• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK TERHADAP AFEKTIF RECEIVING DAN RESPONDING SISWA PADA MATERI POKOK PENCEMARAN LINGKUNGAN DAN LIMBAH (Studi Eksperimen Siswa Kelas X SMA PERSADA Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK TERHADAP AFEKTIF RECEIVING DAN RESPONDING SISWA PADA MATERI POKOK PENCEMARAN LINGKUNGAN DAN LIMBAH (Studi Eksperimen Siswa Kelas X SMA PERSADA Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK TERHADAP

AFEKTIF RECEIVING DAN RESPONDING SISWA PADA MATERI

PENCEMARAN LINGKUNGAN DAN LIMBAH

(Studi Eksperimen Siswa Kelas X SMA PERSADA Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

Oleh

DIRA TIARA

Afektif receiving dan responding pada materi pokok Pencemaran Lingkungan dan Limbah pada siswa kelas X SMA PERSADA Bandar Lampung belum tercapai secara maksimal. Hal ini diduga karena guru belum pernah menggunakan model yang sesuai dengan materi Pencemaran Lingkungan dan Limbah. Untuk mengatasi hal itu, telah dilakukan penelitian menggunakan model pembelajaran Talking Stick.

Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan desain one-shot case study. Sampel penelitian adalah siswa kelas X1 yang dipilih dengan teknik cluster random sampling. Data penelitian ini berupa data kualitatif. Data kualitatif berupa data lembar observasi afektif receiving dan responding melalui model Talking Stick yang

dianalisis secara deskriptif.

(2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model Talking Stick berpengaruh dalam meningkatkan afektif receiving sebesar (77, 77%) dan afektif responding siswa sebesar (84,71%). Hal ini terlihat dari peningkatan afektif receiving pada aspek memberikan perhatian berkriteria baik (78,88%); menerima berkriteria baik (76,66%). Selanjutnya pada afektif responding pada aspek kemauan mencoba berkriteria baik (86,66%); mematuhi pedoman berkriteria baik (84,44%);

bertanggung jawab berkriteria baik(83,33%); menunjukkan ketertarikan berkriteria baik (85,555).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan model Talking Stick

berpengaruh dalam meningkatkan afektif receiving dan responding siswa pada materi Pencemaran Lingkungan dan Limbah.

Kata kunci : afektif receiving, afektif responding, pencemaran lingkungan dan limbah, talking stick

(3)

(Studi Eksperimen Siswa Kelas X SMA PERSADA Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

Oleh DIRA TIARA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Biologi

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada 24 Juli 1992, yang merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Mujiono Karyo dan Ibu Nurhayati.

Pendidikan yang ditempuh penulis adalah TK KARTINI (1997-1998), SD Negeri 2 PALAPA (1998-2004), SMP Negeri 23 Bandar Lampung (2004-2007), MA Negeri 2 Tanjung Karang (2007-2010). Pada tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Unila melalui jalur seleksi Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB).

(8)

Alhamdullilahirobbil’alamin segala puji untukmu ya ALLah atas segala kemudahan, limpahan rahmad dan karunia yang Engkau berikan selama ini. Karya sederhana ini ku persembahkan sebagai tanda cinta kasihku kepada:

Kedua orang tua ku

Bapak (Mujiono Karyo) dan mamak (Nurhayati) terimakasih untuk kasih sayang, doa dan dukungan yang tiada habisnya selama ini.

Kakak-kakak dan Adikku

Bang Edo (Alm) dan adik kesayangan Erik terimakasih untuk dukungan dan kasih sayang yang telah diberikan.

 Sarvia Trisniati, Dewinta Annisa, Tri Wulandari, Farina Sari, Trisnawati terimakasih untuk segala dukungan dan persaudaraannya selama ini.  Hunny, terimakasih untuk semuanya. Untuk motivasi, semangat dan

dukungannya.

Seluruh pengajarku

(9)

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan ”

___Allah SWT. (Q.S Alam Nasyrah: 94)___

“Your love make me strong, Your hate make me unstoppable.

___CR 7___

Kesempatan selalu datang dari berbagai sudut,

bergantung diri kita mnyikapinya”

___ Dra

___

“Jalani hidup bagai air mengalir ikuti alirannya maka kita akan

mengetahui betapa banyak pengalaman yang terjadi”

(10)

Alhamdulillahirobbil’alamin, Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas segala

limpahan rahmat dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program

Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Unila. Skripsi ini

berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Talking Stick Terhadap Afektif

Receiving dan Responding Siswa Pada Materi Pencemaran Lingkungan dan

Limbah (Studi Experimen Siswa Kelas X SMA PERSADA Bandar Lampung

Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014).

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan

dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1 Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;

2 Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung;

3 Pramudiyanti, S.Si., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi

sekaligus Pembimbing Idan Pembimbing Akademik yang telah memberikan

bimbingan dan motivasi dalam proses penyelesaian skripsi ini;

4 Rini Rita T. Marpaung S.Pd, M.Pd., selaku Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan dan motivasi dalam proses penyelesaian skripsi ini;

5 Drs. Darlen Sikumbang, M.Biomed., selaku Pembahas yang telah memberikan

(11)

selama penelitian serta motivasi yang sangat berharga;

7 Partner terbaik (Sarvia Trisniati) terima kasih menemani ku disaat kegalauan

dan kesukaran ku selama ini;

8 Teman satu tim Susanti Agusta. Terimakasih atas kerjasamanya;

9 Sahabat-sahabatku Sarvia Trisniati, Mawar Oktivina, Mila Vanalita, Wodang

Sefty Goestira, Sisca P. S. N terima kasih atas semangat kebersamaan dan

kekeluargaan luar biasa yang terjalin hingga saat ini;

10 Ganesha Operation terimakasih terkhusus untuk Mbak Widya, Mbak Catur,

Mei yang telah memberikan motivasinya selama ini;

11 Rekan-rekan seperjuangan (Mahasiswa Pendidikan Biologi 2010) dan kakak

tingkat Pendidikan Biologi FKIP UNILA serta teman-teman KKN dan PPL

terimakasih atas bantuan, dan motivasi yang telah diberikan;

12 Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua.

Aamiin.

Bandar Lampung, Agustus 2014 Penulis

Dira Tiara

(12)

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

I. PENDAHULUAN

D. Prosedur penelitian... 26

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 28

F. Teknik Analisis Data ... 31

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 33

B. Pembahasan ... 35

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan 42

B. Saran ... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 44

LAMPIRAN 1. Silabus... 47

(13)

6. Kunci Jawaban LKS II ... 73

7. Pertanyaan Lisan I ... 76

8. Pertanyaan Lisan II... 78

7. Data Hasil Penelitian ... 82

8. Foto-foto Penelitian ... 88

9. Surat Penilitian Pendahuluan... 94

10. Surat Izin Penilitian... 95

11. Surat Bukti Penelitian... 96

(14)

Halaman

Tabel

1 Kata operasional pada setiap level domain afektif ... 17

2 Tingkatan-tingkatan domain afektif menurut Taksonomi Bloom

... ... 20

3 Lembar observasi afektif receiving ...

29

4 Lembar observasi afektif responding...

30

5 Klasifikasi persentase afektif receiving dan responding siswa...

... ... 32

6 Hasil rata-rata tiap aspek afektif receiving siswa pertemuan I dan II

...

... ... 33

7 Hasil rata-rata tiap aspek afektif responding siswa pertemuan I dan

II ...

(15)

67

9 Rubrik Penilaian LKS II

(16)

Gambar Halaman 1. Hubungan antara variabel bebas dan terikat

... ... 8

2. Skema domain afektif

... ...

24

3. Desain one-shot case study .

... ... 26

4. Hasil pengamatan afektif receiving.

... ...

35

5. Hasil pengamatan afektif responding.

(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

menyatakan pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

dengan aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual agama, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan, negara.

Pendidikan ialah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala

lingkungan dan sepanjang hidup (UUSPN No. 20 tahun 2003: 3).

