ABSTRAK
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK TERHADAP
AFEKTIF RECEIVING DAN RESPONDING SISWA PADA MATERI
PENCEMARAN LINGKUNGAN DAN LIMBAH
(Studi Eksperimen Siswa Kelas X SMA PERSADA Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)
Oleh
DIRA TIARA
Afektif receiving dan responding pada materi pokok Pencemaran Lingkungan dan Limbah pada siswa kelas X SMA PERSADA Bandar Lampung belum tercapai secara maksimal. Hal ini diduga karena guru belum pernah menggunakan model yang sesuai dengan materi Pencemaran Lingkungan dan Limbah. Untuk mengatasi hal itu, telah dilakukan penelitian menggunakan model pembelajaran Talking Stick.
Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan desain one-shot case study. Sampel penelitian adalah siswa kelas X1 yang dipilih dengan teknik cluster random sampling. Data penelitian ini berupa data kualitatif. Data kualitatif berupa data lembar observasi afektif receiving dan responding melalui model Talking Stick yang
dianalisis secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model Talking Stick berpengaruh dalam meningkatkan afektif receiving sebesar (77, 77%) dan afektif responding siswa sebesar (84,71%). Hal ini terlihat dari peningkatan afektif receiving pada aspek memberikan perhatian berkriteria baik (78,88%); menerima berkriteria baik (76,66%). Selanjutnya pada afektif responding pada aspek kemauan mencoba berkriteria baik (86,66%); mematuhi pedoman berkriteria baik (84,44%);
bertanggung jawab berkriteria baik(83,33%); menunjukkan ketertarikan berkriteria baik (85,555).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan model Talking Stick
berpengaruh dalam meningkatkan afektif receiving dan responding siswa pada materi Pencemaran Lingkungan dan Limbah.
Kata kunci : afektif receiving, afektif responding, pencemaran lingkungan dan limbah, talking stick
(Studi Eksperimen Siswa Kelas X SMA PERSADA Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)
Oleh DIRA TIARA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Biologi
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada 24 Juli 1992, yang merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Mujiono Karyo dan Ibu Nurhayati.
Pendidikan yang ditempuh penulis adalah TK KARTINI (1997-1998), SD Negeri 2 PALAPA (1998-2004), SMP Negeri 23 Bandar Lampung (2004-2007), MA Negeri 2 Tanjung Karang (2007-2010). Pada tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Unila melalui jalur seleksi Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB).
Alhamdullilahirobbil’alamin segala puji untukmu ya ALLah atas segala kemudahan, limpahan rahmad dan karunia yang Engkau berikan selama ini. Karya sederhana ini ku persembahkan sebagai tanda cinta kasihku kepada:
Kedua orang tua ku
Bapak (Mujiono Karyo) dan mamak (Nurhayati) terimakasih untuk kasih sayang, doa dan dukungan yang tiada habisnya selama ini.
Kakak-kakak dan Adikku
Bang Edo (Alm) dan adik kesayangan Erik terimakasih untuk dukungan dan kasih sayang yang telah diberikan.
Sarvia Trisniati, Dewinta Annisa, Tri Wulandari, Farina Sari, Trisnawati terimakasih untuk segala dukungan dan persaudaraannya selama ini. Hunny, terimakasih untuk semuanya. Untuk motivasi, semangat dan
dukungannya.
Seluruh pengajarku
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan ”
___Allah SWT. (Q.S Alam Nasyrah: 94)___
“Your love make me strong, Your hate make me unstoppable.
”
___CR 7___
“
Kesempatan selalu datang dari berbagai sudut,
bergantung diri kita mnyikapinya”
___ Dra
___
“Jalani hidup bagai air mengalir ikuti alirannya maka kita akan
mengetahui betapa banyak pengalaman yang terjadi”
Alhamdulillahirobbil’alamin, Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas segala
limpahan rahmat dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program
Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Unila. Skripsi ini
berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Talking Stick Terhadap Afektif
Receiving dan Responding Siswa Pada Materi Pencemaran Lingkungan dan
Limbah (Studi Experimen Siswa Kelas X SMA PERSADA Bandar Lampung
Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014).
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan
dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1 Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;
2 Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung;
3 Pramudiyanti, S.Si., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi
sekaligus Pembimbing Idan Pembimbing Akademik yang telah memberikan
bimbingan dan motivasi dalam proses penyelesaian skripsi ini;
4 Rini Rita T. Marpaung S.Pd, M.Pd., selaku Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan motivasi dalam proses penyelesaian skripsi ini;
5 Drs. Darlen Sikumbang, M.Biomed., selaku Pembahas yang telah memberikan
selama penelitian serta motivasi yang sangat berharga;
7 Partner terbaik (Sarvia Trisniati) terima kasih menemani ku disaat kegalauan
dan kesukaran ku selama ini;
8 Teman satu tim Susanti Agusta. Terimakasih atas kerjasamanya;
9 Sahabat-sahabatku Sarvia Trisniati, Mawar Oktivina, Mila Vanalita, Wodang
Sefty Goestira, Sisca P. S. N terima kasih atas semangat kebersamaan dan
kekeluargaan luar biasa yang terjalin hingga saat ini;
10 Ganesha Operation terimakasih terkhusus untuk Mbak Widya, Mbak Catur,
Mei yang telah memberikan motivasinya selama ini;
11 Rekan-rekan seperjuangan (Mahasiswa Pendidikan Biologi 2010) dan kakak
tingkat Pendidikan Biologi FKIP UNILA serta teman-teman KKN dan PPL
terimakasih atas bantuan, dan motivasi yang telah diberikan;
12 Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua.
Aamiin.
Bandar Lampung, Agustus 2014 Penulis
Dira Tiara
Halaman
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
I. PENDAHULUAN
D. Prosedur penelitian... 26
E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 28
F. Teknik Analisis Data ... 31
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 33
B. Pembahasan ... 35
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan 42
B. Saran ... 42
DAFTAR PUSTAKA ... 44
LAMPIRAN 1. Silabus... 47
6. Kunci Jawaban LKS II ... 73
7. Pertanyaan Lisan I ... 76
8. Pertanyaan Lisan II... 78
7. Data Hasil Penelitian ... 82
8. Foto-foto Penelitian ... 88
9. Surat Penilitian Pendahuluan... 94
10. Surat Izin Penilitian... 95
11. Surat Bukti Penelitian... 96
Halaman
Tabel
1 Kata operasional pada setiap level domain afektif ... 17
2 Tingkatan-tingkatan domain afektif menurut Taksonomi Bloom
... ... 20
3 Lembar observasi afektif receiving ...
29
4 Lembar observasi afektif responding...
30
5 Klasifikasi persentase afektif receiving dan responding siswa...
... ... 32
6 Hasil rata-rata tiap aspek afektif receiving siswa pertemuan I dan II
...
... ... 33
7 Hasil rata-rata tiap aspek afektif responding siswa pertemuan I dan
II ...
67
9 Rubrik Penilaian LKS II
Gambar Halaman 1. Hubungan antara variabel bebas dan terikat
... ... 8
2. Skema domain afektif
... ...
24
3. Desain one-shot case study .
... ... 26
4. Hasil pengamatan afektif receiving.
... ...
35
5. Hasil pengamatan afektif responding.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
menyatakan pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
dengan aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual agama, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan, negara.
Pendidikan ialah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala
lingkungan dan sepanjang hidup (UUSPN No. 20 tahun 2003: 3).
Dalam proses pembelajaran memiliki tujuan meliputi tiga domain yaitu
kognitif, afektif dan psikomotor. Aspek kognitif dan psikomotor sudah
dilaksanakan oleh para pendidik, sedangkan aspek afektif belum memperoleh perhatian seperti pada kedua aspek lainnya. Masalah afektif merupakan hal
yang penting namun implementasinya masih kurang, karena merancang pencapaian tujuan pembelajaran afektif tidak semudah seperti pembelajaran
kemampuan afektif yang baik, sulit mencapai keberhasilan studi yang optimal.
