• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA JOB INSECURITY DENGAN EMOTION FOCUS COPING KARYAWAN OUTSOURCING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA JOB INSECURITY DENGAN EMOTION FOCUS COPING KARYAWAN OUTSOURCING"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA JOB INSECURITY DENGAN EMOTION FOCUS

COPING KARYAWAN OUTSOURCING

SKRIPSI

Oleh :

Iin Azizah Sakinah 08810286

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)

HUBUNGAN ANTARA JOB INSECURITY DENGAN EMOTION FOCUS

COPING KARYAWAN OUTSOURCING

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang

sebagai salah satu persyaratan untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Psikologi

Oleh :

Iin Azizah Sakinah 08810286

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(3)
(4)
(5)
(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur Kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan

hidayah-Nya, penulis diberi kemudahan untuk menyelesaikan skripsi ini yang bejudul “Hubungan antara Job Insecurity dengan Emotion Focus Coping Karyawan Outsourcing”, sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang. Penulis sangat berharap segala sesuatu yang

telah penulis lakukan demi menyelesaikan tugas akhir ini mendapat limpahan berkah

dan ridho dari Allah SWT.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini penulis mendapatkan banyak bantuan

dan motivasi yang sangat berharga dari berbagai pihak, tanpa bantuan dan motivasi

dari mereka penulis tidak mungkin dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada

waktunya. Oleh karena itu dalam kesempatan ini dengan segala ketulusan dan

kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih sedalam-dalamnya

kepada :

1. Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si, selaku dekan Fakultas Psikologi

Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Hudaniah M.Si.,Psi dan Tri Muji Ingarianti S.Psi, M.Psi, selaku dosen

pembimbing I dan pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktunya

serta dengan sangat sabar memberikan bimbingan dan arahannya yang sangat

bermanfaat dan berguna sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini

dengan baik.

3. Zakarija Achmad S.Psi, M.Si, selaku dosen wali yang telah mendukung dan

memberikan pengarahan sejak awal perkuliahan hingga selesainya tugas

akhir ini.

4. Kepada Bapak Agus Sunarko dan Bapak Agus Sunaryo, selaku SPO dan

pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya serta memberikan ijin,

dan arahan bagi penulis untuk melakukan penelitian di PT. Bank Rakyat

Indonesia, Cabang Blitar.

5. Aba dan mama yang selalu memberikan doa, kasih sayang, dan motivasi yang

tiada hentinya sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas akhir ini. Kalian

(7)

6. Amma dan kakak – kakakku tercinta, amma dj, kak ida, kak fuad, kak fara, kak mues, yang selalu memberikan dukungan, motivasi, dan membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. “Phino-Q”, terima kasih telah menjadi motivator dan terus mengkritikku, serta memberikan semangat hingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

8. Annis, One, Winda, Ami, Inda tanpa H, Yudish, terima kasih atas semangat

yang kalian berikan dan terima kasih telah menjadi sahabat terbaikku selama

ini.

9. Gigit, befris, fara terima kasih telah menjadi teman diskusi yang

menyenangkan sehingga penulis tidak terlalu stres saat menyelesaikan skripsi

ini.

10.Teman-teman angkatan 2008 khususnya kelas E yang selalu memberikan

semangat sehingga penulis terdorong untuk menyelesaikan skripsi ini.

11.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak

memberikan bantuan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari tiada satu pun karya manusia yang sempurna, untuk itu

kritik dan saran demi perbaikan tugas akhir ini sangat penulis harapkan. Meski

demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti

khususnya dan pembaca pada umumnya.