Dalam proses pembelajaran memiliki tujuan meliputi tiga domain yaitu

kognitif, afektif dan psikomotor. Aspek kognitif dan psikomotor sudah

dilaksanakan oleh para pendidik, sedangkan aspek afektif belum memperoleh perhatian seperti pada kedua aspek lainnya. Masalah afektif merupakan hal

yang penting namun implementasinya masih kurang, karena merancang pencapaian tujuan pembelajaran afektif tidak semudah seperti pembelajaran

(18)

kemampuan afektif yang baik, sulit mencapai keberhasilan studi yang optimal.

Ranah Afektif memuat tentang perilaku-perilaku yang menekankan pada aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan penyesuaian

diri. Domain afektif menurut taksonomi Bloom memiliki beberapa tingkatan, yaitu: receiving (attending), responding, valuing, organizing, dan

characterization by avalue atau value complex menurut Krathwohl, Bloom &

Masia, 1964 : 176-185 (Wicaksono. 2012: 113).

Secara rinci domain afektif memiliki tingkatan-tingkatan sebagai berikut : Pada tingkatan receiving (attending), fokus pembelajaran adalah pada asumsi,

artinya pada saat pembelajar diberi penjelasan tentang sebuah fenomena atau diberi stimulus, maka pembelajar akan mau menerima keberadaan fenomena atau stimulus tersebut. Terdapat 3 (tiga) sub tingkatan, yaitu kesadaran

(awareness), kemauan untuk menerima (willingness to receive), dan perhatian tertentu (selected attention).

Pada tingkatan menanggapi (responding), fokus pembelajaran adalah pada

respon individu terhadap suatu fenomena, jadi lebih dari hanya sekadar memperhatikan. Pada tingkatan ini seorang pengajar dapat melihat secara

langsung ketertarikan si pembelajar pada materi yang sedang diajarkan pada saat itu. Pada tingkatan ini, terdapat 3 (tiga) sub tingkatan, yaitu:

acquiescence inresponding, willingness to respond, dan satisfaction in

(19)

Berdasarkan uraian diatas perlu meningkatkan Afektif (receiving dan responding) pada siswa, karena manusia tidak hanya menggunakan domain

kognitif dan psikomotor saja, tetapi domain afektif juga penting dalam menunjang proses pembelajaran. Khususnya pada bagian afektif, yaitu

responding dan receiving karena dapat membantu siswa menjadi aktif dalam

mengemukakan pendapat. Kemampuan afektif ini juga tersirat dalam tujuan kurikulum 2013, yaitu Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan

manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta

mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia (Ikapidjakarta. 2013: 8).

Dari tujuan tersebut diketahui bahwa pada kurikulum 2013 menyiapkan pengembangan afektif, namun ketika dalam proses pembelajaran dilakukan

belum terlihat adanya domain afektif dari siswa meliputi (receiving dan responding). Hal tersebut juga ditemukan ketika observasi dan diskusi dengan

guru Biologi yang mengajar kelas X di SMA Persada Bandar Lampung, diketahui bahwa selama ini tidak semua siswa diberikan penilaian tentang afektif (receiving dan responding). Selain itu, pada proses pembelajaran

berlangsung ketika guru meminta siswa untuk mengemukakan pendapat tentang pertanyaan materi yang sedang diajarkan, siswa tidak langsung

berbicara ketika diminta untuk menyampaikan pendapatnya.

(20)

pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa akan mengikuti

pembelajaran dengan antusias dan terlibat aktif dalam pembelajaran. Dengan

model pembelajaran ini, diharapkan semua siswa dapat aktif dalam merespon dan menerima kegiatan pembelajara. Siswa yang tidak pernah mengajukan

pendapat atau ide dituntut untuk mengemukakan pendapat, sehingga ia dapat terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Puspitasari (2012: 38) tentang keefektifan pembelajaran biologi melalui model Talking Stick terhadap afektif

siswa, dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan hasil belajar aspek kognitif dan afektif siswa kelas VII D SMP Negeri 3 Kartasura pokok materi

ekosistem tahun pelajaran 2011/2012. Mengacu pada hasil penelitian tersebut, diduga model Talking Stick juga dapat diterapkan dalam materi pencemaran lingkungan dan limbah, karena dalam kedua materi ini banyak meminta

pendapat dari siswa yang bisa dimunculkan sebagai stimulus belajar.

Oleh karena itu, peneliti menganggap perlu mengadakan penelitian dengan menerapkan model pembelajaran Talking Stick dalam menggali afektif

(21)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam

penelitian sebagai berikut:

1. Adakah pengaruh penggunaan model pembelajaran Talking Stick terhadap

afektif (receiving) siswa pada materi pokok pencemaran lingkungan dan limbah?

2. Adakah pengaruh penggunaan model pembelajaran Talking Stick terhadap

afektif (responding) siswa pada materi pokok pencemaran lingkungan dan limbah?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Pengaruh dari penggunaan model pembelajaran Talking Stick terhadap afektif (receiving) siswa kelas X SMA pada materi pokok pencemaran

lingkungan dan limbah.

2. Pengaruh dari penggunaan model pembelajaran Talking Stick terhadap afektif (responding) siswa kelas X SMA pada materi pokok

(22)

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti : menambah wawasan dalam melakukan penelitian dan

pengalaman sebagai calon guru dalam memilih model pembelajaran yang tepat unuk meningkatkan afektif (receiving dan responding)..

2. Bagi guru: memberikan suatu alternatif dalam memilih media dan model

pembelajaran yang dapat digunakan untuk megembangkan kemampuanmengemukakan pendapat siswa.

3. Bagi siswa:memberikan pengalaman belajar biologi yang tidak

menjenuhkan dengan penerapan model Cooperative Learning tipe Talking Stick.

4. Sekolah: yaitu dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan ditingkat SMA

5. Dapat menjadi referensi tambahan bagi mahasiswa yang tertarik ingin meneliti tentang topik penelitian yang sama.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Siswa yang menjadi subyek penelitian ini adalah siswa kelas X1 SMA PERSADA Bandar Lampung semester genap TP 2013/2014.

2. Model pembelajaran tipe Talking stick, Yang digunakan dalam penelitian

(23)

melakukan diskusi; (e) guru memberikan tongkat kepada siswa yang menjawab pertanyaan dari guru secara bergilir; (f) siswa anggota

kelompok diperbolehkan membantu temannya; (g) guru menyimpulkan pelajaran.

3. Receiving (menerima) meliputi memberikan perhatian dan menerima 4. Responding (memberikan tanggapan) meliputi kemauan untuk mencoba,

mematuhi pedoman, bertanggung jawab, dan menunjukkan ketertarikan.

5. Materi pokok pada penelitian ini adalah Pencemaran Lingkungan dan Limbah.

F. Kerangka Pikir

Pembelajaran biologi akan lebih bermakna jika siswa terlibat aktif dalam

proses belajar mengajar dikelas sehingga siswa akan lebih memahami materi yang disampaikan. Materi pokok pencemaran lingkungan dan limbah

merupakan salah satu materi yang pembelajarannya dapat dilakukan dengan berdidkusi, melalui kegiatan berdiskusi ini menuntun siswa untuk

mengeluarkan pendapat sehingga domain afektif (receiving dan responding)

dapat terlihat.

Dengan model pembelajaran Talking Stick yang menyenangkan, siswa akan

mengikuti pembelajaran dengan antusias sehingga akan terlibat aktif dalam

proses pembelajaran dikelas. Dengan begitu, afektif (receiving dan

(24)

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel bebas dan variabel

terikat. Dimana variabel bebasnya adalah pengaruh penggunaan model

pembelajaran Talking Stick, sedangkan variabel terikatnya adalah Afektif

(receiving dan responding).

Hubungan antar variabel bebas dengan variabel terikat ditunjukkan pada tabel

dibawah ini:

Ket: X: model pembelajran Talking Stick Y1: Afektif (receiving)

Y2 : Afektif (responding)

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat

G. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini yaitu ada pengaruh model pembelajaran talking stick terhadap peningkatan afektif (receiving) dan (responding) siswa pada

materi pokok pencemaran lingkungan dan limbah. Y1

X

(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Talking Stick

Model Talking Stick merupakan salah satu model yang menekankan pada

keterlibatan siswa pada proses belajar mengajar, untuk berani mengemukakan

pendapat. Metode ini dapat memberikan motivasi kepada siswa supaya

belajar aktif dalam memahami dan menemukan konsep, sehingga siswa

mampu menghubungkan soal dengan teori yang ada, misalnya pada bagian

contoh soal yang merupakan bagian dari bahan belajar siswa dapat digunakan

untuk menggambarkan teori, konsep dari materi pembelajaran yang dibahas

dalam diskusi antara siswa dengan guru (Styawati, 2011: 4).