Ranah Afektif memuat tentang perilaku-perilaku yang menekankan pada aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan penyesuaian
diri. Domain afektif menurut taksonomi Bloom memiliki beberapa tingkatan, yaitu: receiving (attending), responding, valuing, organizing, dan
characterization by avalue atau value complex menurut Krathwohl, Bloom &
Masia, 1964 : 176-185 (Wicaksono. 2012: 113).
Secara rinci domain afektif memiliki tingkatan-tingkatan sebagai berikut : Pada tingkatan receiving (attending), fokus pembelajaran adalah pada asumsi,
artinya pada saat pembelajar diberi penjelasan tentang sebuah fenomena atau diberi stimulus, maka pembelajar akan mau menerima keberadaan fenomena atau stimulus tersebut. Terdapat 3 (tiga) sub tingkatan, yaitu kesadaran
(awareness), kemauan untuk menerima (willingness to receive), dan perhatian tertentu (selected attention).
Pada tingkatan menanggapi (responding), fokus pembelajaran adalah pada
respon individu terhadap suatu fenomena, jadi lebih dari hanya sekadar memperhatikan. Pada tingkatan ini seorang pengajar dapat melihat secara
langsung ketertarikan si pembelajar pada materi yang sedang diajarkan pada saat itu. Pada tingkatan ini, terdapat 3 (tiga) sub tingkatan, yaitu:
acquiescence inresponding, willingness to respond, dan satisfaction in
Berdasarkan uraian diatas perlu meningkatkan Afektif (receiving dan responding) pada siswa, karena manusia tidak hanya menggunakan domain
kognitif dan psikomotor saja, tetapi domain afektif juga penting dalam menunjang proses pembelajaran. Khususnya pada bagian afektif, yaitu
responding dan receiving karena dapat membantu siswa menjadi aktif dalam
mengemukakan pendapat. Kemampuan afektif ini juga tersirat dalam tujuan kurikulum 2013, yaitu Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan
manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta
mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia (Ikapidjakarta. 2013: 8).
Dari tujuan tersebut diketahui bahwa pada kurikulum 2013 menyiapkan pengembangan afektif, namun ketika dalam proses pembelajaran dilakukan
belum terlihat adanya domain afektif dari siswa meliputi (receiving dan responding). Hal tersebut juga ditemukan ketika observasi dan diskusi dengan
guru Biologi yang mengajar kelas X di SMA Persada Bandar Lampung, diketahui bahwa selama ini tidak semua siswa diberikan penilaian tentang afektif (receiving dan responding). Selain itu, pada proses pembelajaran
berlangsung ketika guru meminta siswa untuk mengemukakan pendapat tentang pertanyaan materi yang sedang diajarkan, siswa tidak langsung
berbicara ketika diminta untuk menyampaikan pendapatnya.
pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa akan mengikuti
pembelajaran dengan antusias dan terlibat aktif dalam pembelajaran. Dengan
model pembelajaran ini, diharapkan semua siswa dapat aktif dalam merespon dan menerima kegiatan pembelajara. Siswa yang tidak pernah mengajukan
pendapat atau ide dituntut untuk mengemukakan pendapat, sehingga ia dapat terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Puspitasari (2012: 38) tentang keefektifan pembelajaran biologi melalui model Talking Stick terhadap afektif
siswa, dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan hasil belajar aspek kognitif dan afektif siswa kelas VII D SMP Negeri 3 Kartasura pokok materi
ekosistem tahun pelajaran 2011/2012. Mengacu pada hasil penelitian tersebut, diduga model Talking Stick juga dapat diterapkan dalam materi pencemaran lingkungan dan limbah, karena dalam kedua materi ini banyak meminta
pendapat dari siswa yang bisa dimunculkan sebagai stimulus belajar.
Oleh karena itu, peneliti menganggap perlu mengadakan penelitian dengan menerapkan model pembelajaran Talking Stick dalam menggali afektif
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam
penelitian sebagai berikut:
1. Adakah pengaruh penggunaan model pembelajaran Talking Stick terhadap
afektif (receiving) siswa pada materi pokok pencemaran lingkungan dan limbah?
2. Adakah pengaruh penggunaan model pembelajaran Talking Stick terhadap
afektif (responding) siswa pada materi pokok pencemaran lingkungan dan limbah?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Pengaruh dari penggunaan model pembelajaran Talking Stick terhadap afektif (receiving) siswa kelas X SMA pada materi pokok pencemaran
lingkungan dan limbah.
2. Pengaruh dari penggunaan model pembelajaran Talking Stick terhadap afektif (responding) siswa kelas X SMA pada materi pokok
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Bagi peneliti : menambah wawasan dalam melakukan penelitian dan
pengalaman sebagai calon guru dalam memilih model pembelajaran yang tepat unuk meningkatkan afektif (receiving dan responding)..
2. Bagi guru: memberikan suatu alternatif dalam memilih media dan model
pembelajaran yang dapat digunakan untuk megembangkan kemampuanmengemukakan pendapat siswa.
3. Bagi siswa:memberikan pengalaman belajar biologi yang tidak
menjenuhkan dengan penerapan model Cooperative Learning tipe Talking Stick.
4. Sekolah: yaitu dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan ditingkat SMA
5. Dapat menjadi referensi tambahan bagi mahasiswa yang tertarik ingin meneliti tentang topik penelitian yang sama.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah:
1. Siswa yang menjadi subyek penelitian ini adalah siswa kelas X1 SMA PERSADA Bandar Lampung semester genap TP 2013/2014.
2. Model pembelajaran tipe Talking stick, Yang digunakan dalam penelitian
melakukan diskusi; (e) guru memberikan tongkat kepada siswa yang menjawab pertanyaan dari guru secara bergilir; (f) siswa anggota
kelompok diperbolehkan membantu temannya; (g) guru menyimpulkan pelajaran.
3. Receiving (menerima) meliputi memberikan perhatian dan menerima 4. Responding (memberikan tanggapan) meliputi kemauan untuk mencoba,
mematuhi pedoman, bertanggung jawab, dan menunjukkan ketertarikan.
5. Materi pokok pada penelitian ini adalah Pencemaran Lingkungan dan Limbah.
F. Kerangka Pikir
Pembelajaran biologi akan lebih bermakna jika siswa terlibat aktif dalam
proses belajar mengajar dikelas sehingga siswa akan lebih memahami materi yang disampaikan. Materi pokok pencemaran lingkungan dan limbah
merupakan salah satu materi yang pembelajarannya dapat dilakukan dengan berdidkusi, melalui kegiatan berdiskusi ini menuntun siswa untuk
mengeluarkan pendapat sehingga domain afektif (receiving dan responding)
dapat terlihat.
Dengan model pembelajaran Talking Stick yang menyenangkan, siswa akan
mengikuti pembelajaran dengan antusias sehingga akan terlibat aktif dalam
proses pembelajaran dikelas. Dengan begitu, afektif (receiving dan
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel bebas dan variabel
terikat. Dimana variabel bebasnya adalah pengaruh penggunaan model
pembelajaran Talking Stick, sedangkan variabel terikatnya adalah Afektif
(receiving dan responding).