Malang, 13 Agustus 2012

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR………... i

INTISARI ………. iii

DAFTAR ISI ……… iv

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR LAMPIRAN……….. vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……….. 1

B. Rumusan Masalah ……… 6

C. Tujuan Penelitian ………. 7

D. Manfaat Penelitian ……….. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Emotion Focus Coping ………. 8

B. Job Insecurity ……… 12

C. Karyawan Outsourcing ………. 15

D. Hubungan Job Insecurity dengan Emotion Focus Coping … 17 E. Kerangka Pemikiran Penelitian………. 20

F. Hipotesis ……… 21

BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian ……… 22

B. Identifikasi Definisi Oprasional Variabel Peneltian ……….. 22

1. Identifikasi variabel penelitian ………. 22

2. Definisi oprasional variabel penelitian ………. 22

C. Populasi dan Sampel ……….. 23

D. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data ……… 24

1. Jenis Data ……….. 24

2. Metode pengumpulan data ……… 24

3. Validitas dan reliabilitas ……… 27

a. Validitas ……….. 27

b. Reliabilitas ………. 29

E. Prosedur Penelitian ………. 31

(9)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data ………. 34

B. Hasil Analisis Data ……….. 36

C. Pembahasan………. 36

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ……… 41

B. Saran –saran ……….. 41

DAFTAR PUSTAKA ……… 43

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

Tabel 3.1 : Blue print skala emotion focus coping……… 26

Tabel 3.2 : Skala penilaian emotion focus coping………. 27

Tabel 3.3 : Analisa kesahihan skala job insecurity……… 28

Tabel 3.4 : Analisa kesahihan skala emotion focus coping……… 29

Tabel 3.5 : Uji reliabilitas aspek skala job insecurity………. 30

Tabel 3.6 : Uji reliabilitas skala emotion focus coping……….. 31

Tabel 4.7 : Tabulasi silang jenis kelamin dan usia responden………... 34

Tabel 4.8 : Tabulasi silang jenis kelamin dan pendidikan responden… 34

Tabel 4.9 : Tabulasi silang jenis kelamin dan lama bekerja……… 35

Tabel 4.10 : Kategori T Score emotion focus coping……… 35

Tabel 4.11 : Kategori T Score job insecurity……….. 35

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi DR. (1992). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta : PT. RinekaCipta

Approaches to coping with stres. Diakses tanggal 7 Februari 2012 dari http://aspsychologyblackpoolsixth.weebly.com/coping.html

Ashford, S., Lee, C., Bobko, P. (1989). Content, causes, and consequences of job insecurity : a theory - based measure and subtantive test. Academy Management Journal Vol 32 No 4. 803-829

Anastasi, A dan Urbina, S. (1997). Tes psikologi jiid 1. Jakarta: PT. Prenhallindo

Azwar, Saifudin Dr, M.A. (1995). Sikap manusia – teori dan pengukurannya, Yogyakarta :PustakaPelajar

Azwar, Saifudin Dr, M.A. (1997). Reliabilitas dan validitas, Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Azwar, Saifudin Dr, M.A. (1998). Metode penelitian, Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Baron, Robert, A., Byrne, Donn. (2005). Psikologi sosial jilid 2, Jakarta : Erlangga

Bungin, Burhan Dr H M Prof. (2008). Metodologi penelitian kuantitatif, Jakarta : KencanaPrenada Media Group

Billing, Andrew, G., Moos, Rudolf., H. (1984). Coping, stress, and social resources among adults with unipolar depression. Journal of Personality and Social Psychology, 46. (4), 877-891. Abstrak diakses 7 Februari 2012 dari

http://psycnet.apa.org/index.cfm?fa=buy.optionToBuy&id=1984-23186-001

Folkman, S., Lazarus, R. S., Schetter, D. C., Delongis, Anita., & Gruen, R. J., (1986). Dynamic of a stressful encounter : cognitive, appraisal, coping, and encounter outcomes. Journal of Personality and Social Psychology, 50. (5), 992-1003

Greenhalg, L. & Z, Rossenbalt. (1984). Job Insecurity : toward conseptual clarity.Journal Academy of Management Review ,9. (4), 438-448

Hadi, Sutrisno. (1986). Metodologi research, Yogyakarta : UniversitasGadjahMada

(13)

Kallat, James W, Shiota, Michelle N. (2007). Emotion, Belmont USA : Thomson Higher Education