Menurut Suyatno (2009: 71) (dalam Suarni, 2012: 17) menyatakan bahwa,

“Model talking stick merupakan model pembelajaran yang dirancang untuk

mengukur tingkat penguasaan materi pelajaran oleh siswa dengan

menggunakan tongkat”. Pembelajaran dengan model ini dilakukan dengan

bantuan tongkat, siswa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan

dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya.

Sedangkan menurut Ramadhan (2010) (dalam Suarni, 2012: 17)

mengungkapkan bahwa Talking Stick (tongkat berbicara) adalah model yang

(26)

orang berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum (pertemuan

antarsuku).

Tongkat berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh suku-suku

indian sebagai alat menyimak secara adil dan tidak memihak. Tongkat

berbicara sering digunakan kalangan dewan untuk memutuskan siapa yang

memunyai hak berbicara. Pada saat pimpinan rapat mulai berdiskusi dan

membahas masalah, ia harus memegang tongkat berbicara. Tongkat akan

pindah ke orang lain apabila ia ingin berbicara atau menanggapinya. Dengan

cara ini tongkat berbicara akan berpindah dari satu orang ke orang lain jika

orang tersebut ingin mengemukakan pendapatnya. Apabila semua

mendapatkan giliran berbicara, tongkat itu lalu dikembalikan lagi ke

ketua/pimpinan rapat.

Dalam bidang pendidikan Talking Stick termasuk salah satu model

pembelajaran yang dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang

tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari

materi pokoknya. Pembelajaran Talking Stick sangat cocok diterapkan bagi

siswa SD/MIN, SMP/MTs, SMA/MAN/SMK. Selain melatih berbicara,

model ini akan menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan

membuat siswa aktif.

Model pembelajaran talking stick salah satu model pembelajaran yang

kooperatif. Model pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa

yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa

(27)

Menurut pendapat Dahlan (2000: 120) (dalam Suarni, 2012: 17) bahwa

model pembelajaran Talking Stick menggunakan sebuah tongkat sebagai alat

penunjuk giliran siswa yang mendapat tongkat akan diberi pertanyaan dan

harus dijawab. Kemudian secara estafet tongkat tersebut berpindah ke tangan

siswa lain secara bergiliran, demikian seterusnya sampai seluruh siswa

mendapat tongkat dan pertanyaan.

Sedangkan menurut pendapat dari Sudjana (2001: 10) (dalam Suarni, 2012:

18) yang menyatakan bahwa, model pembelajaran talking stick merupakan

model pembelajaran yang menggunakan alat berupa tongkat sebagai alat

bantu bagi guru untuk mengajukan pertanyaan kepada siswa dengan

menimbulkan suasana yang menyenangkan. Tongkat tersebut digilirkan pada

siswa dan bagi siswa mendapatkan tongkat sesuai dengan aba-aba dari guru,

maka siswa diberi pertanyaan oleh guru dan harus dijawab.

Dari dua penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

talking stick adalah tongkat sebagai alat bantu guru estafet secara bergiliran

yang harus menjawab mendapat pertanyaan guru. Setelah menjelaskan

pengertian model pembelajaran tersebut, tentu model pembelajaran talking

stick mempunyai langkah-langkahnya.

Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam model Talking Stick

menurut Hanafiah dan Suhana, (2012: 48) yaitu sebagai berikut:

1. Guru membentuk kelompok yang terdiri dari 5-6 orang.

(28)

3. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian

memberikan kesempatan kepada para kelompok untuk membaca dan

mempelajari materi pegangannya.

4. Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat dalam wacana.

5. Setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran dan

mempelajarinya, guru mempersilahkan anggota kelompok untuk

menutup wacananya.

6. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu anggota

kelompok, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan anggota

kelompok yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya.

Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian

untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.

7. Siswa lain boleh membantu menjawab pertanyaan jika anggota

kelompoknya tidak bisa menjawab pertanyaan.

8. Guru memberikan kesimpulan.

9. Guru melakukan evaluasi /penilaian, baik secara kelompok maupun

individu.

10.Guru menutup pembelajaran.

Di Dalam model pembelajaran Talking Stick, model ini memiliki kelebihan

dan kekurangan. Adapun kekurangan dan kelebihan dari model Talking Stick

menurut Suprijono (2010: 110) sebagai berikut :

Kelebihan model Talking Stick a) menguji kesiapan siswa, b) melatih siswa membaca dan memahami materi dengan cepat, c) memacu siswa agar lebih giat belajar (belajar dahulu), d) siswa berani mengemukakan pendapat

(29)

Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa talking stick dipakai sebagai

tanda seseorang memunyai hak suara (berbicara) yang diberikan secara

bergiliran atau bergantian.

B. Afektif

Hasil belajar menurut Bloom 1976 (dalam Abdul, 2008: 2) mencakup prestasi

belajar, kecepatan belajar, dan hasil afektif. Andersen, 1981 (dalam Abdul: 2)

sependapat dengan Bloom bahwa karakteristik manusia meliputi cara yang

tipikal dari berpikir, berbuat, dan perasaan. Tipikal berpikir berkaitan dengan

ranah kognitif, tipikal berbuat berkaitan dengan ranah psikomotor, dan tipikal

perasaan berkaitan dengan ranah afektif. Ranah afektif mencakup watak

perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, atau nilai. Ketiga ranah tersebut

merupakan karakteristik manusia sebagai hasil belajar dalam bidang

pendidikan.

Menurut Popham, 1995 (dalam Abdul, 2008: 2), ranah afektif menentukan

keberhasilan belajar seseorang. Orang yang tidak memiliki minat pada

pelajaran tertentu sulit untuk mencapai keberhasilan belajar secara optimal.

Seseorang yang berminat dalam suatu mata pelajaran diharapkan akan

mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Oleh karena itu, semua pendidik

harus mampu membangkitkan minat semua peserta didik untuk mencapai

kompetensi yang telah ditentukan. Selain itu ikatan emosional sering

diperlukan untuk membangun semangat kebersamaan, semangat persatuan,

(30)

merancang program pembelajaran, satuan pendidikan harus memperhatikan

ranah afektif.

Keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif dan psikomotor dipengaruhi

oleh kondisi afektif peserta didik. Peserta didik yang memiliki minat belajar

dan sikap positif terhadap pelajaran akan merasa senang mempelajari mata

pelajaran tertentu, sehingga dapat mencapai hasil pembelajaran yang optimal.

Walaupun para pendidik sadar akan hal ini, namun belum banyak tindakan

yang dilakukan pendidik secara sistematik untuk meningkatkan minat peserta

didik. Oleh karena itu untuk mencapai hasil belajar yang optimal, dalam

merancang program pembelajaran dan kegiatan pembelajaran bagi peserta

didik, pendidik harus memperhatikan karakteristik afektif peserta didik.

Menurut Krathwohl, 1961 (dalam Abdul, 2008: 2-3) bila ditelusuri hampir

semua tujuan kognitif mempunyai komponen afektif. Dalam pembelajaran

sains, misalnya di dalamnya ada komponen sikap ilmiah. Sikap ilmiah adalah

komponen afektif. Tingkatan ranah afektif menurut taksonomi Krathwohl ada

lima, yaitu: receiving (attending), responding, valuing, organization, dan

characterization.

1. Tingkat receiving

Pada tingkat receiving atau attending, peserta didik memiliki keinginan

memperhatikan suatu fenomena khusus atau stimulus, misalnya kelas,

kegiatan, musik, buku, dan sebagainya. Tugas pendidik mengarahkan

perhatian peserta didik pada fenomena yang menjadi objek pembelajaran

(31)

membaca buku, senang bekerjasama, dan sebagainya. Kesenangan ini akan

menjadi kebiasaan, dan hal ini yang diharapkan, yaitu kebiasaan yang

positif.

