• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPUASAN PERKAWINAN PADA PASANGAN BEDA USIA (Studi Pada Istri Yang Berusia Lebih Tua Daripada Usia Suami)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEPUASAN PERKAWINAN PADA PASANGAN BEDA USIA (Studi Pada Istri Yang Berusia Lebih Tua Daripada Usia Suami)"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkawinan merupakan komitmen emosional dan hukum dari dua orang untuk berbagi keintiman secara emosional maupun fisik, berbagi tugas/peran, dan sumber daya ekonomi (Olson & DeFrain, 2000). Begitu pun halnya dengan Santrock (1995) yang mendefinisikan pernikahan adalah bersatunya dua individu sebagai persatuan dua sistem keluarga secara menyeluruh serta membangunan sebuah sistem keluarga yang baru.

Hal tersebut menjelaskan bahwa pernikahan merupakan pemenuhan kebutuhan manusia secara sosial antara suami dan istri guna membangun relasi yang baik dan saling melengkapi dintaranya (Murtadho, 2009). Menurut Hatfield & Rapson kebahagiaan dalam perkawinan adalah harapan setiap pasangan suami istri sehingga perlu adanya suatu pembuktikan bahwa sebuah pernikahan tersebut dikatakan bahagia atau tidak bahagia terutama bagi pasangan yang telah lama menikah ( Matlin, 2004).

Menurut hasil penelitian Kusumastuti (2008) yang berkaitan dengan kepuasan perkawinan melalui proses ta’aruf menjelaskan bahwa perkawinan itu dapat dikatakan mencapai kepuasan apabila kedua pasangan dapat sepenuhnya menerima pasangannya dan kepuasan itu dapat dirasakan dari waktu ke waktu. Oleh karena itu pada masing-masing pasangan harus mengenal baik kepribadian diri, karakteristik, sifat, kecenderungan positif maupun negatif, motivasi dalam mencari suami/istri, prioritas dan kebutuhan hidup, serta kebiasaan dari masing-masing pasangan.

(2)

2

pernikahan tersebut timbul karena tidak tercapainya harapan tersebut (Santrock, 1995).

Berdasarkan data Direktorat Jenderal (Dirjen) Badan Peradilan Agama Makamah Agung RI pada tahun 2009 bahwa jumlah penceraian di seluruh Pengadilan agama di Indonesia mencapai 32.931 kasus perceraian, yang dilatar belakangi oleh berbagai penyebabnya diantaranya masalah perekonomian, KDRT, serta perselingkuhan (Depag, 2009). Hal tersebut berawal dari ketidakpuasan dalam perkawinan mereka sehingga memicu munculnya perceraian walaupun memberikan dampak yang besar terhadap masing-masing pasangan maupun anggota keluarga yang lainnya serta cenderung mengalami gangguan fisik maupun psikis bagi keduanya (Santrock, 1995).

Wendy Wood dan rekan-rekannya telah melakukan penelitian mengenai status perkawinan menyimpulkan bahwa laki-laki dan perempuan merasa bahagia karena mereka telah menikah daripada mereka tidak menikah. Selain itu Matlin pun menjelaskan bahwa dalam perkawinan kebutuhan emosional mereka dapat terpenuhi serta dapat meningkatkan kualitas hidup mereka satu sama lainnya (Matlin, 2004).

Dalam mencapai kepuasan perkawinan diperlukan adanya penyesuaian yang dilakukan oleh setiap pasangan suami istri, namun sulit atau tidaknya penyesuaian dalam perkawinan tergantung banyak faktor yang berperan didalamnya diantaranya citra mengenai pasangan yang ideal, pengalaman masa muda, kesamaan latar belakang, minat bersama, kesamaan nilai yang dianut, pandangan mengenai peranan serta penyesuaian pola hidup (Hurlock dalam Mapiare, 1983)

(3)

3

Menurut Haynes, salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan perkawinan yaitu adanya komunikasi yang efektif antara suami-istri dengan baik serta dapat saling menyesuaikan dan dapat menerima perilaku pasangan, oleh karena itu komunikasi yang baik dalam hubungan suami istri dapat meningkatkan kualitas membina hubungan serta mengurangi kecenderungan untuk terjadinya salah paham dan ketidakmampuan untuk mengerti satu sama lainnya (Bagus, 2002).