Kerlinger, F.N. (2004). Asas – asas penelitian behavioural, Yogyakarta : Gajah Mada University Press

Mc. Crae, Robert, R., (1984). Situational determinants of coping responses : loses, threat, and challenge. Journal of Personality and Social Psychology, 46. (4), 919-928. Abstrak diakses 15 Maret 2012 dari

http://psycnet.apa.org/index.cfm?fa=buy.optionToBuy&id=1984-23131-001

Nugraha, Adhian. (2010). Analisis pengaruh ketidakamanan kerja dan kepuasan kompensasi terhadap kinerja karyawan (Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang)

Ogden, J. (2007). Health psychology, New York USA : Open University Press

Pradiansyah, A. (1999). Menciptakan komunikasi dan sistem SDM yang terpadu:

upaya mewujudkan hubungan industrial yang harmonis, Manajemen

Usahawan Indonesia, 2, 7-11. Diakses tanggal 14 Maret 2012 dari http://www.ppm-manajemen.ac.id/index.php

Papalia, Diane, E., Old, Sally,W., & Feldman, Duskin, R. (2009). Human

development, edisi 10, Perkembangan Manusia, Jakarta : Salemba

Humanika

Rosenblattt, Z. & A, Ruvio. (1996). A test multidimensional model of job

insecurity: the case of israeli teachers. Journal of Organizational Behavior, 17, 587-605

Riyanto, Agus. (2010). Pengolahan dan analisis data kesehatan, Yogyakarta : Nuha Medika

Sarafino, Edward, P. (1976). Health psychology :biopsychosocial interaction second edition, New York : John Wiley & Sons, Inc

Setiawan, Rony. & Hardianto, Bram. (2010). Job insecurity dalam organisasi. Jurnal Ekonomi Jurusan Manajemen. Bandung: Universitas Kristen Maranatha. Diperoleh dari

http://majour.maranatha.edu/index.php/jurnalmanajemen/article/view/206

Sugiyono, Dr, Prof. (2011). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R & D, Bandung : Alfabeta bandung

(14)

Ribuan tenaga kerja outsourcing sektor perbankan akan menganggur. Diakses tanggal 2 Januari 2012 dari http://vibiznews.com/news/banking_insurance//

Smet, Bart. (1994). Psikologi kesehatan, Jakarta : PT. Grasindo

Utami, Dian. (2008). Hubungan antara job insecurity dengan kepuasan kerja karyawan outsourcing (Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Depok)

(15)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Interaksi manusia dengan lingkungannya sering kali menimbulkan berbagai macam masalah mulai dari standar kebutuhan hidup yang terus meningkat, membuat

manusia terus berusaha memenuhi kebutuhannya, namun usaha memenuhi

kebutuhannya itu sering kali menemui hambatan yang menyebabkan manusia

cenderung mengalami tekanan psikologis.

Tekanan psikologis yang terlalu besar dapat mempengaruhi tingkat kemampuan seseorang dalam menghadapi lingkungannya, manusia yang mengalami

tekanan psikologis yang tinggi bisa merasakan kecemasan yang berlebihan jika

mereka mengalami tekanan.

Ketika tekanan psikologis terjadi pada diri seseorang, perilaku coping

dianggap sebagai penyeimbang dalam menghadapi tekanan psikologis tersebut.

Perilaku coping pada dasarnya digunakan untuk menghadapi tekanan yang dialami

individu yang mempuyai masalah, karena individu cenderung memberikan reaksi

terhadap tekanan yang dialaminya.

Coping mengacu sebagai usaha penyeimbang yang membantu individu dalam

mempertahankan penyesuaian, baik penyesuaian psikis maupun penyesuaian sosial

dalam menghadapi suatu ancaman yang bisa membawa seseorang kepada stres.