2. Tingkat responding

Responding merupakan partisipasi aktif peserta didik, yaitu sebagai bagian

dari perilakunya. Pada tingkat ini peserta didik tidak saja memperhatikan

fenomena khusus tetapi ia juga bereaksi. Hasil pembelajaran pada ranah

ini menekankan pada pemerolehan respons, berkeinginan memberi

respons, atau kepuasan dalam memberi respons. Tingkat yang tinggi pada

kategori ini adalah minat, yaitu hal-hal yang menekankan pada pencarian

hasil dan kesenangan pada aktivitas khusus. Misalnya senang membaca

buku, senang bertanya, senang membantu teman, senang dengan

kebersihan dan kerapian, dan sebagainya.

3. Tingkat valuing

Valuing melibatkan penentuan nilai, keyakinan atau sikap yang

menunjukkan derajat internalisasi dan komitmen. Derajat rentangannya

mulai dari menerima suatu nilai, misalnya keinginan untuk meningkatkan

keterampilan, sampai pada tingkat komitmen. Valuing atau penilaian

berbasis pada internalisasi dari seperangkat nilai yang spesifik. Hasil

belajar pada tingkat ini berhubungan dengan perilaku yang konsisten dan

stabil agar nilai dikenal secara jelas. Dalam tujuan pembelajaran, penilaian

(32)

4. Tingkat organization

Pada tingkat organization, nilai satu dengan nilai lain dikaitkan, konflik

antar nilai diselesaikan, dan mulai membangun sistem nilai internal yang

konsisten. Hasil pembelajaran pada tingkat ini berupa konseptualisasi nilai

atau organisasi sistem nilai. Misalnya pengembangan filsafat hidup.

5. Tingkat characterization

Tingkat ranah afektif tertinggi adalah characterization nilai. Pada tingkat

ini peserta didik memiliki sistem nilai yang mengendalikan perilaku

sampai pada waktu tertentu hingga terbentuk gaya hidup. Hasil

pembelajaran pada tingkat ini berkaitan dengan pribadi, emosi, dan sosial.

Menurut Dettmer, 2006 (dalam Nur aini 2011: 9) Affective Domain (Ranah

Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi,

seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. Level afektif versi

lama terdiri dari 5 level yakni; receiving (attending), responding, valuing,

organization, dan characterization by a value or value complex.

Pada versi terbaru, level domain afektif terdiri dari receive, respond, value,

organize, internalize, characterize, wonder, dan aspire menurut Dettmer

(2006) (dalam Wicaksono, 2012: 112-113). Kata operasional pada setiap level

(33)

Tabel 1. Kata operasional pada setiap level domain afektif

No Level Afektif Kata Operasional Contoh

1 Receive (menerima)

Peserta didik memiliki keinginan

memperhatikan suatu fenomena khusus atau stimulus, misalnya kelas, kegiatan, musik, buku, dan sebagainya

Keterbukaan, kepedulian, perhatian, ketertarikan, berminat, dll

Contoh pernyataan pada angket Saya tertarik untuk menjadi anggota Biologi Study Club (BSC) Saya selalu memperhatikan penjelasan guru biologi Saya sulit memahami pelajaran biologi. Menurut saya, belajar biologi sangat penting

2 Respond (menanggapi)

Pada tingkat ini peserta didik tidak saja

memperhatikan

fenomena khusus tetapi ia juga bereaksi.

menjawab,

membantu, senang, menyesuaikan, menyambut, melakukan, dll

Contoh pernyataan pada angket: Saya senang membaca buku biologi. Saya selalu membantu teman yang kesulitan dalam pelajaran biologi

3 Value (nilai) Valuing

melibatkan penentuan nilai, keyakinan atau sikap yang belajar, bekerja, dll

Contoh pernyataan pada angket: Saya membaca buku biologi minimal 3 kali dalam seminggu. Pelajaran biologi sebaiknya dilakukan dengan cara praktek lapangan

4 Organize (mengatur)

Pada tingkat

organization, nilai satu dengan nilai lain dikaitkan, konflik antar nilai diselesaikan, dan mulai membangun sistem nilai internal yang konsisten.

mengatur,

Contoh pernyataan pada angket: Saya mengatur waktu khusus untuk belajar biologi di rumah

Contoh pernyataan pada angket: Pembelajaran biologi memberikan pengaruh positif terhadap pola hidup saya. Saya akan mengubah kebiasaan buruk yang merusak

(34)

verifikasi, dll

6 Characterize (Karakter)

Pada tingkat ini peserta didik memiliki sistem nilai yang

mengendalikan perilaku sampai pada waktu tertentu hingga terbentuk gaya hidup.

Mencirikan

Contoh pernyataan pada lembar observasi:

Siswa menunjukkan sifat pola hidup sehat setelah

mempelajari biologi Siswa membuang sampah pada tempatnya yang menandakan bahwa siswa tersebut

mencintai lingkungan. Contoh pernyataan pada angket: Pelajaran biologi memberikan saya pemahaman untuk lebih mencintai lingkungan, sehingga saya berkomitmen untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan. Saya berolah raga setiap hari yang mencirikan saya menerapkan pola hidup sehat

7 Wonder (Keingintahuan) Mengagumi

Renungan bertanya-tanya Berpikir Heran Ingin tahu

Contoh pernyataan pada angket: Saya mengagumi betapa sempurnanya Tuhan menciptakan sebuah ekosistem Pembelajaran biologi membuat saya merasa lebih ingin tahu tentana alam. Jika nilai biologi saya rendah, saya akan berfikir untuk mencari strategi belajar yang lebih baik. Jika ada fenomena biologi yang saya temui, saya akan mencari tahu tentang fenomena tersebut dari buku atau bertanya pada orang.

8 Aspire (cita-cita) keinginan,

harapan, tujuan, impian, motivasi

Contoh pernyataan pada angket: Saya berharap pembelajaran biologi akan semakin inovatif dan kreatif. Saya belajar biologi dengan rajin supaya bisa menjadi peneliti bidang biologi.

(35)

Sejak disusunnya taksonomi oleh Benyamin Bloom pada tahun 1956, maka

tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:

a) Ranah Kognitif memuat perilaku-perilaku yang menekankan aspek

intelektual, seperti pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan berpikir,

b) Ranah Afektif memuat tentang perilaku-perilaku yang menekankan pada

aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan penyesuaian

diri, dan

c) Ranah Psikomotor berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek

keterampilan motorik seperti menari, menggambar, menggunakan

komputer, dan mengoperasikan mesin.

Domain afektif menurut taksonomi Bloom memiliki beberapa tingkatan,

yaitu: receiving (attending), responding, valuing, organizing, dan

characterization by a value atau value complex Krathwohl, Bloom & Masia,

(36)

Secara rinci domain afektifmemiliki tingkatan-tingkatan sebagai berikut.

Tabel 2. Tingkatan-tingkatan Domain Afektif menurut Taksonomi Bloom (dalam Wicaksono, 2012: 114).

Tingkatan Sub-Tingkatan

Receiving (attending) Awarenes

Willing to Receive

Controlled (selected attention)

Responding Aquiescence in responding

Willingness to respond

Satisfactionin response

Valuing Penerimaan terhadap nilai-nilai yang dianut

(acceptance of value)

Preferensi nilai

Komitmen

Organization Conceptualization of a value

Organization of a value system

Characterization by

value (value complex) Generalized set

Characterization

Pada tingkatan receiving (attending), fokus pembelajaran adalah pada asumsi,

artinya pada saat pembelajar diberi penjelasan tentang sebuah fenomena atau

diberi stimulus, maka pembelajar akan mau menerima keberadaan fenomena

atau stimulus tersebut. Terdapat 3 (tiga) sub tingkatan, yaitu kesadaran

(awareness), kemauan untuk menerima (willingness to receive), dan perhatian

tertentu (selected attention).