Hubungan antar variabel bebas dengan variabel terikat ditunjukkan pada tabel
dibawah ini:
Ket: X: model pembelajran Talking Stick Y1: Afektif (receiving)
Y2 : Afektif (responding)
Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat
G. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini yaitu ada pengaruh model pembelajaran talking stick terhadap peningkatan afektif (receiving) dan (responding) siswa pada
materi pokok pencemaran lingkungan dan limbah. Y1
X
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Model Pembelajaran Talking Stick
Model Talking Stick merupakan salah satu model yang menekankan pada
keterlibatan siswa pada proses belajar mengajar, untuk berani mengemukakan
pendapat. Metode ini dapat memberikan motivasi kepada siswa supaya
belajar aktif dalam memahami dan menemukan konsep, sehingga siswa
mampu menghubungkan soal dengan teori yang ada, misalnya pada bagian
contoh soal yang merupakan bagian dari bahan belajar siswa dapat digunakan
untuk menggambarkan teori, konsep dari materi pembelajaran yang dibahas
dalam diskusi antara siswa dengan guru (Styawati, 2011: 4).
Menurut Suyatno (2009: 71) (dalam Suarni, 2012: 17) menyatakan bahwa,
“Model talking stick merupakan model pembelajaran yang dirancang untuk
mengukur tingkat penguasaan materi pelajaran oleh siswa dengan
menggunakan tongkat”. Pembelajaran dengan model ini dilakukan dengan
bantuan tongkat, siswa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan
dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya.
Sedangkan menurut Ramadhan (2010) (dalam Suarni, 2012: 17)
mengungkapkan bahwa Talking Stick (tongkat berbicara) adalah model yang
orang berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum (pertemuan
antarsuku).
Tongkat berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh suku-suku
indian sebagai alat menyimak secara adil dan tidak memihak. Tongkat
berbicara sering digunakan kalangan dewan untuk memutuskan siapa yang
memunyai hak berbicara. Pada saat pimpinan rapat mulai berdiskusi dan
membahas masalah, ia harus memegang tongkat berbicara. Tongkat akan
pindah ke orang lain apabila ia ingin berbicara atau menanggapinya. Dengan
cara ini tongkat berbicara akan berpindah dari satu orang ke orang lain jika
orang tersebut ingin mengemukakan pendapatnya. Apabila semua
mendapatkan giliran berbicara, tongkat itu lalu dikembalikan lagi ke
ketua/pimpinan rapat.
Dalam bidang pendidikan Talking Stick termasuk salah satu model
pembelajaran yang dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang
tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari
materi pokoknya. Pembelajaran Talking Stick sangat cocok diterapkan bagi
siswa SD/MIN, SMP/MTs, SMA/MAN/SMK. Selain melatih berbicara,
model ini akan menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan
membuat siswa aktif.
Model pembelajaran talking stick salah satu model pembelajaran yang
kooperatif. Model pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa
yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa
Menurut pendapat Dahlan (2000: 120) (dalam Suarni, 2012: 17) bahwa
model pembelajaran Talking Stick menggunakan sebuah tongkat sebagai alat
penunjuk giliran siswa yang mendapat tongkat akan diberi pertanyaan dan
harus dijawab. Kemudian secara estafet tongkat tersebut berpindah ke tangan
siswa lain secara bergiliran, demikian seterusnya sampai seluruh siswa
mendapat tongkat dan pertanyaan.
Sedangkan menurut pendapat dari Sudjana (2001: 10) (dalam Suarni, 2012:
18) yang menyatakan bahwa, model pembelajaran talking stick merupakan
model pembelajaran yang menggunakan alat berupa tongkat sebagai alat
bantu bagi guru untuk mengajukan pertanyaan kepada siswa dengan
menimbulkan suasana yang menyenangkan. Tongkat tersebut digilirkan pada
siswa dan bagi siswa mendapatkan tongkat sesuai dengan aba-aba dari guru,
maka siswa diberi pertanyaan oleh guru dan harus dijawab.
Dari dua penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
talking stick adalah tongkat sebagai alat bantu guru estafet secara bergiliran
yang harus menjawab mendapat pertanyaan guru. Setelah menjelaskan
pengertian model pembelajaran tersebut, tentu model pembelajaran talking
stick mempunyai langkah-langkahnya.
Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam model Talking Stick
menurut Hanafiah dan Suhana, (2012: 48) yaitu sebagai berikut:
1. Guru membentuk kelompok yang terdiri dari 5-6 orang.
3. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian
memberikan kesempatan kepada para kelompok untuk membaca dan
mempelajari materi pegangannya.
4. Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat dalam wacana.
5. Setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran dan
mempelajarinya, guru mempersilahkan anggota kelompok untuk
menutup wacananya.
6. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu anggota
kelompok, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan anggota
kelompok yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya.
Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian
untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.
7. Siswa lain boleh membantu menjawab pertanyaan jika anggota
kelompoknya tidak bisa menjawab pertanyaan.
8. Guru memberikan kesimpulan.
9. Guru melakukan evaluasi /penilaian, baik secara kelompok maupun
individu.
10.Guru menutup pembelajaran.
Di Dalam model pembelajaran Talking Stick, model ini memiliki kelebihan
dan kekurangan. Adapun kekurangan dan kelebihan dari model Talking Stick
menurut Suprijono (2010: 110) sebagai berikut :
Kelebihan model Talking Stick a) menguji kesiapan siswa, b) melatih siswa membaca dan memahami materi dengan cepat, c) memacu siswa agar lebih giat belajar (belajar dahulu), d) siswa berani mengemukakan pendapat
Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa talking stick dipakai sebagai
tanda seseorang memunyai hak suara (berbicara) yang diberikan secara
bergiliran atau bergantian.
B. Afektif
Hasil belajar menurut Bloom 1976 (dalam Abdul, 2008: 2) mencakup prestasi
belajar, kecepatan belajar, dan hasil afektif. Andersen, 1981 (dalam Abdul: 2)
sependapat dengan Bloom bahwa karakteristik manusia meliputi cara yang
tipikal dari berpikir, berbuat, dan perasaan. Tipikal berpikir berkaitan dengan
ranah kognitif, tipikal berbuat berkaitan dengan ranah psikomotor, dan tipikal
perasaan berkaitan dengan ranah afektif. Ranah afektif mencakup watak
perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, atau nilai. Ketiga ranah tersebut
merupakan karakteristik manusia sebagai hasil belajar dalam bidang
pendidikan.
Menurut Popham, 1995 (dalam Abdul, 2008: 2), ranah afektif menentukan
keberhasilan belajar seseorang. Orang yang tidak memiliki minat pada
pelajaran tertentu sulit untuk mencapai keberhasilan belajar secara optimal.
Seseorang yang berminat dalam suatu mata pelajaran diharapkan akan
mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Oleh karena itu, semua pendidik
harus mampu membangkitkan minat semua peserta didik untuk mencapai
kompetensi yang telah ditentukan. Selain itu ikatan emosional sering
diperlukan untuk membangun semangat kebersamaan, semangat persatuan,
merancang program pembelajaran, satuan pendidikan harus memperhatikan
ranah afektif.
Keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif dan psikomotor dipengaruhi
oleh kondisi afektif peserta didik. Peserta didik yang memiliki minat belajar
dan sikap positif terhadap pelajaran akan merasa senang mempelajari mata
pelajaran tertentu, sehingga dapat mencapai hasil pembelajaran yang optimal.
Walaupun para pendidik sadar akan hal ini, namun belum banyak tindakan
yang dilakukan pendidik secara sistematik untuk meningkatkan minat peserta
didik. Oleh karena itu untuk mencapai hasil belajar yang optimal, dalam
merancang program pembelajaran dan kegiatan pembelajaran bagi peserta
didik, pendidik harus memperhatikan karakteristik afektif peserta didik.
Menurut Krathwohl, 1961 (dalam Abdul, 2008: 2-3) bila ditelusuri hampir
semua tujuan kognitif mempunyai komponen afektif. Dalam pembelajaran
sains, misalnya di dalamnya ada komponen sikap ilmiah. Sikap ilmiah adalah
komponen afektif. Tingkatan ranah afektif menurut taksonomi Krathwohl ada
lima, yaitu: receiving (attending), responding, valuing, organization, dan
characterization.