Menurut Lazarus dan Folkman (Smet, 1994) perilaku coping adalah suatu proses

dimana individu mencoba untuk mengelola jarak dan tuntutan – tuntutan yang ada baik tuntutan yang berasal dari diri individu maupun tuntutan yang berasal dari

lingkungan dengan sumber daya yang mereka gunakan dalam menghadapi situasi

yang penuh dengan stressor. Dalam melakukan coping manusia biasanya memiliki

strategi atau metode. Strategi atau metode coping merujuk pada berbagai upaya, baik

mental maupun perilaku untuk menguasai atau meminimalisir situasi atau kejadian

(16)

2

Salah satu jenis strategi Coping yang digunakan oleh individu adalah emotion focused coping yang merupakan strategi coping dimana individu memberi respon

terhadap situasi stres dengan cara mengatur respon emosionalnya.

Menurut Smet (1994) emotion focused coping digunakan untuk mengatur respon emosional terhadap stres dan tekanan, pengaturan ini melalui perilaku

individu dengan meniadakan faktor – faktor yang tidak menyenangkan melalui strategi kognitif. Bila individu tidak mampu mengubah situasi tekanan maka individu

akan cenderung untuk mencoba mengatur emosinya.

Papalia, Olds, dan Feldman (2009) menjelaskan bahwa emotion focused

coping terkadang disebut juga sebagai coping meredakan (palliative coping), ditujukan agar individu “merasa lebih baik” dengan mengatur respon emosi pada situasi yang menimbulkan stres untuk meredakan akibat fisik dan psikologis. Tipe

coping ini terjadi jika seseorang menyimpulkan bahwa tidak ada hal yang bisa

dilakukan mengenai situasi itu sendiri. Salah satu strategi yang berpusat pada emosi

adalah mengalihkan perhatian dari masalah, menyerah, dan menyangkal bahwa ada

masalah.

Sedangkan menurut Lazarus dan Folkman (1984) (Smet, 1994) mengartikan

bahwa emotion focused coping mengarah ke pengontrolan respon emosi pada

keadaan yang menekan. Seseorang dapat mengatur respon emosi dengan pendekatan

kognitif dan perilaku. Individu cenderung untuk menggunakan pendekatan emosi

ketika mereka percaya bahwa mereka tidak dapat melakukan sesuatu untuk merubah

kondisi yang menekan tersebut. Situasi yang menekan ini biasanya terjadi pada

karyawan- karyawan yang mengalami perubahan organisasi didalam perusahaan atau

karyawan- karywan yang tidak mempunyai kepastian kerja dalam pekerjaannya.

Penelitian yang dilakukan oleh Janet, Amanda, Anisman, Hymie (2005) tentang coping with employment uncertainty: a comparison of employed and

unemployed workers diperoleh bahwa strategi coping yang berbeda terkait dengan

stres yang dirasakan oleh orang-orang yang bekerja versus menganggur. Walaupun

tingkat stres pengangguran lebih tinggi dibandingkan dengan orang-orang yang

bekerja, ketidakpastian kerja memediasi hubungan antara status pekerjaan dan stres

yang dirasakan. Penanganan emotion focused coping yang terkait dengan stres

(17)

3

menurunkan stres yang dirasakan. Sehingga penggunaan penghindaran emosional

sebagai salah satu strategi untuk memoderasi pengaruh ketidakpastian kerja pada

stres yang dirasakan cenderung lebih besar dan dikaitkan dengan tingkat stres yang

lebih tinggi terutama dalam kondisi ketidakpastian kerja.

Selain itu Mc.Crae (1984) menemukan ada perbedaan dalam menggunakan

mekanisme coping dalam situasi yang berbeda. Pada situasi kehilangan seseorang

atau pekerjaan yang tidak dapat diubah, individu sering menggunakan mekanisme

coping ekspresi perasaan (emotion focused coping dan kepercayaan atau iman.

Sedangkan mekanisme seperti berfikir positif, fatalitism dan mencari pertolongan

lebih sering digunakan bila menghadapi situasi yang mengandung ancaman.

Hasil penelitian Billing dan Moos (1984) menemukan korelasi antara jenis

kelamin dan perilaku coping. Walaupun secara umum respon-respon coping antara

pria dan wanita hampir sama, tapi ada perbedaan kecendrungan wanita lebih sering

menggunakan penyaluran emosi (emotion dischange coping) daripada pria sehingga

dalam menggunakan pola perilaku coping, wanita lebih dipengaruhi oleh emosi

sehingga pola pikirnya kurang rasional disbandingkan dengan pria.

