakukan mengenai
Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi di Kabupaten Aceh Tengah memiliki
persamaan dan perbedaan dengan penelitian terdahulu. Pada umumnya alat analis
penelitian sama namun komoditi serta lokasi berbeda, demikian juga alat
analis berbeda namun komoditi sama.
2.3. Landasan Teori
2.3.1. Konsep Strategis
Menurut Jauch dan Glueck (1995), strategi adalah rencana yang disatukan,
menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan keunggulan strategi organisasi dengan
tantangan lingkungan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama
Disamping itu menurut Gitosudarmo (2001), strategi adalah pedoman arah
kebijakan yang disesuaikan dengan kondisi kekuatan dan kelemahan usaha, lebih
realitik lagi strategi suatu usaha adalah sebuah rencana kegiatan untuk mencapai
tujuan dengan memperhatikan keterbatasan factor-faktor produksinya, perubahan
lingkungan dan persaingan.
Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan (Rangkuti,2005). Strategi
adalah pola sasaran, tujuan, kebijakan, dan rencana penting untuk mencapai
tujuan. Strategi juga merupakan rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu
yang mengaitkan keunggulan dan tantangan lingkungan dan dirancang untuk
memastikan bahwa tujuan utama dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat.
Tujuan utama adalah agar dapat melihat secara objektif kondisi-kondisi eksternal
sehingga dapat mengantisipasi perubahan lingkungan eksternalnya. Manfaat
strategi menurut Rangkuti (2005) adalah dapat mengantisipasi kesempatan dan
masalah-masalah dimasa datang, memberikan arahan yang jelas dalam pencapaian
tujuan.
Menurut David (2005) strategi merupakan cara untuk mencapai sasaran
jangka panjang merumuskan perencanaan komprehensif tenteng bagaimana
organisasi akan mencapai misi dan tujuannya. Proses manajemen strategis
didasarkan pada keyakinan bahwa organisasi seharusnya terus menerus
memonitor peristiwa dan kecenderungan internal dan eksternal sehingga
melakukan perubahan tepat waktu. Teknologi informasi dan globalisasi adalah
2.3.2. Analisis SWOT (Strengths,Weaknesess, Opportunities, Threats)
Analisis SWOT adalah perangkat umum yang didesain dan digunakan
sebagi langkah awal dalam proses pembuatan keputusan dan sebagai perencanaan
strategis. Menurut Rangkuti (2000), analisis SWOT adalah indentifikasi berbagai
faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini
didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan
peluang (Oppurtunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan
kelemahan, (Weaknesess) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan
strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan
kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencanaan strategis (strategic planner)
harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini.
Menurut David (2006) faktor-faktor kunci eksternal dan internal
merupakan pembentuk matriks SWOT yang menghasilkan empat tipe
strategi, yaitu a) Strategi SO yakni strategi yang menggunakan kekuatan
internal untuk memanfaatkan peluang eksternal, b) strategi WO yakni
mengatasi kelemahan internal dengan memanfaatkan keunggulan peluang
eksternal, c) strategi ST yaitu strategi yang menggunakan kekuatan internal
untuk menghindari pengaruh dari ancaman eksternal, serta d) strategi WT
adalah strategi bertahan dengan meminimalkan kelemahan dan mengantisipasi
Data dan informasi internal perusahaan dapat digali dari fungsional
perusahaan, misalnya dari aspek manajemen, keuangan, SDM, pemasaran, sistem
informasi dan produksi. Data eksternal dikumpulkan untuk menganalisis hal-hal
yang menyangkut persoalan ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan
politik, pemerintahan, hukum, teknologi, persaingan di pasar industri di
mana perusahaan berada.