1. Tingkat receiving
Pada tingkat receiving atau attending, peserta didik memiliki keinginan
memperhatikan suatu fenomena khusus atau stimulus, misalnya kelas,
kegiatan, musik, buku, dan sebagainya. Tugas pendidik mengarahkan
perhatian peserta didik pada fenomena yang menjadi objek pembelajaran
membaca buku, senang bekerjasama, dan sebagainya. Kesenangan ini akan
menjadi kebiasaan, dan hal ini yang diharapkan, yaitu kebiasaan yang
positif.
2. Tingkat responding
Responding merupakan partisipasi aktif peserta didik, yaitu sebagai bagian
dari perilakunya. Pada tingkat ini peserta didik tidak saja memperhatikan
fenomena khusus tetapi ia juga bereaksi. Hasil pembelajaran pada ranah
ini menekankan pada pemerolehan respons, berkeinginan memberi
respons, atau kepuasan dalam memberi respons. Tingkat yang tinggi pada
kategori ini adalah minat, yaitu hal-hal yang menekankan pada pencarian
hasil dan kesenangan pada aktivitas khusus. Misalnya senang membaca
buku, senang bertanya, senang membantu teman, senang dengan
kebersihan dan kerapian, dan sebagainya.
3. Tingkat valuing
Valuing melibatkan penentuan nilai, keyakinan atau sikap yang
menunjukkan derajat internalisasi dan komitmen. Derajat rentangannya
mulai dari menerima suatu nilai, misalnya keinginan untuk meningkatkan
keterampilan, sampai pada tingkat komitmen. Valuing atau penilaian
berbasis pada internalisasi dari seperangkat nilai yang spesifik. Hasil
belajar pada tingkat ini berhubungan dengan perilaku yang konsisten dan
stabil agar nilai dikenal secara jelas. Dalam tujuan pembelajaran, penilaian
4. Tingkat organization
Pada tingkat organization, nilai satu dengan nilai lain dikaitkan, konflik
antar nilai diselesaikan, dan mulai membangun sistem nilai internal yang
konsisten. Hasil pembelajaran pada tingkat ini berupa konseptualisasi nilai
atau organisasi sistem nilai. Misalnya pengembangan filsafat hidup.
5. Tingkat characterization
Tingkat ranah afektif tertinggi adalah characterization nilai. Pada tingkat
ini peserta didik memiliki sistem nilai yang mengendalikan perilaku
sampai pada waktu tertentu hingga terbentuk gaya hidup. Hasil
pembelajaran pada tingkat ini berkaitan dengan pribadi, emosi, dan sosial.
Menurut Dettmer, 2006 (dalam Nur aini 2011: 9) Affective Domain (Ranah
Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi,
seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. Level afektif versi
lama terdiri dari 5 level yakni; receiving (attending), responding, valuing,
organization, dan characterization by a value or value complex.
Pada versi terbaru, level domain afektif terdiri dari receive, respond, value,
organize, internalize, characterize, wonder, dan aspire menurut Dettmer
(2006) (dalam Wicaksono, 2012: 112-113). Kata operasional pada setiap level
Tabel 1. Kata operasional pada setiap level domain afektif
No Level Afektif Kata Operasional Contoh
1 Receive (menerima)
Peserta didik memiliki keinginan
memperhatikan suatu fenomena khusus atau stimulus, misalnya kelas, kegiatan, musik, buku, dan sebagainya
Keterbukaan, kepedulian, perhatian, ketertarikan, berminat, dll
Contoh pernyataan pada angket Saya tertarik untuk menjadi anggota Biologi Study Club (BSC) Saya selalu memperhatikan penjelasan guru biologi Saya sulit memahami pelajaran biologi. Menurut saya, belajar biologi sangat penting
2 Respond (menanggapi)
Pada tingkat ini peserta didik tidak saja
memperhatikan
fenomena khusus tetapi ia juga bereaksi.
menjawab,
membantu, senang, menyesuaikan, menyambut, melakukan, dll
Contoh pernyataan pada angket: Saya senang membaca buku biologi. Saya selalu membantu teman yang kesulitan dalam pelajaran biologi
3 Value (nilai) Valuing
melibatkan penentuan nilai, keyakinan atau sikap yang belajar, bekerja, dll
Contoh pernyataan pada angket: Saya membaca buku biologi minimal 3 kali dalam seminggu. Pelajaran biologi sebaiknya dilakukan dengan cara praktek lapangan
4 Organize (mengatur)
Pada tingkat
organization, nilai satu dengan nilai lain dikaitkan, konflik antar nilai diselesaikan, dan mulai membangun sistem nilai internal yang konsisten.
mengatur,
Contoh pernyataan pada angket: Saya mengatur waktu khusus untuk belajar biologi di rumah
Contoh pernyataan pada angket: Pembelajaran biologi memberikan pengaruh positif terhadap pola hidup saya. Saya akan mengubah kebiasaan buruk yang merusak
verifikasi, dll
6 Characterize (Karakter)
Pada tingkat ini peserta didik memiliki sistem nilai yang
mengendalikan perilaku sampai pada waktu tertentu hingga terbentuk gaya hidup.
Mencirikan
Contoh pernyataan pada lembar observasi:
Siswa menunjukkan sifat pola hidup sehat setelah
mempelajari biologi Siswa membuang sampah pada tempatnya yang menandakan bahwa siswa tersebut
mencintai lingkungan. Contoh pernyataan pada angket: Pelajaran biologi memberikan saya pemahaman untuk lebih mencintai lingkungan, sehingga saya berkomitmen untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan. Saya berolah raga setiap hari yang mencirikan saya menerapkan pola hidup sehat
7 Wonder (Keingintahuan) Mengagumi
Renungan bertanya-tanya Berpikir Heran Ingin tahu
Contoh pernyataan pada angket: Saya mengagumi betapa sempurnanya Tuhan menciptakan sebuah ekosistem Pembelajaran biologi membuat saya merasa lebih ingin tahu tentana alam. Jika nilai biologi saya rendah, saya akan berfikir untuk mencari strategi belajar yang lebih baik. Jika ada fenomena biologi yang saya temui, saya akan mencari tahu tentang fenomena tersebut dari buku atau bertanya pada orang.
8 Aspire (cita-cita) keinginan,
harapan, tujuan, impian, motivasi
Contoh pernyataan pada angket: Saya berharap pembelajaran biologi akan semakin inovatif dan kreatif. Saya belajar biologi dengan rajin supaya bisa menjadi peneliti bidang biologi.
Sejak disusunnya taksonomi oleh Benyamin Bloom pada tahun 1956, maka
tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:
a) Ranah Kognitif memuat perilaku-perilaku yang menekankan aspek
intelektual, seperti pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan berpikir,
b) Ranah Afektif memuat tentang perilaku-perilaku yang menekankan pada
aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan penyesuaian
diri, dan
c) Ranah Psikomotor berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek
keterampilan motorik seperti menari, menggambar, menggunakan
komputer, dan mengoperasikan mesin.
Domain afektif menurut taksonomi Bloom memiliki beberapa tingkatan,
yaitu: receiving (attending), responding, valuing, organizing, dan
characterization by a value atau value complex Krathwohl, Bloom & Masia,
Secara rinci domain afektifmemiliki tingkatan-tingkatan sebagai berikut.
Tabel 2. Tingkatan-tingkatan Domain Afektif menurut Taksonomi Bloom (dalam Wicaksono, 2012: 114).