Rucholm dan Viverais (1983) dalam penelitiannya tentang ancaman dan

coping menyimpulkan bahwa jika seseorang merasa sangat terancam saat terkena

stressor mereka cenderung menggunakan emotion focused coping terlebih dahulu

baru kemudian menggunakan teknik dari problem focused coping. Hal ini

menunjukkan bahwa jika seseorang dalam kondisi terancam atau ketidakpastian di

dalam pekerjaannya maka mereka cenderung untuk menggunakan emotion focused

coping untuk mengatur respon emosional yang ditimbulkan oleh stress dan

tekanan-tekanan yang dirasakan.

Salah satu pencetus individu menggunakan emotional focus coping karena

timbulnya job insecurity didalam diri mereka. Smithson dan Lewis (2000)

menguraikan job insecurity sebagai kondisi psikologis seseorang (karyawan) yang

menunjukkan rasa bingung atau merasa tidak aman dikarenakan kondisi lingkungan

yang berubah-ubah. Kondisi ini muncul karena banyaknya jenis pekerjaan yang

sifatnya sesaat (Setiawan & Hadiyanto, 2010). Semakin banyaknya jenis pekerjaan

dengan waktu yang sementara atau tidak tetap, menyebabkan semakin banyaknya

(18)

4

Menurut Greenhalgh dan Rosenblatt (1984) job insecurity merupakan

ketidakberdayaan seseorang / perasaan kehilangan kekuasaan untuk mempertahankan

keterkaitan yang diinginkan dalam kondisi situasi kerja. Ketidakpastian keberlanjutan

kontrak kerja dapat menimbulkan job insecurity pada tenaga kerja yang akhirnya

mengarahkan dan mempengaruhi tenaga kerja untuk berperilaku tertentu. Selain itu

adanya job insecurity pada diri karyawan ternyata berakibat pada psikologis

karyawan. Salah satu gangguan atau hambatan tersebut adalah kondisi lingkungan

pekerjaan yang tidak mendukung, karena adanya ketidakpastian dan kekhawatiran

tentang keberlanjutan pekerjaan di dalam perusahaan tersebut. Tidak jarang hal

seperti ini diikuti dengan kondisi seseorang yang memiliki kecocokkan dan

keterikatan dengan perusahaan tempat mereka bekerja. Di satu pihak mereka ingin

terus berada di dalam perusahaan tersebut, sedangkan di pihak lain mereka merasa

bahwa pekerjaan dan keberadaannya dalam perusahaan tersebut terancam.

Job insecurity pada dasarnya selalu dikaitkan dengan kesejahteraan pekerja, komplain kesehatan mental dan fisik, serta sikap kerja (Hellgren, et al., 1999),

menurunnya kepercayaan terhadap organisasi (Ashford, et al., 1989), menurunnya

persepsi terhadap dukungan organisasi (Rossenblatt dan Ruvio, 1996), komitmen

organisasi, bertahan terhadap perubahan, dan rencana berpindah (Ashford, et al.

1989; Ruvio dan Rosenblatt, 1996)

Hasil penelitian Dooley (1987) menerangkan konsekuensi job insecurity yang

dilakukan terhadap 40.000 orang di Amerika Serikat. Hasil penelitian ini menyatakan

persepsi kondisi kerja yang tidak aman sangat menentukan kondisi psikologis

seseorang. Perasaan tidak aman inilah yang melahirkan depresi, stress, kecemasan,

perasaan tidak berharga, putus asa, dan berkurangnya rasa percaya diri (Pradiansyah,

1999).

Job insecurity sebagai suatu kondisi ketenagakerjaan membawa dampak yang

sangat luas, baik secara langsung terhadap karyawan yang dimulai dari segi

psikologis, di mana karyawan merasa tidak nyaman dan merasa terancam akan masa

depannya, maupun dari segi fisiologis, yang bersumber dari efek tekanan psikologis

itu sendiri.