2.4.Kerangka Pemikiran
2.4.1.Konsep Agribisnis
Secara harfiah agribisnis adalah kegiatan bertani yang sudah
dipandang sebagai kegiatan bisnis, tidak lagi hanya sekedar untuk memenuhi
kebutuhan hidup sendiri. Menurut Davis dan Goldberg dalam Syahyuti
(2006),agribisnis adalah rangkaian semua kegiatan mulai dari pabrik dan
distribusi alat-alat maupun bahan untuk pertanian, kegiatan produksi pertanian,
pengolahan, penyimpanan, serta distribusi komoditas pertanian dan
barang-barang yang dihasilkannya. Sistem agribisnis terdiri dari lima subsistem, yaitu: (1)
agribisnis hulu (up-stream agribusiness) berupa ragam kegiatan industri dan
perdagangan sarana produksi pertanian, (2) pertanian primer atau disebut
subsistem budidaya (on-farm agribusiness), (3) agribisnis hilir (down-stream
agribusiness) atau subsistem pengolahan, ada kalanya disebut dengan
”agroindustri”, (4) subsistem perdagangan atau tata niaga hasil, dan (5)
subsistem jasa pendukung berupa kegiatan penelitian, penyediaan kredit,
sistem transportasi, pendidikan dan penyuluhan, serta kebijakan makro.
pertanian haruslah profit oriented; pertanian hanyalah satu komponen rantai dalam
sistem komoditi sehingga kinerjanya ditentukan oleh kinerja system komoditi
secara keseluruhan; pendekatan sistem agribisnis adalah formulasi kebijakan
sektor pertanian yang logis, dan harus dianggap sebagai sistem ilmiah yang
positif, bukan ideologis dan normatif; sistem agribisnis secara intrinsik
netral terhadap semua skala usaha dan pendekatan sistem agribisnis khususnya
ditujukan untuk negara sedang berkembang. Strategi pembangunan pertanian
dengan menerapkan konsep agribisnis, sesungguhnya terdiri dari 3 tahap
perkembangan yang semestinya terjadi secara berurutan yaitu :
1.Agribisnis berbasis sumberdaya yang digerakkan oleh kelimpahan sumber daya
sebagai faktor produksi (faktor-driven), dan berbentu ekstensifikasi agribisnis
dengan dominasi komoditas primer.
2.Agribisnis berbasis investasi (investment-driven) melalui percepatan industri
pengolahan dan industri hulu serta peningkatan sumberdaya manusia.
3.Agribisnis berbasis inovasi (inovation-driven), dengan kemajuan teknologi.
Pada tahap ini, komoditas yang diproduksi adalah hasil dari penerapan
ilmu pengetahuan yang tinggi dan tenaga kerja terdidik, memiliki nilai tambah
2.4.2.Konsep Perumusan Strategi
Strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu strategos dan strategus yang
berarti seni perang. Suatu strategi mempunyai dasar-dasar atau skema
untuk mencapai sasaran yang dituju. Menurut Hamel dan Prahalad (1995):
“Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa
meningkatkan) dan terus menerus dan dilakukan berdasarkan sudut pandang
tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan
demikian perencanaan strategi hampir selalu dimulai dari “apa yang dapat
terjadi”, bukan dimulai dari apa yang terjadi”. Terjadinya kecepatan inovasi
pasar baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti (core
competencies). Perusahaan perlu mencari kompetensi inti di dalam bisnis yang
dilakukan”.
Definisi strategi yang dikemukakan oleh Chandrel (1962:13)
menyebutkan bahwa ”Strategi adalah tujuan jangka panjang dari suatu
perusahaan, serta pendayagunaan dan alokasi semua sumber daya yang
penting untuk mencapai tujuan tersebut”. Menurut Umar (2008), strategi
merupakan tindakan yang bersifat (incremental) senantiasa meningkat dan
terus menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandangan tentang apa
yang diharapkan oleh para pelanggan di masa yang akan datang.
Menurut David (2006) strategi adalah alat untuk mencapai tujuan
jangka panjang. Manajemen strategis didefenisikan sebagai seni dan
pengetahuan untuk merumuskan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi
obyektivitasnya. Sedangkan proses manajemen strategi adalah suatu
pendekatan secara obyektif, logis, dan sistematis dalam penetapan keputusan
utama dalam suatu organisasi. Proses manajemen strategis terdiri dari tiga
tahap berturut-turut, perumusan strategi, implementasi strategi, dan evaluasi
strategi.