Tingkatan Sub-Tingkatan
Receiving (attending) Awarenes
Willing to Receive
Controlled (selected attention)
Responding Aquiescence in responding
Willingness to respond
Satisfactionin response
Valuing Penerimaan terhadap nilai-nilai yang dianut
(acceptance of value)
Preferensi nilai
Komitmen
Organization Conceptualization of a value
Organization of a value system
Characterization by
value (value complex) Generalized set
Characterization
Pada tingkatan receiving (attending), fokus pembelajaran adalah pada asumsi,
artinya pada saat pembelajar diberi penjelasan tentang sebuah fenomena atau
diberi stimulus, maka pembelajar akan mau menerima keberadaan fenomena
atau stimulus tersebut. Terdapat 3 (tiga) sub tingkatan, yaitu kesadaran
(awareness), kemauan untuk menerima (willingness to receive), dan perhatian
tertentu (selected attention).
Kesadaran agak berbeda dengan perilaku kognitif, terutama pada saat
merespon sebuah stimulus. Di dalam perilaku kognitif, pembelajar dapat
mengungkapkan respon atas sebuah stimulus, sedangkan di sub level ini
pembelajar hanya menerima stimulus tersebut tanpa ada kewajiban untuk
lingkungan sekitar yang dianggap menarik seperti perabot kelas, bangunan
sekolah tanpa memberikan komentar.
Pada sub level kemauan untuk menerima, pembelajar hanya memiliki kemauan
untuk menerima stimulus yang diberikan oleh pengajar, sehingga pembelajar
hanya berada dalam keadaan pasif menerima dengan cara memperhatikan apa
yang diberikan kepadanya. Contoh di sub level ini adalah pada saat pembelajar
telah bersedia untuk memperhatikan apa yang diucapkan oleh sang pengajar,
meski tidak harus mampu memahami apa yang sedang diucapkan, tetapi sudah
terdapat kemauan untuk berusaha fokus kepada apa yang sedang dikatakan atau
sedang diterangkan pada saat itu.
Pada sub level yang ke-3 yaitu perhatian tertentu (selected attention),
pembelajar telah mampu menerima stimulus secara sadar sehingga mampu
memilah dengan baik stimulus yang diberikan oleh pengajar di luar stimulus
yang ada pada saat itu. Sebagai contoh, si pembelajar telah mampu memilah
antara satu rumus dengan rumus yang lain dalam sebuah pelajaran di bidang
sains.
Pada tingkatan menanggapi (responding), fokus pembelajaran adalah pada
respon individu terhadap suatu fenomena, jadi lebih dari hanya sekadar
memperhatikan. Pada tingkatan ini seorang pengajar dapat melihat secara
langsung ketertarikan si pembelajar pada materi yang sedang diajarkan pada
saat itu. Pada tingkatan ini, terdapat 3 (tiga) sub tingkatan, yaitu: acquiescence
inresponding, willingness to respond, dan satisfaction in response. Pada
pembelajar mulai menunjukkan kepatuhan terhadap peraturan yang diterapkan
atau menunjukkan reaksi terhadap kewajiban yang disampaikan oleh pengajar.
Demikian pula, pada willingness to respond si pembelajar telah menunjukkan
sikap sukarela dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh pengajar.
Sedangkan pada sub-tingkatan satisfaction in response, pengajar dapat melihat
secara jelas kepuasan dan rasa senang yang ditunjukkan oleh para pembelajar
secara eksplisit.
Pada tingkatan valuing, pembelajar akan menunjukkan komitmennya
berdasarkan nilai yang dianutnya yang selanjutnya akan menuntun perilaku
pembelajar. Kondisi ini sangat berbeda dengan konsep motivasi eksternal yang
hanya mengarah kepada kepatuhan. Terdapat 3 (tiga) sub tingkatan valueing,
yaitu penerimaan terhadap nilai-nilai yang dianut (acceptance of value),
preferensi nilai, dan komitmen.
Pada sub-tingkatan acceptance of value, pembelajar telah memiliki keyakinan
bahwa dirinya telah memiliki nilai-nilai tertentu dalam dirinya dan memiliki
kemauan untuk dapat diidentifikasi oleh orang lain berdasarkan keyakinan
tersebut. Misalnya, seorang siswa memiliki keyakinan bahwa dirinya dapat
bertoleransi dengan banyak orang yang berasal dari berbagai daerah asal. Pada
subtingkatan preference of value, pembelajar tidak hanya yakin pada nilai yang
telah dia miliki, namun juga berusaha untuk mempertahankan nilai-nilai
tersebut. Sedangkan pada sub-tingkatan commitment, seseorang tidak hanya
tersebut sehingga pada akhirnya akan menjadi sebuah motivasi dalam
melakukan suatu tindakan.
Pada tingkatan organisasi (organization), pembelajar sudah sampai pada
tahapan mempercayai nilai-nilai tertentu, selanjutnya ia akan dihadapkan pada
lebih dari satu nilai atau beberapa nilai yang harus dipercayainya. Pada
tingkatan ini, pembelajar mulai mengorganisasi nilai-nilai tersebut dan mencari
hubungan antara satu nilai dengan nilai yang lain, dan selanjutnya berusaha
menemukan nilai yang menurutnya paling dominan. Organization memiliki
2(dua) sub tingkatan, yaitu: conceptualization of a value dan organization of a
value system. Sebagai lanjutan dari level sebelumnya, maka pada
conceptualization of a value, seorang pembelajar mulai merelasikan nilai-nilai
yang dia miliki dan berusaha mencari nilai mana yang seharusnya dia pegang
teguh. Selanjutnya, setelah melakukan abstraksi dari nilai yang dia miliki pada
sub-tingkatan organization of a value system, pembelajar akan berusaha
mengorganisasi seluruh nilai yang ia temukan.
Pada tingkatan yang terakhir yaitu characterization by value set atau value
complex, pembelajar dianggap telah memiliki nilai yang kuat di dalam dirinya,
maka ia akan berusaha melakukan generalisasi terhadap perilakunya dan
mengintegrasikan keyakinan, ide dan tingkah laku menjadi sebuah filosofi
hidup. Terdapat dua sub level yaitu: generalized set dan characterization.
Pada sub-tingkatan generalized set, seorang pembelajar telah mampu bersikap
konsisten dari dalam diri sendiri atau internal berdasarkan nilai-nilai yang telah
proses internalisasi. Karenanya, pada sub level ini pembelajar telah mampu
memiliki filosofi pribadi yang kuat dan konsisten.
III. METODE PENELITIAN
A.Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di SMA Persada Bandar Lampung pada bulan
Mei semester genap tahun ajaran 2013-2014.
B.Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X1 semester genap
SMA Persada Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014. Sampel dalam
penelitian ini adalah kelas X1 yang dipilih dengan teknik cluster random
sampling (Margono, 2005: 127).
C.Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain One-Shot Case
Study. Desain ini hanya memberi perlakuan pada satu kelas. Kelas X1 diberi
perlakuan menggunakan model pembelajaran Talking Stick untuk dua materi
pokok yaitu pencemaran lingkungan dan limbah. Kemudian diobservasi hasil
dari perlakuan model pembelajaran tersebut.
Struktur desain penelitian ini adalah sebagai berikut:
Kelompok perlakuan Observasi
Keterangan :I = Kelas X1; X = Perlakuan model pembelajaran Talking Stick;
O = Observasi Afektif Receiving dan Responding siswa. Gambar 3. Desain One – Shot Case Study (dimodifikasi dari Sugiyono,
2013:74).
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan
penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Prapenelitian
Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian sebagai berikut :
a. Membuat surat izin penelitian ke sekolah tempat diadakannya penelitian.
b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, untuk
mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti.
c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol.
d. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk
setiap pertemuan.
e. Membuat lembar observasi untuk mengetahui afektif (receiving dan
responding) siswa.