Mohr (2000) membedakan job insecurity dalam empat tahap. Tahap pertama

(19)

5

tingkat pengangguran yang dialami oleh suatu negara. Tahap kedua adalah job

insecurity pada tingkat perusahaan, ketika secara ekonomis kondisi perusahaan

dinyatakan tidak stabil, ancaman yang nyata tentang job insecurity belum jelas.

Periode ini seringkali disebut chronic insecurity. Tahap ketiga adalah job insecurity

akut pada tingkat individu, ketika ancaman yang dipersepsikan menjadi kenyataan

dan downsizing benar-benar menjadi kenyataan. Tahap keempat adalah antisipasi

kehilangan pekerjaan, saat pemecatan telah direncanakan. Pada tiap fase yang

berbeda akan memberikan pengaruh secara psikologis yang berbeda serta diperlukan

strategi coping yang berbeda. Greenhalgh dan Rosenblatt (1984) mengatakan job

insecurity dapat mengakibatkan rasa takut, kehilangan kemampuan, dan kecemasan

(Setiawan & Hadiyanto, 2010).

Job insecurity ini banyak dialami oleh karyawan – karyawan yang berstatus pekerja kontrak atau outsourcing. Dalam concise oxford dictionary, outsourcing (alih

daya) diartikan sebagai pemindahan atau pendelegasian beberapa proses bisnis

kepada suatu badan penyedia jasa, dimana badan penyedia jasa tersebut melakukan

proses administrasi dan manajemen berdasarkan definisi serta kriteria yang telah

disepakati oleh para pihak.

Di Indonesia penggunaan outsourcing ini masih menjadi pro dan kontra

khususnya di dalam dunia perbankan. Bagi perusahaan perbankan menggunakan

outsourcing merupakan hal yang mengguntungkan karena dengan menggunakan

tenaga kerja outsourcing perusahaan bisa lebih berkonsentrasi pada tujuan dan

aktivitas inti perusahaan selain itu dengan menggunakan tenaga kerja outsourcing

perusahaan juga tidak dibebankan dengan permasalahan tunjangan pemutusan

hubungan kerja ketika perusahaan tidak ingin memperpanjang kontrak dengan

dengan tenaga kerja outsourcing. Tenaga kerja outsourcing dikontrak berdasarkan

sistem PKWT (Perjanjian Kerja Waktu Tertentu) baik dengan perusahaan

outsourcing maupun dengan pengguna jasa outsourcing. Didalam perjanjian tersebut

disebutkan bahwa tenaga kerja outsourcing ditempatkan dan bekerja di perusahaan

pemberi kerja atau perusahaan pengguna jasa outsourcing. Tetapi untuk tenaga kerja

outsourcing hal tersebut tidak terlalu menguntungkan karena tidak adanya jaminan

karir serta ketidakpastian tentang kejelasan keberlangsungan pekerjaan selama masa

(20)

6

diperpanjang diperusahaan tersebut. Hal ini menyebabkan tidak adanya job security

(rasa aman dalam bekerja) dan menimbulkan job insecurity bagi tenaga kerja

outsourcing (rasa ketidakamanan dalam bekerja).

Ditambahkan pula dalam sebuah situs berita bisnis online

vibiznew-banking.com (2012, 2 Januari ) menguraikan bahwa ribuan tenaga kerja outsourcing

yang bekerja di sektor perbankan saat ini masih belum jelas nasibnya. Pada 2013

mereka terancam menganggur dikarenakan keluarnya Peraturan Bank Indonesia

(PBI) No. 13/52/PBI/20011 tanggal 9 desember 2011 lalu. Menurut Ketua Umum

Asosiasi Bisnis Alih Daya Indonesia (Abadi) Wisnu Wibowo, PBI tersebut menjadi

tanda tanya bagi ribuan pekerja customer service, customer relation, dan teller yang