Perencanaan strategi adalah: (a) mengukur dan memanfaatkan kesempatan
(peluang) sehingga mampu mencapai keberhasilan, (b) membantu
meringankan beban pengambil keputusan dalam tugasnya menyusun dan
mengimplementasikan manajemen strategi, (c) agar lebih terkordinasi
aktivitas-aktivitas yang dilakukan (d) sebagai landasan untuk memonitor perubahan
yang terjadi, sehingga dapat segera dilakukan penyesuaian, dan (e) sebagai
cermin atau bahan evaluasi, sehingga bisa menjadi penyempurnaan
perencanaan strategis yang akan datang. Jadi manajemen strategi penting
untuk memperoleh keunggulan bersaing dan memiliki produk yang sesuai
dengan keinginan konsumen dengan dukungan yang optimal dari sumberdaya
yang ada.
Proses manajemen strategi terdiri dari tiga tahap, yaitu perumusan
(formulasi) strategi, implementasi strategi dan evaluasi strategi. Tahap perumusan
strategi meliputi pengembangan pernyataan misi, penetapan tujuan jangka
panjang, dan pengembangan evaluasi serta seleksi atau pemilihan strategi. Tahap
pelaksanaan strategi meliputi penetapan kebijakan dan tujuan tahunan serta
alokasi sumberdaya. Pada tahap evaluasi strategi dilakukan pengukuran dan
2.4.3. Analisis Lingkungan Eksternal dan Internal
Analisis lingkungan internal adalah lebih pada analisis internal
perusahaan dalam rangka menilai atau mengindentifikasi kekuatan dan
kelemahan dari tiap-tiap divisi (Rangkuti, 2000). Analisa lingkungan internal
perusahaan merupakan proses untuk menentukan dimana perusahaan atau
pemerintah daerah mempunyai kemampuan yang efektif sehingga perusahaan
dapat memanfaatkan peluang secara efektif dan dapat menangani ancaman di
dalam lingkungan.
David (2006), menyebutkan sosial-faktor lingkungan yang akan
dianalisa berhubungan dengan kegiatan fungsional perusahaan diantaranya
adalah bidang manajemen, sumberdaya manusia, keuangan, produksi,
pemasaran, dan oragnisasi. Analisis lingkungan internal ini pada akhirnya akan
mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan yang dimiliki perusahaan.
Sedangkan sosial lingkungan eksternal yang dianalisa adalah terdiri
dari lingkungan makro dan mikro. Lingkungan makro adalah lingkungan yang
secara tidak langsung mempengaruhi keputusan dalam jangka panjang.
Lingkungan ini terdiri dari sosial ekonomi, sosial budaya, dan teknologi.
Sedangkan lingkungan mikro adalah kegiatan perusahaan yang secara
langsung mempengaruhi kegiatan perusahaan itu sendiri. Lingkungan mikro
terdiri dari pesaing, kreditur, pemasok, dan pelanggan.
Analisa lingkungan eksternal untuk mengidentifikasi peluang dan
menguntungkan bagi perusahaan, sedangkan ancaman adalah keadaan yang tidak
menguntungkan bagi perusahaan.
Penelitian mengenai strategi pengembangan kopi dilakukan dengan
mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang berkaitan dengan kopi
Kabupaten Aceh Tengah. Untuk mengetahui alternatif strategi pengembangan
kopi, maka identifikasi faktor internal dan eksternal dianalisis dengan analisis
SWOT.