Kesadaran agak berbeda dengan perilaku kognitif, terutama pada saat

merespon sebuah stimulus. Di dalam perilaku kognitif, pembelajar dapat

mengungkapkan respon atas sebuah stimulus, sedangkan di sub level ini

pembelajar hanya menerima stimulus tersebut tanpa ada kewajiban untuk

(37)

lingkungan sekitar yang dianggap menarik seperti perabot kelas, bangunan

sekolah tanpa memberikan komentar.

Pada sub level kemauan untuk menerima, pembelajar hanya memiliki kemauan

untuk menerima stimulus yang diberikan oleh pengajar, sehingga pembelajar

hanya berada dalam keadaan pasif menerima dengan cara memperhatikan apa

yang diberikan kepadanya. Contoh di sub level ini adalah pada saat pembelajar

telah bersedia untuk memperhatikan apa yang diucapkan oleh sang pengajar,

meski tidak harus mampu memahami apa yang sedang diucapkan, tetapi sudah

terdapat kemauan untuk berusaha fokus kepada apa yang sedang dikatakan atau

sedang diterangkan pada saat itu.

Pada sub level yang ke-3 yaitu perhatian tertentu (selected attention),

pembelajar telah mampu menerima stimulus secara sadar sehingga mampu

memilah dengan baik stimulus yang diberikan oleh pengajar di luar stimulus

yang ada pada saat itu. Sebagai contoh, si pembelajar telah mampu memilah

antara satu rumus dengan rumus yang lain dalam sebuah pelajaran di bidang

sains.

Pada tingkatan menanggapi (responding), fokus pembelajaran adalah pada

respon individu terhadap suatu fenomena, jadi lebih dari hanya sekadar

memperhatikan. Pada tingkatan ini seorang pengajar dapat melihat secara

langsung ketertarikan si pembelajar pada materi yang sedang diajarkan pada

saat itu. Pada tingkatan ini, terdapat 3 (tiga) sub tingkatan, yaitu: acquiescence

inresponding, willingness to respond, dan satisfaction in response. Pada

(38)

pembelajar mulai menunjukkan kepatuhan terhadap peraturan yang diterapkan

atau menunjukkan reaksi terhadap kewajiban yang disampaikan oleh pengajar.

Demikian pula, pada willingness to respond si pembelajar telah menunjukkan

sikap sukarela dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh pengajar.

Sedangkan pada sub-tingkatan satisfaction in response, pengajar dapat melihat

secara jelas kepuasan dan rasa senang yang ditunjukkan oleh para pembelajar

secara eksplisit.

Pada tingkatan valuing, pembelajar akan menunjukkan komitmennya

berdasarkan nilai yang dianutnya yang selanjutnya akan menuntun perilaku

pembelajar. Kondisi ini sangat berbeda dengan konsep motivasi eksternal yang

hanya mengarah kepada kepatuhan. Terdapat 3 (tiga) sub tingkatan valueing,

yaitu penerimaan terhadap nilai-nilai yang dianut (acceptance of value),

preferensi nilai, dan komitmen.

Pada sub-tingkatan acceptance of value, pembelajar telah memiliki keyakinan

bahwa dirinya telah memiliki nilai-nilai tertentu dalam dirinya dan memiliki

kemauan untuk dapat diidentifikasi oleh orang lain berdasarkan keyakinan

tersebut. Misalnya, seorang siswa memiliki keyakinan bahwa dirinya dapat

bertoleransi dengan banyak orang yang berasal dari berbagai daerah asal. Pada

subtingkatan preference of value, pembelajar tidak hanya yakin pada nilai yang

telah dia miliki, namun juga berusaha untuk mempertahankan nilai-nilai

tersebut. Sedangkan pada sub-tingkatan commitment, seseorang tidak hanya

(39)

tersebut sehingga pada akhirnya akan menjadi sebuah motivasi dalam

melakukan suatu tindakan.

Pada tingkatan organisasi (organization), pembelajar sudah sampai pada

tahapan mempercayai nilai-nilai tertentu, selanjutnya ia akan dihadapkan pada

lebih dari satu nilai atau beberapa nilai yang harus dipercayainya. Pada

tingkatan ini, pembelajar mulai mengorganisasi nilai-nilai tersebut dan mencari

hubungan antara satu nilai dengan nilai yang lain, dan selanjutnya berusaha

menemukan nilai yang menurutnya paling dominan. Organization memiliki

2(dua) sub tingkatan, yaitu: conceptualization of a value dan organization of a

value system. Sebagai lanjutan dari level sebelumnya, maka pada

conceptualization of a value, seorang pembelajar mulai merelasikan nilai-nilai

yang dia miliki dan berusaha mencari nilai mana yang seharusnya dia pegang

teguh. Selanjutnya, setelah melakukan abstraksi dari nilai yang dia miliki pada

sub-tingkatan organization of a value system, pembelajar akan berusaha

mengorganisasi seluruh nilai yang ia temukan.

Pada tingkatan yang terakhir yaitu characterization by value set atau value

complex, pembelajar dianggap telah memiliki nilai yang kuat di dalam dirinya,

maka ia akan berusaha melakukan generalisasi terhadap perilakunya dan

mengintegrasikan keyakinan, ide dan tingkah laku menjadi sebuah filosofi

hidup. Terdapat dua sub level yaitu: generalized set dan characterization.

Pada sub-tingkatan generalized set, seorang pembelajar telah mampu bersikap

konsisten dari dalam diri sendiri atau internal berdasarkan nilai-nilai yang telah

(40)

proses internalisasi. Karenanya, pada sub level ini pembelajar telah mampu

memiliki filosofi pribadi yang kuat dan konsisten.

(41)

III. METODE PENELITIAN

A.Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di SMA Persada Bandar Lampung pada bulan

Mei semester genap tahun ajaran 2013-2014.

B.Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X1 semester genap

SMA Persada Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014. Sampel dalam

penelitian ini adalah kelas X1 yang dipilih dengan teknik cluster random

sampling (Margono, 2005: 127).

C.Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain One-Shot Case

Study. Desain ini hanya memberi perlakuan pada satu kelas. Kelas X1 diberi

perlakuan menggunakan model pembelajaran Talking Stick untuk dua materi

pokok yaitu pencemaran lingkungan dan limbah. Kemudian diobservasi hasil

dari perlakuan model pembelajaran tersebut.

Struktur desain penelitian ini adalah sebagai berikut:

Kelompok perlakuan Observasi

(42)

Keterangan :I = Kelas X1; X = Perlakuan model pembelajaran Talking Stick;

O = Observasi Afektif Receiving dan Responding siswa. Gambar 3. Desain One – Shot Case Study (dimodifikasi dari Sugiyono,

2013:74).

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan

penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut:

1. Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian sebagai berikut :

a. Membuat surat izin penelitian ke sekolah tempat diadakannya penelitian.

b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, untuk

mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti.

c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol.

d. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk

setiap pertemuan.

e. Membuat lembar observasi untuk mengetahui afektif (receiving dan

responding) siswa.

2. Pelaksanaan Penelitian

Mengadakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model

pembelajaran Talking StickPenelitian ini direncanakan sebanyak dua kali

(43)

a. Pendahuluan

1)Siswa diberikan apersepsi. Guru menanyakan:

(Pertemuan I); ”Bagaimana kondisi lingkungan disekitar kalian

saat ini?”

(Pertemuan II); “Bagaimana pengaruh pencemaran di lingkungan

kita terhadap kelangsungan hidup makhluk hidup?”

2)Siswa memperoleh motivasi dari guru:

(Pertemuan I): ”Dengan mempelajari materi ini, kita dapat

mengetahui aktivitas manusia yang dapat merusak lingkungan

sehingga kita dapat menghindari aktivitas tersebut”

(Pertemuan II): ”Dengan mempelajari materi ini, kita dapat

mengetahui jenis-jenis limbah dan bagaimana cara daur ulangnya”

3)Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran yang harus dicapai

diakhir pembelajaran. Siswa mendengarkan penjelasan guru

mengenai langkah-langkah model pembelajaran Talking Stick.