selama ini dipakai bank. "Pasalnya dengan berlakunya PBI tersebut pegawai

outsourcing kontraknya saat ini hanya satu tahun saja, dan hanya boleh diperpanjang

setahun lagi, tahun berikutnya tidak boleh lagi. Artinya secara kasar 2013 nanti nasib

pekerja outsourcing masih tanda tanya," kata Wisnu. Ketidakpastian kerja ini

disebabkan oleh masa kerja yang ditentukan berdasarkan kontrak kerja yang telah

ditentukan sebelumnya, sehingga menjelang masa kontrak berakhir terdapat dua

kemungkinan yang akan dihadapi oleh tenaga kerja outsourcing yaitu pemutusan

hubungan kerja atau diperpanjangnya kontrak pada tenaga kerja yang bersangkutan.

Pernyataan ini didukung oleh penelitan Pearce (1998) yang menunjukkan

bahwa tenaga kerja yang berstatus tidak tetap atau kontrak memiliki ketidakamanan

pekerjaan yang lebih tinggi daripada tenaga kerja tetap. Ketidakamanan tersebut

disebabkan perusahaan tidak menjanjikan jaminan rasa aman bahwa tenaga kerja

akan dapat terus bekerja diperusahaan tersebut.

Berdasarkan uraian dan fenomena diatas peneliti tertarik dan ingin mengkaji lebih jauh tentang “Hubungan antara Job Insecurity dengan Emotion Focus Coping Karyawan Outsourcing

B. Rumusan Masalah

Rumusan Masalah pada penelitian ini adalah “ Apakah ada Hubungan Antara

(21)

7

C. Tujuan Penelitian

Adapun penelitian ini mempunyai tujuan yaitu untuk meneliti hubungan

antara job insecurity dengan emotion focused coping pada karyawan outsourcing.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara

teoritis maupun secara praktis.

1. Manfaat teoritis

a. Memperluas pengetahuan penulis dalam masalah manajemen sumber daya

manusia, khususnya tentang job insecurity dan emotion focused coping

karyawan.

b. Menjadi referensi untuk penelitian-penelitian berikutnya yang relevan

2. Manfaat praktis

a. Bagi pimpinan perusahaan, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai

bahan pertimbangan dalam mengembangkan dan memberdayakan peranan

sumber daya manusia yang ada didalam perusahaan sehingga dapat

mencapai tujuan yang ditetapkan oleh perusahaan

b. Bagi karyawan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

pemahaman dan sumbangan informasi sebagai bahan pertimbangan

karyawan untuk dapat meningkatkan ketrampilan dan keberhasilan dalam

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan Pantai Pesisir Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi; Fitratul Qomariah, 090810101129; 2013; 84 halaman; Jurusan

70 Tahun 2012 beserta petunjuk teknisnya, maka dengan ini kami umumkan Perusahaan yang yang melaksanakan pekerjaan tersebut adalah s€bagai berikut

Beberapa peran yang diharapkan dapat dimainkan oleh aparat pemerintah dalam menata dan memantapkan pelaksanaan pendidikan berbasis masyarakat menurut Sihombing (2001)

Penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian surveii dan merupakan penelitian kualitatif dengan mengesksplorasi data yang dilapangan dengan metode analisis

3.3 Kewajiban di atas tidak berlaku kepada informasi yang: (a) terdapat dalam kekuasaan kami sebelum tanggal dimana Data tersebut diberitahukan kepada kami oleh Anda; (b) telah

Pada tugas akhir ini diterapkan mikrokontroler fuzzy NLX220 untuk mengontrol gerakan lengan robot tiga derajad kebebasan, yang diharapkan dapat menyederhanakan pemodelan

Kompetisi yang terdapat pada bebras menyajikan soal-soal yang menerapkan aspek ilmu komputasi atau informatika yang dimaksudkan agar peserta dapat melatih berpikir secara

Yang dimaksud dengan persetujuan pengoperasian kapal adalah persetujuan pengoperasian kapal yang diterbitkan untuk orang pribadi atau badan guna mengoperasikan kapal