Dalam kepuasan perkawinan perlu adanya dukungan dengan menciptakan dan memelihara sensitivitas, cinta, saling percaya, berfikir positif, dan tetap pada komitmen yang diucapkan saat mengikat janji bersama (Kertamuda, 2009).

Kesuksesan pada perkawinan terletak pada saat pasangan telah mencapai tingkat kepuasan pribadi yang tinggi serta yakin bahwa kebutuhan fisik, emosi, dan psikologi dapat terpenuhi serta mereka dapat menemukan kepuasan yang diharapkan dalam situasi tersebut. Oleh karena itu Stinnelt dkk menunjukkan beberapa faktor pra-perkawinan yang dapat mempengaruhi kepuasan perkawinan dimasa akan datang antara lain pengetahuan yang terbatas, pendapatan yang rendah serta sulitnya mendapat pekerjaan, latarbelakang finansial yang buruk, kehamilan luar nikah, kedewasaan emosional, kurangnya kesadaran diri, serta lambatnya pertumbuhan pribadi, usia pernikahan serta kedewasaan orang yang menikah. Selain itu Stinnelt juga menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang menjadi pemicu munculnya permasalahan dalam pernikahan (Stinnelt. dkk, 1986).

(4)

4

Menurut Mappiare (1983) menjelaskan bahwa usia seseorang seringkali berkaitan erat dengan perkembangan psikologisnya, pertumbuhan ekonomi, serta pertumbuhan sosialnya, sehingga perbedaan jarak usia yang terlalu jauh dalam perkawinan cenderung akan membawa banyak perbedaan yang menyulitkan sepasang manusia itu untuk menyamakan pendapat dan menyatukan pikiran karena tidak dapat dipungkiri bahwa usia membawa pengaruh terhadap cara seseorang memandang dan menilai tentang segala sesuatu yang ada di sekitarnya.

Menurut tugas pekembangannya, pertumbuhan pada masa pubertas anak perempuan jauh lebih cepat 2 sampai 3 tahun lebih cepat daripada anak laki-laki. Dimana pada masa pubertas pertumbuhan anak perempuan secara fisik atau jasmaniah berjalan sejak usia 12 tahun hingga usia 15 atau 16 tahun sedangkan pada anak laki berjalan sejak usia 14 tahun hingga 15 tahun ( Soesnowindradini, tt). Ada beberapa perbedaan pada perkembangan konsep diri pada anak wanita dan anak pria, dimana anak wanita cenderung memiliki ketajaman emosi, kehalusan perasaan berorientasi untuk mampu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga serta ketelitian dalam melakukan perkerjaan rumah, sedangkan anak laki-laki-laki berorientasi pada karier dan komitmen (Santrock, 1995). Oleh karena itu wanita cenderung memiliki perkembangan yang lebih cepat dalam pola pikir, sikap, tujuan hidup/cita-cita, serta tanggung jawab daripada laki-laki.

Berdasarkan penelitian Hayati (2009) mengenai perkawinan beda usia bahwa faktor yang mempengaruhi seorang pria menikahi seorang wanita yang berusia jauh lebih tua yaitu karakter pribadi yang kurang matang, adanya identifikasi figure tertentu pada diri pasangan yang diharapkan, adanya keyakinan bahwa wanita muda tidak mampu diandalkan dalam urusan rumah tangga, serta adanya kehadiran pasangan sebagai sososk yang memenuhi kebutuhan yang dimiliki dan dicintainya (belonging and love) yang sempat terhenti.