4)Siswa duduk dalam kelompoknya masing-masing.

b. Kegiatan inti

1)Siswa mendengarkan materi pengantar yang disampaikan oleh

guru. Pertemuan pertama mengenai pencemaran, jenis dan

sumbernya. Pertemuan kedua mengenai cara pencegahan dan

penanggulangan pencemaran serta mengenai limbah.

2)Siswa dibagikan Lembar Kerja Siswa (LKS).

3)Siswa berdiskusi mengerjakan LKS dengan dibimbing dan diawasi

(44)

4)Siswa mengumpulkan lembar kerja kelompok yang telah

dikerjakan dan didiskusikan.

5)Guru memberikan tongkat kepada salah satu siswa pada anggota

kelompok dan siswa yang mendapatkan tongkat harus menjawab

pertanyaan yang di ajukan oleh guru sedangkan anggota kelompok

yang lain dapat membantu apa bila siswa yang memegang tongkat

tidak dapat menjawab. Seperti itu seterusnya sampai sebagian besar

siswa mendapat giliran.

c. Penutup

1) Guru bersama siswa membuat kesimpulan dalam setiap

pertemuan.

2) Guru meminta siswa untuk membaca materi yang akan dibahas

pada pertemuan selanjutnya.

3) Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.

E.Jenis Data dan Teknik Pengambilan Data

Jenis dan teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah :

1. Jenis Data

Data penelitian berupa data kualitatif yaitu deskripsi afektif (receiving dan

responding) siswa selama pembelajaran.

2. Teknik Pengambilan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

(45)

Data afektif (receiving dan responding) siswa diperoleh melalui lembar

observasi afektif (responding dan receiving) siswa berisi semua aspek

afektif yang diamati pada saat proses pembelajaran. Setiap siswa

diamati point kegiatan yang dilakukan dengan cara memberi tanda (√ )

pada lembar observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan.

Tabel 3. Lembar Observasi Afektif (Receiving) Siswa

No Nama

Aspek yang diamati

A B

1 2 3 1 2 3

1

2

3 Dst

xi

N

X

Kriteria

Keterangan :

1. Domain receiving

A. Memberikan perhatian:

1. Terlihat tidak siap ketika menerima stick

2. Terlihat kaget ketika menerima stick

(46)

B. Menerima:

1. Terlihat tidak senang ketika menerima stick

2. Terlihat biasa saja ketika menerima stick

3. Terlihat senang ketika menerima stick

Menurut Dettmer, 2006 (dalam Wicaksono, 2012: 112-113).

Tabel 4. Lembar Observasi Afektif (Responding) Siswa

No Nama

Aspek yang diamati

A B C D

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

1

2

3 Dst

xi

n

X

Kriteria

Keterangan :

1. Domain Responding

A. Kemauan untuk mencoba

1.Tidak mau mencoba menjawab pertanyaan ketika menerima stick

2. Ragu-ragu mencoba menjawab pertanyaan ketika menerima stick

(47)

B. Mematuhi pedoman

1. Tidak mematuhi pedoman,sebagian besar waktu proses

pembelajaran digunakan untuk bermain- main

2. Kurang mematuhi pedoman, kurang serius ketika proses belajar

3. Mematuhi pedoman, serius ketika proses pembelajaran

C. Bertanggung jawab

1. Tidak bertanggung jawab untuk menjawab pertanyaan ketika

menerima stick

2. Kurang bertanggung jawab untuk menjawab pertanyaan ketika

menerima stick

3. Bertanggung jawab untuk menjawab pertanyaan ketika menerima

stick

D. Menunjukkan ketertarikan

1. Terlihat tidak antusias dalam mengikuti proses pembelajaran

2. Terlihat kurang antusias dalam mengikuti proses pembelajaran

3. Terlihat antusias dalam mengikuti proses pembelajaran

Menurut Dettmer, 2006 (dalam Wicaksono, 2012: 112-113).

F. Teknik Analisis Data

1. Pengolahan Data Afektif Siswa

Data afektif (receiving dan responding) siswa selama proses pembelajaran

berlangsung merupakan data yang diambil melalui observasi. Data tersebut

dianalisis dengan menggunakan indeks afektif (receiving dan responding)

(48)

Langkah–langkah yang dilakukan untuk yaitu:

1) Menghitung rata–rata skor afektif receiving dan responding dengan

menggunakan rumus:

100

x n

xi

 

Keterangan  = Rata-rata skor receiving dan responding siswa ∑xi = Jumlah skor maksimal yang diperoleh

n = Jumlah skor maksimum

(dimodifikasi dari Sudjana, 2002: 67)

2) Setelah memperoleh rata-rata skor afektif receiving dan respondingsiswa

kemudian menafsirkan atau menentukan kriteria Indeks afektif receiving

dan responding sesuai klasifikasi pada tabel 3.3.

Tabel 5. Klasifikasi Indeks Afektif (Receiving dan Responding) Siswa

No Skor Kriteria Afektif (Receiving dan

Responding)

1. 87,50 - 100 Sangat baik 2. 75,00 - 87,49 Baik 3. 50,00 - 74,99 Cukup 4. 0 - 49,99 Kurang

(49)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil uraian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Penggunaan model pembelajaran Talking Stick berpengaruh dalam

meningkatkan afektif (receiving) siswa.

2. Penggunaan model pembelajaran Talking Stick berpengaruh dalam

meningkatkan afektif (responding) siswa.

B. Saran

Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut:

1. Pembelajaran menggunakan model Talking Stick dapat digunakan oleh

guru sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat

meningkatkan afektif (receiving dan responding) siswa.

2. Model pembelajaran Talking Stick memiliki sintaks yang memerlukan

waktu yang cukup lama, guru diharapkan memberikan arahan yang jelas

dan tegas kepada siswa dalam proses pembelajaran sehingga dapat lebih

(50)

3. Untuk memperoleh data hasil observasi siswa hendaknya mengarahkan

observer dalam pengisian lembar obervasi afektif (receiving dan

responding) siswa dengan jelas untuk tiap aspek sehingga observer

(51)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. 2013. Pengembangan Perangkat Penilaian Afektif. Artikel Diakses dari

http://abdullah.wordpress.com/2013/07/04/artikel/pengembanga-perangkat-penilaian -afektif/pdf. pada selasa 27 November 2013 18.18 WIB.

Depdiknas. 2003. Pendidikan Menurut Undang-Undang. Jakarta. Diakses dari

http.www.depniknas.co.id pada Jum’at 15 November 2013 11. 10 WIB.

Hanafiah, Nanang dan Suhana. 2012. Konsep dan Strategi Pembelajaran. Refika Aditama. Bandung.

Ikapidjakarta. 2013. Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah

Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta. Diakses dari http://www.ikapidjakarta.com pada

Jum’at 22 Desember 2013 22.10 WIB.

Margono, S. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.

Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan

dengan SPSS 12. Gramedia. Jakarta.

Nur’aini, Eka. 2011. Kata Operasional Bloom Versi Baru Untuk Mata Pelajaran Biologi. Artikel Pendidikan. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta. Diakses dari http://goliath.ecnext.com/kata -opersional-taksonomi-bloom-versi-baru3.html pada Jumat, 6 Desember 2013 17.30 WIB.

Puspitasari. 2012. Efektifitas Pembelajaran Model Talking Stick Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Ekosistem Kelas VII D SMP Negeri 3

Kartasura Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012. Artikel Semnas IX Pendidikan

Biologi FKIP UNS. Diakses dari

http://staff.uns.ac.id/sites/default/files/132048519/artikel%20semnas%20FKIP%20B IOLOGI%20UNS.pdf pada Selasa 3 Desember 2013 04.07 WIB

Setyawati, Dewi. 2011. Hasil Belajar Biologi Melalui Penerapan Metode Talking Stick Dalam Model Learning Cycle Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa di SMA Negeri

5 Surakarta. Diakses dari http://talkingstick/30-91-1pb.pdf pada Selasa 30 Desember

(52)

Suarni, Enok. 2012. Penerapan Metode Talking Stick Pada Pembelajaran Seni Tari Untuk Meningkatkan Aktvitas Belajara Siswa Kelas XI IPA di SMA WARGA BAKTI

CIMAHI. Jurnal Pendidikan. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung. Diakses

dari http://s/sdt/0707968/chapture2.pdf pada Kamis, 7 November 2013 20.09 WIB.