2. Pelaksanaan Penelitian
Mengadakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran Talking StickPenelitian ini direncanakan sebanyak dua kali
a. Pendahuluan
1)Siswa diberikan apersepsi. Guru menanyakan:
(Pertemuan I); ”Bagaimana kondisi lingkungan disekitar kalian
saat ini?”
(Pertemuan II); “Bagaimana pengaruh pencemaran di lingkungan
kita terhadap kelangsungan hidup makhluk hidup?”
2)Siswa memperoleh motivasi dari guru:
(Pertemuan I): ”Dengan mempelajari materi ini, kita dapat
mengetahui aktivitas manusia yang dapat merusak lingkungan
sehingga kita dapat menghindari aktivitas tersebut”
(Pertemuan II): ”Dengan mempelajari materi ini, kita dapat
mengetahui jenis-jenis limbah dan bagaimana cara daur ulangnya”
3)Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran yang harus dicapai
diakhir pembelajaran. Siswa mendengarkan penjelasan guru
mengenai langkah-langkah model pembelajaran Talking Stick.
4)Siswa duduk dalam kelompoknya masing-masing.
b. Kegiatan inti
1)Siswa mendengarkan materi pengantar yang disampaikan oleh
guru. Pertemuan pertama mengenai pencemaran, jenis dan
sumbernya. Pertemuan kedua mengenai cara pencegahan dan
penanggulangan pencemaran serta mengenai limbah.
2)Siswa dibagikan Lembar Kerja Siswa (LKS).
3)Siswa berdiskusi mengerjakan LKS dengan dibimbing dan diawasi
4)Siswa mengumpulkan lembar kerja kelompok yang telah
dikerjakan dan didiskusikan.
5)Guru memberikan tongkat kepada salah satu siswa pada anggota
kelompok dan siswa yang mendapatkan tongkat harus menjawab
pertanyaan yang di ajukan oleh guru sedangkan anggota kelompok
yang lain dapat membantu apa bila siswa yang memegang tongkat
tidak dapat menjawab. Seperti itu seterusnya sampai sebagian besar
siswa mendapat giliran.
c. Penutup
1) Guru bersama siswa membuat kesimpulan dalam setiap
pertemuan.
2) Guru meminta siswa untuk membaca materi yang akan dibahas
pada pertemuan selanjutnya.
3) Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
E.Jenis Data dan Teknik Pengambilan Data
Jenis dan teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah :
1. Jenis Data
Data penelitian berupa data kualitatif yaitu deskripsi afektif (receiving dan
responding) siswa selama pembelajaran.
2. Teknik Pengambilan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Data afektif (receiving dan responding) siswa diperoleh melalui lembar
observasi afektif (responding dan receiving) siswa berisi semua aspek
afektif yang diamati pada saat proses pembelajaran. Setiap siswa
diamati point kegiatan yang dilakukan dengan cara memberi tanda (√ )
pada lembar observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan.
Tabel 3. Lembar Observasi Afektif (Receiving) Siswa
No Nama
Aspek yang diamati
A B
1 2 3 1 2 3
1
2
3 Dst
∑xi
N
X
Kriteria
Keterangan :
1. Domain receiving
A. Memberikan perhatian:
1. Terlihat tidak siap ketika menerima stick
2. Terlihat kaget ketika menerima stick
B. Menerima:
1. Terlihat tidak senang ketika menerima stick
2. Terlihat biasa saja ketika menerima stick
3. Terlihat senang ketika menerima stick
Menurut Dettmer, 2006 (dalam Wicaksono, 2012: 112-113).
Tabel 4. Lembar Observasi Afektif (Responding) Siswa
No Nama
Aspek yang diamati
A B C D
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1
2
3 Dst
∑xi
n
X
Kriteria
Keterangan :
1. Domain Responding
A. Kemauan untuk mencoba
1.Tidak mau mencoba menjawab pertanyaan ketika menerima stick
2. Ragu-ragu mencoba menjawab pertanyaan ketika menerima stick
B. Mematuhi pedoman
1. Tidak mematuhi pedoman,sebagian besar waktu proses
pembelajaran digunakan untuk bermain- main
2. Kurang mematuhi pedoman, kurang serius ketika proses belajar
3. Mematuhi pedoman, serius ketika proses pembelajaran
C. Bertanggung jawab
1. Tidak bertanggung jawab untuk menjawab pertanyaan ketika
menerima stick
2. Kurang bertanggung jawab untuk menjawab pertanyaan ketika
menerima stick
3. Bertanggung jawab untuk menjawab pertanyaan ketika menerima
stick
D. Menunjukkan ketertarikan
1. Terlihat tidak antusias dalam mengikuti proses pembelajaran
2. Terlihat kurang antusias dalam mengikuti proses pembelajaran
3. Terlihat antusias dalam mengikuti proses pembelajaran
Menurut Dettmer, 2006 (dalam Wicaksono, 2012: 112-113).
F. Teknik Analisis Data
1. Pengolahan Data Afektif Siswa
Data afektif (receiving dan responding) siswa selama proses pembelajaran
berlangsung merupakan data yang diambil melalui observasi. Data tersebut
dianalisis dengan menggunakan indeks afektif (receiving dan responding)
Langkah–langkah yang dilakukan untuk yaitu:
1) Menghitung rata–rata skor afektif receiving dan responding dengan
menggunakan rumus:
100
x n
xi
Keterangan = Rata-rata skor receiving dan responding siswa ∑xi = Jumlah skor maksimal yang diperoleh
n = Jumlah skor maksimum
(dimodifikasi dari Sudjana, 2002: 67)
2) Setelah memperoleh rata-rata skor afektif receiving dan respondingsiswa
kemudian menafsirkan atau menentukan kriteria Indeks afektif receiving
dan responding sesuai klasifikasi pada tabel 3.3.
Tabel 5. Klasifikasi Indeks Afektif (Receiving dan Responding) Siswa
No Skor Kriteria Afektif (Receiving dan
Responding)
1. 87,50 - 100 Sangat baik 2. 75,00 - 87,49 Baik 3. 50,00 - 74,99 Cukup 4. 0 - 49,99 Kurang
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil uraian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Penggunaan model pembelajaran Talking Stick berpengaruh dalam
meningkatkan afektif (receiving) siswa.
2. Penggunaan model pembelajaran Talking Stick berpengaruh dalam
meningkatkan afektif (responding) siswa.
B. Saran
Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut:
1. Pembelajaran menggunakan model Talking Stick dapat digunakan oleh
guru sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat
meningkatkan afektif (receiving dan responding) siswa.
2. Model pembelajaran Talking Stick memiliki sintaks yang memerlukan
waktu yang cukup lama, guru diharapkan memberikan arahan yang jelas
dan tegas kepada siswa dalam proses pembelajaran sehingga dapat lebih
3. Untuk memperoleh data hasil observasi siswa hendaknya mengarahkan
observer dalam pengisian lembar obervasi afektif (receiving dan
responding) siswa dengan jelas untuk tiap aspek sehingga observer
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah. 2013. Pengembangan Perangkat Penilaian Afektif. Artikel Diakses dari
http://abdullah.wordpress.com/2013/07/04/artikel/pengembanga-perangkat-penilaian -afektif/pdf. pada selasa 27 November 2013 18.18 WIB.
Depdiknas. 2003. Pendidikan Menurut Undang-Undang. Jakarta. Diakses dari
http.www.depniknas.co.id pada Jum’at 15 November 2013 11. 10 WIB.
Hanafiah, Nanang dan Suhana. 2012. Konsep dan Strategi Pembelajaran. Refika Aditama. Bandung.
Ikapidjakarta. 2013. Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta. Diakses dari http://www.ikapidjakarta.com pada
Jum’at 22 Desember 2013 22.10 WIB.
Margono, S. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.
Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan
dengan SPSS 12. Gramedia. Jakarta.