Dari alternatif yang sudah didapat, selanjutnya dilakukan analisis dan
evaluasi strategi sebelum tahap penetapan rencana strategi, setelah evaluasi
dilakukan maka dilanjutkan dengan tahap terakhir menetapkan rencana
strategis pengembangan kopi Kabupaten Aceh Tengah, untuk lebih ringkasnya
Permasalahan Agribisnis Kopi Kabupaten Aceh Tengah
Faktor-faktor keragaan sumber daya :
Sumberdaya alam dan lingkungan
Sumber daya manusia
Sumberdaya sosial dan kelembagaan
Sumberdaya buatan
Faktor Strategi
Analisis SWOT
Internal Eksternal
Kedaaan sumber daya manusia
Ketersediaan lahan
Akses transportasi
Keadaan sumber daya alam
Penggunaan teknologi tradisional
Ketersediaan dana
Lembaga Pembina, penelitian dan pelatihan
Pasar yang masih terbuka baik domestic maupun luar negri
Tumbuhnya CU
Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi
Pertumbuhan ekonomi
Ketidakpastian iklim global
Fluktuasi harga kopi
Keamanan berusaha
Gambar 1 .Skema Kerangka Pemikiran
III. METODE PENELITIAN
3.1. Metode Pemilihan Lokasi
Penelitian dilakukan di Kabupaten Aceh Tengah Propinsi Aceh. Pemilihan
daerah penelitian ini dilakukan dengan sengaja (purposive) dengan beberapa
pertimbangan. Pertimbangan pertama, Kabupaten Aceh Tengah adalah salah satu
kabupaten penghasil kopi di Propinsi Aceh Pertimbangan kedua, Kabupaten
Aceh Tengah mempunyai potensi sumberdaya alam khususnya lahan
pertanian yang subur, sumberdaya manusia yang memiliki semangat kerja
keras dan budaya bertani yang turun-temurun.
3.2. Metode Pengambilan Sampel
Responden penelitian ini terdiri dari 3 komponen adalah petani kopi sebagai produser, pedagang pengumpul/pengusaha industri kopi, aparatur pemerintah. Prosedur yang digunakan dalam penentuan sampel adalah prosedur sampling non-probabilitas. Pengambilan pedagang pengumpul dan aparatur pemerintah
menggunakan teknik snowball sampling yaitu cara pengambilan sampel secara berantai, dimulai dari satu responden dan selanjutnya responden tersebut
populasi sebanyak 53 petani, dari populasi diambil sampel dengan menggunakan
persamaan Taro Yamane :
n=
1
2 + Nd
N
(Yamane dalam Rahmat, 1997)
dimana :
n = Sampel
N = Populasi
d = Presisi (10%)
Berdasarkan rumus tersebut di atas maka dapat dihitung jumlah responden
(sampel) yaitu :
Selain sampel petani sebanyak 35 orang, penelitian ini juga menggunakan
pedagang pengumpul/pengusaha sebanyak 7 orang dan aparatur pemerintah
sebanyak 6 orang sehingga total seluruh sampel penelitian adalah 35+7+6 = 48
orang.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dan pengisian kuisioner
oleh responden, yang bertujuan untuk memperoleh informasi dan masukan
tentang kendala dan upaya yang harus dilakukan dalam pengembangan komoditas
kopi di Kabupaten Aceh Tengah. Data sekunder yang dikumpulkan yaitu data
sumberdaya fisik lahan, data produktivitas sumberdaya alam, data sumberdaya
buatan, data sumberdaya manusia dan data PDRB sektor pertanian yang
terkait dengan penelitian. Data tersebut diperoleh dari instansi seperti, Kantor
Bappeda Aceh Tengah, Dinas Perkebunan Aceh Tengah, BPS Aceh Tengah dan
dinas-dinas terkait dalam pengembangan kopi di Aceh Tengah pada Tabel 5.
Tabel 5. Data dan Pengambilan Data
Data Sumber Metode
Luas lahan, produksi dan Dinas Perkebunan Survey produktivitas Kab.Aceh Tengah
Ketersediaan Dana Pemerintah Survey Lembaga pembinaan, Dinas Perkebunan Survey Penelitian dan pelatihan Kab.Aceh Tengah
Pemasaran Kopi Pedagang pengumpul dan Survey Pengusaha Industri Kopi
Otonomi daerah Pemda Kab.Aceh Tengah Survey
Fluktuasi Harga Kopi Pedagang Pengumpul dan
3.4. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam menjelaskan identifikasi
masalah adalah dengan analisi deskriptif, yaitu dengan matrik SWOT. Matrik ini
menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang
dihadapi Kabupaten Aceh Tengah disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan
yang dimilikinya. Analisis SWOT menyediakan pemahaman realistis tentang
hubungan suatu organisasai dengan lingkungannya untuk mendapatkan
terciptanya strategi yang dapat memaksimumkan kekuatan dan peluang serta
meminimumkan kelemahan dan ancaman yang ada. Selanjutnya untuk
mengetahui hasil analisis berada diposisi mana, dapat dilihat pada gambar berikut
ini (Rangkuti, 2008)
3.Mendukung startegi turn around 1.Mendukung strategi agresif
4.Mendukung strategi defensif 2. Mendukung strategi diversifikasi
Gambar 2. Diagram Analisis SWOT
Peluang
Ancaman
Kuadran 1 : Merupakan situasi yang sangat menguntungkan, organisasi memiliki
peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang
ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah
mendukung kebijakan yang agresif.
Kuadran 2 : Meskipun menghadapi berbagai ancaman, organisasi masih memiliki
kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus digunakan adalah
menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka
panjang dengan cara strategi diversifikasi.
Kuadran 3 : Organisasi menghadapi peluang yang sangat besar, tetapi dilain
pihak harus mengahadapi beberapa kendala/kelemahan internal.
Fokus strategi organisasi adalah meminimalkan masalah-masalah
internal organisasi.
Kuadran 4 : Merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, organisai
menghadapai berbagai ancaman dan kelemahan internal.
Langkah-langkah pembuatan SWOT, sebagai berikut :
1. Metode SWOT yaitu metode penyusunan strategi dengan mengevaluasi
kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan
ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Strategi
yang disusun adalah strategi yang akan dilaksanakan oleh petani, pedagang
pengumpul/pengusaha kopi, aparatur pemerintah. Langkah-langkah yang
dilakukan adalah : a. Mengidentifikasikasi faktor-faktor yang berpengaruh
c.Faktor strategis tersebut dibedakan atas faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal adalah faktor yang dapat dikendalikan oleh petani, pedagang
pengumpul/pengusaha industri kopi, aparatur pemerintah. Faktor eksternal
adalah faktor yang tidak dapat dikendaliakan oleh petani, pedagang
pengumpul/pengusaha industri kopi, aparatur pemerintah.
2. Penentuan faktor S, W, O dan T berdasarkan skor.
Setelah diklasifikasi faktor-faktor internal dan eksternal, kemudian disusun
kuesioner yang akan ditanyakan kepada responden untuk memperoleh
penilaian setiap faktor. Nilai skor berkisar antara 1 dan 4, dari penilaian
terendah sampai tertinggi. Untuk faktor internal, skor 1 dan 2 menunjukkan
Kelemahan (Weakness) sedangkan 3 dan 4 menunjukkan Kekuatan (Strength).
Untuk faktor Eksternal, skor 1 dan 2 menunjukkan Ancaman (Threat)
sedangkan 3 dan 4 menunjukkan peluang (Opportunity). Setelah diperoleh skor
tiap faktor dari setiap responden, kemudian dicari nilai rata-rata aritmatika dari
seluruh responden.
3. Penentuan Bobot
Setelah diperoleh skor tiap faktor kemudian dilakukan pembobotan setiap
faktor. Pembobotan ini dilakukan dengan cara tehnik komparasi berpasangan
dengan memakai pembobotan yang dilakukan oleh Saaty (1998). Metode ini
menggunakan model Pairwise Comparision Scale yaitu dengan
membandingkan faktor yang satu dengan faktor lainnya dalam satu hirarki
berpasangan, sehingga diperoleh nilai kepentingan dari masing-masing faktor.
responden untuk membedakan nilai antar faktor yang dipasangkan. Semakin
besar kemampuan responden untuk membedakan, maka akan semakin rinci
juga pembagian nilanya. Nilai dari masing-masing faktor tidak lepas dari skala
banding berpasangan yang ditemukan oleh Saaty (1998) dengan tingkat
perbandingan :
Kepentingan Definisi Penjelasan
1 Kedua elemen sama pentingnya Kedua elemen mempunyai pengaruh yang sama terhadap tujuan yang akan dicapai
2 Elemen yang satu lebih penting Penilaian lebih sedikit dari elemen lainnya mempengaruhi satu faktor dibandingkan faktor lainnya
3 Satu faktor mutlak lebih Faktor tersebut paling penting dari dari faktor lainnya dari faktor lainnya yang memiliki tingkat penegasan tertinggi.
4. Matriks Perbandingan Seluruh Faktor untuk tiap responden
Setelah diperoleh nilai kepentingan masing-masing faktor dari tiap responden
selanjutnya dibuat matriks penilaian tiap responden yang akan menjadi bobot
dari tiap faktor.
5. Matriks perbandingan seluruh faktor untuk seluruh responden
Setelah diperoleh matriks perbandingan penilaian tiap faktor dari setiap
responden, kemudian dicari nilai rata-rata geometris perbandingan dari seluruh
responden dengan rumus :
G =
X2 = Nilai untuk responden 2
X3 = Nilai untuk respoden 3
6. Normalitas dan rata-rata bobot
Setelah diketahui nilai rata-rata geometris, kemudian nilai rata-rata tersebut
dinormalisasikan untuk mendapatkan nilai dari masing-masing faktor strategis.
Nilai inilah yang akan menjadi bobot faktor-faktor strategis pengembangan
agribisnis kopi di Kabupaten Aceh Tengah.
7. Menentukan skor terbobot dan prioritas
Setelah diperoleh bobot tiap faktor strategis, dicari skor terbobot dengan cara
mengalikan skor dari dari tiap faktor dengan bobot yang diperoleh dengan tiap
faktor.
8. Penyusunan strategi dengan menggunakan matriks SWOT
Selanjutnya menyusun faktor-faktor strategis dengan menggunakan matriks
Gambar 3 . Matrik SWOT
3.4.1. Matriks Faktor Strategi Eksternal
Sebelum membuat matriks faktor strategi eksternal, kita perlu mengetahui
terlebih dahulu faktor strategi eksternal (EFAS). Berikut ini adalah cara-cara
penentuan Faktor Strategi Eksternal (EFAS) :
1. Menyusun dalam kolom 1 (5 sampai dengan 10 peluang dan ancaman )
2. Memberi bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1 (sangat
penting) sampai dengan 0 (tidak penting). Faktor-faktor tersebut kemungkinan
dapat memberikan dampak terhadap faktor strategis.
3. Menghitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan
memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor)
berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang
bersangkutan. Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif
(peluang yang semakin besar diberi rating 4, tetapi jika peluangnya kecil,
Misalnya, jika nilai ancamannya sangat besar, ratingnya adalah 1. Sebaliknya
jika ancamannya sedikit ratingnya 4.
4. Mengalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk
memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor
pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4
(outstanding) sampai dengan 1 (poor).
5. Menggunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa
faktor-faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya dihitung.
6. Menjumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4) untuk memperoleh skor
pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan.Nilai total ini menunjukkan
bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis
eksternalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk membandingkan
perusahaan ini dengan perusahaan lainnya dengan kelompok industri yang
3.4.2. Matriks Faktor Strategi Internal
Faktor-faktor strategis internal perusahaan yang diidentifikasikan akan
disusun dalam table IFAS (Internal Strategic Factors Analysis) dengan tujuan
untuk merumuskan faktor-faktor startegis internal tersebut dalam kerangka
Strenght and Weakness perusahaan. Tahapannya adalah sebagai berikut :
1. Menentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan perusahaan
dalam kolom 1.
2. Memberi bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1
(paling penting) samapai dengan 0 (tidak penting) berdasarkan pengaruh
faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan . (semua bobot
tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1).
3. Menghitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan
memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor)
berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang
bersangkutan. Variabel yang bersifat positif (semua variable yang masuk
kategori kekuatan ) diberi nilai mulai dari 1 sampai dengan 4 (sangat baik)
dengan membandingkan dengan rata-rata industri atau dengan pesaing
utama.Sedangkan variabel yang bersifat negatif kebalikannya.
4. Mengalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk
memperoleh faktor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya
bervariasi mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor).
5. Menggunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa
6. Menjumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4) untuk memperoleh skor
pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan
bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis
internalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan
ini dengan perusahaan lainnya dalam kelompok industri yang sana
(Rangkuti,2008).
Tabel 6. Matriks Faktor Strategi Eksternal
Faktor-faktor
Strategi Eksternal
Bobot Rating Bobot x Rating
Peluang 1. 2. 3. 4.
Ancaman 1.