Sudjana. 2002. Metode Statiska. Tarsito. Bandung.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung.

Sukanti. 2011. Penilaian Afektif Pada Pembelajaran Afektif. Jurnal Pendidikan Akutansi

Indonesia Vol. IX No. 1. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta. Diakses dari

http://domain/afektif/9602993/pb/pdf. pada kamis 7 November 2013 21.01 WIB

Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Pustaka Belajar. Yogyakarta

Suwandi, T. 2012. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Open-Ended Terhadap

Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Oleh Siswa. Skripsi. Universitas

Lampung. Bandar Lampung.

Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Masmedia Buana. Sidoarjo.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20. 2003. Sitem Pendidikan Nasional. Citra Umbara. Bandung.

Wicaksono, Soetami Rizky. 2012. Srtategi Penerapan domain Afektif Dilingkup

Perguruan Tinggi. Jurnal Pendidikan Vol. 12 No. 2. Diakses dari

(53)

Sekolah : SMA Persada Bandar Lampung Mata Pelajaran : BIOLOGI

Kelas / Semester : X ( Sepuluh) / II

Standar Kompetensi : 4. Mendeskripsikan hubungan antara komponen ekosistem, perubahan materi dan energi serta peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem

Kompetensi Dasar

Materi

Pokok Indikator

Kegiatan

Pembelajaran Penilaian

(54)

 Mendengarka n penjelasan guru.

 Memjawab pertanyaan yang di ajukan guru.

 Membuat kesimpulan

Receivi

ng dan

Respon ding

Siswa

kelas X yang relevan)

Bahan:

(55)

Sekolah :SMA Persada Bandar Lampung

Mata Pelajaran :Biologi

Materi Pokok :Pencemaran

Kelas/Semester :X/Genap

Pertemuan ke- : 1 (Satu)

Alokasi Waktu :2 x 45 menit

Standar Kompetensi : 4. Mendeskripsikan hubungan antara komponen ekosistem, perubahan materi dan energi serta peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem

Kompetensi Dasar : 4.2IMenjelaskan keterkaitan antara kegiatan manusia dengan masalah perusakan lingkungan dan pelestarian lingkungan

Indikator : 1. Menentukan kegiatan manusia yang terkait dengan pencemaran lingkungan.

2. Mengaitkan aktivitas manusia dengan masalah pencemaran lingkungan .

3. Menjelaskan dampak kegiatan manusia terhadap pencemaran lingkungan.

4. Menjelaskan upaya mencegah pencemaran dan melestarikan lingkungan.

A. Tujuan Pembelajaran

Siswa mampu :

1. Menentukan aktivitas manusia yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan

2. Mengaiktan aktivitas manusia dengan masalah yang ditimbulkan

3. Menjelaskan dampak kegiatan manusia terhadap pencemaran

4. Menjelaskan upaya mencegah dan melestarikan lingkungan

B.Materi Pembelajaran

a. Aktivitas manusia yang menyebabkan pencemaran lingkungan

b. Aktivitas manusia dan masalah yang ditimbulkan

c. Dampak yang ditimbulkan dari aktivitas manusia

d. Upaya pencegahan pencemaran dan pelestarian lingkungan

C. Strategi Pembelajaran

(56)

o

Kegiatan Guru Kegiatan

Siswa 1 Kegiatan Pendahuluan

a. Guru membacakan tujuan pembelajaran.

b. Guru memberikan apersepsi dengan menanyakan

“Bagaimana kondisi lingkungan disekitar kalian saat ini?”.

c. Guru memberikan motivasi” Dengan mempelajari materi ini, kita dapat

mengetahui aktivitas manusia yang dapat merusak lingkungan sehingga kita dapat menghindari aktivitas

a.Guru menjelaskan materi pengantar tentang pencemaran jenis dan sumbernya.

b. Guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS).

c.Guru membimbing dan mengawasi proses diskusi dalam LKS.

(57)

e.Guru memberikan tongkat pada salah satu siswa pada anggota kelompok dan siswa yang mendapat tongkat harus menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Seperti itu seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat giliran.

f. Guru memerintahkan anggota kelompok membantu menjawab pertanyaan jika anggota kelompoknya yang menerima tongkat tidak dapat menjawab pertanyaan yang diajukan guru.

g. Guru memberi penjelasan di depan kelas mengenai materi yang belum dipahami oleh siswa.

f. Siswa anggota kelompok

3 Kegiatan Penutup

a. Guru bersama siswa membuat kesimpulan dari kegiatan

pembelajaran yang telah dilakukan.

b.Guru memberikan informasi tentang

E. Sumber Belajar/Alat/Bahan

1. Sumber Belajar:

a) Maryati, Sri, dkk. 2006. Biologi. Jakarta: Erlangga. (atau buku Biologi kelas X yang relevan) 2. Bahan :

(58)

1) Jenis : Nontes

2) Bentuk instrumen : Lembar Observasi Afektif (Receiving dan Responding)

(59)

Sekolah :SMA Persada Bandar Lampung

Mata Pelajaran :Biologi

Materi Pokok :Pencemaran

Kelas/Semester :X/Genap

Pertemuan ke- : 2 (dua)

Alokasi Waktu :2 x 45 menit

Standar Kompetensi : 4. Mendeskripsikan hubungan antara komponen ekosistem, perubahan materi dan energi serta peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem

Kompetensi Dasar : 4.2 Menjelaskan keterkaitan antara kegiatan manusia dengan masalah perusakan lingkungan dan pelestarian lingkungan

4.3 Menganalisis jenis-jenis limbah dan daur ulang limbah

Indikator : 1. Membedakan berbagai jenis limbah

2. Menjelaskan penanganan limbah dengan cara daur ulang

A. Tujuan Pembelajaran

Siswa mampu :

1. Membedakan berbagai jenis limbah

2. Menentukan cara daur ulang limbah yang tepat dalam penanganan limbah

3. Mengetahui akibat yang ditimbulkan jika limbah tidak ditangani dengan benar

B. Materi Pembelajaran

1. Berbagai jenis limbah

2. Penanganan limbah dengan cara daur ulang yang tepat

C. Strategi Pembelajaran

(60)

No

Skenario Pembelajaran Sintaks

Talking stick

Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

1 Kegiatan Pendahuluan

a. Guru membacakan tujuan pembelajaran.

b. Guru memberikan apresiasi dengan

menanyakan “Bagaimana pengaruh pencemaran di lingkungan kita terhadap kelangsungan hidup makhluk hidup?”.

c. Guru memberikan motivasi”Dengan mempelajari materi ini, kita dapat mengetahui jenis-jenis limbah dan bagaimana cara daur ulangnya“.

a. Guru menjelaskan materi pengantar tentang limbah.

b. Guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS).

c. Guru membimbing dan mengawasi proses diskusi dalam LKS.

d. Guru menerima LKS yang dikumpulkan oleh siswa.

e. Guru memberikan

(61)

siswa pada anggota kelompok dan siswa yang mendapat tongkat harus menjawab

pertanyaan yang diajukan oleh guru. Seperti itu seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat giliran.

f. Guru memerintahkan anggota kelompok membantu menjawab pertanyaan jika anggota kelompoknya yang menerima tongkat tidak dapat menjawab

pertanyaan yang diajukan guru.

g. Guru memberi

penjelasan di depan kelas mengenai materi yang belum dipahami oleh siswa.

f. Siswa anggota kelompok

3 Kegiatan Penutup

a. Guru bersama siswa membuat kesimpulan dari kegiatan

pembelajaran yang telah dilakukan.

b. Guru memberikan informasi tentang materi untuk pertemuan yang datang.