Nur’aini, Eka. 2011. Kata Operasional Bloom Versi Baru Untuk Mata Pelajaran Biologi. Artikel Pendidikan. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta. Diakses dari http://goliath.ecnext.com/kata -opersional-taksonomi-bloom-versi-baru3.html pada Jumat, 6 Desember 2013 17.30 WIB.
Puspitasari. 2012. Efektifitas Pembelajaran Model Talking Stick Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Ekosistem Kelas VII D SMP Negeri 3
Kartasura Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012. Artikel Semnas IX Pendidikan
Biologi FKIP UNS. Diakses dari
http://staff.uns.ac.id/sites/default/files/132048519/artikel%20semnas%20FKIP%20B IOLOGI%20UNS.pdf pada Selasa 3 Desember 2013 04.07 WIB
Setyawati, Dewi. 2011. Hasil Belajar Biologi Melalui Penerapan Metode Talking Stick Dalam Model Learning Cycle Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa di SMA Negeri
5 Surakarta. Diakses dari http://talkingstick/30-91-1pb.pdf pada Selasa 30 Desember
Suarni, Enok. 2012. Penerapan Metode Talking Stick Pada Pembelajaran Seni Tari Untuk Meningkatkan Aktvitas Belajara Siswa Kelas XI IPA di SMA WARGA BAKTI
CIMAHI. Jurnal Pendidikan. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung. Diakses
dari http://s/sdt/0707968/chapture2.pdf pada Kamis, 7 November 2013 20.09 WIB.
Sudjana. 2002. Metode Statiska. Tarsito. Bandung.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung.
Sukanti. 2011. Penilaian Afektif Pada Pembelajaran Afektif. Jurnal Pendidikan Akutansi
Indonesia Vol. IX No. 1. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta. Diakses dari
http://domain/afektif/9602993/pb/pdf. pada kamis 7 November 2013 21.01 WIB
Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Pustaka Belajar. Yogyakarta
Suwandi, T. 2012. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Open-Ended Terhadap
Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Oleh Siswa. Skripsi. Universitas
Lampung. Bandar Lampung.
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Masmedia Buana. Sidoarjo.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20. 2003. Sitem Pendidikan Nasional. Citra Umbara. Bandung.
Wicaksono, Soetami Rizky. 2012. Srtategi Penerapan domain Afektif Dilingkup
Perguruan Tinggi. Jurnal Pendidikan Vol. 12 No. 2. Diakses dari
Sekolah : SMA Persada Bandar Lampung Mata Pelajaran : BIOLOGI
Kelas / Semester : X ( Sepuluh) / II
Standar Kompetensi : 4. Mendeskripsikan hubungan antara komponen ekosistem, perubahan materi dan energi serta peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem
Kompetensi Dasar
Materi
Pokok Indikator
Kegiatan
Pembelajaran Penilaian
Mendengarka n penjelasan guru.
Memjawab pertanyaan yang di ajukan guru.
Membuat kesimpulan
Receivi
ng dan
Respon ding
Siswa
kelas X yang relevan)
Bahan:
Sekolah :SMA Persada Bandar Lampung
Mata Pelajaran :Biologi
Materi Pokok :Pencemaran
Kelas/Semester :X/Genap
Pertemuan ke- : 1 (Satu)
Alokasi Waktu :2 x 45 menit
Standar Kompetensi : 4. Mendeskripsikan hubungan antara komponen ekosistem, perubahan materi dan energi serta peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem
Kompetensi Dasar : 4.2IMenjelaskan keterkaitan antara kegiatan manusia dengan masalah perusakan lingkungan dan pelestarian lingkungan
Indikator : 1. Menentukan kegiatan manusia yang terkait dengan pencemaran lingkungan.
2. Mengaitkan aktivitas manusia dengan masalah pencemaran lingkungan .
3. Menjelaskan dampak kegiatan manusia terhadap pencemaran lingkungan.
4. Menjelaskan upaya mencegah pencemaran dan melestarikan lingkungan.
A. Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu :
1. Menentukan aktivitas manusia yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan
2. Mengaiktan aktivitas manusia dengan masalah yang ditimbulkan
3. Menjelaskan dampak kegiatan manusia terhadap pencemaran
4. Menjelaskan upaya mencegah dan melestarikan lingkungan
B.Materi Pembelajaran
a. Aktivitas manusia yang menyebabkan pencemaran lingkungan
b. Aktivitas manusia dan masalah yang ditimbulkan
c. Dampak yang ditimbulkan dari aktivitas manusia
d. Upaya pencegahan pencemaran dan pelestarian lingkungan
C. Strategi Pembelajaran
o
Kegiatan Guru Kegiatan
Siswa 1 Kegiatan Pendahuluan
a. Guru membacakan tujuan pembelajaran.
b. Guru memberikan apersepsi dengan menanyakan
“Bagaimana kondisi lingkungan disekitar kalian saat ini?”.
c. Guru memberikan motivasi” Dengan mempelajari materi ini, kita dapat
mengetahui aktivitas manusia yang dapat merusak lingkungan sehingga kita dapat menghindari aktivitas
a.Guru menjelaskan materi pengantar tentang pencemaran jenis dan sumbernya.
b. Guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS).
c.Guru membimbing dan mengawasi proses diskusi dalam LKS.
e.Guru memberikan tongkat pada salah satu siswa pada anggota kelompok dan siswa yang mendapat tongkat harus menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Seperti itu seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat giliran.
f. Guru memerintahkan anggota kelompok membantu menjawab pertanyaan jika anggota kelompoknya yang menerima tongkat tidak dapat menjawab pertanyaan yang diajukan guru.
g. Guru memberi penjelasan di depan kelas mengenai materi yang belum dipahami oleh siswa.
f. Siswa anggota kelompok
3 Kegiatan Penutup
a. Guru bersama siswa membuat kesimpulan dari kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan.
b.Guru memberikan informasi tentang
E. Sumber Belajar/Alat/Bahan
1. Sumber Belajar:
a) Maryati, Sri, dkk. 2006. Biologi. Jakarta: Erlangga. (atau buku Biologi kelas X yang relevan) 2. Bahan :
1) Jenis : Nontes
2) Bentuk instrumen : Lembar Observasi Afektif (Receiving dan Responding)
Sekolah :SMA Persada Bandar Lampung
Mata Pelajaran :Biologi
Materi Pokok :Pencemaran
Kelas/Semester :X/Genap
Pertemuan ke- : 2 (dua)
Alokasi Waktu :2 x 45 menit
Standar Kompetensi : 4. Mendeskripsikan hubungan antara komponen ekosistem, perubahan materi dan energi serta peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem
Kompetensi Dasar : 4.2 Menjelaskan keterkaitan antara kegiatan manusia dengan masalah perusakan lingkungan dan pelestarian lingkungan
4.3 Menganalisis jenis-jenis limbah dan daur ulang limbah
Indikator : 1. Membedakan berbagai jenis limbah
2. Menjelaskan penanganan limbah dengan cara daur ulang
A. Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu :
1. Membedakan berbagai jenis limbah
2. Menentukan cara daur ulang limbah yang tepat dalam penanganan limbah
3. Mengetahui akibat yang ditimbulkan jika limbah tidak ditangani dengan benar
B. Materi Pembelajaran
1. Berbagai jenis limbah
2. Penanganan limbah dengan cara daur ulang yang tepat
C. Strategi Pembelajaran
No
Skenario Pembelajaran Sintaks
Talking stick
Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1 Kegiatan Pendahuluan
a. Guru membacakan tujuan pembelajaran.
b. Guru memberikan apresiasi dengan
menanyakan “Bagaimana pengaruh pencemaran di lingkungan kita terhadap kelangsungan hidup makhluk hidup?”.
c. Guru memberikan motivasi”Dengan mempelajari materi ini, kita dapat mengetahui jenis-jenis limbah dan bagaimana cara daur ulangnya“.
a. Guru menjelaskan materi pengantar tentang limbah.
b. Guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS).
c. Guru membimbing dan mengawasi proses diskusi dalam LKS.
d. Guru menerima LKS yang dikumpulkan oleh siswa.
e. Guru memberikan
siswa pada anggota kelompok dan siswa yang mendapat tongkat harus menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh guru. Seperti itu seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat giliran.
f. Guru memerintahkan anggota kelompok membantu menjawab pertanyaan jika anggota kelompoknya yang menerima tongkat tidak dapat menjawab
pertanyaan yang diajukan guru.
g. Guru memberi
penjelasan di depan kelas mengenai materi yang belum dipahami oleh siswa.
f. Siswa anggota kelompok
3 Kegiatan Penutup
a. Guru bersama siswa membuat kesimpulan dari kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan.
b. Guru memberikan informasi tentang materi untuk pertemuan yang datang.