Menurut Walgito, bila ada perbedaan usia antara suami dan istri, maka lebih disarankan suami sebaiknya lebih tua dari istri, sehingga suami akan dapat membimbing istrinya dengan penuh pengertian untuk menuju tujuan yang dicita-citakan dalam pernikahan (dalam Hayati, 2009).

(5)

5

disebut ”daun muda” atau ”brondong” sehingga muncul perasaan malu serta kurang percaya diri bagi sebagian besar wanita dan seringkali disebut dengan oedipus complex yang merupakan suatu gangguan mental, (2) Adanya ketidak seimbangan kekuasaan (power balance), dimana istri lebih memiliki pengaruh, tekanan, dan kekuatan lebih mendominasi dalam mengatur, menentukan keputusan dalam rumah tangga di bandingkan suami, (3) Munculnya persepsi daya tarik, yang seringkali muncul dari istri terhadap daya tarik fisiknya terlebih bagi istri yang menjelang masa menopause yang menyebabkan terganggunya kebutuhan seksual serta muncul perasaan khawatir kehilangan cinta dan perhatian suaminya (Nita, 2009).

DeVito menjelaskan bahwa munculnya permasalahan tersebut dapat mempengaruhi kualitas perkawinan, salah satunya adalah ketidakseimbangan kekuasaan dalam rumah tangga baik dalam hal mengambil keputusan, mengatur dan menentukan segala sesuatu dalam rumah tangga sehingga ada salah satu pihak yang lebih mendominasi pihak lain (Bagus, 2002). Hal tersebut dikarenakan adanya pihak suami/istri yang akan merasa tidak nyaman sehingga muncul rasa tertekan, penderitaan, bahkan seringnya muncul pertentangan diantara keduanya.

Selain itu Hayati (2009) menjelaskan dalam penelitiannya bahwa munculnya permasalahan pada perkawinan beda usia jauh terutama pada suami yaitu dikarenakan adanya perbedaan kematangan kepribadian, kesenjangan kondisi fisiologis, dan perbedaan minat perkembangan antara suami dengan pasangan. Hal tersebut kemudian secara tidak langsung menimbulkan masalah tersendiri dalam perkawinannya, sehingga suami cenderung menghindar, mengabaikan, dan menunjukkan perilaku pasif agresif.

Menurut Bagus (2002) ada beberapa hal yang berkaitan dengan ketidakseimbangan pada kepuasan perkawinan, diantaranya kekuasaan, kepuasan seks, saling berbagi dengan pasangannya (sosialability) dan lainnya. Menurut Van Lange kepuasan perkawinan dipengaruhi oleh kesediaan berkurban suami-istri, sedangkan kesediaan berkurban itu dipengaruhi oleh komitmen

(6)

6

diinginkan dengan kondisi dan situasi senyatanya yang dihadapi oleh pasangan suami-istri (Carp & Carp dalam Bagus, 2002)

Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian secara lebih mendalam tentang faktor-faktor yang melatarbelakangi kepuasan perkawinan pada pasangan beda usia dimana istri berusia lebih tua daripada suami.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kepuasan perkawinan pada pasangan yang beda usia (usia istri lebih tua daripada suami)?

2. Faktor-faktor apa sajakah yang melatar belakangi kepuasan pernikahan pada pasangan beda usia tersebut?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kepuasan perkawinan serta faktor-faktor yang melatar belakangi kepuasan pernikahan pada pasangan beda usia (usia istri lebih tua daripada suami).

D. Manfaat Penelitian

1. Praktis

Untuk memberikan wawasan terutama kepada pasangan suami istri serta lembaga-lembaga yang berkaitan dengan perkawinan tentang kepuasan perkawinan serta faktor-faktor yang melatarbelakangi kepuasan perkawinan pada pasangan beda usia tersebut (usia istri lebih tua daripada suami) sehingga dapat menciptakan kebahagiaan dalam perkawinan.