2. 3. 4.
Tabel 7. Matriks Faktor Strategi Internal
Faktor-faktor Strategi Eksternal
Bobot Rating Bobot x Rating
Kekuatan 1.
2. 3. 4.
Kelemahan 1.
2. 3. 4.
Total 100
Berdasarkan Tabel 6 dan Tabel 7, tahapan yang dilakukan dalam
menentukan faktor strateginya adalah menentukan faktor-faktor yang menjadi
kekuatan kelemahan serta peluang ancaman dalam kolom 1, lalu diberi bobot
masing-masing faktor tersebut yang jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 100
pada kolom 3.
3.4.3. Matriks SWOT
Alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan
adalah matriks SWOT. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana
peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan
dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matrik ini dapat menghasilkan
a.Strategi SO
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan
memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang
sebesar-besarnya.
b.Strategi ST
Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk
mengatasi ancaman.
c.Strategi WO
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara
meminimalkan kelemahan yang ada.
d.Strategi WT
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive dan berusaha
meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
3.5. Definisi dan Batasan Operasional
3.5.1. Definisi Operasional
1. Strategi adalah tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan peningkatan
pengembangan dengan cara memanfatkan kekuatan dan peluang yang ada.
Memperkecil kelemahan dan ancaman dengan cara memanfaatkan kekuatan
dan peluang tersebut. Sehingga apa yang menjadi tujuan dapat tercapai dengan
hasil yang maksimal.
2. Analisis SWOT adalah untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan
(weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam
mengidentifikasikan faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang
tidak dalam mencapai tujuan tersebut.
3. Faktor internal adalah keadaan sumber daya manusia, ketersediaan lahan,
keamanan berusaha, akses transfortasi, keadaan sumber daya alam,
penggunaan teknologi tradisional, ketresediaan dana, lembaga Pembina
penelitian dan pelatihan, pemasaran kopi, dukungan kebijakan pemerintah
daerah merupakan kekuatan dan kelemahan strategi pengembangan agribisnis
kopi.
4. Faktor eksternal adalah otonomi daerah, tumbuhnya asosiasi, pasar yang
terbuka baik domestik maupun luar negeri, tumbuhnya CU, perdagangan
bebas, perkembangan teknologi dan komunikasi dan informasi, pertumbuhan
ekonomi, ketidakpastian iklim global, fluktuasi harga kopi.
3.5.2. Batasan Operasional
1. Petani kopi ditiap kecamatan terpilih yang lebih mengetahui permasalahan
dalam pengembangan kopi di Kabupaten Aceh Tengah
2. Pedagang pengumpul dan pengusaha industri kopi yang sudah mengetahui
bagaimana cara penjualan kopi untuk diekspor yang ada di Kabupaten Aceh
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Daerah Penelitian
4.1.1. Letak Geografis dan Batas Wilayah
Kabupaten Aceh Tengah memiliki luas 445.404,12 Ha yang secara
geografis terletak pada 4022’ 14,42” – 4042’ 40,8” LU dan 960 15’ 23,6” – 970
Sebelah Utara
22’
10,76” BT. Batas administratif Kabupaten Aceh Tengah sebagai berikut:
: Kabupaten Bener Meriah, Bireuen dan Pidie
Sebelah Selatan : Kabupaten Aceh Timur dan Gayo Lues
Sebelah Timur : Kabupaten Gayo Lues, Aceh Barat dan Nagan Raya
Sebelah Barat : Kabupaten Aceh Barat, Nagan Raya dan Pidie
4.1.2. Iklim
Kabupaten Aceh Tengah beriklim tropis, tergolong ke dalam tipe iklim B
menurut Schimidt Ferguson. Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Januari sampai
dengan Juli, dan musim hujan berlangsung dari bulan Agustus sampai bulan Desember.
Curah hujan berkisar antara 1.082 sampai dengan 2.409 Milimeter per tahun
dengan jumlah hari hujan antara 113 sampai dengan 160 hari per tahun. Tingkat curah
hujan tertinggi terjadi pada bulan November yang mencapai 316,5 mm, terendah pada
umumnya terjadi pada bulan Juli mencapai 6,2 mm.