E. Sumber Belajar/Alat/Bahan

1. Sumber Belajar:

a) Maryati, Sri, dkk. 2006. Biologi. Jakarta: Erlangga. (atau buku Biologi kelas X yang relevan) 2. Bahan :

(62)

1) Jenis : Nontes

2) Bentuk instrumen : Lembar Observasi Afektif (Receiving dan

Responding)

(63)

Anggota :

1. ………

2. ………

3. ………

4. ………

5. ………

Lembar Kerja Siswa I

Tujuan:

1. Menentukan macam-macam kegiatan manusia yang terkait dengan pencemaran lingkungan

2. Menjelaskan keterkaitan kegiatan manusia dengan masalah pencemaran lingkungan

3. Menjelaskan dampak kegiatan manusia terhadap pencemaran lingkungan

4. Menjelaskan upaya mencegah dan melestarikan lingkungan

Petunjuk!

1. Bekerja samalah dengan kelompokmu untuk mendiskusikan jawaban dari pertanyaan di bawah

ini!

2. Kemudian, diskusikan bersama kelompokmu jawaban dari LKS yang telah dikerjakan!

3. Tuliskan jawaban di tempat yang telah disediakan!

4. Kerjakan pertanyaan dibawah ini selama 30 menit!

Perhatikan wacana berikut untuk menjawab soal nomor 1 - 3!

Kegiatan manusia bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satunya adalah kebutuhan

pangan. Kebutuhan pangan yang semakin meningkat, memaksa para petani padi mulai

menggunakan pestisida. Umumnya petani memilih untuk mengambil manfaat pestisida karena dapat

menangkal tumbuhan dari serangan hama sehingga produktivitas tumbuhan menjadi tinggi. Namun

penggunaannya ternyata menimbulkan dampak penurunan kualitas tanah karena penumpukan sisa

(64)

http://media.viva.co.id/thumbs2/2012/02/29/145634_nasi-putih_

663_382.jpg

Kebutuhan pangan

http://static.republika.co.id/uploads/images/detailnews/seorang

-petani-menyemprotkan-pestisida-pada-tanaman-padi-di-areal- sawah.jpg

Pemenuhan kebutuhan (penggunaan pestisida)

Penurunan kualitas tanah

1.

1. Masalah apa yang terdapat pada wacana diatas dan apa penyebabnya? (skor 4)

Jawab:

……… ………

(65)

lingkungan!(skor 4)

Jawab:

……… ……… ……… ……… ………

3. Tuliskan dua dampak negatif pencemaran tanah akibat aktivitas manusia bagi lingkungan pada wacana di atas!(skor 4)

Jawab:

……… ……… ……… ………

Perhatikan wacana berikut untuk menjawab soal nomor 4-6!

Kebutuhan sandang manusia yang makin meningkat juga mendorong manusia untuk menciptakan

teknologi yang dapat meningkatkan jumlah produksi dan jenis bahan pakaian. Untuk itu, manusia

membangun pabrik tekstil. Di berbagai daerah banyak pengusaha yang mendirikan pabrik tekstil.

Pabrik tekstil tentu akan mengahasilkan limbah dari produk yang dihasilkannya. Limbah yang

dihasilkan dapat berupa sisa-sisa pewarnaan yang digunakan untuk pakaian. Biasanya limbah ini

(66)

http://media.halomalang.com/media/2012/03/Shopping/5/lines_2.jpg http://sin.stb.s-msn.com/i/8F/5E9FED257A24BD768A664A83F99D.jpg

Kebutuhan sandang Pemenuhan kebutuhan sandang

(pabrik tekstil)

http://shellaaaach.files.wordpress.com/2012/08/limbah_pewarnaan_dari_pabrik_tekstil_majalaya.jpg http://tutiturimayanti.files.wordpress.com/2013/09/b22b208adbb6202053ce256c02a85317.jpg

Dampak terhadap lingkungan Limbah pabrik di buang ke sungai

4. Masalah apa yang terdapat pada wacana diatas dan apa penyebabnya?(skor 4)

Jawab:

……… ……… ………

5. Jelaskan keterkaitan kegiatan manusia pada gambar diatas dengan masalah pencemaran

lingkungan! (skor 4)

Jawab:

(67)

wacana di atas! (skor 4)

Jawab:

……… ……… ……… ………

Perhatikan wacana berikut untuk menjawab soal nomor 7-9!

Dalam rangka memenuhi kebutuhan akan transportasi, manusia menggunakan berbagai jenis

kendaran bermotor untuk menunjang aktivitasnya. Tanpa adanya kendaraan bermotor, manusia

membutuhkan waktu yang lebih lama untuk sampai tempat tujuan, sehingga waktu yang digunakan

menjadi tidak efisien.Namun, pengunaan kendaraan bermotor tentu akan mengahasilkan polutan.

Polutan yang dihasilkan berupa asap hasil pembakaran yang tidak sempurna dari kendaraan tersebut.

Polutan ini akan dibuang ke lingkungan sehingga udara tercemar.

http://3.bp.blogspot.com/_SY3lPUDVNMo/ transportasi.png http://us.images.detik.com/content/2012/11/14/4/121816_macetmaning4.jpg

Kebutuhan transportasi Pemenuhan kebutuhan transportasi

http://4.bp.blogspot.com/- /GsS21c4ZUF0/s1600/1305polusi.jpg

Polutan

(68)

Jawab:

……… ………

8. Jelaskan keterkaitan kegiatan manusia pada gambar diatas dengan masalah pencemaran

lingkungan! (skor 4)

Jawab:

……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ………

9. Tuliskan dua dampak negatif pencemaran udara akibat aktivitas manusia bagi lingkungan pada wacana di atas! (skor 4)

Jawab:

(69)

Dalam rangka menambah nilai estetika dan keasrian kota, pemerintah dan masyarakat

bekerjasama membuat taman kota dengan cara menanami kota dengan pepohonan dan tumbuhan

tertentu. Tumbuhan yang umumnya ditanam berupa bunga, pohon beringin, akasia, dan berbagai

jenis pohon lainnya. Selain dapat memberikan keindahan dan juga menciptakan lingkungan kota

yang lebih asri, ternyata tanpa disadari pemerintah dan masyarakat juga telah melakukan

pelestarian lingkungan.

Kebutuhan estetika dan keasrian kota Pemenuhan kebutuhan estetika

(menanam pohon)

http://intaninchan.files.wordpress.com/2012/11/img_3936.jpg http:// himpalaunas.com/sites/himpalaunas.com/files/0916-csryou-siswa%20sekolah%20tanam%20pohon.jpg

Hutan Kota

http://3.bp.blogspot.com/leuDZBYKrwQ/TclXxxr7kxI/AQ/hZioJc6YkXs/s1600/fghdfgh.jpg

10.Berdasarkan wacana di atas, tuliskan dua manfaat aktivitas manusia dalam pelestarian lingkungan!

(skor 4)

Jawab:

……… ……… ………

(70)

Jawab:

Gambar

Tabel 1Kata operasional pada setiap level domain afektif ............................
Tabel 1. Kata operasional pada setiap level domain afektif
Tabel 2. Tingkatan-tingkatan Domain Afektif menurut Taksonomi Bloom (dalam Wicaksono, 2012: 114)
Gambar 2. Skema domain afektif
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa menggunakan media realia di kelas IV SDN 1 Tanjungsari Kecamatan

Dalam perspektif teori komunikasi antar pribadi yang terjadi antra klien, perantara, dan ayam kampus memiliki struktur pola tertentu yang dapat di dekati dengan struktur

Berdasarkan latar belakang dan masalah pokok yang dikemukakan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis yaitu “Bahwa pemberian program kesejahteraan karyawan

dalam udang yang t elah dibekukan masih dapat dit erima ialah lebih kecil dari 500. Dengan.. pencucian ini diharapkan j umlah mikroba dapat

- fixed asset dalam bentuk Tanah dan bangunan atau Ruko atau apartement atau sejenisnya dengan kepemilikan SHM atau SGB atau SGU yang dilengkapi dengan Ijin Mendirikan Bangunan

Verifikasi pada Hari Kamis s/d Jumat , Tanggal 28 s/d 29 Agustus 2014, Pukul : 08.00 wib s/d 16.00 Wib dengan membawa dokumen asli perusahaan beserta copyannya sesuai dengan data

Sebuah Draft Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Mendapat Gelar Magister Program Studi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Sekolah

from teachers involved, the junior teacher will improve his approach to teach from learning the senior teacher about the way to teach students. Whereas the senior teacher will