2. Teoritis

(7)

KEPUASAN PERKAWINAN PADA PASANGAN BEDA USIA

(Studi Pada Istri Yang Berusia Lebih Tua Daripada Usia Suami)

SKRIPSI

Oleh :

KARTIKA DEWI ANJANI

05810121

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(8)

KEPUASAN PERKAWINAN PADA PASANGAN BEDA USIA

(Studi Pada Istri Yang Berusia Lebih Tua Daripada Usia Suami)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Psikologi

Oleh :

KARTIKA DEWI ANJANI

05810121

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(9)
(10)
(11)
(12)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Kepuasan Perkawinan Pada Pasangan Beda Usia (Studi Pada Istri Berusia Lebih Tua Daripada Usia Suami)”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan petunjuk serta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Drs. Tulus Winarsunu, M.Si selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

2. Dra. Tri Dayakisni, M.Si dan Ni’matuzahroh, S.Psi, M.Si selaku pembimbing I dan pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berguna, hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3. Dra. Hudaniah, M.Si selaku dosen wali yang telah mendukung dan memberi pengarahan sejak awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini.

4. Suamiku tersayang Iit Hadi Winarno, ST dan Ananda tercinta Mu’afi Ahmad Maulana, yang menjadi semangat untuk bunda dan selalu memberikan doa dalam setiap langkah bunda, ”kalian adalah belahan jiwa bunda” .

5. Bude Enny dan Pakde Frans di Atambua serta mama Tri dan seluruh keluarga besar Sawo yang selalu tiada henti memberikan dukungan tak terhingga dan doanya bagi penulis.

6. Keluarga besar Malang (Om Yul, Tante Ning, Aunty Putri, Bunda Sinta, Deddy Havy) serta keluarga besar Kediri (Mbah Kasemi, Bapak Yanto, Ninta, Meti) atas doa dan semangatnya... ”ini semua berkat doa kalian..”

(13)

bimbingan penuh selama menyelesaikan tugas ini, ”semangat ibu sungguh berarti buat saya”.

8. Serta seluruh teman, sahabat, saudara, serta pihak-pihak yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam membantu penelitian ini.

Penulis menyadari tiada satupun karya manusia yang sempurna, sehingga kritik dan saran demi perbaikan karya skripsi ini sangat penulis harapkan. Meski demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya.

Malang, 18 Februari 2011 Penulis

(14)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

INTISARI ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Perkawinan ... 7

1. Pengertian perkawinan ... 7

2. Tujuan perkawinan ... 8

3. Tahapan dalam perkawinan ... 9

4. Penyesuaian dalam perkawinan ... 9

B. Kepuasan Perkawinan ... 12

1. Pengertian kepuasan perkawinan ... 12

2. Faktor-faktor kepuasan perkawinan ... 13

(15)

4. Konflik dalam perkawinan yang mempengaruhi

kepuasan perkawinan ... 17

5. Kepuasan perkawinan pada pasangan beda usia dimana istri berusia lebih tua dari suami ... 18

C. Kerangka Berfikir ... 20

BAB III METODE PENELITIAN ... 21

A. Rancangan Penelitian ... 21

B. Batasan Istilah ... 21

C. Subyek penelitian dan informan ... 22

D. Konteks Penelitian ... 23

E. Jenis data, instrument penelitian dan metode pengumpulan data ... 24

F. Prosedur Penelitian ... 25

G. Metode Analisa Data ... 27

H. Keabsahan Data ... 28

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ... 29

A. Hasil penelitian ... 29

1. Deskripsi subyek dan informan penelitian ... 29

2. Deskripsi Data Hasil wawancara ... 30

B. Hasil Analisa Data ... 43

C. Pembahasan ... 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 73

A. Kesimpulan ... 73

B. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 76

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Guide Interview Kepuasan Perkawinan Beda Usia ...78

Lampiran 2 Identitas Subyek ...80

Lampiran 3 Identitas Subyek 1 dan Verbatim wawancara ...81

Lampiran 4 Identitas Subyek 2 dan Verbatim wawancara ...86

Lampiran 5 Identitas Subyek 3 dan Verbatim wawancara ...91

Lampiran 6 Identitas Subyek 4 dan Verbatim wawancara ...95

Lampiran 7 Identitas Subyek 5 dan Verbatim wawancara ...98

Lampiran 8 Identitas Subyek 6 dan Verbatim wawancara ...101

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Bagus, YW. 2002.Kepuasan perkawinan. tinjauan dari aspek penyesuaian dyadic, kesediaan berkurban, komitmen perkawinan dan kesetaraan pertukaran pada pengguna metoda KB Sederhana. Disertasi Program Doktor Psikologi. Yogyakarta: Program Pasca Sarjana UGM

Dirjen Badan Peradilan Agama. 2009. Data perceraian di Indonesia. Diakses 14 januari 2010. Dari http/www.badilag.net

Hayati, A. 2009.Pernikahan beda usia jauh (BUJ) (Studi tentang latar belakang permasalahan pernikahan dan koping suami lebih muda dari istri), Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Fakultas Psikologi UMM

Hurlock, EB. 1980. Psikologi perkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan). Jakarta: Erlangga

Kertamuda, FE. 2009. Konseling pernikahan untuk keluarga Iidonesia. Jakarta: Salemba Humanika

Kusumastuti, D. 2008. Kepuasan perkawinan pada pria dan wanita yang menikah melalui proses ta’aruf. Skripsi di Terbitkan. Jakarta: Fakultas Psikologi UI

Mapiare,R. 1983. Psikologi orang dewasa. Surabaya : Usaha Nasional

Matlin, MW. 2004. The psychology of women. Canada: Thomson Press

Monks, FJ. Knoers, AMP. Haditono, SR. 2002. Psikologi perkembangan (pengantar dalam berbagai bagiannya, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Murtadho, A. 2009. Konseling perkawinan perspektif agama-agama. Semarang: Walisongo Press

Papalia, DE. Olds, SW. Fieldman, RD. 2009. Human Development (edisi sepuluh).

Jakarta: Salemba Humanika

Santrock, JW. 2002. Life-span development (edisi kelima). Jakarta: Penerbit Erlangga

Soesnowindradini. Tt. Psikologi perkembangan (masa remaja). Surabaya: Usaha Nasional

(18)

Sukardi, MS. 2006. Penelitian kualitatif-naturalistik dalam pendidikan. Yogyakarta: Penerbit Usaha Keluarga

Olson, JD & Defrain. 2000. Marriages and families: intimacy, diversity, and strengths. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc

Referensi

Dokumen terkait

Strategi yang diperoleh untuk meningkatkan produksi kedelai di daerah penelitian adalah strategi agresif atau strategi SO ( Strengths – Oppurtunities ) yaitu

1) Pasal 160 ayat (3) KUHAP saksi harus mengucapkan sumpah atau janji (sebelum memberikan keterangan). 2) Keterangan saksi harus mengenai peristiwa pidana yang saksi

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Seni dan Desain. © Awit Gending Adriani 2016

Lebih daripada itu, dalam Renstra ini telah termuat visi, misi, sasaran, kebijakan, program dan kegiatan dalam bidang perpustakaan dan kearsipan yang nantinya akan

extract on frogs paralyzed with pancuronium bromide in vivo has been shown at a dosage of 12mg per frog or 400 mg/kgBW, while the whole dose range of extract (6-15mg or

Apabila di kemudian hari jaminan/garansi Bank tersebut tidak sah/tidak benar diterbitkan oleh bank berkenaan dan tidak dapat dicairkan/bank tidak bersedia mencairkan, kami

Disampaikan bahwa sebagai kelanjutan dari proses evaluasi, saudara dimintakan untuk dapat menghadiri acara Pembuktian Kualifikasi dengan membawa serta dokumen (asli beserta satu

• Soal yang menghendaki jawaban yang dapat dinilai benar-salah, dibuat dalam bentuk kata : Bilangan ,Kalimat,Simbol • Untuk mengukur pengetahuan yang. berhubungan dengan