E. Sumber Belajar/Alat/Bahan
1. Sumber Belajar:
a) Maryati, Sri, dkk. 2006. Biologi. Jakarta: Erlangga. (atau buku Biologi kelas X yang relevan) 2. Bahan :
1) Jenis : Nontes
2) Bentuk instrumen : Lembar Observasi Afektif (Receiving dan
Responding)
Anggota :
1. ………
2. ………
3. ………
4. ………
5. ………
Lembar Kerja Siswa I
Tujuan:
1. Menentukan macam-macam kegiatan manusia yang terkait dengan pencemaran lingkungan
2. Menjelaskan keterkaitan kegiatan manusia dengan masalah pencemaran lingkungan
3. Menjelaskan dampak kegiatan manusia terhadap pencemaran lingkungan
4. Menjelaskan upaya mencegah dan melestarikan lingkungan
Petunjuk!
1. Bekerja samalah dengan kelompokmu untuk mendiskusikan jawaban dari pertanyaan di bawah
ini!
2. Kemudian, diskusikan bersama kelompokmu jawaban dari LKS yang telah dikerjakan!
3. Tuliskan jawaban di tempat yang telah disediakan!
4. Kerjakan pertanyaan dibawah ini selama 30 menit!
Perhatikan wacana berikut untuk menjawab soal nomor 1 - 3!
Kegiatan manusia bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satunya adalah kebutuhan
pangan. Kebutuhan pangan yang semakin meningkat, memaksa para petani padi mulai
menggunakan pestisida. Umumnya petani memilih untuk mengambil manfaat pestisida karena dapat
menangkal tumbuhan dari serangan hama sehingga produktivitas tumbuhan menjadi tinggi. Namun
penggunaannya ternyata menimbulkan dampak penurunan kualitas tanah karena penumpukan sisa
http://media.viva.co.id/thumbs2/2012/02/29/145634_nasi-putih_
663_382.jpg
Kebutuhan pangan
http://static.republika.co.id/uploads/images/detailnews/seorang
-petani-menyemprotkan-pestisida-pada-tanaman-padi-di-areal- sawah.jpg
Pemenuhan kebutuhan (penggunaan pestisida)
Penurunan kualitas tanah
1.
1. Masalah apa yang terdapat pada wacana diatas dan apa penyebabnya? (skor 4)
Jawab:
……… ………
lingkungan!(skor 4)
Jawab:
……… ……… ……… ……… ………
3. Tuliskan dua dampak negatif pencemaran tanah akibat aktivitas manusia bagi lingkungan pada wacana di atas!(skor 4)
Jawab:
……… ……… ……… ………
Perhatikan wacana berikut untuk menjawab soal nomor 4-6!
Kebutuhan sandang manusia yang makin meningkat juga mendorong manusia untuk menciptakan
teknologi yang dapat meningkatkan jumlah produksi dan jenis bahan pakaian. Untuk itu, manusia
membangun pabrik tekstil. Di berbagai daerah banyak pengusaha yang mendirikan pabrik tekstil.
Pabrik tekstil tentu akan mengahasilkan limbah dari produk yang dihasilkannya. Limbah yang
dihasilkan dapat berupa sisa-sisa pewarnaan yang digunakan untuk pakaian. Biasanya limbah ini
http://media.halomalang.com/media/2012/03/Shopping/5/lines_2.jpg http://sin.stb.s-msn.com/i/8F/5E9FED257A24BD768A664A83F99D.jpg
Kebutuhan sandang Pemenuhan kebutuhan sandang
(pabrik tekstil)
http://shellaaaach.files.wordpress.com/2012/08/limbah_pewarnaan_dari_pabrik_tekstil_majalaya.jpg http://tutiturimayanti.files.wordpress.com/2013/09/b22b208adbb6202053ce256c02a85317.jpg
Dampak terhadap lingkungan Limbah pabrik di buang ke sungai
4. Masalah apa yang terdapat pada wacana diatas dan apa penyebabnya?(skor 4)
Jawab:
……… ……… ………
5. Jelaskan keterkaitan kegiatan manusia pada gambar diatas dengan masalah pencemaran
lingkungan! (skor 4)
Jawab:
wacana di atas! (skor 4)
Jawab:
……… ……… ……… ………
Perhatikan wacana berikut untuk menjawab soal nomor 7-9!
Dalam rangka memenuhi kebutuhan akan transportasi, manusia menggunakan berbagai jenis
kendaran bermotor untuk menunjang aktivitasnya. Tanpa adanya kendaraan bermotor, manusia
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk sampai tempat tujuan, sehingga waktu yang digunakan
menjadi tidak efisien.Namun, pengunaan kendaraan bermotor tentu akan mengahasilkan polutan.
Polutan yang dihasilkan berupa asap hasil pembakaran yang tidak sempurna dari kendaraan tersebut.
Polutan ini akan dibuang ke lingkungan sehingga udara tercemar.
http://3.bp.blogspot.com/_SY3lPUDVNMo/ transportasi.png http://us.images.detik.com/content/2012/11/14/4/121816_macetmaning4.jpg
Kebutuhan transportasi Pemenuhan kebutuhan transportasi
http://4.bp.blogspot.com/- /GsS21c4ZUF0/s1600/1305polusi.jpg
Polutan
Jawab:
……… ………
8. Jelaskan keterkaitan kegiatan manusia pada gambar diatas dengan masalah pencemaran
lingkungan! (skor 4)
Jawab:
……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ………
9. Tuliskan dua dampak negatif pencemaran udara akibat aktivitas manusia bagi lingkungan pada wacana di atas! (skor 4)
Jawab:
Dalam rangka menambah nilai estetika dan keasrian kota, pemerintah dan masyarakat
bekerjasama membuat taman kota dengan cara menanami kota dengan pepohonan dan tumbuhan
tertentu. Tumbuhan yang umumnya ditanam berupa bunga, pohon beringin, akasia, dan berbagai
jenis pohon lainnya. Selain dapat memberikan keindahan dan juga menciptakan lingkungan kota
yang lebih asri, ternyata tanpa disadari pemerintah dan masyarakat juga telah melakukan
pelestarian lingkungan.
Kebutuhan estetika dan keasrian kota Pemenuhan kebutuhan estetika
(menanam pohon)
http://intaninchan.files.wordpress.com/2012/11/img_3936.jpg http:// himpalaunas.com/sites/himpalaunas.com/files/0916-csryou-siswa%20sekolah%20tanam%20pohon.jpg
Hutan Kota
http://3.bp.blogspot.com/leuDZBYKrwQ/TclXxxr7kxI/AQ/hZioJc6YkXs/s1600/fghdfgh.jpg
10.Berdasarkan wacana di atas, tuliskan dua manfaat aktivitas manusia dalam pelestarian lingkungan!
(skor 4)
Jawab:
……… ……… ………
Jawab: